Revisi KDK

67
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA PERAWATAN MASA NIFAS Disusun Oleh: Neysa Glenda Preciosa 030.08.174 Angelika 030.09.020 Ayu Rahmi M. 030.09.038 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI PERIODE 09 FEBRUARI - 04 APRIL 2015 1

description

masa nifas

Transcript of Revisi KDK

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGAPERAWATAN MASA NIFAS

Disusun Oleh:

Neysa Glenda Preciosa030.08.174Angelika030.09.020Ayu Rahmi M.030.09.038

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIPERIODE 09 FEBRUARI - 04 APRIL 2015

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGAPERAWATAN MASA NIFAS

DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANGPERIODE 9 FEBRUARI 2015 4 APRIL 2015

Disusun Oleh:Neysa Glenda Preciosa030.08.174Angelika030.09.020Ayu Rahmi M.030.09.038

Telah disetujui dan disahkan:

Pembimbing

Dr. Firdaus Wahyudi, M.Kes,Sp.OG

KATA PENGANTARSegala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul Kasus Dokter Keluarga Perawatan Masa Nifas.Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan diatas. Namun, besar harapan kami agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berhubungan dengan masalah ini.Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. Dr. Firdaus Wahyudi, M.Kes,Sp.OG. selaku pembimbing dalam penulisan laporan kedokteran keluarga.2. dr. Heri Sumantyo, MPH, selaku pembimbing dan kepala Puskesmas dalam penulisan laporan selama berada di puskesmas Salaman I.3. dr. Hartoyo, M.Kes, selaku pembimbing selama berada di puskesmas Salaman I.4. Bidan Desa di Desa Sidomulyo Bu Siti Munifah5. Seluruh perawat beserta karyawan Puskesmas Salaman I yang telah membantu selama menjalani kepaniteraan klinik di puskesmas Salaman I.6. Semua teman-teman kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Salaman I.

Kami menyadari bahwa didalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.

Semarang, Maret 2015Penulis

DAFTAR ISILEMBAR PENGESAHAN1

KATA PENGANTAR2

DAFTAR ISI4

BAB I PENDAHULUAN5

BAB II LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. Identitas Pasien dalam Keluarga6

B. Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah7

C. Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan1. Anamnesis2. Pemeriksaan Fisik & Penunjang3. Diagnosa kerja4. Rencana Penatalaksanaan5. Hasil Penatalaksanaan Medis8810121313

D. Permasalahan pasien13

E. Identifikasi Fungsi Keluarga 14

F. Pola Konsumsi Penderita14

G. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan15

H. Identifikasi Lingkungan Rumah16

I. Diagnosa Fungsi Keluarga17

J. Diagnosis Holistik 18

K. Penatalaksanaan Komprehensif20

L. Diagram Realita Dalam Keluarga21

M. Pembinaan dan Hasil Kegiatan22

N. Kesimpulan Pembinaan Keluarga22

BAB III TINJAUAN PUSTAKA23

DAFTAR PUSTAKA 45

BAB IPENDAHULUAN

Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi. Pada akhir masa nifas (puerperium), pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah suatu yang pasti terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa sudi terbaru mengungkapkan bahwa masalah maslah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah maslah yang banyak ditemui dan dapat berlangsung dalam waktu lama.Pengetahuan menyeluruh tentang fisiologis dan psikologis pada masa nifas ( puerperium) adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi mobiditas pascapartum adalah jangka panjang dan faktor faktor yang berhubungan dengan obstetrik dan faktor sosisal.

BAB IILAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAHA. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA1. Identitas PasienNama : Ny. Wasilatul KhasanahJenis kelamin: PerempuanUsia: 32 tahunStatus Pernikahan: MenikahAlamat: Dusun Drojogan, Desa Sidomulyo RT 003/RW 010, Kecamatan Salaman, Kabupaten MagelangAgama: IslamSuku Bangsa: JawaPendidikan: Tamat SMAPekerjaan: Ibu Rumah Tangga

2. Identitas Kepala KeluargaNama: Tn. Moh. NuriJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 35 tahunStatus Pernikahan: MenikahAlamat: Dusun Drojogan, Desa Sidomulyo RT 003/RW 010, Kecamatan Salaman, Kabupaten MagelangAgama: IslamSuku Bangsa: JawaPendidikan: Tamat SMAPekerjaan: Pedagang

B. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAHTabel 1. Profil Keluarga Yang Tinggal SerumahNoNamaKedudukan dalam KeluargaJKUmur (th)PendidikanPekerjaanKet

1Tn Moh. NuriKepala keluargaL35 tahunTamat SMAPedagangSehat

2Ny. Wasilatul Khasanah Ibu rumah tanggaP32 tahunTamat SMAIbu rumah tanggaPasien

3Nayla salsabilaAnakP6 tahunSDPelajarSehat

Pohon Keluarga :

Gambar 1. Pohon KeluargaKeterangan := laki laki= meninggal= perempuan= tinggal serumah= pasienC. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH DILAKUKAN1. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 Februari 2015 pukul 09.30 WIB hingga 11.30 WIB dan 7 Maret 2015 pukul 14.30 hingga pukul 16.30 WIB di rumah pasien di Dusun Drojogan, Desa Sidomulyo RT 003/RW 010, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.a. Keluhan Keluhan utama : Keluar flek-flek sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.Keluhan lain: Perut bagian bawah sering terasa mengencang.

b. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Puskesmas Salaman I dengan keluhan keluar flek-flek sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku merasa mules-mules yang hilang timbul sejak 3 jam yang lalu, Pasien mengaku hari pertama haid terakhir tanggal 24 mei 2014 dengan taksiran hari persalinan tangggal 3 Maret 2015, dengan periode haid 28 hari, lama haid 5-7 hari terkadang di sertai rasa nyeri, perdarahan diantara haid tidak ada kecuali pada pertengahan bulan kedua kehamilan dengan darah sedikit dan hanya sebentar berwarna merah segar dan tidak sakit. Pasien biasa kontrol ke bidan rutin setiap bulan dan sudah mendapatkan vaksinasi TT 2x. Pasien mengaku merasa sering ingin kencing namun pasien tidak merasa haus dan lapar yang berlebihan, juga tidak merasa demam ataupun nyeri saat berkemih. Menurut pasien saat dilakukan pemeriksaan USG tangggal 29 Januari 2015, dikatakan kesan hasil USG ; janin tunggal hidup, presentasi kepala, biometri janin sesuai rata-rata, usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan prediksi usia kehamilan saat ini 39 minggu 4 hari, pasien mengaku pernah mengalami kehamilan 2 kali dengan yang sekarang dan mengalami persalinan yang normal sebanyak 1 kali bayi perempuan dengan berat lahir 2900 gram, mendapatkan ASI eksklusif. Tumbuh kembang normal dan sehat sampai sekarang.Pada tanggal 28 Februari 2015, lahir bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3000 gram, bayi langsung menangis.

