KDK Bronkohjkcvbnfghj

26
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN BAB I Pendahuluan Pneumonia nosokomial atau hospital acquired pneumonia (HAP) adalah pneumonia yang didapat di rumah sakit menduduki peringkat ke-2 sebagai infeksi nosokomial di Amerika Serikat, hal ini berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan, kematian dan biaya perawatan di rumah sakit. Pneumonia nosokomial terjadi 5-10 kasus per 1000 pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjadi lebih tinggi 6-20x pada pasien yang memakai alat bantu napas mekanis. Angka kematian pada pneumonia nosokomial 20-50%. Angka kematian ini meningkat pada pneumonia yang disebabkan P.aeruginosa atau yang mengalami bakteremia sekunder. Angka kematian pasien pada pneumonia yang dirawat di instalansi perawatan intensif (IPI) meningkat 3-10 kali lipat dibandingkan dengan pasien tanpa pneumonia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lama perawatan meningkat 2- 3x dibandingkan pasien tanpa pneumonia, hal ini tentu akan meningkatkan biaya perawatan di rumah sakit. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa lama perawatan bertambah rata-rata 7-9 hari. Angka kejadian pneumonia nosokomial di Jepang adalah 5 – 1 Judul : Pneumonia Nosokomial Oleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

description

dfghjdfhjkdfvghnm,ertuilo;p

Transcript of KDK Bronkohjkcvbnfghj

Page 1: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB I

Pendahuluan

Pneumonia nosokomial atau hospital acquired pneumonia (HAP) adalah

pneumonia yang didapat di rumah sakit menduduki peringkat ke-2 sebagai infeksi

nosokomial di Amerika Serikat, hal ini berhubungan dengan peningkatan angka

kesakitan, kematian dan biaya perawatan di rumah sakit. Pneumonia nosokomial

terjadi 5-10 kasus per 1000 pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjadi lebih

tinggi 6-20x pada pasien yang memakai alat bantu napas mekanis. Angka kematian

pada pneumonia nosokomial 20-50%. Angka kematian ini meningkat pada

pneumonia yang disebabkan P.aeruginosa atau yang mengalami bakteremia

sekunder. Angka kematian pasien pada pneumonia yang dirawat di instalansi

perawatan intensif (IPI) meningkat 3-10 kali lipat dibandingkan dengan pasien tanpa

pneumonia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lama perawatan meningkat 2-

3x dibandingkan pasien tanpa pneumonia, hal ini tentu akan meningkatkan biaya

perawatan di rumah sakit. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa lama perawatan

bertambah rata-rata 7-9 hari.

Angka kejadian pneumonia nosokomial di Jepang adalah 5 – 10 per 1000 kasus yang

dirawat. Lebih kurang 10% pasien yang dirawat di IPI akan berkembang menjadi

pneumonia dan angka kejadian pneumonia nosokomial pada pasien yang

menggunakan alat bantu napas meningkat sebesar 20 – 30%. Angka kejadian dan

angka kematian pada umumnya lebih tinggi di rumah sakit yang besar dibandingkan

dengan rumah sakit yang kecil.

1

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 2: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Defenisi

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh

mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia juga dapat disebabkan

oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan

parenkim paru yang disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik,

kimiawi, alergi) sering disebut sebagai pneumonitis.(3)

Gambar 2.1. Gambaran Pneumonia

2

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 3: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Gambar 2.2. Gambaran Pneumonia

Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48

jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum

masuk rumah sakit. 1

Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih dari

48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal. 1

2.2. Etiologi

Patogen penyebab pneumonia nosokomial berbeda dengan pneumonia komuniti.

Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi drug resistance

(MDR) misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae, Methicillin Sensitive Staphylococcus

aureus (MSSA) dan kuman MDR misalnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia

coli, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter spp dan Gram positif seperti Methicillin

