Kdk Obsgyn Cihuy
-
Author
irwan-nuryadin -
Category
Documents
-
view
52 -
download
2
Embed Size (px)
description
Transcript of Kdk Obsgyn Cihuy

BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki angka kematian ibu (AKI) paling tinggi se-Asia
Tenggara, yaitu 262 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010.
Angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan penurunan, tetapi masih jauh dari
target nasional dalam menurunkan AKI. Target AKI merupakan suatu komitmen
internasional dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang memiliki 8
target yang salah satu targetnya adalah menurunkan angka kematian ibu. Target
AKI untuk Indonesia adalah sebesar 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Saat ini angka kematian ibu di Jawa Tengah pada tahun 2010 mencapai
104,97/100.000 kelahiran hidup. Angka ini cenderung menurun bila dibandingkan
dengan AKI tahun 2008 dan 2009 yaitu sebesar 114,42/100.000 dan
117,02/100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2011 terjadi peningkatan
AKI di Jawa Tengah, yaitu sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup.1,2,3
Gambar 1. Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011
Departemen Kesehatan menyusun rencana jangka panjang untuk
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi baru lahir yang
dikenal dengan sebutan Making Pregnancy Safer (MPS).Terdapat tiga pesan
kunci MPS, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan
setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.4
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun
nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Ibu
1

hamil rentan mengalami berbagai risiko. Sebanyak 62,3% ibu hamil dapat
mengalami anemia, 27,6% ibu hamil mengalami KEK (Kurang Energi Kronis),
6-10% mengalami preeklampsia, dan 4% dapat mengalami diabetes gestasional.
Oleh karena itu, untuk mencegah komplikasi pada ibu hamil diperlukan suatu
pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Antenatal Care. Antenatal Care
adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu
dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan.5
Ada 7 standar minimal pemeriksaan pada antenatal care yang dikenal
dengan 7 T yaitu, menimbang berat badan dan tinggi badan; mengukur tekanan
darah; mengukur tinggi fundus uteri; pemberian imunisasi tetanus toxoid;
pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium rutin (Hb, protein urin, gula
darah, dan hepatitis B) dan khusus (HIV, sifilis, TBC, thalasemia); temu wicara
(konseling).
Selain pemeriksaan rutin yang wajib dilaksanakan oleh ibu hamil, perlu
dilaksanakan pendekatan keluarga atau yang disebut dengan pendekatan
kedokteran keluarga agar setiap penatalaksanaan pasien dalam hal ini ibu hamil
dapat lebih komprehensif dan berkesinambungan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan pada ibu hamil 20 minggu dengan anak terkecil umur < 2 tahun.
1.3. Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar
bagi mahasiswa agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara
langsung kepada pasien ibu hamil risiko tinggi.
2

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan Risiko Tinggi
2.1.1.Definisi
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan
untuk terjadinya suatu keadaan gawat yang tidak diinginkan dikemudian hari,
misalnya terjadinya kematian, kesakitan atau kecacatan pada ibu dan bayinya.5
Faktor risiko adalah karasteristik atau kondisi pada seseorang atau
sekelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan
terjadinya kesakitan atau kematian pada ibu dan atau bayinya. Untuk itu
dibutuhkan sekali kegiatan skrining adanya faktor risiko pada semua ibu hamil
sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan.5,6
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun
nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas normal. Dari
definisi tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok risiko tinggi cenderung
akan mengalami mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi baik pada ibu
maupun pada bayinya.7
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian
terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau
cirri-ciri yang menyebabkan ibu atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit
atau kematian. Cara menentukan kehamilan risiko tinggi terdiri dari 2 cara yaitu
dengan cara skoring dan cara kriteria.7
2.1.2.Cara Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi 6,7
Cara skoring.
Kelompok Faktor Risiko I:
Ada – Potensi – Gawat – Obstetrik/APGO dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah.
Tujuh terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur ≥ 35
tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah ≤ 145
cm dan 3 Pernah adalah riwayat obstetri jelek, persalinan lalu mengalami
3

