Kasbes Kdk
Embed Size (px)
Transcript of Kasbes Kdk

LAPORAN KASUS
SEORANG ANAK DENGAN OBSERVASI KEJANG DEMAM, PROSES SPESIFIK, DAN
KURANG ENERGI PROTEIN RINGAN KRONIS
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Oleh :
RIMA SITI ROHIMAH
G2A 098 150
Penguji : dr. Elli Delliana, Sp.A(K)
Pembimbing : dr. Maria CM Warwe
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2003HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Rima Siti Rohimah
N I M : G2A 098 150
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro
Judul Kasus : Seorang Anak dengan Observasi Kejang Demam, Proses
Spesifik dan Kurang Energi Protein Ringan Kronis
Penguji : dr. Elly Deliana S, SpA
Pembimbing : dr. Maria CM Warwe
Semarang, September 2003
Penguji
( dr. Elly Deliana S, SpA )
Pembimbing
( dr. Maria CM Warwe )
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat-Nya, sehingga laporan kasus “Seorang Anak dengan Observasi Kejang
Demam, Proses Spesifik, dan Kurang Energi Protein RinganKronis” dapat
terselesaikan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dalam menempuh Kepaniteraan
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Elly Deliana S, SpA, selaku penguji dalam laporan kasus ini.
2. dr. Maria CM Warwe, atas bimbingannya dalam penulisan laporan kasus ini.
3. Teman-teman Co-Ass dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, September 2003
Penulis
iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Tujuan dan Masyarakat ................................................. 2
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................ 3
A. Identitas Penderita ......................................................... 3
B. Data Dasar ..................................................................... 3
C. Daftar Masalah .............................................................. 10
D. Diagnosis ....................................................................... 10
E. Penatalaksanaan ............................................................. 11
F. Program ......................................................................... 11
Catatan Kemajuan ......................................................... 12
G. Hasil Kunjungan Rumah ............................................... 15
BAB III PEMBAHASAN ................................................................. 19
A. Diagnosis ....................................................................... 19
B. Pengelolaan ................................................................... 22
C. Prognosis ....................................................................... 24
D. Bagan Permasalahan ...................................................... 26
BAB IV RINGKASAN ..................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 28
iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan bentuk kejang akut simtomatik, ini terjadi pada 2-
5% anak dan merupakan bentuk kejang tersering pada masa anak-anak. Kejang
demam lebih sering terjadi pada usia 6 bulan sampai 3 tahun dimana insidensi
terbanyak pada usia 18 bulan. Kejang demam menurut International League Against
Epilepsy (ILAE) ialah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
tanpa adanya infeksi pada sistem saraf pusat ataupun ketidakseimbangan elektrolit
yang terjadi pada anak usia lebih dari 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa panas
sebelumnya. Mortalitas pada kejang demam sangat rendah, hanya sekitar 0,46 - 0,74
%. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.(1)
Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyakit yang masih sangat luas
didapatkan dinegeri yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak
maupun orang dewasa yang jug dapat menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan
WHO dan Unicef di daerah Yogyakarta 0,6% penduduk menderita tuberkulosis
dengan basil tuberkulosis positif dalam dahaknya, dengan perbedaan prevalensi
antara di kota dan di desa masing-masing 0,5 – 0,8% dan 0,3 – 0,4%. Uji
tuberkulosis (uji Mantoux) pada 50% penduduk menunjukkan hasil positif dengan
perincian berdasar golongan umur sebagai berikut : (2)
1 – 6 tahun : 25,9%
7 – 14 tahun : 42,4%
15 tahun ke atas : 58,6%
Penyakit Tuberkulosis (TB) anak merupakan penyakit sistemik yang dapat
bermanifestasi pada berbagai organ terutama paru. Sifat sistemik ini karena adanya
penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadinya infeksi primer
Mycobacterium tuberculosis. Faktor yang menentukan tejadinya penyakit, tergantung
pada virulensi, jumlah kuman dan frekuensi infeksi. Keadaan umum dan status gizi
1

penderita juga mempengaruhi terjadinya penyakit. Juga faktor kekebalan
alami/spesifik yang tergantung umur, daya tahan sangat rendah pada bayi dan Balita,
mempengaruhi lebih mudah terjadinya infeksi/penyakit tuberkulosis pada kelompok
umur tersebut.Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya basil TB dari
bahan yang diambil dari pasen, misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dan lain-
lain. Pada anak spesimen tersebut sulit dan jarang didapat, di samping itu sensitivitas
pemeriksaan biakan rendah, belum lagi sangat terbatasnya fasilitas laboratorium
yang mampu melakukaknnya. Oleh karena itu, sebagian bsar diagnosis TB anak
didasarkan atas gambaran klinis, uji tuberkulin, dan gambaran radiologis.(3,4)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Anak usia di bawah lima tahun (balita)
adalah golongan anak yang rentan terhadap kesehatan dan gizi, diantaranya adalah
masalah kurang energi protein (KEP) yang merupakan masalah gizi utama di
Indonesia. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak.(5)
Berdasar latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyajikan kasus
seorang anak dengan observasi kejang demam dengan tuberkulosis paru, dan kurang
energi protein ringan kronis yang mendapatkan perawatan rawat inap di bangsal CILII
RSUP Dr. Karyadi Semarang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana cara mendiagnosis dan mengelola
seorang anak dengan observasi kejang demam, tuberkulosis paru, dan kurang energi
protein ringan kronis.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat laporan kasus besar ini adalah agar mahasiswa kedokteran
mengetahui cara menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan penderita kejang
demam, tuberkulosis paru, kurang energi protein ringan kronis serta tindakan
penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan penulisan ilmiah berdasar
kepustakaan atau prosedur yang ada.
2

BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An.s
Umur : 1 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Karangrejo Selatan Rt.7 / Rw.3 Kelurahan Tinjomoyo
Semarang
Agama : Islam
No. CM : 724564
Bangsal : CI LII
Tanggal Masuk : 29 Agustus 2003
Tanggal Keluar : 3 September 2003
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu : Ny. A S
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Nama Ayah : Tn. D K
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
3

B. DATA DASAR
1. ANAMNESIS
Dengan ibu penderita tanggal 29 Agustus 2003 pukul 17.30 WIB
a. Keluhan utama : kejang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- 6 bulan anak sering batuk, pilek, keringat malam hari, tidak sesak, tidak
kejang, tidak mual, tidak muntah, buang air kecil, dan buang air besar
lancar.
- 2 minggu anak panas naik turun,ada batuk, ada pilek,ada keringat malam
hari,tidak sesak, tidak muntah,tidak kejang,tidak ada bintik-bintik merah
seperti gigitan nyamuk,buang air kecil dan buang air besar lancar.Anak
dibawa berobat ke Puskesmas diberi obat,panas turun tapi kemudian naik
lagi sampai tiga kali ke Puskesmas tidak ada perubahan. Anak ada
riwayat kontak dengan bapak kandung.
- 31/2 jam sebelum masuk RSDK anak kejang seluruh tubuh, sebelum
kejang anak sadar,saat kejang anak tidak sadar, setelah kejang anak sadar
kurang lebih 3 menit, tidak muntah, tidak mencret.Anak dibawa ke UGD
RSDK disarankan untuk mondok.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat kejang saat panas disangkal.
- Riwayat kejang tanpa panas sebelumnya disangkal.
- Riwayat sakit telinga dan keluar cairan dari telinga disangkal.
- Riwayat kepala terbentur disangkal.
- Penyakit yang pernah diderita batuk, pilek, mencret.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat kejang dalam keluarga disangkal
- Keluarga dan tetangga dekat rumah saat ini tidak ada yang sakit.
- Bapak kandung dalam masa pengobatan TB
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai buruh . Ibu penderita tidak bekerja.
Penghasilan Rp 200.000,- per bulan. Menanggung 4 orang anak.
4

Kesan sosial ekonomi: kurang
f. Riwayat pemeliharaan prenatal
Pemeliharaan pernatal di Puskesmas mendapat imunisasi TT 2x. Selama
hamil ibu penderita tidak sakit, minum vitamin dan tablet tambah darah.
g. Riwayat kelahiran
No. Kehamilan dan persalinan Umur
1
2
3
4
Perempuan, aterm, spontan, bidan, 2600 gram.
Perempuan, aterm, spontan, bidan, 3000 gram.
Perempuan, aterm, spontan, bidan, 2700 gram.
Perempuan, aterm, spontan, bidan,2500 gram.
14 tahun
13 tahun
61/2tahun
1 tahun 8 bulan
h. Riwayat pemeliharaan post natal
Pemeliharaan post natal di Puskesmas, keadaan anak sehat.
i. Riwayat kontrasepsi
Ibu penderita mengikuti KB suntik 9 bulan. Sikap dan kepercayaan terhadap
KB yang dipilih yakin dan percaya.
j. Riwayat imunisasi
BCG : 1 x ( 1 bulan ) scar (+)
DPT : 3 x ( 2,3,4 bulan )
Polio : 4 x ( 1,2,3,4 bulan )
Hepatitis B : 3 x ( 1,3,7 bulan )
Campak : 1 x ( 9 bulan )
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur
k. Riwayat makan dan minum anak
ASI diberikan sejak lahir sampai sekarang.
Umur 0 - sekarang : anak diberikan ASI
Umur 2 – 7 bulan : anak mulai diberi nasi pisang 2x sehari @ 1 piring
kecil habis
Umur 7 – sekarang : diberikan nasi tim + telur, bayam, wortel 2x sehari @
1 piring kecil kadang habis kadang tidak habis. Juga
5

diberikan buah pisang / pepaya @ 1 potong 1x sehari
habis.
Kesan : ASI tidak diberikan eksklusif, kualitas kurang,kuantitas kurang
l. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan lupa, berat badan sekarang 8 kg,
tinggi badan sekarang 74 cm, lingkar kepala 44 cm (mesosefal).
Perkembangan :
- tersenyum 2 bulan - gigi keluar 6 bulan
- miring 3 bulan - merangkak 8 bulan
- tengkurap 4 bulan - berdiri 9 bulan
- duduk 7 bulan - berjalan 12 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur
2. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 29 Agustus 2003 pukul 17.30 WIB
Seorang anak perempuan, umur 1 tahun 8 bulan, Berat badan (BB)= 8 kg, Tinggi
Badan (TB)=74 cm.
Keadaan umum : sadar, aktif, tidak kejang,tidak sesak, tangan kiri
terpasang infus
Tanda vital : Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 120 x/ menit isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 28 x/ menit
Suhu : 39,8 C
Kepala : Mesosefal , lingkar kepala : 44 cm
Ubun-ubun besar sudah menutup
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil Isokor 3mm, reflek cahaya +/+ normal, reflek
kornea +/+ Normal, reflek bulu mata +/+ normal.
Telinga : Nyeri tekan tragus -/- ,discharge -/-
6

