Kdk Stroke

of 71 /71

Click here to load reader

Embed Size (px)

description

kedokteran keluarga stroke

Transcript of Kdk Stroke

43

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA STROKEDiajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas DiponegoroDisusun oleh :MUHAMMAD RIEFKY PUTRA AGUSTIKHALIZA CITA KRESNANDA

HENDY PRATAMPUTRA H

DANISA DIANDRA SPRAKTEK KEDOKTERAN KLINIK KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya usia harapan hidup yang didorong oleh keberhasilan pembangunan nasional dan berkembangnya modernisasi serta globalisasi di Indonesia akan cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular. Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah sebesar 15,9% (usia 45-55 tahun) dan 26,8% (usia 55-64 tahun).1Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk, dan kecacatan 1,6% tidak berubah, 4,3% semakin memberat.2 Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia di atas 65 tahun sebesar 33,5%.3Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut, yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari.4Di satu sisi, modernisasi akan meningkatkan risiko stroke karena perubahan polah idup, sedangkan d sisi lain meningkatnya usia harapan hidup juga akan meningkatkan risiko terjadinya stroke karena bertambahnya jumlah penduduk usia lanjut.

Prinsip dasar diagnosis stroke telah diketahui dengan jelas.Namun penelusuran faktor risiko belum menjadi pedoman standar dalam pencegahan stroke selanjutnya.Oleh sebab itu, penelusuran faktor risiko pada pasien rawat dengan stroke harus diperhatikan.Setiap pasien stroke yang pulang dari perawatan maupun orang yang dicurigai berpotensi mengidap penyakit stroke, perlu diinformasikan mengenai faktor risiko yang dimiliki, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan awal terhadap faktor risiko pada kerabat dekat pasien.Untuk itu, diperlukan kemampuan dokter dalam mengenali kondisi klinis penderita dan memberikan terapi yang tepat, serta memberikan pembinaan pada penderita stroke dan keluarga. Upaya untuk memiliki keterampilan yang baik pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan tinjauan kasus kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang dilakukan dalam laporan kasus ini.

1.2 TujuanPada laporan kasus ini dibahas seorang wanita 55 tahun dengan stroke non-hemorragik. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan dan pembinaan penderita stroke non hemorragik melalui pendekatan keluarga.

1.3 Manfaat

Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita stroke non hemorragik.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STROKE

a) Definisi

Stroke menurut WHO didefinisikan sebagai gangguan fungsional pada otak yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam, baik fokal maupun global akibat adanya gangguan peredaran darah di otak yang dapat menyebabkan kematian.b) Klasifikasi

i) Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya

(1) Stroke Iskemik

(a) Transient Ischaemic Attack (TIA)(b) Trombosis serebri(c) Emboli serebri

(2) Stroke Hemorragik

(a) Perdarahan intraserebral

(b) Perdarahan subarachnoid

ii) Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu

(1) Serangan iskemik sepintas atau TIA

(2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

(3) Progressing Stroke atau Stroke in Evolution(4) Completed Strokeiii) Berdasarkan system pembuluh darah

(1) Sistem Karotis

(2) Sistem Vertebrobasilerc) Etiologii) Trombosis

(1) Aterosklerosis

(2) Vaskulitis

(3) Robeknya arteri

(4) Gangguan darah

ii) Embolisme

(1) Sumber di jantung

(2) Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri

(3) Keadaan hiperkoagulasi

iii) Vasokonstriksi

d) Faktor Risiko

i) Umur

ii) Hipertensi

iii) Diabetes Mellitus

iv) Hiperlipidemia

v) Penyakit Jantunge) EpidemiologiStroke menduduki peringkat ketiga di Indonesia setelah jantung dan kanker sebagai penyebab kematian manusia. Sebanyak 28,5 persen penderita stroke meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total, dan hanya 5 persen yang dapat sembuh total.f) Gambaran Klinisi) Timbul mendadak, timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului oleh gejala pendahuluan seperti nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan sebagainya.

ii) Menunjukkan gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh darah otak system karotis dan perlu lebih teliti pada observasi system vertebrobasiler meskipun prinsipnya sama.

iii) Kesadaran dapat menurun sampai oma terutama pada perdarahan otak sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.g) Patogenesisi) Patogenesis stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (thrombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian bekuan dapat terlepas pada thrombus vascular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui system arteri ke otak sebagai suatu embolus.Pangkal arteria karotis interna merupakan tempat tersering terbentuknya ateriosklerosis.Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak ateriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis.

ii) Patogenesis stroke hemorragik

Stroke haemorragik terjadi akibat tekanan darah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah otak atau stroke haemorragik yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral.