perdarahan pascapersalinan dengan infuse/transfuse, uri manual, tindakan
pervaginam, bekas operasi sesar. (masing-masing memilki skor 4)
Kelompok Faktor Risiko II:
Ada – Gawat – Obstetrik/AGO – penyakit ibu, preeclampsia ringan, hamil
kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak
lintang.(masing-masing memiliki skor 4, kecuali letak lintang dan letak
sungsang dengan skor 8)
Kelompok Faktor Risiko III:
Ada – Gawat – Darurat – Obstetrik/AGDO; perdarahan antepartum dan
preeclampsia berat/eklampsia (masing-masing memiliki skor 8)
Berdasarkan jumlah skor, ada 3 kelompok risiko:
1. Kelompok Non risiko tinggi (KRR) – jumlah skor 2, selama hamil tanpa
faktor risiko.
2. Kelompok Risiko Tinggi (KRT) – jumlah skor 6 – 10, dapat dengan FR
tunggal dari kelompok FR I, II, atau III, dan dengan FR ganda 2 dari
kelompok FR I dan II.
3. Kelompok Risiko Sangat Tinggi (KRST)–jumlah skor ≥ 12, ibu hamil
dengan FR ganda dua atau tiga dan lebih.
Cara Kriteria
Apabila dalam anamnesis dan pemeriksaan ibu hamil didapatkan satu atau
lebih faktor risiko (kriteria) maka dapat digolongkan sebagai ibu hamil dengan
risiko tinggi.Sedangkan apabila tidak terdapat faktor risiko digolongkan sebagai
faktor risiko rendah.Faktor-faktor risiko atau kriteria ibu hamil risiko tinggi
adalah: 6,7
1. Sehubungan dengan kondisi ibu, yaitu :
- Primigravida usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Usia kehamilan lebih dari 42 minggu
- Berat badan ibu tergolong obesitas
- Ukuran lingkar lengan atas ibu hamil kurang dari 23,5 cm
- Tekanan darah systole lebih dari 130 mmHg dan diastole antara lebih
dari 95 mmHg
- Jumlah kelahiran anak lebih dari 5
- Jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun
2. Sehubungan dengan penyakit, yaitu :
4

- Terdapat riwayat asma
- Terdapat riwayat hipertensi
- Terdapat riwayat diabetes melitus
- Terdapat riwayat sakit kronik lainnya
3. Sehubungan dengan riwayat persalinan, yaitu :
- Riwayat persalinan prematur
- Riwayat perdarahan
- Riwayat operasi
- Riwayat penyulit persalinan
2.1.3. Komplikasi Ibu Hamil Risiko Tinggi
Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu:
1. Sehubungan dengan kondisi ibu, yaitu :
- Perdarahan berulang
- Kesulitan dalam persalinan
- Kelelahan dalam persalinan
- Kecacatan ibu dan janin
- Kematian ibu dan janin
2. Sehubungan dengan penyakit, yaitu :
- Sesak nafas
- Kejang
- Koma
- Perdarahan berulang
- Penurunan daya tahan tubuh
- Kesulitan dalam persalinan
- Kematian ibu dan janin
3. Sehubungan dengan riwayat persalinan, yaitu :
- Perdarahan berulang
- Robekan dalam rahim
- Kesulitan dalam persalinan
- Kematian ibu dan janin
2.1.4. Hubungan Usia Ibu dengan Kehamilan
Usia produktif yang optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 20 –
35 tahun. Risiko akan meningkat pada usia di bawah 20 tahun maupun di atas
5

35 tahun. Wanita yang hamil di usia muda, belum mencapai kematangan fisik
dan mental yang cukup. Kehamilan di usia muda akan menghabiskan
persediaan makan yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bagi
seorang gadis yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga wanita yang
hamil di usia muda, berisiko menderita berbagai komplikasi seperti anemia,
preeklampsia, eklampsia dan mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan
rendah. Sedangkan kehamilan pada usia tua (> 35 tahun) mempunyai risiko
yang lebih besar untuk mendapatkan penyulit kehamilan (preeklampsia –
eklampsia, plasenta previa) maupun penyulit persalinan (bedah caesar,
perdarahan postpartum) dikarenakan organ reproduksi yang tidak elastis lagi.1,7-
9
2.1.5. Infeksi dalam Kehamilan
Infeksi dalam kehamilan berdasarkan penyebabnya dikelompokan
menjadi tiga penyebab yaitu : 10
- Infeksi virus, meliputi varisela zoster, influenza, parotitis, rubeola, virus
pernapasan, enterovirus, parfovirus, rubella, sitomegalovirus.
- Infeksi bakteri meliputi streptokokus grup A, streptokokus grup B, listeriosis,
salmonella, sigela, morbus hansen.
- Infeksi protozoa meliputi toksoplasmosis, amubiasis.
Terdapat empat jenis penyakit infeksi yang berbahaya bagi janin apabila
infeksi ini diderita oleh ibu hamil, di mana keempat penyakit infeksi ini dikenal
dengan istilah TORCH yaitu toksoplasma, rubella, sitomegalovirus dan herpes.10
2.1.6.Hubungan Jarak Kehamilan terhadap Kehanilan
Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan
kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan
kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya, dan berisiko terjadi
anemia dalam kehamilan karena setelah cadangan zat besi ibu hamil pulih
akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandungnya.8
2.1.7. Pengaruh Nutrisi pada Kehamilan
Peningkatan berat badan yang optimal dan sehat selama hamil
diharapkan akan mencapai usia hamil yang cukup bulan (aterm), tumbuh
6

kembang janin yang baik, komplikasi selama hamil dan persalinan yang
minimal dan pada akhirnya akan menunjang kondisi ibu selama masa laktasi
dan sesudahnya. Ibu hamil yang underweight ( BMI < 19,8 ) dengan
peningkatan berat badan selama hamil tidak adekuat akan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (< 2500 gr ), sebaliknya ibu hamil yang overweight
( BMI > 26,0 ) dengan peningkatan berat badan selama hamil berlebihan akan
melahirkan bayi dengan berat lahir yang tinggi melebihi yang seharusnya
(makrosomi).9
Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) dimaksudkan untuk mengetahui
prevalensi wanita usia subur umur 20-35 tahun dan ibu hamil yang menderita
Kurang Energi Kalori (KEK). Kurang energy kalori pada ibu hamil bisa terjadi
karena konsumsi energi maupun protein mengalami kekurangan dalam jangka
waktu yang lama. Ambang batas LiLA pada WUS dengan risiko KEK adalah
23,5 cm. Wanita yang memiliki risiko KEK adalah wanita dengan LiLA kurang
dari 23,5 cm. Di mana pada wanita yang mengalami KEK ini cenderung akan
mengalami anemia gizi yang nantinya dapat menyebabkan komplikasi saat
kehamilan, persalian, maupun masa nifas.6,9
2.1.8. Anemia dalam Kehamilan
Wanita yang sedang hamil sering mengalami anemia. Batasan anemia
pada ibu hamil ialah bila kadar Hb kurang dari 11 g/dl pada trimester ke-1 dan
ke-3 dan pada trimester kedua kurang dari 10,5 g/dl. Hal ini terjadi karena
peningkatan volume plasma, sedangkan pada akhir kehamilan plasma menurun
dan massa hemoglobin meningkat terus.7
Kebutuhan besi dalam kehamilan yaitu 1 gram, di mana 300 mg
ditujukan untuk janin, sisanya untuk perkembangan ibu dan plasenta. Pengaruh
anemia dalam kehamilan ialah kemungkinan peningkatan risiko kelahiran
preterm.Wanita hamil yang mengalami anemia berat bisa menjadi lelah
berlebihan, nafas tersengal, dan sakit kepala berkunang-kunang. Risiko
persalinan preterm dan infeksi setelah melahirkan pun akan meningkat.6
2.1.9. Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu disamping perdarahan dan infeksi.Di Indonesia preeklampsia dan
eklamsia masih merupakan penyebab dari kematian ibu.Sebagai batasan
7

hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan tekanan darah diastolik ≥90
mmHg dan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan proteinuria.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan antara lain: 9
Hipertensi gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang hanya
dijumpai dalam kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak
dijumpai keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Diagnosa akhir
ditegakkan pasca persalinan.
Hipertensi kronis adalah hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan,
selama kehamilan sampai sesudah masa nifas. Tidak ditemukan keluhan
dan tanda-tanda preeklampsia lainnya.
Superimposed preeklampsia adalah gejala dan tanda-tanda preeklampsia
muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya
menderita hipertensi kronis
Preeklamsia ringan, preeklampsia berat, eklampsia : 9
a. Preeklampsia ringan adalah jika tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada
usia kehamialn > 20 minggu, proteinuria > 300 mg dalam 24 jam atau
dipstick+1.
b. Preeklampsia berat adalah jika tekanan darah > 160/110 mmHg ,
proteinuria ≥ +2 (usia kehamilan > 20 minggu).
c. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma.
Sebelumnya wanita ini menunjukkan gejala-gejala preeklampsia berat
(kejang timbul bukan akibat kelainan neurologik).
2.1.10. Diabetes Mellitus dalam Kehamilan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil
tanpa membedakan apakah pasien perlu mendapat insulin atau tidak.
Pembagian diabetes mellitus pada kehamilan : 11
1. DM yang memamg sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi
hamil (DM hamil = DM progestasional). Sebagian besar termasuk
golongan IDDM (Insulin Dependent DM)
2. DM yang baru saja ditemukan pada saat kehamilan (DM Gestasional =
DMG). Umumnya termasuk golongan IIDDM (Non Insulin Dependent
DM).
8