Hidung : nafas cuping tidak ada, tidak ada sekret
Mulut : tidak sianosis, bibir dan selaput lendir tidak kering, lidah
tidak kotor dan tidak tremor, tidak ada karies gigi.
Tenggorok : T1-1 faring hiperemis (+)
Leher : Asimetris, ada pembesaran kelenjar limfe sebelah kanan,
tidak ada kaku kuduk
Dada :
Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada bagian yang tertinggal
waktu bernafas, tidak ada retraksi.
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler normal
Suara tambahan : wheezing -/- , ronkhi -/- , hantaran -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial garis
medio-klavikularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar.
Perkusi : Batas kiri : Sela iga V 2cm medial garis
medioklavikularis sinistra
Batas atas : sela iga II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea sternalis dextra
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal. M1>M2, A1<A2, P1< P2
Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi tidak ada
Palpasi : supel, lemas, tidak ada nyeri tekan, turgor cukup, hepar
dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genital : Perempuan, dalam batas normal
7

Ekstremitas Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Udem -/- -/-
Capillary refill < 2” < 2”
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N
Reflek patologis -/- -/-
Gerak +/+ +/+
(pada semua sendi ke segala arah)
Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai
Tonus +N/+N +N/+N
Klonus -/-
Tanda rangsang meningeal :
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig Sign (-)
Genital : Perempuan, dalam batas normal.
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan darah ( 29 Agustus 2003)
Hb : 11,2 gr/dl
Ht : 32,5 %
Lekosit : 43.700 /mm3
Trombosit : 343.000/ mm3
Kesan : Lekositosis
Preparat darah hapus
Hitung jenis : E 3 B 0 St 1 Sg 62 L3o M4
Sistem eritropoetik : anisositosis (-), Poikilositosis (-), burr cell (-)
polikromasi (-)
Krenasi (-)
Sistem granulopoetik : hipersegmentasi (+), hipergranulasi (-), vakuolisasi (-)
8

Sistem trombopoetik : trombosit bentuk normal, tersebar merata, clump cell
(+)
Kesan : gambaran infeksi bakteri
4. PEMERIKSAAN FOTO THORAX
COR : CTR tidak dapat dinilai
PULMO : Corak vaskuler kasar
Bercak pada paracardial dan parahiler kiri-kanan
Difragma kanan setinggi costa VIII posterior
Kedua sinus lancip
Kesan : bronkhopneumoni
5. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
Perempuan, 1 tahun 8 bulan BB= 8 kg PB= 74 cm t=39,8oc BBK=10,8 kg
Status gizi menurut WHO NCHS
Presentase terhadap median:
BB/U = 8/11,2 x 100% = 71,42 %
PB/U =74/82,9 x 100 % = 89,26 %
BB/PB = 8/9,4 x 100% = 85,10 %
Kesan : KEP Ringan Kronis
C. DAFTAR MASALAH
No. Masalah aktif Tanggal No Masalah pasif Tanggal
1. Observasi kejang demam 29/8/03
2. Lymphadenopati colli
dextra
29/8/03
3.
4.
KEP Ringan Kronis
Proses Spesifik
29/8/03
01/8/03
9

D. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Banding
1. Observasi Kejang Demam
DD : Kejang demam komplek
Kejang demam simplek
2. Lymphadenopati colli dextra
DD : Lymphadenopati reaktif
Lymphadenopati adenitis
Lymphadenopati spesifik
3. KEP Ringan Kronis
b. Diagnosis Sementara
1. Observasi Kejang Demam
2. Lymphadenopati colli dextra
3. KEP Ringan kronis
E. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
- Infus D5 % 480/20/5 tetes
- Injeksi Ampisilin 3x250 mg i.v (tes dulu)
- Injeksi Diazepam 2,5 mg i.v pelan ( bila kejang)
- Injeksi Luminal 75 mg i.m (loading dose)
- p.o : - Parasetamol 100 mg (k/p)
- Vitamin B komplek 3x ½ tablet
- Vitamin C 3 x 1/2 tablet
b. Diet
- 3x 1 porsi lunak
- 3x 200 cc susu
- 1x buah
Energi 1480 kilokalori. Protein 75,45 gram
10

Kebutuhan 24 jam Cairan ( 1040 cc) Kalori (800 kkal) Protein(32 gr)
Infus D 5 % 480 96 -
3 x lunak 300 1218 45,45
3 x 200 cc susu 600 375,6 20,4
Jumlah 1480 1739,6 75,45
Kecukupan 142,30% 217,45% 235,78%
c. Perawatan
Penderita dirawat di bangsal infeksi IRNA C1 lantai II
F. RENCANA PEMECAHAN MASALAH ( INITIAL PLAN )
i. Assesment : Observasi kejang demam
Initial Dx : S : -
O : Lumbal Pungsi
Rx : Infus D5% 480/20/5 tetes
Injeksi luminal 75 mg i.m (loading dose)
Injeksi Diazepam 2,5 mg iv bila kejang
p.o : Luminal 3x 10 mg
Vitamin Bc 3x1/2 tab
Vitamin C 3x1/2 tab
Paracetamol 100 mg jika panas
Diit : 3x lunak lauk saring
3x 200 cc SGM II
1x buah
Mx : kejang berulang, kesadaran, tanda rangsang meningeal, reflek
fisiologis, reflek patologis, mata (pupil, reflek bulumata,
reflek kornea, reflek cahaya), tonus otot
Keadaan umum, tanda vital
11

