Dm Gerontik

download Dm Gerontik

of 119

description

DM pada lansia/gerontik

Transcript of Dm Gerontik

UNIVERSITAS INDONESIAPENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWATKESEHATAN LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS (DM)DI KOTA TASIKMALAYA: STUDI FENOMENOLOGITESISSITI BADRIAH0906505016FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM MAGISTER KEPERAWATANDEPOKJULI 2011Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011iiUNIVERSITAS INDONESIAPENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWATKESEHATAN LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS (DM)DI KOTA TASIKMALAYA: STUDI FENOMENOLOGITESISDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarMagister Ilmu KeperawatanSITI BADRIAH0906505016FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM MAGISTER KEPERAWATANPEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITASDEPOKJULI 2011Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011viABSTRAKNama : Siti BadriahProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanPeminatan Keperawatan KomunitasJudul : Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Kesehatan LansiaDengan Diabetes Mellitus (DM) di Kota Tasikmalaya:Studi FenomenologiPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentangarti dan makna pengalaman keluarga dalam merawat lansia dengan DM di KotaTasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologideskriptif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan dalam penelitian iniadalah caregiver utama lansia DM yang didapatkan dengan teknik criterionsampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatanlapangan yang dianalisis dengan menerapkan teknik Collaizi. Penelitian inimengidentifikasi 13 tema yaitu terjadinya perubahan pada lansia, kemampuanmelaksanakan tugas kesehatan keluarga, respon psikologis, respon fisik, responterhadap ekonomi, respon terhadap peran, prilaku pencarian penyelesaianmasalah, dukungan penyelesaian masalah, kehidupan lansia yang optimal,kemampuan merawat lansia, sifat pelayanan, bentuk pelayanan dan mematuhiajaran agama dan budaya.Kata kunci : caregiver, lansia, DMPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011viiABSTRACTName : Siti BadriahProgram Study : Master in Nursing Science For Community NursingTittle :Family Experiences in Caregiving of Elderly withDiabetes Mellitus (DM) in Tasikmalaya:Fhenomenology StudyThe aim of research were explored the experience of family in caregiving elderlywith DM in Tasikmalaya. This research used qualitative descriptivephenomenology method and the data collected by in-depth interview. Participantswere primary caregivers elderly with DM collected by crierion samplingtechnique.The data gathered are in form of the results from the recording of indepthinterview and field note form transcribed and analyzed by using theCollaizis method. The result of research identified into 13 themes, consist ofchanged the elderly, the ability to carry out the health task of family,psychological response, physical response, economic response, role response, thesearch behavior problem solving, problem-solving support, the optimal life of theelderly, the ability to care for the elderly, the nature of the service, the type ofservices and adhere to the teachings of religion and culture.Key words : caregiver, elderly, DMPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011viiiKATA PENGANTARPuji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya penulisdapat menyelesaikan penelitian dengan berjudul Pengalaman Keluarga dalamMerawat Kesehatan Lansia dengan Diabetes Mellitus (DM) di Kota Tasikmalaya.Selama melakukan penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan dandukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulismengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia2. Ibu Astuti Yuni Nusasari, S.Kp., MN, sebagai Ketua Program StudiPascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.3. Ibu Wiwin Wiarsih, SKp., MN selaku pembimbing I yang telah memberikanide, bimbingan, semangat, arahan dengan penuh kesabaran pada penulisselama penyusunan proposal ini.4. Ibu Henny Permatasari, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. Kom, selaku pembimbing IIyang senantiasa memberi motivasi, pengertian, meluangkan waktu dandengan sabar memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalampenyusunan tesis ini.5. Seluruh staff dosen dan karyawan Program Pascasarjana Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia6. Ibu Hj.Betty Suprapti, SKp, M.Kes selaku Direktur Poltekkes KemenkesTasikmalaya yang telah memberikan dukungan dan motivasi selamapenyusunan proposal ini7. Ibu Kusmiyati, SKp, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan PoltekesKemenkes Tasikmalaya yang selalu memberikan motivasi dan semangatdalam penyusunan proposal ini8. Seluruh staff dosen dan karyawan jurusan keperawatan Poltekkes KemenkesTasikmalaya yang telah memberikan banyak dukungan dan semangat selamapenyusunan proposal iniPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011ix9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yang telah memberikan ijinkepada peneliti untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kota Tasikmalaya10. Kepala Puskesmas Cibeurum, Cihideung dan Kahuripan terimaksih telahmemberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di wilayah kerjaPuskesmas yang Bapak/Ibu pimpin11. Seluruh partisipan, tanpa mereka penelitian ini tidak pernah ada12. Pendamping hidupku Dedy Kusnaedi yang selalu memberikan dukungan dancinta yang tak terbatas13. Mutiara hatiku Dhafi Yarist Kusnaedi, Faris Irham Kusnaedi dan DhifaFarisa Kusnaedi yang telah menjadi spirit hidup dan selalu menyinari hatipenulis14. Ibu dan Bapak yang selalu menyebut nama penulis di setiap doanya15. Semua teman-teman seperjuangan Program Magister Keperawatan Angkatan2010, khususnya teman-teman di peminatan Keperawatan Komunitas yangtelah banyak membantu, memberikan dorongan dan semangat untuk terusmaju.16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, tanpamengurangi rasa terimakasih, tidak dapat disebutkan satu persatu.Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itukritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.Depok, Juli 2011PenelitiPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011xDAFTAR ISIHalHALAMAN SAMPUL........................................................................................... iHALAMAN JUDUL ................................................................................... iiPERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................. iiiPERNYATAAN ORSINILITAS.... ..............................................................LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI.....................................................ivvABSTRAK...............................................................................................................ABSTRAC...............................................................................................................viviiKATA PENGANTAR.................................................................................. viiiDAFTAR ISI................................................................................................. xDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii1. PENDAHULUAN................................................................................. 11.1.Latar Belakang................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 161.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 171.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 172. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 192.1 Konsep Vulnerable populations pada Lansia DM..............................2.2 Konsep At Risk pada Populasi Caregiver..........................................19232.2 Peran dan Fungsi Perawat sebagai Caregiver Lansia dengan DM...... 302.3 Aplikasi Konsep Pencegahan dalam Optimalisasi Fungsi Caregiverpada Lansia DM.2.4 Peran Perawat Komunitas35383. METODE PENELITIAN . 443.1 Desain Penelitian 443.2 Populasi dan Sampel. 453.3 Tempat dan Waktu Penelitian 473.4 Pertimbangan Etik. 483.5 Prosedur Pengumpulan Data..... 513.6 Alat Bantu Pengumpulan Data. 533.7 Pengolahan dan Analisis Data.. 563.8 Keabsahan Data 574. HASIL PENELITIAN.. 604.1 Karakteristik Partisipan.. 604.2 Tema Hasil Analisis Data Penelitian.. 61Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011xi5. PEMBAHASAN. 955.1 Interpretasi Hasil .. 955.2 Keterbatasan Penelitian. 1285.3 Implikasi untuk Keperawatan 1296. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 1326.1 Simpulan. 1326.2 Saran... 134DAFTAR PUSTAKA.. 137Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 2011xiiDAFTAR LAMPIRANLampiran 1 : Karakteristik partisipanLampiran 2 : Analisis Data PenelitianLampiran 3 : Penjelasan penelitianLampiran 4 : Lembar persetujuanLampiran 5 : Data demografi partisipanLampiran 6 : Panduan wawancaraLampiran 7 : Catatan lapanganLampiran 8 : Keterangan lolos uji etikLampiran 9 : Surat pemberitahuan penelitianLampiran 10 : Daftar Riwayat HidupPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20111 Universitas IndonesiaBAB 1PENDAHULUANPenyakit Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan salah satu penyakitdegeneratif yang sifatnya kronis dialami oleh lansia. Berbagai perubahan yangterjadi pada lansia mempengaruhi lansia dalam berespon terhadap permasalahanyang diakibatkannya. Keluarga sebagai pemberi perawatan kesehatan di rumahakan bereaksi terhadap respon tersebut dalam bentuk yang bervariasi. Penelitianini akan menggali bagaimana pengalaman keluarga dalam merawat kesehatanlansia yang menderita penyakit DM tipe 2 di rumah. Selanjuntnya dalampenelitian ini penulis akan menggunakan pengalaman keluarga dalam merawatlansia dengan DM dirumah untuk makna yang sama pengalaman keluarga dalammerawat kesehatan lansia dengan DM tipe 2 di rumah.Bab pendahuluan ini akan menggambarkan latar belakang, perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian kualitatif fenomenologi pengalaman keluarga dalammerawat kesehatan lansia dengan DM di Kota Tasikmalaya. Latar belakangmenyajikan alasan pentingnya dilakukan penelitian yang didukung oleh dataeviden isu-isu penelitian. Perumusan masalah merefleksikan pernyataan mendasaryang akan menjawab tujuan penelitian. Tujuan penelitian difokuskan padaharapan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian, dan manfaat penelitiandifokuskan pada kegunaan hasil penelitian untuk pengembang kebijakanpelayanan kesehatan, perkembangan ilmu keperawatan komunitas, profesikeperawatan komunitas serta bagi keluarga dan lansia.1.1 Latar BelakangSalah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin tingginyausia harapan hidup (UHH) penduduk. Ditemukan adanya variasi UHHpenduduk di berbagai belahan dunia diantaranya pada tahun 2010 UHHpenduduk Australia 80.50 tahun, Guernsey 80.42 tahun, Swiss 80.51 tahun,Swedia 80.51 tahun, Kanada 80.96 tahun, Jepang 81.25 tahun, HongkongPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20112Universitas Indonesia81.59 tahun, Singapura 81.71 tahun, San Marino 81.71 tahun, Makau 82.19tahun, dan Andora 83.51 tahun (http://www.manggasiang.co.cc).Berdasarkan data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesra (2009), padatahun 2010 UHH di Indonesia