DMG sendiri dibagi dua sub kelompok, yaitu :
Sudah mengidap DM sebelumnya, tetapi baru diketahui pada saat hamil
(sama dengan DMH).
Belum pernah mengidap DM dan baru mengidap DM pada masa
kehamilan (Pregnancy-Induced Diabetes Mellitus). Merupakan DMG
sesungguhnya, sesuai dengan definisi lama WHO 1980.
Kedua sub-kelompok ini baru dapat dibedakan setelah dilakukan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) ulangan pasca persalinan. Untuk sub kelompok
DMH, hasil TTGO pasca persalinan masih tetap abnormal, sedangkan untuk
DMG hasil akan kembali normal.11
2.1.11. Hubungan Riwayat Perdarahan dengan Kehamilan
Riwayat perdarahan pada kehamilan dapat bersumber dari kelainan
plasenta maupun non plasenta.Perdarahan akibat plasenta (perdarahan
antepartum) terdiri dari plasenta previa, solutio plasenta, dan vasa previa.6
2.1.12. Usaha Pencegahan Kematian Ibu Hamil dengan Risiko Tinggi
Usaha pencegahan kematian ibu hamil dapat dimulai dari dalam
keluarga, maupun karena keluarga merupakan orang terdekat dari ibu hamil
dan dapat memberikan pengawasan sehari-hari. Oleh sebab itu, perlu
dibicarakan dengan ibu hamil, suami, dan keluarga tentang tempat dan
penolong untuk persalinan yang aman. Keluarga dapat ikut berperan serta
dalam mengambil keputusan untuk mempersiapkan mental ibu dan
merencanakan biaya, transportasi, dan kebutuhan lainnya jauh sebelum
persalinan sehingga menuju ke kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana dan
Rujukan Tepat Waktu.Di mana sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh
4 terlambat (4T), antara lain : 6-9
1. Terlambat mengenali tanda bahaya risiko tinggi
2. Terlambat mengambil keputusan
3. Terlambat memperoleh transportasi
4. Terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai.
Oleh karena itu, diupayakan untuk mencegah 4T dengan cara :
1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya risiko tinggi.
2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga.
3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan.
9

4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara
memadai.
2.2. Keluarga Berencana Rasional
Seorang perempuan telah dapat melahirkan segera setelah ia mendapat
haid yang pertama (menarche). Kesuburan seorang perempuan akan terus
berlangsung sampai mati haid (menopause). Kehamilan dan kelahiran terbaik,
artinya risiko paling rendah untuk ibu dan anak adalah antara 20-35 tahun pada
persalinan pertama dan kedua dengan jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4
tahun. Agar dapat memperkecil risiko pada kehamilan, perlu pengaturan masa
kehamilan salah satunya dengan menggunakan alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi
yang dipilih sudah seharusnya sesuai dengan tujuan dari pengggunaan alat
kontrasepsi atau yang disebut dengan pemilihan kontrasepsi yang rasional. Pola
pemilihan kontrasepsi yang rasional adalah sebagai berikut: 12
a. Fase Menunda Kehamilan (usia ibu < 20 tahun)
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
- Reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%,
karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
- Efektifitas tinggi, artinya tingkat terjadinya kegagalan pada pemakaian alat
kontrasepsi ini kecil, karena kegagalan akan menyebabkan kehamilan
dengan risiko tinggi.
Kontrasepsi yang cocok :
- Pil prioritas oleh karena reversibilitas tinggi
- IUD
- Sederhana
- Implan
- Suntikan
b. Fase Menjarangkan Kehamilan (usia ibu 20-35 tahun)
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
- Efektifitas cukup tinggi
- Reversibilitas cukup tinggi, karena peserta masih mengharapkan punya anak
lagi
- Dapat dipakai 3 sampai 4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang
direncanakan
10

- Tidak menghambat air susu ibu (ASI)
Kontrasepsi yang cocok :
- IUD
- Suntikan
- Minipil
- Pil
- Implan
- Sederhana
c. Fase Tidak Hamil Lagi (usia ibu > 35 tahun)
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
- Efektifitas sangat tinggi
- Dapat dipakai untuk jangka panjang
- Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Beberapa kelainan pada usia tua
seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya
meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang
menambah kelainan tersebut.
Kontrasepsi yang cocok :
- Steril
- IUD
- Implan
- Suntikan
- Sederhana
- Pil
2.3. Kedokteran Keluarga
2.3.1.Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter
harus mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga
makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik,
sosiologik, ekologik, dan medik.13
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
11

keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah
sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah
tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.13
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup
keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal
yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga
lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan
keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas
hidup keluarga.13
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku
yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan
pola perilakuk dan kebiasaannya.13
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses
dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang
berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan: 13
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.13
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi
ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga
sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.13
12

2.3.2.Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran
serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan
anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka
hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga
dan anggota keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah
keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.13
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia
kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah
organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam
lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat
menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan
sosial keluarga.13
13

BAB 3LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
I. Identitas Pasien dan Keluarga
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Dusun Karangsari II RT 02 RW 07, Desa
Sidoagung, Kec. Tempuran Kab. Magelang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Dusun Karangsari 2 Desa Sidoagung,
Tempuran Kabupaten Magelang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pengrajin Genteng
14

II. Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah
Tabel 1 Daftar Anggota Keluarga Kandung
No Nama Kedudukan
dalam
Keluarga
Jenis
Kelamin
Umur
(th)
Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1 Asmui KK L 35 SMA Pengrajin
genteng
Sehat
2 Ani Istri KK P 24 SMP Ibu Rumah
Tangga
Hamil kedua
3 Maulida Anak P 1,5 - - Sehat
Tabel 2 Daftar Anggota Yang Tinggal Serumah
No Nama Kedudukan
dalam
Keluarga
Jenis
Kelamin
Umur
(th)
Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1 Suratmi KK P 62 SD Petani Sehat
III. Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan
Keluhan Utama
Tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Saat Datang Pertama (22 Januari 2012)
Pasien memeriksakan diri rutin ke Puskesmas Tempuran karena
kehamilannya. Saat ini pasien berusia 24 tahun, hamil anak kedua. Pada
kehamilan ini pasien tidak merasakan ada keluhan apapun. Keluhan mual
muntah saat hamil (-). Pasien sempat mengalami keluhan darah rendah
pada kehamilan ini dan diberikan tablet penambah darah dari Puskesmas
Tempuran. ANC 4x, sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat operasi disangkal
b. Riwayat alergi disangkal
c. Riwayat hipertensi disangkal
d. Riwayat sering kencing, sering lapar, dan sering haus disangkal
e. Riwayat penyakit jantung disangkal
15

Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat alergi disangkal
b. Riwayat hipertensi disangkal
c. Riwayat sering kencing, sering lapar dan sering haus disangkal
d. Riwayat penyakit jantung disangkal
e. Riwayat kelainan kongenital
Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Lama haid : 5 hari
Siklus haid : 28 hari,teratur
HPHT : 6 Agustus 2012
Taksiran Persalinan : 13 Mei 2013
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali dengan suami sekarang selama 3 tahun
Riwayat Obstetri
1. P1A0 2800gram, persalinan normal 38 minggu, lewat bidan.
Riwayat KB
Pasien tidak pernah memakai KB.
Riwayat Antenatal Care
Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di Puskesmas
Tempuran, sebanyak 4 kali. Pasien mendapatkan suntikan TT sebanyak 2 kali.
Hasil Pemeriksaaan Fisik
Tanggal 22 Januari 2013, pukul 11.00 WIB di Rumah pasien.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
T : 120/70 mmHg TB : 148,5 cm
N : 100x/menit, isi dan tegangan cukup BB : 52,5 kg
16

