Lembar 2 Makalah Kdk 2

of 39 /39
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman sekarang berhadapan dengan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan kesehatan terdidik dengan baik. Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Teori sistem sangat penting dalam dunia keperawatan karena mempelajari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan yang terjalin pada perawat, dokter atau tim kesehatan lain akan berhasil secara sempurna apabila ada sikap saling menunjang dalam melakukan praktik keperawatan. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan, keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan. 1

Embed Size (px)

Transcript of Lembar 2 Makalah Kdk 2

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman sekarang berhadapan dengan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan kesehatan terdidik dengan baik. Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Teori sistem sangat penting dalam dunia keperawatan karena mempelajari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan yang terjalin pada perawat, dokter atau tim kesehatan lain akan berhasil secara sempurna apabila ada sikap saling menunjang dalam melakukan praktik keperawatan. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan, keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan. Para perawat diharapkan juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas sehingga masyarakat akan merasa didukung dan diperhatikan dalam meningkatkan kesehatan sehingga tidak ada perbedaan pendapat yang akan terjalin antara perawat dan klien. Di samping itu dalam menerapkan prinsipprinsip perubahan perawat harus menerapkannya secara bersama-sama dan tidak diskriminasi. Suatu perubahan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka. Apalagi bila seorang perawat berhasil menerapkan praktik kesehatan yang baik dalam masyarakat karena itu akan memudahkan seorang perawat dalam

1

menyelesaikan tugas. Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk memandang sesuatu sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen, elemen-elemen atau unit-unit yang saling berhubungan, saling berinteraksi, saling tergantung dalam mencapai tujuan. Pendekatan sistem meliputi cara berpikir tentang fenomena secara keseluruhan, metode atau teknik dalam memecahkan masalah atau pengambilan keputusan (kesadaran adanya masalah karena berbagai faktor). Namun sangat disayangkan bahwa sistem pelayanan kesehatan dalam keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga keperawatan yang kita miliki, tetapi terutama dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan profesional yang dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga ini. Oleh karena itu, tim penulis akan membahas tentang sistem pelayanan kesehatan khususnya keperawatan. 2. Perumusan Masalah 2.1 Bagaimana pelayanan keperawatan ditinjau dari konsep dan pendekatan sistem? 2.2 Bagaimana pelayanan keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia? 3. Tujuan Penulisan 3.1 Mampu mendefinisikan pengertian dan pendekatan sistem. 3.2 Mengidentifikasikan jenis sistem dan karakteristik dari setiap sistem. 3.3 Mampu menjelaskan jenis klien serta hak dan kewajiban klien. 3.4 Mampu membedakan jenis asuhan keperawatan dan peran perawat di berbagai tingkat pelayanan kesehatan. 3.5 Mampu menerapkan konsep dan pendekatan sistem pelayanan kesehatan bila suatu saat nanti melakukan praktik keperawatan. 4. Metode Analisis yang Digunakan

2

Metode analisis yang digunakan adalah dengan Colaborative Learning (CL). Setiap anggota kelompok diberi tugas untuk mencari materi yang telah dibagikan sebelumnya. Pekan berikutnya, setiap anggota berdiskusi dan berbagi informasi sesuai dengan materi yang ditugaskan. Tim penulis juga menggunakan PBL dalam menyelesaikan pertanyaan dari materi Sistem Pelayanan Kesehatan ini.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. KONSEP SISTEM Kumpulan komponen-komponen yang saling berinteraksi, saling bergantung dan secara bersama-sama bergerak untuk mencapai suatu tujuan. 1.2 Jenis-jenis Sistem (analisis dan desain sistem informasi, pendekatan terstruktur, 1995) a. Sistem Tertentu Sistem dimana operasi-operasi (input/output) yang terjadi didalamnya dapat ditentukan / diketahui dengan pasti. b. Sistem Tak Tentu Sistem yang input dan prosesnya dapat didefinisikan, tetapi output yang dihasilkan tidak dapat ditentukan dengan pasti (selalu ada sedikit kesalahan/penyimpangan terhadap ramalan jalannya sistem). c. Sistem Terbuka Sistem yang mengalami pertukaran energi, materi atau informasi dengan lingkungannya. Sistem ini cenderung memiliki sifat adaptasi, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga dapat meneruskan eksistensinya. d. Sistem Tertutup Sistem fisik di mana proses yang terjadi tidak mengalami pertukaran materi, energi atau informasi dengan lingkungan di luar sistem tersebut. e. Sistem Relatif Tertutup Sistem yang tertutup tetapi tidak tertutup sama sekali untuk menerima pengaruh-pengaruh lain. Sistem ini dalam operasinya dapat menerima pengaruh dari luar yang sudah didefinisikan dalam batas-batas tertentu . f. Sistem Buatan Sistem yang meniru kejadian dalam alam. Sistem ini dibentuk berdasarkan

1.1 Pengertian Sistem

4

kejadian di alam di mana manusia tidak mampu melakukannya. Dengan kata lain tiruan yang ada di alam. g. Sistem Alamiah Sistem yang dibentuk dari kejadian dalam alam. h. Manned System Sistem penjelasan tingkah laku yang meliputi keikut sertaan manusia. Sistem ini dapat digambarkan dalam cara-cara sebagai berikut : Sistem manusia-manusia. Sistem yang menitik beratkan hubungan antar manusia. Sistem manusia-mesin. Sistem yang mengikutsertakan mesin untuk suatu tujuan. Sistem mesin-mesin. Sistem yang otomatis di mana manusia mempunyai tugas untuk memulai dan mengakhiri sistem, sementara itu manusia dilibatkan juga untuk memonitor sistem. 1.3 Karakteristik sistem ((analisis dan desain sistem informasi, pendekatan terstruktur, 1995) 1.3.1 Komponen-komponen Komponen sistem atau elemen sistem dapat berupa : Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan sistem komputer terdiri dari sub sistem perangkat keras, perangkat lunak dan manusia. Elemen-elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem. Misalkan bila perangkat keras adalah sistem yang memiliki sub sistem CPU, perangkat I/O dan memori, maka supra sistem perangkat keras adalah sistem komputer. 1.3.2 Batas sistem Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu

5

sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut. 1.3.3 Lingkungan luar sistem Lingkungan dari sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. lingkungan luar yang mengutungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem. 1.3.4 Penghubung Penghubung merupakan media perantara antar subsistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu subsistem akan menjadi input untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan. 1.3.5 Masukkan Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa maintenance input dan sinyal input. Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Sinyal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. 1.3.6 Keluaran Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan6

diklasifikasikan

menjadi

keluaran

yang

berguna

dan

sisa

pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem. 1.3.7 Pengolah Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa barang jadi. 1.3.8 Sasaran atau tujuan Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya. 1.4 Pendekatan Sistem Pendekatan sistem diartikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai secara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya adalah suatu sistem operasi yang secara efektif dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks. Pada pendekatan umumnya ditandai oleh dua hal yaitu: Mencari semua faktor yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah.

Dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional.

Tiga

pola dasar

yang

menjadi pegangan

dalam penyelesaian

7

permasalahan dengan pendekatan sistem, yaitu: Sibernetik (goal oriented), artinya dalam penyelesaian permasalahan berorientasi pada tujuan. Tujuan ini diperoleh melalu ineed analysis (analisis kebutuhan). Holistik yaitu cara pandang yang utuh terhadap totalitas sistem, atau menyelesaikan permasalahan secara utuh, menyeluruh dan terpadu. Efektif, artinya lebih dipentingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan, bukan sekedar pendalaman teoritis. Suatu pendekatan sistem akan dapat berjalan dengan baik jika terpenuhi kondisi-kondisi berikut: Tujuan system didefinisikan dengan baik dan dapat dikenali jika tidak dapat dikuantifikasikan. Prosedur pembuatan keputusan dalam sistem riil adalah

tersentralisasi atau

cukup jelas batasannya.

Dalam perencanaan jangka panjang memungkinkan untuk dilakukan. Ada empat keuntungan penggunaan model dalam penelitian dengan

menggunakan pendekatan sistem yaitu: Memungkinkan melakukan penelitian yang bersifatlintas sektoral dengan ruang lingkup yang luas. Dapat melakukan eksperimentasi terhadap sistem tanpa mengganggu (memberikan perlakuan) tertentu terhadap sistem. Mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan danperbaikan terhadap sistem yang diteliti. Dapat dipakai untuk menduga(meramal) perilaku dan keadaan sistem pada masa yang akan datang.

8

1.5 Pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan (Fundamental of Nursing, edisi 4th, Potter Perry) Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, dimana pelayanan kesehatan mempunyai tujuan untuk penyembuhan atau masalah klien. Dalam mencapai tujuan tersebut, di perlukan suatu komponen pelengkap dimana komponen tersebut berupa masukan, proses dan keluaran. Serta mekanisme umpan balik pun sangat penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Klien yang memperoleh pelayanan keperawatan dari tugas kesehatan pasti akan memberikan respon terhadap pelayanan yang diberikan dan pada dasarnya pelayanan kesehatan akan membangun kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap individu agar dapat mewujudkan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sikap empati terhadap klien sangat berdampak baik dalam proses umpan balik memberikan pelayanan kesehatan. Dalam mekanisme umpan balik kita harus mempunyai konsep caring yang dapat meningkatkan kepercayaan klien dan mengurangi kecemasan klien, dengan seperti itu percaya sepenuhnya atas tindakan apapun yang dilakukan seorang perawat. Input atau masukan diatas bisa berupa tenaga kesehatan yaitu perawat bagaimana seorang perawat itu melakukan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan terhadap klien. 2. Sistem Klien (Buku Konsep Dasar Keperawatan, Asmadi, 2005) 2.1 Pengertian klien Klien adalah penerima asuhan keperawatan dan dapat didefinisikan sebagai individu, keluarga,komunitas atau kelompok yang lebih besar. Ahli teori mendefinisikan klien sebagai seseorang yang memiliki kebutuhan, status kesehatannya terganggu, kurang perawatan diri, adaptif yang mungkin berubah atau seseorang yang memiliki ketidakselarasan.individu menerima asuhan dalam cakupan keperawatan.

9

2.2 Jenis-jenis klien 2.2.1 Individu sebagai klien Individu adalah anggota keluarga yang unik, sebagai kesatuan utuh dari aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini perawat berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar individu karena kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, dan kurang kemauan kemandirian. 2.2.2 Kelompok dan masyarakat sebagai klien 2.2.2.1 Keluarga sebagai klien Keluarga merupakan kelompok individu yang memiliki hubungan yang erat secara kontinu sehingga terjadi interaksi satu sama lain baik dalam lingkungan sendiri,maupun masyarakat secara umum.adapun alasan keluarga menjadi fokus layanan kesehatan adalah sebagai berikut : Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah dan mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya. Masalah kesehatan dalam keluarga sangat berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota keluarga sangat berpengaruh pada seluruh keluarga. Keluarga berperan tetap sebagai pengambil keputusan dalam perawatannya. menuju

10

2.2.2.2 Masyarakat sebagai klien Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena interaksi antara manusia dan budaya didalam suatu lingkungan.masyarakat bersifat dinamis dan terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang mempunyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai. Masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 2.3 Hak dan kewajiban klien dalam sistem pelayanan kesehatan Asosiasi rumah sakit Amerika Serikat mempersembahkan A Patients Bill of Rights/ Pernyataan tentang hak-hak asasi pasien/klien (Fundamental of Nursing, edisi 4th, Potter Perry, hal. 91). Terdapat kurang lebih 12 hak asasi klien. (a) Hak untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan penuh hormat. (b) Hak untuk dan dianjurkan untuk memperoleh informasi (berhubungan dengan diagnose, tindakan pengobatan dan prognosis dari dokter) yang relevan, terbaru dan dapat dipahami oleh klien. (c) Hak membuat keputusan tentang perencanaantentang rencana perawatan sebelum dan selama tindakan pengobatan. (d) Hak untuk member petunjuk lanjutan (seperti keinginan untuk hidup, wali dalam pelayanan kesehatan atau kekuatan hukum untuk pelayanan kesehatan) yang menyangkut tindakan pengobatan. (e) Hak memperoleh privasi. (f) Hak untuk berharap bahwa semua komunikasi dan pencatatan berhubungan dengan perawatan dirinya dirahasiakan oleh pihak rumah sakit. (g) Hak untuk meninjau ulang catatan yang berhubungan dengan perawatan medisnya. (h) Hak untuk berharap bahwa dalam kapasitas dan kebijakan rumah sakit memberinya respon yang beralasan terhadap permintaannya. (i) Hak bertanya dan mendapatkan informasi adanya hubungan bisnis diantara rumah sakit/pihak lain yang mempengaruhi tindakan pengobatannya. (j) Hak untuk

11

menyetujui atau menolak dalam tindakan pengobatan dirinya. (k) Hak untuk mengarapkan perawatan berkelanjutan jika diperlukan. (l) Hak untuk mendapatkan informasi tentang kebijakan dan praktik di rumah sakit. Dalam Undang-undang Kesehatan klien memiliki kewajiban dalam pelayanan kesehatan. Kewajiban klien di rumah sakit adalah berkewajiban untuk menaati semua tata tertib yang berlaku di rumah sakit, klien wajib menginformasikan sejujurnya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit yang dideritanya, klien berkewajiban mematuhi segala intruksi yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang melayaninya, berkewajiban membayar segala administrasi yang ada di rumah sakit sebagai pembayaran atas jasa pelayanan dari ahli tenaga kesehatan/rumah sakit, dan berkewajiban memenuhi segala perjanjian yang ditandatanganinya. 3. Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran Keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan (Fundamental of Nursing, edisi 4th, Potter Perry). 3.1 Pelayanan kesehatan promotif dan preventif Pelayanan kesehatan promotif bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan : penyuluhan kesehatan masyarakat,peningkatan gizi,pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur,rekreasi dan pendidikan seks. Pelayanan kesehatan preventif memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu ,keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan seperti : imunisasi masal terhadap bayi dan anak balita, pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,puskesmas maupun kunjungan rumah,pemberian vitamin A, yodium ; pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui. Tingkat pencegahan terbagi atas 3 yaitu : Pencegahan primer : pencegahan pada tingkat ini dilakukan untuk

12

meningkatkan kesehatan dan melindungi klien dari penyakit. Hal ini dilakukan sebelum penyakit menunjukkan tanda dan gejalanya. Peningkatan ini dapat mencakup pemberian nutrisi dan perhatian terhadap perkembangan pribadi klien. Pencegahan kesahatan. sekunder Hal ini : pencegahan ketika yang suatu bertujuan penyakit untuk telah

mempertahankan kondisi klien yang mengalami masalah terhadap dilakukan menunjukkan tanda dan gejalanya. Pencegahan tersier : tingkat pencegahan ini terjadi satelah suatu penyakit menyebabkan kerusakan yang luas. Hal ini berhubungan dengan cara mengembalikan klien kepada fungsi yang maksimal disebabkan keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit tersebut. 3.2 Pelayanan kesehatan primer Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan kesehatan dari seluruh populasi. Model pelayanan kesehatan primer membutuhkan kerja sama antara para profesional kesehatan dan anggota masyarakat. Model ini menekankan pada promosi kesehatan, pemberian kebijakan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam masyarakat (Potter, Perry, 2009). Promosi kesehatan merupakan hal dasar dalam pelayanan kesehatan. Fokus promosi kesehatan adalah menjaga manusia selalu sehat melalui personal higiene, gizi baik, lingkungan bersih, olahraga yang rutin, istirahat, dan mengikuti kebiasaan hidup sehat. Dengan adanya program promosi kesehatan, maka masyarakat akan sadar tentang dampak negatif yang ditimbulkan suatu penyakit. Dan tentu saja hal tersebut berpengaruh pada turunnya risiko seseorang terkena penyakit sehingga dapat mengurangi kebutuhan untuk menggunakan sumber daya pelayanan kesehatan yang mahal. Contohnya yaitu pelayanan kesehatan di puskesmas (rumah sakit pratama). Jenis tenaga perawat pada jenis pelayanan ini adalah Ners dan perawat vokasional.

13

Pelayanan kesehatan membutuhkan peran serta perawat dalam menjalaninya. Dalam pelayanan kesehatan primer, perawat harus bisa menjadi seorang promotor bagi masyarakat untuk melakukan hal-hal yang tidak menimbulkan penyakit. Selain itu, seorang perawat juga harus mengontrol kegiatan klien, khususnya yang berada di rumah sakit. 3.3 Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier Proses awal yang dilakukan untuk pencegahan adalah dengan promosi kesehatan. Anggota masyarakat yang paling banyak tidak memiliki ansuransi kesehatan adalah kelompok dewasa muda dengan usia antara 19 dan 29 tahun (Collins, et all., 2006). Padahal kelompok usia ini rentan sekali dengan penyakit seperti obesitas, kehamilan dan HIV. Mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan biasanya menunggu lebih lama untuk berkonsultasi dengan dokter, sehingga penyakit yang mereka derita akan semakin parah dan membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih banyak. Akibatnya pelayanan kesehatan sekunder dan tersier juga memakan biaya yang lebih banyak. Perawatan sekunder mencakup pemberian pelayanan medis khusus oleh dokter spesialis atau rumah sakit yang dirujuk oleh dokter perawatan primer. Klien telah mengalami tanda dan gejala yang dikenali baik yang bersifat diagnosa atau yang yang memerlukan tindakan diagnosa lebih lanjut. juga memakan biaya lebih banyak. Pelayanan kesehatan sekunder yaitu rumah sakit dan klinik seperti RSCM yang termasuk rumah sakit tipe A. Dimana jenis tenaga perawat pada pelayanan sekunder adalah Ners spesialis,Ners dan Perawat vokasional. Perawatan tersier merupakan suatu tingkat perawatan yang memerlukan spesialisasi dan teknik yang tinggi untuk menentukan diagnosa dan mengobati masalah kesehatan yang rumit atau masalah kesehatan yang tidak biasa terjadi. Klien yang memerlukan perawatan tersier biasanya mengalami kondisi patologis yang luas dan seringkali disertai komplikasi. Jenis tenaga

14

perawatnya yaitu Ners spesialis/Subspesialis, Ners spesialis,Ners dan Perawat vokasional. Tempat-tempat pelayanan kesehatan sekunder dan tersier meliputi departemen darurat rumah sakit, sentra pelayanan darurat, unit pelayanan kritis, dan unit rawat jalan medis-operatif (Potter dan Perry, 2009). Perawat harus menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh anggota pelayanan kesehatan lain dalam lingkungan ini. Selain itu, perawat juga harus mampu berkomunikasi yang baik dengan klien dan menggunakan data-data yang diberikan klien sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan klien. Kepuasaan klien terhadap pelayanan kesehatan sekunder dan tersier merupakan hal yang penting dalam lingkungan ini. Klien mengharapkan pengobatan yang sopan dan menghargai dirinya. Mereka juga ingin terlibat dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Dan hal tersebut menandakan bahwa mereka sangat tidak menyukai perawat yang bekerja sendiri tanpa memberitahunya. Sehingga dalam lingkungan ini perawat harus mampu merespon kebutuhan klien secara cepat sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan. 3.4 Pelayanan Kesehatan Restoratif Pelayanan yang diberikan dalam tempat perawatan restoratif adalah pelayanan yang bertujuan untuk membawa klien pada tingkat kesehatan dan fungsi yang maksimal. Perawatan ini dapat dilaksanakan pada berbagai tempat.Pada beberapa hal, perawatan restoratif digunakan untuk membantu keluarga dalam memberi perawatan bagi anggota keluarga yang menderita penyakit terminal di rumah. Perawatan restoratif disebut juga dengan perawatan rehabilitas yang bertujuan untuk meminimalkan defisit fungsi residual dan memaksimalkan kapasitas residual. Anggota inti dari tim perawatan restoratif adalah klien,keluarga klien

15

dan orang yang berarti bagi klien, perawat dan dokter. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tim perawatan restoratif dapat berfungsi secara efisien yaitu : Harus ditentukan pemimpin dalam tim, komunikasi harus berlangsung secara efektif sering dan terdokumentasi, kolaborasi antara anggota tim harus dilakukan secara lengkap dan bersungguh-sungguh, dan penyelesaian konflik di antara berbagai disiplin ilmu harus dilakukan dengan cepat. Berbagai studi penelitian mencatat bahwa jika perilaku yang telah disebutkan sebelumnya dapat munculdalm tim ,maka pendekatan tim yang terdiri dari berbagai disipliln ilmu yang digunakan dalam perawatan restoratif dapat berjalan dengan efektif (OToole,1992). 3.5 Asuhan Berkelanjutan Pelayanan asuhan keperawatan berkelanjutan memberikan perawatan yang mendukung dan secara terus menerus untuk klien dengan masalah kesehatan kronik dan berjangka panjang. Asuhan berkelanjutan terdiri dari pelayanan yang diberikan kepada klien yang cacat fisik dan gangguan mental. Klien dan keluarga diberikan alternatif yang memungkinkan klien tetap berada di rumah, namun rumah sakit psikiatri harian menawarkan program terapeutik untuk individu maupun kelompok klien selama satu hari kerja. Banyak jenis pelayanan asuhan keperawatan berkelanjutan, misalnya pusat perawatan gerontologi (lansia), perawatan harian geriatrik, dan perawatan terminal. Tujuan dari asuhan berkelanjutan adalah untuk mengurangi beban keluarga dan keluarga dapat mendukung orang yang mereka cintai. Praktik perawat tingkat lanjut atau APN (Advance Practice Nurse) terdiri dari perawat spesialis klinik (Clinical Nurse Specialis [CNS]), perawat praktisi (Nurse Practitioners [NP]), serta perawat kebidanan dan perawat anestesi. APN dianggap memiliki pendidikan lebih tinggi dan lebih berpengalaman. Semua perawat ini harus memiliki sertifikasi. APN, terutama CNS, NP, dan perawat kebidanan memiliki kesempatan untuk

16

memimpin perawatan primer. APN memberikan perawatan primer melalui kerjasama dokter, namun bila perawat melakukan secara mandiri dapat lebih murah dan efektif. Hal ini dikarenakan perawat mengkaji klien dengan menggunakan pendekatan holistik dalam konteks keluarga, lingkungan sosial, dan membuat rekomendasi yang dapat memperbaiki kebiasaan sehat klien. Apabila terdapat perjanjian kolaborasi dengan dokter, perawat dapat memberikan resep obat dan melakukan tindakan untuk masalah kesehatan yang ada dalam daerah jangkauan praktik perawat. APN menanggung beban kasus klien, mengelola pelayanan kesehatan klien secara kontinuitas, dan memberi rujukan kepada dokter yang menjadi rekan kerja perawat apabila terjadi komplikasi masalah. 3.6 Peran Perawat diberbagai Tingkatan Pelayanan Kesehatan Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Perawat adalah mereka yang memilki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-undang Kesehatan No.23, 1992). Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. 3.6 Peran Perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 3.6.1 Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan Peran ini dapat dilakukan perawat dengan

mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan

17

dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan dievaluasi. 3.6.2 Peran sebagai advokat (pembela klien) Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam mengintrepretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. 3.6.3 Peran sebagai edukator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien. 3.6.4 Peran sebagai coordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. 3.6.5 Peran sebagai kolaborator Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatannya yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. 3.6.6 Peran sebagai konsultan tindakan yang tepat, kemudian dapat

18

Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. 3.6.7 Peran sebagai pembaharu (menciptakan perubahan) Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Peran perawat sebagai pembaharu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, sebagai berikut : - Kemajuan teknologi - Perubahan Lisensi-regulasi - Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan - Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan. 3.7 Peran perawat menurut Lokakarya Nasional 1983 3.7.1 Pendidikan dalam keperawatan. Bertanggung jawab dalam pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan, maupun kesehatan lainnya. 3.7.2 Pelaksana pelayanan keperawatan. Bertanggung jawab dalam memberi pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai dengan kompleks. Merupakan peran utama dari perawat untuk memberi askep yang profesional. 3.7.3 Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan. Bertanggung jawab dalam administrasi keperawatan baik di masyarakat maupun di institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

19

3.7.4 Peneliti dan pengembang keperawatan. Diharapkan sebagai pembaharu dalam institusi keperawatan, kegiatan dilakukan melalui riset dan penilitian. 3.8 Peran perawat menurut Schulman Hubungan perawat dengan pasien sama dengan ibu dan anak : - Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih sayang. - Melindungi dari ancaman bahaya. - Memberi rasa aman dan nyaman. - Memberi dorongan untuk mandiri

20

BAB III PEMBAHASAN

A.

Bagaimana pelayanan keperawatan ditinjau dari konsep sistem dan pendekatan sistem? Layaknya semua sistem, asuhan keperawatan mempunyai tujuan khusus.Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan klien.Namun perawat tidak dapat bekerja sendiri untuk mencapai tujuan tersebut. Pelayanan keperawatan sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan mempunyai komponen-komponen seperti sistem lain yang berupa input, proses, output, dan umpan-balik. Input dalam asuhan keperawatan adalah data atau informasi yang berasal dari pengkajian klien. Data itu sendiri terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data tersebut digunakan pada tahap selanjutnya yaitu proses, oleh karena itu dibutuhkan data akurat dari klien yang dapat mendukung proses keperawatan. Proses merupakan informasi tentang pelayanan keperawatan untuk klien dengan masalah kesehatan tertentu. Pada tahap kedua ini perawat mulai menggabungkan informasi kesehatan yang berhubungan dengan masalah klien yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Output merupakan hasil akhir dari sistem dan dalam hal asuhan keperawatan yaitu mengenai status kesehatan klien mengalami kemajuan atau tetap stabil. Umpan balik dalam asuhan keperawatan seperti hasil yang menggambarkan respon klien terhadap intervensi keperawatan.

B.

Bagaimana pelayanan keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia? Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Pelayanan dasar merupakan suatu kegiatan primer yang diberikan oleh tenaga ahli kesehatan kepada klien. Pelayanan rujukan merupakan pelayanan kesehatan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit/masalah kesehatan secara vertikal kepada unit yang

21

lebih mampu. Semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya memiliki tugas, di antaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan. Tujuan diadakannya pelayanan kesehatan menciptakan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Dalam pelayanan kesehatan di Indonesia juga terdapat tingkatan, strata dan lingkup pelayanan keperawatan (Ibu Prayetni, Kemenkes), yaitu 1. Strata pertama (primer) Pelayanan keperawatan primer, tenaga keperawatan yang bekerja adalah Ners dan perawat vokasional. 2. Strata kedua (sekunder) Pelayanan keperawatan sekunder, tenaga keperawatan yang berwenang adalah Ners, Ners Spesialis dan perawat vokasional. 3. Strata Ketiga (tertier) Pelayanan keperawatan tertier, tenaga keperawatan yang bertugas adalah Ners spesialis/ subspesialis, Ners, perawat vokasional. Dalam setiap tingkatan/strata Ners dan perawat vokasional terus ada karena meraka merupakan tenaga dasar yang harus ada.Perawat vokasional nantinya akan mengerjakan segala sesuatu yang bersifat pelayanan seperti memandikan, meski Ners juga bisa melakukan hal tersebut namun perawat vokasional akan bertugas untuk membantu Ners. Setiap tingkatan yang meningkat maka tenaga kesehatan yang dibutuhkan juga harus memiliki keahlian lebih atau khusus seperti pada tingkat sekunder terdapat Ners Speisalis yang nantinya dapat membantu atau bekerja sama dengan tenaga ahli lain yang berwenang di tingkatan tersebut. Dalam teorinya perawat tentunya sudah memahami hak dan kewajiban yang dimiliki klien, oleh karena itu seharusnya dalam prakteknya hal tersebut sesuai atau dilaksanakan. Namun saat ini dalam praktek keperawatan yang ada di suatu instansi

22

pelayanan kesehatan kurang memperhatikan masalah-masalah tersebut. Terkadang perawat hanya mengedepankan atau menegaskan pada hal yang menjadi kewajiban klien tetapi tidak memberikan apa yang menjadi haknya klien. Contohnya banyak tenaga ahli kesehatan tidak memberikan hak klien seperti hak untuk mendapatkan informasi tentang kebijakan dan praktik di rumah sakit, mereka hanya memperdulikan tentang kewajiban klien dalam hak membayar jasa atas tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan.

23

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Sistem pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan. Secara umum sistem merupakan kesatuan yang terdiri komponen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan mendapatkan informasi. Pelayanan kesehatan harus dilakukan berdasarkan konsep sistem dan pendekatan sistem yang benar. Hal ini bertujuan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dicapai. Pelayanan kesehatan yang telah terlaksana dengan baik harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Sedangkan pelayanan yang masih buruk harus segera dilakukan perbaikan. Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, output (hasil) dan umpan balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang keperawatan secara menyeluruh dan teratur. 2. Saran Pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan baik kepada klien apabila perawat memahami dan mengaplikasikan konsep pelayanan keperawatan yang baik dan benar. Perawat juga harus menerapkan konsep sistem dan pendekatan sistem dalam memberikan pelayanan keperawatan agar mempermudah perawat dalam melayani kliennya. Hal ini karena perawat telah memahami prinsip-prinsip dan cara berinteraksi dengan kliennya.

24

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Mengenal Peran Perawat. 2009. Undang-Undang Kesehatan dan Praktek Kedokteran. Yogyakarta : Penerbit Best Publisher. Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Hanafiah, M. Yusuf dan Amir, Amri. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan edisi 3. Jakarta : EGC Hospice Patients Allience. 2010. Pelayanan Perawatan Tingkat Berkelanjutan. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en| id&u=http://www.hospicepatients.org/hospic21.html Diakses 18 Feb 2012 J. Cristesen, Paula dan Janet W Kenney. 1996. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Jakarta : EGC Mubarak, Wahit Iqbal.2011. Pengantar Keperawatan Komunitas. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2137643-peran-perawat-menurutkonsorsium-ilmu/#ixzz1mMRCwEBR Diakses 15 Feb 2012 Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktik). Eds. Ke-4. Jakarta : EGC.

25