Post on 21-Jan-2016
description
TUGAS KELOMPOKs
MAKALAH KDK
“Pemindahan Dan Pemberian Posisi”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kdk
OLEH :
AHMAD MUHAYA FAHMI ARISANITA JASRIN JAYAJUFRI SUCIANAASMA WALFITRAH NURUL ISTIANI
WAODE CECI MULTI UMI RESTU MARANTI
E5 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI2012
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tak lupa kami
kirimkan kepada baginda Muhamad SAW,selaku tokoh reformasi bagi kita
sekalian yang mengajarkan kepada kebenaran khususnya bagi umat
muslim yang telah menunjukan kepada kita jalan kebenaran dan kebaikan
terutama yang masih tetap teguh pendirian sampai hari ini.
Makalah ini dibuat, guna memenuhi kewajiban kami selaku
mahasiswa,dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan oleh
Dosen mata kuliah “KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN”. Makalah
ini disusun berdasarkan referensi yang ada, yang inti dari makalah ini
adalah membahas masalah “MEMINDAHKAN DAN PEMBERIAN
PAOSISI”
Dalam penyusunan materi ini, kami sadar sepenuhnya atas segala
kekurangan dan kesempurnaan sehingga dibutuhkan masukan dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Kendari,Januari 2013,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas
tubuh.Abnormalitas postur congenital atau didapat memengaruhi efisiensi system
musculoskeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh.Selama
pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang gerak
abnormalitas postur dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau kedua-duanya.
Hambatan kemampuan untuk berbalik dari sisi ke sisi lain. Hambatan
kemampuan untuk bergerak dari terlentang menjadi duduk atau duduk menjadi
terlentang.Hambatan kemampuan mengubah posisi sendiri ditempat tidur.Hambatan
kemampuan untuk bergerak dari terlentang menjadi telungkup atau telungkup menjadi
telentang.Hambatan kemampuan untuk bergerak dari telentang menjadi duduk
memanjang atau duduk memanjang menjadi telentang.
Oleh sebab itu Untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) tubuh yang
tepat, perawat harus dengan tepat mengangkat klien, menggunakan tekhnik pemberian
posisi yang tepat,dan memindahkan klien dengan aman.
Untuk lebih jelasnya pada makalah ini akan di jelaskan secara sistematis
mengenai proses pemindahan dan pemberian posisi yang baik pada pasien.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana Proses Pemberian Dan Pemindahan Posisi Pasien
b) Bagaimana Proses Pemindahan Dan Pengangkatan Pasien
c) Mekanika tubuh pada saat pengangkatan
d) Panduan Dalam Pengangkatan Penderita
e) Panduan Untuk Memindahkan Penderita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
Pemberian Dan Pemindahan Posisi Pasien
Pemberian Posisi Pasien merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien
yaitu, tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinir, serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbnagan selama aktivitas.
Ketika orang dapat berdiri dan bergerak, mereka lebih sehat. Paru-paru mereka
mengembang lebih mudah. Mereka mencerna makanan secara seksama lebih baik.
Mereka mampu berdefekasi dengan baik, fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang
serta otot mereka lebih sehat. Jika sedang sakit, mereka sering tidak dapat bergerak
atau hanya dapat bergerak sedikit.
Kadang tirah baring atau tidak ada gerakan sama sekali diperlukan untuk
mengatasi masalah kesehatan.Istirahat meningkatkan penyembuhan dan mengurangi
nyeri.Tirah baring jangka panjang atau kurang pergerakan dapat menyebabkan
masalah serius.
Untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) tubuh yang tepat, perawat harus
dengan tepat mengangkat klien, menggunakan tekhnik pemerian posisi yang tepat,dan
memindahkan klien dengan aman.Klien dengan gangguan saaf, skelet, atau fungsi
sistem muscular serta peningkatan kelemahan dan keletihan sering memerlukan
bantuan dari perawat untuk pemberian posisi dan pemindahan.Penggunaan mekanika
tuuh yang tepat dan tekhnik pemindahan melindungi perawat atau pemberi asuhan dari
cedera pada sistem musculoskeletal.Perawat beresiko terhadap cedera pada otot
lumbal ketika mengangkat.
Angka cedera pada lingkungan kerja telah meningkat pada beberapa Tahun
terakhir, dan lebih setengahnya adalah cedera punggung akibat tekhnik mengangkat
dan membungkuk yang tidak tepat.Cedera pada area lumbal mempengaruhi
kemampuan untuk membungkuk ke depan dan ke belakang serta memiringkan
tubuh.Selain itu, kemampuan untuk merotasi panggul dan punggung bawah menurun
karena lebih banyak klien dipulangkan ke rumah untuk asuhan berkelanjutan,perlu bagi
perawat mengajarkan anggota keluarga klien bagaimana mengangkat dan
memindahkan klien dengan aman.