Ex : - Menjelaskan kepada orangtua tentang penyakit dan
penatalaksanaan
- Menjelaskan pada orang tua agar jika panas segera
turunkan panas dengan membuka pakaian, kompres dingin
dan brikan obat penurun panas dan anti kejang yang sudah
disediakan
- Menjelaskan pada orang tua jika anak kejang agar
diberkan benda lunak untuk digigit dan jangan diberi
makanan atau minuman terlebih dahulu
ii. Assesment : Lymphadenopati colli dextra
Initial Dx : S : -
O :
Rx :
Mx :
Ex :
iii. Assesment : Kurang Energi Protein Ringan Kronis
Initial Dx : S : Riwayat pola makanan, riwayat berat badan sukar naik
O : Antropometri
Rx : Diet :
3 x lunak
3 x 200 cc susu
1 x buah
Mx : Pemantauan akseptabilitas makanan,penimbangan berat
badan
Ex : - Menjelaskan pada ibu agar telaten memberikan makanan
bergizi pada anak dam memotivasi anak untuk
menghabiskan makanan
- Menjelaskan perlunya membuat variasi makanan dalm
menu sehari-hari
12

CATATAN KEMAJUAN
Tanggal Pemeriksaan FisikPx
penunjangAssesment Terapi Program
29-08-03Pkl. 17.30
KU : Sadar, Kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)
Tanda vital :
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 120x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 28x/menit
Suhu : 39,80C
Kepala : mesosefal, LK = 44 cm (mesosefal)
Mata : conj palp. Anemis -/-
Sklera ikterik -/-, pupil isokor 3 mm, reflek cahaya +/+ N, reflek kornea +/+ N, reflek bulu mata +/+ N
Telinga : discharge (-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-)
Mulut : sianos (-), bibir kering (-)
Tenggorok: T1-1 faring hiperemis (+)
Leher : pembesaran nnll (+) coli dextra, kaku kuduk (-)
Dada : simetris, retraksi (-)
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Darah rutin
Hb 11,2 g/dl
Ht 32,5%
Leukosit 43700/mm3
Trombosit 343.000/mm3
Kesan Leukositosis
Foto Thoraks
Kesan :
Bronkhopneumoni
- Observasi kejang demamDD :Kejang demam komplekKejang Demam Simplek
- Limpadenopati Coli DextraDD :Limpadenopati reaktifLimpadenopati adenitisLimpadenopati spesifik
- LeukositosisDD :KeganasanInfeksi
- Kurang energi protein ringan Kronis
Infus D5% 480/20/5 tts + NaCl 5% 19 cc dalam 500 cc KCl RSDK 14 cc D5%Injeksi ampicilin 3 x 250 mg IVInjeksi Diazepam 250 mg IV (bila kejang)Injeksi Luminal 75 mg IV (loading dose)PO. Paracetamol 100 mg (klp)Vitamin Bc 3 x ½ tabVitamin C 3 x ½ tab luminal 10 mg 3 x 1 tabDiet :3 x lunak3 x 200 cc susu 1 x buah
Pengawasan KU, tanda vitalLPGDSElektrolitPPD 5 TUBiopsi kelenjar BMP X foto thorak ulang
13

Ektremitas Sup Inf
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Udem -/- -/-
Cap refill < 2” <2”
R.fisio +N/+N +N/+N
R.pato -/- -/-
Rgs meningeal (-)
29-08-03pkl 20.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)
Tanda Vital :
Nadi : 120 x/ menit, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/ menit
Suhu : 37,5 0C
PF tetap
Tetap
29-08-03pkl 24.00
KU : Tidur
Keluhan : (-)
Tanda Vital :
Nadi : 110 x/ menit, isi dan tegangan cukup
RR : 28 x/ menit
Suhu : 37,5 0C
PF tetap
30-08-03pkl 04.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)
Tanda vital :
Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup
Pengawasan KU,TV
14

RR : 20 x/menit
Suhu : 37,6 0C
PF tetap
Pemeriksaan Fisik Px penunjang Assesment Terapi Program
30-8-2003pkl 07.00
KU : sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)
Keluhan : (-)
Tanda vital:
Nadi : 116x/mnt, isi dan tegangan cukup
RR : 28x/menit
Suhu : 37,8C
PV tetap
Pengawasan keadaan umum, tanda vital, kejang berulang
30-8-2003pkl 16.00
Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)
Keluhan : (-)
Tanda vital:
nadi=110x/menit,isidan tegangan cukup
RR = 24x/menit
Suhu : 37,20C
PF tetap
30-8-2003pkl 20.00
Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)
Keluhan : (-)
Tanda vital:
nadi= 120x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 28x/menit
Suhu : 370C
PF tetap
15

30-8-2003pkl 24.00
Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)
Keluhan : (-)
Tanda vital:
nadi= 115x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 26x/menit
Suhu : 370C
PF tetap
31-8-2003pkl 04.00
Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)
Keluhan : (-)
Tanda vital:
nadi= 115x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 28x/menit
Suhu : 37,20C
PF tetap
31-8-2003pkl 08.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)
Tanda Vital :
Nadi = 116 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 26 x/menit
Suhu = 37,2 0C
PF tetap
31-8-2003pkl 12.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)
Tanda vital :
Nadi = 116 x/menit,isi dan tegangan cukup
16

RR = 24x/menit
Suhu = 370C
PF tetap
31-8-2003pkl 16.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)
Tanda Vital :
Nadi = 116 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 26 x/menit
Suhu = 37 0C
PF tetap
31-8-2003pkl 20.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)
Tanda Vital :
Nadi = 110 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 28 x/menit
Suhu = 37 0C
PF tetap
31-8-2003pkl 24.00
KU : Tidur
Keluhan : (-)Keluhan : (-)
Tanda Vital :
Nadi = 112 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 28 x/menit
Suhu = 37 0C
PF tetap
01-8-2003pkl 04.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Keluhan : (-)Keluhan : (-)
17