c. Riwayat Penyakit DahuluPasien mengakui tidak memiliki riwayat keguguran sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat hipertensi, DM, penyakit paru seperti asma dan TBC, penyakit jantung, dan alergi dalam keluarga disangkal.

e. Riwayat PerkawinanKawin 1x usia kawin tahun 1996 usia pada saat nikah 24 tahun.

f. Riwayat Haid Menarche: usia 14 tahun Siklus: 28 hari, teratur Lamanya: 5-7 hari Nyeri haid: tidak ada Banyaknya: 2 kali ganti pembalut per hari.

g. Riwayat KBPenggunaan KB suntik setelah kehamilan pertama tiap 3 bulan selama 4 tahun kemudian dilanjutkan dengan KB pil namun lupa sampai kapan.

h. Riwayat Kehamilan dan PersalinanTabel 2. Riwayat Obstetri PasienHamil keAbortus/Normal/SCJKUsia (th)BB lahir (gr)PenolongTempat lahirKeadaan sekarang

1Normal tahun 1999P62900BidanPuskesmas Salaman ISehat

2Normal tahun 2015L03000BidanPuskesmas Salaman ISehat

2. PEMERIKSAAN FISIK (27 Februari 2014)Keadaan umum: Tampak Sakit RinganKesadaran: Compos mentisTanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHgTB : 150 cm Nadi: 72 x/menitBB : 65 kg Suhu: 36,60 C Pernapasan: 22x/menitStatus Generalis Kepala: Normocephali Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-) Telinga: Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-) Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-) Bibir : pucat (-), sianosis (-) Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-) Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-), kelenjar tiroid tidak teraba membesar Thoraks : Mammae: Simetris, benjolan (-), retraksi puting (-). Paru - paru Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi (-/-) Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, vokal fremitus simetris, sama kuat Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar setinggi ics V, peranjakan paru positif satu sela iga Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (+/+) Jantung Inspeksi: Bentuk dada normal, simetris Palpasi: Iktus cordis teraba di ics V 2 cm lateral dari garis mid klavikularis kiri Perkusi: Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ics IV, batas paru lambung sekitar ics VI, batas jantung kiri setinggi ics V 2 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri setinggi ics III pada garis sternalis kiri Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen: Inspeksi: Membuncit sesuai kehamilan Palpasi: Leopold I-IV Perkusi: Timpani Auskultasi: DJJ 145x/menit Ekstremitas Inspeksi: Bentuk normal simetris,deformitas (-), sianosis (-/-), edema (-/-) Palpasi: Akral hangat, edema (-/-)Status Obstetria. Pemeriksaan luar INSPEKSI : Perut membuncit, striae gravidarum PALPASI :Leopold I: Teraba bagian teratas janin bulat tidak melentingLeopold II: Teraba bagian kontinyu dari janin (punggung janin) Pada sisi kiri ibu.Leopold III: Teraba bagian keras dan bulat tidak dapat digerakan di Pintu atas panggul.Leopold IV: Teraba 4/5TFU: 34 cm.His: (+) sedang, 3 kali /10 menit, lamanya 20 detik, relaksasi baik. AUSKULTASI: DJJ 145 dpm.b. InspekuloPorsio licin, ostium uteri eksternum terbuka , fluxus (+), fluor albus (-)c. Pemeriksaan DalamPorsio lunak, diameter 2 cm, ketuban (+) kepala berada di hodge 1d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium (27 Februari 2015)Hb : 11,5 g/dLLeukosit : 10500/mm3GDS: 90 mg/dLHBsAg: Non-reaktif

3. DIAGNOSIS KERJA PASIENIbu: P2A0 post partu.

4. RENCANA PENATALAKSANAANMedikamentosa : Asam mefenamat 3 x 500 mg Metil ergometin 1 x 0,125mg Amoxiciline 3 x 500 mg

Non-medikamentosa :Edukasi : Mobilisasi bertahap Makan makaanan tinggi karbohidrat, tinggi protein, minum air putih, buah dan sayur. Minum obat teratur Kontrol ke Puskesmas 1 minggu setelah keluar dari puskesmas

5. HASIL PENATALAKSANAAN MEDISSetelah partus spontan di Puskesmas Salaman I, pasien mengaku tidak ada keluhan saat ini. Faktor pendukung :Pasien mengikuti saran yang diberikan oleh bidan mengenai perawatan luka, makan makanan tinggi protein. Faktor penghambat:- Indikator keberhasilan:Tidak terjadi infeksi pada luka

D. PERMASALAHAN PADA PASIENTabel 4. Pemasalahan Pada PasienNo.Resiko & Masalah KesehatanRencana PembinaanSasaran

1Tidak ada masalah

E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGAi. Fungsi BiologisTidak ada masalahii. Fungsi PsikologisPenderita tinggal bersama suami dan 1 orang anak kandungnya. Dimana hubungan penderita dengan keluarga baik. Penderita bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga banyak menghabiskan waktu di rumah.iii. Fungsi Ekonomi Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh suami. Pendapatan perbulan kurang lebih Rp 1.000.000. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti makan. Pasien sudah memiliki BPJS.iv. Fungsi Pendidikan Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SMA.v. Fungsi Religius Penderita dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama secara rutin (sholat).vi. Fungsi Sosial dan Budaya Penderita dan keluarga tinggal di Dusun Drojogan, Desa Sidomulyo RT 003/RW 010, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, di lingkungan yang cukup bersih. Penderita dan keluarga dapat diterima dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Keluarga penderita aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat desa.F. POLA KONSUMSI KELUARGA1. Frekuensi MakanFrekuensi makan rata-rata 3x sehari. Penderita biasanya makan di rumah. Jenis makanan dalam keluarga ini tidak bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi, lauk (tahu, tempe), sayur (kangkung, bayam), air minum (air putih). Pasien sesekali mengkonsumsi ayam atau daging. Air minum berasal dari sumur gali.2. Faktor PerilakuPasien seorang ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya mengurus pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengurus anak. Suami pasien memiliki kebiasaan merokok.3. Faktor LingkunganTinggal dalam lingkungan yang tidak terlalu padat penduduk. Atap rumah sebagian besar telah memiliki langit-langit terutama ruang tamu dan kamar tidur, seluruh dinding sudah terbuat dari tembok (permanen). Lantai rumah sebagian sudah dipasangi keramik dan sebagian sudah diplester dengan semen. Kebersihan di dalam rumah cukup baik. Pencahayaan di dalam rumah dan sirkulasi udara cukup baik. Sumber air minum berasal dari sumur galian. Buang air besar menggunakan jamban milik sendiri yang sudah cukup memenuhi syarat jamban sehat. Lalu, untuk pembuangan limbah kamar mandi dialirkan ke septic tank sedangkan limbah rumah tangga dialirkan ke saluran pembuangan air limbah (SPAL)berupa galian tanah berlubang dengan kedalaman >10m yang akan berakhir ke selokan di samping rumah. Sampah dibuang ke kebun yang kemudian dibakar serta tidak tersedianya tempat pembuangan sampah umum di luar rumah.

G. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN1. Faktor PerilakuPasien mengatakan bahwa saat hamil pasien rutin kontrol kondisi kesehatannya di bidan dan mempersiapkan rencana persalinan dengan baik. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan fisik: Kebersihan di dalam rumah cukup. Pencahayaan di dalam rumah cukup dan sirkulasi udara cukup baik. Sumber air minum berasal dari sumur gali dan selalu dimasak sebelum diminum. Di rumah, pasien menggunakan jamban jenis leher angsa. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke tempat pembuangan sampah.3. Faktor Sarana pelayanan kesehatanTerdapat Puskesmas Salaman yang berjarak 3 km dari dusun tempat tinggal pasien.4. Faktor Keturunan---H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAHGambaran Lingkungan Rumah Rumah pasien terletak di Dusun Drojogan, Desa Sidomulyo RT 003/RW 010, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 8 x 10m2, bentuk bangunan 1 lantai. Rumah tersebut ditempati oleh 3 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2 kamar tidur. 1 dapur yang terletak bersebelahan dengan kamar mandi. Rumah mempunyai langit-langit, dinding dari beton, seluruh lantai sudah dipasang keramik. Penerangan di dalam rumah cukup terang. Ventilasi dan jendela yang cukup memadai, yaitu dengan luas > 10 % dan sering dibuka. Sehingga rumah menjadi terang dan tidak terasa lembab. Cahaya matahari dapat masuk kedalam rumah. Tata letak barang di rumah rapi. Sumber air bersih dari sumur gali untuk minum maupun cuci dan masak. Air minum dimasak sendiri. Rumahnya sudah memiliki jamban sendiri. Kebersihan dapur baik, terdapat lubang asap dapur. Pembuangan air limbah ke got dan saluran limbah mengalir lancar. Terdapat tempat pembuangan sampah. Jalan di depan rumah lebarnya 3 meter terbuat dari semen. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah kurang.

Kamar tidur anakKamar tidur pasien dan suamiGambar 2. Denah Rumah

I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA1. Fungsi BiologisDari hasil wawancara.

2. Fungsi Psikologis Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.

3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanPenghasilan per-bulan oleh kepala keluarga cukup yakni sebesar kurang lebih 1 juta rupiah, pasien dan keluarga tidak merasa kekurangan, diakui penghasilan tersebut dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4. Fungsi Religius dan Sosial BudayaPasien dan keluarga menganut agama yang sama yakni agama Islam, taat beribadah, ikut aktif dalam kegiatan keagamaan di sekitar lingkungan rumah.

5. Faktor PerilakuPasien tinggal di rumah yang pencahayaannya cukup baik dan ventilasi udara di rumah cukup baik sehingga udara di dalam rumah tidak terasa lembab. Sebagian besar ruangan di dalam rumah sudah memiliki lantai keramik yang kedap air. Akan tetapi, terdapat perilaku yang kurang baik yaitu kebiasaan merokok oleh suami pasien, bak kamar mandi yang sangat jarang dikuras, dan SPAL yang tidak memenuhi syarat.

6. Faktor non perilakuSarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah sangat dekat. Jarak antara rumah pasien ke Puskesmas Salaman I > 3 Km.

J. DIAGNOSIS HOLISTIKAspek I (Personal) :1. Keluhan Utama: pasien datang karena keluar flek-flek pada usia kehamilan 9 bulan.2. Keluhan Tambahan: Perut bagian bawah sering terasa mengencang 3. Harapan pasien dan keluarga, pasien dapat beraktivitas seperti biasanya dalam waktu dekat setelah proses melahirkan ini.

Aspek II (Diagnosis Kerja) :- P2A0, post partum

Aspek III (Faktor Internal) :- Genetik : -- Pekerjaan: pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga- Gaya hidup: pasien seorang ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya mengurus pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyuci baju, dan membersihkan rumah. Pasien sangat menginginkan kehamilan ini.- Pola makan: frekuensi makan pasien 2-3x/ hari, pasien selalu makan di rumah dengan jenis makanan yang kurang bervariasi yaitu nasi, lauk (tahu, tempe, telur), sayur hijau, dll. Air minum biasanya air putih yang berasal dari sumur galian yang dimasak sendiri. Pasien jarang mengonsumsi daging, ayam atau ikan sesekali. Pasien dan keluarga juga jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu. Namun, saat hamil ini pasien rutin mengonsumsi susu untuk ibu hamil sebanyak 1 gelas/ hari.Aspek IV (Faktor Eksternal) :1. Kebiasaan keluarga: anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing, suami pasien bekerja, anak pertama pasien sudah bersekolah kelas 1 SD dan anak kedua pasien baru saja lahir, dimana anak pasien biasanya diantarkan ke sekolah oleh suami, kemudian pasien, ibu mertua, dan suami bergantian menjemput anak pulang sekolah. Suami selalu menjaga dan mendukung istri selama kehamilan dan selalu siap mengantarkan istri untuk memeriksakan kehamilan. Interaksi pasien dengan keluarga juga baik. Kondisi ekonomi keluarga cukup. Keadaan lingkungan rumah cukup memadai dan cukup bersih.2. Edukasi dari keluarga: keluarga selalu mengajak pasien untuk memeriksakan kehamilannya. Jika pasien sakit, keluarga akan merawat pasien dan membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat. Jika pasien akan melahirkan, keluarga akan siap siaga mengantarkan ke pelayanan kesehatan. Keluarga juga selalu menyediakan makanan bergizi yang diutamakan kepada pasien.

