Kdk Pp Makalah

60
BAB I PENDAHULUAN Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain lacenta previa, solusio lacenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Plasenta previa adalah placenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensi placenta previa 0,5%. Clark dkk (1985) melaporkan prevalensi placenta previa 0,3%. Nielson dkk (1989)dengan penelitian prospektif menemukan 0,33% 1

Transcript of Kdk Pp Makalah

Page 1: Kdk Pp Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-

60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5%

disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan

sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan

postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya

berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain lacenta previa, solusio

lacenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.

Plasenta previa adalah placenta yang implantasinya tidak normal, sehingga

menutupi seluruh atau sebagian ostium internum kasus ini masih menarik dipelajari

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang

masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka

kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di

RS Parkland didapatkan prevalensi placenta previa 0,5%. Clark dkk (1985)

melaporkan prevalensi placenta previa 0,3%. Nielson dkk (1989)dengan penelitian

prospektif menemukan 0,33% placenta previa dari 25.000 wanita yang bersalin di

Indonesia berkisar 2-7%, sedang di RS Sanglah kejadiannya 2,7%.

Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena persalinan

terpaksa; sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya oleh

proses persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal

sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan benar. Di samping

masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak

ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih

berturut-turut. Angka kejadian jenis abortus ini ialah 0,4% dari semua kehamilan.

Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapat kesulitan untuk

menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti

1

Page 2: Kdk Pp Makalah

sebelum waktunya, biasanya pada trimester pertama tetapi kadang-kadang pada

kehamilan yang lebih tua.

Bishop melaporkan frekuensi 0,41% abortus habitualis pada semua

kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada

seorang wanita yang mengalami abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%. Sebaliknya,

Warton dan Fraser dan Llewellyn-Jones memberI prognosis yang lebih baik, yaitu

25,9% dan 39%.

Bila menghadapi seorang ibu dengan riwayat abortus berulang maka harus

mempelajari kasus ini dengan baik dengan melakukan pendataan tentang riwayat

suami istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik

Perhatikan apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester kedua. Bila

terjadi pada trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari sesuai

kemungkinan etiologi atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada

trimester kedua maka faktor – faktor penyebab lebih cenderung pada faktor anatomis

terjadinya inkompetensi serviks dan adanya tumor (mioma uteri) serta infeksi yang

berat pada uterus atau serviks.

2

Page 3: Kdk Pp Makalah

BAB II

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. Sri Umiyati

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 37 tahun

Status Pernikahan : Menikah

Alamat :Dusun Jarakan, Desa Girirejo RT 001/RW 006, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : Tamat SLTP

Pekerjaan : Buruh pabrik

b. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. Mujiyono

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 tahun

Status Pernikahan : Menikah

Alamat :Dusun Jarakan, Desa Girirejo RT 001/RW 006, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan :Buruh perkebunan

3

Page 4: Kdk Pp Makalah

Keterangan:PerempuanLaki-laki

B. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung dan yang tinggal satu

rumah

No Nama

Kedudukan

dalam

Keluarga

JKUmur

(th)

Pendidika

nPekerjaan

Keteranga

n

1. Tn. Mujiyono Kepala keluarga

L 40 Tamat SD Buruh pabrik

Sehat

2. Ny. Sri Umiyati

Ibu rumah tangga

P 37 Tamat SLTP

Buruh pabrik

Pasien

3. Ahmad Miftahul Mizan

Anak L 10 Belum tamat SD

Pelajar Sehat

4

Page 5: Kdk Pp Makalah

Gambar 1. Pohon Keluarga

C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH

DILAKUKAN

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 26 Juni 2013

pukul 10.00 WIB hingga 12.30 WIB dan 27 Juni 2013 pukul 11.00 hingga pukul

12.30 di rumah pasien di Dusun Jarakan, Desa Girirejo RT 001/RW 006,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

a. Keluhan Utama

Keluar darah dari jalan lahir pada 11 hari yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Saat Kunjungan Pertama (26 Juni 2013)

Ibu G6P1A4 mengaku hamil 7 bulan. HPHT : 10 November 2012.

Mengaku riwayat keluar darah dari jalan lahir pada tanggal 15 Juni 2013. Ibu

mengaku keluar darah berwarna merah segar, kurang lebih sebanyak 2 pembalut.

Pasien juga menyangkal adanya mules-mules, nyeri perut, dan keluar air-air dari

jalan lahir. ANC teratur 6 kali di Posyandu dengan Tetanus toxoid 2 kali.

Dua hari setelah keluhan timbul, pada tanggal 17 Juni 2013 pasien

berobat ke bidan dan dirujuk ke RSUD Tidar. Pasien kemudian dirawat selama 1

minggu dengan diagnosis plasenta previa dan boleh pulang pada tanggal 24 Juni

2013.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

5

Page 6: Kdk Pp Makalah

Pasien pernah dirawat di RS 4 kali dan dilakukan tindakan kuretase

pada saat kehamilan kedua (2005), ketiga (2006), keempat (2007), dan kelima

(2010). Pasien mengaku tidak memiliki riwayat darah tinggi dan kencing manis

sebelumnya. Pasien mengaku memiliki riwayat hipertiroid sejak setelah kelahiran

anak pertama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Pasien mengatakan kedua orang tua pasien memliki penyakit kencing manis dan

sudah meninggal. Riwayat darah tinggi, penyakit jantung, asma dan alergi dalam

keluarga disangkal.

e. Riwayat Haid

Menarche : 15 tahun

Siklus haid teratur sekali sebulan selama 7 hari, banyaknya 2-3 kali

ganti pembalut.

HPHT : 10 November 2012

Taksiran Persalinan : 17 Agustus 2013

Riwayat penikahan : 18 tahun, satu kali

f. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah satu kali.

g. Riwayat KB

Pasien mengaku tidak menggunakan KB.

h. Riwayat kehamilan dan persalinan

Tabel 2. Riwayat Obstetri Pasien

6

Page 7: Kdk Pp Makalah

HamilKe

Abortus/Normal/SC

Kelamin Usia BB lahir PenolongTmpt lahir

Keadaan sekarang

1 Normal Laki-laki 10th 2700 gr Bidan Praktek Bidan

Sehat

2 Abortus usia kehamilan 2 bulan (2005)

- - - - - -

3 Abortus usia kehamilan 2 bulan (2006)

- - - - - -

4 Abortus usia kehamilan 2 ½ bulan (2007)

- - - - - -

5 Abortus usia kehamilan 3 bulan (2010)

- - - - - -

6 Hamil ini

PEMERIKSAAN FISIK (26 Juni 2013)

Keadaan umum : tampak sehat

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah: 90/70 mmHg TB : 150 cm

Nadi : 80 x/menit BB : 48 kg

Suhu : 37,00 C

Pernapasan : 24x/menit

Status Generalis

Kepala : Normocefali

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)

Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)

7

Page 8: Kdk Pp Makalah

Bibir : pucat (-), sianosis (-)

Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)

Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-), kelenjar

tiroid teraba membesar, konsistensi kenyal, ukuran 2cm x 2 cm

Thoraks :

Mammae : Simetris, hiperpigmentasi pada areola, benjolan (-), retraksi

puting (-).

Paru - paru

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada

pernafasan simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal,

retraksi (-/-)

- Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang

tertinggal, vokal fremitus simetris, sama kuat

- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar setinggi

ics V, peranjakan paru positive kira-kira satu sela iga

- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (+/+)

Jantung

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris

- Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 2 cm lateral dari garis mid

klavikularis kiri

- Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis

sternalis kiri setinggi ics IV, batas paru lambung sekitar ics VI, batas

jantung kiri setinggi ics V 2 cm garis midklavikularis kiri, batas atas

jantung kiri setinggi ics III pada garis sternalis kiri

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Lihat status obstretikus

Ekstremitas

8

Page 9: Kdk Pp Makalah

- Inspeksi: Bentuk normal simetris,deformitas (-), sianosis (-/-), edema

(-/-)

- Palpasi: Akral hangat, edema (-/-)

Status Obstetri

1. Abdomen :

Inspeksi : Simetris, membesar sesuai dengan kehamilan, striae

gravidarum (-)

Palpasi : Leopold I : TFU 27 cm, teraba satu bagian besar,

bulat, keras, melenting.

Leopold II :Kiri : teraba bagian keras memanjang

Kanan: teraba bagian-bagian kecil

janin

Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, tidak

melenting

Leopold IV : konvergen

His : -

Auskultasi : Djj : 140 bpm via monoaural laenec

2. Pemeriksaan dalam

Vaginal toucher : Tidak Dilakukan

HASIL LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Dilakukan 25 Februari 2013

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

No. Jenis Pemeriksaan Hasil

1. Hb 12,4 g/dl

9

Page 10: Kdk Pp Makalah

2. HbSAg -

3. Golongan Darah A

DIAGNOSIS KERJA

G6P1A4 umur 37 tahun, usia tua, UK 32 minggu

Janin tunggal hidup intra uteri, presentasi bokong, belum masuk PAP,

punggung kiri

Plasenta previa

Abortus habitualis

Riwaya hipertiroid

PENATALAKSANAAN

o Medikamentosa :

Tablet Fe

Asam Folat

o Nonmedikamentosa :

Pemeriksaan kehamilan secara berkala

Hindari aktivitas yang berlebihan

Pola makan dengan gizi seimbang

Rencana Sectio Caesarea ai placenta previa

Apabila ada perdarahan berulang segera menuju rumah sakit

HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS

Pasien mengurangi aktivitas yang berlebihan atau pekerjaan berat.

Faktor pendukung :

Pasien memiliki motivasi kuat dalam keberhasilan kehamilan saat ini

Pasien memiliki buku KIA dan rutin melakukan ANC

Pasien sudah mengurangi aktivitas sehari-hari atau pekerjaan berat

10

Page 11: Kdk Pp Makalah

Faktor penghambat:

Suami yang bekerja di pabrik

Anak pasien masih SD

Indikator keberhasilan :

Tidak ada perdarahan berulang sampai saat persalinan

D. TABEL PERMASALAHAN PADA PASIEN

Tabel 4. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No. Resiko & masalah

kesehatan

Rencana pembinaan Sasaran

1. Plasenta previa Edukasi untuk tirah baring dan

rencana partus per SC

Pasien dan

kelurga

2. Hipertiroid Melakukan rujukan ke dokter

spesialis penyakit dalam

Pasien dan

keluarga

E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi Biologis

Dari wawancara dengan penderita diperoleh keterangan bahwa penderita dan

keluarga tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

b. Fungsi Psikologis

Penderita tinggal bersama suami dan 1 orang anak kandungnya. Dimana

hubungan penderita dengan keluarga baik. Penderita selama kehamilan cuti bekerja

sehingga banyak menghabiskan waktu di rumah, dan banyak waktu bersama

keluarga.

c. Fungsi Ekonomi

Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh suami. Pendapatan perbulan

Rp 800.000. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti makan.

Pasien sudah memiliki Jaminan Persalinan (JAMPERSAL).

d. Fungsi Pendidikan

11

Page 12: Kdk Pp Makalah

Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SLTP.

e. Fungsi Religius

Penderita dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama

secara rutin (sholat).

f. Fungsi Sosial dan Budaya

Penderita dan keluarga tinggal di Dusun Jarakan, Desa Girirejo, di lingkungan

yang cukup bersih. Penderita dan keluarga dapat diterima dengan baik di lingkungan

rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Keluarga penderita tidak aktif dalam

kegiatan di lingkungan masyarakat desa.

F. POLA KONSUMSI PENDERITA

Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Penderita biasanya makan di rumah.

Jenis makanan dalam keluarga ini tidak bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut:

nasi, lauk (tahu, tempe, ikan), sayur (kangkung, bayam), air minum (air putih). Pasien

sangat jarang mengkonsumsi ayam atau daging. Air minum berasal dari PAM.

G. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

a. Faktor Perilaku

Pasien rutin kontrol kehamilan di bidan.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan fisik: Kebersihan di dalam rumah cukup. Pencahayaan di dalam

rumah sangat kurang dan sirkulasi udara tidak berjalan lancar. Sumber air

minum berasal dari PAM dan dimasak sebelum diminum. Di rumah pasien

menggunakan jamban jenis leher angsa. Untuk pembuangan limbah,

dibuang ke got, di rumah pasien tidak terdapat tempat pembuangan sampah,

kadang-kadang pasien mengumpulkan sampahnya lalu dibakar.

12

Page 13: Kdk Pp Makalah

Lingkungan non-fisik: Dari wawancara, pasien mengaku hamil lagi karena

dorongan dari lingkungan sekitar berupa stigma “banyak anak, banyak

rejeki”.

c. Faktor Sarana pelayanan kesehatan

Terdapat Puskesmas Tempuran yang berjarak 1 km dari dusun tempat

tinggal pasien.

d. Faktor keturunan

Tidak ada

H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

a. Gambaran Lingkungan Rumah

Rumah pasien terletak di Dusun Jarakan, Desa Girirejo, Kecamatan Temp

uran, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 7x 8 m2, bentuk

bangunan 1 lantai. Rumah tersebut ditempati oleh 3 orang. Secara umum

gambaran rumah terdiri dari 1 kamar tidur. 1 dapur terletak bersebelahan

dengan kamar tidur pasien dengan keluarganya. Rumah tidak mempunyai

langit-langit, dinding dari tembok tidak diplester, lantai terdiri dari semen.

Penerangan di dalam rumah kurang terang. Ventilasi dan jendela yang

kurang memadai, yaitu dengan luas < 10 % dan jarang dibuka. Sehingga

rumah menjadi kurang terang dan terasa lembab. Cahaya matahari tidak

masuk kedalam rumah. Tata letak barang di rumah tidak rapi. Sumber air

bersih dari PAM untuk minum maupun cuci dan masak. Air minum

dimasak sendiri. Rumahnya sudah memiliki jamban sendiri. Kebersihan

dapur kurang, tidak ada lubang asap dapur. Pembuangan air limbah ke got

dan saluran limbah mengalir lancar. Tidak ada tempat pembuangan

sampah. Jalan di depan rumah lebarnya 4 meter terbuat dari tanah. Kebersi

han lingkungan di sekitar rumah kurang.

13

Page 14: Kdk Pp Makalah

Kamar mandi

Gambar 2. Denah Rumah Pasien

I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi Biologis

·Pasien baru pertama kali mengalami penyakit ini.

·Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti penderita

b. Fungsi Psikologis

·Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik

·Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.

c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Kesan sosial ekonomi kurang, dilihat dari pekerjaannya.

14

Ruang Tamu

Ruang Keluarga

Ruang Makan

Dapur

Ruang Tidur

Gudang

Teras

Halaman Belakang

Page 15: Kdk Pp Makalah

d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya

Keluarha pasien termasuk keluarga yang taat beragama. Hubungan

keluarga dan pasien dengan tetangga baik, komunikasi berjalan dengan

lancar. Tidak terdapat keterbatasan hubungan antara pasien dan

masyarakat.

e. Faktor Perilaku

Pasien rutin kontrol ke bidan.

f. Faktor Non Perilaku

· Pasien tinggal di rumah yang pencahayaannya kurang baik dan

ventilasi udara di rumah kurang sehingga sirkulasi udara kurang baik

sehingga kebersihan kurang terjaga.

· Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup dekat. Jarak antara

rumah pasien dengan puskesmas 1 km.