Tanda Vital :
Nadi = 115 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 28 x/menit
Suhu = 37,2 0C
PF tetap
01-08-03pkl 16.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Tanda Vital :
Nadi = 100 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 24 x/menit
Suhu = 37 0C
PF tetap
01-08-03pkl 20.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Tanda Vital :
Nadi = 100 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 24 x/menit
Suhu = 37 0C
PF tetap
01-08-03pkl 24.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Tanda Vital :
Nadi = 100 x/menit,isi dan tegangan cukup
RR = 24 x/menit
Suhu = 37 0C
PF tetap
02-08-03pkl 04.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)
Tanda Vital :
Nadi = 120 x/menit,isi dan tegangan cukup
18

RR = 24 x/menit
Suhu = 37 0C
PF tetap
2-09-03pk. 07.00
Keluhan :-Keadaan umum: sadar, aktif,
kejang(-)Tanda vital: Nadi : 100x/mntRR= 24x/mntSuhu= 37CPx fisik = tetap
Observasi Kejang Demam Simplek Proses Spesifik
Infus dilepasInjeksi ampicilin dan Injeksi Diazepam distopPO : Tx. OATRimfapisin 80mgINH 80 mgPZA 160 mgVitamin Bc 10 mgDiit tetap
Pengawasan
KU, tanda vital
02-09-03Pkl. 13.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)
Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 124x/menit, isi dan
tegangan cukupRR = 28x/menitSuhu = 370C
02-09-03Pkl. 16.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)
Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 120x/menit, isi dan
tegangan cukupRR = 28x/menitSuhu = 370C
02-09-03Pkl. 20.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)
19

Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 124x/menit, isi dan
tegangan cukupRR = 28x/menitSuhu = 370C
02-09-03Pkl. 24.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)
Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 120x/menit, isi dan
tegangan cukupRR = 24x/menitSuhu = 370C
03-09-03Pkl. 07.00
KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)
Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 110x/menit, isi dan
tegangan cukupRR = 26x/menitSuhu = 370C
Tetap PO :Amoxillin 3x250 mgParacetamol 100 mg (klp)Vit Bc/C 3x1/2 tabLuminal 3x10 mgOAT :Rimfapicin 80 mg 1x1 pulv acINH 80 mgPZA 80 mgVit B6 160 mgDiit :3xlunak3x200 cc susuASI ad lib
Pengawasan
KU,TV
Rencana
Pulang
kirim kembali
ke puskesmas
20

BAGAN PERMASALAHAN
Genetik Lingkungan :Fisik
Biologik
Pelayanan kesehatan :PengobatanPencegahan
Pendidikan& Perilaku
Kejang Demam Simplek
Status Gizi Daya tahan Tubuh KEP Ringan Kronis
Tuberkulosis
Promotif
PreventifRehabilitatif
Asah
AsihAsuh
Tumbuh kembang optimal
21

HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah dilaksanakan pada tanggal 7 September 2003 pukul 09.30 WIB.
1. Keadaan rumah
Status rumah : Rumah sendiri
Ukuran : 8 x 8 m2
Penghuni : 6 orang
Halaman rumah : tidak ada
Dinding rumah : tembok
Lantai rumah : semen
Atap : genteng
Ruangan : ruang tamu, 2 ruang tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan
WC
Ventilasi : terdapat 2 jendela pada ruang tamu, 1 jendela pada 1 kamar
tidur (kurang memadai)
Pencahayaan : pencahayaan kurang, karena sinar matahari yang masuk
rumah sedikit.
Kebersihan : rumah disapu 1x sehari (kurang )
Sumber air : air PDAM,jumlah air cukup, kualitas air cukup
Tempat sampah : cukup memadai, jumlah 1 dan tak ada tutupnya
Kesan : rumah sempit dan kurang bersih
Kebiasaan sehari-sehari
22

Ayah bekerja sebagi buruh.Ibu tidak bekerja.Anak diasuh oleh
ibunya.Makanan dan minuman dimasak sebelum dimakan.Sumber air minum
dari PDAM.Alat makn dicuci dengan air PDAM dan sabun cuci piring.Mandi
dua kali sehari menggunakan air PDAM dan sabun.Pakaian kotor dicuci kadang
2x sehari. Rumah disapu 2x sehari, sampah dibuang di tempat sampah. Jika ada
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas.
2. Lingkungan
Rumah penderita terletak di kelurahan Tinjomoyo.Rumah berjarak 1m
dengan tetangga,memiliki teras dan tidak terdapat halaman.Keadaan sekitar
agak kotor dan selokan tidak mengalir lancar.
Rumah penderita berdinding tembok, jendela hanya ada di ruang tamu dan
dikamar tidur sehingga ventilasi kurang.Kamar mandi dan WC berada di luar
rumah.Penghuni 6 orang : ayah,ibu,dan 4 orang anak.
3. Gambar denah rumah
KM/WC
R. TamuR. Tidur
R. Tidur
DapurTeras
23

4. Pemeriksaan fisik
Tanggal 29 Agustus 2003 pukul 17.30 WIB
Keadaan umum : sadar, aktif, tidak ada kejang, tidak rewel
Tanda vital : Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 120x/menit isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 28 x/ menit
Suhu : 37 C
Kepala : Mesosefal , lingkar kepala : 44 cm
Ubun-ubun besar sudah menutup
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor 3mm, reflek cahaya +/+
normal, reflek kornea +/+ Normal, reflek bulu mata
+/+ normal.
Telinga : Nyeri tekan tragus -/- ,discharge -/-
Hidung : nafas cuping tidak ada, tidak ada sekret, mimisan
tidak ada
Mulut : tidak sianosis, bibir dan selaput lendir tidak kering,
lidah tidak kotor dan tidak tremor, tidak ada karies
gigi.
Tenggorok : T1-1 hiperemis (-)
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada kaku Kuduk
24

