Gerontik terry

44
ASUHAN KEPERAWATAN PADA OMA D DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL DI PANTI WERDHA NAZARET BANDUNG Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajaran Keperawatan GERONTIK II Tingkat III Semester V Disusun oleh: Esteria Puspitasari 2007009 “Saint Bernadette Class” Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus Bandung 2009/2010

Transcript of Gerontik terry

Page 1: Gerontik terry

ASUHAN KEPERAWATAN PADA OMA D

DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

DI PANTI WERDHA NAZARET BANDUNG

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajaran Keperawatan GERONTIK II

Tingkat III Semester V

Disusun oleh:Esteria Puspitasari

2007009

“Saint Bernadette Class”

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus

Bandung

2009/2010

Kata pengantar

Page 2: Gerontik terry

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada oma D dengan

“Asuhan Keperawatan pada oma D Dengan gangguan system

musculoskeletal di panti werdha Nazareth Bandung ” makalah ini

disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Keperawatan Gerontik II.

Dalam penyusunan ini penulis tidak sendirian. Banyak pihak-pihak

yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini. Untuk itu penulis

berterima kasih kepada:

1. Ibu Th. Wayan Sunita., AMK selaku koordinator Gerontik II

2. Sr. Ricardia. CB selaku Kepala Bagian panti werdha nazareth

Bandung

3. Ns. FX.Widiantoro, S. Kep selaku tim Gerontik II

4. Ns. Ferdinan.S, S. kep selaku tim Gerontik II

5. Teman-teman kelas St. Bernadette yang selalu memberikan

dukungan serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Penulis

berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca.

Bandung, November 2009

Tim penulis

BAB I

Page 3: Gerontik terry

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana tulang-tulang yang

membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis

(tulang lepas dari sendi). ( Brunner&suddarth), yang disebabkan

oleh Tauma, Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur

dislokasi

Kongenital, Didapat sejak dalam kandungan

Patologis, Akibatnya adalah destruksi tulang, misalnya

tuberculosis tulang belakang. adapun klasifikasinya sbb: 2

pengelompokan dislokasi sendi secara garis besar

Dislokasi congenital

o terjadi sejak lahir akibat kesalahan

pertumbuhan

Dislokasi traumatic

o adalah suatu kedaruratan ortopedi yang

memerlukan pertolongan segera, karena

struktur sendi yang terlibat pasokan darah

dan saraf susunanya dan mengalami stress.

bila tidak langsung ditangani dapat terjadi

nekrosis avaskuler (kematian jaringan akibat

anoksia dan hilangnya pasokan darah ) dan

paralisis saraf.

o Trauma sendi dapat berupa :

Kontusio sendi biasanya terjadi oleh benturan

Joint sprain oleh trauma kecil yang berulang ( otot

tertarik akibat penggunaan yang berlebihan,

peregangan yang berlebihan, stress yang

berlebihan.

Page 4: Gerontik terry

Joint sprain/ kesleo ada robekan mikroskopis dari

ligament atau kapsul sendiyang tidak

mengganggu stabilitas akibat gerakan memutar

Ruptur ligament

Dislokasi spontan atau patologik

Dislokasi sendi rahang

o dapat terjadi karena:

Menguap atau terlalu lebar

Terkena pukulan keras ketika rahang sedang

terbuka

Dislokasi sendi jari

o Sendi jari mudah mengalami dislokasi

Dislokasi sendi bahu

Dislokasi sendi metacarpophalangeal

Dislokasi sendi pangkal paha

Jika tidak ditangani dengan benar akan terjadi komplikasi sbb: Dini

Cidera saraf

o saraf axilla dapat cidera, pasien tidak dapat mengerutkan otot

deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa

pada otot tersebut

Cidera pembuluh darah

o Arteri axilla dapat rusak

Fraktur dislokasi

o Komplikasi lanjutan:

Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat

mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang

berumur 40 tahun. terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara

otomatis membatasi abduksi

Dislokasi yang berulang

o Terjadi bila lebrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari

bagian depan leher glenoid

Kelemahan otot

Page 5: Gerontik terry

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mahasiswi STiKes Santo Borromeus dapat

memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan tentang

masalah system muskuloskeletal yang telah diberikan dan telah

dipelajari dalam praktek nantinya.

2. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mahasiswi dapat memahami dan menjelaskan

kembali serta mengaplikasikan kembali tentang:

Pengertian

Anatomi fisiologi

Etiologi

Patofisiologi

Manifestasi

Klasifikasi

Komplikasi

Penatalaksanaan medik

Konsep dasar keperawatan

Tinjauan kasus

Asuhan keperawatan

C. METODE PENULISAN

Makalah ini dibuat dengan menggunakan buku-buku referensi, studi

kasus diruangan serta proses konsul kepada dosen pembimbing.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dalam 5 BAB, yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari, latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari, pengertian,

anatomi fisiologi system pencernaan, etiologi, patofisiologi,

Page 6: Gerontik terry

manifestasi klinik, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan medik,

dan konsep asuhan keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, asuhan keperawatan dan implementasinya.

BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran

Page 7: Gerontik terry

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Dislokasi sendi adalahsuatu keadaan dimana permukaan

sendi tulang yang membentuk sendi tidak lagi dalam posisi

anatomis.

Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkuknya

(Kapita Selekta Kedokteran 2000)

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana tulang-tulang

yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara

anatomis (tulang lepas dari sendi).

( Brunner&suddarth)

Dislokasi sendi adalah patah tulang didekat sendi atau

mengenai sensi dapat menyebabkan patah tulang disertai

luksasi sendi yang disebut dislokasi fraktur. ( Buku Ajar

Ilmu Bedah: 1138 )

Dislokasi sendi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang

dari kesatuan sendi. dislokasi sendi ini hanya dapat komponen

tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh

komponen tulang dari tempat yang seharusnya ( dari

mangkuk sendi )

http://askep.blogdetik.com/2009/01/14/fraktur dan dislokasi/

B. ANATOMI FISIOLOGI TULANG

1. Gambaran Umum

Tulang terdiri dari:

a. Tulang padat, lapisan luar yang keras dan padat, menutupi

seluruh tulang. Tulang terbentuk di sekeliling saluran panjang

yang disebut saluran havers.

Page 8: Gerontik terry

b. Tulang spongiosa, tulang berbentuk sarang lebah di dalam

tulang padat, dengan batang tulang tersusun dalam pola yang

memungkinkan menahan berat dan tekanan pada bagian

tulang tertentu yang dituju.

c. Saluran, dalam tulang panjang, sebuah saluran yang tidak

mengandung tulang.

Tulang spongiosa dan saluran diisi oleh sumsum tulang. Sumsum

tulang merah, merupakan jaringan pembentuk darah, atau

sumsum tulang kuning, adalah lemak. Sumsum tulang merah

terdapat pada semua tulang janin dan anak kecil; tetapi pada

orang dewasa digantikan oleh sumsum tulang kuning kecuali

bagian ujung atas humerus dan femur, lengkung tengkorak,

tulang belakang, iga, tulang dada, dan pelvis,, yang tetap

mengandung sumsum tulang merah.

Tulang terdiri sel dan matriks. Sel tulang adalah osteoblas yang

bila matur disebut osteosit dan membentuk tulang, atau

osteoklas, yang menghancurkan tulang. Karena kerja sel-sel

ini, tulang berada dalam keadaan pembentukan dan

penghancuran terus-menerus. Matriks terdiri dari bahan dasar,

serat dan garam mineral. Perbandingan bahan mineral dan

bahan organic adalah: kalium fosfat dan garam mineral

lain=70%, bahan organic=30%. Periosteum adalah membrane

jaringan ikat yang kuat dan vaskuler yang melekat pada

bagian luar tulang, kecuali di dalam sendi, dimana tulang

dilapisi oleh kartilago. Sel bagian terdalamnya membentuk sel

tulang. Periosteum sangat penting untuk penebalan tulang

dan perbaikan fraktur.

Page 9: Gerontik terry

2. Suplai Darah

Tulang membutuhkan suplai darah yang baik, untuk nutrisinya

sendiri dan untuk pembentukan eritrosit, pada tulang tertentu.

Arteri memasuki tulang pada:

a. Kanalis nutrient, lubang pada batang tulang panjang, biasanya

sekitar pertengahan tulang.

b. Melalui beberapa lubang yang ada di dekat ujung tulang.

