Kdk

59
BAB I PENDAHULUAN Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 1,2 Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti tetapi demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. 2 Di Amerika Serikat insiden kejang demam berkisar antara 2-5% pada anak umur kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80- 90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Di Jepang angka kejadian kejang demam adalah 9-10%. 3 Beberapa faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu: demam, usia, riwayat keluarga, faktor prenatal (usia saat ibu hamil, riwayat pre-eklamsi pada ibu, hamil primi/ multipara, pemakaian bahan toksik), faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, partus 0

description

Kejang demam sederhana

Transcript of Kdk

BAB IPENDAHULUANKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1,2Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti tetapi demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.2Di Amerika Serikat insiden kejang demam berkisar antara 2-5% pada anak umur kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Di Jepang angka kejadian kejang demam adalah 9-10%.3Beberapa faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu: demam, usia, riwayat keluarga, faktor prenatal (usia saat ibu hamil, riwayat pre-eklamsi pada ibu, hamil primi/ multipara, pemakaian bahan toksik), faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, partus lama, cara lahir) dan faktor pascanatal (kejang akibat toksik, trauma kepala).1Kejang demam mempunyai angka kematian hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Empat persen penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik.1

BAB IIPERSENTASI KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIRS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIHSTATUS PASIEN KASUS IINama Mahasiswa: Rizcha OctavianiPembimbing: Dr. Daniel Effendi, SpANIM: 030.09.211Tanda tangan:

IDENTITAS PASIENNama: Anak AASuku bangsa: JawaJenis kelamin: PerempuanPendidikan: -Umur: 1 tahun 5 bulanAgama: IslamAlamat: Jl. Kampung Melayu Barat rt/ rw 010/ 006 no.16, Bukit Duri, TebetTempat/ tanggal lahir: Jakarta, 08 November 2012

Orang Tua/WaliAyahIbu

Nama: Tn. RT Umur: 29 tahun Pekerjaan: WiraswastaPendidikan: SLTASuku bangsa: JawaAgama: IslamAlamat: Jl. Kampung Melayu Barat rt/ rw 010/ 006 no.16, Bukit Duri, Tebet

Nama: Ny. DI Umur: 28 tahun Pekerjaan: Ibu rumah tanggaPendidikan: SLTASuku bangsa: BetawiAgama: IslamAlamat: Jl. Kampung Melayu Barat rt/ rw 010/ 006 no.16, Bukit Duri, Tebet

I. ANAMNESISLokasi : Lantai 5, Bangsal Timur, kamar 512Tanggal / waktu: 10 April 2014/ 19.00 WIBTanggal masuk : 10 April 2014Keluhan utama: Kejang sejak 1 jam SMRSKeluhan tambahan: Demam, batuk, pilek

a. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke RSUD Budi Asih bersama kedua orangtuanya dengan kejang yang berlangsung sejak 1 jam SMRS. Saat kejang, kaki kanan pasien kaku dan telapak kaki kanan mengarah ke arah luar, mata mendelik ke atas dan keluar air liur dari mulut. Kejang berlangsung sekitar 1 jam. Pada saat dibawa ke RSUD, pasien masih dalam keadaan kejang. Dari awal kejang hingga di RSUD, kejang terjadi hanya 1 kali. Saat kejang, pasien tidak BAK maupun BAB. Setelah kejang diatasi di IGD, pasien tertidur. Kejang yang terjadi bukan yang pertama kalinya, pasien sudah pernah kejang dari usia 7,5 bulan dan didahului oleh demam. Dari usia 7,5 bulan sampai saat ini, pasien telah kejang sebanyak 4 kali.Sejak 1 hari SMRS, pasien demam dengan suhu 37,50 C diukur dengan termometer digital. Demam akan turun apabila diberikan obat panas namum demam akan naik kembali. Batuk dan pilek terjadi bersamaan dengan demam. Batuk tidak berdahak dan pilek dengan ingus bening dan encer. Mual, muntah dan sesak nafas disangkal oleh ibu pasien.

b. Riwayat Penyakit yang Pernah DideritaPenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi(-)Difteria(-)Penyakit jantung(-)

Cacingan(-)Diare1 tahun 4 bulanPenyakit ginjal(-)

DBD(-)Kejang1. 7,5 bulan2. 1 tahun 3 bulan3. 1 tahun 4 bulanRadang paru(-)

Otitis(-)Morbili(-)TBC(-)

Parotitis(-)Operasi(-)Lain-lain(-)

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Pasien pernah menderita diare pada usia 1 tahun 4 bulan. Pasien pernah kejang sebelumnya sebanyak 3 kali pada usia 7,5 bulan, 1 tahun 3 bulan dan 1 tahun 4 bulan.

