Makalah gerontik
-
Upload
rissa-fitriana -
Category
Documents
-
view
37 -
download
2
Embed Size (px)
description
Transcript of Makalah gerontik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah
sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan.
Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas
dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu
kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart,
2001 : 188). Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat
harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang
memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur
dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran.
Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses
pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan support system komunikasi pada lansia ?
2. Dimana support system komunikasi pada lansia dilakukan ?
3. Kapan support system komunikasi pada lansia dilakukan ?
4. Siapa yang melakukan support system komunikasi pada lansia ?
1

5. Mengapa perlu dilakukan support system komunikasi pada lansia ?
6. Bagaimana melakukan support system komunikasi pada lansia ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Untuk memahami konsep support system komunikasi pada lansia.
3. Untuk mengetahui tata cara berkomunikasi pada lansia.
4. Dapat memberikan komunikasi terapeutik pada lansia.
5. Dapat membantu proses keperawatan pada lansia.
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dukungan (Support)
Menurut Sarafino dukungan adalah suatu bentuk kenyamanan,
perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang
berarti, baik secara perorangan maupun kelompok.
B. Definisi Dukungan Sosial (Social Support)
Dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, seseorang membutuhkan
dukungan sosial. Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi dukungan
sosial. Menurut Dimatteo (1991), dukungan sosial adalah dukungan atau
bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan
kerja dan orang lain.
Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) mendefinisikan dukungan
sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh temanteman
dan anggota keluarga. Dukungan sosial adalah pertukaran bantuan antara dua
individu yang berperan sebagai pemberi dan penerima (Shumaker & Browne
dalam Duffy & Wong, 2003). Definisi yang mirip datang dari Taylor, Peplau, &
Sears (2000). Menurut mereka, dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal
dimana seorang individu memberikan bantuan pada individu lain. Dukungan
sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam
bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain ataupun dari kelompok
(Sarafino, 2002). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dukungan
sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian, penghargaan, maupun
bantuan dalam bentuk yang lainnya yang diterima individu dari orang lain
ataupun dari kelompok.
3

C. Sumber Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak.
Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan
sosial menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada
sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya.
Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.
2. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan
dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu.
Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman
sepergaulan.
3. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang
memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi
dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh. Dukungan sosial
yang diterima oleh janda dapat berasal dari siapa saja, namun yang lebih
sering memberi dukungan adalah keluarga dan temannya yang juga telah
menjanda (Lemme, 1995).
D. Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2002), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:
1. Dukungan emosional
Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada
seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa
nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami
stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan
cinta
2. Dukungan penghargaan
Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada
orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun
perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu
dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang
4

menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan
merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu
mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada
kemampuan yang dimilikinya.
3. Dukungan instrumental
Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu
dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi
atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang
sedang stres.
4. Dukungan informasi
Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan
informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat
dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres
(DiMatteo, 1991). Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian
tentang bagaiman individu melakukan sesuatu. Misalnya individu
mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah
penyakitnya kambuh lagi.
5. Dukungan kelompok
Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa
dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya
dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika
beristirahat atau berekreasi.
E. Pengaruh Dukungan Sosial
Orford (1992) dan Sarafino (2002) mengatakan bahwa untuk menjelaskan
bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu,
ada dua model yang digunakan yaitu:
1. Buffering Hypothesis Sarafino (2002) mengatakan bahwa melalui model
buffering hypothesis ini, dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan
psikologis individu dengan melindunginya dari efek negatif yang timbul dari
tekanan-tekanan yang dialaminya dan pada kondisi yang tekanannya lemah
5

