Makalah terumbu karang

31
makalah terumbu karang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar dan secara geografis terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, keanekaragaman hayati laut Indonesia tak tehitung jumlahnya. Terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik pada garis pantai tetangga sekitarnya. Oleh karena itu harus dilindungi dan dikembangkan secara terus menerus baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Terumbu karang sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitarnya baik secara fisik juga biologis. Akibat kombinasi dampak negatif langsung dan tidak langsung pada terumbu karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah Indonesia saat ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah. Bagaimanapun juga, tekanan terhadap keberadaan terumbu karang paling banyak diakibatkan oleh kegiatan manusia, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan. Peningkatan kegiatan manusia sepanjang garis pantai semakin memperparah kondisi terumbu karang.Oleh karena itu merupakan kebutuhan mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana-rencana pengelolaan yang baik untuk melindungi terumbu karang dari

Transcript of Makalah terumbu karang

makalah terumbu karang

BAB  I  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar dan secara geografis

terletak di antara Samudera Pasifik dan  Samudera  Hindia, 

keanekaragaman hayati  laut  Indonesia  tak  tehitung 

jumlahnya.  Terumbu karang  Indonesia  sangat  beraneka  ragam 

dan  memegang  peranan  yang  sangat penting  dalam menjaga 

keseimbangan  lingkungan  dan  menyumbangkan  stabilitas  fisik 

pada  garis  pantai tetangga  sekitarnya.  Oleh karena  itu 

harus  dilindungi  dan  dikembangkan  secara  terus  menerus baik

untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Terumbu  karang  sangat  mudah  terpengaruh  oleh  kondisi 

lingkungan  sekitarnya  baik  secara fisik juga biologis. Akibat

kombinasi dampak negatif langsung dan tidak langsung pada terumbu

karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah

Indonesia saat ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah.

Bagaimanapun juga, tekanan terhadap keberadaan terumbu karang

paling banyak  diakibatkan  oleh  kegiatan  manusia,  sehingga 

perlu  dilakukan  langkah-langkah pencegahan. Peningkatan

kegiatan manusia sepanjang garis pantai semakin memperparah

kondisi terumbu karang.Oleh karena itu merupakan kebutuhan

mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana-rencana

pengelolaan yang baik untuk melindungi terumbu karang dari

kerusakan yang semakin parah. Langkah dan kebijakan yang perlu

dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu karang  di 

Indonesia  adalah  dengan  meningkatkan  kesadaran  masyarakat 

terhadap perlunya menjaga kelestarian terumbu karang dan 

meningkatkan  keterlibatan semua pihak dalam menjaga kelestarian

terumbu karang di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

1.      Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia.

2.      Apa penyebab – penyebab kerusakan yang terjadi pada terumbu

karang di Indonesia dan bahayanya terhadap lingkungan hidup.

3.      Apa saja upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk

menyelamatkan terumbu karang dari kerusakan .

1.3  Maksud dan Tujuan

1.      Dapat mengetahui kondisi terumbu karang di Indonesia.

2.      Mempelajari mengenai fungsi dan manfaat terumbu karang.

3.      Dapat mengetahui sebab – sebab kerusakan terumbu karang yang

selama ini terjadi dan dampaknya bagi lingkungan.

4.      Dapat mengetahui hal – hal apa saja yang dapat dilakukan untuk

menyelamatkan terumbu karang.

1.4 Kegunaan Penulisan

Dari  hasil  karya  tulis  ini  diharapkan  dapat  memberi 

informasi  yang  bermanfaat.  Pertama, dapat  memberi  gambaran 

kondisi  terumbu  karang  di  Indonesia  yang  sudah  sangat

memprihatinkan. Kedua, dapat memberi informasi mengenai terumbu

karang, baik fungsi dan manfaatnya  bagi  masyarakat.  Ketiga, 

penyebab  kerusakan  terumbu  karang  yang  selama  ini telah 

terjadi  di  perairan  Indonesia.  Keempat,  dapat  mengetahui 

dan  ikut  serta  dalam  upaya penyelamatan  lingkungan, 

khususnya  terumbu  karang.  Kelima,  dapat  meningkatkan

kesadaran serta ikut terlibat dalam menjaga kelestarian terumbu

karang di Indonesia.

1.5 Metodologi penulisan

            Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penilis

menggunakan studi kepestakaan, yaitu penulis mencari buku-buku

yang berubungan dengan Terumbu Karang. Selain dari buku-buku

penulis juga mengambil materi dari internet dan artikel.

BAB  II

TERUMBU KARANG

2.1 Pengertian Terumbu Karang

Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber

daya pesisir dan laut utama. Terumbu  karang  merupakan 

kumpulan  fauna laut  yang  berkumpul  menjadi  satu  membentuk

terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan

karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme

yang hidup melayang di kolom perairan laut.Terumbu  karang 

adalah  struktur  hidup  yang  terbesar  dan  tertua  di  dunia. 

Untuk  sampai  ke kondisi  yang  sekarang,  terumbu  karang 

membutuhkan  waktu  berjuta  tahun.  Tergantung  dari jenis, dan

kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa

milimeter saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saja

saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta  tahun 

silam.  Terumbu  Karang  menjadi  rumah  bagi  ribuan  spesies 

makhluk  hidup.  Jika rumahnya  saja  dalam  kondisi  tidak 

baik  atau  bahkan  hancur,  bisa  dibayangkan  berapa  banyak

makhluk hidup yang terancam punah. Diperkirakan lebih dari 3.000

spesies dapat dijumpai pada terumbu karang. Terumbu karang lebih

banyak mengandung hewan vertebrata. Beberapa jenis ikan seperti

ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu

karang, sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih

banyak menggunakan waktunya di terumbu karang untuk mencari

makan. Udang lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis ikan

karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat

bersarang dan memijah. Terumbu karang yang beraneka ragam

bentuknya tersebut memberikan tempat persembunyian yang baik bagi

iakn. Di situ hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah.

Gmb. Jaring makanan ekosistem Terumbu karang (www.

blueseafer.wordpress.com)

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau

daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di

bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup

jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu

karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak

membentuk karang.

Kondisi Optimum

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik,

terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal,

yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga

memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak

berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh

terumbu karang. Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya

matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip

penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu

karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga

melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil

fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh

spesies laut lainnya.

2.2.1 Jenis-Jenis Terumbu Karang

2.2.1.1 Berdasarkan letak

a. Terumbu karang tepi ( fringing reefs) 

Terumbu  karang  tepi  atau  karang  penerus  berkembang 

di  mayoritas  pesisir  pantai  dari pulau-pulau besar. 

Perkembangannya  bisa  mencapai kedalaman  40  meter dengan 

pertumbuhan ke  atas  dan  ke  arah  luar  menuju  laut  lepas. 

Dalam  proses  perkembangannya,  terumbu  ini berbentuk 

melingkar  yang  ditandai  dengan  adanya  bentukan  ban  atau 

bagian  endapan  karang mati  yang  mengelilingi  pulau.  Pada 

pantai  yang  curam,  pertumbuhan  terumbu  jelas  mengarah

secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan

(Banten), Nusa Dua (Bali).

b. Terumbu karang penghalang (barrier reefs) 

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif   jauh

dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah  laut  lepas  dengan 

dibatasi  oleh  perairan  berkedalaman  hingga  75  meter. 

Terkadang membentuk  lagoon (kolom air) atau celah perairan yang

lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang

tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk

gugusan  pulau  karang  yang  terputus-putus.  Contoh:  Batuan 

Tengah (Bintan,  Kepulauan  Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan),

Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

c. Terumbu karang cincin ( atolls) 

Terumbu  karang  yang  berbentuk  cincin  yang 

mengelilingi  batas  dari  pulau-pulau vulkanik  yang  tenggelam 

sehingga  tidak  terdapat  perbatasan  dengan  daratan.  Menurut 

Darwin, terumbu  karang  cincin  merupakan  proses  lanjutan 

dari  terumbu  karang  penghalang,  dengan kedalaman  rata-rata 

45  meter.  Contoh:  Taka  Bone  Rate (Sulawesi),  Maratua

(Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua).

d. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs) 

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai

pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas

sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu

pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara

horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.

Contoh:  Kepulauan Seribu (DKI Jakarta),  Kepulauan Ujung Batu

(Aceh).

2.2.1.2 Berdasarkan Zonasi

a. Terumbu yang menghadap angin

Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward

reef) Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin.

Zona ini diawali oleh lereng terumbu yang menghadap ke arah laut

lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada

kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang

lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat

teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup

tinggi dan karang tumbuh dengan subur. Mengarah ke dataran pulau

atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat

penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit

terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut

sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri oleh

rataan terumbu yang sangat dangkal.

b. Terumbu yang membelakangi angin

Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi

yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki

hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef

dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman

goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal

untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan

sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

2.2.1.3 Berdasarkan kepada Kemampuan memproduksi Kapur

a.       Karang hermatipik

Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk

bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan

penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang hermatipik

mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan

tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat fototeopik

positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut

yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai

ke dasar perairan tersebut.

b.      Karang ahermatipik.

Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini

merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia. Perbedaan

utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya

simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan

zooxanthellae, yaitu sejenis algae unisular (Dinoflagellata

unisular), seperti Gymnodi niummicroadriatum, yang terdapat di

jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan

fotosistesis. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan

kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri

ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies

binatang karang.

2.2.1.4 Berdasarkan Bentuk dan Tempat Tumbuh

a.       Terumbu (reef)

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat

(CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-

biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti

alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang

menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia

navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh

batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup) di laut dangkal.

b.      Karang (koral)

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo

Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk

ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang

hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu

karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang

paling penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah

hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang

disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang

terdiri atas banyak ruas.

c.       Karang terumbu

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga

sebagai karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang yang

menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang

tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang

merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.

d.      Terumbu karang

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh

biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang

batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di

dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, Krustasea,

Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-

biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk

jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.

2.2.2 Kondisi Yang Baik Bagi Terumbu Karang

Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut

dengan suhu 21° - 29° C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan

dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat 

lambat.  Karena  itulah  terumbu  karang  banyak  ditemukan  di 

perairan  tropis  seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis

yang dilewari aliran arus hangat dari daerah tropis seperti

Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang. Karang 

membutuhkan  perairan  dangkal  dan  bersih  yang  dapat 

ditembus  cahaya  matahari yang  digunakan  oleh  zooxanthellae

untuk  ber-fotosintesis.  Pertumbuhan  karang  pembentuk terumbu 

pada  kedalaman  18  -  29  m  sangat  lambat  tetapi  masih 

ditemukan  hingga  kedalaman lebih dari 90 m. Karang  memerlukan 

salinitas  yang  tinggi  untuk  tumbuh,  oleh  karena  itu,  di 

sekitar  mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk

akan lambat karena karang membutuhkan perairan yang kadar

garamnya sesuai untuk hidup.

2.3 Fungsi Terumbu Karang

1.      Pelindung ekosistem pantai. 

Terumbu  karang  akan  menahan  dan  memecah  energi 

gelombang  sehingga  mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di

sekitarnya.

2.      Terumbu karang  sebagai penghasil oksigen. 

Terumbu karang memiliki kemampuan untuk memproduksi oksigen

sama seperti fungsi hutan di daratan, sehingga menjadi habitat

yang nyaman bagi biota laut.

3.      Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup.

Terumbu karang  menjadi  tempat bagi  hewan dan  tanaman

yang berkumpul   untuk  mencari makan, berkembang biak,

membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya

terumbu  karang  mempunyai  potensial  perikanan  yang  sangat 

besar,  baik  untuk  sumber makanan maupun mata pencaharian

mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat

menghasilkan  25  ton  ikan  per  tahunnya.  Sekitar  300  juta 

orang  di  dunia  menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang

4.      Sumber obat-obatan. 

Pada  terumbu  karang  banyak  terdapat  bahan-bahan  kimia 

yang  diperkirakan  bisa  menjadi obat  bagi  manusia.  Saat 

ini  sudah  banyak  dilakukan  berbagai  penelitian  mengenai 

bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati

berbagai penyakit.

5.      Objek wisata . 

Terumbu  karang  yang  bagus  akan  menarik  minat 

wisatawan  pada  kegiatan  diving,  karena variasi  terumbu 

karang  yang  berwarna-warni  dan  bentuk  yang  memikat 

merupakan  atraksi tersendiri  bagi  wisatawan  baik  asing 

maupun  domestik.  Diperkirakan  sekitar  20  juta penyelam, 

menyelam  dan  menikmati  terumbu  karang  per  tahun. Hal  ini 

dapat  memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.

6.      Daerah Penelitian  

Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat

sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih

banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat

di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia

sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk

mengetahuinya.

7.      Mempunyai nilai spiritual  

Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang

sangat penting. Laut yang terjaga karena terumbu karang yang baik

tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.

Menurut Moberg and Folke (1999) dalam Cesar (2000)

menyatakan bahwa fungsi ekosistem terumbu karang yang mengacu

kepada habitat, biologis atau proses ekosistem sebagai penyumbang

barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang terkait dengan

sumberdaya pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut

dan tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari

ekosistem terumbu karang dibedakan :

1. Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.

2. Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai

kehidupan.

3. Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.

4. Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.

5. Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan

permainan

2.4 Manfaat dari Terumbu Karang

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar

dan beragam, baik secara ekologi  maupun  ekonomi.  Jenis-jenis 

manfaat  yang  terkandung  dalam  terumbu  karang  dapat

diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat

tidak langsung :

a. Pemanfaatan  secara  langsung  oleh  manusia  adalah 

pemanfaatan  sumber  daya  ikan (kerapu, ikan baronang, ikan ekor

kuning), batu  karang,  pariwisata,  penelitian  dan 

pemanfaatan  biota  perairan  lainnya  yang terkandung di

dalamnya.

b. Pemanfaatan  secara  tidak  langsung  adalah  seperti  fungsi 

terumbu  karang  sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman

hayati dan lain sebagainya.

Menurut Suprihayono (2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu

karang yaitu :

1.      Perikanan terumbu karang

Masalah perikanan merupakan bagian dari ekosistem bahkan

keanekaragaman karang dapat mencerminkan keanekaragaman jenis

ikan. Semakin beragam jenis terumbu karang akan semakin beraneka

ragam pula jenis ikan yang hidup di ekosistem tersebut. Oleh

karena itu masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada

pengelolaan ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya jumlah

penduduk saaat ini maka jumlah aktivitas penangkapan ikan di

ekosistem terumbu karang juga meningkat. Apabila hal ini

dilakukan secara intensif, maka kondisi ini memungkinkan

terjadinya penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang.

Keadaan ini akan memakan waktu lama untuk bisa pulih kembali.

Pengelolaan yang efektif harus didasarkan pada pengetahuan

biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan yang tepat

dapat ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih

banyak ditekankan pada pengambilan karang atau aktivitas manusia

seperti pengeboman ikan karang, dan yang lainnnya secara tidak

langsung dapat merusak karang.

2.      Aktivitas Pariwisata Bahari

Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati daerah-

daerah wisata bahari, maka di Indonesia telah dibentuk suatu

kerja sama pengembangan kepariwisataan (Touris Development

Cooperation) yang modalnya berasal dari para investor lokal,

pemerintah lokal dan regional dan masyarakat Badan Kerjasama

Pariwisata dapat dijumpai di Nusa Dua Bali dan Manado. Adapun

tugas badan ini diantaranya adalah

a.       Menjaga daya tarik masyarakat terhadap pengembangan

pariwisata.

b.      Membantu pengusaha menempati kebijaksanaan pemerintah.

c.       Pengadaaan dana pinjaman untuk pembangunan infra struktur.

d.      Pemanfaatan taman laut untuk tujuan wisata pada umumnya

diperoleh melalui agen- agen pariwisata dan scuba diving. Namun

kedua agen atau arganisasi tersebut lebih mementingkan profit

daripada harapan konservasi yaitu pelestarian sumberdaya alam

laut. Sebagai akibatnya aktivitas mereka sering menimbulkan hal

hal yang tidak diinginakan atau bertentangan dengan nilai

estetika atau carrying capacity lingkungan laut.

3.      Aktivitas Pembangunan Daratan

Aktivitas pembangunan di daratan sangat menentukan baik

buruknya kesehatan terumbu karang. Aktivitas pembangunan yang

tidak direncanakan dengan baik di daerah pantai akan menimbulkan

dampak terhadap ekosistem terumbu karang. Beberapa aktivitas

seperti pembukaan hutan mangrove, penebangan hutan, intensifikasi

pertanian, bersama-saa dengan pengelolaan daerah aliran sungai

(DAS) yang jelek umumnya akan meningkatkan kekeruhan dan

sedimentasi di daerah terumbu karang.

4.      Aktivitas Pembangunan di Laut

Aktivitas pembangunan di laut, seperti pembangunan darmaga

pelabuhan, pengeboran minyak, penambangan karang, pengambilan

pasir dan pengambilan karang dan kerang untuk cinderamata secara

langsung maupun tidak langsung akan memebahayakan kehidupan

terumbu karang. Konstruksi pier dan pengerukan alur pelayanan

menaikkan kekeruhan demikian juga dengan eksploitasi dan produksi

minyak lepas pantai, selain itu tumpahan minyak tanker juga

membahayakan terumbu karang seperti yang terjadi di jalur

lintasan international.

BAB  III 

KONDISI TERUMBU KARANG DI INDONESIA

3.1 Persebaran dan Kondisi Terumbu Karang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan

panjang garis pantai lebih dari 95.000 km, serta lebih dari

17.000 pulau. Terumbu karang yang luas melindungi kepulauan

Indonesia. Diperkirakan  luas  terumbu  karang  di  Indonesia 

sekitar  51.000  km2.  Ini  belum  mencakup  terumbu karang di

wilayah terpencil yang belum dipetakan atau yang berada di

perairan agak dalam. Terdapat 18%  dari  terumbu  karang  di 

dunia  berada  di  perairan  Indonesia.  Indonesia  juga 

memiliki keanekaragaman hayati yang tertinggi di dunia  meliputi 

590 jenis karang batu, 2500 jenis  Molusca, 1500 jenis udang-

udangan dan  lebih dari 2500 jenis ikan. Terumbu karang di

Indonesia memberikan keuntungan  pendapatan  sebesar  US$1,6 

milyar/tahun. Dengan  kondisi  alam  dan  keanekaragaman hayati 

yang  begitu  banyak yang  dimiliki  Indonesia,  seharusnya 

bisa  dimanfaatkan  dengan  sebaik-baiknya. Terumbu karang  di

Indonesia yang  sangat beragam dan  bernilai,  mengalami ancaman 

yang sangat  besar.  Ketergantungan  yang  tinggi  terhadap 

sumber daya  laut  telah  menyebabkan  eksploitasi besar-besaran 

dan  kerusakan  terumbu  karang,  terutama  yang  berdekatan 

dengan  pusat  pemukiman penduduk. Selama  50  tahun  terakhir, 

proporsi  penurunan  kondisi  terumbu  karang  Indonesia  telah

meningkat  dari  10%  menjadi  50%.  Hasil  survei  P2O  LIPI 

pada  tahun  2006  menyebutkan  bahwa hanya 5,23% terumbu karang

di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik.

Penangkapan ikan secara ilegal  telah meluas ke banyak pulau di

Indonesia, bahkan di daerah yang dilindungi. Hal ini bukan hanya

mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar tapi juga

kerusakan lingkungan yang sangat parah. Keberadaan  pengelolaan 

dan  institusi  khusus  untuk melindungi  terumbu  karang 

Indonesia sangatlah  sedikit.  Hingga  tahun  1999,  tidak  ada 

institusi  pemerintah  yang  memfokuskan  diri  pada pengelolaan 

sumber daya  pesisir.  Pemerintah  Indonesia  tidak  dapat 

memenuhi  target  pengelolaan yang direncanakan, karena tidak

adanya koordinasi serta kondisi politik yang bergejolak.

Eksploitasi berlebihan pada sumber daya hayati sekarang ini

menjadi isu kritis, dan menjadi masalah  besar  dalam  manajemen 

keanekaragaman  hayati  khususnya keanekaragaman  biota  laut.

Apalagi kerusakan terumbu karang (coral reef) yang banyak menyita

perhatian, karena perannya yang sentral dalam ekosistem laut.

(www. blueseafer.wordpress.com)

(sumber : www.tumblr.com)

3.2 Penyebab Kerusakan Terumbu Karang

Sejak  dahulu  penduduk  yang  tinggal  di  dekat  pantai 

berhubungan  dengan  terumbu  karang dalam kondisi yang harmonis.

Namun dalam beberapa waktu terakhir ini, melalui adanya teknologi

baru  dan  naiknya  permintaan  terhadap  produksi  laut 

menyebabkan  terumbu  karang  menjadi  obyek dari  perusakan 

yang  serius.  Banyak  ilmuwan  melihat  bahwa  penyebab  utama 

kerusakan  terumbu karang  adalah  manusia  (anthropogenic  impact), 

misalnya  melalui  kegiatan  tangkap  lebih  (over-exploitation) 

terhadap  hasil  laut,  penggunaan  teknologi  yang  merusak 

(seperti  potassium  cyanide, bom  ikan,  muro  ami  dan  lain-

lain),  erosi,  polusi  industri  dan  mismanajemen  dari 

kegiatan pertambangan telah merusak terumbu karang baik secara

langsung maupun tidak langsung. Akar permasalahan dari timbulnya

ulah manusia untuk merusak terumbu karang adalah :

a.       Kependudukan dan Kemiskinan

b.      Tingkat Konsumsi Berlebihan dan Kesenjangan Sumber daya Alam

c.       Kelembagaan dan Penegakan Hukum

d.      Rendahnya Pemahaman tentang Ekosisteme.

e.       Kegagalan sistem Ekonomi dan Kebijakan dalam Penilaian

Ekosistem

3.2.1 Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pembangunan di Wilayah

Pesisir

Wilayah  pesisir  yang  tidak  dikelola  dengan  baik 

dapat  mengancam  keselamatan  terumbu karang akibat sedimentasi

dan pencemaran perairan laut. Pengerukan, reklamasi, penambangan

pasir, pembuangan  limbah  padat  dan  cair,  dan  konstruksi 

bangunan,  semuanya  dapat  mengurangi pertumbuhan  karang, 

bahkan  menyebabkan  pemutihan  karang  dalam  kasus-kasus  yang 

berat. Ancaman terhadap terumbu karang akibat pembangunan wilayah

pesisir dianalisis berdasarkan jarak ke pusat pemukiman penduduk,

luas area pusat pemukiman, tingkat pertumbuhan penduduk, dan

jarak ke pangkalan udara, pertambangan, fasilitas pariwisata, dan

pusat fasilitas selam. Pemanfaatan sumberdaya dan aktivitas

pembangunan  menimbulkan dampak terhadap lingkunagan ekosistem

pesisir dan pulau – pulau kecil. Dampak tersebut dapat berupa

ancaman terhadap penurunan populasi, keanekaragaman biota, serta

kerusakan ekosistem dan pantai.

Jenis ancaman gangguan sumberdaya alam pesisir di provinsi

bengkulu dapat dibedakan dari faktor penyebab yaitu ancaman

ekploitasi dan ancaman pencemaran serta kerusakan akibat

pembangunan. Ancaman akibat kegiatan ekploitasi meyebabkan

degradasi beberapa sumber daya alam diantaranya kerusakan terumbu

karang, penurunan populasi ikan,pengurangan habitat hutan bakau

dan padang lamun. Kerusakan terumbu karang dan penurunan ikan

karang disebabkan pengboman karang. Penurunan ekosistem bakau

disebabkan penebangan pohon dan pembukaan lahan tambak.

Ancaman akibat aktivitas pembangunan berupa fisik seperti

pengerukan dan pengurungan, limbah pencemaran dan konversi

lahan.meningkatnya kerusakan terumbu karang , dewasa ini telah

mengkhawatirkan banyak kalangan, karena dengan rusaknya terumbu

karang akan banayak mempengaruhi status keanekaragaman hayati

laut yang kita miliki selama ini. Kerusakan terumbu karang

terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti penggunaan

bahan peladek, pen ggunaan sianida, untuk menangkap ikan,

sedimentasi dan pencemaran. Pemnafaatan potensi terumbu karang

tidak jarang hanya berpegang pada salah satu fungsi yang lain

yaitu sebagai penyokong kehidupan dan sosial budaya.

3.2.2 Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pencemaran

3.2.2.1 Pencemaran Laut

Aktivitas  di  laut  yang  mengancam  terumbu  karang 

antara  lain  pencemaran  dari  pelabuhan, tumpahan  minyak, 

pembuangan  bangkai  kapal,  pembuangan  sampah  dari  atas 

kapal,  dan  akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal.

Produk-produk minyak bumi dan kimia  lain yang dibuang di dekat

perairan pantai, pada akhirnya  akan mencapai terumbu karang.

Bahan-bahan pencemar ini akan meracuni polip karang dan biota

laut lainnya. Kerusakan ekositem terumbu karang tidak terlepas

dari aktivitas manusia baiok di daratan maupun pada ekosistem

peseisir dan lautan kegiatan manusia baik di daratan seperti

industri, pertanian, rumah tangga akhir nya kana dapat ma

imbulkan dampak negatif  bukan saja pada perairan tetapi juga

pada ekosdistem terumbu karang atau pesisir dsan lautan.

                                  

Peta Terumbu Karang Yang terancan dari Pencemaran dari Air Laut

3.2.2.2 Sedimentasi dan Pencemaran Darat

Penebangan  hutan,  perubahan  tata  guna  lahan,  dan 

praktek  pertanian  yang  buruk,  semuanya menyebabkan

peningkatan sedimentasi dan masuknya unsur hara ke daerah

tangkapan air. Sedimen dalam  kolom  air  dapat  sangat 

mempengaruhi  pertumbuhan  karang,  atau  bahkan  menyebabkan

kematian  karang.  Kandungan  unsur  hara  yang  tinggi  dari 

aliran  sungai  dapat  merangsang pertumbuhan alga yang beracun.

Konstruksi di daratan dan sepanjang pantai, penambangan atau

pertanian di daerah aliran sungai ataupun penebangan hutan tropis

menyebabkan tanah mengalami  erosi dan terbawa melalui aliran

sungai ke  laut dan  terumbu karang.  Kotoran-kotoran, lumpur

ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan tidak

jernih lagi sehingga karang tidak dapat bertahan  hidup karena

kurangnya cahaya. Hutan mangrove dan padang lamun yang berfungsi

sebagai penyaring juga menjadi rusak  dan menyebabkan sedimen

dapat mencapai terumbu karang. Penebangan  hutan mangrove untuk

keperluan kayu bakar dapat merubah area hutan mangrove tesebut

menjadi pantai terbuka. Dengan membuka tambak-tambak udang dapat

merusak tempat penyediaan udang alami.

Pengaruh Sedimentasi pada perkembangan terumbu karang yang

tersebar di lautan

3.2.2.3 Aliran Drainase 

Aliran drainase yang mengandung pupuk dan  kotoran yang

terbuang ke perairan pantaiyang mendorong pertumbuhan  algae yang

akan menghambat pertumbuhan polip karang, mengurangi asupan 

cahaya dan oksigen. Penangkapan secara berlebihan membuat

masalah  ini bertambah  buruk karena ikan-ikan yang biasanya

makan algae juga ikuk tertangkap. 

3.2.2.4 Penangkapan Ikan dengan Sianida 

Kapal-kapal penangkap ikan seringkali menggunakan Sianida

dan racun-racun lain untuk menangkap ikan-ikan karang yang

berharga. Metode ini  acap digunakan untuk menangkap ikan-ikan

tropis untuk akuarium dan sekarang digunakan untuk menangkap

ikan-ikan sebagai konsumsi restoran-restoran yang memakai  ikan

hidup.

3.2.3 Eksploitasi

Penangkapan  ikan  secara  berlebihan memberikan  dampak

perubahan  pada ukuran,  tingkat kelimpahan,  dan komposisi 

jenis  ikan.  Hal  itu  disebabkan ikan  turut  berperan  di 

dalam  mencapai keseimbangan yang harmonis di dalam ekosistem

terumbu karang. Penangkapan besar-besaran akan menyebabkan 

terumbukarang  menjadi  rapuh  terhadap  gangguan dari  alam 

maupun  gangguan  dari kegiatan manusia.Penangkapan ikan dengan

menggunakan racun dan pengeboman ikan merupakan praktek yang umum

dilakukan, yang memberikan dampak sangat negatif bagi terumbu

karang. Penangkapan ikan dengan  racun  akan  melepaskan  racun 

sianida  ke  daerah  terumbu  karang,  yang  kemudian  akan

membunuh  atau  membius  ikan-ikan.  Karang  yang  terpapar 

sianida berulang  kali  akan  mengalami pemutihan dan kematian.

Pengeboman ikan dengan dinamit atau dengan racikan bom lainnya,

akan dapat  menghancurkan  struktur  terumbu  karang,  dan 

membunuh  banyak  sekali  ikan  yang  ada  di sekelilingnya.

3.2.4 Perubahan Iklim Global

Isu  mengenai  global  warming  yang  banyak  dibicarakan, 

berdampak  besar  pada  terumbu karang.  Peningkatan  suhu 

permukaan  laut  telah  menyebabkan  pemutihan  karang (bleaching)

yang lebih  parah  dan  lebih  sering.  Peristiwa-peristiwa 

alam  seperti  El  Nino dan  Tsunami juga menyebabkan kerusakan

yang serius terhadap kelangsungan hidup terumbu karang.

3.3 Dampak Dari Kerusakan Terumbu Karang

Ancaman  terhadap kelangsungan  hidup  terumbu  karang, 

mengakibatkan  kerusakan lingkungan  yang  besar.  Terumbu 

karang  yang  merupakan  sentral  dari  ekosistem  laut  sangat

mempengaruhi kehidupan di laut.  Komposisi oksigen di laut

menjadi berkurang.  Banyak biota laut, baik hewan maupun tumbuhan

akan ikut musnah jika terumbu karang menjadi rusak. Selain itu,

di daerah-daerah  pesisir  pantai  akan  mudah  terjadi  abrasi, 

mengakibatkan  perubahan  lingkungan  yang drastis dan membuat

tidak adanya perlindungan terhadap daerah pantai.  Berbagai

pencemaran yang terjadi  bukan  hanya  merusak  laut  tapi  juga 

mengancam  kesehatan  manusia.  Ikan  yang  ditangkap dengan

menggunakan racun kemudian di konsumsi sangat membahayakan

manusia.

BAB  IV

UPAYA-UPAYA UNTUK MENYELAMATKAN TERUMBU KARANG

4.1 Perlunya Kesadaran Manusia

Dalam upaya menyelamatkan terumbu karang, yang paling utama

adalah perlunya kesadaran dari manusia untuk menjaga dan

melestarikan terumbu karang. Untuk itu, diperlukan pemberian

informasi, pengetahuan,  dan  wawasan  mengenai  terumbu 

karang.  Fungsi  dari  terumbu  karang,  manfaatnya, kondisi 

dari  terumbu  karang  saat  ini,  dan  apa  yang  akan  terjadi 

jika  kerusakan  terumbu  karang  ini terus berlanjut. Dengan

adanya pendidikan mengenai terumbu karang, maka akan ada rasa

memiliki sehingga manusia bisa peduli dan melindungi terumbu

karang. Beberapa hal berikut yang dapat dilakukan secara individu

untuk mengurangi kerusakan terumbu karang :

  Terapkan  prinsip  3R  (reduce-reuse-recycle)  dan  hemat 

energi.  Terumbu  karang  adalah ekosistem  yang  sangat  peka 

terhadap  perubahan  iklim.  Kenaikan  suhu  sedikit  saja  dapat

memicu pemutihan karang (coral bleaching). Pemutihan karang yang

besar dapat diikuti oleh kematian  massal  terumbu  karang. 

Jadi  apapun  yang  dapat  kita  lakukan  untuk  mengurangi

dampak global warming, akan sangat membantu terumbu karang.

  Buang  sampah  pada  tempatnya,  tidak  membuang  sampah  ke 

sungai  yang  kemudian  akan bermuara ke laut. Hewan laut besar

sering terkait pada sampah-sampah sehingga mengganggu

gerakannya.  Misalnya  sampah  plastik  yang  transparan 

diperkirakan  kadang  dimakan  oleh penyu karena tampak seperti

ubur-ubur. Sampah plastik ini akan mengganggu pencernaanya.

  Bergabung  dengan  organisasi  pecinta  lingkungan.  Saling 

berbagi  ilmu,  pendapat,  dan berdiskusi. Membangun trend hidup

ramah lingkungan.

  Bergabung  dengan  gerakan-gerakan  sukarelawan,  atau 

terlibat  aktif  dalam  kegiatan lingkungan.

  Bagi  penyelam  pemula  atau  yang  sedang  belajar  sebaiknya 

melakukan penyelaman  di perairan yang tidak ber-terumbu karang.

4.2 Peranan Pemerintah

Keikutsertaan  pemerintah  dalam  melestarikan  terumbu 

karang  sangat  penting.  Pemerintah sebagai pengatur dan

pengawas masyarakat. Pemerintah dapat menetapkan kebijakan dan

peraturan-peraturan  untuk  menyelamatkan  terumbu  karang. 

Membuat  rencana-rencana  perbaikan  lingkungan yang  sudah 

rusak  dan  mencegah  kerusakan  terumbu  karang.  Pemerintah 

juga  dapat  bekerja  sama dengan  lembaga-lembaga  atau 

organisasi-organisasi  lingkungan  untuk  menjaga  kelestarian 

terumbu karang.  Misalnya  melakukan  kampanye-kampanye 

lingkungan  hidup  bekerjasama  dengan  media-media atau

organisasi seperti National Geographic Indonesia, WWF Indonesia,

Yayasan Reef Check Indonesia, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia) dan Yayasan TERANGI  (Terumbu Karang Indonesia)  dan 

lainnya  untuk  mengawasi  kelangsungan  hidup  terumbu  karang. 

Baik  mengawasi eksploitasi  karena  ulah  manusia,  pertumbuhan 

terumbu  karang  yang  sedang  direstorasi,  dan pengawasan

daerah terumbu karang yang terancam di Indonesia. Upaya 

restorasi adalah tindakan untuk membawa ekosistem yang telah

terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin dengan kondisi

aslinya sedangkan tujuan utama restorasi terumbu karang adalah

untuk peningkatan kualitas terumbu yang terdegradasi dalam hal

struktur dan fungsi ekosistem. Mencakup restorasi  fisik  dan 

restorasi  biologi.  Restorasi  fisik  lebih   mengutamakan 

perbaikan terumbu dengan fokus pendekatan teknik, dan restorasi

biologis yang terfokus untuk mengembalikan biota berikut proses

ekologis ke  keadaan semula. Pemerintah  harus  benar-benar 

merealisasikan  upaya-upaya  untuk  menyelamatkan  terumbu

karang.  Pemerintah perlu  bersikap tegas  mengenai  kerusakan

lingkungan  yang terjadi  dan berusaha dengan sebaik-baiknya

melindungi terumbu karang yang juga merupakan aset negara.

4.3 Upaya Perlindungan Lingkungan Secara Global

Perubahan – perubahan lingkungan yang terjadi akan berdampak

pada perubahan lingkungan secara global. Antara satu negara

dengan negara lain memiliki tanggung jawab yang sama terhadap

kerusakan lingkungan. Banyak deklarasi-deklarasi yang disepakati

oleh banyak negara dalam upaya menyelamatkan  lingkungan. 

Begitu  pula  dengan  menyelamatkan  terumbu  karang.  Telah 

banyak kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui oleh banyak

negara untuk bekerja sama dalam menjaga lingkungan.  Yang  paling

terakhir dilakukannya  World Ocean Conference (WOC)  atau disebut 

juga  Manado  Ocean  Declare pada  tanggal  11-15 Mei 2009 di 

Manado.  Deklarasi  ini disepakati  oleh  61  negara,  termasuk 

negara-negara  Coral  Triangle  Initiative  Summit yang merupakan kawasan

yang kaya akan terumbu karang. Dalam deklarasi ini disepakati

komitmen bersama  mengenai  penyelamatan  lingkungan  laut  dari 

ancaman  global  warming  dan  komitmen program penyelamatan

lingkungan laut secara berkelanjutan di tiap negara. Kampanye 

lingkungan  hidup  seperti  ini  sangat  baik  bagi  upaya 

penyelamatan  lingkungan. Apalagi  dilakukan  secara  global 

yang  menjaring  banyak  pihak  sehingga  diharapkan  dapat

memberikan hasil yang lebih cepat dan lebih baik lagi.

(www.id.wikipedia.org/terumbu-karang)

BAB  V  PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Terumbu karang merupakan organisme yang sangat peka terhadap

perubahan –perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekitar nya,

dengan sifat nya menjadikan organisme ini sangat rentan terhadap

kerusakan yang diakibatkan oleh manusia maupun  secara alami.

Ekosistem terumbu karang di laut sangat penting. Karena

terumbu karang merupakan tempat hidup dan tempat mencari makan

dari berbagai jenis ikan yang ada di laut. Terumbu karang juga

menjaga kelestarian dari luat, bila terumbu karang rusak maka

ekosistemnya akan rusak. Pemulihan terumbu karang yang rusak

sangatlah lama memerlukan waktu ratusan taun untuk menumbuhkan

terumbu karang agar dapat menjadi tempat yang baik untuk hidup

ikan.

Kelakukan buruk yang dilakukan manusia mengancam ekosistem

terumbu karang. Banyak yang dilakukan oleh manusia yang merusak

terumbu karang, mereka tidak sadar bahwa apabila terumbu karang

rusak maka laut sebagi sumber mata pencarian mereka juga akan

ikut rusak. beberapa faktor yang menyebabkan rusak nya terumbu

karanga adalah, sedimentasi, penangkapan  ikan menggunakan bahan

peledak dan sianida,pengumpulan dan pengerukan,pemanasan global,

pencemaran perairan laut dan tata kelola tempat  eisata bahari

yang tida lestari

Beberapa upaya yang dilakukan dalam usaha pemulihan terumbu

karang diantaranya adalah Zonasi, rehabilitasi, peningkatan ikan

karang dan mengurangi alga hidup yang bebas

5.2 Saran

a. Perlu di tingkatkan kesadaran masyarakat, khususnya yang

berada di daerah pesisir pantai

b. Tidak membuang sampah sembarangan

c. Pemerintah arus lebih tegas dalam menegakkan hukum

DAFTAR PUSTAKA

www.id.wikipedia.org/wiki/ Terumbu _ karang

www.goblue.or.id/tentang- terumbu - karang

www.terangi.or.id/publications/pdf/biologi karang .pdf

www.oseanografi.blogspot.com/2005/07/ terumbu - karang .html

www.wetlands.or.id/PDF/Profil%20Weh-Sabang.pdf

http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/index.php?option=com

Pujiatmoko. 2009. Pembahasan restorasi terumbu karang di Indonesia.

http://atanitokyo.blogspot.com/2009/01/pembahasan-restorasi-

terumbu-karang-di.html. 10 September 2009.

Wikipeedia. 2009. Terumbu

karang

.http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang#Terumbu_atau_Reef.3

Dahuri R, Rais Y, Putra S, G, Sitepu, M.J, 2001. Pengelolaan Sumber Daya

Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta

Guilcher Andre.  1988. Coral reef Geomorphology.  John Willey &

Sons.Chhichester