Dada :
Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada bagian yang
tertinggal waktu bernafas, tidak ada retraksi.
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler normal
Suara tambahan : wheezing -/- , ronkhi -/- , hantaran -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial garis
medio-klavikularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar.
Perkusi : Batas kiri : Sela iga V 2cm medial garis
medioklavikularis sinistra
Batas atas : sela iga II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea sternalis dextra
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal. M1 > M2 , A1 < A2,
P1 < P2
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi tidak ada
Palpasi : supel, lemas, tidak ada nyeri tekan, turgor cukup,
hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
25

Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia : laki-laki , desencus testis +/+
Ekstremitas
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Udem -/- -/-
Capillary refill < 2” < 2”
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N
Reflek patologis -/- -/-
Gerak +/+ +/+
pada semua sendi ke segala arah
Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai
Tonus +N/+N +N/+N
Klonus -/-
Tanda rangsang meningeal
Brudzinsky I (-)
Brudzinsky II (-)
Kernieg sign (-)
26

BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
1. Kejang Demam Simplek
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
( suhu rektal >38C ) tanpa adanya infeksi pada sistem saraf pusat ataupun
ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada anak usia lebih dari 1 bulan
tanpa riwayat kejang tanpa panas sebelumnya.
Faktor yang penting pada kejang demam ialah umur, genetik, prenatal
dan perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang
tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi kadang-kadang demam yang tidak
begitu tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Bila kejang telah terjadi pada
demam yang tidak tinggi, anak mempunyai resiko tinggi untuk berulangnya
kejang.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan membran dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K+ maupun Na+ melalui membran
sel neuron, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik yang dapat meluas
ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan
27

yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai
ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang rendah,
kejang telah terjadi pada suhu 38C sedangkan pada ambang kejang yang
tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih.
Umumnya kejang demam berlangsung singkat berupa serangan
kejang klonik atau tonik klonik bilteral. Seringkali kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa menit anak
terbangun sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti
hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti dengan hemiparesis yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang
demam yang pertama.
Fukuyama membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
1. Kejang demam sederhana
2. Kejang demam komplek
Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut,
yaitu :
1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebeb apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6
tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
28

6. Tidak terdapat gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau
abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
Bila tidak memenuhi kriteria diatas, maka digolongkan ke dalam kejang
demam komplek
Pada kasus ini seorang anak laki-laki usia 2 tahun didapatkan panas
tinggi selama 1 hari, mendadak, terus-menerus, tidak menggigil, kejang
seluruh tubuh 2 kali, setiap kali kejang kurang lebih 5 menit, jarak antar
kejang kurang lebih 4 jam, selama kejang tidak sadar, sebelum dan sesudah
kejang sadar. Pada penderita ini terdapat lebih dari 1 kali kejang dalam 1
episode demam sehingga digolongkan dalam kejang demam komplek.
Penyebab kejang dari infeksi intra kranial dapat disingkirkan karena tidak
didapatkan penurunan kessadaran setelah kejang, defisit neurologis dan tanda
rangsang meningeal. Penyebab kejang berupa gangguan metabolik dapat
disingkirkan karena tidak didapatkan riwayat mencret, muntah dan dari hasil
laboratorium elektrolit dalam bataas normal. Hiperglikemi dengan kadar gula
darah sewaktu 172 mg/dl tidak menyebabkan kejang. Proses desak ruang
disingkirkan karena tidak ada riwayat muntah sebelumnya, tangis anak tidak
melengking dan hasil konsul mata tidak didapatkan gambaran udem papil
N.II yang merupakan salah satu tanda peningkatan tekanan intra kranial.
Kejang karena trauma serebral disingkirkan dengan tidak adanya riwayat
trauma kepala pada penderita ini. Lumbal pungsi tidak dilakukan karena
29

orang tua penderita menolak tindakan tersebut. Pemeriksaan penunjang kausa
kejang demam kompleks berupa EEG belum dilakukan karena harus
menunggu 7 hari setelah demam turun. EEG dapat memperjelas adanya lesi
struktural pada kejang demam yang bersifat fokal dan berkepanjangan.
2. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan Myobacterium bovis (sangat jarang
disebabkan oleh Mycobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robert Koch dalam tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat
hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam
cairan mati pada suhu 600 C dalam 15 – 20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya
menyebabkansifat tahan asam dan merupakan aktor penyebabterjadinya
fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun
eksotoksin). Penularan Mycobacterium tuberculosis pada anak biasanya
melalui :
Udara terutama dari batuk orang dewasa, Anak kecil yang terinfeksi hampir
selalu tertular oleh anggota keluarganya atau tetangga dekat. Bila anak lebih
besar telah terinfeksi, tetapi tidak ditemukan sumber infeksi di antara
keluarganya, carilah kemungkinan orang yang menularinya di sekolah, klinik,
tempat ibadah, angkutan umum atau dimana saja anak tersebut berhadapan
dengan orang dewasa di dalam suatu gedung atau ruangan sempit. Selain
30