Resistance Staphylococcus aureus (MRSA). Pneumonia nosokomial yang disebabkan

jamur, kuman anaerob dan virus jarang terjadi. 1

3

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 4: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Bahan pemeriksaan untuk menentukan bakteri penyebab dapat diambil dari

dahak, darah, cara invasif misalnya bilasan bronkus, sikatan bronkus, biopsi aspirasi

transtorakal dan biopsi aspirasi transtrakea. 1

Etiologi kelompok pneumonia nosokomial tergantung pada 3 faktor yaitu :

tingkat berat sakit, adanya risiko untuk jenis patogen tertentu dan masa menjelang

timbul onset pneumonia. 4

Faktor risiko pertama untuk patogen tertentu untuk pneumonia nosokomial

Patogen Faktor risiko

Staphylococcus aureus

Methicillin resisten S. Aureus

Ps. Aeruginosa

Koma, cedera kepala, influenza, pemakaian

obat IV , DM, gagal ginjal

Pernah dapat antibiotik, ventilator > 2 hari

Lama dirawat di ICU, terapi steroid /

antibiotik. Kelainan struktur paru

( bronkiektasi, kistik fibrosis ), malnutrisi

Anaerob

Achinobachter spp.

Aspirasi, selesai operasi abdomen

Antibiotik sebelum onset pneumonia dan

ventilasi mekanik

Tabel 2.1. Faktor risiko pertama untuk patogen tertentu untuk pneumonia

nosokomial 4

2.3. Patogenenis

Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia

komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah.

Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah

yaitu : 1

4

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 5: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus

neurologis dan usia lanjut

2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan

pasien

3. Hematogenik

4. Penyebaran langsung

Kolonisasi orofaringeal oleh bakteri gram-negatif enterik terjadi pada sebagian

besar pasien di rumah sakit karena imobilitas, gangguan kesadaran, instrumentasi

(selang nasogastrik), higiene buruk, atau inhibisi eksresi asam lambung. Aspirasi

sekresi nasofaringeal (isi lambung) menyebabkan pneumonia nosokomial.5

5

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 6: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Gambar 2.3. Skema patogenesis pneumonia nosokomial

2.4. Faktor Resiko

Faktor risiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 bagian:

1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh

Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme,

azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur,

perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, 6

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 7: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik,

infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut (acute lung injury) serta

bronkiektasis. 1

2. Faktor eksogen adalah :

a. Pembedahan :

Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis

pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan

operasi abdomen bawah (5%). 1

b. Penggunaan antibiotik :

Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik

yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran

pencernaan. Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan penisilin

mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran pencernaan.

Sebagaimana diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring

melepaskan bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram

negatif. Pemberian penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri

gram positif dan meningkatkan kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring. 1

c. Peralatan terapi pernapasan :

Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas

aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi. 1

d. Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi enteral:

Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung

karena asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh

bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan 7

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 8: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di

lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0. 1

e. Lingkungan rumah sakit

1. Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur

2. Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur,

seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll

3. Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi 1

Faktor risiko kuman MDR penyebab HAP dan VAP (ATS/IDSA 2004) 5

1. Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir

2. Dirawat di rumah sakit ≥ 5 hari

3. Tingginya frekuensi resisten antibiotik di masyarakat atau di rumah sakit

tersebut

4. Penyakit immunosupresi dan atau pemberian imunoterapi

2.5. Manifestasi Klinis

Infeksi saluran pernafasan akut bagian atas: nyeri ketika menelan, demam >

40ºC, menggigil, batuk berdahak yang kental disertai pus atau darah ( bloodstreak ),

nyeri dada atau nyeri pleuritik dirasakan sewaktu menarik nafas dalam ( pleuritik pain

). 3

2.6. Diagnostik Fisik

5. Inspeksi : ekspansi dada tertinggal pada sisi yang terkena radang.

6. Palpasi : stem fremitus meningkat pada sisi yang sakit.

7. Perkusi : redup pada daerah yang sakit.

8. Auskultasi : nafas bronkhial disertai ronkhi basah halus. 2

8

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 9: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

2.7. Pemeriksaan Penunjang

- Radiologis

Dapat di temukan gambaran air bronkgram, distrubusi infiltrat pada sekmen

apikal lobus bawah, bentuk lesi berupa kavitas dengan air fluid level sugestif untuk

abses paru. Kadang dapat ditemukan gambaran efusi pleura. 4

Gambar 2.4. Foto thorax pada pasien pneumonia

9

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 10: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

- Darah rutin

Leukosit : umumnya menurun atau normal. 4

- Pemeriksaan khusus

Pewarnaan Gram dan kultur dahak yang dibatukkan, induksi sputum atau aspirasi

sekret dari selang endotrakea atau trakeostomi. Jika fasilitas memungkinkan dapat

dilakukan pemeriksaan biakan kuman secara semi kualitatif atau kuantitatif dan

dianggap bermakna jika ditemukan ≥ 106 colony-forming units/ml dari sputum, ≥ 105