atau kecil, dukungan sosial tidak bermanfaat. Orford (1992) juga mengatakan
bahwa melalui model ini, dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk
memperkecil pengaruh dari tekanan-tekanan atau stres yang dialami individu,
dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stres, maka dukungan sosial
tidak berguna.
2. Main Effect Hypothesis / Direct Effect Hypothesis Menurut Banks, Ullah dan
Warr (dalam Orford, 1992), model main effect hypothesis atau direct effect
hypothesis menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan
kesehatan fisik dan psikologis individu dengan adanya ataupun tanpa
tekanan, dengan kata lains seseorang yang menerima dukungan sosial
dengan atau tanpa adanya tekanan ataupun stres akan cenderung lebih
sehat. Menurut Sarafino (2002) melalui model ini dukungan sosial
memberikan manfaat yang sama baiknya dalam kondisi yang penuh tekanan
maupun yang tidak ada tekanan. Dalam penelitian ini, model kerja yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari dukungan sosial adalah model
buffering hypothesis.
Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan sosial dari
orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketenteraman
hidupnya. Namun demikian dengan adanya dukungan sosial tersebut tidaklah
berarti bahwa setelah memasuki masa seorang lansia hanya tinggal duduk,
diam, tenang, dan berdiam diri saja. Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun
kejiwaannya lansia justru tetap harus melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna
bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh ongkang-ongkang, enak-enak, dan
semua dilayani oleh orang lain (Sidiarto Kusumoputro: 2002). Hal itu justru akan
mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan, sehingga bisa menyebabkan
para lansia tersebut cepat meninggal dunia. Dalam rangka membantu agar
lansia tetap dapat beraktivitas maka dibutuhkan dukungan sosial.
Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri
masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai
penyokong/penopang kehidupannya. Namun dalam kehidupan lansia seringkali
ditemui bahwa tidak semua lansia mampu memahami adanya dukungan sosial
6

dari orang lain, sehingga walaupun ia telah menerima dukungan sosial tetapi
masih saja menunjukkan adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan cara
menggerutu, kecewa, kesal dan sebagainya. Dalam hal ini memang diperlukan
pemahaman dari si pemberi bantuan tentang keberadaan (availability) dan
ketepatan/ kelayakan (adequacy)dari bantuan tersebut bagi lansia, sehingga
tidak menyebabkan dukungan sosial yang diberikan dipahami secara keliru dan
tidak tepat sasaran. Jika lansia (karena berbagai alasan) sudah tidak mampu lagi
memahami makna dukungan sosial, maka yang diperlukan bukan hanya
dukungan sosial namun layanan atau pemeliharaan secara sosial (social
care) sepenuhnya. Bila yang terakhir ini tidak ada yang melaksanakan berarti
lansia tersebut menjadi terlantar dalam kehidupannya.
F. Definisi Sistem (System)
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
suatu tujuan. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item
penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Kata "sistem" banyak sekali
digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen
ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula,
sehingga maknanya menjadi beragam.
Ada banyak pendapat tentang pengertian dan definisi sistem yang
dijelaskan oleh beberapa ahli. Berikut pengertian dan definisi sistem menurut
beberapa ahli :
1. Jogianto (2005:2), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti
tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
2. Indrajit (2001:2), Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-
komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
7

3. Lani Sidharta (1995:9), Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang
saling berhubungan, yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang
sama.
4. Murdick, R. G (1991:27), Sistem adalah seperangkat elemen yang
membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan
yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan
mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk
menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.
5. Davis, G. B (1991:45), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
beroperai bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.
G. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-
menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik
individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13). Komunikasi adalah elemen
dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry,
2005 : 301) Komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas
tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim
yang terapeutik.
Proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan
meneruskan makna atau arti (Taylor, dkk 1993). Proses penyampaian informasi,
makna dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima
pesan (Burgess,1988).
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301).Proses
tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat (McCubin & Dahl,
1985)
8

Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-
menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik
individu maupun kelompok.(Widjaja, 1986 : 13.
H. Tujuan Komunikasi
1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti
Sebagai komunikator kita harus menjelaskan pada komunikan dengan
sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti
apa yang kita maksudkan.
2. Dapat memahami orang lain
Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang
apa yang diinginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang orang lain
Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan
pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa
kegiatan yang lebih banyak mendorang, yang penting harus diingat adalah
bagaimana yang baik untuk melakukannya.
I. Fungsi Komunikasi
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan
sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan
kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam
setiap sistem sosial adalah sebagai berikut :
1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan dan pemprosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar. Agar dapat dimengerti dan
bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain.
9

2. Sosialisasi dan penyediaan sumber ilmu pengetahuan. Agar orang bersikap
dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif mengerti akan fungsi
sosialnya di dalam masyarakat.
3. Motivasi. Tujuannya yaitu mendorong orang untuk mementukan pilihan dan
keinginanya.
4. Perdebatan dan diskusi. Menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah
publik yang menyangkut kepentingan umum.
5. Pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dapat mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, serta membentuk ketrampilan dan
kemandirian dalam berbagai bidang.
6. Memajukan kehidupan dan menyebarkan hasil kebudayaan dan seni.
Mengembangan kebudayaan maksudnya yaitu mengembangkan kebudayaan
serta imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetikanya.
J. Komponen – Komponen Komunikasi
1. Komunikator
Komunikator Merupakan individu/kelompok yang memiliki kemampuan
dan keterampilan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Syarat
komunikator yang baik :
a. Memiliki tujuan dlm komunikasi.
b. Memiliki pengetahuan yang memadai ttg pesan yang disampaikan.
c. Memiliki keterampilan yang memadai untuk membangun hubungan/relasi.
2. Komunikan
Komunikan merupakan Individu, kelompok, atau massa yang diharapkan
menerima pesan. Syarat komunikan yang baik :
a. Pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menerima pesan.
b. Atensi untuk menerima pesan.
c. Keterampilan dalam merespon pesan.
10

3. Pesan
Pesan merupakan Berupa ide/gagasan, perintah, informasi, dan
ungkapan perasaan. Pesan yang efektif: dapat dipahami oleh komunikan
secara utuh, tidak menimbulkan distorsi. Syarat pesan yang baik :
a. Sesuai konteks (situasi komunikasi).
b. Singkat dan jelas.
c. Menggunakan saluran yang mudah dipahami
d. Memungkinkan pengulangan dan penegasan.
4. Media
Media merupakan Berupa media lisan, tulisan, gerakan tubuh, mimik
wajah, sentuhan, dll. Syarat saluran yang baik :
a. Dipahami/ dimengerti oleh komunikator dan komunikan.
b. Meminimalkan kesalahan persepsi.
c. Menggunakan tekhnik yang merangsang lebih dari satu indera.
5. Feed Back
a. Sarana evaluasi komunikator, apakah pesan yang disampaikan dapat
dimengerti oleh komunikan.
b. Respon menunjukkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor
K. Definisi Lansia
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk
makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo
dan Martono, 1999;4). Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokkan
usia lanjut menjadi 4 macam, meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 sampai 59 tahun
11

b. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 sampai 70 tahun
c. Usia lanjut usia (old), kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
a. Usia tua (very old) kelompok usia di atas 90 tahun
L. Pendekatan Keperawatan lansia dalam kontek komunikasi
1. Pendekatan fisik
Pendekatan ini digunakan untuk mencari informasi tentang kesehatan
obyektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan fisik organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan serta penyakit
yang dapat dicapai progresifitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah
dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
Pada pendekatan fisik dengan lansia harus diperhatikan perubahan fisik
pada lansia seperti penurunan pendengaran, penurunan penglihatan, dan
proses penuaan yang normal.
2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing. Sebagai penampung
masalah-masalah, rahasia yang pribadi, dan sebagai sahabat yang akrab
dengan klien.
3. Pendekatan social
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama bila klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup
12

efektif terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran yang tinggi dan latar
belakang agama yang baik.
M. Teknik komunikasi pada lansia
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima dan memahami pasangan
bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsi
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakn bentuk perhatian petugas pada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya
segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya
dengan mengartikan pertanyaan, “apa yang sedang ibu pikirkan saat ini? Apa
yang bisa saya bantu?”. Berespon berati bersikap aktif, tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan
menciptakan perasaan tenang pada klien.
3. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi lebih labil.
Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia,
misalnya dengan mengiyakan, senyum, mengannguk kepala ketika klien
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama
lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia
sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan
demikian diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai
kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau
13

mengajarkan klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada
perawat. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari
4. Sabar dan ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya mengalami
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan. Perubahan ini
apabila yidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan
jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukakn tidak terapeutik,
solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
N. Hambatan komunikasi pada lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif.
1. Agresif
a. Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-
perilaku di bawah ini:
b. Berusaha mengontrol & mendominasi orang lain (lawan bicara)
c. Meremehkan orang lain
d. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
e. Menonjolkan diri sendiri
f. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan
maupun tindakan
2. Non Asertif
a. Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah:
b. Menarik diri bila diajak berbicara
c. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
d. Merasa tidak berdaya
e. Tidak berani mengungkapkan keyakinan
f. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
g. Tampil diam (pasif)
14

h. Mengikuti kehendak orang lain
i. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan
orang lain
O. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui
secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada
kejadian-kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan
merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada
dirinya. Ada beberapa langkah yang bisa dilaksanakan untuk menghadapi klien
lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
1. Kenali segera reaksi penolakan klien.Membiarkan klien lansia bertingkah laku
dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian
diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkungannya,
kemudian lakukan langkah-langkah berikut ini : Identifikasi pikiran-pikiran
yang paling membahayakan dengan cara mengobservasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksinya.
a. Ungkapkan kenyataan-kenyataan yang dialami klien secara perlahan-
lahan dimulai dari kenyataan yang merisaukan.
b. Jangan menyokong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang
cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin bersamanya jangan
sampai menolak.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri. Langkah
tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap
perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk memandirikan klien,
dengan jalan sebagai berikut :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan
waktu, tempat dan macam perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai
mengenal kenyataan.
15

c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahan atau perasaan
sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan
dan meluangkan waktu bersamanya.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat . Langkah ini bertujuan
untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber
informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana/ tindakan dapat
terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat dilaksanakan dengan
cara-cara sebagai berikut:
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia
menentukan perasaan-perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang
bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal-
hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.
c. Hendaknya pihak-pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima
kenyataan.
d. Menyadarkan pihak-pihak lain akan pentingnya hukuman(bukan hukuman
fisik) apabila klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.
P. Penerapan model komunikasi pada lansia
1. Model komunikasi Shannon Weaver
Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya
perubahan perilaku lansia dari penolakan menjadi kooperatif . Dalam
komunikasi ini diperlukan keterlibatan anggota keluarga sebagai transmitter
untuk mengenal lebih jauh tentang klien.
a. Kelebihan : Dalam komunikasi ini melibatkan anggota keluarga atau
orang lain yang berpengaruh .
b. Kekurangan : Memerlukan waktu yang cukup lama karena klien dalam
reaksi penolakan . Tak dapat melakukan evaluasi sejauhmana perubahan
perilaku yang terjadi pada klien , karena tak ada feedback .
16

2. Model SMCR
a. Kelebihan : Proses komunikasi yang terjadi pada model ini relative
simple . Model ini akan efectif bila kondissi lansia masih sehat , belum
banyak mengalami penurunan baik aspek fisik maupun psikis .
b. Kekurangan : Klien tidak memenuhi syarat seperti yang ditetapkan
mempunyai keterampilan , pengetahuan , sikap , system social , dan
kultur karena penolakannya . Memerlukan proses lama dan tergantung
kondisi klien lansia .
3. Model Leary
a. Kelebihan : Terjadi interaksi atau hubungan relationship , hubungan
perawat klien lebih dekat ssehingga masalah lebih dapat diselesaikan .
b. Kelemahan : Perawat lebih dominan dan klien patuh
4. Model Terapeutik
a. Kelebihan : Dengan komunikasi yang baik lansia akan lebih paham
apa yang kita bicarakan , kopingnya lebih efektif .
b. Kelemahan ; kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh perwat
untuk perawatan lansia dengan penolakan .
5. Model keyakinan kesehatan
a. Kelebihan : Lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan
akan dapat bermanfaat dan sebagai barier dalam melaksanakan tindakan
pencegahan penyakit .
b. Kelemahan : Tidak semua lansia merasakan adanya ancaman
kesehatan .
Q. Model komunikasi kesehatan
1. Relationtship
Dari perspektif sistem , model komunikasi kesehatan menggambarkan 4
type mayor dari relationship yang exis dalam lingkungan perawatan
kesehatan : profesional- profesional, profesional-klien, profesional-other,
klien-other. Aturan mainnya , bila individu diikutsertakan dalam komunikasi
kesehatan , dia terlibat dalam satu dari 4 type hubungan. Model ini juga
17

mengindikasikan hubungan interpersonal dapat mempengaruhi type
hubungan dalam lingkungan perawatan kesehatan. Sebagai contoh,
bagaimana komunikasi profesional kesehatan dengan setiap orang dapat
berefek pada interaksi profesional kesehatan dengan pasien. Sama halnya ,
bagaimana klien bereaksi dengan anggota - anggota dari jaringan sosialnya
akan mempengaruhi interaksi antara klien dengan profesional kesehatan.
2. Transaksi
Transaksi kesehatan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan ,dinamis dan bukan suatu yang statis, dimana terdapat
feed back yang continue yang partisipan mampu untuk menempatkan diri
dalam berkomunikasi.
3. Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu setting
atau tempat dimana proses terjadiyang punya pengaruh besar dalam
komunikasi antara health professional - client - anggota keluarga dan orang
lain yang terlibat dalam konteks. Salah satu unsur konteks adalah tempat
dimana perawatan kesehatan dilaksanakan ,seperti : rumah sakit, klinik,
ruang rawat jalan, atau ruang intensive yang mempengaruhi pola komunikasi
didalamnya. Unsur yang lain adalah jumlah partisipan yang terlibat dalam
komunikasi (lingkungan perawatan ) misalnya dalam bentuk group kecil atau
interaksi antar individu atau kelompok besar. Jumlah partisipan yang ada
mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya .
a. Kelebihan : Dapat menyelesaikan masalah klien lansia dengan tuntas
, klien lansia merasa sangat dekat dengan perawat dan merasa
diperhatikan
b. Kekurangan : Membuthkan waktu yang lama untuk menyelessaikan
permasalahan , fasilitas dalam memberikan pelayanan harus lengkap .
R. Model interaksi king
a. Kelebihan : Komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia sudah
kooperatif.
18

b. Kelemahan : Klien lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami
kesulitan untuk dilakukan komunikasi model ini, karena tidak kooperatif.
S. Tehnik atau tip-tip tertentu yang perlu diperhatikan agar komunikasi dapat
berlangsung efektif antara lain:
1. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien
2. Keraskan suara anda jika perlu
3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia sehingga ia
dapat melihat mulut anda.
4. Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan ada pencahayaan yang
cukup.
5. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi,ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan
hasil bahwa klien tidak kooperatif.
6. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang
yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner
yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
7. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat
pendek dengan bahasa yang sederhana.
8. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
9. Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang diinginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya dibuktikan dengan ekspresi, postur dan
nada suara anda yang menggembirakan ( misalnya dengan senyum, ceria
atau tertawa secukupnya).
10.Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
11.Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
anda.
19

12.Biarkan ia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda untuk menyelesaikan kalimat.
13.Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya.
14.Arahkan ke suatu topik pada suatu saat
15.Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama
anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan
dapat membantu proses komunikasi.
20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Sarafino dukungan adalah suatu bentuk kenyamanan,
perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang
berarti, baik secara perorangan maupun kelompok.
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
suatu tujuan.
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301) Komunikasi
yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994).
B. Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca bahwa penulis menerima
dengan lapang dada segala kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini. Penulis menyarankan kepada para pembaca
hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja
dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil
referensi dari beberapa sumber saja.
21

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://udayatimade.blogspot.com/2011/01/lansia.html. Diakses pada tanggal 23
April
http://udayatimade.blogspot.com/2011/01/lansia.html. Diakses pada tanggal 23
April
www.komunikasi lansia.com. Diakses pada tanggal 23 April
www.e-psikologi.com. Diakses pada tanggal 23 April
22