J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

15

GENETIK

PERILAKU

LINGKUNGANPELAYANAN KESEHATAN

Bidan desa, dokter spesialis kandungan

STATUS KESEHATAN

Pasien rutin kontrol ke bidan

Stigma masyarakat “banyak anak banyak rejeki”

Ventilasi rumah dan pencahayaan kurang baik

Page 16: Kdk Pp Makalah

Gambar 3. Diagram Realita

K. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Tabel 5. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga

yang

terlibat

Hasil Kegiatan

26 Juni

2013

Melakukan pemeriksaan kepad

a pasien dan mengamati keada

an kesehatan rumah dan lingku

ngan sekitar

Pasien dan ke

luarga

Mendapatkan diagnosis ker

ja pasien, data keluarga

pasien, gambaran perilaku

kesehatan dan mengetahui

keadaan rumah pasien.

27 Juni

2013

Memberikan penjelasan

kepada pasien dan keluarga

pasien mengenai penyakit,

faktor risiko, penatalaksanaan

dan komplikasi plasenta previa

pada kehamilan.

Pasien dan

keluarga

Pasien dan keluarga pasien

dapat memahami

penjelasan yang diberikan.

L. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

1.Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan

cukup baik.

2. Faktor pendukung :

- Penderita dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan

yang diberikan tentang kesehatan ibu hamil khususnya tentang plasenta

previa

16

Page 17: Kdk Pp Makalah

- Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk tidak hamil lagi

3.Faktor penyulit : keadaan ekonomi yang kurang, tingkat pendidikan yang

rendah dan faktor lingkungan non-fisik yang tidak mendukung.

4.Indikator keberhasilan : pasien mengetahui perilaku yang tidak baik untuk

kesehatan dan hubungannya dengan penyakit yang diderita pasien, serta

mencegah untuk keadaan yang lebih buruk.

17

Page 18: Kdk Pp Makalah

BAB III

PLASENTA PREVIA

A. DEFINISI

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada

keadaan normal plasenta terletak diatas uterus.

Plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae = di depan, vias = jalan), jadi

yang di maksud adalah plasenta implantasinya tidak normal sehingga menutupi

seluruh atau sebahagian jalan lahir (Ostium Uteri Internum).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik

melainkan fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu.

Umpamanya, plasenta previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah

menjadi plasenta previa pada pembukaan 8 cm.

Gambar 4. Jenis-jenis Plasenta Previa

18

Page 19: Kdk Pp Makalah

Beberapa klasifikasi plasenta previa:

a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm

1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta

menutupi seluruh ostea.

2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan

ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :

2.1 Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea

bagian belakang.

2.2 Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea

bagian depan.

2.3 Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir

ostea yang ditutupi plasenta.

b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :

1. Plasenta previa totalis ; seluruh ostea ditutupi uri.

2. Plasenta previa partialis ; sebagian ditutupi uri.

3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir

pembukaan Pada periksa dalam tak teraba.

c. Menurut Browne:

1. Tingkat I, Lateral plasenta previa :

Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun

tidak sampai ke pinggir pembukaan.

2. Tingkat II, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir

pembukaan (Ostea).

1. Gejala klinis

19

Page 20: Kdk Pp Makalah

a. Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa

rasa nyeri dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah

segar.

b. Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan

letak janin.

c. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak

fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga

pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya

(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

d. Janin biasanya masih baik.

2. Pemeriksaan in spekulo

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari

ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila

perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus

dicurigai.

3. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Dapat dilakukan dengan radiografi, radio sotop dan ultrasonografi. Akan

tetapi pada pemerikasaan radiografi clan radiosotop, ibu dan janin

dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan.

Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan

cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.

4. Penentuan letak plasenta secara langsung

Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan

perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.

Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan

lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan

melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI

untuk meraba adanya jaringan plasenta.

20

Page 21: Kdk Pp Makalah

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui

pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Disebut plasenta previa totalis apabila

seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta; plasenta previa parsialis apabila

sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta; dan plasenta previa marginalis

apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang letaknya

abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan

jalan lahir, disebut plasenta letak rendah. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4

cm di atas pinggir pembukaan jalan lahir.

Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic melainkan

fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta

previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa

parsialis pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi seperti ini tidak akan terjadi dengan

penanganan yang baik.

C. FREKUENSI

Kejadian plasenta previa sekitar 0,3% sampai 0,6% dari persalinan, sedangkan di

rumah sakit lebih tinggi, karena menerima rujukan dari luar.

D. ETIOLOGI

Mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat

diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atropi pada

desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah

selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk

sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi.

Menurut Kloosterman (1973), Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang

berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan

primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun; pada grande multipara yang

berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grande

multipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

21

Page 22: Kdk Pp Makalah

Tabel 5. Hubungan frekuensi plasenta previa dengan umur ibu dan paritasnya di

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta(1971-1975)

Umur Primigravida (%) Multigravida (%)

15-19 1,7 1,6

20-24 2,3 6,9

25-29 2,9 7,9

30-34 1,7 9,7

35- 5,6 9,5

Jumlah 2,2 7,7

Angka-angka dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tabel diatas

menunjukkan bahwa frekuensi plasenta previa meningkat dengan meningkatnya

paritas dan umur.

Berlainan dengan angka-angka yang dikemukakan oleh Kloosterman (1973), di

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Frekuensi plasenta previa pada primigravida

yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 2 kali lebih besar dibandingkan dengan

primigravida yang berunur kurang dari 25 tahun ; pada para 3 atau lebih yang

berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 3 kali lebih besar dibandingkan dengan para 3

atau lebih yang berumur kurang dari 25 tahun.