mencapai 67,4 tahun dan pada tahun 2020diprediksi akan mencapai 71,1 tahun. Terjadinya perbedaan UHH telahmenunjukkan tingkat kesejahteraan negara Indonesia belum sebandingdengan negara-negara lainnya. Dengan masih ditemukannya angkakemiskinan pada pencapaian MDGs (Millennium Developmnet Goals) telahberpengaruh terhadap daya beli masyarakat untuk makanan bergizi dan aksesterhadap pelayanan kesehatanan, hal ini merupakan salah satu faktor yangberkontribusi terhadap masih rendahnya UHH Indonesia.Stanley dan Bare (2007) menyatakan bahwa peningkatan UHH penduduk,menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat daritahun ke tahun. United Nation Population Division melaporkan pada tahun2009 penduduk Amerika yang berusia 65 tahun keatas berjumlah 40 juta, dandiprediksi akan mencapai 89 juta pada tahun 2050. Berdasarkan data dariDepkominfo (2009) pada tahun 1980 jumlah lansia di Indonesia masih 7 jutajiwa, tahun 1990 naik menjadi 12 juta orang, tahun 2000 naik lagi menjadi 14juta jiwa, tahun 2010 diperkirakan mencapai 23 juta jiwa, dan tahun 2020diprediksi akan menjadi 28 juta orang. Lembaga Lansia Indonesia Jawa Barat(2010) menggambarkan jumlah penduduk lansia di Jawa barat tahun 2009berjumlah 3.331.241 jiwa dan tahun 2010 naik menjadi 3.441.746. Data dariSistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Dinas Kota Tasikmalaya (2010)menunjukkan bahwa jumlah lansia di kota Tasikmalaya pada tahun 2010sebanyak 48.078 orang. Ini berarti Indonesia telah memasuki era pendudukberstruktur tua.Kantor Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan (2009), melaporkanbahwa suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase lanjut usianyalebih dari 7 persen. Dari seluruh provinsi di Indonesia, terdapat 11 provinsiPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20113Universitas Indonesiayang penduduk lansianya sudah lebih dari 7 persen, yaitu Daerah IstimewaYogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, SumateraBarat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan JawaBarat. Lembaga Lanjut Usia Indonesia Provinsi Jawa Barat (2010)melaporkan bahwa presentase jumlah penduduk Jawa Barat tahun 2009sebesar 7.95% dan pada tahun 2010 menjadi 8.01%. Hal tersebutmencerminkan salah satu bentuk peningkatan pembangunan kesehatan danmenjadi suatu isyarat perlunya peningkatan pelayanan kesehatan yang lebihfokus pada usia lanjut sehingga lansia dapat mempertahankan kesehatan dankemandiriannya agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupunmasyarakat.Stanley dan Bare (2007) menyatakan bahwa upaya untuk mempertahankankesehatan lansia yang jumlahnya semakin meningkat telah memberikanimplikasi khususnya bagi perkembangan keperawatan dan pelayanankesehatan. Kelompok lansia secara umum merupakan pengguna layanankesehatan yang paling banyak, dan dengan peningkatan jumlah lansia berartimereka akan semakin tidak terwakili secara proporsional didalam sektorkesehatan. Biaya pengeluaran perkapita bagi lansia adalah hampir empat kalilipat dibandingkan dengan pasien dari kelompok umur lainnya. Hal ini tentuakan menjadi beban pembiayaan bagi negara.Pada sebagian negara, pemberian pelayanan kesehatan dan kesejahteraan bagilansia telah mendapatkan perhatian dari pemerintah. Amerika telahmemberikan perhatian terhadap peningkatan jumlah lansia dalam bentukpemberian jaminan pelayanan kesehatan berupa penyediaan pelayanan dalambentuk Medicare Community Nursing Organization (MCNO) yang dirancanguntuk merencanakan mengatur dan memberikan upaya promosi kesehatandan pelayanan keperluan lainnya oleh perawat. Semua lansia yang berusia 65tahun keatas yang terdaftar secara resmi sebagai warga negara Amerikaberhak memperoleh Sosial Security Disability Insurance (SSDI), dan untukPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20114Universitas Indonesiamasalah kesehatan yang spesifik bentuknya berupa medicare(http//Wikipedia.org diperoleh tanggal 1 Maret 2011).Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk lansia adalahPasal 14 Undang-undang no 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan LanjutUsia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untukmemelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usiamelalui upaya penyembuhan dan pengembangan lembaga serta Pasal 19Undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yang menyebutkanbahwa pemerintah melaksanakan penyelenggaraan upaya pemeliharaan danpeningkatan kesehatan usia lanjut agar tetap produktif. Upaya lainnya adalahmemberikan jaminan asuransi kesehatan bagi pensiunan pegawai negeri sipil,TNI, dan Kepolisian, membina lansia di Panti Werdha, memberikanpelayanan kesehatan melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) danmembentuk lembaga lanjut usia di setiap provinsi (Depkes,2003; DinkesProvinsi Jawa Barat 2009). Berdasarkan hal tersebut keberadaan kebijakandan pelayanan kesehatan lansia mutlak diperlukan, karena lansia termasukke dalam populasi yang sangat beresiko untuk mengalami masalahkesehatan.Miller (2004); Stanley dan Bare (2007) menggambarkan bahwa resiko lansiauntuk mengalami masalah kesehatan merupakan dampak yang terjadi akibatbertambahnya usia, dan sering kali lansia akan mengalami banyak kehilangan(multiple loss). Kehilangan terjadi akibat perubahan fisik, psikososial,kultural maupun spiritual. Perubahan fisik pada lansia terjadi sebagai akibatadanya perubahan fisiologis pada berbagai sistem tubuh diantaranyaperubahan pada sistem muskuloskeletal, sistem sensoris, sistem integument,sistem neurologis, sistem kardiovaskuler, sistem pulmonal, sistem endokrin,sistem renal dan urinaria, sistem gastrointestinal serta sistem reproduksi.Terkait dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia telahteridentifikasi bahwa prevalensi gangguan perawatan diri sebesar 28.2%,Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20115Universitas Indonesiadisabilitas pergerakan 47.77%, disabilitas penglihatan 64.12% dan disabilitasdaya ingat 66.71% (Tahir, 2007).Perubahan psikososial terjadi sebagai akibat dari adamya perubahanpsikologis dan sosial pada lansia. Perubahan psikologis berhubungan dengankepribadian, intelegensi, dan sikap lansia misalnya sering bertentangandengan generasi muda, mempertahankan sikap yang kuat, sulit merubahkeputusan, depresi, dan kerusakan kognitif. sedangkan perubahan sosiallansia yang dapat diamati yaitu seringkali kurang mampu mengambiltindakan, lebih banyak mengurung diri, tidak ingin bergaul dengan tetangga,merasa tidak berdaya dan kurang menyadari peran dan tanggungjawabnya.Perubahan kultural pada lansia berhubungan dengan nilai-nilai dasar darilansia, kepercayaan, kebiasaan (termasuk hal-hal yang berkaitan dengankesehatan) yang telah membentuk suatu pandangan kulural. Lansia seringdipandang usia yang sangat tradisional di berbagai kelompok etnik, sebagaikonsekwensinya faktor budaya memegang peranan penting. Perubahan lainyang terjadi adalah perubahan spritual, lansia menjadi siap menghadapikematian dan lebih taat menjalani aktivitas keagamaan. Lueckenotte (2000)menjelaskan spiritualitas tidak hanya menunjukkan afiliasi keagamaan sajaakan tetapi dapat dimanifestasikan dalam pengalaman kontemplatifseseorang, penyakit, krisis hidup, atau bahkan pemahaman bahwa hidup didunia terbatas, sehingga dapat menyebabkan seseorang merenung secaraspiritual.Tyson (1999) menyebutkan perubahan fungsi fisiologis tubuh pada lansiaseringkali memicu munculnya berbagai masalah kesehatan, salah satunyaadalah penyakit Diabetes Mellitus (DM). Diabetes mellitus merupakanmasalah kesehatan utama di sebagian besar penduduk Amerika yangmempengaruhi 10% dari populasi lansia usia lebih dari 65 tahun dan 20%sampai 23% dari populasi lansia usia lebih dari 80 tahun. Prevalensi diabetestipe 2 pada lansia di atas 65 tahun diprediksi akan naik menjadi 44% dalamPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20116Universitas Indonesia20 tahun ke depan. Ligrary (2010) menyebutkan pada tahun 2007 prevalensipenyakit DM di Amerika Serikat sebesar 7.8 % atau 23.6 juta orang dan lebihdari 90 % diantaranya terjadi pada populasi lansia.Berdasarkan Laporan Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan(2008) bahwa hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007menunjukkan penderita DM di Indonesia usia 65 sampai usia 74 tahunberjumlah 2.4 % dan usia 75 tahun keatas berjumlah 2.2%. Data yangdiperoleh dari bagian pencatatan dan pelaporan puskesmas Dinas KotaTasikmalaya, menunjukan bahwa dalam satu tahun terakhir ini terdapat 292orang lansia usia 60 tahun keatas yang teridentifikasi mempunyai penyakitDM di kota Tasikmalaya atau sekitar 0.6% ( SP3 Dinas Kota Tasikmalaya,2010). Prevalensi penyakit DM di Kota Tasikmalaya masih berada di bawahangka nasional, tapi walaupun demikian lansia dengan penyakit DMmerupakan populasi yang perlu mendapat perhatian dari pemberi pelayanankesehatan karena dampak dari DM dapat menumbulkan permasalahan bagilansia itu sendiri dan berpotensi menimbulkan beban bagi keluarga danmasyarakat.Meiner (2006); Stanley dan Bare (2007) menjelaskan penyakit DM tipe 2termasuk kedalam kelompok penyakit metabolik dengan karakteristikhiperglikemia dan gejalanya berupa poliuria, polidipsi, polifagia sertapenurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Prosesfisiologis akibat penuaan menyebabkan terjadinya penurunan sekresi insulinoleh sel beta pankreas, peningkatan produksi glukosa hepatik danpengambilan glukosa oleh otot yang menurun sehingga menyebabkan glukosabanyak beredar dalam darah dan terjadilah hiperglikemi. Adanya perubahanstatus nutrisi pada lansia, perubahan massa tubuh (bukan hanya kenaikanberat badan tapi juga penurunan masa otot yang disertai denganmeningkatnya lemak tubuh terutama pada daerah perut) dan penurunanaktivitas, berkontribusi terhadap terjadinya resistensi insulin. Shen, et al(2009) dalam penelitiannya membuktikan bahwa ada hubungan antaraPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20117Universitas Indonesiatingginya Body Mass Index (BMI) dengan kejadian diabetes pada lansia usia65 tahun keatas yang terdaftar pada Medicare Fee For Services (MedicareFFS) di Amerika. Hampir setengah sampel penelitian terdapat overweightyaitu sebesar 47.6%, obesitas 22.6%, normal berat badan 20.7%, obesitasdengan penyakit penyerta/kormobid 9.1%.Penyakit DM pada lansia bersifat multifaktorial yang dipengaruhi faktorintrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yangberpengaruh terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa (Yeni,2010, 4, http//www.klikclinikkink.wordpress.com diperoleh tanggal 3September 2010). Kenyataan ini menjadi dasar bahwa lansia dengan DMtermasuk kedalam populasi vulnerable. Stanhope dan Lancaster (2004)menyebutkan vulnerable terjadi jika seseorang/kelompok berhadapan denganpenyakit, bahaya, atau outcome negatif yang faktor pencetusnya dapat berupagenetik, biologis atau psikososial. Kerentanan terjadi sebagai akibat dariinteraksi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang menjadirentan mengalami kondisi kesehatan yang buruk.Pender, Murdaugh dan Parsons (2002) menyatakan populasi vulnerablememiliki resiko yang lebih besar terhadap terjadinya kelemahan atauketerbatasan fisik, psikologis dan kesehatan sosial serta memiliki resiko lebihbesar terhadap kesakitan dan kematian. Terkait hal tersebut Meiner (2006)menyebutkan bahwa penyakit DM dapat menyebabkan kegagalan padabeberapa fungsi organ seperti jantung, ginjal, syaraf, mata dan pembuluhdarah, sehingga penyakit DM pada lansia memiliki dampak yang signifikanterhadap penurunan kualitas hidup lansia. Oleh karena itu dibutuhkanperhatian khusus untuk merawat lansia dengan DM sebagai populasi yangvulnerable.Cavea dan Durso (2008) menjelaskan sebagai populasi yang vulnerablehampir setengah dari lansia dengan DM akan memiliki kecenderunganmemiliki resiko tinggi untuk mengalami sindroma geriatrik lebih cepatPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20118Universitas Indonesiatermasuk resiko jatuh, penurunan kognitif, inkontinensia urine, nyeri dandepresi. Pinkstaff (2004 ) dalam penelitiannya terhadap lansia diabetes diAmerika Serikat telah menujukkan terjadinya penurunan dalam hal kesehatanumum, fungsi fisik, kepuasan dengan kesehatan fisik, masalah tidur, danketerbatasan peran akibat gangguan fisik dan emosional. Sementara ituPurnomo (2002) telah membuktikan bahwa frekwensi kejadianmuskuloskeletal terjadi lebih dominan pada penderita DM dengankarakteristik usia antara 60-69 tahun, wanita, kegemukan, lama DM lebih dari5 tahun, lama menopause 10-11 tahun, kontrol gula darah rutin danhiperkolesterolemia. Frekwensi terbanyak gangguan muskuloskeletal adalahosteoartritis sendi lutut dan sebagian besar telah memiliki disabilitas.Gangguan muskuloskeletal tersebut diduga merupakan manisfestasi kronikDM sejalan dengan komplikasi mikrovaskuler.Hasil penelitian Gregg et. al (2000) bahwa diantara 6588 lansia, 32% wanitadan 15 % pria lansia DM dilaporkan tidak mampu berjalan mil, tidakmampu melakukan pekerjaan rumah, menaiki tangga, dibandingkan dengan14% wanita dan 8 % Pria yang tidak mempunyai penyakit DM. PenelitianVolpato at al. (2005) melaporkan wanita dengan DM mempunyai resikolebih besar dalam ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan aktvitas seharihari: tidak bisa mandi, berpindah dari tempat tidur ke kursi, menggunakantoilet, memakai baju dan makan. Berdasarkan hal tersebut, penyakit diabetesberdampak pada penurunan kemampuan fisik yang akan menyebabkanterganggunya pemenuhan kebutuhan sehari-hari (activity daily living).Perubahan psikososial pada lansia yang menderita penyakit DM menurutAraki dan Ito (2008) bahwa depresi diprediksi dapat terjadi pada lansia yangmenderita DM tipe 2, sebagai akibat dari adanya insidensi komplikasi mikrodan makrovasuler, ketidakmampuan dalam melakukan activity daily living,inkontinensia urin, kegagalan fungsi penglihatan, penurunan status kesehatandan peningkatan jumlah perawatan di Rumah Sakit. Penelitian Cheng danBoey (2000) menemukan dampak psikologis pada lansia yang menderitaPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 20119Universitas Indonesiapenyakit DM yaitu 16% menunjukkan gejala-gejala depresi yangmembutuhkan pengawasan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut munculnyagejala depresi merupakan dampak psikologis yang terjadi pada lansia denganDM.Terkait dengan perubahan budaya atau kebiasaan yang terjadi pada lansiasetelah menderita penyakit DM, penelitian Welch at al (2006) melaporkansetelah menderita DM selama satu tahun terjadi perubahan kebiasaan danpola prilaku kesehatan antara lansia kulit hitam dan Hispanik di Amerika.Kunjungan kesehatan untuk mengontrol gula darah pada lansia kulit hitammenjadi lebih baik dan teratur dilakukan daripada lansia kulit putih. Goin,Tinicher dan Spencer (2002) menunjukkan adanya peningkatan kesadaranpada lansia Indian Amerika yang tinggal di daerah pedesaan setelahmenderita penyakit DM terhadap program pengelolaan DM jangka panjangdaripada lansia kulit putih. Hal tersebut mencerminkan bahwa terdapatkecenderungan perubahan budaya atau kebiasaan terhadap prilaku kesehatanpada lansia setelah menderita penyakit DM.Mauk (2010) menjelaskan ketika sakit secara spiritual beberapa lansia akanmerasa kedekatan dengan Tuhannya dan nyaman dengan agamanya. Terkaithal tersebut penelitian kualitatif Ross (1997) melaporkan kebutuhan rohanipara lansia dengan penyakit kronis yang dirawat di sebuah rumah sakit diEdinburgh, Skotlandia adalah berhubungan dengan cinta dan rasa memilikiagama, moralitas, kematian dan sekarat. Untuk kebutuhan rohani, merekamerasa puas jika disediakan ruang istirahat untuk refleksi / berdoa dan adanyakehadiran pelayan keagamaan. Koenig, George dan Titus (2004)menyebutkan pasien lansia dengan penyakit kronis yang meyakini ketikamereka sangat dekat dengan agama atau spiritual cenderung merasa kesehatandirinya menjadi lebih baik. Demikian juga halnya dengan penyakit DM padalansia yang merupakan salah satu penyakit kronis yang memerlukan programperawatan jangka panjang sangat memerlukan dukungan spiritual darilingkungan sekitarnya.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201110Universitas IndonesiaStanley dan Beare (2007) menjelaskan penyakit DM pada lansia denganberbagai dampak yang ditimbulkannya memerlukan intervensi dari perawatkomunitas melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Bentukpencegahan primer pada lansia DM meliputi program nutrisi dan aktivitasjasmani. Diperkirakan 65% sampai 80% kasus DM tipe 2 dapat dicegahmelalui program nutrisi yang sehat. Mempertahankan berat badan idealmerupakan pertimbangan yang penting untuk mengurangi resiko terjadinyadiabetes pada lansia.Pencegahan sekunder dan tersier merupkan pencegahan yang dilakukan untukdeteksi dini dan membatasi efek serius dari DM tipe 2 serta meningkatkanrehabilitasi setelah lansia terdiagnosis DM. Pencegahan sekunder dapatdilakukan dengan deteksi (pengkajian, pemeriksaan fisik dan pemeriksaangula darah) dan intervensi dini dari penyakit diabetes pada lansia (diet DM,program latihan/olahraga yang teratur, pengobatan dan terapi insulin).Pencegahan tersier dapat berupa stimulasi sensoris selama perawatan akut,perawatan kaki, mata, kulit, pengendalian glikemia dengan pemeliharaan guladarah yang normal dan modifikasi lingkungan rumah untuk meningkatkankeamanan lansia. Hasil penelitian dari National Institute of Health (2001dalam Stanley dan Beare 2007) menguatkan kepercayaan bahwamempertahankan kadar gula darah dalam batas normal akan mencegah ataumemperlambat perkembangan komplikasi jangka panjang dari penyakitdiabetes. Untuk lansia yang sudah menjalani amputasi maka upayarehabilitasi dalam upaya penyesuaian diri baik fisik dan emosional sebagaiakibat dari kehilangan salah satu bagian anggota tubuhnya perlu dilakukan.Terkait dengan upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier berbagaikebijakan dan program pelayanan kesehatan lansia telah dibentuk mulai daritingkat pusat sampai ke daerah. Departemen Kesehatan RI (2005) telahberupaya memberikan pelayanan kesehatan melalui program pembinaankesehatan lansia yang ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan dankemampuan untuk mandiri, pembinaan kesehatan lansia sebagai bagian upayaPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201111Universitas Indonesiakesehatan keluarga, peningkatan peran serta aktif masyarakat, dan upayapromotif preventif yang dilaksanakan secara komprehenshif dengan usahakuratif dan rehabilitatif. Kebijakan tersebut diwujudkan dalam bentukkegiatan-kegiatan yang lebih operasional.Kegiatan dari kebijakan pemerintah dilaksanakan sebagai upaya untukmengembangkan dan meningkatkan KIE ( komunikasi, informasi danedukasi), meningkatkan upaya deteksi dini pada kasus lansia, meningkatkanpembinaan teknis pada pengelola program lansia di tingkat provinsi,kabupaten dan puskesmas, memantapakan pengelolaan program lansiamelalui pendidikan dan pelatihan, menerapkan teknologi tepat guna dalampembinaan lansia melalui KMS (Kartu Menuju Sehat) dan buku pedomanpemeliharaan kesehatan lansia di masyarakat, mengembangkan sistemmonitoring dan evaluasi pembinan kesehatan lansia serta melakukanpenelitian yang dapat mendukung kebijakan dan pelaksanaan pembinaankesehatan lansia.Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dalam Rencana Strategis tahun 2009 2013 telah membuat program pelayanan kesehatan pada lansia denganindikator meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan komprehensif padalanjut usia dari 70% menjadi 72,5%. Cakupan tersebut dapat dicapai melaluiprogram pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidakmenular. Penyakit DM pada lansia termasuk didalam program tersebut.Program Training of Trainer (TOT) bagi petugas kesehatan selaludilaksanakan di tingkat kota dan kabupaten. Program terkait lansia adalahdibentuknya Komisi Daerah Lansia (KOMDA LANSIA) di tiap daerah kotadan kabupaten yang berfungsi sebagai advokasi, sosialisasi dan dukungandana bagi kegiatan lansia. Selain program pelayanan kesehatan, dinaskesehatan Jawa Barat juga memberikan bantuan berupa Jamkesmas JawaBarat.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201112Universitas IndonesiaProgram kegiatan untuk lansia yang telah dilaksanakan di Dinas KesehatanKota Tasikmalaya diantaranya adalah senam lansia pada saat kegiatan HariLanjut Usia Nasional (HALUN), pelatihan kader posbindu, pelatihan kaderpelayanan kesehatan lansia dan pertemuan pembinaan organisasi santunlansia. Di tingkat puskesmas, program pelayanan kesehatan untuk lansiadilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan di dalam gedung dan di luargedung berupa pelaksanakan Posbindu.Hasil wawancara dengan Koordinator Program Lansia Dinas KotaTasikmalaya menyatakan bahwa untuk medukung pemeliharaan kesehatanlansia, program kebijakan memang sudah terbentuk mulai dari tingkat pusatsampai ke tingkat puskesmas. Akan tetapi dalam pelaksanaannya menemukanbeberapa kendala diantaranya kurangnya dukungan dari pemegang kebijakanbaik di Dinas Kesehatan maupun Pemerintahan Daerah yang menyebabkananggaran untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan kesehatan lansia sangatkurang. Dari anggaran yang ada kegiatan yang bisa dilakukan hanya berupapelatihan kader posbindu atau pelatihan kader pelayanan kesehatan lansia, itupun hanya satu kali dalam 1 tahun. Bedasarkan hal tersebut persamaanpersepsi antara pemegang kebijakan, pertemuan pembinaan program lansiatingkat kota pada sektor terkait (Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah,Bapeda) sangat diperlukan, sehingga dengan dukungan dari berbagai pihakkegiatan pemeliharaan kesehatan lansia termasuk lansia dengan penyakitkronis seperti DM bisa terlaksana.Depkes (2005), menjelaskan bahwa dalam keluarga, lansia merupakankelompok rawan dipandang dari segi kesehatan karena kepekaan dankerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan ancamankematian, sehingga menjadi komponen dan sasaran perhatian dalampembinaan kesehatan keluarga. Stanhope dan Lancaster (2004), menyebutkanbahwa perawat keluarga harus bekerjasama dengan keluarga untuk mencapaikeberhasilan dalam pemberian asuhan kepada anggota keluarga baik dalamkeadaan sehat maupun sakit. Terkait dengan lansia Lueckenotte (2003)Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201113Universitas Indonesiamenjelaskan pemberian asuhan kepada lansia di rumah oleh keluarga dapatdilakukan oleh seluruh anggota keluarga tetapi wanita secara tradisionaldiasumsikan dan diterima mempunyai peran sebagai pemberi asuhan secaraalamiah. Anak perempuan mempunyai tanggung jawab terhadap orangtuamereka yang sudah lansia. Anak perempuan tunggal, anak perempuan yangtidak menikah, anak perempuan yang berdekatan menjadi pemberi asuhanbagi orangtuanya.Dalam budaya Indonesia peran pemberi perawatan kesehatan didalamkeluarga biasanya dilakukan oleh orang dewasa yang lebih tua: ayah, ibu,kakek atau nenek dapat menjadi caregiver. Kao (2003) telah meneliti perancaregiver di keluarga pada lansia di Taiwan, yaitu sekitar 72% anak lakilakinya28% anak perempuannya, 70% caregiver adalah istrinya dan 30%adalah suaminya. Delgado (1997), melaporkan anak laki-laki di Puerto Ricomerupakan pemberi asuhan yang utama pada orang tuanya. Hal tersebutmencerminkan bahwa pelaksana peran caregiver pada keluarga dengan lansiabervariasi tergantung pada budaya yang berlaku di daerah tersebut.Berbagai fenomena pengalaman caregiver keluarga dalam merawat pasienlansia atau pasien dengan penyakit kronis sangatlah bervariasi. Beandlandset.al (2005) melaporkan pengalaman keluarga dalam merawat anggotakeluarga dengan penyakit kronis menimbulkan dampak terhadap fisik, emosi,sosial dan ekonomi. Dampak terhadap fisik berupa kelelahan, nyeri otot,insomnia dan hipertensi, dampak terhadap emosi berupa rasa marah, kesal,khawatir dan depresi, dampak terhadap sosial berupa terganggunya aktivitasdengan anggota keluarga lain dan pergaulan dengan lingkungan sekitar,dampak terhadap ekonomi berupa meningkatnya pengeluran keluarga untukbiaya perawatan. Chung at all (2007) dalam penelitiannya pada caregiverkeluarga yang merawat lansia dengan penyakit kronis di Taiwan ditemukanadanya masalah fisik, psikologis dan hubungan sosial dengan lingkungan.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201114Universitas IndonesiaHasil kualitatif Asniar (2007) tentang pengalaman keluarga merawat anggotakeluarga pasca stroke di rumah, di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depokmenyebutkan bahwa sebagian keluarga merasa lelah, cape, jenuh danterbebani karena harus menjalankan rutinitas yang berulang dalam waktuyang lama, tapi sebagian lagi ada yang merasa pasrah, ikhlas dan menerimasemuanya dengan alasan sebagai bentuk tanggung jawab. Selanjutnya Joko(2007) dalam merawat lansia dengan ketergantungan tinggi dirumah di kotaMalang, melaporkan terjadi variasi perasaan antara senang dan tidak senang,senang karena keluarga telah mampu merawat sebagai bentuk rasa hormat,dan taat pada orang tua pada kebudayaan Jawa, sementara itu untuk perasaantidak senang muncul sebagai akibat dari masa perawatan yang lama, usialansia yang sudah tua seringkali terjadi mispersepsi antara lansia dankeluarga. Hasil kualitatif lainnya Rita (2008) tentang pengalaman caregiverdalam merawat lansia dimensia di rumah di Kota Depok teridentifikasiadanya beban fisik, beban psikologis, beban ekonomi dan beban sosial padacaregiver.Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu keluarga yang mempunyaianggota keluarga lansia dengan DM di kota Tasikmalaya, keluargamengatakan bahwa sangat sulit sekali memberitahu lansia untuk berpantangterhadap makanan yang manis-manis, lansia seringkali marah-marah jikadiingatkan untuk berpantang. Keluarga merasa khawatir dengan keadaanlansia yang sudah lama menderita DM karena badannya menjadi lebih kurus,berat badan menurun, makanan harus diatur, dan gula darah harus rutindiperiksa serta obat yang hampir setiap hari diminumnya. Keluarga kadangkadangmerasa kelelahan dan frustasi karena kondisi lansia tersebut. Kondisiini mengisyaratkan bahwa dibutuhkan adanya pelayanan yang berkualitasuntuk mendukung keluarga dalam memberikan perawatan pada lansia atauanggota keluarga yang menderita penyakit kronis, termasuk dengan keluargayang merawat lansia dengan penyakit DM di rumah.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201115Universitas IndonesiaErvin (2002), menyebutkan bahwa perawat komunitas harus memandangkomunitas atau populasi sebagai fokus praktek. Sehingga dalam hal iniperawat komunitas harus dapat mengidentifikasi caregiver dalam keluargasebagai populations at risk. Populations at risk adalah sekumpulan individuatau kelompok yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu untukmengalami penyakit, cedera, atau masalah kesehatan lainnya dibandingkandengan kelompok yang lainnya (Clemen-Stone, McGuire dan Eigsti, 2002).Untuk mengantisipasi hal tersebut berbagai penelitian diperlukan untukmenentukan kebijakan dan praktek keperawatan keluarga atau keperawatankomunitas terkait dengan caregiver yang merawat angggota keluarga lansiayang menderitan penyakit DM di rumah, sehingga program pelayanan,program pencegahan dan program promosi kesehatan dapat dirancang dandiimplementasikan.Stanhope dan Lancaster (2004) menyebutkan peran perawat komunitas yangbekerja di keluarga harus mampu memberikan asuhan keperawatan yangbaik, perawat harus mampu memberdayakan keluarga untuk bisa bekerjasamadalam melakukan perawatan keluarga. Pengalaman perawatan keluarga initidak dapat digambarkan secara kuantitatif karena dialami secara berbeda dandinamis oleh setiap keluarga. Realita yang dihadapi dipengaruhi oleh nilainilaisosial, politik, budaya, ekonomi, suku dan jenis kelamin (Denzin &Lincon, 2010).Realita yang terjadi, masyarakat kota Tasikmalaya merupakan masyarakatdengan budaya sunda dan image sebagai kota santri yang telah dikukuhkandengan simbol kubah dalam lambang kota Tasikmalaya(http://www.tasikmalayakota.go.id diperoleh tanggal 31 Maret 2011).Masyarakat kota Tasikmalaya sangat menjujung tinggi nilai-nilai luhuragama termasuk memuliakan orang tua. Wujud pemuliaan terhadap orang tuadibuktikan dengan keberadaan panti jompo yang hanya berjumlah satu buahdengan penghuninya berjumlah 18 orang. Sementara itu para lansia yangtercatat sebagai penghuni panti, keberadaan sehari-harinya pun lebih banyakPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201116Universitas Indonesiaberada dibawah pengasuhan keluarga masing-masing. Selanjutnya untukmenggambarkan dan memahami pengalaman yang terjadi pada keluarga yangmerawat lansia dengan DM di kota Tasikmalaya maka peneliti perlumenggunakan pendekatan kualitatif dengan disain fenomenologi sebagai carayang lebih tepat. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode untukmengeksplorasi dan memahami makna dari sejumlah individu atausekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan(Creswell, 2010). Keluarga sebagai pemberi perawatan yang utama(caregiver) pada lansia yang menderita penyakit kronis seperti yang yangdiungkapkan Kao (2003) dalam penelitiannya bahwa 80 % caregiver berasaldari anggota keluarganya, sangat memerlukan dukungan dari beragai pihakkhususnya dari petugas kesehatan dalam hal ini perawat komunitas sehinggakeluarga dapat menjalankan peran caregiver dengan baik. Oleh karena perludilakukan penelitian dengan disain fenomenologi untuk mengidentifikasi artidan makna pengalaman keluarga dalam merawat kesehatan lanjut usia denganDiabetes Mellitus di Kota Tasikmalaya.1.2 Rumusan MasalahPenyakit DM merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering munculpada lansia sebagai akibat perubahan fungsi fisiologis tubuh khususnyasistem endokrin. Respon lansia terhadap penyakit kronis termasuk DM akanmenimbulkan masalah fisik, psikologis, budaya dan spiritual pada lansia,dan hal ini akan berpengaruh terhadap respon keluarga (caregiver) dalammerawat lansia dengan penyakit kronis. Bentuk respon caregiver yangmuncul dapat berupa masalah fisik, psikologis, sosial dan ekonomiPengalaman keluarga (caregiver) dalam merawat lansia dengan penyakitkronis sangat bervariasi dialami oleh tiap keluarga, oleh karena itu diperlukankajian mendalam tentang bagaimana pengalaman keluarga dalam merawatkesehatan lansia dengan DM. Berdasarkan uraian diatas pertanyaan penelitianadalah bagaimana pengalaman keluarga dalam merawat kesehatan lansiadengan Diabetes Mellitus (DM) di Kota Tasikmalaya?.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201117Universitas Indonesia1.3. Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMendapatkan gambaran tentang arti dan makna pengalaman keluarga dalammerawat kesehatan lansia dengan Diabetes Mellitus (DM)1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Respon lansia dengan penyakit DM1.3.2.2 Respon keluarga selama merawat kesehatan lansia dengan DM1.3.2.3 Mekanisme koping keluarga dalam merawat lansia dengan DM1.3.2.4 Harapan keluarga dalam merawat lanjut usia dengan DM1.3.2.5 Kebutuhan pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh lansia dan keluargadengan DM1.3.2.6 Makna dari pengalaman keluarga merawat kesehatan lansia dengan DM1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi pengembang kebijakan pelayanan kesehatanHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagipengembang kebijakan dalam upaya memberikan pelayanan kesehatanuntuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan lansia dengan penyakitDM. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan landasan kebijakanterkait program kesehatan keluarga khusunya dalam pemberian dukunganyang diperlukan oleh keluarga selaku caregiver yang merawat kesehatanlansia dengan penyakit DM di rumah.1.4.2 Bagi perkembangan ilmu keperawatan KomunitasHasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pengalamankeluarga dalam merawat kesehatan kesehatan lansia dengan DM sehinggadapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan disain asuhankeperawatan keluarga. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapatmemberikan masukan dalam upaya pengembangan ilmu keperawatanPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201118Universitas Indonesiakomunitas khususnya asuhan keperawatan komunitas pada populasi lansiadan asuhan keperawatan gerontik, dengan masalah DM pada lansia.1.4.3 Bagi perawat komunitasPenelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat komunitas untukdapat mengidentifikasi kebutuhan perawatan lansia dan keluarga denganDM. Perawat komunitas juga dapat mengembangkan intervensi yang efektifdengan merancang program yang melibatkan peran serta aktif masyarakatdalam memberikan dukungan bagi keluarga yang merawat kesehatan lansiadengan DM.1.4.4 Bagi lansia dan keluargaHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada lansiatentang perubahan yang akan terjadi akibat dari penyakit DM danmempersiapkan para lansia untuk dapat membentuk respon adaptif terhadapperubahan yang akan terjadi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapatmemberikan informasi pada keluarga agar dapat memahami danmenyesuaikan terhadap respon yang terjadi pada lansia, dapatmengidentifikasi secara dini tentang kemungkinan adanya dampak darimerawat kesehatan lansia dengan DM terhadap keluarga.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201119 Universitas IndonesiaBAB 2TINJAUAN PUSTAKABagian ini akan menguraikan teori dan konsep vulnerable pada populasi lansiadengan DM, konsep at risk pada populasi caregiver, peran fungsi keluargasebagai caregiver lansia dengan DM, konsep pencegahan dalam optimalisasifungsi caregiver lansia dengan DM, dan peran perawat komunitas. Bab dua iniakan digunakan sebagai bahan rujukan dalam melakukan pembahasan penelitian.2.1 Konsep Vulnerable populations pada lansia dengan DMStanhope dan Lancaster (2000) menjelaskan bahwa vulnerable adalah suatukondisi dimana individu atau kelompok mempunyai kepekaan yang tinggiterhadap masalah kesehatan dan keterbatasan fisik, psikologis, sosial danlingkungan. Sedangkan vulnerable populations didefiniskan sebagaikelompok sosial yang mempunyai resiko relatif meningkat atau kepekaankesehatan yang kurang baik. Sementara itu Pender, Murdaugh dan Parsons(2002) menyatakan bahwa vulnerable populations merupakan kelompok yangberbeda dengan individu yang lain karena mempunyai resiko yang tinggiterhadap terjadinya penurunan masalah kesehatan baik secara fisik, psikologiatau sosial. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa vulnerablepopulations (populasi rentan) adalah sekelompok orang yang beresiko tinggiterhadap terjadinya penurunan kondisi kesehatan baik secara fisik, psikologidan sosial.Stanhope dan Lancaster (2000) menyebutkan bahwa suatu kelompok menjadivulnerable populations jika memiliki karekteristik health risk, limited control,disenfranchisement, victimization, disadvantages social status danpowerlessness. Miller (2004); Stanley dan Bare (2007) menjelaskan bahwapopulasi lansia termasuk kedalam populasi rentan karena memiliki resikokesehatan akibat terjadinya multiple loss sebagai dampak dari prosespenuaan. Kehilangan terjadi akibat perubahan fisik, psikologis dan sosial.Potter dan Perry ( 2005) menjelaskan perubahan fisik yang terjadi padaPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201120Universitas Indonesialansia digambarkan dengan kulit makin keriput, gigi rontok, rambut semakinmemutih dan tulang makin rapuh. Sementara itu perubahan psikologis yangterjadi adalah lansia menjadi lebih sensitif dan emosi tidak stabil, sedangkanpada perubahan sosial seiring dengan pertambahan usia lansia menjadicenderung menarik diri dan tidak berminat untuk bersosialisasi.Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) mengelompokan populasi rentankedalam communicable desease, developmental disabilities, mental healthand illness, family and community violence, substance abuse, poor dan ruralhealth, homelessness serta chronic illness. Miller (1992) dalam Hitchcock,Schubert dan Thomas (1999) menjelaskan bahwa Chronic illness ( penyakitkronis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kondisi kesehatan yangtidak dapat diobati dengan prosedur pembedahan sederhana atau terapi medisdalam jangka waktu yang pendek. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dandapat menimbulkan kondisi lebih buruk pada individu yang terkena. Salahsatu yang termasuk ke dalam penyakit kronis adalah penyakit DMBerdasarkan hal tersebut lansia dengan penyakit DM termasuk kedalampopulasi vulnerable karena memiliki resiko tinggi terhadap penurunankondisi kesehatan baik secara fisik, psikologis atau sosial. Meiner (2006);Stanley dan Bare (2007) menjelaskan penyakit DM termasuk kedalamkelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dan gejalaklasik berupa peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan(polidipsi), rasa lapar yang jelas (polifagia) serta penurunan berat badan yangtidak dapat dijelaskan sebabnya. Selain itu terdapat pula gejala kelemahan,mengantuk, penyembuhan luka yang lama, kerentanan terhadap infeksikhususnya jamur yang dapat menyebabkan munculnya gatal-gatal dan padakondisi yang lebih lanjut beresiko munculnya komplikasi mikrovaskuler(retinopati, nephropati dan neuropati) dan komplikasi makrovaskuler(penyakit jantung, ginjal, syaraf dan pembuluh darah).Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201121Universitas IndonesiaHeuer dan Lausch (2006) dalam penelitian desain phenomenologi terhadap 12partisipan usia 50 sampai 62 tahun yang menderita penyakit DM di bagianselatan Texas ditemukan adanya tema tanda dan gejala yang dominandirasakan adalah yaitu peningkatan BAK, pusing, peningkatan rasa haus,peningkatan rasa lapar dan peningkatan kelemahan. Sementara itu Miller(2004) menjelaskan bahwa diabetes yang baru muncul pada usia tua ataulebih dari 65 tahun, gejala klasik seperti poliuri, polidipsi atau polifagimungkin tidak ditemukan. Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropatidan retinopati umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses penuaan.Oleh karena itu perawat komunitas harus melakukan validasi denganpemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan gula darahuntuk menentukan diagnosa pasti DM pada lansia.Dalami dkk (2009) menjelaskan bahwa penyakit kronis merupakan suatumasalah kesehatan yang memerlukan penatalaksanaan dalam jangka waktuyang lama sehingga dapat memunculkan manifestasi psikologis berupamenyangkal, marah, tawar menawar, depresi dan menerima. Responpsikologis tersebut sejalan dengan respon kehilanga dari Kbler-Ross (1969)dalam Kozier at al (2004) mendefinisikan kehilangan merupakan perubahandari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjaditidak tercapai. Sumber kehilangan dapat meliputi : (1) kehilangan orang yangdicintai, (2) kehilangan aspek diri, seperti kehilangan fungsi tubuh,kehilangan peran sosial (pekerjaan, kedudukan), (3) kehilangan suatu obyekeksternal seperti kehilangan uang atau harta benda, rumah, binatangkesayangan serta (4) kehilangan dari lingkungan yang telah dikenal.Kubler dan Ross (1969 dalam, Rawlin et al 1993); Potter dan Perry (2005)menjelaskan kehilangan menyebabkan berduka pada yang mengalaminya.Berduka merupakan proses yang wajar pada orang yang mengalamikehilangan yang meliputi lima tahap, yaitu :Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201122Universitas Indonesiaa. Denial (mengingkari) yang ditunjukkan dengan perilaku menolak untukpercaya bahwa dirinya sedang mengalami kehilangan, tidak siapmenghadapi masalah-masalah yang akan terjadib. Anger (marah). Pada saat ini individu atau keluarga secara langsungmenunjukkan reaksi marah terhadap orang-orang sekitarnya. Kemarahantersebut sehubungan dengan masalah yang dalam keadaan normal tidakmengganggu mereka.c. Bergaining (tawar menawar) ditunjukkan dengan perilaku mulaimenawarkan diri untuk menghindari kesulitan, belajar menerimakepedihan dan menerima hubungan ketergantungan dengan orang lain.Hubungan tersebut dilakukan dengan orang-orang yang sangat mendukungnamun terkadang disertai keraguan akan kemampuan untuk melaluinya.d. Depression (depresi) ditunjukkan dengan respon perilaku sedih yanmendalam terhadap apa yang telah berlalu dan apa yang tidak dapat terjadilagi, mengingat atau berfikir tentang apa yang telah hilang. Pada tahap iniindividu tidak banyak berbicara, sering menyendiri atau menarik diri darilingkungan.e. Acceptance (menerima) merupakan tahap akhir dari respon berduka.Respon yang ditampilkan berupa pengontrolan atau pengendalian diri,menyadari realitas, mempunyai harapan tentang masa depan, merasakankondisi diri sendiri lebih baik. Dengan kondisi ini individu dapatmelanjutkan fungsi dan perannya, menerima tanggung jawab atas dirinyasendiri dan termasuk dalam perawatan diri dan belajar hidup dengankehilangan yang telah terjadiAnderson, Freedland, Clouse dan Lustman (2001) dalam penelitian kualitatifterhadap empat partisipan lansia dengan usia diatas usia 60 tahun di Mexico,melaporkan bahwa dari keempat partisipan teridentifikasi adanya gejaladepresi setelah mereka terdiagnosa DM. Sebagai kesimpulannya daripenelitian tersebut lansia yang terdiagnosa DM dua kali menjadi lebih depresipada permasalahan yang sama jika dibandingkan dengan lansia yang tidakmenderita diabetes. Sementara itu penelitian Black, Markides dan Ray (2003)Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201123Universitas Indonesiaterhadap 2830 lansia Mexico Amerika di Texas, Colorado, New Mexico,Arizona dan California bahwa 47 % dari keseluruhan lansia yang terdiagnosaDM mengalami gejala depresi minor.Penelitian cross-sectional Huang dan Hung (2007) terhadap 131 partisipanyang berasal dari medical center di Taiwan sebelah timur mulai usia 40 tahunsampai dengan usia lanjut melaporkan bahwa aktivitas psikososial lansia telahmengalami perubahan yang berdampak pada penurunan kualitas hiduptermasuk didalamnya prilaku bersosialisasi, perawatan diri, status economidengan total varian mencapai 21%. Sementara itu penelitian Cheng dan Boey(2008) terhadap 200 lansia Hongkong usia 60 tahun sampai dengan 92 tahunmenghasilkan bahwa lebih dari dua pertiga atau sebesar 68% sampai 86%responden tidak mengalami gangguan dalam kemampuan bekerja, traveling,aktivitas sosial, aktivitas rekreasi atau saling berkunjung dan berkumpuldengan kelompoknya untuk berbagi pengalaman diantara kelompok mereka.Lansia tidak lagi memandang penyakit DM sebagai sesuatu yangmenggangu aktivitas kehidupan sehari-hari, karena mereka sudahmengadaptasi penyakit DM dalam gaya hidupnya.2.2 Konsep At Risk pada Populasi CaregiverRisk didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya penyakit atau cedera yangdiakibatkan oleh sekelompok faktor baik dari individu maupun lingkunganatau oleh keduanya (Mc Murray 2003). Sedangkan populations at risk adalahsekumpulan individu atau kelompok yang memiliki ciri-ciri atau karakteristiktertentu untuk mengalami penyakit, cedera, atau masalah kesehatan lainnyadibandingkan dengan kelompok yang lainnya (Clemen-Stone, McGuire danEigsti, 2002). Stanhope dan Lancaster (2002) menambahkan populations atrisk adalah sekumpulan orang yang mempunyai resiko atau kemungkinanuntuk timbulnya masalah kesehatan. Berdasarkan kedua pengertian tersebutdapat disimpulkan at risk mengarah pada suatu pengertian tentang adanyapeluang munculnya suatu kejadian atau masalah kesehatan dalam periodewaktu tertentu.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201124Universitas IndonesiaStanhope dan Lancaster (2004) menyatakan bahwa beberapa faktorberkontribusi terhadap munculnya masalah kesehatan atau kondisi tidak sehat.Akan tetapi tidak setiap orang yang terpapar dengan peristiwa yang sama akanmemiliki dampak yang sama pula. Ada beberapa faktor yang dapatmenentukan atau mempengaruhi terhadap kejadian kesakitan atau keadaantidak sehat, yang dikenal dengan istilah health risks. Health risks dapatdiidentifikasi dalam beberapa kategori yaitu (1) risiko biologis bawaan ataugenetis (inherited biological risk), termasuk risiko yang terkait dengan usia(age-related risk), (2) risiko lingkungan sosial dan lingkungan fisik (sosial danphysical environmental risk) (3) risiko perilaku (behavioral risk). Sementaraitu Pender, Murdaugh dan Parsons (2002) mengidentifikasi risk factors kedalam enam katagori sebagai berikut : genetik, usia, karakteristik biologis,kebiasaan kesehatan individu, gaya hidup, dan lingkungan.Stanhope dan Lancaster (2002), mengkategorikan at risks ke dalam beberapakategori yaitu :2.2.1 Biological risk (Resiko biologi)Adalah faktor genetik atau kondisi-kondisi fisik tertentu yangberpeluang untuk terjadinya resiko kesehatan2.2.2 Sosial risk (Resiko sosial)Adalah kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan resiko kesehatanseperti faktor kehidupan yang tidak teratur atau tinggal di lingkunganyang dapat berkontribusi untuk terjadinya masalah kesehatan2.2.3 Economical risk (Resiko ekonomi)Economical risk ditentukan oleh adanya ketidakseimbangan antarapendapatan dengan pengeluaran. Krisis ekonomi yang berkepanjangandapat berpengaruh terhadap kebutuhan perumahan, pakaian, makanan,pendidikan, dan kesehatan.2.2.4 Life-style risk (Resiko gaya hidup)Adalah kebiasaan atau gaya hidup yang dapat menimbulkan resikokesehatan, termasuk didalamnya nilai/keyakinan terhadap kesehatan,Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201125Universitas Indonesiapengaturan pola tidur, rencana aktifitas keluarga dan persepsi terhadapresiko kesehatan.2.2.5 Life-event risk (Resiko kejadian hidup)Adalah kejadian dalam kehidupan yang dapat beresiko terjadinyamasalah kesehatan, seperti; pindah tempat tinggal, adanya anggotakeluarga baru, adanya anggota keluarga yang meninggalkan rumahdapat berpengaruh pada pola komunikasi.Dengan adanya konsep at risk tersebut dapat memudahkan perawatkomunitas untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pada aggregate dankomunitas secara intensif dengan memfokuskan pada kondisi at risk, salahsatunya yaitu populasi caregiver. Caregiver adalah kata yang digunakan bagipenyedia pelayanan kesehatan profesional sebagai assisted living situationpada suatu nursing home atau hospice care. Caregiver juga dapat diartikansebagai "voluntary caregiver" atau "informal carer" yang diartikan sebagaipasangan, saudara, teman atau tetangga yang tidak dibayar yang bertanggungjawab atas perawatan seseorang yang sakit mental, cacat mental, cacat fisikatau yang kesehatannya terganggu oleh penyakit atau karena usia tua/lansia(www.wikipedia.org, diperoleh 18 Februari 2009).Burke dan Laramie (2000) menyebutkan bahwa secara tradisional, ketikakebutuhan untuk melakukan perawatan di keluarga muncul, maka untukpertama kali yang menjadi caregiver adalah istri, kemudian anak perempuan,dan akhirnya menantu. Akan tetapi baru-baru ini sejumlah anak laki-laki telahterlibat sebagai caregiver dalam perawatan orangtua mereka yang telah tua.Messecar (2008) dalam Kaakinen (2010) menyebutkan bahwa sebagian besarcaregiver berasal dari anggota keluarga dan sekitar 80% atau lebih adalahmerawat lansia. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Kao (2003) yangmelaporkan dari 147 caregiver lansia di Taiwan sekitar 62% caregiver adalahanak-anaknya, 70% adalah istrinya, 30% adalah suaminya dan 15 % adalahcaregiver dari dua Rumah Sakit di Utara dan Selatan Taiwan.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201126Universitas IndonesiaBurke dan Laramie (2000) menyebutkan bahwa dari sekian masalahkesehatan pada lansia yang memerlukan perawatan dari caregiver danmempunyai dampak terhadap penurunan kemampuan fisik diantaranyaadalah: arthritis sebesar 50%, hipertensi dan penyakit jantung 33% dandiabetes 11%. Penyakit DM pada lansia, selain menyebabkan penurunankemampuan fisik yang lebih cepat, juga dalam perjalanannya memerlukanperawatan jangka panjang (Stanley & Bare 2007).Perawatan oleh caregiver dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkandampak pada keluarga berupa caregiver burden. Caregiver burdendiperkenalkan Zarit (1980 dalam Miller 1995) adalah adanya masalah fisik,psikologis atau emosional, sosial dan finansial yang dialami oleh anggotakeluarga yang merawat lansia yang mengalami gangguan kesehatan. Dalampenelitiannya Weuve at al.(2007) menyebutkan bahwa caregiver mengalamicaregiver burden setelah enam bulan melakukan perawatan pada lansiadengan penyakit kronis (www.medscape.com diperoleh 9 Maret 2011).Biegel, Sales dan Schulz (1991 dalam Friedman, 1998) melaporkan bahwacaregiver burden dapat disebabkan oleh karakteristik penyakit dankarakteristik caregiver. Karakteristik penyakit meliputi keparahan penyakit,perubahan yang dialami dan lamanya penyakit yang dialami, sedangkankarakteristik caregiver meliputi demografi (jenis kelamin, hubungan peran,status sosial ekonomi dan umur), status kehidupan (stresor dalam kehidupan),kualitas hubungan, tahap perkembangan keluarga dan dukungan sosial.Sebuah institusi penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga yangmemberikan perawatan kepada lansia dengan penyakit kronis merupakan atrisk terhadap masalah emosional, mental, dan masalah kesehatan fisik(http://www.caregiver.org diperoleh tanggal 5 Maret 2011).Berdasarkan hal tersebut caregiver yang merawat lansia dengan DMmerupakan suatu populations at risk karena mempunyai resiko atau peluangterhadap munculnya suatu kejadian atau masalah kesehatan dalam periodePengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201127Universitas Indonesiawaktu tertentu. Adapun Faktor resiko pada populasi caregiver adalah sebagaiberikut :2.2.6 Biological riskPada umumnya mayoritas caregiver melakukan perawatan pada lansiaDM dengan ketergantungan tinggi dalam jangka waktu yang lama.Miller (2004); Stanley dan Bare (2007) menjelaskan bahwa sebagianbesar penyakit yang dialami oleh lanjut usia berupa penyakit kronikyang dapat berdampak pada penurunan kemampuan fisik dalam jangkawaktu yang lama. Gregg et. al (2000) dalam penelitiannya melaporkanbahwa diantara 6588 lansia, 32% wanita dan 15 % pria lansia DMdilaporkan tidak mampu berjalan mil, tidak mampu melakukanpekerjaan rumah, menaiki tangga, dibandingkan dengan 14% wanitadan 8 % pria yang tidak mempunyai penyakit DM.Berdasarkan hal tersebut caregiver berpotensi untuk mengalami resikomasalah kesehatan fisik. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitianBeandlands et.al (2005) yang melaporkan bahwa dampak fisik yangdialami oleh keluarga yang merawat pasien dengan penyakit kronisyaitu berupa kelelahan, nyeri otot, insomnia dan hipertensi. Begitupundengan Sonnenberg (2010) melaporkan bahwa hidup bersama dalamwaktu yang lama dengan lansia yang mempunyai penyakit kronisdapat menyebabkan stres fisik dan emosional2.2.7 Sosiological riskMerawat lansia dengan ketergantungan tinggi dalam jangka waktu yanglama, menyebabkan caregiver berpotensi mengalami penurunan kontaksosial dengan lingkungan sekitarnya, hilangnya kesempatan untukmemenuhi kebutuhan personal atau rekreasi. Kejenuhan yangberkepanjngan dan kurangnya kontak sosial dengan lingkungan dapatmenyebabkan caregiver berpotensi untuk mengalami masalah kesehatandiantaranya dapat mengalami stress atau depresi.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201128Universitas IndonesiaPenelitian Cohen at al (1990); Schutz at al (1990); Dhooper (1991)dalam Miller (1995) melaporkan bahwa pada caregiver yang merawatlansia dengan penyakit kronis terjadi peningkatan resiko depresi,meningkatnya perasaan marah, rasa bersalah, kesedihan, kecemasaan,depresi, ketidakberdayaan, kelelahan emosional, berkurangnya kontaksosial, meningkatnya konflik dalam keluarga, tidak ada waktu untukkegiatan personal dan aktivitas rekreasi. Penelitian Chung (2007)ditemukan adanya masalah fisik, psikologis dan masalah dalamhubungan sosial dengan lingkunganBerdasarkan hal tersebut hidup bersama dengan lansia DM yangmempunyai tingat ketergantungan tinggi dalam jangka waktu yang lamatidak hanya menyebabkan kelelahan fisik bagi caregiver tapi jugakelelahan emosi serta menurununya hubungan sosial denganlingkungan sekitarnya.2.2.8 Economical riskStanley dan Beare (2007) menjelaskan bahwa tindakan perawatan yangutama pada lansia dengan DM yaitu mendorong keluarga dalammerencanakan makan, latihan, pemantauan secara mandiri (kontrol guladarah dan obat-obatan) serta perawatan preventif untuk mencegahkomplikasi. Aktivitas tersebut akan dilakukan oleh keluarga dalamjangka waktu yang lama sehingga keluarga beriko mengalamipermasalahan dalam keuangan keluarga. Permasalahan keuangan dalamkeluarga dapat menyebabkan terganggunya pemenuhan kebutuhankeluarga lainnya seperti sandang, pangan atau kebutuhan rekreasianggota keluarga lainnya. Selain itu permasalahan keuangan keluargadapat beresiko pada hilangnya akses lansia terhadap pelayanankesehatan yang merupakan salah satu komponen penting dari empatpilar perawatan lansia dengan DM.Pengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201129Universitas IndonesiaMcDonald (2007) menjelaskan bahwa keluarga dengan lansia DMharus menyediakan biaya untuk pelayanan medis, pelayanan penunjang(kontrol gula darah dan obat-obatan), rawat inap jika sewaktu-waktuterjadi komplikasi termasuk biaya untuk perawatan sehari-hari dirumah. Hasil penelitian Beandles at al. (2005) bahwa telah terjadipeningkatan pengeluran keuangan untuk biaya perawatan pada keluargayang merawat lansia dengan penyakit kronis. Selain itu Meiner (2006)menggambarkan bahwa caregiver yang bekerja dengan rutinitasnyayang harus selalu merawat lansia di rumah, mungkin sering terganggudalam pekerjaanya dan bisa sampai kehilangan pekerjaan, sehingga haltersebut dapat menambah beban bagi kondisi perekonomian keluarga.2.2.9. Life style riskLansia dengan DM pada umumnya menunjukkan gejala adanya polidipsi,polipagi dan poliuria. Poliuria (sering kencing) yang dialami oleh lansiaterutama jika terjadi pada malam hari dapat menyebabkan caregivermengalami perubahan pola dalam tidur. Perubahan pola tidur dalam jangkawaktu yang lama dapat menyebabkan masalah pada kesehatan, menurunnyakonsentrasi, kelelahan, lemas dan emosi menjadi tidak stabil. Mace danRabins (2006) bahwa orang yang merawat lansia dengan penyakit kronissering mengalami kelelahan karena kurang istirahat dan tidur. Kelelahanyang dialami oleh caregiver dapat memicu timbulnya penyakit padacaregiver2.2.10 Life event riskKegiatan merawat lansia dengan ketergantungan tinggi dalam jangka waktuyang lama merupakan suatu perubahan transisi dalam kehidupan caregiver.Keluarga yang sebelumnya tidak mempunyai tanggungjawab merawat, tibatibadengan adanya lansia DM maka peran dan tenggung jawabnya menjadibertambah. Dengan perubahan tersebut maka caregiver atau anggotakeluarga yang dibebani peran merawat lansia sangat beresiko mengalamistress dengan tambahan tanggung jawab ini. Selanjuntnya stress yangPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201130Universitas Indonesiaberkepanjangan dapat menyebabkan burden pada caregiver. Davis danTremont (2005) menggambarkan 50% dari caregiver yang merawat lansiadengan dimensia menyatakan depresi, cemas, adanya caregiver burden dancaregiver strain. Begitu juga halnya dengan caregiver pada lansia denganDM, akan beresiko mempunyai kecenderungan yang sama untukmendapatkan caregiver burden dan caregiver strain.Ory et al (1985) dalam Miller (1995) menyebutkan bahwa meskipun sebagianbesar perhatian telah difokuskan pada caregiver burden, beberapa literaturmenyebutkan adanya konsekwensi positif dan kasih sayang pada caregiver.Beberapa aspek positif telah diidentifikasi dari caregiver yang merawat lansiasebagai bentuk cinta kasih dan pemenuhan kewajiban keluarga. Selain itu,keluarga menjamin bahwa layanan pengasuhan yang diberikan merupakanperawatan yang terbaik dan tepat yang diberikan oleh caregiver dan merekapuas melakukannya. US House Select Commite on Aging (1987) dalam Miller(1995) telah membahas dampak positif dari caregiver itu diantaranya adalah1) munculnya rasa persahabatan 2) peningkatan pemahaman dari carerecipient terhadap caregiver 3) merasa diri lebih berguna dan peningkatanharga diri caregiver 4) peningkatan hubungan antara caregiver dan carerecipient.2.3 Peran dan fungsi keluarga sebagai caregiver lansia dengan DMFriedman, Bowden dan Jones (2010) menjelaskan bahwa peran dalamkeluarga diartikan sebagai prilaku yang dikaitkan dengan seseorang yangmemegang sebuah posisi tertentu yang mengidentifikasi status atau tempatseseorang dalam keluarga. Terdapat pembagian peran yang luas pada sebagianbesar keluarga saat ini dimana setiap anggota keluarga memainkan peran yangsesuai dengan posisi dan statusnya dalam sistem keluarga (Stanley & Beare,2007).Friedman, Bowden dan Jones (2010) menyebutkan peran dapatdiklasifikasikan menjadi dua kategori: peran formal dan peran informal. PeranPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201131Universitas Indonesiaformal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran keluargaseperti : ayah-suami, istri-ibu, anak perempuan-kakak/adik, anak laki-lakikakak/adik. Peran informal bersifat implisit, seringkali tidak tampak dipermukaan dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga.Kievit (1968) menjelaskan bahwa peran informal memiliki kebutuhan yangberbeda berdasarkan usia dan jenis kelamin serta cenderung berdasarkanatribut kepribadian dari anggota keluarga. Oleh karena itu satu anggotakeluarga dapat menjadi mediator yang mencari kemungkinan kompromi saatanggota keluarga lain terlibat dalam konflik. Anggota lain dapat menjadipelawak yang memberikan keriangan, kegembiraan dan rasa humor yangsangat dibutuhkan dalam masa krisis dan stress.Peran informal lain sebagaimana dijelaskan oleh Benne dan Sheats (1948);Hartman dan Lairad (1983); Kantor dan Lehr (1975); Satir (1972); Vogel danBell (1960) bahwa peran informal ini dapat berperan sebagai penguat stablitaskeluarga atau justru sebagai pengganggu kesejahteraan keluarga. Peran perantersebut adalah : pendorong, penyelaras, inisiator-kontributor, negosiator,penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari pengakuan, great stoneface (wajah tanpa ekspresi), sahabat, kambing hitam keluarga, pendamai,pionor keluarga, distraktor, koordinator keluarga, perantara keluarga,penonton dan pengasuh keluarga. Berdasarkan hal tersebut dalam bekerjadengan keluarga perawat komunitas harus mempunyai pemahaman yang baikmengenai peran formal maupun informal dalam keluarga dan memfasilitasipemahaman mengenai sifat-sifat khusus dari tiap anggota keluarga untukmendapatkan solusi dari setiap permasalahan keluarga.Friedman, Bowden dan Jones (2010) menjelaskan bahwa keluarga denganlansia memiliki peran dalam membantu lansia. Anggota keluarga khususnyawanita memainkan peran penting sebagai caregiver pada lansia yang lemahatau lansia yang mengalami disabilitas fisik karena penyakit kronis. Shepraddan Mahon (1996) menyebutkan bahwa peran caregiver bervariasi sesuaidengan posisi dan hubungannya dengan penerima asuhan yaitu : peranPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201132Universitas Indonesiaberubah secara bermakna saat caregiver adalah pasangan hidup, orang tua,anak, saudara kandung, atau teman.Sementara itu fungsi peran yang seimbang seringkali tidak bisadipertahanakan sehingga munculah kebingungan peran. Anggota keluargayang dibebani sebagai caregiver seringkali merasa khawatir, cemas dan stressdengan tambahan tanggung jawab ini. Terkait hal ini Biegel, Sales dan Robin(1991) merangkum masalah yang biasa terjadi pada caregiver yang merawatanggota keluarga dengan masalah fisik dan mental pada lansia diantaranyaadalah: koping dengan prilaku merusak, batasan aktivitas sosial dan waktuluang, hilangnya privacy, gangguan pada rutinitas rumah tangga danpekerjaan, tuntutan peran ganda, kurangnya dukungan anggota keluarga yanglain, gangguan pada hubungan dengan anggota keluarga yang lain dankurangnya bantuan yang memadai dari lembaga pelayanan kesehatanprofessional. Berdasarkan hal tersebut kemampuan keluarga untuk beresponterhadap perubahan peran melalui fleksibilitas peran merupakan hal yangpenting dalam keberhasilan fungsi keluarga.Terdapat lima fungsi keluarga yang saling berhubungan erat satu sama lainyaitu: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi danfungsi perawatan kesehatan. Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatancinta keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang anggotakeluarga karena respon kasih sayang satu anggota keluarga pada anggotakeluarga lainnya memberikan dasar penghargaan pada kehidupan keluarga.Stanley dan Beare (2007) menjelaskan sejalan dengan bertambahnya usiakeluarga, pada keluarga lansia cenderung kehilangan beberapa fungsi afektif.Ketika pasangan meninggal dunia, anak-anak pergi, saudara kandungseringkali memiliki kepentingan yang lebih besar dalam hubungan afektif.Terkait dengan fungsi afektif lansia dengan DM sangat membutuhkan kasihsayang dan cinta kasih dari seluruh anggota keluarga karena respon lansiadengan DM seringkali menunjukkan sikap depresi. Selain itu, dampak bagiPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201133Universitas Indonesiacaregiver yang merawat lansia dengan penyakit kronis sebagaimana yangdilaporkan oleh Beandlands et.al (2005) bahwa dampak dari perawatan telahmemunculkan rasa marah, kesal, khawatir dan depresi pada caregiver. Hasilpenelitian Groot at al. (2007) menggambarkan bahwa depresi, kesejahteraandan fungsi psikososial merupakan indikator penting untuk kualitas hidupseseorang. Terkait dengan fungsi afektif maka dengan kekuatan cinta kasihdiantara anggota keluarga diharapkan dapat mengurangi ketegangan ataumasalah psikologis yang terjadi pada caregiver sebagai dampak dari merawatlansia dengan DMStanley dan Beare (2007) menjelaskan fungsi sosialisasi berhubungan dengansekelompok pengalaman belajar yang diberikan oleh keluarga kepada anggotakeluarga lainnya tentang bagaimana cara berfungsi dan melakukan peran dikeluarga. Pada keluarga dengan lansia, lansia sering kali mengisi fungsisosialisasi dalam keluarga. Penelitian tentang kajian harapan keluarga padalansia, Kennedy (2000 dalam Stanley & Beare 2007) menemukan bahwaorang muda menganggap kakek/nenek mereka sebagai model peran yangpenting. Mereka mencintai, membantu dan memberi rasa nyaman sertabeberapa fungsi sosialisasi yang diabaikan oleh orang tua mereka. Sementaraitu Aquilino dan Supple (2007 dalam Stanley & Beare 2007) menemukanadanya hubungan timbal balik antara orang-orang yang tinggal bersama danterlibat dalam aktivitas yang saling menyenangkan, dapat meningkatkansolidaritas intergenerasi dengan lansia. Berdasarkan hal tersebut fungsisosialisasi sangat diperlukan untuk meminimalkan respon yang terjadi padalansia akibat penyakit DM dan dampak caregiver terhadap perawatan lansiayang seringkali mendapatkan masalah berupa stress yang dapat menurunkanfungsi sosialisasi antar anggota keluarga.Friedman, Bowden dan Jones (2010) menjelaskan sampai saat ini fungsireproduksi masih merupakan justifikasi keberadaan keluarga. Pada fungsireproduksi pernikahan dan keluarga merupakan suatu hal yang penting untukPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201134Universitas Indonesiadapat bertahan hidup dan untuk menjamin kontinuitas antar generasi dalamkeluarga dan masyarakat.Fungsi dasar ekonomi dari keluarga adalah menyediakan dukungan ekonomidan alokasi sumber yang memadai bagi kebutuhan seluruh anggota keluargameliputi sandang, pangan, papan dan perawatan kesehatan yang adekuat.Terkait dengan perawatan kesehatan lansia dengan DM maka keluarga harusmampu mengalokasikan biaya untuk perawatan lansia dengan DM. McDonald(2007) melaporkan telah menemukan korelasi antara dampak penyakit kronisdengan menurunnya kesejahteraan finansial keluarga. Pada keluarga denganlansia DM alokasi pengeluaran meliputi biaya untuk perawatan sehari-hari,maupun biaya untuk melakukan akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal inidapat berdampak pada beban anggaran rumah tangga yang dibutuhkan untukmenutupi biaya, makanan, pakaian dan pengeluaran harian serta kebutuhanrekreasi untuk seluruh anggota keluarga lainnya. Terkait peran dan fungsikeluarga dalam menghadapi masalah keuangan yang terjadi, Mace dan Rabins(2006) melaporkan bahwa keluarga dapat mengurangi masalah keuanganakibat perawatan lansia dengan dimensia penyakit kronis dengan cara salingmembantu dan saling berbagi tanggungjawab keuangan dalam keluarga.Fungsi perawatan kesehatan merupakan komponen penting dengan keyakinanbahwa pemeliharaan kesehatan terjadi melalui lingkungan keluarga,modifikasi gaya hidup dan komitmen personal serta peran sentral keluargadalam mengemban tanggung jawab terhadap tugas kesehatan anggotakeluarga. Freeman dan Heinrich (1981) menjelaskan bahwa tugas kesehatankeluarga dilakukan oleh tiap-tiap keluarga sesuai dengan nilai yang dianutkeluarga, kemampuan, sumber daya dan gaya hidup. Kemampuan keluargadalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga meliputi : 1) kemampuandalam mengenal masalah kesehatan, 2) kemampuan dalam mengambilkeputusan, 3) kemampuan dalam merawat, 4) kemampuan dalammemodifikasi lingkungan dan 5) kemampuan dalam memanfaatkan pelayanankesehatan. Agar keluarga dapat menjadi sumber kesehatan primer denganPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201135Universitas Indonesiaefektif maka dalam menjalankan tugas kesehatan keluarga harus terlibat danbermitra dengan tim perawatan kesehatan secara total.Peran kemitraan dengan keluarga diperlukan baik pada kebutuhan promotif,preventif atau kuratif. Terkait dengan perawatan kesehatan lansia dengan DM,keluarga merupakan komponen penting untuk melakukan manajemenpengelolaan DM melaui 4 pilar: pengaturan diet, olahraga, kontrol gula darahdan pemberian obat. Akan tetapi sering dengan proses penuaan dan dampakdari penyakit DM yang dimiliki lansia sering kali menampilkan respon yangmembuat caregiver merasa terbebani baik secara fisik, emosi, sosial danekonomi karena harus merawat kesehatan lansia sepanjang hidupnya(Beandlands et.al 2005). Berdasarkan hal tersebut, dalam menghadapi masalahkesehatan lansia dengan DM dan beban yang dirasakan caregiver makakeluarga dapat berbagi tugas dalam melakukan perawatan kesehatan dengananggota keluarga lainnya (Pratt,1982 dalam Friedman, Bowden & Jones2010).2.4 Aplikasi konsep pencegahan dalam optimalisasi fungsi caregiver padalansia dengan DMKonsep pencegahan merupakan komponen yang penting bagi caregiver untukmenghindari suatu kejadian atau masalah kesehatan sebelum terjadi. Dalamoptimalisasi fungsi caregiver pada lansia dengan DM, perawat komunitasmenggunakan tiga tingkatan pencegahan, yaitu; primer, sekunder, dan tersier(Anderson & McFarlane, 2004).Stanley dan Beare (2007), menjelaskan tiga tahapan pencegahan yangdimaksud adalah sebagai berikut :2.4.1 Pencegahan primerPender, Murdaugh dan Parsons (2002) menjelaskan pencegahan primerterdiri dari dua komponen yaitu promosi kesehatan dan proteksi kesehatan.Promosi kesehatan merupakan motivasi prilaku untuk meningkatkankesejahteraan dan dan kualitas hidup manusia. Sedangkan proteksiPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201136Universitas Indonesiakesehatan mengkhususkan pada masalah kesehatan atau penyakit termasukmenghindari prilaku yang beresiko menimbulkan kesakitan. Baik promosimaupun proteksi kesehatan keduanya mempunyai fungsi yang salingmelengkapi dalam upaya pencegahan primer.Promosi kesehatan pada level pencegahan dapat dilaksanakan denganstrategi intervensi berupa pendidikan kesehatan dan proses kelompok(Ervin, 2002). Pendidikan kesehatan pada caregiver bertujuan memberikanbekal pengetahuan dalam merawat kesehatan lansia dengan DM yangmeliputi: perencanaan diet, olah raga, perawatan kaki ataupunpencegahan luka. Selain itu caregiver juga dibekali pengetahuan tentanghal-hal yang berhubungan dengan bagaimana caranya mencegah terjadinyastress fisik atau emosi pada caregiver sebagai bentuk upaya proteksikesehatan.Strategi intervensi lainnya dalam upaya promosi kesehatan pada caregiverlansia dengan DM adalah proses kelompok. Proses kelompok merupakansuatu kegiatan penggabungan dari individu atau organisasi untuk salingbekerja sama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan salingmenguntungkan. Pembentukan kelompok melalui proses penggabunganindividu tersebut memungkinkan terjadinya penyelesaian masalah yangdihadapi melalui tahapan perencanaan sampai dengan pencapaian tujuanakhir dari kelompok tersebut (Cohen, 1991 dalam Helvie, 1998). Proseskelompok dapat diwujudkan dengan pembentukan kelompok pendukungpeduli lansia DM (support group). Berry, Zarit dan Rabatin (2001 Stanleydan Beare 2007) menjelaskan hasil survey terhadap kebutuhan caregiverdilaporkan adanya kebutuhan materi pendidikan yang berkualitas tinggidan pelatihan tentang masalah kesehatan yang dihadapi lansia yangsemakin baik dan professional, serta adanya komunikasi dengan pemberiperawatan lainnya. Berdasarkan hal tersebut adanya motivasi prilakucaregiver dalam upaya meningkatkan keterampilan dalam pemberianPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201137Universitas Indonesiaperawatan pada lansia DM akan meningkatkan kesiapan secara mental danfisik dapat terhindar dari resiko munculnya burden atau stress caregiver2.4.2 Pencegahan sekunderFriedman, Bowden dan Jones (2010); Ervin (2002) menjelaskanpencegahan sekunder meliputi deteksi dini dan penanganan secepatnya.Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan dan penanganan kasusmerupakan kunci pada pencegahan sekunder dengan partnership sebagaibentuk strategi intervensinya.Partnership adalah hubungan antara profesi kesehatan dan partnernya baikindividu, keluarga dan masyarakat yang memiliki kekuatan. Hubungan inibersifat fleksibel, mengutamakan saling percaya, saling menguntungkandan selalu meningkatkan kapasitas dan kemampuan individu, keluarga danmasyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Cornes, 1998dalam Helvie, 1998). Partnership dapat diwujudkan dalam bentukkegiatan screening untuk mendeteksi adanya stress atau kejadian burdenpada caregiver.McCann (2002) menyebutkan bahwa peran perawat komunitas adalahmelakukan scrining dengan melakukan pengkajian menggunakancaregiver strain index dan Zarit Scale; caregiver burden interview sebagaiupaya deteksi dini terhadap kemungkinan munculnya stress atau burdenpada cregiver. Reinhard (2008 dalam Kaakinen et al. (2010)merekomendasikan bahwa pengkajian perlu dilakukan pada caregiverkeluarga sehingga dapat diketahui kondisi dan intervensi yang dibutuhkanoleh caregiver. Kaakinen (2010) menyebutkan bahwa ketika caregiversudah mulai merasakan dampak negatif yang menyebabkan stress atauketegangan maka beberapa intervensi seperti counseling, support mentaldapat segera dilakukan oleh perawat komunitas. Coehlo, Hooker danBowman (2007) menekankan perlunya membentuk kemitraan antaraPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201138Universitas Indonesiapelayanan kesehatan formal termasuk perawat dengan caregiver keluargauntuk memberikan dukungan terhadap caregiver di rumah.2.4.3 Pencegahan tersierAllender dan Spradley (2001) menyebutkan bahwa pencegahan tersierdilakukan untuk mengurangi tingkat keparahan suatu masalah kesehatansehingga dapat meminimalkan disabilitas dan mengembalikan ataumemulihkan pada fungsi semula. Rehabilitasi merupakan fokus utamadalam pencegahan tersier. Terkait dengan caregiver yang telah mengalamikondisi burden atau stress, maka strategi intevensi yang dilakukan adalahempowerment atau pemberdayaan. Empowerment merupakan suatu prosespemberian kemauan dan kemampuan kepada caregiver agar mampumemulihkan kesehatannya serta mencegah terjadinya disabilitas lebihlanjut akibat burden atau stress. Strategi intervensi dari empowermentdapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan rehabilitasi berupapsychoeducational program termasuk diadalamnya adalah programmanagemen stress, cognitive behavioral therapy (CBT) yang dapatdilakukan secara bertahap oleh perawat komunitas, sehingga dapatmenghindari terjadinya keparahan dari stress yang telah ada danmengembalikan kondisi caregiver seperti semula. Messecar (2008, dalamKaakinen 2010) melaporkan bahwa psychoeducational programberkontribusi dalam menurunkan burden dan depresi berat sertameningkatkan kesejahteraan caregiver.2.5 Peran perawat komunitasPerawat komunitas mempunyai banyak peran dalam melakukan intervensikeperawatan. Terkait dengan optimalisasi fungsi caregiver lansia dengan DM.Helvie, (1998) mengidentifikasi peran perawat komunitas sebagai berikut:2.5.1 Pemberi perawatan (care provider)Perawat berperan dalam melakukan pengkajian, perencanaan,implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepadaindividu, keluarga dan komunitas dengan menggunakan prinsipPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201139Universitas Indonesiaepidemiologi dan intervensi preventif. Pada fase pengkajian danperencanaan peran pemberi perawatan mencakup wawancara dankonseling. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data, sementara itukonseling merupakan suatu metoda untuk memecahkan masalah (Helvie,1998).Kegiatan wawancara dengan caregiver dilakukan secara spesifik untukmengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yeng terjadisebagai dampak dari pemberian perawatan pada lansia dengan DM.Sedangkan kegiatan konseling dilakukan untuk mengidentifkasi danmengklarifikasi masalah, solusi mengatasi masalah, menyeleksi alternatifepemecahan masalah, dan mengevaluasi hasil. Pada caregiver lansiadengan DM fungsi konseling dilakukan ketika caregiver sudahteridentifikasi mempunyai masalah kesehatan, kemudian dicarikanalternatif pemecahan masalah yang disesuaikan dengan masalah yangmuncul (fisik, psikologis, sosial atau ekonomi). Selanjuntnya dilakukanevaluasi terhadap tindakan yang telah diambil.2.5.2 Pendidik dan penasihat (nurse educator and counselor)Peran perawat dalam hal ini membantu klien dalam memberikaninformasi agar klien mampu membuat pilihan dan memelihara ataumendapatkan autonomi. Pada peran pendidik, perawat mengkajikebutuhan dan memotivasi pembelajaran klien berdasarkan rencana darimodel pendidikan yang akan diterapkan dan melakukan rencana yangtelah ditetapkan. Sedangkan peran konselor adalah untuk mendengarkansecara objektif, mengklarifikasi, memberikan masukan dan informasi, danmembimbing klien melalui proses pemecahan masalah (Hitchcock,Schubert, & Thomas 1999)Perawat sebagai pendidik dapat membantu caregiver dengan memberikanpengetahuan dan keterampilan dalam merawat lansia dengan DM di rumahdengan menggunakan model yang sesuai, misalnya dengan pemberianPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201140Universitas Indonesiapendidikan melalui kelompok pendukung lansia DM (support group).Sedangkan dalam peran konselor perawat mendengarkan secara ojektifsegala permasalahan yang berhubungan dengan masalah psikologis,sosial, ekonomi yang dirasakan oleh caregiver sebagai dampak yangdirasakan selama melakukan perawatan pada lansia DM. Selanjutnyaperawat mendampingi caregiver untuk membuat keputusan yang terbaikdalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya.2.5.3 Peran model (role model)Perawat komunitas berperan sebagai model bagi klien dan perawatankesehatan profesioanl lainnya. Dalam setting rumah maupun dalamkondisi yang lain, klien dapat mengidentifikasi prilaku perawat danperawat dapat berperan sebagai contoh atau panutan bagi perilaku klien.Perawatan kesehatan pada lansia DM, seringkali memicu munculnyamasalah kegangan fisik maupun emosi pada caregiver karena perilakulansia yang sudah mengalami penurunan fungsi fisik, psikologis, kognitifdan sosial. Terkait dengan peran sebagai role model, perawat komunitasdapat memberikan contoh bagiamana cara memberikan perawatan denganbersahabat, penuh kasih sayang dan keikhlasan sehingga dapatmeminimalkan dampak psikologis pada caregiver selama memberikanperawatan pada lansia dengan DM.2.5.4 Pembela klien (client advovate)Zerwekh (1991) dalam Helvie (1998), menyatakan bahwa advokasiadalah proses meningkatkan kondisi pasien, agar pasien dapatmenentukan nasibnya sendiri. Advokasi bertujuan untuk membela klien,kelompok maupun masyarakat yang tidak mampu berbicara ataumengeluarkan pendapat. Perawat dapat menjalankan fungsi advokasiketika keluarga sebagai caregiver sudah tidak mampu lagi melakukanperawatan kesehatan dengan mengunjungi pelayanan kesehatan baikuntuk perawatan rutin seperti kontrol gula darah maupun kejadian yangPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201141Universitas Indonesiamembutuhkan perawatan segera akibat komplikasi DM. Dalam hal iniPerawat dapat memfasilitasi keluarga atau caregiver untuk mendapatkanbantuan biaya kesehatan dari pemerintah.2.5.5 Manajer kasus (case manager)The ANA Council on Community Health Nursing (ANA, 1991 dalamHelvie, 1998) mendefinisikan case manager sebagai suatu prosesmemberikan perawatan kesehatan untuk mencapai tujuan pelayanankeperawatan yang berkualitas, pemecahan masalah, meningkatkan kualitashidup klien. Perawatan manager adalah penerapan strategi untukmengkoordinasikan dan mengalokasikan layanan bagi individu yang tidakdapat mengelola perawatan mereka sendiri atau yang tidak dapatmenegosiasikan sistem perawatan kesehatan (Hitchcock, Schubert, &Thomas 1999).Perawat komunitas dapat menjalankan peran ini dengan melakukan asuhankeperawatan pada caregiver dengan menggunakan lima tahapan proseskeperawatan mulai dari pengkajian masalah kesehatan, perencaana,pelaksanaan dan evaluasi. Masalah kesehatan yang biasanya muncul padacaregiver diantaranya berupa masalah fisik, psikologis, sosial danekonomi. Berdasarkan masalah yang muncul pada caregiver maka dalamtahap perencanaan peran perawat sebagai managerial adalah melakukankoordinasi dengan semua care provider baik antar sesama perawatmaupun profesi lainnya untuk merencanakan intervensi sesuai denganmasalah. Sementara itu perawat juga melakukan advokasi kepada pihakpihakterkait jika ditemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan untukmenyelesaikan masalah.2.5.6 Kolaborator (collaborator)Helvie (1998) menyatakan bahwa kolaborasi adalah proses membuatkeputusan dengan yang lain dalam proses keperawatan. Kolaborasi dapatdilakukan antara perawat dengan klien atau pelaksana perawatanPengalaman keluarga..., Siti Badriah, FIK UI, 201142Universitas Indonesiakesehatan lainnya atau dengan profesi lain seperti polisi, personelpemadam kebakaran, psikolog, pekerja sosial dan lain-lain.Ketika perawat komunitas menemukan masalah fisik, psikologis,sosialyang dialami oleh caregiver sebagai dampak perawatan lansia denganDM, maka dalam perannya sebagai kolaborator perawat komunitasbersama-sama dengan psikolog dan pekerja sosial melakukan pengkajiandan menentukan tujuan serta intervensi keperawatan yang tepat untukcaregiver tersebut.2.5.7 Perencana (discharge planner)Peran perawat komunitas lainnya adalah perawat sebagi perencana.Perawat mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan klien sesuaidengan kebutuhan kesehatannya. Perawat mengidentifikasi danmerencanakan kebutuhan caregiver yang menyesuaikan dengan kondisiatau situasi caregiver. Terkait dengan caregiver burden perawat perlumembuat perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalahfisik, emosi, sosial dan ekonomi.2.5.8 Penemu kasus (case finder)Peran perawat sebagai case finder adalah menemukan masalah yangdialami klien dan mengidentifi