Aspek V (Fungsional) :Kemampuan melakukan aktivitas fisik: pasien termasuk derajat 2 dimana pasien mampu melakukan pekerjaan sehari-hari di dalam dan di luar rumah, namun pasien mulai mengurangi kegiatan pekerjaan ibu rumah tangga sehari-hari.

K. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIFPromotif Edukasi mengenai perawatan masa nifas ( mobilisasi, diet/maknan, buang air kecil, buang air besar, demam, mules mules, laktasi) Edukasi mengenai pemeriksaan 40 hari pasca persalinanPreventif Hindari stres dan aktivitas berlebih Menjaga kebersihan luka persalinan agar tidak infeksi Mengonsumsi makanan bergizi, sayur dan buah-buahan serta susu secara teraturKuratif Mengonsumsi antibiotik prfilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka persalinan Mengonsumsi makanan yang bergizi (sayuran, buah, ikan, daging, dan telur yang dimasak disertai susu secara teratur terutama yang banyak mengandung protein)

Rehabilitatif Bersedia melakukan pemeriksaan jika luka persalinan lama sembuh dalam waktu yang lama. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka persalinan, maka disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi, mengandung protein seprti putih telur, ikan, dll. Melakukan konseling untuk perencanaan KB

L. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

Gambar 3. Diagram RealitaTidak ada faktor genetik yang mempengaruhiGENETIKPERILAKULINGKUNGANPELAYANAN KESEHATANBidan desa dan bidan PuskesmasSTATUS KESEHATANPasien rutin kontrol ke bidanVentilasi rumah dan pencahayaan baik

M. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATANTabel 5. Pembinaan dan Hasil KegiatanTanggalKegiatan yang dilakukanKeluarga yang terlibatHasil Kegiatan

7 Maret 2015Melakukan pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah dan lingkungan sekitarPasien dan keluargaMendapatkan data keluarga pasien, gambaran perilaku kesehatan dan mengetahui keadaan rumah pasien.

7 Maret 2015 Memberi penjelasan tentang hal-hal penting pasca persalinan Pasien dan keluargaPasien dan keluarga pasien dapat memahami penjelasan yang diberikan.

N. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA 1. Tingkat Pemahaman: Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik.2. Faktor Pendukung: Penderita dan keluarga cukup memahami penjelasan yang diberikan tentang kesehatan reproduksi wanita. Keluarga yang kooperatif dan mendukung pasien untuk selalu kontrol jika ingin merencanakan kehamilan.3. Faktor Penyulit: -4. Indikator keberhasilan: Pasien dan keluarga merencanakan untuk kontrol ke bidan untuk mengikuti program KB

BAB IIIMasa NifasA. DefinisiMasa nifas (pueperium) adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya perode ini tidak pasti, sebagian besar menganggap antara 4 sampai 6 minngu (Williams,edisi 23). Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu2 : 1. Puerperium dini : Kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Masa puerperium dini adalah 40 hari.2. Puerperium intermediat : Keputihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.3. Puerperium lanjut : waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

B. Fisiologi Nifas Masa nifas merupakan masa yang ditandai dengan banyak perubahan fisiologis pada tubuh ibu. Walaupun sedikit tetapi komplikasi yang serius bisa terjadi pada ibu setelah melahirkan.3 Vagina dan Ostium VaginaPada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk aluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan namun jarang kembali ke ukuran saat nulipara. Rugae muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya. Himen tinggal berupa potongan-potongan kecil sisa jaringan, yang membentuk jaringan parut disebut carunculae myrtiformes. Epitel vagina mulai berproliferasi pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6, biasanya bersamaan dengan kembalinya produksi estrogen ovarium. Laserasi atau peregangan perineum selama pelahiran dapat menyebabkan relaksasi ostium vagina.3 Uterus Pembuluh darahPada saat kehamilan terdapat peningkatan aliran darah uterus masif yang penting untuk mempertahankan kehamilan, yang disebabkan oleh hipertrofi dan remodelling pada semua pembuluh darah pelvis. Setelah proses melahirkan, diameter pembuluh darah berkurang kira-kira ke ukuran sebelum kehamilan.3 Segmen serviks dan Uterus Bagian BawahSelama persalinan, batas serviks bagian luar yang berhubungan dengan ostium externum biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama beberapa hari setelah persalinan masih sebesar 2 jari. Diakhir minggu pertama, pembukaan serviks menyempit, serviks menebal, dan kanalis endoservikal kembali terbentuk. Ostium externum tidak dapat kembali sempurna ke keadaan sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar dan secara khas, cekungan di kedua sisi pada tempat laserasi jadi permanen.Segmen uterus bagian bawah menipis secara nyata mengalami konstraksi dan retraksi, namun tidak sekuat pada corpus uteri. Selama beberapa minggu berikutnya, segmen bawah yang sebelumnya merupakan substruktur tersendiri yang cukup besar untuk mengakomodasi kepala bayi, berubah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak terlihat yang terletak diantara corpus dan ostium internum.3 Involusi UterusSesaat setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi tersebut terletak sedikit dibawah umbilikus. Bagian tersebut sebagian besar terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua basalis. Dinding posterior dan anterior dalam jarak yang terdekat, masing-masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Pada saat post partum, berat uterus kira-kira menjadi 1.000 g.

Selama nifas, terjadi destruksi dan dekonstruksi yang luar biasa pada uterus. Dua hari setelah persalinan, uterus mulai berinvolusi, dan pada minggu pertama beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua beratnya sekitar 300 g. Sekitar 4 minggu setelah melahirkan, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100 g atau kurang. Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar. Akan tetapi ukuran masing-masing sel menurun secara bermakna dari 500-800m kali 5-10 m saat aterm menjadi 50-90 m kali 2,5-5 m pascapartum. InvolusiTinggi Fundus UteriBerat Uterus

Bayi LahirSetinggi umbilikus1000 gram

Plasenta lahir2 jari dibawah u mbilikus750 gram

1 mingguPertengahan pusat simpisis500 gram

2 mingguTidak teraba diatas simpisis350 gram

6 mingguBertambah kecil50 gram

8 mingguSebesar normal30 gram

Tabel 1. Tinggi Fundus Uterus dan berat uterus menurut masa involusi2

Gamabar 1. Tinggi Fundus Uteri

Karena pemisahan plasenta dan membran meliputi lapisan yang seperti spons, maka desidua basalis tidak meluruh. Desidua tetap mempunyai variasi ketebalan yang jelas, mempunyai tampilan ireguler berupa penonjolan yang kasar, dan diinfiltrasi oleh darah terutama pada perlekatan plasenta.

Nyeri Setelah MelahirkanPada primipara, uterus cendrung tetap berkontraksi secara setelah melahirkan. Akan tetapi, pada multipara uterus sering berkontraksi kuat pada interval tertentu dan menimbulkan nyeri setelah melahirkan yang mirip dengan nyei saat persalinan tetapi lebih ringan. Biasanya nyeri setelah melahirkan berkurang pada hari ketiga setelah melahirkan.3

LokiaLokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Cairan lokia tersebut terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel epitel dan bakteri. 1,2,3 Lokia rubra (cruenta) :Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan. Lokia sanguinolenta :Berwarna merah kuning, berasa darah dan lendir, hari ke3-7 pasca persalinan. Lokia serosa :Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pascapersalinan. Lokia alba :Campuran leukosit dan penurunan kandungan cairan, lokia berwarna putih atau putih kekuningan. Terjadi setelah 2 minggu.3 Regenerasi Endometrium Dalam dua atau tiga hari setelah persalinan, desidua yang tersisa berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan menjadi nekrotik dan meluruh masuk kedalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber endometrium baru. Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat interglandular.Regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat perlekatan plasenta. Dalam waktu seminggu, permukaannya itutupi oleh epitelium, dan Sharman menemukan endometrium yang kembali sempurna pada semua spesimen biopsi yang diambil pada hari ke-6 di bangsal.2 Involusi Tempat Perlekatan PlasentaPengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan waktu sampai 6 minggu. Segera setelah pelahiran, tempat perlekatan plasenta kira-kira seukuran telapak tangan, kemudian ukurannya mengecil dengan cepat. Pada akhir minggu kedua, diameternya sekitar 3-4 cm.3 Saluran KemihSetelah melahirkan, Vesica Urinaria mengalami peningkatan kapasitas dan relatif tidak sensitif teradap tekanan intravesika, sehingga bisa mengakibatkan ovedistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan residu urin yang berlebihan. Hal ini harus diwaspadai karena adanya residu urin dan bakteriuria pada vesika urinaria yang mengalami trauma dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaaan sebelum hamil dalam 2 sampai 8 minggu setelah melahirkan.3 Peritoneum dan Dinding AbdomenLigamentum latum dan rotundum memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari perengangan dan pelonggaran yang terjaadi selama kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat elastik pada kulit dan distensi uterus pada kehamilan, maka dinding abdomen masih tetap lunak dan flaksid. Beberapa minggu dibutuhkan untuk kembali menjadi normal.3 Payudara Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Payudara dewasa beratnya sekitar 00 gram, sedangkan pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu menyusui mencapai 800 gram.4a. KolostrumSetelah melahirkan, payudara mulai mensekresi kolostrum yaitu suatu cairan berwarna kuning tua yang mengandung mineral, asam amino dan lebih banyak protein terutama globulin dan sedikit lemak dan glukosa. Cairan ini biasanya keluar dua jam setelah melahirkan. Sekresi berlanjut selama 5 hari, dengan berubah secara perlahan menjadi air susu matang selama 4 minggu berikutnya. Kolostrum mengandung antibodi dan imunoglobulin A yang dapat memberikan perlindungan bagi neonatus terhadap paxgbn\togen enterik. Faktor pertahanan tubuh lainnya yang ditemukan di kolostrum dan susu mencakup komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim. 3b. ASIAir susu ibu merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat-mineral. Ibu yang menyusui dapat mengeluarkan 600 ml susu perhari, dan berat badan ibu sewaktu hamil tidak memengaruhi kuantitas atau kualitasnya. ASI mengandung asam amino esensial yang berasal darah dan asam amino non-esensial sebagian berasal dari darah atau disintesis di kelenjar mammae. Sebagian besar protein susu mengandung -laktalbumin, -laktaglobulin, dan kasein. Asam lemak disintesis di alveoli dari glukosa dan disekresikan melalui apokrin. Semua vitamin kecuali vitamin K ditemukan pada ASI dalam jumlah yang berbeda. Kandungan vitamin D pada ASI rendah sekitar 22 IU/mL sehingga diperlukan suplementasi bagi neonatus..

Whey atau serum susu pada ASI memiliki kandungan Interleukin-6 yang besar dan berhubungan dengan produksi IgA lokal oleh payudara. Pada ASI juga ditemukan prolaktin dan epidermal growth factor (EGF). EGF tidak dihancurkan oleh enzim proteolitik lambung sehingga dapat diabsorbsi unntuk mendukung pertumbuhan dan pematangan mukosa usus neonatus.3

c. LaktasiPada saat hamil, payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon seperti estrogen, progesteron, Human Placental Lactogen dan prolaktin. Selama kehamilan ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis sehingga mulai terjadi sekresi ASI. 5Ada dua refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, aitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin. Kedua reflek ini bersumber dari perangsangan puting susu akibat isapan bayi5 : Refleks ProlaktinDidalam papilla mammae banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila ini dirangsang, maka akan timbul rangsangan menuju hipotalamus selanjutnya ke hipofisis anterior, sehingga kelenjar ini memgeluarkan prolaktin. Hormon prolaktin memegang peranan utama dalam produksi ASI pada alveolus. Dengan demikian semakin sering rangsangan penyusuan maka akan semakin banyak pula produksi ASI. Refleks OksitosinRangsangan yang berasal dari papilla mammae diteruskan sampai ke hipofisis posterior akibatnya terjadi pengeluaran oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu konttraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar.

C. Patologi NifasPada masa nifas dapat terjadi berbagai keadaan patologi pada ibu seperti infeksi dan gangguan pada organ-organ reproduksi ibu, yaitu :1. Sub-involusi uterusGangguan pada proses involusi uterus. Nomalnya uterus terus mengecil oleh kontrasi rahim dari 1000 gram setelah bersalin menjadi 40-60 gram pada 6 minggu kemudian.1Faktor penyebab terjadinya sub-involusi uterus adalah infeksi (endometritis), retensi plasenta, dan mioma uteri. Pada palpasi uterus masih teraba besar, fundus masih tinggi, lokia banyak dan terjadi perdarahan.1Pengobatan dapat diberikan ergonovine atau methylergonnovine (Methergine) 0,2 mg setiap 3-4 jam selama 24-48 jam, namun cara kerja nya masih dipertanyakan.3 Bila ada sisa plasenta makan dilakukan kuretase.1

2. Perdarahan postpartum sekunder Pendarahan yang terjadi dalam 24 jam sampai 12 minggu setelah melahirkan. Faktor penyebab terjadinya perdarahan, yaitu : Sub-involusi Retensi Plasenta Mioma uteriApabila terdapat retensi plasenta maka penangannya bisa di kuretase.

3. Kelainan Pada Payudara

Puting yang terbenamPuting yang terbenam setelah melahirkan dapat dicoba ditarik dengan menggunakan nipple puller beberapa saat sebelum bayi disusui.1 Puting lecetPuting lecet biasanya terjadi karena perlekatan ibu-bayi sewaktu menyusui tidak benar. Sering kali juga dapat disebabkan oleh infeksi candida. Pada keadaan puting susu yang lecet, maka dapat dilakukan cara seperti dibawah ini1 : Periksa apakah perlekatan ibu-bayi salah Periksa apakah terdapa infeksi oleh Candida berupa kulit merah, berkilat dan terasa sakit Ibu terus memberikan ASI apabila luka tidak begitu sakit. Kalau sangat sakit, ASI dapat diperah Olesi puting susu dengan ASI dan dibiarkan kering Jangan mencuci daerah aerola dan puting dengan sabun MastitisMastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada papilla mammae. Gejala klinis mastitis biasanya infeksi unilateral dan terdapat bengkak pada payudara. Gejala ini biasanya disertai dengan demam dan takikardi. Payudara menjadi kerasa dan kemerahan serta nyeri.1,3Mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara yang bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar.Penanganan pada mastitis1,4 : Penyusuan bayi dihentikan pada payudara yang terkena mastitis Antibiotik jenis penisilin dengan dosis tinggi, sambil menunggu hasil pembiakan dan uji kepekaan air susu, Berikan kompres air hangat pada payudaraa GalatokelPenyumbatan pada duktus kelenjar payudara karena air susu yang membeku dan terkumpul pada satu atau lebih lobus. Biasanya dapat sembuh spontan atau dengan pengurutan.1,3 Sekresi Abnormal Terdapat variasi dalam umlah ASI yang dilekuarkan tergantung pada kesehatan ibu secara umum dan perkembangan kelenjar payudara.1,3 Tidak ada air susu (agalaksia) Air susu sedikit keluar (oligogalaksia) Air susu keluar berlebihan (poligalaksia)4. Demam NifasDemam nifas adalah kenaikan suhu badan sampai 38 C atau lebih selama dua hari dalam 10 hari postpartum. Etiologi demam nifas : Infeksi alat genital Demam menyusui5. Infeksi nifasInfeksi nifas adalah keadaan yang mencakup peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi nifas1 : Streptococcus haemoliticus aerobMasuk secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dar penderita lain, alat-alat yang tidak steril, dll. Staphylococcus aureusMasuk secara eksogen dan banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit Escherichia coliSering berasal dari vesika urinaria dan rektum. Biasanya mengaibatkan infeksi terbatas.Pengobatan infeksi nifas : Segera lakukan kultur dari sekret vagina, luka operasi, dan darah serta uji resistensi untuk mendapatkan antibiotika yang tepat Selama menunggu hasil kultur maka berikan antibiotika spektrum luas

6. Depesi RinganBeberapa pasien menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi ringan sesaat, atau postpartum blues tersebut paling mungkin terjadi sebagai akibat sejumlah faktor. Penyebab penyebab yang menonjol adalah3 :1. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegirangan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan2. Rasa nyeri pada awal masa nifas3. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan pada kebanyakan rumah sakit4. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit5. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Pada sebagian besar kasus, terapi yang efektif terkadang tidak lebih dari sekedar antisipasi, pemahaman, dan rasa aman. Gangguan ringan ini akan hilang dengan sendirinya dan biasanya membaik setelah 2 atau 3 hari, meskipun terkadang menetap hingga 10 hari. Begitu depresi postpartum menetap, atau bertambah buruk, perlu diberikan perhatian khusus untuk mencari gejala gejala depresi. Pada sebuah studi di Parkland Hospital, didapatkan bahwa gejala gejala depresi telah muncul sejak kehamilan pada 50 persen wanita yang mengalami depresi postpartum. Hal ini menunjukan bahwa depresi postpartum merupakan manifestasi suatu kelainan depresif yang mendasarinya3,6.D. Perawatan Masa Nifas1. Perawatan di Rumah Sakita. Perawatan segera setelah persalinanSelama beberapa jam pertama setelah pelahiran tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Jumlah perdarahan vagina terus dipantau, dan fundus harus diraba untuk memastikan kontraksinya baik. Bila teraba relaksasi, uterus hedaknya dimasase melalui dinding abdomen sampai organ ini tetap berkontraksi. Darah mungkin terakumulasi di dalam uterus tanpa ada bukti perdarahan luar. Kondisi ini dapat dideteksi secara dini dengan menemukan pembesaran uterus melalui palpasi fundus yang sering beberapa jam setelah persalinan. Karena kemungkinan paling besar terjadi perdarahan berat terjadi setelah partus, sekalipun pada kasus normal, seorang petugas yang terlatih hendaknya tetap bersama ibu selama sekurang kurangnya 1 jam setelah selesainya persalinan kala tiga. Identifikasi dan penatalaksanaan perdarahan postpartum.3

b. MenyusuiPemberian ASI yang dianjurkan pada bayi adalah sebagai berikut : ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan bayi. Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya.3

Untuk meningkatkan tingkat menyusui WHO mengeluarkan 10 langkah untuk keberhasilan menyusui pada bayi adalah sebagai berikut2 :1. Mempunyai kebijakan menyusui tertulis yang secara teratur dikomunikasikan kesemua staf pelayanan kesehatan.2. Melatih semua staf untuk keahlian yang diperlukan untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut.3. Menginformasikan kepada semua wanita lahir tentang manfaat menyusui dan manajemen laktasi.4. Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.5. Menunjukkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan mempertahanan laktasi,6. Jangan memberi bayi mkanan apapun kecuali ASI, jika tidak ada indikasi medis, dan bagaimanapun juga jangan memberikan pengganti ASI, botol susu, atau dot gratis maupun dengan harga rendah.7. Praktikkan rawat gabung, yang memungkinkan ibu dan bayi untuk tetap bersama 24 jam sehari8. Mennganjurkan pemberian ASI kapanpun dbutuhkan9. Jangan menggunakan dot artifisial untuk menyusui bayi10. Bantu pembentukan kelompok-kelompok pendukung ASI dan rujuk ibu ke mereka.Ibu yang baru melahirkan sebaiknya dirawat bersama bayinya ( rawat gabung). Saat berada diruang rawat petugas harus mengajarkan kepada ibu cara memosisikan dan melekatkan bayi pada payudara bagi mereka yang belum dilatih selama fase pemeriksaan antenatal. Seringkali kegagalan menyusui disebabkan oleh kesalahan memosisikan dan melekatkakan bayi. Langkah-langkah menyusui yang benar4 :1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir2. Ibu duduk dengan santai dan kaki tidak boleh menggantung3. Perah sedikit ASI dan oleska ke puting dan aerola sekitarnya4. Posisikan bayi dengan benar Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu Perut bayi menempel pada tubuh ibu Mulut bayi berada didepan puting ibu Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu, jangan berada diantara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang diatas boleh dipegang ibu atau diletakkan diatas dada ibu Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan k payudara ibu dan puting serta aerola dimasukkan kedalam mulut bayi6. Cek apakah pelekatan sudah benar Dagu menempel ke payudara ibu Mulut terbuka lebar Sebagian besar aerola terutama yang berada dibawah, masuk ke dalam mulut bayi Bibir bayi terlipat keluar Pipi bayi tidak boleh kempot (Karena bayi tidak menghisap, tetapi memerah ASI) Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan) Ibu tidak kesakitan Bayi tenang

Terdapat beberapa kontraindikasi pemberian ASI pada bayi, yaitu :1. Bayi yang menderita galaktosemia2. Ibu dengan HIV/AIDS3. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung.4. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obatan tertentu5. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat radioaktif perlu menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waktu paruh obat. Setelah itu bayi boleh meyusu lagi. Sementara itu, ASI tetap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi produksi.

c. Rawat GabungRawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, mlainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Keuntungan dalam rawat gabung, yaitu4 :1. Aspek psikologisDengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin proses bonding. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi.2. Aspek FisikDengan rawat gabung ibu akan dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya. Dengan demikian Asi juga akan cepat kelua.3. Aspek FisiologisDengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan reflek prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim.4. Aspek EdukatifDengan rawat gabung ibu, akan mempunyai pengalaman menyusui dan meawat bayinya. 5. Aspek MedisDengan awat gabung, ibu merawat bayinya sendiri sehingga bayi tidak tepapar dengan banyak petugas dan infesi nosokomial dapat dicegah. Tidak semua bayi atau ibu dapat dirawat gabung. Diperlukan beberapa syarat, yaitu :1. Usia kehamilan > 34 mingu dan berat lahir >1800 gam, berarti reflek menelan dan menghisapnya sudah baik.2. Nilai Apgar pada 5 menit >73. Tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan khusus4. Tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang berat5. Bayi yang lahir dengan seksio sesarea yang menggunakan pembiusan umum, rawat gabbung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar. Apabila ibu masih diinfus, bayi tetap disusui dengan bantuan petugas.6. Ibu dalam keadaan sehat

d. Perawatan VulvaPasien dianjurkan untuk membasuh vulva dari anterior ke posterior (dari arah vulva ke anus). Perineum dapat dikompres dengan es untuk membantu mengurangi edema dan rasa tidak nyaman pada beberapa jam pertama setelah reparasi episiotomi3.

e. Perawatan PayudaraKedua payudara harus sudah dirawat selama masa kehamilan, aerola mammae dan papilla mammae dicuci secara teratur dengn sabun serta diberi minyak atau krim agar tetap lentur, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah.5 f. Fungsi kandung KemihKecepatan pengisian kandung kemih setelah persalinan mungkin dapat bervariasi. Cairan intravena hampir selalu diberikan melalui infus selama persalinan pervaginam. Sebagai akibat dari pemberian cairan infus dan penghentian efek antidiuretik oksitosin secara mendadak, sering terjadi pengisian kandung kemih secara cepat. Sensasi maupun kapasitas kandung kemih untuk melakukan pengosongan spontan dapat berkurang akibat dari anastesi, khususnya anastesi regional, juga episiotomi, laserasi, atau hematoma. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa retensi urin dengan overdistensi kandung kemih merupakan komplikasi yang umum pada awal masa nifas.

Untuk mencegah overdistensi diperlukan pengamatan yang ketat setelah persalinan untuk menjamin kandung kemih tidak terisi berlebihan dan setiap berkemih mengosongkan diri secara adekuat. Kandung kemih dapat teraba sebagai suatu massa kistik suprapubik, atau kandung kemih yang membesar dapat tampak menonjol di abdomen sebagai akibat tidak langsung pendorongan fundus uteri diatas umbilikus.

Bila pasien tersebut belum berkemih dalam 4 jam setelah persalinan, ada kemungkinan gangguan dalam berkemih. Terkadang diperlukan pemasangan kateter untuk mencegah overdistensi. Kemungkinan adanya hematoma traktus genitalia harus dipikirkan jika pasien tersebut tidak dapat berkemih. Begitu kandung kemih mengalami overdistensi, kateter harus tetap terpasang sampai faktor faktor yang menyebabkan retensi urin teratasi. Hariss dkk. (1977) melaporkan bahwa 40 persen pasien tersebut akan mengalami bakteriuria, sehingga dapat diberikan antibiotika jangka pendek setelah kateter dicabut.

Apabila terjadi overdistensi kandung kemih, sebaiknya kateter dibiarkan terpasang setidaknya 24 jam, untuk mengosongkan kandung kemih seluruhnya dan mencegah terjadinya rekurensi, selain itu juga memungkinkan pemulihan tonus dan sensasi kandung kemih normal. Bila kateter dicabut, pasien harus mampu untuk berkemih normal secara berkala. Bila pasien tidak mampu berkemih setelah 4 jam, maka kateter harus dipasangkan kembali pada pasien. Apabila terdapat lebih dari 200 ml urin, kandung kemih belum berfungsi secara normal. Jika hanya terdapat kurang dari 200 ml urin, kateter dapat dicabut dan kandung kemih diperiksa kembali.

g. Fungsi pencernaanTerkadang, hilangnya motilitas usus merupakan suatu konsekuensi yang diharapkan setelah pemberian enema yang akan membersihkan saluran cerna dengan efisien beberapa jam sebelum melahirkan. Dengan pemberian makan secara dini dapat mengurangi konstipasi3.

h. Relaksai Dinding AbdomenBebat sebenarnya tidak perlu dilakukan karena tidak dapat mengembalikan postur tubuh ibu. Bila abdomen bagian luar bisa kendur dan menggantung, penggunaan korset biasanya sudah cukup membantu. Olahraga untuk membantu mengembalikan tonus dinding abdomen boleh dimulai kapan saja setelah persalinan pervaginam dan segera setelah nyeri pada perut berkurang pada seksio sesarea3.

i. DietTidak ada pantangan makanan bagi wanita yang melahirkan per vaginam. Dua jam setelah partus pervaginam normal, jika tidak ada komplikasi yang memerlukan pemberian anestetika, pasien hendaknya diberikan minum kalau ia haus dan makanan kalau ia lapar. Diet wanita menyusui, dibandingkan dengan apa yang dikonsumsinya selama hamil, hendaknya ditingkatkan kandungan kalori dan proteinya, seperti yang dianjurkan oleh Food and Nutrition Board of the National Research Council. Apabila ibu tidak ingin menyusui, maka kebutuhan dietnya sama seperti wanita tidak hamil.

Pada praktiknya adalah melanjutkan suplementasi besi selama sekurang kurangnya 3 bulan setelah melahirkan dan memeriksa kadarnya pada kunjungan pertama3.

j. KontrasepsiSelama perawatan di rumah sakit, dilakukan usaha pendidikan tentang keluarga berencana. Apabila ibu dalam masa menyusui maka berikan kontrasepsi yang tidak menganggu pengeluaran ASI seperti mini-pil, injeksi progestin, implan progestin, atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) seperti IUD3,6.

k. Waktu PemulanganSetelah persalinan pervaginam, bila tidak ada komplikasi, jarang diperlukan rawat inap lebih dari 48 jam. Sebelum pulang, seorang wanita bersalin harus menerima instruksi seputar perubahan perubahan fisiologis normal pada masa nifas, termasuk pola lokhia, penurunan berat badan akibat diuresis, dan waktu pengeluaran ASI. Wanita tersebut juga harus mendapatkan pengarahan mengenai apa yang harus dilakukan bila ia mengalami demam, perdarahan per vaginam dalam jumlah banyak, atau mengalami nyeri, pembengkakan atau nyeri pada tungkai.3

2. Perawatan di Rumaha. SenggamaSetelah melahirkan, tidak ada kejelasan mengenai waktu yang diperbolehkan untuk kembali melakukan koitus. Kembali melakukan aktifitas seksual terlalu dini mungkin akan terasa tidak nyaman, bila tidak terasa sangat nyeri, yang diakibatkan oleh belum sempurnanya involusi uterus dan penyembuhan luka episiotomi atau laserasi. Median interval waktu antara melahirkan dengan hubungan seksual adalah 5 minggu, tapi kisarannya berbeda antara 1 12 minggu.3

b. Kebalinya Menstruasi dan OvulasiBila seorang wanita tidak menyusui anaknya, siklus menstruasi biasanya akan kembali dalam waktu 6 8 minggu. Tetapi terkadang sulit untuk menentukan secara klinis waktu spesifik terjadinya menstruasi pertama setelah melahirkan. Sebagian kecil wanita mengeluarkan darah sedikit sampai sedang secara intermiten, segera setelah melahirkan. Menstruasi pertama dapat terjadi paling cepat pada bulan kedua atau selambat lambatnya 18 bulan setelah melahirkan.

Sharman (1966), dengan menggunakan penetapan waktu endometrium secara histologik, telah mengidentifikasi ovulasi pada 42 hari setelah melahirkan; Perez dkk. (1992) pada 36 hari. Lebih lanjut, korpus luteum telah dapat ditemukan pada minggu ke 6 setelah melahirkan pada waktu dilakukan sterilisasi. Ovulasi lebih jarang terjadi pada wanita menyusui dibandingkan pada mereka yang tidak menyusui. Campbell dan Gray (1993) menggunakan spesimen urin harian untuk menemukan ovulasi pada 92 wanita. Penelitian ini adalah penelitian pertama yang mendeskripsikan kembalinya aktivitas ovarium postpartum secara mendetail pada wanita menyusui di Amerika Serikat. Jelas bahwa terjadi penundaan ovulasi pada ibu menyusui, akan tetapi ovulasi dini tidak dihambat oleh laktasi yang terus menerus, penemuan lain mencakup 3:1. Kembalinya ovulasi sering ditandai oleh kembalinya perdarahan menstruasi yang normal2. Menyusui tiap 15 menit selama 7 kali sehari dapat menunda ovulasi3. Ovulasi dapat terjadi tanpa perdarahan (menstruasi)4. Perdarahan (menstruasi) dapat bersifat anovulatorik

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastrawinata S, Masa Nifas, dalam Obstetri Fisiologi bagian Obstetri dan Ginekologi, Bandung : FK UNPAD, 1983 : 315-272. Cunningham F, Leveno K, Bloom S.2012. Masa Nifas, dalam William Obstetrics, edisi ke-23 volume 1, New York : McGraw-Hill.3. Mochtar R, Masa Nifas, dalam Sinopsis Obstetri, edisi ke-3, Jakarta : EGC, 2011 : 87-94. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Masa Nifas, dalam William Obstetrics, edisi ke-23 volume 1, New York : McGraw-Hill,2013 : 674-895. Prawirohardjo S, Asuhan Masa Nifas, dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-4, Jakarta : Bina Pustaka, 2010 : 356-656. Siswosudarmo R, Puerperium Normal, dalam Obstetri Fisiologi, Yogyakarta : Pustaka Cindekia Press, 2008 : 152-84 http://emedicine.medscape.com/article/2601878

Sesudah partus

Hari ke-2

Hari ke-6

Hari ke-156