RR: 22x/menit
t : 36,5 C (aksiler)
Kepala : mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Discharge (-),nyeri tekan mastoid (-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering
Tenggorok :T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), post nasal drip
(-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran nnll (-/-)
Thorax : Simetris, retraksi otot pernafasan (-), sela iga melebar
(-), venektasi dinding dada (-)
Cor
I : Iktus Cordis tak tampak
Pa :Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm lateral LMCS, kuat angkat,
tidak melebar.
Pe : Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternal dektra
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea medioclavicula
sinistra
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Aus : SJ I – II normal, bising tidak ada, gallop (-)
Pulmo
I : Simetris, statis, dinamis
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Aus : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen :
I : cembung, venektasi (-)
Au : Bising usus dalam batas normal
Pe : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa :supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), nyeri alih
(-) , turgor kulit kembali lambat
Ekstremitas : Superior Inferior
17

Oedema - / - - / -
Sianosis - / - - / -
Akral dingin - / - - / -
Cappilary Refill <2”/<2” <2”/<2”
Status Obstetrikus
Tinggi Fundus Uteri : 20 cm
His : (-)
DJJ : (+)
PPV : (-)
Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Hb = 12 gr%
Diagnosis Kerja
G2P1A0, 24 tahun, hamil 20 minggu dengan usia anak pertama kurang dari 2
tahun (1,5 tahun).
Rencana Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa yang telah diberikan :
R/ Fe tab no XXX
S 1 dd tab I
Terapi edukasi :
o Pasien dianjurkan minum tablet Fe teratur
o Pasien dianjurkan makan makanan yang bergizi
o Pasien dianjurkan untuk memeriksakan diri tiap 1 bulan sekali karena
sedang trimester II
o Pasien dianjurkan segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau bidan
terdekat apabila ada keluhan dalam kehamilan
o Pasien dianjurkan untuk langsung menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan anak kedua
Tabel Permasalahan pada Pasien
Tabel Permasalahan pada pasien dan keluarganya
No. Risiko & masalah
kesehatan
Rencana pembinaan Sasaran
18

1 2 3 4
1. Usia anak pertama
< 2 tahun (1,5
tahun)
Menjelaskan pengaruh jarak kehamilan terlalu
dekat
Memotivasi pasien agar lebih perhatian dan
menjaga kehamilannya
Pasien dan
keluarga
2. Tidak menggunakan
alat kontrasepsi
Menjelaskan kepada pasien pentingnya
merencanakan kehamilan
Menjelaskan kepada pasien jenis-jenis alat
kontrasepsi, kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing alat kontrasepsi
Memotivasi pasien agar langsung
menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan anak ke-2
Pasien dan
suami
Genogram Keluarga Kandung
Keterangan :
1Mertua pasien (meninggal)
2Mertua pasien
3& 4 Orang tua pasien (meninggal)
5 Suami pasien : sehat
6 Pasien : G2P1A0, 24 tahun, hamil 20 minggu dengan usia
anak terkecil 1,5 tahun
7 Anak pasien : sehat
5 6
7
19

IV. Identifikasi Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan penderita diperoleh keterangan bahwa pasien
tidak ada keluhan.
b. Fungsi Psikologis
Pasien adalah ibu rumah tangga. Hubungan pasien dengan tetangga dan
orang-orang di sekitar rumah baik. Pasien tinggal bersama suami dan
salah satu orang anak serta ibu mertua. Hubungan dengan seluruh
anggota keluarga baik.
c. Fungsi Ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai pengrajin
genteng dengan penghasilan tidak tetap, Rp 1.000.000 per bulan. Anak
pertama berusia 1,5 tahun.
d. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMP sedangkan pendidikan terakhir
suami adalah SMA. Anak pasien sejumlah 1 orang, Anak pertama masih
berusia 1,5 tahun.
e. Fungsi Religius
Pasien dan seluruh anggota keluarga beragama Islam, menjalankan shalat
5 waktu. Pasien mengikuti kegiatan pengajian setiap dua minggu sekali.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di rumah milik sendiri di kawasan pemukiman milik
penduduk. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat sekitar rumah
baik.
VI. Pola Konsumsi Pasien
Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Pasien biasanya makan di rumah.
Variasi makanan sebagai berikut : nasi, lauk (daging, ikan, tahu, tempe), sayur
(sop, lodeh, bayam, dll), air minum (air putih dan teh). Air minum berasal dari
air sumur pompa yang dimasak sendiri.
VII. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
1. Faktor Perilaku
20

Ruang Tamu
TerasTeras
Kamar Tidur Mushola
Pasien dan suami memperhatikan kehamilan saat ini. Suami
pasien rajin mengantarkan pasien untuk ANC di Puskesmas.
2. Faktor Lingkungan
Tinggal dalam rumah yang pencahayaan oleh sinar matahari
cukup, serta sirkulasi udara dalam rumah lancar. Sirkulasi udara di dapur
lancar karena mempunyai saluran pembuangan asap dan pintu yang selalu
terbuka saat memasak. Sumber air dari mata air dan dimasak sebelum
dikonsumsi. Tidak mempunyai saluran pembuangan air limbah, kebiasaan
buang air besar dengan menggunakan WC angsatrin, pembuangan sampah
dilakukan di halaman belakang rumah yang dibakar tiap 3 hari sekali.
3. Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Pos Kesehatan Desa yang berjarak 50 m, praktek bidan
200m, dan Puskesmas Tempuran yang berjarak 1 km.
4. Faktor keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keganasan,
kelainan kongenital, dan penyakit keturunan lainnya.
VIII. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Dusun Karangsari II Desa Sidoagung RT
03 RW 07, dengan ukuran luas tanah 120 m2, bentuk bangunan 1 lantai.
Secara umum gambaran rumah terdiri dari 3 kamar tidur. Terdapat 1
kamar mandi yang tergabung dengan WC, 1 dapur di bagian samping kiri
rumah. Rumah beratapkan genteng, dinding tembok, lantai dari keramik.
Penerangan dalam rumah dan kamar cukup. Ventilasi dan jendela yang
cukup memadai. Cahaya matahari masuk lewat pintu dan jendela kaca.
Sumber air bersih dari mata air, air minum dimasak sendiri. Fasilitas
MCK menggunakan WC angsatrin, bak mandi dikuras 2 minggu 1 kali.
Kebersihan dapur cukup, terdapat lubang asap dapur. Tidak terdapat
pembuangan saluran air limbah. Tempat sampah utama di halaman
belakang rumah, dibakar setiap tiga hari sekali. Mempunyai hewan
peliharaan ayam, kandang terpisah dari rumah, sering dibersihkan setiap
seminggu sekali.
2. Denah Rumah
21

IX. Diagnosis Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Pasien tidak mempunyai keluhan dalam kehamilannya baik pada
kehamilan pertama maupun kehamilan saat ini.
Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
Riwayat penyakit menular dan penyakit kronis dalam keluarga tidak
didapatkan.
Riwayat penyakit menular dan penyakit kronis di lingkungan rumah
tidak didapatkan.
2. Fungsi Psikologi
Hubungan dengan anggota keluarga serumah baik.
Hubungan dengan tetangga sekitar rumahnya baik
3. Fungsi Sosial
Dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Keadaan ekonomi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien menginginkan kehamilan ini dan memperhatikan kehamilannya.
6. Faktor Perilaku
Kehamilan saat ini oleh karena tidak memakai alat kontrasepsi.
X. Diagram Realita yang Ada pada Keluarga
Status Kesehatan
Perilaku
Yankes
Genetik
Lingkungan
Puskesmas Tempuran
G2P1A0, 24 tahun, hamil 20 minggu dengan usia anak pertama kurang dari 2 tahun (1,5 tahun)
22

Tidak menggunakan alat kontrasepsikehamilan yang tidak direncanakan pasien dan keluarga memperhatikan kehamilannya
23

XI. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tabel pembinaan dan hasil kegiatan
Tgl. Kegiatan yang dilakukan Keluarga yang
terlibat
Hasil kegiatan
22/1/13 Melakukan anamnesis mengenai kehamilan pasien
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
kehamilannya, meliputi faktor resiko, komplikasi dan
pencegahan komplikasi.
Pasien dan
keluarga
Keluarga memahami penjelasan tentang penyakit
yang diberikan
23/1/13 Memotivasi pasien untuk mempersiapkan sejak dini
persalinan pasien baik dari psikologis maupun financial
Pasien dan
keluarga
Keluarga bersedia mempersiapkan sejak dini
persalinan bagi pasien
23/1/13 Menganjurkan pasien untuk minum tablet Fe teratur serta
makan makanan yang bergizi
Pasien dan
keluarga
Pasien bersedia minum tablet Fe dengan teratur dan
makan makanan yang bergizi
23/1/13 o Pasien dianjurkan untuk memeriksakan diri tiap bulan
karena sudah memasuki trimester II kehamilan.
o Pasien dianjurkan segera memeriksakan diri ke
Puskesmas atau bidan terdekat apabila ada keluhan
dalam kehamilan
Pasien dan
keluarga
Pasien bersedia memeriksakan diri rutin ke
Puskesmas
24

23/1/13 Menganjurkan pasien untuk menjarangkan kehamilan
setelah persalinan ini dengan alat kontrasepsi yang tepat
(IUD, steril)
Pasien dan
keluarga
Pasien bersedia menjarangkan kehamilan dengan
salah satu alat kontrasepsi yang dianjurkan
XII.Kesimpulan Pembinaan Keluarga
1. Tingkat pemahaman : pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik.
2. Faktor pendukung : - pasien dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan
- sikap pasien yang sangat kooperatif
3. Faktor penyulit : -
4. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui, berkomunikasi dua arah tentang materi yang disampaikan dan menyetujui program yang
diajukan
25

BAB 4PENUTUP
4.1. KesimpulanPenatalaksanaan pasien ibu G2P1A0, 24 tahun, hamil 20 minggu dengan
usia anak pertama kurang dari 2 tahun dengan pendekatan kedokteran keluarga
adalah sebagai berikut:
Terapi medikamentosa:
R/ Fe tab no XXX
S 1 dd tab I
Terapi edukasi :
1. Pasien dianjurkan minum tablet Fe teratur
2. Pasien dianjurkan makan makanan yang bergizi
3. Pasien dianjurkan untuk memeriksakan diri tiap 1 bulan karena sudah
memasuki trimester II kehamilan.
4. Pasien dianjurkan segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau bidan
terdekat apabila ada keluhan dalam kehamilan
5. Pasien dianjurkan untuk untuk menjarangkan kehamilan setelah
melahirkan anak kedua dengan menggunakan salah satu alat
kontrasepsi yang tepat
Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kehamilannya, meliputi
faktor resiko, komplikasi dan pencegahan komplikasi.Memotivasi pasien
dan keluarga untuk bersama-sama memperhatikan kehamilan pasien.
2. Memotivasi pasien untuk mempersiapkan sejak dini persalinan pasien
baik dari psikologis maupun finansial.
3. Menganjurkan pasien untuk minum tablet Fe teratur serta makan
makanan yang bergizi. Menganjurkan pasien untuk periksa USG ke
dokter spesialis kandungan untuk melihat kondisi janin dalam kandungan
pasien.
4. Pasien dianjurkan untuk memeriksakan diri tiap 4 minggu karena sudah
trimester II kehamilan.
5. Pasien dianjurkan untuk langsung menggunakan alat kontrasepsi setelah
persalinan anak kedua.
26

6. Pasien dianjurkan segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau bidan
terdekat apabila ada keluhan dalam kehamilan
4.2. SaranUntuk menurunkan angka kematian ibu terutama akibat kehamilan risiko
tinggi diperlukan pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien secara
komprehensif.
27

DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [cited 2012 Nov 16]. Available from: http://www.depkes.go.id/dmdocuments/profilkesehatanindonesia2010.pdf
2. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [cited 2012 Nov 16]. Available from: http://www.depkes.go.id/dmdocuments/profilkesehatanindonesia2010.pdf
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
Jakarta; 2011.
4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan 2010. Semarang; 2010.
5. Departemen Kesehatan RI, 2006.
6. Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Jakarta, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo 2009.
7. Maisuri TC. Kehamilan Risiko Tinggi. Artikel Ilmiah Populer. Universitas
Hasanudin [updated 2010 Mei 19; cited 2011 Feb 17]. Available from :
http://med.unhas.ac.id/obgin/index.php?
option=com_content&task=view&id=90&Itemid=62
8. Husain, Rizkha. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya risiko
tingginpada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas ampana timur tahun 2008. [thesis].
Sulawesi Tengah. Puskesmas Ampana Timur; 2008.
9. Suswadi. Penyulit Kehamilan dan Persalinan pada Wanita Usia Tua. [thesis].
Semarang: Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi.
Universitas Diponegoro; 2000.
10. Infeksi dalam Kehamilan. [cited 2012 Maret 28]. Available
http://spesialistorch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&9
11. Hariadi R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya: Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2004.
12. Suparman, E. Diabetes Melitus dalam Kehamilan. Bagian SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/Rumah Sakit Umum
Pusat Manado. [cited 2012 Feb 28]. Available
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_DiabetesMellitusDalamKehamilan.pdf/
10_DiabetesMellitusDalamKehamilan
13. Anies. Kedokteran keluarga & pelayanan kedokteran berprinsip pencegahan.
Semarang: Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas
Kedokteran Universitas Dipenegoro; 2003.
28