Tabel 6. Hubungan frekuensi plasenta previa dengan paritas ibu di Rumah Sakit Dr.

Cipto Mangunkusumo, Jakarta

(1971-1975)

Paritas Frekuensinya (%)

0 2,2

1-3 6,2

4-6 8,6

22

Page 23: Kdk Pp Makalah

7- 10,3

Jumlah 5,9

Faktor Predisposisi :

1. Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).

2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik

dan inflamatorotik.

3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,

Kuret, dll).

4. Chorion leave persisten.

5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima

hasil konsepsi.

6. Konsepsi dan nidasi terlambat.

7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis

E. GAMBARAN KLINIK

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan

pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau

bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan

berakibat fataL. Akan tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu banyak daripada

sebelumnya, apalagi jika sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun

perdarahan sering dikatakan terjadi dalam triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang

pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah

terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,

Segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka.Apabila

plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan

pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa

terlepasnya sebagian palsenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi

23

Page 24: Kdk Pp Makalah

perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang

disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber

perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari

dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta . Perdarahannya

tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus

untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot

uterus menghentikan perdarahan pada kala 3 dengan plasenta yang letaknya normal.

Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

F. DIAGNOSIS

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa

penyebabnya ialah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu salah. Penentuan jenis

plasenta previa dapat dilakukan dengan USG dan pemeriksaan dalam atau spekutum

di kamar operasi

a. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa

nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak

dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.

b. Pemeriksaan luar

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila

persentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung di atas pintu atas panggul

atau mengolak ke samping, dan sukar di dorong ke dalam pintu atas panggul.

Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seprti letak lintang atau letak

sungsang.

c. Pemeriksaan in spekulo

24

Page 25: Kdk Pp Makalah

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perdarahan berasal

dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio

porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva dan

trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta

previa harus dicurigai.

Penanganan letak plasenta secara langsung. Untuk menegakkan diagnosis

yang tepat tentang adanya dan jens palenta previa ialah langsung meraba plasenta

melalui kanalis servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena

dapat menimbulkan perdarahan banyak. Oleh karena itu pemeriksaan melalui

kanalis servikalis hanya dilakukan apabila penanganan pasif ditinggalkan, dan

ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan siap

operasi. Pemeriksaan dalam di meja operasi dilakukan sebagai berikut.

Perabaan formises. Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam

presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas

panggul, perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa

lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta; dan akan terasa padat

( keras). Apabila antara jari dan kepala janin tidak terdapat palsenta. Bekuan

darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta. Plasenta yang tipis mungkin

tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului pemeriksaan melalui

kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama ada tidaknya plasenta previa.

Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah terbuka,

perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, dengan

tujuan kalau-kalau meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon plasenta teraba,

segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan sekali-kali

berusaha menyelusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan

terlepas dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan banyak.

25

Page 26: Kdk Pp Makalah

d. Pemeriksaan Ultrasonografi

Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum pada 30%

kasus. Dengan perkembangan segmen bawah rahim, sebagian besar implantasi

yang rendah tersebut terbawa ke lokasi yang lebih atas.

Penggunaan color Doppler dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan.

USG transvaginal secara akurat dapat menentukan adanya plasenta letak rendah

pada segmen bawah uterus.

Gambar 5. Gambaran Ultrasonografi plasenta previa

G. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa, laserasi

serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat

dengan inspekulo.

Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal selain di tengah

plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang servix. Vasa previa

merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan

vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh

darah yang mengancam janin. Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh

darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau

26

Page 27: Kdk Pp Makalah

amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung

janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi

ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.

H. PENATALAKSANAAN

Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, dirawat

di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena

pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan

pemberian infus atau tranfusi darah.

Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :

• Keadaan umum pasien, kadar Hb.

• Jumlah perdarahan yang terjadi.

• Umur kehamilan/taksiran BB janin.

• Jenis plasenta previa.

• Paritas dan kemajuan persalinan

a. Penanganan Ekspektif

Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

- Perdarahan sedikit

- Belum ada tanda-tanda persalinan

- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.

Rencana Penanganan :

1. Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis

2. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin

3. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.

4. Awasi tanda vital ibu, perdarahan, dan detak jantung janin.

5. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

27

Page 28: Kdk Pp Makalah

MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/hari

Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

1. Uji pematangan paru janin dengan test kocok dari hasil amniosentesis

2. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar

ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga

perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat darurat

3. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di

luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)

4. Terapi aktif (tindakan segera)

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan

banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

b. Penanganan aktif

Kriteria :

• umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.

• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.

• Ada tanda-tanda persalinan.

• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.

Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum,

dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah

terpasang.

c. Indikasi Seksio Sesarea :

1. Plasenta previa totalis.

2. Plasenta previa pada primigravida.

3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang

28

Page 29: Kdk Pp Makalah

4. Anak berharga dan fetal distres

5. Plasenta previa lateralis jika :

• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.

• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.

• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).

6. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

d. Partus per vaginam

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan

anak sudah meninggal atau prematur.

1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah

(amniotomi) jika hid lemah, diberikan oksitosin drips.

2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.

3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan

perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap

plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau

sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.

Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyaknya perdarahan, umur kehamilan

dan derajat plasenta previa. Setiap ibu yang dicurigai plasenta previa hams dikirim ke

rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Sebe- lum

penderita syok, pasang infus NaCl/RL sebanyak 2 -3 kali jumlah darah yang hilang.