3. Skema Penjelasan Proses Vitamin D dalam Tubuh Manusia

Page 10: Gerontik terry

Vitamin D dibagi menjadi 3 golongan, yakni vitamin D (aktif dan

tidak aktif), prodrug atau prohormon serta vitamin D analog.

Kebutuhan vitamin D dipenuhi melalui diet dan pajanan sinar

matahari di kulit. Pajanan sinar matahari ke kulit menginduksi

konversi fotolitik dari 7-dehydrocholesterol menjadi previtamin

D3 yang diikuti oleh isomeriasi termal vitamin D3.

Calcitriol [1,25(OH)2D3] merupakan vitamin D aktif yang

berfungsi sebagai endokrin/parakrin. Vitamin D3 adalah

derivate 7,8-dehydrocholesterol (provitamin D3). Bila kulit

terpajan sinar matahari atau sumber penyinaran artifisial

tertentu, radiasi ultraviolet memasuki epidermis dan

menyebabkan transformasi provitamin D3 ke vitamin D3

(cholecalciferol) yang dibuat beberapa jam setelah pajanan

sinar matahari tersebut.

Di hati, vitamin D dimetabolisir menjadi 25(OH) D3 oleh

mitokondria hati dan enzim mikrosom yang memiliki waktu

paruh 21 hari. Kadar 25(OH) D3 dalam darah bervariasi antara

20-200 nmol/l (8-80 ng/ml). Pembuatan 25(OH)D di hati diatur

oleh mekanisme umpan balik, yakni peningkatan konsumsi

Page 11: Gerontik terry

diet dan produksi endogen vitamin D3. Kadarnya dapat

meningkat sampai 500 ng/ml. Serum 25 (OH)D menurun pada

penyakit hati kronik berat.

Setelah pembentukan di hati, vitamin D akan dibawa ke ginjal

oleh protein pengikat vitamin D (Vitamin D binding protein)

dan mendapat tambahan C1 dan C24. Aktivitas 25(OH)D di

mitokondria ginjal ditingkatkan oleh hipokalsemia dengan

meningkatkan konversi 25(OH)D menjadi 1,25(OH)2D.

1,25(OH)2D diproduksi di ginjal dan plasenta. Pertama

berikatan dengan protein pengikat vitamin D dibawa ke

berbagai target organ, lalu bentuk bebas diambil oleh sel serta

dibawa ke protein reseptor inti khusus. Reseptor vitamin D

(VDR) merupakan reseptor golongan steroid-retinoid-thyroid

hormone-vitamin D.

Di usus, VDR mengaktivasi sintesis protein pengikat kalsium,

sedangkan di tulang merangsang produksi osteocalcin,

osteopontin dan alkali fosfatase. 1,25(OH)2D meningkatkan

transpor kalsium dari ekstrasel ke intrasel dan memobilisasi

kalsium dari intrasel. Di sini 1,25(OH)2D merangsang transpor

kalsium dan fosfat dari lumen usus halus ke sirkulasi. 1,25

(OH)2D meningkatkan resorpsi tulang yang sinergis dengan

PTH. PTH dan 1,25(OH)2D berinteraksi dengan reseptor

osteoblas dan stroma fibroblas serta merangsang produksi

ligan RANK pada permukaan sel osteoblas.

B. Tanda dan gejala

1. Deformitas pada persendian. kalau sebuah tulang diraba secara

seringakan terdapat suatu celah

2. Gangguan gerakan otot

otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut

3. Pembengkakan

Page 12: Gerontik terry

Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat

menutupi deformitas

4. Rasa nyeri yang sering terjadi

C. Klasifikasi dislokasi

2 pengelompokan dislokasi sendi secara garis besar

1. Dislokasi congenital

terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

2. Dislokasi traumatic

adalah suatu kedaruratan ortopedi yang memerlukan

pertolongan segera, karena struktur sendi yang terlibat pasokan

darah dan saraf susunanya dan mengalami stress. bila tidak

langsung ditangani dapat terjadi nekrosis avaskuler (kematian

jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah ) dan

paralisis saraf.