– 106 colony-forming units/ml dari aspirasi endotrracheal tube, ≥104 – 105 colony-

forming units/ml dari bronchoalveolar lavage (BAL) , ≥ 103 colony-forming units/ml

dari sikatan bronkus dan paling sedikit 102 colony-forming units/ml dari vena kateter

sentral . Dua set kultur darah aerobik dan anaerobik dari tempat yang berbeda (lengan

kiri dan kanan) sebanyak 7 ml. Kultur darah dapat mengisolasi bakteri patogen pada

> 20% pasien. Jika hasil kultur darah (+) maka sangat penting untuk menyingkirkan

infeksi di tempat lain. Pada semua pasien pneumonia nosokomial harus dilakukan

pemeriksaan kultur darah. 1

2.8. Diagnosis

Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),

diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut : 1

1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan

menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk

rumah sakit

2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :

• Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif

• Ditambah 2 diantara kriteria berikut: - suhu tubuh > 38oC 10

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 11: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

- sekret purulen

- leukositosis

Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS : 1

1. Dirawat di ruang rawat intensif

2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O2 > 35 %

untuk mempertahankan saturasi O2 > 90 %

3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia multilobar atau kavitas

dari infiltrat paru

4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan atau

disfungsi organ yaitu :

1. Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60 mmHg)

2. Memerlukan vasopresor > 4 jam

3. Jumlah urine < 20 ml/jam atau total jumlah urine 80 ml/4 jam

4. Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis

11

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 12: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

2.9. Penatalaksanaan

12

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 13: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Gambar 2.5. Ringkasan penatalaksanaan HAP / VAP 1

Tabel 2.2. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP pada

pasien tanpa faktor risiko patogen MDR, onset dini dan semua derajat penyakit

(ATS / IDSA 2004).1

13

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 14: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Tabel 2.3. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP

untuk semua derajat penyakit pada pasien dengan onset lanjut atau

terdapat faktor risiko patogen MDR (ATS / IDSA 2004).1

Tabel 2.4. Dosis antibiotik intravena awal secara empirik untuk HAP dan VAP

pada pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR

(ATS / IDSA 2004).1

14

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 15: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Gambar 2.6. Skema terapi empirik untuk HAP dan VAP

2.10. Pencegahan

1. Pencegahan pada orofaring dan koloni di lambung

1. Hindari pemakaian antibiotik yang tidak tepat karena dapat

menyebabkan berkembangnya koloni abnormal di orofaring, hal ini akan

memudahkan terjadi multi drug resistant (MDR)

2. Pemilihan dekontaminan saluran cerna secara selektif termasuk

antibiotik parenteral dan topikal menurut beberapa penelitian sangat

efektif untuk menurunkan infeksi pneumonia nosokomial, tetapi hal ini

masih kontroversi. Mungkin efektif untuk sekelompok pasien misalnya

pasien umur muda yang mengalami trauma, penerima donor organ tetapi

hal ini masih membutuhkan survailans mikrobiologi

3. Pemakaian sukralfat disamping penyekat H2 direkomendasikan karena 15

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 16: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

sangat melindungi tukak lambung tanpa mengganggu pH. Penyekat H2

dapat meningkatkan

4. risiko pneumonia nosokomial tetapi hal ini masih merupakan perdebatan.

5. Penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan gerakan duodenum

misalnya metoklopramid dan sisaprid, dapat pula menurunkan bilirubin

dan kolonisasi bakteri di lambung.

