KDK

21
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya,setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaanbudaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya,manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhikebutuhannya, manusia akan berfikir keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkan.. Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yangpaling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa bertahan. Adabeberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu Mobilisasi yang merupakansuatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur sertapengaturan posisi sebagai salah satu cara mengurangi resiko menghindari terjadinyadekubitus/pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh danmempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen (Struktur tubuh). Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti megekspresikan emosi dengangerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas kehidupansehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secaraoptimal 1

description

KDK

Transcript of KDK

BAB IPENDAHULUAN

2.1 Latar BelakangManusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya,setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaanbudaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya,manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhikebutuhannya, manusia akan berfikir keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkan..Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yangpaling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa bertahan. Adabeberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu Mobilisasi yang merupakansuatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur sertapengaturan posisi sebagai salah satu cara mengurangi resiko menghindari terjadinyadekubitus/pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh danmempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen (Struktur tubuh).Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti megekspresikan emosi dengangerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas kehidupansehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secaraoptimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, danimobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.Mobilisasi dan imobilisasi berada pada satu rentang dengan banyak tingkatanimobilisasi parsial di antaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran danselanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain,berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidakterbatas (Perry dan Potter, 1994)

2.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui definisi mobilisasi2. Mengetahui tujuan mobilisasi3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi4. Mengetahui respon fisiologis5. Mengetahui sikap tubuh6. Mengetahui macam-macam posisi7. Mengetahui cara memindahkan pasient8. Mengetahui cara memindahkan pasient berjalan menuju tempat tidur9. Mengetahui prinsip mekanik tubuh dan ambulasi

2.3 Maanfaat penulisan

1. Mengetahui definisi mobilisasi2. Mengetahui tujuan mobilisasi3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi4. Mengetahui respon fisiologis5. Mengetahui sikap tubuh6. Mengetahui macam-macam posisi7. Mengetahui cara memindahkan pasient8. Mengetahui cara memindahkan pasient berjalan menuju tempat tidur9. Mengetahui prinsip mekanik tubuh dan ambulasi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi MobilitasMobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).Mobilitas Sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan syaraf motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua yaitu:

1.Mobilitas Sebagian Temporer merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Kemungkinan disebabkan oleh trauma pada muskuloskeletal, Contoh: adanya dislokasi sendi dan tulang. 2.Mobilitas Sebagian Permanen merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang.

2.2 Tujuan MobilitasMobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi

Tujuan MobilisasiBeberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain :1.Mempertahankan fungsi tubuh2.Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka3.Membantu pernafasan menjadi lebih baik4.Mempertahankan tonus otot5.Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin6.Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.7.Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi MobilitasFaktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995), antara lain :1) GayahidupGayahidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.

2) Proses Penyakit dan injuryAdanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.

3) KebudayaanKebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.

4) Tingkat energiSeseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat.

5) Usia dan status perkembanganSeorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang rema

2.4 Respon Fisiologis

Perubahan tubuh pada saat emosi di pengaruhi oleh system saraf pusat dan kelenjar endogrin. Dimana saraf simpatik terjadi pada keadaan marah dan saraf parasimpatik terjadi pada keadaan normal. Reaksi fisik pada saat emosi tidak disadari dan ekspresif fisik disadari.Adapun respon fisiologis tubuh bila terjadi emosi berupa, antara lain;1. Denyut jantung meningkat (berdebarcepat)2. Nafas semakin cepat3. Respon pupil mata membesar4. Sekresi air liur berkurang sedangkan keringat meningkat (bayak mengeluarkan keringat)5. Terjadi respon pilomotor (bulu-bulu berdiri: dalam keadaan takut)6. Pencernaan tidak normal (sering terjadi mual atau diare7. Banyak BAK8. Kadar gula darah meningkat (untuk menyiapakn energi)9. Ketegangan otot dan gemetar10. Pembuluh darah membesar11. Darah cepat membeku ketika luka

2.5 Sikap Tubuh

Berkut ini sikap tubuh yang benar menurut Erwien: Berdiri dan BerjalanBerjalan dan berdiri adalah sesuatu yang sering dilakukan. Saat inilah penampilan Anda dilihat banyak orang. Karenanya, berdiri atau berjalanlah dengan posisi seimbang.Saat berjalan, tubuh juga harus tetap tegak, terutama punggung atas. Ini dapat dipertahankan dengan menarik punggung ke belakang sehingga tulang belakang tetap tegak. DudukDuduk merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan. Dijelaskan Erwien, posisi duduk yang benar adalah punggung tegak menempel pada sandaran kursi dengan kedua telapak kaki menapak lantai dengan lutut tepat pada pinggir kursi atau membentuk sudut 30-90 derajat. Mengambil Sesuatu di BawahCara terbaik untuk mengambil sesuatu yang jatu di lantai atau benda yang letaknya lebih rendah adalah menurunkan tubuh terlebih dulu dengan lutut ditekuk, sementara punggung tetap tegak. Selanjutnya baru mengambil benda yang terjatuh atau letaknya di bawah. Dengan demikian, akan menghindari tarikan otot punggung secara mendadak. Meraih Benda di AtasJangan menaikkan tumit atau jinjit untuk meraih benda yang letaknya lebih tinggi karena bisa menyebabkan kram maupun spasme otot punggung. Posisi terbaik sebaiknya mengambil kursi untuk membantu meraih benda yang letaknya lebih tinggi. TidurPosisi yang baik saat tidur adalah telentang dengan kedua tangan di samping tubuh dan kepala disangga bantal tipis atau tidak memakai bantal sama sekali.Sebenarnya ada dua pendapat berbeda di kalangan pakar. Ada yang mengatakan tidur telentang lebih baik, tapi ada juga yang setuju dengan tidur miring ke arah kanan, jelas Erwien.Namun hingga saat ini belum ada pembuktian yang benar. Kalau secara medis alasan tidur miring ke kanan, sebab di sebelah kanan tidak ada organ penting. Jadi itu hanya menghindari himpitan, tambahnya. Namun Erwien menjelaskan bahwa posisi telentang lebih disarankan untuk melancarkan peredaran darah.

2.6 Macam-Macam PosisiBerikut ini adalah macam-macam posisi;A. Posisi Fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Tujuan1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.2. Meningkatkan rasa nyaman3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuhakibat posisi yang menetapIndikasi1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan2)Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Alat dan bahan :1). Tempat tidur khusus2). Selimut

Cara kerja :1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.2. Dudukkan pasien3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.4. Untuk posisi semifowler (30-45) dan untuk fowler (90).5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.B. Posisi semi fowler

Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan1.Mobilisasi2.Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas3.Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

Cara / prosedur

1.Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)2.Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien lumpuh3.Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

C. Posisi sim

Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).

Tujuan :1.Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang2.Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi3.Memasukkan obat supositoria4. Mencegah dekubitus

Indikasi :1. Untuk pasien yang akan di huknah2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anusAlat dan bahan :1. Tempat tidur khusus2. SelimutCara kerja :1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur.

D. Posisi trendelenburg

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Alat dan bahan :1. Tempat tidur khusus2. SelimutIndikasi :1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut2) Pasien shock3) Pasien hipotensi.

Alat dan bahan :1. Tempat tidur khusus2. SelimutCara kerja :1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidurE. Posisi dorsal recumbent

Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.

Tujuan :Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.Indikasi :1. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia2. Untuk persalinanAlat dan bahan :1. Tempat tidur2. SelimutCara kerja :1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

F. Posisi LitotomiPosisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Indikasi :1. Untuk ibu hamil2. Untuk persalinan3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsiAlat dan bahan :1. Tempat tidur khusus2. SelimutCara kerja:1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic4. Pasang selimut

G. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest

Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.Tujuan :Memudahkanpemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi :1. Pasien hemorrhoid2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.Cara kerja :1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dandada mencmpel pada kasur tempat tidur.2. Pasang selimut pada pasien.3. LANGKAH-LANGKAH MEMINDAHKAN KLIEN YANG TAK BERDAYA KEATAS TEMPAT TIDUR(1 PERAWAT)4. 5. 1.Lengkapi persiapan diatas,6. 2.Letakkan klien bersandar dengan bagian kepala tempat tidur memudahkan perawat mengkaji.berdiri di satu sisi tempat tidur kesejajaran tubuh dan mengurangi tarikan gravitasi tubuh klien bagian atas mencegah kepala klien membentur tempat tidur7. 3.Tempatkan bantal dibagian kepala tempat tidur8. 4.Mulai pada kaki klien. Hadapkan kaki tempat tidur pada sudut 450. Letakakan kaki terbuka dengan kaki yang terdekat kepala dari tempat tidur di belakang kaki yang lain. Fleksikan lutut dan pinggul yang diperlukan untuk membawa lengan perawat setinggi kaki klien. Pindahkan berat badan perawat dari kaki depan ke kaki belakang dan geser kaki pengaturan posisi dimuilai padaklien sejajar bagian kepala tempat tidur kaki klien karena lebih ringan dan lebih mudah. Menghadap arah gerakan menjamin keseimbangan yang tepat. Pemindahan berat badan perawat mengurangi gaya yang diperlukan untuk menggerakan beban.gerakan diagonal memungkinkan menarik sesuai arah gaya. Fleksikan lutut mendekati pusat gravitasi dan menggunakan otot paha dari pada otot punggung.9. 5.Bergerak sejajar pada pinggul klien. Fleksi lutut dan pinggul yang diperlukan untuk membawa lengan perawat setinggi pinggul mempertahan kan kesejajaran tubuh perawat yang sesuai. Dekatkanklien objek sedekat mungkin dengan perawat untuk dipindahkan dan rendahkan pusat gravitasi. Gunakan otot paha daripada otot punggung.10. 6.Meluruskan kaki dan pinggul klien. Geser pinggul klien sejajar arah kepala tempat tidur11. 7.Pindahkan kepala klien dan bahu klien secara parallel. Fleksikan lutut dan pinggul yang diperlukan untuk membawa tinggi lengan dengan tubuh mempertahan kan kesejajaran tubuh yang sesuai.12. 8.Masukkan lengan perawat yang terdekat bagian kepala tempat tidur kebawah leher klien, dengan tangan memegang kebawah dan menyokong mempertahankan kesejajaran tubuh dan mencegah cidera selamabahu pergerakan13. 9.Menyokong berat badan klien dan mengurangi friksiletakakan lengan perawat yang lain dibawah punggung bawah klien14. 10.Geser tubuh, bahu, kepala dan leher klien secara diagonal kearah kepala meluruskan kembali tubuh klien disis tempat tidur15. 11.Tinggikan sisi bergerak. Pindahkan kesisi tempat tidur yang lain dan melindungi klien jatuh dari tempat tidur16. 12.Pusat klien ditengah tempat tidur, pindahkan tubuh pada ketiga bagian mempertahan kan kesejajaran tubuh, memberikan ruang yang cukupdanyang sama untuk bergerak,dan, member keamanan pada klien

2.7 Prinsip Mekanika Tubuh dan AmbulasiA. Mekanik tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan system saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanik tubuh pada dasarnya adalah bagaimana tubuh secara efisien terkoordinasi dan aman sehingga menghasilkan gerakan yang baik dan memelihara keseimbangan selama beraktifitas. Perawat sangat beresiko mengalami jedera tulang belakang karena aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan. Misalnya; mengangkat klien dari tempat tidur, membawa alat-alat berat dan lain-lain.1. GravitasiMemandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh Pusat gravitasi, yang ada di pertengahan tubuh. Garis gravitasi, merupakan garis imagines vertical melalui pusat gravitasi. Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang atau menahan tubuh.17. Keseimbangan Keseimbangan dapat di capai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi, di antara garis gravitasi dan pusat tumpuan Prinsip Ambulasi Untuk Pasien Mekanika tubuh itu penting untuk perawat dan pasien. Hal ini mempengaruhi kondisi kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk kesehatan dan mencegah kecacatan. Gaya berat dan fisik dapat mempengaruhi gerak tubuh. Jika digunakan dengan benar kekuatan ini dapat meningaktkan efisiensi kerja perawat

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan perawat dalam pasien ambulasi adalah sebagai berikut:a.Ketika merencanakan untuk memeindahkan pasien, atur unruk bantuan yang kuat. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupib.Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuanc.Jaga punggung , leher , pelvis dan kaki lurus. Cegah tergelincir.d.Fleksikan lutut buat kaki tetap lebare.Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)f.Gunakan lengan atau tangan (bukan punggung)g.Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.h.Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak.i.Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkatbersama dengan dipimpin dengan seseorang dengan menghitung satu sampai tiga.

16