Trauma sendi dapat berupa :

a. Kontusio sendi biasanya terjadi oleh benturan

b. Joint sprain oleh trauma kecil yang berulang ( otot tertarik

akibat penggunaan yang berlebihan, peregangan yang

berlebihan, stress yang berlebihan.

c. Joint sprain/ kesleo ada robekan mikroskopis dari ligament

atau kapsul sendiyang tidak mengganggu stabilitas akibat

gerakan memutar

d. Ruptur ligament

e. Dislokasi spontan atau patologik

3. Dislokasi sendi rahang

dapat terjadi karena:

Menguap atau terlalu lebar

Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka

4. Dislokasi sendi jari

Sendi jari mudah mengalami dislokasi

5. Dislokasi sendi bahu

Page 13: Gerontik terry

6. Dislokasi sendi metacarpophalangeal

7. Dislokasi sendi pangkal paha

D. Penyebab dislokasi

Penyebab dislokasi diantaranya adalah :;;

1. Tauma

Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi

2. Kongenital

Didapat sejak dalam kandungan

3. Patologis

Akibatnya adalah destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang

belakang

E. Lokasi-lokasi yang sering terjadi dislokasi

Sendi bahu

Sendi siku

Sendi metacarpal phelengeal

Sendi pangkal paha servikal

F. Patofisiologi

Dislokasi panggul paling banyak terjadi dan sering dialami oleh

orang dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi.

ekstensi dan ekstra traumatic yang berlebihan, contohnya posisi

melempar bola berlebihan. caput humeri biasanya bergeser ke

anterior dan inferior melalui robekan traumaticpada kasul sendi

panggul . bisa juga diakibatkan oleh jatuh pada tangan. humerus

biasanya terdorong ke depan, merobek kapsul atau menyebabkan

tepi glenoid teravulsi. kadang-kadang bagian posterolateral kaput

hancur.meski jarang, prosesus akromium dapat mengungkit kaput

Page 14: Gerontik terry

kebawahdan menimbulkan luksasio erekta ( dengan tangan

mengarah, lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi

bawah karakoid )

G. Manifestasi klinis

Nyeri terasa hebat, pasien menyokong lengan itu dengan tangan

sebelahnya. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan bila pasien

tidak terlalu berotot suatu tonjolan dapat teraba tepat dibawah

klavikula

H. Pemeriksaan diagnostic

Dengan cara pemeriksaan sinar X pada bagian anteroposterior akan

memperlihatkan bayangan yang tumpang tindih antara kaput

humerus dan fosa glenoid, kaput biasanya terletak dibawah dan

medial terhadap mangkuk sendi.

I. Komplikasi

Dini

1. Cidera saraf

saraf axilla dapat cidera, pasien tidak dapat mengerutkan otot

deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada

otot tersebut

2. Cidera pembuluh darah

Arteri axilla dapat rusak

3. Fraktur dislokasi

Komplikasi lanjutan:

1. Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat

mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien

Page 15: Gerontik terry

yang berumur 40 tahun. terjadinya kehilangan rotasi lateral,

yang secara otomatis membatasi abduksi

2. Dislokasi yang berulang

Terjadi bila lebrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari

bagian depan leher glenoid

3. Kelemahan otot

J. Penatalaksanaan

1. Dislokasi reduksi

Dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi

jika dislokasi berat

2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan

dikembalikan kerongga sendi

3. Sendi kemudian diimmobilisasi dengan pembalut, bidai, gips,

atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil

4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan

mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan

kisaran sendi

5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa

penyembuhan

K. Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian:

1. Identitas klien:

Nama

Umur

Alamat

Pendidikan

Jenis kelamin

Suku

Agama

Page 16: Gerontik terry

Status perkawinan

Tanggal masuk ke panti

Tanggal pengkajian

2. Status kesehatan saat ini

Keluhan utama

PQRST

Keluhan yang menyertai

Alasan masuk panti

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kesehatan penyakit

Alergi

Tindakan yang dilakukan saat sakit

4. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga

Genogram 3 generasi

5. Tinjauan system

Keadaan umum

Kepala

Mata

Telinga

Mulut dan tenggorokan

Leher

Payudara

Sistem pernapasan

Sistem kardiovaskuler

Sistem hemopoetik

Sistem integument

Sistem gastrointestinal

Sistem perkemihan

Sistem genitoreproduksi

Page 17: Gerontik terry

Muskuloskeletal

Sistim saraf pusat

Sistem endokrin

6. Pengkajian psikososial dan spiritual

Psikososial

Emosional

Spiritual

7. Pengkajian fungsional

L. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

discontinuitas jaringan

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan

nyeri saat mobilisasi

3. Ansitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit

4. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan

perubahan bentuk tubuh

M. Intervensi

Dk 1 :