Jangan melakukan pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan

memperbanyak perdarahan

dan menyebabkan infeksi

. Bila usia kehamilan kurang 37 minggu/TBF < 2500 g: Perdarahan sedikit

keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan konservatif sampai umur

kehamilan aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan

tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tak ada perdarahan pasien mobilisasi

29

Page 30: Kdk Pp Makalah

bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tak ada perdarahan pasien boleh pulang.

Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika

terjadi perdarahan. Nasihat ini juga dianjurkan bagi pasien yang didiagnosis plasenta

previa dengan USG namun tidak mengalami perdarahan. Jika perdarahan banyak dan

diperkirakan membahayakan ibu dan janin maka dilakukan resusitasi cairan dan

penanganan secara aktif

Bila umur kehamilan 37 minggu/lebih dan TBF 2500 g maka dilakukan

penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara

pervagina/perabdominal. Persalinan pervagina diindikasikan pada plasentaprevia

marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pem-

bukaan 4 cm/lebih. Pada kasus tersebut bila tidak banyak perdarahan maka dapat

dilakukan pemecahan kulit ketuban agar bagian bawah anak dapat masuk pintu atas

panggul menekan plasenta yang berdarah. Bila his tidak adekuat dapat diberikan

pitosin drip. Namun bila perdarahan tetap ada maka dilakukan seksio sesar.

Persalinan dengan seksio sesar diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin

mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana perbukaan <4 cm atau servik belum

matang, plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan plasenta previa dengan

gawat janin. Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat

kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada

plasenta previa adalah:

1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan

anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.

2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk

dapat melukakan pertolongan lebih lanjut.

3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap

melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang

cukup.

Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:

- Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan

30

Page 31: Kdk Pp Makalah

- Sedapat mungkin diantar oleh petugas

- Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi ibu yang sering terjadi adalah perdarahan post partum dan syok karena

kurang kuatnya kontraksi segmen bawah rahim, infeksi dan trauma dan uterus/servik

1. Perdarahan dan syok.

2. Infeksi.

3. Laserasi serviks.

4. Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta berimplantasi terlalu dalam dan kuat

pada dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan

saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi

histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan

plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus lainnya

5. Prematuritas atau lahir mati

6. Prolaps tali pusar

7. Prolaps plasenta

Komplikasi bayi yang sering terjadi adalah prematuritas dengan angka kematian ±

5%

J. PROGNOSIS

a. Maternal

Dengan melakukan tindakan seksio sesar dan pemberian anaestesi oleh

tenaga kompeten, maka angka kematian dapat diturunkan sampai < 1%

b. Fetal

Mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa kira-kira

10%

31

Page 32: Kdk Pp Makalah

Meskipun persalinan prematur, solusio plasenta, cedera talipusat serta

perdarahan yang tak terkendali tak dapat dihindari, angka mortalitas dapat

sangat diturunkan melalui perawatan obstetrik dan neonatus yang ideal.

BAB IV

ABORTUS HABITUALIS

A. DEFINISI

Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi kehamilan pada usia kehamilan

dibawah 20 minggu. Abortus memiliki gejala pendarahan, keluarnya konsepsi, dan

mengalami kontraksi. Hal ini terjadi akibat adanya pembukaan dari mulut rahim atau

cervix. Penyebabnya antara lain adalah karena adanya kelainan kromosom dan

inkompeten cervix, dan konsepsi yang tidak baik. Hasil konsepsi yang tidak baik

akan dianggap sebagai benda asing oleh rahim dan akan dibuang. Usia sang ibu juga

nampaknya sedikit berpengaruh. Dari data yang ada, semakin tua usia sang ibu, maka

resiko untuk mengalami abortus juga semakin tinggi.1,2

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-

turut. Pada umumnya penderita tidak sukar hamil, tetapi kehamilannya berakhir

sebelum 28 minggu. Angka kejadian jenis abortus ini ialah 0,4% dari semua

kehamilan. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapat

kesulitan untuk menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung

terus dan terhenti sebelum waktunya, biasanya pada trimester pertama tetapi kadang-

kadang pada kehamilan yang lebih tua.

B. ETIOLOGI

Resiko berulangnya abortus setelah abortus I adalah 20% ; resiko setelah

abortus II adalah 25% dan resiko setelah abortus III adalah 30%.10

32

Page 33: Kdk Pp Makalah

Gambar 6. Etiologi abortus berulang

Defisiensi progesterone dan fase luteal

Faktor endokrin terlibat dalam RPL (Recurrent Pregnancy Loss) atau abortus

berulang sekitar 15% sampai 30% dari waktu. Cacat fungsional korpus luteum, atau

reseptor progesteron endometrium, dapat menyebabkan RPL. Pada pasien dengan

defisiensi fase luteal, kerugian umumnya terjadi sangat awal, di 4-7 minggu.

Progesteron dari korpus luteum diperlukan untuk mendukung kehamilan sampai

produksi progesterone di plasenta dimulai pada minggu kedelapan.

Gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda yang

berulang. Gangguan fase luteal bisa menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat

transport ovum terlalu cepat, motilitas uterus yang berlebihan, dan kesukaran dalam

nidasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik.

Progesteron yang dihasilkan dari korpus luteum sangat diperlukan untuk

keberhasilan implantasi dan pemeliharaan dari awal kehamilan sampai produksi

progesteron diambil alih oleh plasenta. Defek fase luteal telah digambarkan sebagai

33

Page 34: Kdk Pp Makalah

penyebab keguguran. Klasiknya, diagnosis diperoleh setelah biopsi endometrium

pada hari ke 26 atau hari ke 27 dari siklus yang lebih dari 2 hari keluar dari fase, dan

baru-baru ini, kadar konsentrasi progesteron midluteal <10 ng / mL telah diusulkan

untuk menegakkan diagnosis. Wanita dengan out-of-fase biopsi endometrium tidak

mampu menjaga reseptor pregesterone endometrium abnormal dan memiliki αvβ3

integrin, yang merupakan sebuah penanda penerimaan uterus. αvβ3 integrin biasanya

muncul dalam kelenjar endometrium pada hari siklus 20-21 selama implantasi.

Sebagian besar pasien, ketika diobati dengan progesteron atau suplemental dosis

rendah clomiphene sitrat, akan memiliki restorasi histologis endometrium yang

normal dan αvβ3 normal. Implantasi embrio yang lambat juga telah dikaitkan dengan

peningkatan tingkat keguguran.

Hormon tiroid yang abnormal

Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi

glandula tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu, pemeriksaan fungsi tiroid pada

wanita-wanita abortus berulang perlu dilakukan; pemeriksaan ini hendaknya

dilakukan di luar kehamilan.

Sindrom polikistik ovarium

Wanita dengan PCOS (Polycystic Ovarian Symdrome) memiliki kesulitan

mencapai kehamilan dibandingkan dengan populasi umum, tetapi sifat hubungan

antara PCOS dengan keguguran berulang belum jelas.

Wanita dengan sindrom polikistik ovarium (PCOS) telah diamati mengalami

peningkatan kadar hormone luteinizing, hormone androgen, dan resistensi insulin.

Meskipun etiologi masih belum jelas, peningkatan kejadian keguguran telah di catat

pada wanita yang telah didiagnosis dengan PCOS. Hiperinsulinemia telah diusulkan

sebagai penyebab yang mungkin. Beberapa bukti menunjukkan bahwa resistensi

insulin dikaitkan dengan peningkatan kadar homosistein plasma.

34

Page 35: Kdk Pp Makalah

Hiperinsulinemi pada PCOS adalah hipotesis untuk berkontribusi pada awal

keguguran selama kehamilan, dan dalam suatu siding, pemberian metformin selama

kehamilan untuk wanita dengan riwayat perdarahan menunjukkan dapat mengurangi

angka keguguran pada trimester pertama pada wanita dengan PCOS. Dalam

persidangan yang lebih besar, dari 2000 wanita dengan riwayat perdarahan berulang,

prevalensi PCOS adalah 40,7%. Kriteria yang cukup untuk menentukan wanita

dengan PCOS mempunyai prognosis yang baik atau buruk adalah kehamilan di masa

depan.

Diabetes mellitus

Diabetes melitus secara tradisional disebutkan dalam hubungan dengan peningkatan

tingkat aborsi, tetapi telah ditetapkan bahwa diabetes terkontrol dengan baik dengan

kontrol glukosa (dengan diet atau insulin) tidak meningkatkan risiko aborsi spontan.

Pasien dalam kontrol yang baik dengan pengobatan oral sebelum pembuahan akan

mungkin juga mendapatkan hasil yang meningkat. Diabetes dengan kontrol glikemik

yang kurang baik dihubungkan dengan meningkatnya risiko kehilangan kehamilan,

dan ada hubungannya langsung antara kadar hemoglobin A1C (HbA1C) dan tingkat

aborsi.

C. DIAGNOSIS

Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis.

Khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensi menunjukkan gambaran

klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks

tanpa disertai mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin yang biasanya

masih hidup dan normal. Apabila penderita datang dalam triwulan pertama, maka

gambaran klinik tersebut dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap

minggu. Penderita tidak jarang mengeluh bahwa ia mengeluarkan banyak lendir dari

vagina. Di luar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan

histerosalpingografi (HSG) yaitu ostium internumuteri melebar lebih dari 8 mm.

35

Page 36: Kdk Pp Makalah

Bila menghadapi seorang ibu dengan riwayat abortus berulang maka harus

mempelajari kasus ini dengan baik dengan melakukan pendataan tentang riwayat

suami istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik

Perhatikan apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester ke dua. Bila

terjadi pada trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari sesuai

kemungkinan etiologi atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada

trimester kedua maka faktor – faktor penyebab lebih cenderung pada faktor anatomis

terjadinya inkompetensi serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi yang

berat pada uterus atau serviks. Ikutilah langkah – langkah investigasi untuk mencari

faktor – faktor yang potensial menyebabkan terjadinya abortus spontan yang berulang

sebagai berikut:

a. Riwayat penyakit terdahulu

1. Kapan abortus terjadi. Apakah pada trimester pertama atau pada trimester

berikutnya adakah penyebab mekanis yang menonjol.

2. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat (naza).

3. Infeksi ginekologi dan obstetri.

4. Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome (thrombosis,

autoimmune phenomena, false-positive tests untuk sifilis)

5. Faktor genitik antara suami istri ( consanguinity ).

6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan

sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematurus

yang kemudian meninggal.

7. Pemeriksaan diagnostik yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.

b. Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan fisik secara umum

2. Pemeriksaan ginekologi

c. Pemeriksaan laboratorium

1. Kariotipe darah tepi kedua orang tua

2. Biopsi endometrium pada fase luteal

36

Page 37: Kdk Pp Makalah

3. Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid

4. Antibodi antiphospholipid ( cardiolphin, phosphatidylserine )

5. Lukpus antilogulan (“a partial thromboplastin time or Russell Viper Venom“)

6. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit

7. Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamdia) bila diperlukan.

D. DIAGNOSIS BANDING

95% perdarahan uterus pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, namun

perlu diingat diagnosa banding dari perdarahan pervaginam pada kehamilan muda

yaitu :

1. Kehamilan ektopik

2. Perdarahan servik akibat epitel servik yang mengalami eversi atau erosi

3. Polip endoservik

4. Mola hidatidosa

5. Karsinoma servik uteri (jarang)

6. Mioma submukosa pedunkularis

E. KOMPLIKASI

1. Perdarahan (hemorrhage)

2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh

tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.

3. Infeksi dan tetanus

4. Payah ginjal akut

5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh :

- Perdarahan yang banyak disebut syok septik

- Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik.

37

Page 38: Kdk Pp Makalah

F. PENATALAKSANAAN

Biasanya wanita dengan abortus habitualis datang ke dokter tidak lama setelah

ia mengalami abortus untuk sekian kalinya. Jika ia belum hamil lagi, hendaknya

waktu itu digunakan untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari

kelainan yang mungkin menyebabkan abortus habitualis itu.

Di samping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk bahan

penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami-istri, antara lain pemeriksaan darah dan

urine rutin, pemeriksaan golongan darah, faktor Rh, dan tes terhadap sifilis,

selanjutnya pada istri dibuat kurve harian glukosa darah dan diperiksa fungsi tiroid,

dan pada suami diperiksa fungsi sperma.

Pada wanita dengan abortus habitualis, yang datang dalam keadaan sudah

hamil lagi, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti di atas, kecuali yang dapat

mengganggu kehamilan.

Selain terapi yang bersifat kausal, maka penderita dengan abortus habitualis,

jika ia hamil, perlu mendapat perhatian khusus. Ia harus banyak istirahat, hal ini tidak

berarti bahwa ia harus tinggal terus di tempat tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha-

usaha yang melelahkan.

Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus adekuat

mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa

organogenesis pemberian obat-obat harus dibatasi, dan obat-obat yang diketahui

dapat mempunyai pengaruh jelek terhadap janin, dilarang. Khususnya di mana faktor

emosional memegang peranan penting, pengaruh dokter sangat besar untuk mengatasi

ketakutan dan keresahan.

Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid, atau

gangguan fase luteal.

38

Page 39: Kdk Pp Makalah

BAB V

KESIMPULAN

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Plasenta previa menyebabkan hambatan pada persalinan dan dapat membahyaakan

nyawa ibu dan janin. Keadaan ini termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi oleh

karena itu dibutuhkan antenatal care yang baik dan terpadu untuk mencegah

perdarahan berulang sampai terjadinya proses persalinan.

Salah satu faktor risiko terjadinya plasenta previa adalah multigravida. Maka

penting edukasi terhadap pasien dan keluarganya untuk merencanakan kehamian

sebaik-baiknya. Penggalakkan penggunaan alat kontrasepsi juga harus dilakukan

sebagai upaya untuk menekan angka kelahiran.

Pada pasien juga didapatkan abortus habitualis, yaitu abortus spontan yang

terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut. Salah satu penyebab abortus habitualis

adalah kelainan hormone tiroid, dimana pada pasien terdapat riwayat hipertiroid.

Maka menjadi penting agar, penatalaksanaan tidak hanya pada bagian obstetric saja,

tapi juga kelainan hipertiroidnya.

39

Page 40: Kdk Pp Makalah

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Antepartum Bleeding. Williams

Obstetrics. 20th ed. Norwalk: Appleton & Lange, 1997.

2. Chalik TMA. Plasenta Previa. Dalam: Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi.

Ed.1. Jakarta: Widya Medika, 1997. hal 129-143

3. Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.

4. Mochtar. R, Sinopsis Obstetri I, Ed. II, Jakarta, EGG, 1989,hal.300-311.

5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara/R.S

Dr. Pringadi Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-Ginekologi R.S.

Dr. Pringadi Medan, 1993, hal 6-10,

6. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999. hal 362-376. Perdarahan

Antepartum dalam: Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Elstar Offset Bandung, 1982. hal.

110-120 pp. 755-60.

7. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung. Obstetri

Patologi. Bandung: Elstar offset, 1982; 110-27.

8. Hariadi R. Abortus Spontan Berulang. Dalam : Ilmu Kedokteran Fetomaternal.

Edisi Perdana. Surabaya : Penerbit Himpunan Kedokteran Fetomaternal

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.; 2004. Hal. 326-34.

9. Wiknjosastro H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Dalam : Ilmu Kebidanan.

Edisi 3. Jakarta : Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. Hal. 309-

10.

40

Page 41: Kdk Pp Makalah

10. Wiknjosastro H. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam : Ilmu

Kandungan. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;

2008. Hal. 246-50

41