MAKALAH MATERN PRINT
Transcript of MAKALAH MATERN PRINT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis
yang normal. Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran
produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput
ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung kurang dari 24 jam
tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin.
Induksi persalinan atau pemberian obat – obatan selama
persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses
kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian
distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya
medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara
normal. Sedangkan akselerasi persalinan adalah meningkatkan
frekuensi, lama, dankekuatan kontraksi, dimana Tujuan tindakan
tersebut adalah untuk mencapai his 3 kali 10 menit, lamanya 40
detik. Jika selaput ketuban masih intak, dianjurkan amniotomi.
Kadang-kadang prosedur ini cukup untuk merangsang persalinan .
cairan ketuban akan keluar, volume uterus berkurang,
prostaglandin dihasilkan, merangsang persalinan, dan kontraksi
uterus meningkat.
Induksi dapat dilakukan karena beberapa alasan antara
lain kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir
1
bahkan lebih dari 40 minggu (kehamilan lewat waktu). Dan belum
juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu
adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran
CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai
kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju
sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin
melambat.
Karena pertumbuhan janin yang makin lambat maka terjadi
pula perubahan metabolisme janin. Air ketuban berkurang dan
makin kental. Saat persalinan, janin lebih mudah mengalami
asfiksia. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa
menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada
komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak
defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan
pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu
mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir
menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui konsep intranatal
2. Agar mahasiswa mengetahui konsep pemberian obat pada
masa intranatal
3. Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan obat selama
masa intranatal
2
2.1 Konsep Intranatal
2.1.1 Defenisi Intranatal
Intranatal adalah suatu proses terjadinya pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Intranatal atau persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta
dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap
normal jika proses terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Depkes RI,
2002).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi(janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan( kekuatan sendiri). Bentuk
persalinan berdasarkan defrnisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan
tenaga dari luar
3. Persalinan anjuran (partus presipitatus)
2.1.2 Faktor-faktor penting dalam persalinan
Faktor – faktor yng mempengaruhi persalinan adalah :
1. Power( his atau kontraksi otot rahim, kontraksi
otot dinding perut, kontraksi diagrafma pelvis
atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi
ligamentum rotundum)
4
2. Passenger atau janin dan plasenta
3. Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir
tulang)
2.1.3 Tahapan persalinan
Persalinan dapat dibagi menjadi 4 kala yaitu :
1. Kala pertama
Kala pertama dari persalinan dimulai bila didapat
kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan lama
yang memadai sehingga terjadi pelunakan dan pembukaan
dari serviks. Kala pertama dari persalinan berakhir bila
serviks sudah membuka dengan lengkap, yaitu bila serviks
sudah membuka sedemikian rupa sehingga dapat dilalui oleh
kepala janin. Jadi, kala pertama dari persalinan
merupakan tahapan dimana terjadi pelunakan dan pembukaan
dari serviks. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam.
Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2
cm/jam.
2. Kala kedua
Kala kedua dari persalinan dimulai dari saat pembukaan
serviks lengkap dan berakhir pada saat bayi dilahirkan.
Kala kedua persalinan adalah tahap ekspulsi / pengeluaran
dari janin.
Gejala utama kala II adalah :
- His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
5
- Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
- Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus
Frankenhauser.
- Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala
seluruhnya.
- Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi
luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
- Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan
bayi ditolong dengan jalan : kepala dipegang pada os
oksiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, setelah bahu lahir, ketika
dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir
diikuti oleh sisa air ketuban.
- Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.
3. Kala ketiga
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5
sampai 10 menit. Kala ketiga dimulai dengan kelahiran
bayi dan berakhir pada kelahiran plasenta dan selaput
janin. Kala ketiga persalinan adalah tahap pelepasan dan
pengeluaran plasenta.
4. Kala keempat
6
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital :
tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus,
terjadinya perdarahan. Perdarahan masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
A. KONSEP PEMBERIAN OBAT
2.1.1. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan kelompok senyawa yang secara
kimiawi saling berhubungan dan dibuat secara in vivo dari
fosfolipid pada membran sel dalam pelbagai jaringan tubuh.
Prostaglandin merupakan substansi yang penting sebagai ‘hormon
lokal’.