c. Riwayat Kehamilan/ PersalinanKEHAMILANMorbiditas kehamilanTidak ada

Perawatan antenatalRutin kontrol ke dokter kandungan 1 bulan sekali dan sudah mendapat imunisasi vaksin TT 2 kali saat hamil

KELAHIRANTempat persalinanRumah sakit

Penolong persalinanDokter

Cara persalinanSpontan pervaginam

Penyulit : -

Masa gestasiCukup bulan

Keadaan bayiBerat lahir : 2100 gram, lahir gemeli

Panjang lahir : ibu pasien lupa

Lingkar kepala : (tidak tahu)

Langsung menangis (+)Kemerahan (+)Nilai APGAR : (tidak tahu)Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan : Kontrol kehamilan baik, persalinan spontan, langsung menangis. Neonatus cukup bulan, kecil masa kehamilan. Berat badan lahir rendah.

d. Riwayat PerkembanganPertumbuhan gigi I: Umur 6 bulan(Normal: 5-9 bulan)Gangguan perkembangan mental : Tidak adaPsikomotorTengkurap: Umur 10 bulan(Normal: 3-4 bulan)Duduk: Umur 11 bulan(Normal: 6-9 bulan)Berdiri: Belum bisa(Normal: 9-12 bulan)Berjalan: Belum bisa(Normal: 13 bulan)Bicara: Umur 12 bulan(Normal: 9-12 bulan)Perkembangan pubertasBelum pubertas.Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Terdapat keterlambatan dalam perkembangan. Pasien belum pubertas.

e. Riwayat MakananUmur (bulan)ASI/PASIBuah / BiskuitBubur SusuNasi Tim

0 2ASI---

2 4ASI---

4 6PASI-+-

6 8PASI++-

8 10PASI++-

10 -12PASI+++

Jenis MakananFrekuensi dan Jumlah

Nasi3 x/ hari dan 2-3 centong

Sayur3 x/ hari, bersamaan dengan bubur dan 1 sendok sayur

Daging3x/ hari dan 1 potong

Ayam2 x/ minggu dan 1 potong

Telur2 x/ minggu dan 1 butir

Tahu dan TempeJarang

SusuSusu Dancow, frekuensi 10x/ hari, botol 120 ml

Ikan3x/ hari divariasikan dengan daging

Kesimpulan riwayat makanan: Tidak ada kesulitan makan pada pasien, jenis makanan cukup bervariasi dengan jumlah yang cukup. Pasien hanya mendapatkan ASI selama 4 bulan.f. Riwayat ImunisasiVaksinDasar ( umur )Ulangan ( umur )

BCG2 bulan---

DPT / PT2 bulan4 bulan6 bulan-

Polio0 bulan2 bulan4 bulan6 bulan

Campak----

Hepatitis B0 bulan1 bulan6 bulan-

Pnemokokus----

Hib----

Kesimpulan riwayat imunisasi: Pasien telah mendapat imunisasi dasar PPI sesuai jadwal, hanya belum mendapat imunisasi campak.g. Riwayat Keluargaa. Corak Reproduksi NoTanggal lahirJenis kelaminHidupLahir matiAbortusMati (sebab)Keterangan kesehatan

1.08-11-2012Perempuan+---Sehat (kakak pasien)

2.08-11-2012Perempuan+---Pasien

b. Riwayat PernikahanAyah / WaliIbu / Wali

NamaTn. RTNy. DI

Perkawinan ke-11

Umur saat menikah26 tahun25 tahun

Pendidikan terakhirSLTASLTA

AgamaIslamIslam

Suku bangsaJawaBetawi

Keadaan kesehatanSehatSehat

KosanguinitasTidak adaTidak ada

Penyakit, bila ada--

Kesimpulan Riwayat Keluarga : Ibu pasien mempunyai riwayat kejang demam saat beliau kecil. Kejang demam hanya terjadi 1 kali pada usia 2 tahun.c. Riwayat Keluarga orangtua pasien : Kakak dan Adik dari ibu pasien (paman dan bibi) mempunyai riwayat kejang demam. Tidak ada yang mempunyai riwayat epilepsi dalam keluarga pasien.h. Riwayat LingkunganPasien tinggal di rumah yang berlantai 2, terdapat 4 kamar tidur, 2 kamar mandi, serta 1 dapur. Terdapat ventilasi di setiap ruangan. Pencahayaan baik. Sumber air berasal dari air PAM. Sampah rumah tangga diangkut secara teratur setiap hari. Pasien tinggal diperumahan yang tidak terlalu padat penduduk.Kesimpulan keadaan lingkungan : keadaan lingkungan cukup baik dan bersih.

i. Riwayat Sosial dan Ekonomi Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan sekitar Rp.3.000.000,-/ bulan. Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien, penghasilan dari suaminya cukup untuk memnuhi kebutuhan keluarga.Kesimpulan ekonomi dan sosial : cukup baik.

II. PEMERIKSAAN FISIKA. Status GeneralisKeadaan UmumKesan Sakit: tampak sakit sedangKesadaran: compos mentisKesan Gizi: baikKeadaan lain: anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)Data AntropometriBerat Badan sekarang: 8,9 kgLingkar Kepala : 40 cmBerat Badan sebelum sakit : 9 kgLingkar Lengan Atas: 15 cmTinggi Badan: 88 cmStatus Gizi BB/ U: 8,9/ 10,9 x100% = 81,7 % (Gizi normal menurut kurva NCHS) TB/ U: 88/ 79 x100% = 111 % (Tinggi normal menurut kurva NCHS)BB/ TB: 8,9/ 12,3x100% = 72 % (Gizi kurang menurut kurva NCHS)LK: 40 cm (Mikrosefali, 15 menit) biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapneu, dan asidosis laktat. Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak. Awal (< 15 menit) Lanjut (15-30 menit) Berkepanjangan (>1jam)

Meningkatnya kecepatan denyut jantung Menurunnya tekanan darah Hipotensi disertai berkurangnya aliran darah serebrum sehingga terjadi hipotensi serebrum

Meningkatnya tekanan darah Menurunnya gula darah

Meningkatnya kadar glukosaDisritmia Gangguan sawar darah otak yang menyebabkan edema serebrum

Meningkatnya suhu pusat tubuhEdema paru nonjantung

Meningkatnya sel darah putih

Tabel 1. Efek Fisiologis Kejang 1

Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak pada kejang yang lama. Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vaskular dan udem otak serta kerusakan sel neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama. Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi.

3.7 DIAGNOSISDiagnosis kejang demam ditegakkan setelah penyebab kejang yang lain dapat disingkirkan yaitu meliputi meningitis, ensefalitis, trauma kepala, ketidakseimbangan elektrolit, dan penyebab kejang akut lainnya. Dari beberapa diagnosis banding tersebut, meningitis merupakan penyebab kejang yang lebih mendapat perhatian. Angka kejadian meningitis pada kejang yang disertai demam yaitu 2-5%. 4Kejadian demam pada kejang demam biasanya dikarenakan adanya infeksi pada sistem respirasi atas, otitis media, infeksi virus herpes termasuk roseola. Lebih dari 50% kejadian kejang demam pada anak kurang dari 3 tahun berhubungan dengan infeksi virus herpes (Human Herpes Virus 6 dan 7).4Hal hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis yaitu 9 : Adanya kejang, jenis kejang , kesadaran, lama kejang Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK. Otitis media akut/ OMA, dan lainnya) Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain 9: Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran Suhu tubuh: apakah terdapat demam Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Lasuque dan pemeriksaan nervus cranial Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun ubun besar (UUB) memnonjol, papil edema Tanda infeksi di luar susunan saraf pusat seperti infeksi saluran pernapasan, faringitis, otitis media, infeksi saluran kemih dan lain sebagainya yang merupakan penyebab demam Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis9

Pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin tidak begitu bermanfaat untuk dilakukan pada pasien dengan kejang demam sederhana kecuali jika terdapat komplikasi atau penyakit lain yang mendasari seperti gangguan keseimbangan elektrolit yang berkaitan dengan dehidrasi akibat infeksi saluran gastrointestinal. Pemeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan untuk mencari penyebab demam diantaranya pemeriksaan kultur urin untuk melihat ada tidaknya infeksi saluran kemih jika ternyata tidak ditemukan fokus infeksi dari pemeriksaan fisik. Pemeriksaaan kadar elektrolit seperti kalsium, fosfor, magnesium dan glukosa yang biasa dilakukan pada pasien kejang tanpa demam juga kurang memberikan arti yang bermakna jika dilakukan pada pasien kejang demam sederhana.10Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah EEG (elektroensefalogram). EEG dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah belakang yang bilateral, sering asimetris kadang-kadang unilateral. Perlambatan ditemukan pada 88% pasien bila EEG dikerjakan pada hari kejang dan ditemukan pada 33% pasien bila EEG dilakukan 3 sampai 7 hari setelah serangan kejang. Namun, perlambatan EEG ini kurang mempunyai nilai prognostik dan kejadian kejang berulang dikemudian hari atau perkembangan ke arah epilepsi. Saat ini sudah tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan EEG pada pasien kejang demam sederhana karena hasil pemeriksaan yang kurang bermakna.2Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas, oleh karena itu pemeriksaan pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur < 6-12 bulan, sangat dianjurkan pada bayi berumur 12-18 bulan dan tidak rutin dilakukan pada bayi berumur >18 tahun jika tidak disertai riwayat dan gejala klinis yang mengarah ke meningitis.2,4,5,8Pemeriksaan radiologi tidak begitu memberikan manfaat dalam evaluasi kejang demam sederhana dan masih kontroversial untuk dilakukan pada kejang demam kompleks sekalipun. Pemeriksaan radiologi misalnya Magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk mengevaluasi ada tidaknya kerusakan di otak misalnya di daerah hipokampus jika penyebab kejang masih belum diketahui. Secara umum, perlu tidaknya pemeriksaan penunjang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini7:

Tabel 2. Pemeriksaan penunjang pada kejang yang disertai demam7

Pada kejang demam sederhana tidak diperlukan pemeriksaan penunjang baik berupa pungsi lumbal, EEG, radiologi maupun biokimia darah karena kejang demam sederhana didiagnosis berdasarkan gambaran klinis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding kejang yang disertai dengan demam seperi meningitis 7 Diagnosis kejang demam sederhana menurut konsensus ikatan dokter anak Indonesia yaitu jika memenuhi kriteria sebagai berikut 5: Terjadi pada anak usia 6 bulan - 5 tahun Kejang berlangsung singkat, tidak melebihi 15 menit Kejang umumnya berhenti sendiri Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal Kejang tidak berulang dalam 24 jam3.8 TATA LAKSANAPada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu 2:1. Pengobatan fase akut2. Mencari dan mengobati penyebab3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

Pada waktu pasien datang dalam keadaan kejang maka hal yang harus dilakukan ialah membuka pakaian yang ketat dan posisi pasien dimiringkan apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Pengisapan lendir dilakukan secara teratur, diberikan terapi oksigen dan jika perlu dilakukan intubasi. 2Awasi keadaan vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik. Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan ketika anak demam (> 38,5oC). Dosis parasetamol yang digunakan ialah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari.5Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena atau intrarektal. Kadar diazepam tertinggi dalam darah akan tercapai dalam waktu 1-3 menit apabila diazepam diberikan secara intravena dan dalam waktu 5 menit apabila diberikan secara intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB, diberikan perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. Untuk memudahkan orangtua di rumah dapat diberikan diazepam rektal dengan dosis 2,5: 5 mg pada anak dengan berat badan < 10 kg 10 mg untuk berat badan anak > 10 kgBuccal midazolam (0.5 mg/kg; dosis maximal 10 mg) dikatakan lebih efektif daripada diazepam per rektal pada anak.11Tabel 3. Dosis obat anti konvulsi untuk kejang demam11

Tatalaksana kejang demam dan kejang secara umum yaitu tampak pada bagan berikut ini 12:

Bagan 1. Tatalaksana kejang demam12

Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena sering berulang dan menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Ada 2 cara profilaksis yaitu proflaksis intermiten pada waktu demam dan profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap hari. 2Untuk profilaksis intermiten, antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke jaringan otak. Diazepam intermiten memberikan hasil lebih baik karena penyerapannya lebih cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam pada kenaikan suhu mencapai 38,5oC atau lebih yaitu dengan dosis 2: 5 mg untuk pasien dengan berat badan < 10 kg 10 mg untuk pasien dengan berat badan > 10 kgDiazepam dapat pula diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam. Efek samping diazepam ialah ataksia, mengantuk dan hipotonia.2Untuk profilaksis terus-menerus dilakukan dengan pemberian fenobarbital 4-5mg/kgBB/hari dengan kadar obat dalam darah sebesar 16g/ml menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam. Efek samping fenobarbital berupa kelainan watak yaitu iritabel, hiperaktif, pemarah dan agresif ditemukan pada 30-50% pasien. Efek samping dapat dikurangi dengan menurunkan dosis fenobarbital.Obat lain yang dapat digunakan yaitu asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Fenitoin dan carbamazepin tidak efektif untuk pencegahan kejang demam. Antikonvulsan profilaksis terus-menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. 2Adapun indikasi profilaksis terus-menerus yaitu sebagai berikut 2: Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan Ada riwayat kejang tanpa demam pada orangtua atau saudara kandung Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara dan menetap Kejang demam terjadi pada bayi berumur < 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demamKejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :131. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik2. Memberitahukan cara penanganan kejang 3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat efek samping obatBeberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:131. Tetap tenang dan tidak panik2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, sebaiknya jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang5. Tetap bersama pasien selama kejang6. Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

3.9 PROGNOSISKejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Kematian akibat kejang demam juga tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang memang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus kejang yang lama atau kejang berulang baik fokal atau kejang umum. 3,5Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang yaitu riwayat kejang demam dalam keluarga, usia saat kejang pertama < 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang (