Kep Gerontik
Embed Size (px)
description
Transcript of Kep Gerontik

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN LANSIA Tn. H
OLEH :
1. Dwi Yuliani2. Faisal Akbar3. Merky4. Mivtahul Janna5. Sudarman6. Uni Wahyuni
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2014/2015
Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Pengertian Proses Penuaan
Anging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan
fungsi secara normal, ketahanan terhadaap cedera, termasuk adanya infeksi.
Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai
menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat
berbeda, baik dalam hak pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncak pada usia 20-
30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam
kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun desikit demi sedikit sesuai
dengan bertambahnya usia. (Mubarak, dkk, 2012)
2. Perubahan-perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan
Akibat perkembangan usia, pada lansia kan mengalami perubahan-
perubahan yang menuntut dirinya menyesuaikan diri secara terus menerus.
Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil, maka

muncullah berbagai masalah. Masalah-masalah yang menyertai lansia
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Ketidak berdayaan fisik yang menyebabkan ketrgantungan pada orang lain.
b. Ketidakpastian ekonomi, sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya.
c. Mencari teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah.
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak.
e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. (Mubarak,
dkk, 2012)
3. Pembagian lansia (Mubarak, dkk, 2012)
a. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut.
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.
3) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65) sebagai senium.
b. Mneurut organisasi kesehatan dunia (WHO) usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut ini.
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
c. Menurut pasal I Undang-Undang No. 4 tahun 1965:
“ Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang
bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-sehari,
dan menerima nafkah dari orang lain.”
4. Proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh
setiap individu. Pertambahan usia akn menimbulkan perubahan-perubahan pada
struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan system yang ada
pada tubuh manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan
berbagai fungsi organ vital. Sedangkan penurunan psikis terjadi peningkatan
sensitifitas emosional menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri,
berkurangnya minat terhadap penampilan meningkatnya minat terhadap
material, dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah ( hanya orientasi dan objek
subjek saja yang berbeda). Namun, hal diatas tidak harus menimbulkan
penyakit. Oleh karena itu, lansia harus senantiasa berada dalam kondisi sehat,
yang diartikan sebagai kondisi :
a. Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial;

b. Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari;
c. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.
Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel,
sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor
lingkungan fisik dan sosial, stress fisi/psikis, serta gaya hidupdan diet dapat
mempercepat proses menjadi tua. Secara umum, perubahan fisiologis proses
penuaan adalah sebagai berikut.
a. Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel seperti :
a) Berkurangnya cairan dalam sel;
b) Berkurangnya ukuran sel;
c) Berkurangnya jumlah sel.
b. Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau terlihat
seperti;
a) Mengecilnya kelenjar mandibula;
b) Menipisnya diskus intervertebralis;
c) Erosi pada permukaan sendi-sendi;
d) Terjadinya osteoporosis;
e) Otot-otot mengalami atrofi;
f) Sering dijumpai adanya emfisema polmonum;
g) Presbiopi;
h) Adanya arteriosklerosis;

i) Menopause pada wanita;
j) Adanya demensia senilis;
k) Kulit tidak elastis lagi;
l) Rambut memutih. (Mubarak, 2012)
5. Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia
a. Penyakit yang sering multiple, sering berhubungan satu sama lain.
b. Penyakit bersifat degenerative, sering menimbulkan kecacatan.
c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan.
d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan.
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic.
g. Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang, Bandung,
Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut.
1) Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan(76,24%); daya
ingat (69,39%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23%); gigi dan
mulut (51,12%)
2) Masalah kesehatan yangs sering muncul: sakit tulang atau sendi
(69,39%); sakit kepala (51,15%); daya ingat menurun (38,51%); selera
makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%), sulit tidur
(24,88%); dan sesak napas (21,28%).
3) Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20.66%); gastritis
(11,34%); dan penyakit jantung (6,45%). (Mubarak, dkk, 2012)

6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah sebagai
berikut.
a. Perubahan Kondisi Fisik
Mubarak, dkk (2012) menyatakan perubahan kondisi fisik pada lansia
meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ sistem tubuh, di
antaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, urogenital,
endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan
pada lansia di antaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental
akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak napas pada saat melakukan
aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah , nyeri pinggang atau
punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan
menurun, gangguan fungsi penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan
kencing.
Beberapa perubahan fungsi sistem organ yang terjadi akibat proses penuaan.
1. Keseluruhan
Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean body,
mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
2. Sistem Integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering, dan kurang
elastic karena menurunnya cairan, hilangnya jaringan adipose, kulit
pucat, dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal serta
rapuh, pada wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah meningkat,
rambut menipis atau botak, warna rambut kelabu, serta kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah
menurun.
3. Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolism yang
menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.
4. Sistem muscular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan
otot akiba menurunnya serabut otot, namun pada otot polos tidak begitu
terpengaruh.
5. Sistem kardiovaskular
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun1% pertahun, dan berkurangnya curah
jantung. Berkurangnya heart rate terhadap respons stress, kehilangan

elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertambah panjang dan
lekukan, arteria termasuk aorta intima bertambah tebal, serta fibrosis di
media arteri.
6. System perkemihan
Ginjal mengecil, nerfon menjadi artrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urine
menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap mukosa
meningkat, kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot
yang melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit
diksosngkan pada pria akibatnya retensi urine meningkat, pembesaran
prostat (75% usia diatas 65 tahun), bertambahnya glomeruli yang
abnormal, berkurangnya creatine clearance, berkurangnya aliran darah
renal, berkurangnya osmolalitas urine maksimal, berat ginjal menurun
30-50%, jumlah nefron menurun, dan kemampuan memekatkan atau
mengencerkan urine oleh ginjal menurun.
7. Sistem Pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifits silia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli

ukurannya melebar dari biasanya, jumlah alveoli berkurang, oksigen
arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri tidak berganti,
berkurangnya maximal oxygen uptake, dan berkurangnya refleks batuk.
8. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esophagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik melemah, sehingga dapat mengakibatkan
konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, hati mengecil, produksi
saliva menurun, serta prodeksi HCL dan pepsin menurun padaa
lambung.
9. Rangka Tubuh
Osteoartritis, hilangnya zat pembentuk tulang (bone substance).
10. Sistem penglihatan
Kornea lebih membentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan
hialngnya respons terhadap sinar; lensa menjadi keruh; meningkatnya
ambang pengamatan terhadap sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat cahaya gelap); berkurang atau hilangnya
daya akomodasi; menurunnya lapang pandang (berkurang luas
pandangan, berkurangnya sensivitas terhadap warna: menurunnya
kemampuan membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth
perception).
11. Sistem Pendengaran

Presbiakusis atau penurunan pendengaran, membrane timpani menjadi
atrofi menyebabkan otosklerosis, penumpukan serumen, sehingga
mengeras dan meningkatnya keratin, perubahan degeneratif oksikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangya persepsi nada
tinggi, berkurangnya ‘pitch’ diserimination.
12. Sistem Persarafan
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikal,
rekasi menjadi lambat, kurang sensitive terhadap sentuhan,
berkurangnya aktifitas sel T, bertambahnya waktu jawaban motorik,
hantaran neuron motorik melemah, dan kemunduran fungsi saraf
otonom.
13. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi parathyroid dan
sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH.
Menurunnya aktifitas tiroid akibatnya basal metabolism menurun,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormone gonand
(progesterone, estrogen, dan aldosteron) bertambahnya insulin,
norefinefrin, parathormone, vasopressin, berkurangnya tridotironin, dan
psikomotor menjadi lambat.
14. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarium dan
uterus, atrofi payudara, testis masih dapat memproduksi sperma

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur dan dorongan seks
menetap sampai di atas usia 70 tahun asalkan kondisi kesehatan baik,
penghentian produksi ovum pada saat menopause.
15. Daya Pengecap dan Pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitifitas terhadap empat rasa menurun (gula, garam, mentega, dan
asam) setelah usia 50 tahun.

LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Menurut prof.dr.Sidarta Ilyas,DSM
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bersih menjadi keruh.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun.
Menurut Daniel G.Vaughan,dkk Katarak adalah kekeruhan lensa.
Kesimpulan:
Katarak adalah kekeruhan lensa atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina.
B. ETIOLOGI
Penyebab utamma katarak adalah proses penuaan.anak dapatt menderita katarak yang biasanya merupakkan penyakit yang diturunkan,peradangan didalam kehamilan.keadaan ini disebut sebagai katarak kongengital.Penyebab katarak lainnya adalah:
Faktor keturunan Cacat bawaan sejak lahir Masalah kesehatan,missal diabetes Penggunaan obat tertentu,khususnya steroid Gangguan metabolisme seperti DM Gangguan pertumbuhan Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama Rokok dan alcohol Operasi mata sebelumnya Trauma pada mata

Dan factor factor lain yang belum diketahui
C. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar benar putih,sehingga reflek cahaya pada mata menjadi negative (-). Bila katarak dibiarkan mata akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.Gejala umum gangguan katarak meliputi:
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabutt menghalangi objek Peka terhaadap sinar atau cahaya Dapat melihat dobel pada satu mata Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu Penglihatan buram atau berkabut,bahkan sampai tidak bisa melihat Padaa keadaan terang mata terasa silau Penglihatan semakin buraam pada sore hari
D. MACAM KATARAK
Katarak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. KATARAK KONGENITAL
Katarak congenital adalah kekeruhan lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa
Kekeruhan sudah terlihat pada waktu bayi lahir Sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella,
DM, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemiia

2. KATARAK PROSES DEGENERATIF
1. KATARAK PRIMER a. Katarak primer menurut umur ada 3 golongan:
Katarak juvenilis (umur < 20 tahun ) Katarak presenilis (umur 20-50 tahun) Katarak senilis (umur > 50 tahun)
b. Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium:
1. Stadium insipien
katarak stadium dini visus belum terganggu kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak
seperti jari jari roda
2. Stadium immature
kekeruhan belum mengenai seluruh lap lensa terjadi hidrasi kortek yang menyebabkan lensa konveks sehingga
indeks refraksi berubah & mata menjadi myopia(intumesensi) konveksnya lensa mendorong iris kedepan,menyebabkan sudut bilik
mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glukoma 3. Stadium matur
terjadi pengeluaran air shg lensa berukuran normal kembali lensa telah keruh seluruhnya shg semua sinar yang masuk pupil
dipantulkan kembali dipupil tampak lensa seperti mutiara
4. Stadium dismatur
korteks lensa yang seperti bubur mencair shg nucleus lensa turun karena daya beratnya
melalui pupil nucleus kelihatan sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu kecoklatan
terjadi kerrusakan kapsul lensaa yg lebih permeable shg isi korteks dapat keluuar dan lensa menjadi kempis

2. KATARAK KOMPLIKATA
Katarak jenis ini terjadi sekunder/komplikasi dari penyakit lain seperti: gangguan okuler :retinitis pigmentosa, glukoma, ablasio retina, uveitis,
myopia maligna Penny.sistemik:DM, hipoparatiroid, sindrom down mongoloid,
dermatitis atopik Trauma : trauma tumpul, pukulan, benda asing didalam mata, sinar x,
radioaktif, toksik kimia Merokok dan minnuman keras meningkatkan risiko berkembbangnya
katarak
E. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil. Dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil shg berkas cahaya pararel
akan terfokus keretina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic
kemudian memmpengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya.kerja sama fisiologik antara korpus sillaris,zonula,dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat keretina dissebut sebagai akomodasi,seiring dengan
pertambahan usia,kemampuan dalam refraksi lensa perlahan lahan akan
berkurang,disebabkan karena perubaahan kimia dalam protein lensa shg terjadi
koagulasi yang mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
keretina.
Lensa mata yang normal maka akan transparan dan mengandung banyak air,sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah.tapi setelah mengalami gangguan maka lensa akan mengalami kekeruhan,distorsi,dislokasi,dan anomaligeometri.pada orang yang mengalami lensa katarak memiliki cirri berupa edema lensa,perubahan protein,peningkatan proliferrasi,dan kerusakan kontinuitas

normal serat serat lensa. Secara umum edema lensa berfariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak immature (insipien)hanya sedikit opak. Katarak mature yang keruh total mengalami sedikit edema. Apabila kandungan
air maksimum dan kapsul lensa terekam katarak disebut mengalami intumesensi (membengkak ).
Katarak hipermmature,air telah keluar dari lensa dan meninggalkan lensa yang
sangat keruh,relative mengalami dehidrasi dengan kapsul berkeriput.
Secara kimiawi pembentukan katarak dapat disebabkan oleh penurunan
penyerapan oksigen dan mula mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh
dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat,kandungan kalium, asam
askorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak juga tidak
ditemukan glutation.
Peningkatan kandungan air akan mematahkan serabut lensa yang tegang &
menggangu transmisi sinar.
Protein yang berkurang dapat merusak dan menggumpal sehingga membentuk endapan yang menghalangi masuknya cahaya ke retina mata.
F PENATALAKSANAAN
1. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan katarak.Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa intraokuler).pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap keluar.
Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :

a. FAKOEMULSIFIKASI
Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm) pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan untuk mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti dengan lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit dan hanya memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama operasi.
b. EKSTRA KAPSULER
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi. Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE) Lensa diangkat seluruhnya Keuntungannya prosedur mudah dilakukan Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya retina )
2. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif dalam obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap “diicuci” shg lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.
SARAN :

Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C,vit.A,dan vit E
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Retinometri Tes yang dilakukan untuk mengetaahui apakah penglihatan yang turun itu disebabkan katarak atau tidak. Keratometri Pemeeriksaan lampu slit Oftalmoskopis Yaitu dengan melihat refleks merah didalam manik mata atau pupil. Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat reflek merah padda pupil yang merupakan reflek retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak atau kekeruhan padat pada pupil maka refleks merah ini tidak akan terlihat. A-Scan ultrasound (Echography ) Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan implantasi.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kecemasan ansietas b/d kerusakan sensori.Resiko terhadap cedera b/d kerusakan penglihatan (ketidakmampuan dalam memodifikasi pencahayaan)Nyeri b/d trauma, peningkatan TIO (Tekanan Intra Okuler).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001.KMB.EGC:Jakarta
Doengoes. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC:Jakarta
Ilyas, Sidarta,dkk.2002.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:agung seto
Ilyas,Sidarta.1997.Katarak(lensa mata keruh).FKUI:Jakarta
Potter& Perry.2005.Fundamental Keperawatan.EGC:Jakarta
Vaughan,Daniel g,dkk.2000.Oftalmologi Umum.Jakarta:Widya Medika

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GERONTIK
Tanggal Pengkajian : 9 Januari 2015
1. Identitas Klien
Data Biografi
Nama : Tn. H
Tempat dan tanggal lahir : Palu, 28 September 1943
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan terakhir : SI
Gol. Darah : A
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Penampilan : penampilan bersih, kurang rapi, tubuh gemuk, dan ramah
Ciri – ciri tubuh : tubuh gemuk, rambut sudah mulai memutih, berbaring di tempat tidur
Orang terdekat yang bisa dihubungi
Nama : Ny. R
Telepon : 0812 4221 4366
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan lansia : Istri
Alamat : Jl. Kanore

72
th7
2. Riwayat Keluarga
Genogram ( buatlah 3 generasi )
Ket :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
:
Alasan masuk dipanti : Tn. H tinggal di rumah
Keluhan utama : -
Tn. H mengeluh pandangan mata kirinya kabur, bulan yang lalu Tn. H operasi katarak mata sebelah kanannya. Pasien telah lama tidak bisa berjalan dan pasien hanya bisa berbaring dan duduk. Keluhan yang menyertai saat di kaji ialah batuk, istri pasien mengatakan suaminya selalu menggunakan kipas angin di kamar.

Obat – obatan :
No Nama Obat Dosis Keterangn
1. Tidak ada
Status imunisasi : (catatlah tanggal terbaru )
Tetanus, difteri : -
Influenza : -
Lain – lain : -
Alergi
(Catat agen dan reaksi spesifik )
Obat – obatan : -
Makanan : -
Faktor lingkungan : -
Penyakit yang diderita :
Hipertensi : ya Rematik : ya Asma : -
Demensia : - Jantung : - Katarak: ya
Lain – lain, sebutkan bila ada :
Tn. H mengatakan pernah di diagnosa batu ginjal aleh dokter di awal tahun 2014.

Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : pengangguran
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Pekerjaan sebelumnya:
Dahulu Tn. H sangat aktif beliau pernah menjabat sebagai salah satu pengurus pesantren, Penasehat di Polda, dan pernah menjadi ketua salah satu Partai politik di wilayah Sulawesi Tengah.
Berapa jarak dari rumah : tidak menentu
Alat transportasi : sepeda motor
Sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
Sumber pendapatan dari pekerjaan yang telah disebutkan di atas dan Tn. H merasa terpenuhi kebutuhannya.
Riwayat lingkugan hidup
Tipe tempat tinggal : permanen (12 x 8 m)
Jumlah kamar : 3
Kondisi tempat tinggal : bersih
Jumlah orang yang tinggal dirumah
laki – laki : 5
perempuan : 2
Derajat privasi : tingkat kenyamanan dan privasi cukup terjamin
Tetangga terdekat : Tn. B
Alamat/telepon : -

Riwayat rekreasi
Hobi/minat : bersepeda
Keanggotaan organisasi :
ketika muda Tn H sangat aktif dalam organisasi namun karena keadaan yang tidak memungkinkan Tn. H tidak aktif lagi dalam organisasi apapun.
Liburan perajalanan : -
System pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : perawat, bidan
Jarak dari rumah : ± 10 m
Rumah sakit : Anutapura
Jaraknya : ± 1 km
Klinik : -
Jaraknya : -
Pelayanan kesehatan dirumah : tidak ada
Perawatan sehari – hari yang dilakukakan keluarga :
Semua kebutuhan pasien di bantu dan di penuhi oleh keluarganya.
Lain – Lain : Tidak ada
Deskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Tn. H beragama Islam dan tetap menjalankan sholat 5 waktu dalam posisi berbaring
Hal lainnya : Tidak ada
Status kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :

Tn. H mengatakan awal tahun 2014 sempat di rawat RS dan di diagnosa mengalami pengakit batu ginjal, tetapi Tn. H tidak menjalani operasi ia hanya mengandalkan obat-obat alternatif. Dan bulan lalu pasien menjalani operasi karatak mata sebelah kanan.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Tn. H mengatakan 5 tahun yang lalu dirinya sehat
Aktivitas Hidup sehari – hari (ADL)
Indeks Kats: A/B/C/D/E/F/G
Oksigenasi :
Tn.H tidak mengalami sesak nafas ataupun nyeri pada dada, frekuensi nafas 22x/m.
Cairan dan Elektrolit :
Tn.H mengatakan sehari mengahabiskan 1 botol aqua sedang dan secangkir teh, menghabiskan ±1000 liter
Nutrisi :
Tn.H mengatakan makan 3x dalam sehari, lauk sesuai permintaan Tn. H tetapi Tn. H hanya menghabiskan 1-3 sendok saja, dan Tn.H tidak mampu makan secara mandiri.
Eliminasi :
Tn. H mengatakan BAB 1x sehari, Tn. H menggunakan pampers karena ia tidak bisa berjalan sendiri ke kamar mandi.
Aktivitas :
Tn. H mengatakan tidak aktif dalam melakukan kegiatan, Tn. H hanya dapat berbaring di tempat tidur dan sesekali ia duduk
Istirahat dan tidur ;
Tn. H mengatakan istirahat tidurnya tidak terganggu malahan berlebih, karena Tn. H sehari-hari banyak tidur.

Personal Hygiene :
Tn. H di lap badannya 2x sehari, berpakaian memerlukan bantuan istrinya.
Seksual :
Tn. H mempunyai 4 orang anak
Rekreasi :
Tn. H mengatakan menonton TV dan bermain dengan cucunya di kamar untuk sekedar melepas penat.
Menurut data diatas, berdasarkan Indeks Katzs pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari Tn.H (ADL) diberikan nilai G, karena berdasarkan pengamatan, ia ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan makan, berpakaian, kontinen, ke kamar mandi, berpindah dan mandi secara mandiri.
Psikologis
Persepsi klien :
Tn. H mengakui bahwa ia sudah tidak muda lagi dan merasa wajar jika ia sakit-sakitan.
Konsep diri :
Konsep diri Tn. H baik, karena ia mampu memandang dirinya secara positif.
Emosi :
Emosi Tn.H stabil karena ia terlihat tenang
Adaptasi :
Kemampuan Tn.H dalam beradaptasi baik, hal ini terlihat dari seringnya Tn.H sangat ramah.
Mekanisme pertahanan diri :
Tn. H ingin menghabiskan masa tua di rumah, dengan memperbanyak ibadah.

Tinjauan Sistem
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5
TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,5 oC
R : 22 x/m
1. Kepala
Bentuk kepala brachicephalus, keadaan rambut kurang bersih, rambut
beruban, penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
2. Mata, telinga, dan hidung
Keadaan mata, telinga dan hidung bersih, pupil isokor, sklera tidak icterus,
konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat serumen maupun otore, tidak ada
epitaksis, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada nyeri tekan pada
palpebra, daun telinga maupun hidung.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada nyeri tekan pada leher
4. Dada dan punggung
Bentuk dada simetris, bunyi paru resonan, ada bunyi paru tambahan
ronkhi, tidak ada nyeri tekan, BJ 1 terdengar di sela iga 5-6 berbunyi lup-
dup karena menutupnya katup mitral dan trikuspidalis, BJ II terdengar di
sela iga 3-4 berbunyi lup-lup karena menutupnya katup aorta dan
pulmonalis, tidak ada bunyi jantung III.
5. Abdomen dan pinggang

Keadaan perut bersih, perkusi abdomen berbunyi timpani, tidak ada nyeri
tekan pada abdomen
6. Ekstremitas atas dan bawah
Tidak ada massa otot, tidak ada kecacatan, kedua kaki terlihat bengkak,
dan terdapat luka pada kaki sebelah kiri, nyeri tekan pada kedua kaki.
7. Sistem imun
Tn. H mengatakan diimunisasi ketika kecil, tidak mempunyai riwayat
alergi, dan tidak mengetahui mengenai riwayat penyakit yang berkaitan
dengan imunitas.
8. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Sistem reproduksi
Tn. H mengatakan mempunyai 4 anak dari hasil pernikahannya, tetapi 1
anaknya telah meninggal
10. Sistem persyarafan
Respon Tn. H terhadap pembicaraan baik dengan kemampuan bicara
normal dan jelas, bahasa yang digunakan adalah bahasa Kaili dan bahasa
Indonesia.
11. Sistem pengecapan
Sistem pengecapan baik dibuktikan dengan Tn. H mampu membedakan
rasa pada makanan hanya saja makan 1-3x sendok.
12. Sistem penciuman
Sistem penciuman baik
13. Respon taktil
Tn.H merespon ketika ada sentuhan

Status kognitif /Afektif dan Sosial 1. Short Portable Mental Status Questionaire
Short Portable Mentol Status Questionnaire (SPMSQ)
Skor No. Pertanyaan Jawaban
1 0
0 1.
Tanggal berapa hari ini? Kurang tau
0 2.
Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun)
Minggu, tanggal kurang tau, bulan Februari, 2015
1 3.
Apa nama tempat ini? Rumah
0 4.
Berapa nomor telpon Anda? lupa
1 5. Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien tidak mempunyai telepon)
Jl.Kalora No.4
1 5.
Berapa umur Anda? 71 tahun
1 6.
Kapan Anda lahir? 28 September 1943
1 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
Jokowi
1 8.
Siapa presiden sebelumnya? SBY
1 9 Siapa nama kecil ibu Anda? Cinaipah
1 10.
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun
20-3=17, 17-3=14, 14-3=11, 11-3=8, 8-3=5, 5-3=2
Jumlah kesalahan total 8
Penilaian SPMSQ

Kesalahan 5 - 7 : fungsi intelektual utuh
Berdasarkan data, maka Tn. H memperoleh kesalahan 2. Maka lansia tsb
mempunyai fungsi intelektual utuh
2. Mini Mental State Examis
Mini Mental State ExamisNilai
MaksimalJawabanPasien
Pertanyaan
Orientasi 5 2015, kurang tau,
hari minggu, Februari (2)
Tahun, tanggal, hari, dan bulan apa sekarang?
5 Jl.Kanore No. 4, kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga (5)
Dimana kita, alamat, kelurahan, kecamatan apa kita tinggal?
Registrasi 3 Kacamata, kipas,
Tv (3)Minta klien untuk enyebutkan nama tiga objek, berikan waktu 1 detik untuk mengatakan masing-masing objek. Kemudian tanyakan ketiga objek setelah Anda telah mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat.
Percobaan ...............................
Perhatian dan kalkulasi 5 7 x 1 = 7
7 x 2 = 147 x 3 = 21
Seri 7” s. 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian

7 x 4 = 287 x 5 = 35 (5)
mengeja “kata” ke belakang
Mengingat 3 Kacamata, kipas,
Tv (3)Minta klien untuk mengulang ketiga objek diatas
Berikan 1 poin untuk setiap jawaban yang benar
Bahasa 9 Pulpen (2)
Tak ada jika, dan, atau, tetapi (1)
Tidak mau (0)
Tidak mau (0)
Tidak bisa (0)
Tidak mau (0)
Nama pulpen dan melihatnya (2)
Mengulang hal berikut : “ tak ada jika, dan, atau, tetapi “ ( 1 poin)
Ikuti perintah 3 langkah berikut : “ ambil kertas di tangan kanan Anda, lipat 2, dan letakkan di lantai” (poin 3)
Baca dan turuti hal berikut : “ tutup mata anda” (poin 1)
Tulis satu kalimat (1 poin)
Menyalin gambar (1 poin )21 Total nilai
Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai 20 atau kurang dari 21
menandakan adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih
lanjut.
Berdasarkan hasil di atas Tn. S mendapatkan 21 poin yang berarti kognitif
yang dimiliki tidak mengalami kerusakan.

3. Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian JawabanA. Kesedihan 3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak
dapat menghadapinya2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak
bisa keluar dariya1 Saya merasa sedih atau galau0 Saya tidak merasa sedih 0B. Pesimisme3 Saya merasa bahwa masa depan saya sia-sia dan
sesuatu tidak dapat membaik2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk masa
depan1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan0 Saya tidak begitu pesimis atau berkecil hati tentang
masa depan0
C. Rasa kegagalan3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seorang (
orang tua, suami, istri)2 Seperti elihat ke belakang hidup saya, semua yang
dapat saya lihat hanya kegagalan1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
umumnya0 Saya merasa tidak gagal 0D. Ketidakpuasan 3 Saya tidak puas dengan segalanya2 Saya tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan 10 Saya merasa tidak puas
E. Rasa bersalah

3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah1 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian
dari waktu yang baik1
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalahF. Tidak menyukai diri sendiri3 Saya benci diri saya sendiri2 saya muak dengan diri saya sendiri1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri0 Saya merasa tidak kecewa dengan diri sendiri 0G. Membahayakan diri sendiri3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika ada
kesempatan2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh
diri1 Saya merasa lebih baik mati0 Saya tidak mempunyai pkiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri0
H. Menarik diri dari lingkungan sosial3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan tidak peduli dengan mereka semua2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka1 Saya kurang minat pada orang lain daripada
sebelumnya0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain 0I. Karagu-raguan 3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan1 Saya berusaha mengabil keputusan0 Saya membuat keputusan yang baik 0
J. Perubahan gambaran diri3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak
menjijikan2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik lagi
2
1 Saya kawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K. Kesulitan kerja3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali 32 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras
untuk melakukan sesuatu1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai
melakukan sesuatu0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan 3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu1 Saya lelah lebih dari yang biasanya0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya 0
M. Anoreksia 3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang 21 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya0 Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari yang
biasanya 9
Penilain :0-4 : depresi tidak ada atau minimal5-7 : depresi ringan8-15 : depresi sedang>16 : depresi berat
Berdasarkan skor yang diperoleh diatas skor Tn. H adalah 9 yang berarti depresi sedang.
4. APGAR Keluarga
APGAR keluarga
No.
Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk
2

membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya
1
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)
saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru
2
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai
2
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama
2
Analisa hasil :
Skor : 8-10 : fungsi sosial normal
Skor : 5-7 : fungsi sosial cukup
Skor : 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
Berdasarkan data, maka Tmemperon.S memperoleh nilai 9. Maka lansia tsb
mempunyai fungsi sosial normal.
Pemeriksaan Penunjang Tidak ada


Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah1. DS :
Tn. H mengatakan batuk (tidak ada di pengkajian) Istri pasien mengatakan suaminya selalu menggunakan
kipas angin di kamar.
DO : Pasien tampak batuk berdahak Pasien berbaring lama Ada bunyi tambahan ronkhi di dada TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
Pasien Nampak gelisah Batuk Nampak tidak efektif Kesulitan untuk berbicara
Penumpukan sekretObstruksi jalan nafas; secret di bronchi
Bersihan jalan nafas tidak efektif(Data yang menunjang tidak terlalu spesifik )

2. DS :-
DO : Mata kanan Tn. H berair Riwayat post operasi katarak bulan lalu TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
Tata laksana perawatan in adekuat Pesonal hygiene kurang Tn. H hanya menghabiskan 1-3 sendok saja, dan Tn.H
tidak mampu makan secara mandiri. Klien Nampak mengucek mata hanya menggunakan
tangan
Peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi pembedahan katarak Malnutrisi Post prosedur invasive Tanda infeksi Tata laksana perawatan
in adekuat Pesonal hygiene
kurang
Resiko infeksi (Data yang menunjang tidak terlalu spesifik )
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas Masalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif behubungan dengan penumpukan sekret2. Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi pembedahan katarak

Asuhan Keperawatan Pada Tn. H
No. DiagnosaKeperawatan
PERENCANAANTujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif behubungan dengan penumpukan sekretDS : Tn. H mengatakan
batuk Istri pasien
mengatakan suaminya selalu menggunakan kipas angin di kamar.
DO : Pasien tampak batuk
berdahak Pasien berbaring lama Ada bunyi tambahan
ronkhi di dada TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
Setelah dilakukan perawatan selama 3x pertemuan bersihan jalan nafas kembali efektif, di tandai dengan: Tn. H batuk
berkurang atau hilang
Keluarga mau memeriksakan diri ke Puskesmas
1. Anjurkan keluarga untuk megurangi atau tidak menggunakan kipas angin terus-menerus
2. Anjurkan keluarga untuk banyak memberikan air hangat pada Tn. H
3. Menganjurkan pasien untuk sering mengubah posisi
4. Anjurkan keluarga untuk memeriksakan Tn. H ke puskesmas terdekat
5. Observasi TTV
1. Kipas angin dapat merangsang batuk
2. Asupan cairan yang banyak dapat mengencerkan sekret atau lendir
3. Membantu mengeluarkan sekret
4. Mendapat penangan petugas kesehatan
5. Mengetahui kondisi umum pasien

2. Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi pembedahan katarakDS :
-DO : Mata kanan Tn. H
berair Riwayat post operasi
katarak bulan lalu TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
Setelah dilakukan perawatan selam 3x pertemuan di harapkan infeksi tidak terjadiDi tandai dengan: Mata kanan
tidak berair Tidak terjadi
infeksi
1. Anjurkan keluarga membersihkan mata menggunakan tisu dan melarangnya menggunakan tangan
2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata
3. Anjurkan keluarga untuk melaporkan atau memeriksakan Tn. H ketika mata perih
4. Observasi TTV
1. Tangan merupakan media penyebaran infeksi karena banyak mengandung bakteri
2. Mencegah masuknya bakteri dan mengurangi cahaya yang berlebihan masuk di mata
3. Mencegah iritasi pada mata
4. Mengetahui kondisi umum pasien
Implementasi dan Evaluasi

Catatan Perkembangan I
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif behubungan dengan penumpukan sekret
1. Menganjurkan keluarga untuk megurangi atau tidak menggunakan kipas angin terus-menerus, dengan hasil : istri Tn.H mengatakan bahwa suaminya masih selalu menggunakan kipas angin, Tn. H batuk
2. Mengajurkan keluarga untuk banyak memberikan air hangat pada Tn. H, dengan hasil : Istri Tn. H mengatakan bahwa suami minum air hangat dan terlihat air hangat berada di samping Tn. H
3. Menganjurkan pasien untuk sering mengubah posisi, dengan hasil : belum dilakukan
4. Menganjurkan keluarga untuk memeriksakan Tn. H ke puskesmas terdekat dengan hasil : istrinya mengatakan akan memeriksakan Tn. H ke puskesmas
5. Mengobservasi TTV
S : istri Tn.H mengatakan bahwa
suaminya masih selalu menggunakan kipas angin
Istri Tn. H mengatakan bahwa suami minum air hangat
istrinya mengatakan akan memeriksakan Tn. H ke puskesmas
O : Tn. H belum mau melakukan
miring kanan miring kiri TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
terlihat air hangat berada di samping Tn. H
Tn. H batuk
A: Tujuan belum tecapai

TTV:TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi pembedahan katarak
1. Menganjurkan keluarga membersihkan mata menggunakan tisu dan melarangnya menggunakan tangan
2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata dengan hasil : Istri Tn. H mengatakan kadang-kadang Tn. H menggunakan kaca mata hitam untuk menghindari sinar yang berlebihan
3. Mengajurkan keluarga untuk melaporkan atau memeriksakan Tn. H ketika mata perih
4. Mengobservasi TTV
TTV:TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
S : Istri Tn. H mengatakan kadang-
kadang Tn. H menggunakan kaca mata hitam untuk menghindari sinar yang berlebihan
O : TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 84 x/mS : 36,5 oCR : 22 x/m
A : Tujuan Tercapai
P : pertahankan intervensi

Implementasi dan EvaluasiCatatan Perkembangan II
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif behubungan dengan penumpukan sekret
1. Menganjurkan keluarga untuk megurangi atau tidak menggunakan kipas angin terus-menerus, dengan hasil: Tn. H masih menggunakan kipas angin
2. Mengajurkan keluarga untuk banyak memberikan air hangat pada Tn. H, dengan hasil : Tn. H selalu di berikan minuman air hangat oleh istrinya tetapi Tn. H masih batuk
3. Menganjurkan pasien untuk sering mengubah posisi, Istrinya mengatakan kadang Tn. H miring kanan dan kiri
4. Menganjurkan keluarga untuk memeriksakan Tn. H ke puskesmas terdekat : istri Tn. H mengatakan belum berobat ke puskesmas
5. Mengobservasi TTV
S : Istrinya mengatakan kadang Tn.
H miring kanan dan kiri istri Tn. H mengatakan belum
berobat ke puskesmas
O : Tn. H selalu di berikan
minuman air hangat oleh istrinya
Tn. H masih batuk TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,8 oCR : 22 x/m
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi 1,2,3,4,5, dilanjutkan

TTV:TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,8 oCR : 22 x/m
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi pembedahan katarak
1. Menganjurkan keluarga membersihkan mata menggunakan tisu dan melarangnya menggunakan tangan, keluarga mengerti maksud dari anjuran tidak menggunakan tangan ketika membersihkan mata
2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata, Istri mengatakan kadang-kadang suaminya menggunakan kaca mata hitam
3. Mengajurkan keluarga untuk melaporkan atau memeriksakan Tn. H ketika mata perih
4. Mengobservasi TTV
TTV:TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,8 oCR : 22 x/m
S : istri mengatakan kadang-kadang
suaminya menggunakan kaca mata hitam
O :
keluarga mengerti maksud dari anjuran tidak menggunakan tangan ketika membersihkan mata
TTV:TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,8 oCR : 22 x/m
A : Tujuan tercapai
P : pertahankan intervensi

Implementasi dan EvaluasiCatatan Perkembangan III
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif behubungan dengan penumpukan sekret
1. Menganjurkan keluarga untuk megurangi atau tidak menggunakan kipas angin terus-menerus, dengan hasil : istri Tn. H mengatakan suaminya telah mengurangi penggunaan kipas angin
2. Mengajurkan keluarga untuk banyak memberikan air hangat pada Tn. H, Tn. H minum air hangat
3. Menganjurkan pasien untuk sering mengubah posisi, Tn. H mengatakan kadang-kadang mengubah posisi
4. Menganjurkan keluarga untuk memeriksakan Tn. H ke puskesmas terdekat, istri Tn. H mengatakan belum di periksakan di Puskesmas
5. Mengobservasi TTV
S : istri Tn. H mengatakan
suaminya telah mengurangi penggunaan kipas angin
Tn. H mengatakan kadang-kadang mengubah posisi
istri Tn. H mengatakan belum di periksakan di Puskesmas
O : Tn. H, Tn. H minum air hangat TTV:
TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,7 oCR : 24 x/m
A : tujuan tercapai sebagian
P : intervensi dilanjutkan

TTV:TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,7 oCR : 24 x/m
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi pembedahan katarak
1. Menganjurkan keluarga membersihkan mata menggunakan tisu dan melarangnya menggunakan tangan, keluarga mengerti maksud dari anjuran tidak menggunakan tangan ketika membersihkan mata
2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata, Istri mengatakan kadang-kadang suaminya menggunakan kaca mata hitam
3. Mengajurkan keluarga untuk melaporkan atau memeriksakan Tn. H ketika mata perih
4. Mengobservasi TTV
TTV:TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,7 oC
S : istri mengatakan kadang-kadang
suaminya menggunakan kaca mata hitam
O :
keluarga mengerti maksud dari anjuran tidak menggunakan tangan ketika membersihkan mata
TTV:TD : 140/80 mmHgN : 80 x/mS : 36,7 oCR : 24 x/m
A : Tujuan tercapai
P : pertahankan intervensi

R : 24 x/m