melalui udara penularan dapat peoral misalnya minum susu yang
mengandung basil tuberkulosis, biasanya Mycobcterium bovis. Dapat juga
terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit.
Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil
tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Basil tuberkulosis masuk ke
dalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberkulosis maka
terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas dan disebut fokus primer. Basil
tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening
menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.
Fokus primer, limfangitis dan kelenjar getah bening regional yang membesar,
membentuk kompleks primer. Komplek primer terjadi 2 – 10 minggu (6 – 8
minggu) setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya komplek primer
terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari
uji tuberkulin.
Pada anak lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun, terutama
diperifer dekat pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru
dibanding dengan lapangan atas.Pembesaran kelenjar regional lebih banyak
terdapat pada anak dibanding orang dewasa. Pada anak penyembuhan
terutama kalsifikasi, sdangkan pad orang dewasa terutama ke arah fibrosis.
Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.
Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya basil TB dari
bahan yang diambil dri pasien, misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi,
31

dan lain-lain. Pada anak spesimen tersebut sulit dan jarang didapat, di
samping itu sensitivitas pemeriksaan biakan rendah, belum lagi sabgat
terbatasnya fasilitas laboratorium yang mampu melakukannya. Oleh karena
itu sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas gambaran klinis, uji
tuberkulin, dan gambaran radiologis.
Untuk itu penting memikirkan adanya TB pada anak kalau terdapat
keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan sebagai berikut :
1. Kontak erat ( serumah, semobil dll ) dengan pasien TB sputum BTA (+)
2. Reaksi cepat BCG, yaitu timbul kemerahan di lokasi suntikan dalam 3 –
7 hari setelah imunisasi BCG
3. Gejala umum TB :
o Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas, atau berat
badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi
o Nafsu makan tidak ada (anoreksi) dengan gagal tumbuh dan berat
badan tidak naik (failure to thrive) dengan tatalaksana gizi yang
adekuat
o Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas, dapat disertai
keringat malam
o Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang khas (multipel, tidak
nyeri tekan),terlebih jika menyatu (confluens); paling sering di daerah
leher, aksila, dan inguinal
o Gejala – gejala respiratorik (batuk lama > 3mgg; tanda cairan di dada;
nyeri dada)
32

o Gejala gastrointestinal (diare persisten; benjolan / massa di abdomen;
tanda – tanda cairan dalam abdomen)
4. Gejala spesifik TB
o TB kulit / skrofuderma
o TB tulang dan sendi : dengan gejala gibbus, sulit membyngkuk,
pincan, pembengkakan sendi
o TB susunan saraf pusat :
Meningitis TB : dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah,
dan kesadaran menurun
o TB abdomen ( fenomena papan catur )
o Gejala mata ( conjunctivitis phlyctenularis ; tuberkel koroid )
5. Uji tubekulin positif
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan)
Menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no 26. Tuberkulin yang
dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2TU atau PPD-S kekutan
5TU. Pembacaan dilakukan 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Diukur
diameter tranversal dari indurasi yang terjadi, bukan dari eritemnya.
Ukuran dinyatakan dalam milimeter
o Uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB, dan
kemungkinan ada TB aktif (sakit TB) pada anak
o Dapat mendeteksi TB secara dini
o Uji tuberkulin dapat negatif oada TB berat dan anergi (malnutrisi,
penyakit sabgat berat, pemberian imunosupresif, dll)
33

o Uji tuberkulin dengan tuberkulin baku PPD RT23 2TU dikatakan
positif bila indurasi : > 10 mm pada gizi baik ; > 5mm pada gizi buruk
o Jika uji tuberkulin meragukan (hasil 5 – 9 mm bukan pada gii buruk)
dilakukan uji ulang dalam waktu minimal 2 minggu
6. Foto Rontgen paru sugestif
o Tidak selalu dapat mendeteksi TB aktif karena sebagian besar tidak
khas
o Pembacaan sulit (kemungkinan over atau underdiagnosis)
Gambaran rontgen paru sugestif TB :
o Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan / tanpa infiltrat
o Konsolidasi segmental / lober
o Atelektasis
o Milier
o Kavitas
o Kalsifikasi
7. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Diagnosis pasti dengan menemukan BTA. Tetapi sulit pada bayi dan
anak. Jalan lain menegakkan dengan mengumpulkan sputum, dengan cara
bilasan lambung 3 kali berturut – turut pada pagi hari, bila umur kurang 7
tahun.
Pada umur lebih 7 tahun, pemeriksaan bakteriologik dari pemeriksaan
sputum.
Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan ;
34

o Pemeriksaan LCS
o Cairan pleura
o Cairan Perikard
8. Pemeriksaan patologi anatomik
Hanya pada indikasi
9. Respons terhadap pengobatan dengan OAT
Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan nyat secara klinis dan radiologis,
akan menunjan atau memperkuat diagnosis TB.
Bila dijumpai 3 atau lebih hal – hal yang mencuigakan di atas, maka anak
dianggap Tb dan diberi terapi dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Terapi awal
diberikan selama 2 bulan kemudian dievaluasi. Bila menunjukkan perbaikan yang
nyata maka akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB, dan OAT diteruskan
sampai pasien sembuh.
Pengelolaan penderita TB anak :
1. Istirahat yang cukup : - di rumah sakit
- di rumah
2. Makanan yang bergizi : TKTP, kaya vitamin dan mineral
3. Imobilisasi
4. Operatif
5. Obat – obatan : khemoterapi
Prinsip dasar pengobatan TB anak yang perlu mendapat perthatian :
o Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ – 4HR. Tahap
intensif terdiri dari isoniazid (H), rifampisin (R), dan pirazinamid
35