1. Kaji skala nyeri

2. Berikan posisi yang nyaman

3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

4. Kolaborasi pemberian analgetik

Dk 2:

1. Kaji tingkat mobilitas

2. Berikan latihan ROM

3. Anjurka penggunaan alat bantu jika diperlukan

Dk 3 :

Page 18: Gerontik terry

1. Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas

2. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya

3. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan

dijalani pasien

Dk 4 :

1. Kaji konsep diri pasien

2. Bantu pasien mengungkapkan masalahnya

3. Bantu pasien mengatasi masalahnya

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GERONTIK PADA OMA D

DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

DI PANTI WERDHA NAZARETH

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas klien

Nama : Oma D

Umur : 85 tahun

Alamat : jln. Cikaso

Pendidikan : Tidak pernah sekolah

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Agama : Khatolik

Page 19: Gerontik terry

Status perkawinan : Janda

Tanggal masuk : 29 juni 2009

Tanggal pengkajian : 19 januari 2010

b. Identitas penanggung jawab

Ditanggung oleh pihak gereja daerah kemuning

2. Riwayat kesehatan

a. Alasan masuk panti

Klien mengataka tidak memiliki rumah, tinggal di emperan

kios dan tinggal sendiri, sehinggaoleh pihak gereja setempat

dibawa ke panti werdha Nazareth

b. Keluhan utama

Nyeri

c. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan kaki kiri nyeri dan bengkak, nyeri sudah

dirasakan sejaki minggu yang lalu, nyeri dirasakan bila klien

beraktivitas dan berkurang bila klien beristirahat

d. Keluhan yang menyertai

Klien mengatakan ada batuk, tapi hanya kadang-kadang saja

e. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien menatakan dulu kaki bagian lutut pernah sakit. klien

mengatakan karna kena guna-guna

f. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan sudah lupa

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Klien tampak sehat, klien berjalan dengan memakai tongkat,

kaki kiri tampak bengkak dan kemerahan, klien mengatakan

ada sedikit batuk, tapi hanya kadang- kadang.

Page 20: Gerontik terry

b. Sistem pernafasan

Anamnese :

Klien mengatakan ada sedikit batuk, tapi hanya

kadang-kadang, pola nafas teratur.

Inspeksi :

Hidung tampak bersih, tampak simetris, septum berada

ditengah,

Perkusi:

Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru, batas paru

normal interkostal 1-6 kanan dan kiri.

Auskultasi:

Terdengar suara vesicular di seluruh lapang paru,

bronchial terdengar di suprasternal notch dan suara

bronchovesikular terdengar di percabangan trakea.

terdengar bunyi wheezing.

c. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi:

Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada tanda-tanda

epitaksis, tidak terlihat cyanosis di sekitar bibir,

mulut ataupun ekstremitas.

Palpasi:

Ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicularis

sinistra, tidak ada edema pitting ataupun non-

pitting. Tidak ada pembesaran jantung.

Perkusi:

Terdengar bunyi pekak di ICS 2-5 mid clavicularis

sinistra.

Auskultasi:

o Tidak terdengar bunyi jantung tambahan

seperti murmur ataupun gallop.

o Bunyi jantung I terdengar di ICS 4 linea

sternalis sinistra dan ICS 5 midclavicularis

sinistra, teratur, HR 130x/menit.

Page 21: Gerontik terry

o Bunyi jantung II terdengar di ICS 2 linea

sternalis dekstra dan ICS 2 linea sternalis

sinistra, teratur.

d. Sistem hemopoetik

e. Sistem integument

Inspeksi:

Kulit tidak icteric, tidak ada luka di daerah kulit, tidak

ada ptechie, ekimosis, bulla ataupun pustule.

Palpasi:

Kulit teraba kenyal dan lembab, turgor kulit kembali

cepat setelah dicubit, akral hangat.

f. Sistem gastrointestinal

Klien mengatakan tidak memiliki gastritis, klien tidak memiliki

pantang dalam makanan, tetapi klien memiliki pola makan

yang teratur

g. Sistem perkemihan

Anamnese : Klien mengatakan tidak sulit BAK dan tidak terasa

sakit saat BAK, klien mengatakan minum sekitar 1,5 liter / hari

dan terdapat nyeri di bagian pinggang

h. Sistem musculoskeletal

Inspeksi:

Tidak ada tremor di ekstremitas atas maupun bawah,

tidak ditemukan kelemahan di kedua ekstremitas, tidak

ada edema.

Palpasi:

Akral hangat, turgor kulit kembali ke semula dengan

cepat.

i. Sistem gastroreproduksi

Klien mengatakan sudah tidak menstruasi lagi, klien memiliki

2 orang anak.

j. Sistem endokrin

Klien mengatakan tidak memiliki penyakit gula

Page 22: Gerontik terry

k. Sistem pancaindra

Klien mengatakan matanya sudah berkurang fungsinya. klien

sudah susah untuk membedakan warna. tetapi klien masih

dapat mendengar dan merespon kata-kata perawat dengan

baik

IV. Pengkajian fungsional

a. KATZ Indeks

Klien termasuk dalam kategori mandiri dalam:

Makan, kontinensia (BAB/BAK) , menggunakan pakaian, pergi

ketoilet, berpindah dan mandi

b. Modifikasi dari Barthel indeks

n

o

Kriteria Dgn

bantuan

mandiri frekuensi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

1

Makan

Minum

Berpindah dari

kursi roda

ketempat tidur,

atau sebaliknya

Personal toilet

Keluar masuk toilet

Mandi

Jalan dipermukaan

datar

Naik turun tangga

Mengenakan

pakaian

5

5

5-10

0

5

5

0

5

5

5

5

10

10

15

5

10

10

5

10

10

10

10

Frek,jmh,jns

Frek,jmh,jns

Frekuensi

Frekuensi

Frek,konsistensi

Frek, warna

Page 23: Gerontik terry

0

1

1

1

2

1

3

Kontrol bowel

Kontrol blader

Olah raga/ latihan

Rekreasi/

pemanfaatan

waktu luang

5

5

10

10

Frek, jenis

Frek, jenis

Jumlah : 110

Jadi klien masuk kedalam kategori ketergantungan ringan

V. Pengkajian stetus mental

a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan

Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)

Benar Salah no Pertanyaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

.

Tanggal berapa hari ini?

Hari apa sekarang?

Apa nama tempat ini?

Dimana alamat anda?

Berapa umur anda?

Kapan anda lahir?

Siapa nama presiden Indonesia

sekarang?

Siapa nama presiden Indonesia

sebelumnya?

Siapa nama ibu anda?

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan

3 dari setiap angka baru, semua secara

menurun

Skor total : 5

Page 24: Gerontik terry

Jadi klien masuk kedalam kategori intelektual ringan

c. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan

menggunakan mini mental status exam (MMSE)

NO Aspek kognitif Nilai max Nilai klien Kriteria

1.

2.

3.

Orientasi

Registrasi

Perhatian dan

kalkulasi

5

5

3

5

2

2

2

1

Menyebutkan dengan

benar:

- Tahun

- Musim

- Tanggal

- Hari Bulan

Dimana sekarang kita

berada:

- Negara

- Provinsi

- Kota

- Panti

- Kamar no

Sebutkan nama 3 objek

(sebelunya pemeriksa

menyebutkan 3 objek

dalam waktu sau detik,

kemudian tanyakan pada

klien ketiga objek tadi)

- jam

- pulpen

- kunci

Minta klien untuk

memulai dari angka 100

Page 25: Gerontik terry

4.

5.

Mengingat

Bahasa

3

9

1

1

1

1

1

kemudian dikurangi 7,

lakukan sampai 5X

Minta klien untuk

mengulangi ketiga objek

pada no 2. bila klien

benar berikan 1

poinuntuk masing-masing

objek yang sudah benar

Tunjukan pada klien

suatu benda dan

tanyakan apa namanya

(2)

Minta klien untuk

mengulang kata berikut:

“ tak ada jika, dan, atau,

tetapi (1)

Minta klien untuk

mengikuti perintah

berikut yang terdiri dari 3

langkah: (3)

“ ambil kertas ditangan

anda, lipat 2 dan taruh

dilantai”

- ambil kertas ditangan

anda

- lipat 2

- taruh dilantai

Perintahkan klien untuk

melakukan aktivitas

Page 26: Gerontik terry

0

sesuai perintah dan

berikan 1 poin

- Tutup mata anda

Perintahkan pada klien

untuk menulis satu

kalimat dan menyalin

gambar

- tulis satu kalimat

- Menyalin gambar

Skor : 12

Jadi interpretasi hasilnya:

Terdapat kerusakan aspek fungsi mental

VI. Pengkajian psikososial

a. Kemampuan sosialisasi klien saat ini

Klien mampu bersosialisasi baik dengan orang lain

b. Sikap klien terhadap orang lain

Sikap yang ditunjukan klien saat bersosialisasi adalah baik dan

ramah

c. Harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi

Harapan klien dalam melakukan sosialisasi adalah untuk

menambah teman mengobrol agar tidak kesepian

d. Kepuasan klien dalam bersosialisasi

Puas, karena dengan bersosialisasi klien dapat berbagi pengalaman

e. Penerimaan klien terhadap kondisinya saat ini

Klien sangat menerima keadaan yang sekarang, beliau pasrah pada

Tuhan

Page 27: Gerontik terry

f. Status emosional klien

Emosi klien stabil

VII. Pengkajian spiritual

a. Kegiatan keagamaan klien saat ini

Kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan doa yang ada

dipanti

b. Keyakinan klien tentang kematian

c. Harapan-harapan klien sehubungan dengan spiritual

B. Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injuru fisik

2. Cemas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

3. Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan terhadap nyeri

C. Analisa data

Data objektif Data subjektif

- Terdapat nyeri tekan pada

kaki yang sakit

- Klien tampak kesakitan

- Klien mengeluh nyeri

pada kaki kiri

- Klien mengatakan nyeri

diperberat jika tubuh

digerakan

- Nyeri dirasakan hampir

setiap saat

Page 28: Gerontik terry

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada oma D

dengan gangguan system musculoskeletal dipanti Werdga Nazaterh

Bandung dari tanggal 20 januari-30 januari 2010, yang dimulai dari

pengkajian sampai dengan evaluasi dan akhirnya penulis membuat

perbandingan untuk melihat adanya kesenjangan antara teori dari Bab II

dan Tinjauan Kasus dari Bab III, dengan kesenjangan yang ditemukan

adalah sebagai berikut :

A. Pengkajian Data

Page 29: Gerontik terry

Pada pengkajian An. A dengan gangguan system

musculoskeletal, penulis dapat menemukan tanda dan gejala sbb :

1. Deformitas pada persendian. kalau sebuah tulang diraba secara

seringakan terdapat suatu celah

2. Gangguan gerakan otot

otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut

3. Pembengkakan

Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat

menutupi deformitas

4. Rasa nyeri yang sering terjadi

Namun pada kasus oma D ini tidak ditemukan tanda-tanda

Deformitas pada persendian. kalau sebuah tulang diraba secara

seringakan terdapat suatu celah

B. Analisa Data

Pada tahap analisa data penulis menemukan masalah, dengan

diagnosa :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injuru fisik

2. Cemas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

3. Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan terhadap nyeri

Namun pada klien oma D tidak ditemukan diagnose

resiko tinggi infeksi, dikarenakan pada klien tersebut tidak ada data

pemeriksaan laboratorium yang menyatakan bahwa klien terinfeksi.

C. Perencanaan

Perencanaan dibuat untuk menentukan implementasinya

yang akan dilakukan dimulai dari penentuan prioritas masalah,

perencanaan yang muncul diantaranya adalah :

Page 30: Gerontik terry

- Kaji lokasi, intensitas, dantipe nyeri, observasi terhadap kemajuan

nyeri kedaerah yang baru

- Ajarkan dan bantu dalam tekhnik alternative penatalaksanaan nyeri

- Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri

- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien

- Berikan analgetik sesuai advis dokter bila perlu

- Berikan HE mengenai pentingnya immobilisasi kaki yang sakit dan

teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam,isirahat yang cukup,

membaca, menonton tv, terapi akupuntur, kompres dingin, mandi

dengan air hangat yang meliputi :

- Cara dan pelaksanaan

Namun, pada kasus klien oma D Pengkajian yang didapat

langsung dari pasien sehingga data yang ada benar adanya.

E. Evaluasi

Evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan melihat tingkat

keberhasilan dari tujuan yang telah dibuat berdasarkan masalah yang

dihadapi. Evaluasi yang di dapatkan berdasarkan implementasinya adalah

sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 hari ini, terjadi

perubahan yang dialami oleh klien, yaitu nyeri berkurang, walaupun

masih belum teratasi tapi ada kemajuan. Dengan hasil :

Klien tampak ceria, nyeri sedikit berkurang, bengkak berkurang

4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 hari mengenai

Health Education tentang pentingnya immobilisasi dan tekhnik relaksasi

untuk mengatasi nyeri

Page 31: Gerontik terry

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana tulang-tulang yang

membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis

(tulang lepas dari sendi). ( Brunner&suddarth), yang disebabkan

oleh Tauma, Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur

dislokasi

Kongenital, Didapat sejak dalam kandungan

Page 32: Gerontik terry

Patologis, Akibatnya adalah destruksi tulang, misalnya

tuberculosis tulang belakang. adapun klasifikasinya sbb: 2

pengelompokan dislokasi sendi secara garis besar

Dislokasi congenital

o terjadi sejak lahir akibat kesalahan

pertumbuhan

Dislokasi traumatic

o adalah suatu kedaruratan ortopedi yang

memerlukan pertolongan segera, karena

struktur sendi yang terlibat pasokan darah

dan saraf susunanya dan mengalami stress.

bila tidak langsung ditangani dapat terjadi

nekrosis avaskuler (kematian jaringan akibat

anoksia dan hilangnya pasokan darah ) dan

paralisis saraf.

o Trauma sendi dapat berupa :

Kontusio sendi biasanya terjadi oleh benturan

Joint sprain oleh trauma kecil yang berulang ( otot

tertarik akibat penggunaan yang berlebihan,

peregangan yang berlebihan, stress yang

berlebihan.

Joint sprain/ kesleo ada robekan mikroskopis dari

ligament atau kapsul sendiyang tidak

mengganggu stabilitas akibat gerakan memutar

Ruptur ligament

Dislokasi spontan atau patologik

Dislokasi sendi rahang

o dapat terjadi karena:

Menguap atau terlalu lebar

Terkena pukulan keras ketika rahang sedang

terbuka

Dislokasi sendi jari

o Sendi jari mudah mengalami dislokasi

Page 33: Gerontik terry

Dislokasi sendi bahu

Dislokasi sendi metacarpophalangeal

Dislokasi sendi pangkal paha

Jika tidak ditangani dengan benar akan terjadi komplikasi sbb: Dini

Cidera saraf

o saraf axilla dapat cidera, pasien tidak dapat mengerutkan otot

deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa

pada otot tersebut

Cidera pembuluh darah

o Arteri axilla dapat rusak

Fraktur dislokasi

o Komplikasi lanjutan:

Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat

mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang

berumur 40 tahun. terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara

otomatis membatasi abduksi

Dislokasi yang berulang

o Terjadi bila lebrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari

bagian depan leher glenoid

Kelemahan otot

SARAN

Diharapkan agar mahasiswa mahasiswi mampu memahami teori yang

sudah didapatkan tentang gangguan system muskuloskeletal ini sehingga

nantinya jika saat praktek di lapangan sudah memahami dan bisa

menerapkan asuhan keperawatan dan lebih kritikal lagi jika menghadapi

pasien yang mengalami gangguan system muskuloskeletal ini, sehingga

mencegah sampai terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.

Page 34: Gerontik terry

CATATAN PERKEMBANGAN

TGL NO

DK

Catatan Perkembangan TTD

21/01/10 I S : Klien mengatakan kaki kiri terasa nyeri

O : Klien tampak kesakitan, kaki masih

bengkak

A : Tujuan belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Ester

22/01/10 I S : Klien mengataka kaki kiri masih terasa Ester

Page 35: Gerontik terry

nyeri, tapi sudah berkurang

O : kaki masih bengkak, tapi sudah

berkurang

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

23/01/10 I S : Klien mengataka kaki kiri masih terasa

nyeri, tapi sudah berkurang

O : kaki masih bengkak, tapi sudah

berkurang

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

Ester

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,

Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

http://www.medicastore.com/nutracare/image/sendi.gif

Page 36: Gerontik terry