6. Anjuran untuk berhenti merokok

7. Meningkatkan program vaksinasi S.pneumoniae dan influenza

2. Pencegahan aspirasi saluran napas bawah

1. Letakkan pasien pada posisi kepala lebih ( 30-45 O ) tinggi untuk

mencegah aspirasi isi lambung

2. Gunakan selang saluran napas yang ada suction subglotis

3. Gunakan selang lambung yang kecil untuk menurunkan kejadian refluks

gastro esofagal

4. Hindari intubasi ulang untuk mencegah peningkatan bakteri yang masuk

ke dalam saluran napas bawah

5. Pertimbangkan pemberian makanan secara kontinyu dengan jumlah

sedikit melalui selang makanan ke usus halus

3. Pencegahan inokulasi eksogen

1. Prosedur pencucian tangan harus dijalankan sesuai prosedur yang benar,

untuk menghindari infeksi silang

2. Penatalaksanaan yang baik dalam pemakaian alat-alat yang digunakan

pasien misalnya alat-alat bantu napas, pipa makanan dll

3. Disinfeksi adekuat pada waktu pencucian bronkoskop serat lentur

4. Pasien dengan bakteri MDR harus diisolasi

5. Alat-alat yang digunakan untuk pasien harus diganti secara berkala

misalnya selang makanan , jarum infus dll 16

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 17: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

4. Mengoptimalkan pertahanan tubuh pasien

1. Drainase sekret saluran napas dengan cara fisioterapi

2. Penggunaan tempat tidur yang dapat diubah-ubah posisinya

3. Mobilisasi sedini mungkin

2.11. Prognosis

Prognosis akan lebih buruk jika dijumpai salah satu dari kriteria di bawah ini,

yaitu

1. Umur > 60 tahun

2. Koma waktu masuk

3. Perawatan di IPI

4. Syok

5. Pemakaian alat bantu napas yang lama

6. Pada foto toraks terlihat gambaran abnormal bilateral

7. Kreatinin serum > 1,5 mg/dl

8. Penyakit yang mendasarinya berat

9. Pengobatan awal yang tidak tepat

10.Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten (P.aeruginosa, S.malthophilia,

Acinetobacter spp. atau MRSA)

11. Infeksi onset lanjut dengan risiko kuman yang sangat virulen

12. Gagal multiorgan

13.Penggunaan obat penyekat H2 yang dapat meningkatkan pH pada

pencegahan perdarahan usus.

17

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 18: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB III

Penutup

3.1. KesimpulanPneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien

48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum

masuk rumah sakit. Patogen penyebab pneumonia nosokomial berbeda dengan

pneumonia komuniti. Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan

multi drug resistance (MDR) atau kuman MDR dan Gram positif. Pneumonia

nosokomial yang disebabkan jamur, kuman anaerob dan virus jarang terjadi.

Etiologi kelompok pneumonia nosokomial tergantung pada 3 faktor yaitu :

tingkat berat sakit, adanya risiko untuk jenis patogen tertentu dan masa menjelang

timbul onset pneumonia.

Faktor risiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 yaitu: Faktor yang

berhubungan dengan daya tahan tubuh dan faktor eksogen berupa Pemakaian

antibiotik pada 90 hari terakhir, dirawat di rumah sakit ≥ 5 hari, tingginya frekuensi

resisten antibiotik di masyarakat atau di rumah sakit tersebut, penyakit

immunosupresi dan atau pemberian imunoterapi.

diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut : onset pneumonia

yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan menyingkirkan semua infeksi

yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit. Diagnosis pneumonia

nosokomial dapat ditegakkan dengan foto toraks dimana terdapat infiltrat baru atau

progresif dan ditambah 2 diantara kriteria berikut: suhu tubuh > 38oC, sekret purulen,

dan leukositosis.

Penatalaksanaan pneumonia nosokomial adalah dengan terapi antibiotik awal

secara empirik dengan memperhatikan faktor risiko patogen MDR, onset dan semua

derajat penyakit. Prognosis umumnya baik apabila ditangani dengan baik dan tidak

terdapat faktor yang memperberat.

18

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra

Page 19: KDK Bronkohjkcvbnfghj

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Daftar Rujukan

1. Gunadi. Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta. 2003 : 2-13.

2. Alsagaff.Hood dan Mukty H.Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.

Airlangga University Press. Cet.7. Surabaya .(2010) : 122-127.

3. Djojodibroto.Darmanto. Respirologi (respiratory medicine). EGC. Jakarta.

(2009). 136-141.

4. Sudoyo.W.Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jilid III. Edisi V.

(2009). 964-970.

5. Ward.P.T.Jeremy, dkk. At a Glance Sistem Respirasi. Erlangga. Edisi kedua.

Jakarta (2008) :78-79.

19

Judul : Pneumonia NosokomialOleh : Tiara Larasati, Juviza Melia Farma,Nurul Laili, Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti, Barkah Adina Putra