(Z) selama 2 bulan. Tahap lanjutan terdiri dari isoniazid (H), dan
rifampisin (R), sel;ama 4 bulan diberikan setiap hari.
o Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan
diberikan setiap hari bukan 2 kali perminggu
o Dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan
anak
o Obat diberikan secara cuma – cuma bila tak mampu, untuk
keliarga mampu sebaiknya membayar.
Obat yang dipakai dan dosisnya:
o INH : 5 – 15 mg/kg BB /hari (maks 300 mg/hari)
o Rifampisin : 10 – 15 mg/kg BB/hari (maks 600 mg/hari)
o Pirazinamid : 25 – 35 mg/kg BB/hari (maks 2 gram/hari)
diberikan 1x/2x
o Streptomisin : 15 – 30 mg/kg BB/hari (maks 1 gram/hari)
o Etambutol : 15 – 20 mg/kg BB/hari (maks 2,5 gram/hari)
Obat profilaksis (pencegahan) dengan INH 5 – 10 mg/kg BB/hari :
1. Profilaksis primer : Anak yang kntak erat dengan pasien TB
menular (BTA +).Diberikan selama ada kontak, minimal 3 bulan.
2. Profilaksis sekunder : Diberikan selama 1 tahun atau sesuai
indikasinya
Anak dengan infeksi TB yaitu uji tuberkulosis positif dan klinis
baik :
o Umur di bawah 5 tahun
36

o Menderita penyakit infeksi (morbili, varicella)
o Mendapat obat imunosupresif yang lama (sitostatik, steroid
dll)
o Umur akil balik, atau
o Infeksi baru TB (kurang dari 12 bulan = konversi baru uji
tuberkulin)
Evaluasi
o 2 bulan pengobatan klinis membaik obat diteruskan
o 2 bulan pengobatan klinis memburuk atau tidak ada perbaikan, rujuk ke
rumah sakit atau dokter ahli (untuk evaluasi diagnosis)
o Bagi yang makan obat tidak teratur (tidak makan obat setelah makan obat
teratur 2 bulan) diberikan tambahan etambutol selama 4 bulan
Penghentian Pengobatan
Bila telah menjalani 6 – 12 bulan pengobatan, evaluasi perbaikan klinis :
o Berat badan meningkat
o Nafsu makan membaik
o Gejala hilang : demam, batuk
Maka pengobatan dapat dihentikan
Pencegahan
o Vaksinasi BCG
Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh
basil tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6 – 8 minggu setelah
pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih
37

mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak progresif dan
menimbulkan komplikasi yang berat.
o Kemoprofilaksis
Diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada anak dengan kontak
tuberkulosis dan uji tuberkulin masih negatif yang berarti masih belum
terkena infeksi atau masuh dalam masa inkubasi.Biasanya dipakai INH
dengan dosis 10 mg/kg BB/hari selama 1 tahun.
3. Kurang Energi Protein Kronis
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yag
disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.
Balita merupakan kelompok rawan gizi, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat. Gizi kurang merupakan bentuk malnutrisi yang sering
dijumpai pada balita. Faktor penyebab gizi kurang antaralain faktor diet,
sosial ekonomi, infeksi dan lain-lain.
Kurang Energi Protein pada anak dapat merupakan kelanjutan
keadaan kurang gizi yang dimulai pada masa bayi, atau dapat timbul dari
faktor-aktor yang terjadi selama masa anak. Pada umumnya penyebabnya
adalah akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau
dapat akibat penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan
yang tidak cukup, kebiasaan diet yang jelekn dan faktor-faktor emosi dapat
membatasi asupan. Kelainan metabolik tertentu dapat juga menyebabkan
malnutrisi. Kebutuhan nutrien pokok dapat bertambah selama stres dan sakit
38

serta selama pemberian antibiotik atau obat-obat katabolik atau anabolik.
KEP dapat akut atau kronik.
Dasar diagnosis KEP tergantung pada adanya pola pemberian makan
yang kurang baik sehingga kebutuhan nutrisi tidak mencukupi,
penyimpangan nilai pengukuran dari rata-rata tinggi badab dan berat badan,
lingkar lengan atas, tebal lemak bawah kulit dan tes-tes kimia.
KEP tidak selalu menyebabkan kurang gizi berat. Kelelahan, lemah,
gelisah dan iritabilitas merupakan maninfestasi yang sering ada. Anireksia,
gangguan digestif yang dengan mudah terimbas, dan kostipasi merupakan
keluhan yang sering ada, dan bahkan pada anak yang lebih tua mungkin
ditemukan diare dengan tinja mukoid tipe kelaparan. Anak kurang gizi sering
memilki perhatian yang terbatas dan kurang perhatian di sekolah. Evaluasi
harus selalu memasukan riwayat tentang kebiasaan diet yang teliti, kurang
penyesuaian diri psikososial, higiene fisik,dan penyakit, disamping
pemeriksaan fisik menyeluruh. Pemeriksaan laborat biasanya tidak
diperlukan
Penilaian status gizi pada anak dapat dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis untuk menilaio pemasukan diet
2. Pemeriksaan klinis dengan mencari ada tidaknya tanda-tanda kurang gizi
3. Pemeriksaan antropometri yang disesuaikan dengan standar tertentu
(WHO/NCHS)
4. Pemeriksaan laboratorium dengan melihat kadar hemoglobin, protein, dan
kolesterol.
39

5. Cara interprestasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badab terhadap
panjang badan, berat badan terhadap umur dan panjang badan terhadap
umur menurut baku WHO – NCHS
Klasifikasi kurang enegi protein menurut WHO - NCHS
BB/U (%) TB/U (%) BB/TB (%)
Gizi Baik 80-110 >95 90-110
KEP Ringan 70-80 90-95 80-90
KEP Sedang 60-70 85-90 70-80
KEP Berat <60 <85 <70
Pada penderita ini didapatkan BB/U= 82,53% TB/U= 95,60% BB/TB=
92,03% sehingga penderita ini termasuk dalam gizi baik.
40