Pemindahan Dan Pengangkatan Pasien
Setiap pasien membutuhkan cara-cara tersendiri untuk diangkat dan dipindahkan
oleh perawat, dalam pemberian posisi yag baik tetapi banyak pula petugas kesehatan
yang melakukan pemindahan penderita menderita cedera karena salah mengangkat,
mungkin karena tidak tahu, tetapi mungkin pula karena sikap acuh. Keadaan cuaca
yang menyertai penderita beraneka ragam, dan tidak ada satu rumus pasti bagaimana
mengangkat dan memmindahkan penderita.
Mekanika tubuh pada saat pengangkatan
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang, dan yang
paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang yang beraksi
pada tulang tulang tersebut juga paling kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama
pada paha, dan bukan dengan membungkuk Angkatlah dengan paha, bukan
dengan punggung
Diantara kelompok otot, maka kelompok fleksor lebih kuat dibandingkan
kelompok ekstensor. Dengan demikian pada saat mengangkat tandu, tangan harus
menghadap ke depan, dan bukan kebelakang. Semakin dekat akan kesumbu
tubuh, semakin ringan pengangkatan. Dengan demikian maka usahakan agar tubuh
sedekat mungkin kebeban (tandu dan sebagainya) yang akan diangkat. Kaki
menjadi tumpuan utama saat mengangkat. Jarak antara kedua kaki yang paling
baik saat mengangkat adalah berjarak sebahu kita. Kenali kemampuan diri sendiri
bila merasa tidak mampu, mintalah pertolongan petugas lain, dan jangan
memaksakan mengangkat karena akan membahayakan penderita, pasangan dan
kita sendiri.
Panduan Dalam Pengangkatan Penderita
1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilailah beban yang
akan diangkat secara bersama, dan bila merasa tidak mampu, jangan
paksakan, selalu komunikasi secara teratur dengan pasangan kita
2. Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sebelahnya
3. Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat, punggung harus selalu
dijaga lurus
4. Tangan yang memegang menghadap kedepan. Jarak antara kedua tangan yang
memegang (misalnya tandu) minimal 30 cm
5. Tubuh sedekat mungkin kebeban yang harus diangkat. Bila terpaksa, jarak
maksimal tangan kita ketubuh kita adalah 50 cm
6. Tangan memutar tubuh saaat mengangkat
7. Panduan diatas juga berlaku saat menarik atau mendorong penderita
Panduan Untuk Memindahkan Penderita
1. Pemindahan emergensi
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi
penderita dan penolong. Contoh :
- Ancaman Kebakaran
- Ancaman Ledakan
- Ancaman Bangunan runtuh
- Ancaman mobil terguling bensin tumpah
- Adanya bahan-bahan berbahaya
- Orang sekitar yang berprilaku aneh
Cara Pemindahan emergensi
a. Tarikan baju
Kedua tangan penderita harus diikat untuk mencegah naik kearah kepala
waktu baju ditarik. Bila tidak sempat, masukkan kedua tangan dalam
celananya sendiri.
b. Tarikan selimut
Penderita ditaruh dalam selimut, yang kemudian ditarik
c. Tarikan lengan
Dari belakang penderita, kedua lengan paramedik masuk dibawah ketiak
penderita, memegang
d. Ekstrikasi cepat
Dilakukan pada penderita dalam kendaraan yang harus dikeluarkan secara
cepat.
2. Pemindahan Non-emergensi
Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita
maupun penolong.
Teknik angkat langsung dengan tiga penolong:
- ke tiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika memungkinkan
beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera.
- penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan bahu, lengan
yang satu disisipkan dibawah punggung penderita.
- penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong penderita.
- penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut
penderita.
- penderita siap diangkat dengan satu perintah.
- angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan.
- sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain.
- letakkan kembali penderta diatas tandu dengan satu perintah yang tepat.
- jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6 teruskan dengan
memiringkan penderita ke dada penolong.
- berdiri secara bersamaan dengan satu perintah.
Teknik mengangkat tandu:
Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu
- Tempatkan kaki pada jarak yang tepat.
- Punggung harus tetap lurus.
- Kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap menghadap kedepan
dalam posisi netral.
- Genggamlah pegangan tandu dengan baik.
- Pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai poros dan
kekuatan konstraksi otot seluruhnya pada otot tungkai.
- Saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan selanjutnya.
Teknik angkat anggota gerak
Biasanya diperlukan dua penolong untuk melakukan teknik ini :
- Penolong pertama berada diposisi kepala penderita.
- Lakukan pengangkatan pada lengan penderita.
- Penolong yang lain berdiri diantara dua tungkai penderita, menyelipkan tangan
dan mengangkat ke dua lutut penderita.
- Dengan satu aba- aba kedua penolong dapat memindahkan penderita di lokasi
yang diinginkan.
Perlengkapan Untuk Pemindahan
1. Brankar (Wheeled Stretcher)
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Penderita selalu diselimuti
b. Kepada penderita/keluarga selalu diterangkan tujuan perjalanan
c. Penderita sedapat mungkin selalu dilakukan “strapping” (fiksasi) sebelum
pemindahan
d. Brankar berjalan dengan kaki penderita didepan kepala, kepala dibelakang,
supaya penderita dapat melihat arah perjalanan brankar. Posisi ini dibalik
bila akan naik tangga (jarang terjadi).
Sewaktu dalam ambulan menjadi terbalik, kepala didepan (dekat pengemudi)
supaya paramedik dapat bekerja (bila perlu intubasi dan sebagainya)
Pada wanita inpartu, posisi dalam ambulan boleh dibalik, supaya paramedik
dapat membentu partus.
e. Jangan sekali-kali meninggalkan penderita sendirian diatas brankar.
Penderita mungkin berusaha membalik, yang berakibat terbaliknya brankar
f. Selalu berjalan berhati-hati
2. Tandu sekop
Alat yang sangat bermanfaat untuk pemindahan penderita. bila ada dugaan
fraktur vertikal, maka alat yang dipilih adalah LSB (long spine board). Harus
diingat bahwa tandu sekop bukan alat transportasi dan hanya alat pemindah.
Waktu proses pengangkatan, sebaiknya 4 petugas, masing-masing satu pada
sisi tandu sekop, karena kemungkinan akan melengkung (alat ini mahal
harganya, karena terbuat dari logam khusus).
3. Long spine board
Sebenarnya bukan alat pemindahan, tetapi alat fiksasi. Sekali penderita di fiksasi
atas LSB ini. Tidaka akan diturunkan lagi, sampai terbukti tidak ada fraktur
vertikal, karena itu harus terbuat dari bahan yang tidak akan mengganggu
pemeriksaan ronsen.
Pemindahan penderita ke atas LSB memerlukan tehnik khusus yaitu memakai
“log roll” setelah penderita diatas LSB selalu dilakukan “Strapping”, lalu LSB
diletakkan diatas stretcher.
B. Pemberian Posisi Pada Pasien
1. Posisi Fowler
Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi
45°-60° tanpa fleksi lutut (posisi kaki lurus).
Tujuannya adalah untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan
dan kardiovaskular. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton
televisi).
Posisi ini sepertinya tidak terlalu rumit prosedur kerjanya karena hanya
memanfaatkan kecanggihan bed yang kepalanya bisa naik hingga 90° tapi kita harus
terlebih dahulu memutar porosnya supaya kepala bednya bisa naik.
Bagian tubuh yang perlu diberi penyangga atau bantal/selimut yang digunakan
untuk mensupport bagian tubuh yang tertindas adalah:
1. pada bagian lengan bawah, menggunakan bantal, jika lengan mengalami kelemahan.
Telapak tangan bisa supinasi atau pronasi, tergantung kenyamanan pasien.
2. pada bagian kaki, dari lutut hingga tumit, menggunakan bantal. Juga untuk
mencegah fleksi plantar bisa menggunakan footboart. Pada bagian paha juga perlu
menggunakan bantal kecil.
3. pada bagian kurva lumbal (bagian punggung yang mencekung), menggunakan
bantal kecil.
4. pada bagian leher (kolumna servikal), menggunakan bantal kecil.
2. Posisi Supinasi (Terlentang)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala
dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuannya adalah untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal
dan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak
tepat.
Posisi ini juga tidak terlalu rumit prosedur praktiknya (jika pasien/klien memang
sudah dari awal dengan posisi seperti ini). Rumitnya adalah ketika pasien dalam posisi
pronasi (telungkup) atau posisi lainnya.
Bagian tubuh yang perlu diberi penyangga pada posisi ini adalah:
1. pada bagian kepala dan bahu klien, letakkan bantal dengan ketebalan yang sesuai
kebutuhan.
2. pada bagian kaki hingga pergelangan kaki, letakkan bantal untuk mencegah
hiperekstensi lutut, menjaga tumit agar tidak menyentuh bed, dan mengurangi lordosis
lumbal.
3. pada bagian pinggul letakkan gulungan handuk untuk mencegah rotasi eksternal
pinggul.
4. pada bagian punggung (kurva lumbal) letakkan bantal kecil untuk mencegah fleksi
spinal lumbal.
5. pada telapak kaki letakkan footboart atau bantal untuk mencetak plantar fleksi (kulai
kaki).
3. Posisi Pronasi (Telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan
kepala menoleh kesamping.
Tujuannya adalah untuk memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul
dan lutut, mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut, dan
memberikan drainase pada mulut.
Bagian tubuh yang perlu diberi penyangga yaitu:
1. pada bagian kepala klien letakkan bantal kecil untuk menyejajarkan kepala dengan
badan dan mencegah fleksi lateral leher. JANGAN meletakkan bantal di bawah bahu
karena akan meningkatkan lordosis lumbal.
2. pada bagian abdomen atau rongga antara diafragma (atau payudara pada wanita)
dan illiac crest , letakkan bantal kecil atau gulungan handuk untuk mencegah
hiperekstensi lengkung lumbal, kesulitan bernafas, dan tekanan payudara pada wanita.
3. pada bagian lutut hingga pergelangan kaki letakkan bantal untuk mengurangi plantar
fleksi, bantal ini juga untuk memfleksikan lutut sehingga mencegah tekanan berlebihan
pada patella.
4. Atur posisi klien pada posisi anatomis normal sehingga tidak terjadi penekanan yang
berlebihan pada jari kaki.
4. Lateral (Side Lying) Position
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuannya adalah untuk mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment
punggung yang baik, baik untuk posisi tidur dan istirahat, dan membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Bagian tubvuh yang perlu diberi penyangga yaitu:
1. pada bagian kepala letakkan bantal supaya kepala dan leher sejajar, mencegah
fleksi lateral, dan ketidaknyamanan otot leher mayor.
2. letakkan bantal di bawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari
bahu serta penekanan pada dada.
3. letakkan bantal di bawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara
paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki.
Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas, terhadap kaki bawah.
4. letakkan bantal guling di belakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan
mencegah rotasi tulang belakang.
5. Posisi Sims (Semipronasi)
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien
berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi. Posisi ini
lengan bawah ada di belakang tubuh klien, sementara lengan atas didepan tubuh klien.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar,
mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter mayor pada klien yang mengalami
paralisis, dan untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area
perineal, serta untuk tindakan pemberian enema.
Posisi semi-telungkup (atau posisi Sims) sering digunakan untuk pasien paralisis
karena ini mengurangi tekanan pada bokong dan panggul. Banyak orang menemukan
posisi ini nyaman untuk tidur.
6. Posisi Trendelenburg
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki.
Tujuannya adalah untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
7. Posisi Dorsal Recumbent
Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan)
di atas tempat tidur.
Tujuan adalah untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.
8. Posisi Litotomi
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke
atas bagian perut.
Tujuan adalah untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan
memasang alat kontrasepsi.
9. Posisi Genu Pectoral (Knee Chest)
Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan adalah untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
10. Posisi Orthopnea
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien
duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan adalah untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan
memberikan ekspansi dada yang maksimal dan membantu klien yang mengalami
masalah ekhalasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian posisi dan pemindahan ini untuk mempertahankan kesejajaran
( alignment ) tubuh yang tepat, perawat harus dengan tepat mengangkat klien,
menggunakan teknik pemberian posisi yang tepat, dan memindahkan klien dengan
aman.
Tujuan dari ketrampilan ini adalah untuk mengajarkan perawat dan anggota
keluarga bagaimana mengangkat dan memindahkan klien yang mengalami kerusakan
mobilitas dengan aman dan tepat. Dan ada beberapa macam posisi seperti :
1. Posisi semi Fowler dengan sandaran
2. Posisi terlentang dengan sokongan
3. Posisi telungkup dengan sokongan
4. Posisi miring ( lateral ) dengan sokongan
5. Posisi Sim’s ( semitengkurap ) dengan sokongan
6. Posisi dorsal recumbent
B. Saran
Sebelum melakukan semua tindakan, perawat harus melakukan persiapan
termasuk mengkaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan pasien, perawat harus
menyiapkan alat dan bahan.Bila perawat memerlukan bantuan, harus menyiapkan
teman sejawatnya untuk membantu, perawat juga harus menginformasikan kepada
pasien, memberikan privasi pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and
Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC
Perry, Ame Griffin.2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar. Jakarta:
EGC.
Uliyati, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan dasar praktik
klinik kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC
Potter dan Perry,2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC