Gerontik terry
-
Upload
nina-marlina-sari -
Category
Documents
-
view
341 -
download
4
Embed Size (px)
Transcript of Gerontik terry

ASUHAN KEPERAWATAN PADA OMA D
DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DI PANTI WERDHA NAZARET BANDUNG
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajaran Keperawatan GERONTIK II
Tingkat III Semester V
Disusun oleh:Esteria Puspitasari
2007009
“Saint Bernadette Class”
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus
Bandung
2009/2010
Kata pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada oma D dengan
“Asuhan Keperawatan pada oma D Dengan gangguan system
musculoskeletal di panti werdha Nazareth Bandung ” makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik II.
Dalam penyusunan ini penulis tidak sendirian. Banyak pihak-pihak
yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini. Untuk itu penulis
berterima kasih kepada:
1. Ibu Th. Wayan Sunita., AMK selaku koordinator Gerontik II
2. Sr. Ricardia. CB selaku Kepala Bagian panti werdha nazareth
Bandung
3. Ns. FX.Widiantoro, S. Kep selaku tim Gerontik II
4. Ns. Ferdinan.S, S. kep selaku tim Gerontik II
5. Teman-teman kelas St. Bernadette yang selalu memberikan
dukungan serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca.
Bandung, November 2009
Tim penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis
(tulang lepas dari sendi). ( Brunner&suddarth), yang disebabkan
oleh Tauma, Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur
dislokasi
Kongenital, Didapat sejak dalam kandungan
Patologis, Akibatnya adalah destruksi tulang, misalnya
tuberculosis tulang belakang. adapun klasifikasinya sbb: 2
pengelompokan dislokasi sendi secara garis besar
Dislokasi congenital
o terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan
Dislokasi traumatic
o adalah suatu kedaruratan ortopedi yang
memerlukan pertolongan segera, karena
struktur sendi yang terlibat pasokan darah
dan saraf susunanya dan mengalami stress.
bila tidak langsung ditangani dapat terjadi
nekrosis avaskuler (kematian jaringan akibat
anoksia dan hilangnya pasokan darah ) dan
paralisis saraf.
o Trauma sendi dapat berupa :
Kontusio sendi biasanya terjadi oleh benturan
Joint sprain oleh trauma kecil yang berulang ( otot
tertarik akibat penggunaan yang berlebihan,
peregangan yang berlebihan, stress yang
berlebihan.

Joint sprain/ kesleo ada robekan mikroskopis dari
ligament atau kapsul sendiyang tidak
mengganggu stabilitas akibat gerakan memutar
Ruptur ligament
Dislokasi spontan atau patologik
Dislokasi sendi rahang
o dapat terjadi karena:
Menguap atau terlalu lebar
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang
terbuka
Dislokasi sendi jari
o Sendi jari mudah mengalami dislokasi
Dislokasi sendi bahu
Dislokasi sendi metacarpophalangeal
Dislokasi sendi pangkal paha
Jika tidak ditangani dengan benar akan terjadi komplikasi sbb: Dini
Cidera saraf
o saraf axilla dapat cidera, pasien tidak dapat mengerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa
pada otot tersebut
Cidera pembuluh darah
o Arteri axilla dapat rusak
Fraktur dislokasi
o Komplikasi lanjutan:
Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun. terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi
Dislokasi yang berulang
o Terjadi bila lebrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mahasiswi STiKes Santo Borromeus dapat
memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan tentang
masalah system muskuloskeletal yang telah diberikan dan telah
dipelajari dalam praktek nantinya.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mahasiswi dapat memahami dan menjelaskan
kembali serta mengaplikasikan kembali tentang:
Pengertian
Anatomi fisiologi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi
Klasifikasi
Komplikasi
Penatalaksanaan medik
Konsep dasar keperawatan
Tinjauan kasus
Asuhan keperawatan
C. METODE PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan menggunakan buku-buku referensi, studi
kasus diruangan serta proses konsul kepada dosen pembimbing.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dalam 5 BAB, yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari, latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari, pengertian,
anatomi fisiologi system pencernaan, etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinik, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan medik,
dan konsep asuhan keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, asuhan keperawatan dan implementasinya.
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Dislokasi sendi adalahsuatu keadaan dimana permukaan
sendi tulang yang membentuk sendi tidak lagi dalam posisi
anatomis.
Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkuknya
(Kapita Selekta Kedokteran 2000)
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana tulang-tulang
yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi).
( Brunner&suddarth)
Dislokasi sendi adalah patah tulang didekat sendi atau
mengenai sensi dapat menyebabkan patah tulang disertai
luksasi sendi yang disebut dislokasi fraktur. ( Buku Ajar
Ilmu Bedah: 1138 )
Dislokasi sendi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi. dislokasi sendi ini hanya dapat komponen
tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya ( dari
mangkuk sendi )
http://askep.blogdetik.com/2009/01/14/fraktur dan dislokasi/
B. ANATOMI FISIOLOGI TULANG
1. Gambaran Umum
Tulang terdiri dari:
a. Tulang padat, lapisan luar yang keras dan padat, menutupi
seluruh tulang. Tulang terbentuk di sekeliling saluran panjang
yang disebut saluran havers.

b. Tulang spongiosa, tulang berbentuk sarang lebah di dalam
tulang padat, dengan batang tulang tersusun dalam pola yang
memungkinkan menahan berat dan tekanan pada bagian
tulang tertentu yang dituju.
c. Saluran, dalam tulang panjang, sebuah saluran yang tidak
mengandung tulang.
Tulang spongiosa dan saluran diisi oleh sumsum tulang. Sumsum
tulang merah, merupakan jaringan pembentuk darah, atau
sumsum tulang kuning, adalah lemak. Sumsum tulang merah
terdapat pada semua tulang janin dan anak kecil; tetapi pada
orang dewasa digantikan oleh sumsum tulang kuning kecuali
bagian ujung atas humerus dan femur, lengkung tengkorak,
tulang belakang, iga, tulang dada, dan pelvis,, yang tetap
mengandung sumsum tulang merah.
Tulang terdiri sel dan matriks. Sel tulang adalah osteoblas yang
bila matur disebut osteosit dan membentuk tulang, atau
osteoklas, yang menghancurkan tulang. Karena kerja sel-sel
ini, tulang berada dalam keadaan pembentukan dan
penghancuran terus-menerus. Matriks terdiri dari bahan dasar,
serat dan garam mineral. Perbandingan bahan mineral dan
bahan organic adalah: kalium fosfat dan garam mineral
lain=70%, bahan organic=30%. Periosteum adalah membrane
jaringan ikat yang kuat dan vaskuler yang melekat pada
bagian luar tulang, kecuali di dalam sendi, dimana tulang
dilapisi oleh kartilago. Sel bagian terdalamnya membentuk sel
tulang. Periosteum sangat penting untuk penebalan tulang
dan perbaikan fraktur.

2. Suplai Darah
Tulang membutuhkan suplai darah yang baik, untuk nutrisinya
sendiri dan untuk pembentukan eritrosit, pada tulang tertentu.
Arteri memasuki tulang pada:
a. Kanalis nutrient, lubang pada batang tulang panjang, biasanya
sekitar pertengahan tulang.
b. Melalui beberapa lubang yang ada di dekat ujung tulang.
3. Skema Penjelasan Proses Vitamin D dalam Tubuh Manusia

Vitamin D dibagi menjadi 3 golongan, yakni vitamin D (aktif dan
tidak aktif), prodrug atau prohormon serta vitamin D analog.
Kebutuhan vitamin D dipenuhi melalui diet dan pajanan sinar
matahari di kulit. Pajanan sinar matahari ke kulit menginduksi
konversi fotolitik dari 7-dehydrocholesterol menjadi previtamin
D3 yang diikuti oleh isomeriasi termal vitamin D3.
Calcitriol [1,25(OH)2D3] merupakan vitamin D aktif yang
berfungsi sebagai endokrin/parakrin. Vitamin D3 adalah
derivate 7,8-dehydrocholesterol (provitamin D3). Bila kulit
terpajan sinar matahari atau sumber penyinaran artifisial
tertentu, radiasi ultraviolet memasuki epidermis dan
menyebabkan transformasi provitamin D3 ke vitamin D3
(cholecalciferol) yang dibuat beberapa jam setelah pajanan
sinar matahari tersebut.
Di hati, vitamin D dimetabolisir menjadi 25(OH) D3 oleh
mitokondria hati dan enzim mikrosom yang memiliki waktu
paruh 21 hari. Kadar 25(OH) D3 dalam darah bervariasi antara
20-200 nmol/l (8-80 ng/ml). Pembuatan 25(OH)D di hati diatur
oleh mekanisme umpan balik, yakni peningkatan konsumsi

diet dan produksi endogen vitamin D3. Kadarnya dapat
meningkat sampai 500 ng/ml. Serum 25 (OH)D menurun pada
penyakit hati kronik berat.
Setelah pembentukan di hati, vitamin D akan dibawa ke ginjal
oleh protein pengikat vitamin D (Vitamin D binding protein)
dan mendapat tambahan C1 dan C24. Aktivitas 25(OH)D di
mitokondria ginjal ditingkatkan oleh hipokalsemia dengan
meningkatkan konversi 25(OH)D menjadi 1,25(OH)2D.
1,25(OH)2D diproduksi di ginjal dan plasenta. Pertama
berikatan dengan protein pengikat vitamin D dibawa ke
berbagai target organ, lalu bentuk bebas diambil oleh sel serta
dibawa ke protein reseptor inti khusus. Reseptor vitamin D
(VDR) merupakan reseptor golongan steroid-retinoid-thyroid
hormone-vitamin D.
Di usus, VDR mengaktivasi sintesis protein pengikat kalsium,
sedangkan di tulang merangsang produksi osteocalcin,
osteopontin dan alkali fosfatase. 1,25(OH)2D meningkatkan
transpor kalsium dari ekstrasel ke intrasel dan memobilisasi
kalsium dari intrasel. Di sini 1,25(OH)2D merangsang transpor
kalsium dan fosfat dari lumen usus halus ke sirkulasi. 1,25
(OH)2D meningkatkan resorpsi tulang yang sinergis dengan
PTH. PTH dan 1,25(OH)2D berinteraksi dengan reseptor
osteoblas dan stroma fibroblas serta merangsang produksi
ligan RANK pada permukaan sel osteoblas.
B. Tanda dan gejala
1. Deformitas pada persendian. kalau sebuah tulang diraba secara
seringakan terdapat suatu celah
2. Gangguan gerakan otot
otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut
3. Pembengkakan

Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupi deformitas
4. Rasa nyeri yang sering terjadi
C. Klasifikasi dislokasi
2 pengelompokan dislokasi sendi secara garis besar
1. Dislokasi congenital
terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi traumatic
adalah suatu kedaruratan ortopedi yang memerlukan
pertolongan segera, karena struktur sendi yang terlibat pasokan
darah dan saraf susunanya dan mengalami stress. bila tidak
langsung ditangani dapat terjadi nekrosis avaskuler (kematian
jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah ) dan
paralisis saraf.
Trauma sendi dapat berupa :
a. Kontusio sendi biasanya terjadi oleh benturan
b. Joint sprain oleh trauma kecil yang berulang ( otot tertarik
akibat penggunaan yang berlebihan, peregangan yang
berlebihan, stress yang berlebihan.
c. Joint sprain/ kesleo ada robekan mikroskopis dari ligament
atau kapsul sendiyang tidak mengganggu stabilitas akibat
gerakan memutar
d. Ruptur ligament
e. Dislokasi spontan atau patologik
3. Dislokasi sendi rahang
dapat terjadi karena:
Menguap atau terlalu lebar
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka
4. Dislokasi sendi jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi
5. Dislokasi sendi bahu

6. Dislokasi sendi metacarpophalangeal
7. Dislokasi sendi pangkal paha
D. Penyebab dislokasi
Penyebab dislokasi diantaranya adalah :;;
1. Tauma
Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi
2. Kongenital
Didapat sejak dalam kandungan
3. Patologis
Akibatnya adalah destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang
belakang
E. Lokasi-lokasi yang sering terjadi dislokasi
Sendi bahu
Sendi siku
Sendi metacarpal phelengeal
Sendi pangkal paha servikal
F. Patofisiologi
Dislokasi panggul paling banyak terjadi dan sering dialami oleh
orang dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi.
ekstensi dan ekstra traumatic yang berlebihan, contohnya posisi
melempar bola berlebihan. caput humeri biasanya bergeser ke
anterior dan inferior melalui robekan traumaticpada kasul sendi
panggul . bisa juga diakibatkan oleh jatuh pada tangan. humerus
biasanya terdorong ke depan, merobek kapsul atau menyebabkan
tepi glenoid teravulsi. kadang-kadang bagian posterolateral kaput
hancur.meski jarang, prosesus akromium dapat mengungkit kaput

kebawahdan menimbulkan luksasio erekta ( dengan tangan
mengarah, lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi
bawah karakoid )
G. Manifestasi klinis
Nyeri terasa hebat, pasien menyokong lengan itu dengan tangan
sebelahnya. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan bila pasien
tidak terlalu berotot suatu tonjolan dapat teraba tepat dibawah
klavikula
H. Pemeriksaan diagnostic
Dengan cara pemeriksaan sinar X pada bagian anteroposterior akan
memperlihatkan bayangan yang tumpang tindih antara kaput
humerus dan fosa glenoid, kaput biasanya terletak dibawah dan
medial terhadap mangkuk sendi.
I. Komplikasi
Dini
1. Cidera saraf
saraf axilla dapat cidera, pasien tidak dapat mengerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada
otot tersebut
2. Cidera pembuluh darah
Arteri axilla dapat rusak
3. Fraktur dislokasi
Komplikasi lanjutan:
1. Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien

yang berumur 40 tahun. terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi
2. Dislokasi yang berulang
Terjadi bila lebrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
3. Kelemahan otot
J. Penatalaksanaan
1. Dislokasi reduksi
Dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan kerongga sendi
3. Sendi kemudian diimmobilisasi dengan pembalut, bidai, gips,
atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan
mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan
kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan
K. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
1. Identitas klien:
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Jenis kelamin
Suku
Agama

Status perkawinan
Tanggal masuk ke panti
Tanggal pengkajian
2. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama
PQRST
Keluhan yang menyertai
Alasan masuk panti
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan penyakit
Alergi
Tindakan yang dilakukan saat sakit
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga
Genogram 3 generasi
5. Tinjauan system
Keadaan umum
Kepala
Mata
Telinga
Mulut dan tenggorokan
Leher
Payudara
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler
Sistem hemopoetik
Sistem integument
Sistem gastrointestinal
Sistem perkemihan
Sistem genitoreproduksi

Muskuloskeletal
Sistim saraf pusat
Sistem endokrin
6. Pengkajian psikososial dan spiritual
Psikososial
Emosional
Spiritual
7. Pengkajian fungsional
L. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
discontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan
nyeri saat mobilisasi
3. Ansitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit
4. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan
perubahan bentuk tubuh
M. Intervensi
Dk 1 :
1. Kaji skala nyeri
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Dk 2:
1. Kaji tingkat mobilitas
2. Berikan latihan ROM
3. Anjurka penggunaan alat bantu jika diperlukan
Dk 3 :

1. Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas
2. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya
3. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan
dijalani pasien
Dk 4 :
1. Kaji konsep diri pasien
2. Bantu pasien mengungkapkan masalahnya
3. Bantu pasien mengatasi masalahnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GERONTIK PADA OMA D
DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DI PANTI WERDHA NAZARETH
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Oma D
Umur : 85 tahun
Alamat : jln. Cikaso
Pendidikan : Tidak pernah sekolah
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Khatolik

Status perkawinan : Janda
Tanggal masuk : 29 juni 2009
Tanggal pengkajian : 19 januari 2010
b. Identitas penanggung jawab
Ditanggung oleh pihak gereja daerah kemuning
2. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk panti
Klien mengataka tidak memiliki rumah, tinggal di emperan
kios dan tinggal sendiri, sehinggaoleh pihak gereja setempat
dibawa ke panti werdha Nazareth
b. Keluhan utama
Nyeri
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan kaki kiri nyeri dan bengkak, nyeri sudah
dirasakan sejaki minggu yang lalu, nyeri dirasakan bila klien
beraktivitas dan berkurang bila klien beristirahat
d. Keluhan yang menyertai
Klien mengatakan ada batuk, tapi hanya kadang-kadang saja
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien menatakan dulu kaki bagian lutut pernah sakit. klien
mengatakan karna kena guna-guna
f. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan sudah lupa
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak sehat, klien berjalan dengan memakai tongkat,
kaki kiri tampak bengkak dan kemerahan, klien mengatakan
ada sedikit batuk, tapi hanya kadang- kadang.

b. Sistem pernafasan
Anamnese :
Klien mengatakan ada sedikit batuk, tapi hanya
kadang-kadang, pola nafas teratur.
Inspeksi :
Hidung tampak bersih, tampak simetris, septum berada
ditengah,
Perkusi:
Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru, batas paru
normal interkostal 1-6 kanan dan kiri.
Auskultasi:
Terdengar suara vesicular di seluruh lapang paru,
bronchial terdengar di suprasternal notch dan suara
bronchovesikular terdengar di percabangan trakea.
terdengar bunyi wheezing.
c. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi:
Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada tanda-tanda
epitaksis, tidak terlihat cyanosis di sekitar bibir,
mulut ataupun ekstremitas.
Palpasi:
Ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicularis
sinistra, tidak ada edema pitting ataupun non-
pitting. Tidak ada pembesaran jantung.
Perkusi:
Terdengar bunyi pekak di ICS 2-5 mid clavicularis
sinistra.
Auskultasi:
o Tidak terdengar bunyi jantung tambahan
seperti murmur ataupun gallop.
o Bunyi jantung I terdengar di ICS 4 linea
sternalis sinistra dan ICS 5 midclavicularis
sinistra, teratur, HR 130x/menit.

o Bunyi jantung II terdengar di ICS 2 linea
sternalis dekstra dan ICS 2 linea sternalis
sinistra, teratur.
d. Sistem hemopoetik
e. Sistem integument
Inspeksi:
Kulit tidak icteric, tidak ada luka di daerah kulit, tidak
ada ptechie, ekimosis, bulla ataupun pustule.
Palpasi:
Kulit teraba kenyal dan lembab, turgor kulit kembali
cepat setelah dicubit, akral hangat.
f. Sistem gastrointestinal
Klien mengatakan tidak memiliki gastritis, klien tidak memiliki
pantang dalam makanan, tetapi klien memiliki pola makan
yang teratur
g. Sistem perkemihan
Anamnese : Klien mengatakan tidak sulit BAK dan tidak terasa
sakit saat BAK, klien mengatakan minum sekitar 1,5 liter / hari
dan terdapat nyeri di bagian pinggang
h. Sistem musculoskeletal
Inspeksi:
Tidak ada tremor di ekstremitas atas maupun bawah,
tidak ditemukan kelemahan di kedua ekstremitas, tidak
ada edema.
Palpasi:
Akral hangat, turgor kulit kembali ke semula dengan
cepat.
i. Sistem gastroreproduksi
Klien mengatakan sudah tidak menstruasi lagi, klien memiliki
2 orang anak.
j. Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit gula

k. Sistem pancaindra
Klien mengatakan matanya sudah berkurang fungsinya. klien
sudah susah untuk membedakan warna. tetapi klien masih
dapat mendengar dan merespon kata-kata perawat dengan
baik
IV. Pengkajian fungsional
a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori mandiri dalam:
Makan, kontinensia (BAB/BAK) , menggunakan pakaian, pergi
ketoilet, berpindah dan mandi
b. Modifikasi dari Barthel indeks
n
o
Kriteria Dgn
bantuan
mandiri frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1
Makan
Minum
Berpindah dari
kursi roda
ketempat tidur,
atau sebaliknya
Personal toilet
Keluar masuk toilet
Mandi
Jalan dipermukaan
datar
Naik turun tangga
Mengenakan
pakaian
5
5
5-10
0
5
5
0
5
5
5
5
10
10
15
5
10
10
5
10
10
10
10
Frek,jmh,jns
Frek,jmh,jns
Frekuensi
Frekuensi
Frek,konsistensi
Frek, warna

0
1
1
1
2
1
3
Kontrol bowel
Kontrol blader
Olah raga/ latihan
Rekreasi/
pemanfaatan
waktu luang
5
5
10
10
Frek, jenis
Frek, jenis
Jumlah : 110
Jadi klien masuk kedalam kategori ketergantungan ringan
V. Pengkajian stetus mental
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Benar Salah no Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
Tanggal berapa hari ini?
Hari apa sekarang?
Apa nama tempat ini?
Dimana alamat anda?
Berapa umur anda?
Kapan anda lahir?
Siapa nama presiden Indonesia
sekarang?
Siapa nama presiden Indonesia
sebelumnya?
Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun
Skor total : 5

Jadi klien masuk kedalam kategori intelektual ringan
c. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan
menggunakan mini mental status exam (MMSE)
NO Aspek kognitif Nilai max Nilai klien Kriteria
1.
2.
3.
Orientasi
Registrasi
Perhatian dan
kalkulasi
5
5
3
5
2
2
2
1
Menyebutkan dengan
benar:
- Tahun
- Musim
- Tanggal
- Hari Bulan
Dimana sekarang kita
berada:
- Negara
- Provinsi
- Kota
- Panti
- Kamar no
Sebutkan nama 3 objek
(sebelunya pemeriksa
menyebutkan 3 objek
dalam waktu sau detik,
kemudian tanyakan pada
klien ketiga objek tadi)
- jam
- pulpen
- kunci
Minta klien untuk
memulai dari angka 100

4.
5.
Mengingat
Bahasa
3
9
1
1
1
1
1
kemudian dikurangi 7,
lakukan sampai 5X
Minta klien untuk
mengulangi ketiga objek
pada no 2. bila klien
benar berikan 1
poinuntuk masing-masing
objek yang sudah benar
Tunjukan pada klien
suatu benda dan
tanyakan apa namanya
(2)
Minta klien untuk
mengulang kata berikut:
“ tak ada jika, dan, atau,
tetapi (1)
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3
langkah: (3)
“ ambil kertas ditangan
anda, lipat 2 dan taruh
dilantai”
- ambil kertas ditangan
anda
- lipat 2
- taruh dilantai
Perintahkan klien untuk
melakukan aktivitas

0
sesuai perintah dan
berikan 1 poin
- Tutup mata anda
Perintahkan pada klien
untuk menulis satu
kalimat dan menyalin
gambar
- tulis satu kalimat
- Menyalin gambar
Skor : 12
Jadi interpretasi hasilnya:
Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
VI. Pengkajian psikososial
a. Kemampuan sosialisasi klien saat ini
Klien mampu bersosialisasi baik dengan orang lain
b. Sikap klien terhadap orang lain
Sikap yang ditunjukan klien saat bersosialisasi adalah baik dan
ramah
c. Harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
Harapan klien dalam melakukan sosialisasi adalah untuk
menambah teman mengobrol agar tidak kesepian
d. Kepuasan klien dalam bersosialisasi
Puas, karena dengan bersosialisasi klien dapat berbagi pengalaman
e. Penerimaan klien terhadap kondisinya saat ini
Klien sangat menerima keadaan yang sekarang, beliau pasrah pada
Tuhan

f. Status emosional klien
Emosi klien stabil
VII. Pengkajian spiritual
a. Kegiatan keagamaan klien saat ini
Kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan doa yang ada
dipanti
b. Keyakinan klien tentang kematian
c. Harapan-harapan klien sehubungan dengan spiritual
B. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injuru fisik
2. Cemas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
3. Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan terhadap nyeri
C. Analisa data
Data objektif Data subjektif
- Terdapat nyeri tekan pada
kaki yang sakit
- Klien tampak kesakitan
- Klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri
- Klien mengatakan nyeri
diperberat jika tubuh
digerakan
- Nyeri dirasakan hampir
setiap saat

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada oma D
dengan gangguan system musculoskeletal dipanti Werdga Nazaterh
Bandung dari tanggal 20 januari-30 januari 2010, yang dimulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dan akhirnya penulis membuat
perbandingan untuk melihat adanya kesenjangan antara teori dari Bab II
dan Tinjauan Kasus dari Bab III, dengan kesenjangan yang ditemukan
adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian Data

Pada pengkajian An. A dengan gangguan system
musculoskeletal, penulis dapat menemukan tanda dan gejala sbb :
1. Deformitas pada persendian. kalau sebuah tulang diraba secara
seringakan terdapat suatu celah
2. Gangguan gerakan otot
otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut
3. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupi deformitas
4. Rasa nyeri yang sering terjadi
Namun pada kasus oma D ini tidak ditemukan tanda-tanda
Deformitas pada persendian. kalau sebuah tulang diraba secara
seringakan terdapat suatu celah
B. Analisa Data
Pada tahap analisa data penulis menemukan masalah, dengan
diagnosa :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injuru fisik
2. Cemas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
3. Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan terhadap nyeri
Namun pada klien oma D tidak ditemukan diagnose
resiko tinggi infeksi, dikarenakan pada klien tersebut tidak ada data
pemeriksaan laboratorium yang menyatakan bahwa klien terinfeksi.
C. Perencanaan
Perencanaan dibuat untuk menentukan implementasinya
yang akan dilakukan dimulai dari penentuan prioritas masalah,
perencanaan yang muncul diantaranya adalah :

- Kaji lokasi, intensitas, dantipe nyeri, observasi terhadap kemajuan
nyeri kedaerah yang baru
- Ajarkan dan bantu dalam tekhnik alternative penatalaksanaan nyeri
- Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien
- Berikan analgetik sesuai advis dokter bila perlu
- Berikan HE mengenai pentingnya immobilisasi kaki yang sakit dan
teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam,isirahat yang cukup,
membaca, menonton tv, terapi akupuntur, kompres dingin, mandi
dengan air hangat yang meliputi :
- Cara dan pelaksanaan
Namun, pada kasus klien oma D Pengkajian yang didapat
langsung dari pasien sehingga data yang ada benar adanya.
E. Evaluasi
Evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan melihat tingkat
keberhasilan dari tujuan yang telah dibuat berdasarkan masalah yang
dihadapi. Evaluasi yang di dapatkan berdasarkan implementasinya adalah
sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 hari ini, terjadi
perubahan yang dialami oleh klien, yaitu nyeri berkurang, walaupun
masih belum teratasi tapi ada kemajuan. Dengan hasil :
Klien tampak ceria, nyeri sedikit berkurang, bengkak berkurang
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 hari mengenai
Health Education tentang pentingnya immobilisasi dan tekhnik relaksasi
untuk mengatasi nyeri

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis
(tulang lepas dari sendi). ( Brunner&suddarth), yang disebabkan
oleh Tauma, Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur
dislokasi
Kongenital, Didapat sejak dalam kandungan

Patologis, Akibatnya adalah destruksi tulang, misalnya
tuberculosis tulang belakang. adapun klasifikasinya sbb: 2
pengelompokan dislokasi sendi secara garis besar
Dislokasi congenital
o terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan
Dislokasi traumatic
o adalah suatu kedaruratan ortopedi yang
memerlukan pertolongan segera, karena
struktur sendi yang terlibat pasokan darah
dan saraf susunanya dan mengalami stress.
bila tidak langsung ditangani dapat terjadi
nekrosis avaskuler (kematian jaringan akibat
anoksia dan hilangnya pasokan darah ) dan
paralisis saraf.
o Trauma sendi dapat berupa :
Kontusio sendi biasanya terjadi oleh benturan
Joint sprain oleh trauma kecil yang berulang ( otot
tertarik akibat penggunaan yang berlebihan,
peregangan yang berlebihan, stress yang
berlebihan.
Joint sprain/ kesleo ada robekan mikroskopis dari
ligament atau kapsul sendiyang tidak
mengganggu stabilitas akibat gerakan memutar
Ruptur ligament
Dislokasi spontan atau patologik
Dislokasi sendi rahang
o dapat terjadi karena:
Menguap atau terlalu lebar
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang
terbuka
Dislokasi sendi jari
o Sendi jari mudah mengalami dislokasi

Dislokasi sendi bahu
Dislokasi sendi metacarpophalangeal
Dislokasi sendi pangkal paha
Jika tidak ditangani dengan benar akan terjadi komplikasi sbb: Dini
Cidera saraf
o saraf axilla dapat cidera, pasien tidak dapat mengerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa
pada otot tersebut
Cidera pembuluh darah
o Arteri axilla dapat rusak
Fraktur dislokasi
o Komplikasi lanjutan:
Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun. terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi
Dislokasi yang berulang
o Terjadi bila lebrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
SARAN
Diharapkan agar mahasiswa mahasiswi mampu memahami teori yang
sudah didapatkan tentang gangguan system muskuloskeletal ini sehingga
nantinya jika saat praktek di lapangan sudah memahami dan bisa
menerapkan asuhan keperawatan dan lebih kritikal lagi jika menghadapi
pasien yang mengalami gangguan system muskuloskeletal ini, sehingga
mencegah sampai terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO
DK
Catatan Perkembangan TTD
21/01/10 I S : Klien mengatakan kaki kiri terasa nyeri
O : Klien tampak kesakitan, kaki masih
bengkak
A : Tujuan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Ester
22/01/10 I S : Klien mengataka kaki kiri masih terasa Ester

nyeri, tapi sudah berkurang
O : kaki masih bengkak, tapi sudah
berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
23/01/10 I S : Klien mengataka kaki kiri masih terasa
nyeri, tapi sudah berkurang
O : kaki masih bengkak, tapi sudah
berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
Ester
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
http://www.medicastore.com/nutracare/image/sendi.gif
