Isi Gerontik Kognitif

download Isi Gerontik Kognitif

of 12

description

Isi Gerontik Kognitif

Transcript of Isi Gerontik Kognitif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial dan intelektual sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Proses menjadi tua menggambarkan betapa proses tersebut dapat diinterferensi sehingga dapat mencapai hasil yang sangat optimal. Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).

Proses penuaan dilihat dari perspektif yang luas dapat membimbing ke arah strategi yang lebih kreatif untuk intervensi lansia. Perubahan yang dapat dilihat adalah kemunduran kognitif atau intelektual pada lansia yaitu proses pikir yang mulai melambat, mudah lupa, bingung dan pikun.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan kognisi/intelektual pada lansia?

2. Apa pengertian demensia?3. Bagaimana pengenalan dini demensia? 4. Bagaimana terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia?

5. Bagaimana penatalaksannan dan upaya menunda kepikunan pada lansia?

6. Apa saja faktor risiko penurunan fungsi kognitif pada lansia?7. Bagaimana latihan kognitif pada lansia?

8. Bagaimana penatalaksaan dan upaya menunda kepikunan pada lansia?C. Tujuan

1. Mengetahui perubahan kognisi/intelektual pada lansia.2. Mengetahui pengertian demensia.3. Mengetahui bagaimana pengenalan dini demensia.4. Mengetahui bagaimana terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia.5. Mengetahui bagaimana penatalaksannan dan upaya menunda kepikunan pada lansia.

6. Mengetahui faktor risiko penurunan fungsi kognitif pada lansia.7. Mengetahui bagaimana latihan kognitif pada lansia.

8. Mengetahui penatalaksaan dan upaya menunda kepikunan pada lansia.BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Kognitif/Intelektual Pada Lansia

Banyak mitos yang berkembang di masyarakat tentang penurunan intelegensi lansia dan anggapan bahwa lansia sulit untuk diberikan pelajaran karena proses pikir yang mulai melambat, mudah lupa, bingung dan pikun. Padahal penelitian memperlihatkan bahwa lingkungan yang memberikan stimulasi, tingkat pendidikan yang tinggi, status pekerjaan dan kesehatan kardiovaskuler yang baik dapat memberikan efek positif terhadap angka intelegensi lansia.

Kemampuan belajar dan menerima keterampilan serta informasi baru akan menurun pada individu yang telah melewati 70 tahun. Meskipun banyak individu yang lebih tua tetep belajar dan berpartisipasi dalam berbagai pengalaman pendidikan. Motivasi, kecepatan kinerja, kesehatan yang buruk dan status fisik kesemuanya merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan pembelajaran. Pada lansia kehilangan ingatan jangka pendek dan baru merupakan hal yang sering terjadi. Kehilangan indra, adanya distraksi dan tidak tertarik akan informasi dapat semakin mengganggu lansia dalam belajar. Jika tidak ada masalah patologis pada lansia disebut pelupa senilis benigna.

Perawatan dapat mempermudah proses kemampuan belajarlanjut usia dengan cara memberikan teknik untuk meningkatkan daya ingat untuk memperkuat mengingat data yang berhubungan , mendorong penggunaan intelegensi secara terus menerus, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah dikenal sebelumnya, mendorong lansia menggunakan kacamata dan alat bantu pendengaran, menggunakan penerangan yang tidakmenyilaukan, menyediakan suasan yang nyaman dan tenang, menentukan sasaran jangka pendek, periode mengaajar diatur sesingkat mungkin, memberi jeda waktu tugas sesuai dengan stamina kelompok, mendorong partisipasi verbal para peserta, menganjurkan cara belajar yang positif (Fatimah, 2010: hal.14-15).

B. Demensia1. Pengertian

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari - hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan seharihari (Nugroho, 2008). Sementara itu menurut Lumbantobing (1995). Demensia adalah himpunan gejala penurunan fungsi intelektual, umumnya ditandai terganggunya minimal tiga fungsi yakni bahasa, memori, visuospasial, dan emosional.

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian berat sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari- hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat (pelupa). Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer berkaitan erat dengan usia lanjut. Penyakit alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau demensia dan diperkirakan akan meningkat terus.

Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan memori (daya ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa cara menggunakan benda biasa dan sederhana, seperti pensil, lupa mematikan kompor, menutup jendela atau menutup pintu, suasana hati dan kepribadian dapat berubah, agitasi, masalah dengan daya ingat, dan membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak biasa. Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala bertahap penyakit alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda- beda, bisa lebih cepat atau lebih lambat. Gejala tersebut tidak selalu merupakan penyakit alzheimer, tetapi apabila gejala tersebut berlangsung semakin sering dan nyata, perlu dipertimbangkan kemungkinan penyakit alzheimer (Nugroho, 2008).

2. Penyebab umum demensiaPenyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :

a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal, Sering pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme seperti yang ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis.

b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati.Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :

1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.

2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert

3) Khorea Huntington

4) Penyakit jacob-creutzfeld dllSindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini diantaranya :

1) Penyakit cerebro kardiofaskuler

2) penyakit- penyakit metabolik

3) Gangguan nutrisi

4) Akibat intoksikasi menahun

5) Hidrosefalus komunikans

3. Kriteria derajat demensia

a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang baik.

b. Sedang :Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.c. Berat : Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak berkesinambungan, inkoheren.4. Stadium demensia alzheimer

Penyakit demensia alzheimer menurut Nugroho (2008) dapat berlangsung dalam tiga stadium yaitu stadium awal, stadium menengah, dan stadium lanjut.

Stadium awal atau demensia ringan ditandai dengan gejala yang sering diabaikan dan disalahartikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses menua. Umumnya klien menunjukkan gejala kesulitan dalam berbahasa, mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna, disorientasi waktu dan tempat, sering tersesat ditempat yang biasa dikenal, kesulitan membuat keputusan, kehilangan inisiatif dan motivasi, dan kehilangan minat dalam hobi dan agitasi.

Stadium menengah atau demensia sedang ditandai dengan proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari dan menunjukkan gejala sangat mudah lupa terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang, tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah, sangat bergantung pada orang lain, semakin sulit berbicara, membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi dan berpakaian), dan terjadi perubahan perilaku, serta adanya gangguan kepribadian.

Stadium lanjut atau demensia berat ditandai dengan ketidakmandirian dan inaktif total, tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal), sukar memahami dan menilai peristiwa, tidak mampu menemukan jalan di sekitar rumah sendiri, kesulitan berjalan, mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi), menunjukkan perilaku tidak wajar dimasyarakat, akhirnya bergantung dikursi roda atau tempat tidur.

5. Penyebab demensia alzheimer

Penyebab demensia alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa teori menjelaskan kemungkinan adanya faktor genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium, dan akibat infeksi virus. Semakin dini penyakit demensia alzheimer dikenali, semakin baik hasil penanganannya daripada penyakit yang sudah lanjut. Penyakit alzheimer muncul sebagai gejala perubahan perilaku, kognisi, dan perubahan aktivitas hidup sehari- hari sehingga anggota keluarga dan orang terdekat yang mengenali perubahan tersebut.

Faktor predisposisi dan resiko dari penyakit ini adalah usia, riwayat penyakit alzheimer (keturunan), kelamin, pendidikan. Faktor resiko yang kemungkinan juga berpengaruh ialah adanya keluarga dengan sindrom Down, fertilitas yang kurang, kandungan alumunium pada air minum, dan defisiensi kalsium.

6. Alat ukur demensia

Untuk mengetahui ada tidaknya demensia pada lansia digunakan tes Mini Mental state Examination (tes mini mental) untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual.

C. Pengenalan Dini DemensiaPengenalan dini demensia berarti mengenali :1. Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI): kondisi kognitif pada lanjut usia yang terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan mudah-lupa secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.

2. Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan ciri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali (diketahui dan diakui) oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda demensia.

3. Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.

D. Fungsi Kognitif Pada Lansia

Pada lanjut usia selain mengalami kemunduran fisik juga sering mengalami kemunduran fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif. Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness). Kemampuan belajar dan menerima keterampilan serta informasi baru akan menurun pada individu yang telah melewati 70 tahun. Lupa adalah bentuk gangguan kognitif yang paling ringan diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Meskipun banyak individu yang lebih tua tetapi mereka masih bisa belajar dan berpartisipasi dalam berbagai pengalaman pendidikan. Motivasi, kecepatan kinerja, kesehatan yang buruk dan status fisik kesemuanya merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan pembelajaran. Di fase ini seseorang masih bisa berfungsi normal kendati mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, tidak jarang ditemukan pada orang setengah baya. Pada lansia kehilangan ingatan jangka pendek dan baru merupakan hal yang sering terjadi. Kehilangan indera, adanya distraksi dan tidak tertarik akan informasi dapat semakin mengganggu lansia dalam belajar. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi Gangguan Kognitif Ringan (Mild Cognitive Impairment-MCI) sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat. Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktifitas sehari-hari seseorang. Jika tidak ada masalah patologis pada lansia disebut pelupa senilis benigna. (Wreksoatmodjo, 2012).Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak mampu menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan dimungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberapa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya.Menurut Ratner et. al dalam desmita (2008) penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melainkan dapat meningkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.E. Faktor Yang Menyebabkan Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia1. Penyakit

Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi penurunan substansia putih dan abu-abu di lobus prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus frontalis (Raz, Rodrigue, & Acker dalam Myers, 2008). Angina pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif (Briton & Marmot dalam Myers, 2008). 2. Kecemasan

3. Depresi

F. Faktor Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia

1. Jenis kelaminWanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif dari pada laki-laki. Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal dikaitkan dengan rendahnya level estradiol dalam tubuh. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Yaffe, dkk dalam Myers, 2008).

2. Makanan Kekurangan vitamin D sekitar 25% - 54% pada orang berusia 60 keatas dan 74% ditemukan pada wanita pada penderita Alzheimer. Hal tersebut disebabkan oleh metabolisme vitamin D yang kurang efisien pada orang tua. Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari, untuk mempertahankan tingkat serum normal diet saja mungkin tidak cukup tanpa suplementasi. Hasil dari penelitian tentang vitamin D dalam fungsi otak adalah adanya reseptor vitamin D pada hippocampus dan merupakan pelindung dari saraf vitro (Wilkins et al, dalam Myers, 2008). G. Latihan Kognitif Pada Lansia1. Strategi latihan kognitifa. Menurunkan cemas

b. Tehnik relaksasi

c. Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi respon perilaku.

d. Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebabkan cemas.

e. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak dilakukan secara berangsur angsur) dengan menggunakan bayangan/imajinasi

f. Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.

2. Terapi kognitifa. Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain

b. Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan klien.

c. Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.

H. Penatalaksannan Dan Upaya Menunda Kepikunan Pada Lansia Yang Dikutip Dari Nugroho (2008) Adalah Sebagai Berikut:

1. Penatalaksaaan

Terapi farmakologis adalah terapi dengan menggunakan obat-obatan, bisa bersifat herbal dan juga kimia. Obat-obatan yang termasuk dalam terapi farmakologi demensia antara lain: Anti-oksidan yaitu vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur, margarin, kacang-kacangan, miyak sayur, dapat menurunkan risiko demensia alzheimer, obat anti-inflamasi, obat penghambat asetilkolin esterase (misalnya: Exelon).

Terapi non-farmakologis merupakan terapi alternative lebih ke arah perubahan gaya hidup, seperti program harian untuk pasien, istirahat yang cukup, reality orientation traning (ROT) atau orientasi realita, validasi/ rehabilitasi/ reminiscence, terapi musik, terapi rekreasi, brain movement and exercise (gerak dan latihan otak), aroma terapi (terapi wangi-wangian). Perawat dapat mempermudah proses kemampuan belajar lanjut usia dengan cara memberikan teknik untuk meningkatkan daya ingat untuk memperkuat mengingat data yang berhubungan, mendorong penggunaan intelegensi secara terus menerus, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah dikenal sebelumnya, mendorong lansia menggunakan kacamata dan alat bantu pendengaran, menggunakan penerangan yang tidak menyilaukan, menyediakan suasana yang nyaman dan tenang, menentukan sasaran jangka pendek, periode mengajar diatur sesingkat mungkin, memberi jeda waktu tugas sesuai dengan stamina kelompok, mendorong partisipasi verbal para peserta, menganjurkan cara belajar yang positif.

2. Upaya menunda kepikunan Upaya menunda kepikunan dapat dilakukan dengan hidup sehat fisik dan rohani (olah raga teratur dengan makanan 4 sehat 5 sempurna), latihan mempertajam memori (kebugaran mental) seperti: mengerjakan aktivitas sehari-hari secara rutin, misalnya membersihkan lemari es setiap senin pagi, membuat daftar tugas tertulis, seperti jenis barang yang akan dibeli, meneruskan belajar dan bekerja sesuai dengan kemampuan, menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, tingkat pendidikan yang tinggi, status pekerjaan dan kesehatan kardiovaskular.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ tubuh dabukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita harus berbaring lama sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas tetap terjaga sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga pencegahan disabilitas primer diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.B. Saran

Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lansia dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan. Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu perkembangan ilmu dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas sumber daya yang dibutuhkan.Latihan Kognitif pada Usia Lanjut | 12