1. Perdarahan subarachnoidPatogenesis perdarahan subarachnoid yaitu darah keluar dari dinding pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan tersebar dengan cepat melalui aliran cairan otak kedalam ruangan di sekitar otak.Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya aneurisma di basal otak atau pada sirkulus willisii.Perdarahan subarachnoid timbul spontan pada umumnya dan sekitar 10% disebabkan karena tekanan darah yang naik dan terjadi saat aktivitas.2. Perdarahan intraserebralPatogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya struktur vascular yang sudah lemah akibat aneurisma yang disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah yang melebihi toleransi.Menurut Tole dan Utterback, penyebab perdarahan intraserebral adalah pecahnya mikroaneurisma Charcot-Bouchard akibat kenaikan tekanan darah.h) Diagnosisi) Anamnesis

Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.ii) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh, pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan jantung paru, abdomen, kulit, dan ekstremitas.

iii) Pemeriksaan Neurologis dan Skala Stroke

Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak, system motoric, sikap dan cara jalan, reflex, koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scales)5(AHA/ASA Guideline. Guidelines for the early management of adults with ischemic stroke. Stroke 2007; 38:1655-1711)2.4 Terapi Umum Stroke Akuta. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan

Pemantauan status neurologis secara rutin terhadap, status neurologis,nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan deficit neurologis yang nyata.6 Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen 20 menit, diulangi 4-6 jam dengan target 3/60

>3/60

Lapangan penglihatan

:

Normal

Normal

Melihat warna

:

Normal

Normal

Fundus okuli

:

Tidak dilakukan pemeriksaan

N III (OCULOMOTORIUS)

Kanan

Kiri

Sela mata

:

1,5 cm

1,5 cm

Pergerakan bulbus

:

Bebas

Bebas

Strabismus

:

-

-

Nystagmus

:

-

-

Eksoftalmus

:

-

-

Pupil Diameter

:

2,5 mm

2,5 mm

Bentuk

:

Bulat, isokor

Bulat, isokor

Reflek terhadap sinar

:

+

+

Reflek konvergensi

:

+

+

Reflek konsensual

:

+

+

Melihat kembar

:

-

-

N IV (TROCHLEARIS)

Kanan

Kiri

Pergerakan mata

:

Bebas

Bebas

Sikap bulbus

:

di tengah

di tengah

Melihat kembar

:

-

-

N V (TRIGEMINUS)

Kanan

Kiri

Membuka mulut

:

+

+

Mengunyah

:

+

+

Menggigit

:

+

+

Reflek kornea

:

+

+

Sensibilitas muka

:

+

+

N VI (ABDUSCENS)

Kanan

Kiri

Pergerakan mata ke lateral :

+

+

Sikap bulbus

:

di tengah

di tengah

Melihat kembar

:

-

-

N VII (FACIALIS)

Kanan

Kiri

Menutup mata

:

+

+

Memperlihatkan gigi

:

+

-

Bersiul

:

+

-

Mengerutkan dahi

:

+

+

Perasaaan lidah 2/3 depan:

tidak dilakukan pemeriksaan

N VIII (VESTIBULOKOKLEARIS)Kanan

Kiri

Tes Gesekan

:

+

+

Detik arloji

:

+

+

Suara berbisik

:

+

+

Test Rinne

:

tidak dilakukan pemeriksaan

Test Weber

:

tidak dilakukan pemeriksaan

Test Swabach

:

tidak dilakukan pemeriksaan

N IX (GLOSSOPHARYNGEUS)Kanan

Kiri

Perasa lidah 1/3 belakang:

tidak dilakukan pemeriksaan

Sensibilitas pharynx

:

tidak dilakukan pemeriksaan

N X (VAGUS)

Arcus pharynx

:

dalam batas normal

Bicara

:

dalam batas normal

Menelan

:

dalam batas normal

Okulokardiak

:

dalam batas normal

N XI (ACCESORIUS)

Kanan

Kiri

Mengangkat bahu

:

+

+

Memalingkan kepala

:

+

+

N XII (HYPOGLOSSUS)

Pergerakan lidah

:Dapat bergerak bebas

Tremor lidah

: -

Artikulasi

:dalam batas normal

Deviasi

:-

D.Badan dan Anggota Gerak

I.Badan

Motorik

Respirasi

:Thoracoabdominal

Duduk

:tegak

Bentuk columna vertebralis:dalam batas normal

Pergerakan columna vertebralis:bebas,normal

Refleks

Kanan

Kiri

Refleks kulit perut atas

:+

+

Refleks kulit perut tengah:+

+

Refleks kulit perut bawah

: +

+

Refleks kulit perut atas

:tidak dilakukan pemeriksaan

Sensibilitas

Kanan

Kiri

Sensibilitas taktil

:Berkurang

Normal

Perasaan nyeri

:BerkurangNormal

Termal

: NormalNormal

Diskriminasi dua titik

:NormalNormal

Perasaan lokalis

: NormalNormal

Posisi

:NormalNormal

Perasaan getar

: tidak dilakukan pemeriksaan

II.Anggota Gerak Atas (lengan)

Motorik

KananKiri

Pergerakan

:++

Kekuatan

:4/4/45/5/5

Tonus

: HipertonusNormotonus

Trofi

:EutrofiEutrofi

Refleks

Kanan

Kiri

Refleks biceps

:++

++

Refleks triceps

:++

++

Refleks radius

:++

++

Refleks ulna

:++

++

Refleks Hoffmann

:-

-

Refleks Tromner

:-

-

Sensibilitas

Kanan

Kiri

Sensibilitas taktil

:Normal

Normal

Perasaan nyeri

:berkurangNormal

Termal

: NormalNormal

Diskriminasi dua titik

:NormalNormal

Perasaan lokalis

: NormalNormal

Posisi

:NormalNormal

Perasaan getar

: tidak dilakukan pemeriksaan

III.Anggota Gerak Bawah

Motorik

KananKiri

Pergerakan

:++

Kekuatan

:4/4/45/5/5

Tonus

: HipertonusNormotonus

Trofi

:EutrofiEutrofi

Refleks

Kanan

Kiri

Refleks Patella

:+++

++

Refleks Achilles

:++

++

Refleks Babinsky

:-

-

Refleks Chaddock

:-

-

Refleks Schaefer

:-

-

Refleks Oppenheim

:-

-

Refleks Gordon

:-

-

Refleks Gonda

:-

-

Refleks Bing

:-

-

Refleks Mendel-Bechterew:-

-

Refleks Rossolimo

:-

-

Klonus Paha

: -

-

Klonus Kaki

:-

-

Test Lasegue

:-

-

Test Kernig

:-

-

Sensibilitas

Kanan

Kiri

Sensibilitas taktil

:Normal

Normal

Perasaan nyeri

:BerkurangNormal

Termal

: NormalNormal

Diskriminasi dua titik

:NormalNormal

Perasaan lokalis

: NormalNormal

Posisi

:NormalNormal

Perasaan getar

: tidak dilakukan pemeriksaan

E. Koordinasi, GAIT, dan Keseimbangan

Cara berjalan

: Hemiparetik gaitTest Romberg

: tidak dilakukan pemeriksaanAtaxia

: tidak dilakukan pemeriksaanDisdiadokokinesia

: tidak dilakukan pemeriksaanRebound phenomenon

: tidak dilakukan pemeriksaanDismetri

: tidak dilakukan pemeriksaanF. Gerakan-gerakan abnormalTremor

:-

Athethose

:-

Myocloni

:-

Chorea

:-

G. Alat vegetatif

Miksi

:Dalam batas normal

Defekasi

:Dalam batas normal

Ereksi

:tidak dilakukan pemeriksaan

H. Test TambahanTest Nafziger

:tidak dilakukan pemeriksaan

Test Valsava

: tidak dilakukan pemeriksaanJ. Diagnosis Kerja

Diagnosis klinis : Hemiparesis dextra spastik,

Asimetri wajah (Parese N VII sentral)Diagnosis topis :Daerah otak yang mendapat pendarahan arteri

lentikulostriata

Diagnosis etiologis : Suspek Stroke non HemoragikK. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang

Tidak adaL. Rencana Penatalaksanaan

1. Tatalaksana medikamentosa: -

2. Tata laksana non medikamentosa:

Terapi edukasi penderita:

Menyarankan penderita untuk kontrol rutin ke dokter guna memantau tekanan darah dan gangguan akibat susunan saraf pusat Menyarankan untuk minum obat yang diberikan oleh dokter dengan teratur dan sesuai petunjuk dokter dalam meminum obat

Menyarankan untuk melakukan perubahan pola makan dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani, dan diet rendah garam

Menyarankan untuk mengurangi kebiasaan makan makanan bersantan, asin, dan jeroan Menyarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik, misalnya seperti olah raga ringan atau berjalan selama 30 menit

Menyarankan untuk melakukan istirahat cukup Menyarankan penderita untuk mengikuti program fisioterapiTerapi edukasi keluarga:

Menyarankan kepada suami penderita untuk mengawasi dan mendampingi penderita dalam hal minum obat dan kontrol teratur

Menganjurkan kepada anak penderita untuk memasakkan makanan yang sesuai dengan pola diet bagi penderita darah tinggi

Menyarankan kepada suami untuk selalu memotivasi istrinya untuk menjalankan pola hidup sehat seperti menghentikan kebiasaan makanmakanan tinggi lemak dan istirahat cukup. Mengedukasi kepada pasien dan keluarga tentang diet khusus pasien stroke yaitu Energi yang cukup, yaitu 24-45 kkal/kgBB Protein cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB Lemak cukup, yaitu 20-25% kebutuhan energi total, batas kolesterol kurang dari 300 mg Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% Cukup vitamin A, riboflavin, vitamin B6,B12,C,E, Asam Folat Cukup mineral, seperti kalsium, magnesium, dll Konsumsi serat yang cukup Cairan cukup, yaitu enam sampai delapan gelas sehari Mengedukasi kepada pasien dan keluarga tentang olahraga khusus pasien stroke yaitu Berjalan kaki Latihan berjalan di air Senam aerobicM. Hasil Penatalaksanaan Medis

Keluhan lemah anggota gerak kanan dirasakan berkurang setelah minum obat secara teratur dan mengikuti saran yang diberikan. Saat kunjungan rumah (tanggal 19 November 2015) keadaan kesehatan sudah membaik dibandingkan sebelumnya. Saat ini penderita mengeluh lemah anggota gerak kanan. Anggota kanan hanya mampu melawan tahanan ringan. Penderita juga mengeluh rasa kesemutan pada anggota gerak kanan.Faktor Pendukung:-Penderita mengikuti saran untuk minum obat secara rutin dan teratur.

- Tekanan darah penderita turun.

- Gejala akibat gangguan susunan saraf pusat menurun. Penderita beristirahat cukup. Penderita memulai pola makan sesuai saran yang dianjurkan. Anak penderita bersedia menjadi pendamping minum obat dan penyedia makanan yang sesuai dengan diet bagi penderita stroke.

Faktor Penghambat:-Pasien tidak bisa menghentikan kebiasaan makan makanan bersantan.Indikator Keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola makan sesuai saran yang dianjurkan.IV. Permasalahan pada penderita

Tabel 2. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No.Resiko & masalah kesehatanRencana pembinaanSasaran

1.Tekanan darah tinggi-Memberikan edukasi agar berobat ke pelayanan kesehatan

-Memberikan edukasi mengenai faktor risiko, komplikasi jika tidak diobati dan minum obat tidak teratur.Pasien dan keluarga

2.Kelemahan anggota gerak kanan-Memberikan edukasi mengenai gejala sisa akibat stroke dan perlu dilakukan latihan untuk memperbaiki gejala sisa tersebut

-Menyarankan untuk fisioterapiPasien

3.Gaya hidup tidak sehat (suka mengkonsumsi makanan asin)Mengedukasi dan memberikan contoh diet untuk hipertensiPasien dan keluarga

4.Merasa belum begitu penting untuk rutin minum obat.-Memberi penjelasan bahwa penggunaan obat yang tidak sesuai dengan petunjuk dokter tidak akan memberikan efek terapi seperti yang diharapkan

-Menjelaskan bahwa penyakit stroke adalah penyakit yang perlu evaluasi secara rutin untuk menilai perkembangan gejala sisa akibat strokePasien dan keluarga

IV. IDENTIFIKASI FUNGSI FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Biologis

Dari hasil wawancara dengan anak penderita diperoleh informasi bahwa penderita 9 bulan yang lalu tiba-tiba mengalami lemah anggota gerak kanan. Penderita hanya mampu menggeser anggota gerak kanan. Terdapat penurunan kesadaran. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu, namun tidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obat. Pola hidup penderita menunjang faktor risiko untuk terjadinya penyakit stroke diantarnya tekanan darah tinggi yang tak terkontrol, kebiasaan makan sehari-hari penderita yang banyak mengkonsumsi makanan tinggi garam dan lemak, serta paparan asap rokok dari anggota keluarga yang merokok 10 batang per hari.B. Fungsi Psikologis

Penderita merupakan istri kepala keluarga. Penderita tinggal dirumah bersama suami dan anak. Hubungan penderita dengan keluarga baik. Hubungan dengan tetangga di sekitar rumah baik. Penderita sering berkomunikasi dengan tetangga di sekitar rumah.

C. Fungsi Ekonomi

Penderita tidak bekerja. Pendapatan diperoleh dari pendapatan anak pasien yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

D. Fungsi Pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir penderita adalah tamat SD dan suami penderita adalah tamat SD, sehingga dimungkinkan penderita belum cukup mengetahui bahaya dari hipertensi dan komplikasinya.

E. Fungsi Religius

Penderita beragama Islam. Tersedia ruangan khusus di rumah untuk beribadah. Penderita dan istri rajin melakukan ibadah di rumah.

F. Fungsi Sosial Budaya

Penderita bersosialisai dengan lingkungan di sekitar rumah. Hubungan dengan tetangganya terjalin cukup baik.G. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita dalam menghadapi masalah selalu bercerita dengan suami dan anaknya.

V. POLA KONSUMSI PENDERITA

Kebiasaan makan sehari 3 kali dengan menu makan sehari-hari tidak tetap. Menu makanan yang biasa disediakan adalah nasi dengan lauk pauk seperti ikan asin, telor, sayur-sayuran, sedangkan untuk daging dan ayam penderita jarang mengkonsumsinya. Penderita sering mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang dan salak. Dalam seminggu penderita mengkonsumsi buah-buahan tersebut dengan frekuensi minimal 2 kali.

VI. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan rumah dilakukan pada Senin,19 November 2015 pukul 15.00 WIB

Keadaan RumahUkuran

:20 m x 8 mPenghuni

:5 orang (penderita, suami, dan anak)

Halaman rumah

:tanah

Pekarangan rumah : latar tanah

Dinding rumah

:tembokLantai rumah

: sebagian keramik sebagian plaster dan sebagian tanahAtap

:genting

Ruangan

: 1 ruang untuk ruang tamu,2 kamar tidur, ruang ibadah, dapur dan ruang makan, serta keluarga menggunakan kamar mandi sendiri di dalam rumah.Ventilasi

:jendela 6 buah di bagian depan, ukuran 60cm x 40cm

Dan 1 jendela ukuran 40cm x 50 cm pada masing-masing kamar tidur.Pencahayaan:cukupKebersihan:kurangSumber air:untuk minum dan masak menggunakan air PAM, sedangkan mandi dan cuci menggunakan air sumur pompa listrik, jumlah cukup.Tempat sampah:sampah dikumpulkan di bak sampah di belakang rumah lalu dibakar di pekarangan belakang rumah.VII. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Faktor Perilaku

Penderita memiliki kebiasaan makan tidak teratur dan cenderung tinggi garam dan berlemak dengan frekuensi makan 2-3x sehari. Penderita tidak pernah berolahraga karena kondisi fisik penderita yang sudah tua dan kelemahan anggota geraknya. Selain itu, penderita juga tidak rutin kontrol ke dokter dan tidak teratur minum obat.Penderita memiliki riwayat darah tinggi tak terkontrol sejak 20 tahun yang lalu.

B. Faktor Non Perilaku

Dilihat dari usia Ny. K (55 tahun) yang merupakan kelompok lanjut usia, dapat menjadi faktor risiko terjadinya stroke. Rumah penderita terletak di perkampungan, jarak antar rumah 1 meter, dan keadaan sekitar rumah kurang bersih. Rumah penderita berdinding tembok, ada 6 jendela. Ruangan terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, ruang ibadah, dapur dan ruang makan, serta 1 kamar mandi di dalam rumah. Sarana pelayanan kesehatan puskesmas cukup jauh jaraknya. Hal ini cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Pembiayaan biaya kesehatan penderita secara mandiri.

VIII. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGAA. Fungsi Biologis

Penderita pernah memiliki riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu dan riwayat stroke 9 bulan yang lalu.B. Fungsi Psikologis

Hubungan penderita dengan keluarga baik. Hubungan penderita dengan tetangga di sekitar rumahnya terjalin baik.

C. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Ekonomi cukup.D. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir penderita adalah tamat SD, sehingga belum begitu mengetahui bahaya dari stroke dan komplikasinya.

E. Fungsi Sosial

Dapat bersosialisasi dengan tetangga sekitar.F. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Tidak ada masalah.G. Faktor Perilaku

Pola makan tidak teratur dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah makanan tinggi garam dan berlemak. Penderita tidak pernahberolah raga. Penderita tidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obat. Anak penderita sering memasak makanan tinggi garam. Suami penderita mempunyai kebiasaan merokok sehingga penderita terpapar asap rokok.H. Faktor Non PerilakuSarana pelayanan kesehatan cukup jauh.IX. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

X. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

TanggalKegiatan yang DilakukanKeluarga

yang TerlibatHasil Kegiatan

16-11-2015Memberi penjelasan kepada penderita tentang stroke, meliputi penyebab, bahaya stroke, usaha mengatasi stroke, dan pencegahan komplikasi strokeMemberi penjelasan bahaya hipertensi tak terkontrol, merokok dan paparan asap rokok serta hubungannya dengan stroke.Penderita dan istriPenderita dan istri cukup memahami penjelasan tentang penyakit stroke yang diberikanSuami penderita belum mau berhenti merokok tetapi mau merokok diluar lingkungan keluarga.

16-11-2015Memberi penjelasan dan lembar panduan tentang diet bagi penderita strokeAnak penderitaIstri penderita menerima lembar panduan tentang diet bagi penderita stroke

XII. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

1.Tingkat pemahaman:

Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan cukup baik

2.Faktor pendukung:penderita dan suami dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan

sikap penderita dan istri kooperatif dan menangkap penjelasan yang diberikan

3.Faktor penyulit:

-Pasien belum memiliki motivasi untuk berhenti makan makanan tinggi garam dan lemak.

4. Indikator keberhasilan:

Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola makan sesuai saran yang dianjurkan dan berhenti merokok atau minimal merokok diluar lingkungan keluarga.DAFTAR PUSTAKA

1. Riskesdes Depkes. Proporsi Penyebab Kematian Pada Kelompok Umur 55-64 tahun Menurut Tipe Daerah. 2008

2. Sueridewi L. Hipertensi. Sebagai Faktor Risiko Stroke. Tesis Magister Epidemiologi Klinik. Universitas Indonesia. 1998.

3. Misbach J. Pandangan Umum Mengenai Stroke, dalam: Rasyid A, Soertidewi L editor. Unit Stroke: Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Balai Penerbit. Jakarta 2007.1-12

4. Misbach J, Ali W. Stroke in Indonesia: a First Large Prospective Hospital-Based Study of Acute Stroke in 28 Hospitals in Indonesia. Journal of Clinical Neuroscience. 2000; 8(3):245-9

5. AHA/ASA Guideline. Guidelines for the early management of adults with ischemic stroke. Stroke 2007; 38:1655-1711

6 . Ringleb PA et al. Guidelines for Management of Ischemic Stroke and Transient Ischemic Attack 2008. The European Stroke Organization (ESO) Executive Committee and the ESO Writing Committee

7.Anies. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran Yang Berprinsip Pencegahan. 2003. Semarang: IKM dan Kedokteran Pencegahan FK UNDIPLAMPIRAN 1.

DENAH RUMAH

Lampiran 2Pendekatan pada Pasien Geriatri

Pasien geriatri mempunyai bermacam penyakit kronis, oleh karena itu pemeriksaan status fungsional merupakan indikator prognosis yang paling baik. Status fungsional didefinisikan sebagai seberapa jauh pasien mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Perubahan pada fungsi merupakan pertanda dari adanya penyakit medis, gangguan kognitif tahap lanjut, perubahan dalam dukungan sosial, depresi, penyalahgunaan obat-obatan, atau kombinasinya. Perubahan-perubahan ini tidak boleh dianggap sebagai bagian dari menjadi tua. Dokumentasi status awal fungsional pasien sangat penting sehingga perubahan dapat diketahui.

WilayahInstrumenSensitivitasSpesifisitasWaktu (menit)CutpointKomentar

DemensiaMMSE79-100%46-100%9