Indikasi
Induksi partus aterm
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus
lainya
Induksi abortus terapeutik
Uji oksitosin
Menghilangkan pembengkakan mamae
Kontraindikasi dan kewaspadaan
7
- Bila terdapat rupture membrane amnion
- Adanya riwayat sikatriks pada uterus-sikatrik yang
vertikal
- Disproporsi sefalopelvik yang berat
- Plasenta previa
- Malpresentasi-khususnya lintang
- Grand multipara (melahirkan anak 4 x atau lebih)
- Kehamilan kembar
- Rewayat melahirkan sulit atau traumatik, atau riwayat
kontraksi uterus yang hipertonik
- Polihidramnios atau oligohidramnions
Efek samping
Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin
yang berlainan. Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan
menyebabkan pelbagai efek samping :
- Kontraksi otot polos-usus, uterus, pembuluh darah,
bronkiolus;
- Vasodilatasi dan hipotensi
- Pireksia
- Inflamasi
- Sensitisasi terhadap rasa nyeri
- Dieresis + kehilangan elektrolit
- Efek pada sistem saraf pusat (tremor merupakan efek
samping yang jarang terjadi)
- Pelepasan hormone hipofise, rennin dan steroid adrenal
- Inhibisi respons sistem saraf otonom
- Peningkatan tekanan intraokuler
8
Farmakokinetik
Penggunaan preparat jeli atau pesarium prostaglandin per
vaginam atau servikal akan mengurangi absorbs sestemik dan
efek sampingnya tetapi tidak menghilangkan sama sekali kedua
hal tersebut.
Dinoproston bekerja dalam watu sekitar 10 menit sesudah
preparat ini dimasukkan ke dalam vagina. Kecepatan absorpsi
lewat dinding vagina berbeda antara bentuk tablet dan jeli;
bentuk jeli akan diserap lebih cepat daripada bentuk tablet.
Pemberian intraservikal lebih besar kemungkinannya untuk
bekerja efektif dibandingkan pemberian intravaginal jika
serviks berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan dengan
skor Bishop kurang dari tiga. Pemberian jeli dinoproston
intraservikal harus dilakukan dengan hati-hati karena insersi
jeli ini ke dalam ruang ekstra-amnion dalam menyebabkan
hiperstimulasi uterus.
Bila prostaglandin memasuki sirkulasi darah yang biasanya
hanya terjadi pada preparat prostaglandin sintetik, substansi
ini akan dibersihkan oleh paru – paru, hati, dan ginjal.
Misoprostol dapat diberikan per oral. Konsentrasi puncak dalam
plasma akan terlihat dalam waktu 1 jam, tetapi onset
aktivitas-puncak uterus terjadi 5 hingga 6 jam kemudian. Kalau
diberikan sebagai terapi profilaksis dalam kala 3, terlalu
lambat untuk mencgah kehilangan darah yang dini.
Farmakodinamik
1. Kontraksi otot polos
9
Kontraksi uterus mungkin menjadi abnormal dan terlalu
kuat sehingga timbul rasa nyeri, gangguan pada janin atau
rupture uterus atau serviks dengan atau tanpa riwayat
seksio sesarea; semua akan semakin bertambah serius jika
dinoproston digantikan dengan misoprostol. Permasalahan
pada janin yaitu peningkatan frekuensi detak jantung
sebesar dua kali lipat, hipertonus dan tetani.
Hiperstimulasi uterus terjadi pada 3 persen ibu hamil
setelah ibu tersebut menjalani insersi prostaglandin
pervaginam dan 8 – 10% ibu hamil setelah insersi
prostaglandin intraservikal. Rupture uteri, yang secara
tipikal terjadi pada dinding posterior bawah, dapat
dijumpai dalam setiap stadium kehamilan. Untuk mencegah
hal ini, salbutamol dapat diberikan begitu terjadi
hiperstimulasi uterus.
2. Peningkatan kontraktilitas traktus gastrointestinal
Keadaan ini akan menimbulkan diare, muntah, refluks getah
empedu, kram abdomen, cegukan atau perasaan tercekik.
Kemungkinan timbulnya masalah ini akan lebih kecil jika
pemberian prostaglandin dilakukan pervaginam daripada
lewat jalur lain. Insidens muntah setelah insersi
prostaglandin intraservikal dilaporkan mencapai 5% dalam
bebereapa uji klinik yang luas, jika dibandingkan dengan
insidens sebesaar 0,2% pada pemberian dinosproston
intravaginal.
3. Konstriksi bronkiolus
10
Keadaan ini menimbulkan mengi, batuk dan serangan asma,
pada ibu hamil yang menderita asma terutama sensitive
terhadap PGF2a (yang serupa dengan carboprost (Hemabate))
4. Vasokontriksi
Vasokontriksi yang disebabkan oleh PGF2a dan 15 metil
PGF2a (carbhoprost) dapat mengakibatkan hipertensi dalma
tempo hingga 2 jam setelah penyuntikannya. Kemudian
terjadi hipertensi lebih besar pada pasien pre-
eklampsia/eklampsia. Kadang – kadang, PGF2a dapat
menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis yang
akan mengubah perfusi darah dalam paru – paru sehingga
timbul edema paru, dispnea, penurunan tekanan parsial
oksigen dan peningkatan tekanan karbondioksida.
5. Vasodilatasi
Berbeda dengan PGF2a , preparat PGE2 (dinoproston) akan
menimbulkan vasodilatasi yang biasanya terjadi dalam
waktu 30 menit sesudah pemberian. Konsekuensi
vasodilatasi meliputi :
1. Perspirasi, flushing, dan vertigo
2. Vasodilatasi cranial yang menyebabkan sakit kepala
3. Penurunan tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan
frekuensi dan kontraktilitas jantung yang dapat
menginduksi disritmea jantung.
4. Kolaps kardiovaskular
6. Pireksia
Normalnya prostaglandin bekerja pada hipotalamus untuk
menimbulakn panas (pireksia) ketika terjadi infeksi.
11
Pireksia timbul dalam waktu beberapa menit atau jam
setelah pemberian prostaglandin dan dapat disertai dengan
gejala menggigil, gemetaran, serta leukositosis.
7. Reaksi inflamasi dan rasa nyeri’
Prostaglandin merupakan bagian dalam reaksi yang normal
terhadap kerusakan jaringan yang menyebabkan nyeri serta
inflamasi sehingga pada tempat suntikan atau pemberian
prostaglandin dapat timbul rasa nyeri serta gejala
kemerahan. Pemberian pervaginam dapat disertai dengan
iritasi dan rasa nyeri setempat. Infeksi lokal dapat
terjadi setelah penyuntikan intra atau ekstra amnion dan
aplikasi pervaginam dapat mengakibatkan infeksi asenden
jika membrane amnion sudah pecah. Peningkatan rasa nyeri
akibat kontraksi uterus tampaknya berkaitan dengan
takaran pemberian dinosproston.
8. Sistem Saraf Pusat
Tremor atau serangan kejang dapat terjadi karena pireksia
atau efek simultant langsung yang timbul oleh
prostaglandin pada sistem saraf pusat.
9. Kehilangan Cairan dan Elektrolit
Keadaan ini terjadi karena gangguan reabsorpsi dalam
tubulus ginjal. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat
menyebabkan gejala kram dan turut menimbulkan keadaan
hipotensi.
10. Peningkatan Tekanan Intraokuler
Prostaglandin dapat menyebabkan rasa nyeri pada mata atau
bahkan memicu serangan glaucoma yang akut.
12
Interaksi Obat
Oksitosin : jika dua jenis praparat stimulant uterus diberikan
sekaligus, dapat terjadi hyperstimulasi karena itu, oksitosin
biasanya baru diberikan 6 – 12 jam setelah pemberian
prostaglandin yang terakhir.
Aspirin : aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya
merupakan antagonis prostaglandin sehingga pemberiannya akan
memperlambat atau memperpanjang proses persalinan. Alkohol
merupakan zat antagonis yang melawan kerja dinoproston.
IMPLIKASI DALAM PRAKTIK : PROSTAGLANDIN
Pada kejadian emergensi harus tersedia “terapi penyelamatan”
dan staf pelaksana terapi yang tepat.
Masalah Potensi PenatalaksanaanFungsi
kontraktilitas
uterus yang
terganggu
Sebelum memberikan obat, melakukan
pemeriksaa untuk mengecek kemungkinan
disproporsi dan gawat janin.
Menghindari induksi persalinan dengan
prostaglandin jika terdapat kecenderungan
terjadinya rupture uteri jika tonus
miometrium meningkat, atau jika sudah
terdapat gawat janin.
Melakukan pemantauan terhadap kontraksi
uterus dan jantung janin, khususnya dalam
waktu 1 jam pertama setelah insersi
prostaglandin.
Jangan meninggalkan pasien tanpa
13
pendamping.
Membatasi pemberian obatnya, baik takaran
maupun lamanya pemberian, sebagaimana
yang disarankan oleh pabrik pembuatnya
bagi berbagai preparat yang berbeda.
Memastikan sudah tersedianya fasilitas
untuk tindakan melahirkan anak dengan
segera bila terjadi hipertonia uteri.
Membiarkan waktu 6 jam antara insersi
dinoproston dan induksi yang direncanakanGawat nafas,
penyakit asma
Melakukan pemantauan terhadap pola
pernafasan, gejala sesak nafas atau rasa
tertekan pada rasa dada. Bila mungkin,
hindari pemberian prostaglandin pada ibu
hamil yang menderita penyakit asma.Demam (febris) Melakukan pemantuan terhadap suhu tubuh ;
lakukan penilaian apakah sudah terjadi
infeksi. Melakukan kompres dingin untuk
mencegah hipertermia jika diperlukan. Mengigil Memberi selimut pada pasien. Siapkan
untuk membantu ibu menggendong dan
menyusui bayinya sampai selama 30 menit,
khususnya sesudah pemberian misoprostol.Kolaps
kardiovaskuler
Melakukan pemantauan terhadap TD dan
frekuensi jantung. Hipotensi merupakan
bahaya yang dapat terjadi pada pemberian
dinoproston.Memburuknya Sebelum pemberian obat, lakukan
14
penyakit inflamasi
pelvic
pengecekan untuk memeriksa riwayat
penyakit inflamasi pelvic.Preparat
parenteral dengan
sediaan kimia yang
tidak stabil dan
setelah beberapa
waktu dapat tidak
aktif lagi
Melakukan pengecekan terhadap petunjuk
penyimpanan obat, lamanya obat boleh
disimpan (shelf life) dan tingginya suhu
dalam lemari es untuk penyimpanan yang
dilakukan secara teratur.
2.1.2. OKSITOSIN
Indikasi
Induksi persalinan cukup bulan,
Memfasilitasi kontraksi uterus pada kehamilan cukup bulan
Pengendalian perdarahan pasca partum setelah pengeluaran
plasenta.
Kontraindikasi
- Jika uterus sudah berkontraksi dengan kuat atau bila
terdapat obstruksi mekanis yang mengahalangi kelahiran
anak seperti plasenta previa atau disproporsi
sefalopelvik. Jika keadaan serviks belum siap, kematangan
serviks harus dilakukan sebelum pemberian oksitosin.
- Dapat mengganggu keseimbangan cairan dan tekanan darah
pada ibu dengan preeclampsia atau penyakit kardiovaskuler
atau pada ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun.
15
- Pemberian infuse oksitosin merupakan kontraindikasi pada
ibu hamil yang menghadapi resiko karena melahirkan
pervaginam, mialnya kasus dengan malpresentasi atau
solusio plasenta atau dengan risiko rupture uteri yang
tinggi.
- Uterus yang starvasi. Kontraksi uterus membutuhkan
glukosa maupun oksigen. Jika pasokan keduanya tidak
terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan
ini mungkin terjadi karena starvasi atau pasokan darah
yang tidak memadai, maka respon yang timbul terhadap
pemberian oksitosin tidak akan adekuat sehingga pemberian
oksitosin secara sedikit demi sedikit akan tidak efektif.
Situasi ini lebih cenderung dijumpai pada persalinan yang
lama.
EFEK SAMPING
- Efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
- Stimulasi berlebih pada uterus
- Kontraksi pembuluh darah tali pusat
- Kerja antidiuretik
- Kerja pada pembuluh darah(kontraksi dan dilatasi)
- Mual,
- Reaksi hipersensitivitas
FARMAKOKINETIK
Oksitosin dapat diberikan intramuscular, intravena,
sublingual atau intranasal. Oksitosin bekerja dalam waktu
16
satu menit setelah pemberian intravena; peningkatan
kontraksi uterus hampir seketika, kemudian menjadi stabil
selama 15-60 menit pemberian infus oksitosin dan setelah
pemberian infus oksitosin tersebut, kontraksi uterus masih
berlangsung selama 20 menit. Waktu paruh oksitosin
diperkirakan berkisar dari 1-20 menit. Oksitosin akan
dieliminasi dalam waktu 30-40 menit sesudah pemberian.
Meskipun sampai sejauh mana oksitosin melintasi plasenta
masih belum jelas, namun oksitosin dengan cepat dieliminasi
lewat hati, ginjal, dan enzim plasenta. Pemberian oksitosin
sublingual dapat membantu memulai dan mempertahankan
pemberian asi. Absorpsi lewat jalur intranasal mungkin
menyimpang, sehingga preparat intranasal dianggap tidak
efektif.
FARMAKODINAMIK
Stimulasi berlebih pada uterus
Selama Sembilan bulan terakhir kehamilan, daya reaksi otot
rahim terhadap oksitodin meningkat sebesar delapan kali
lipat. Bila dilakukan pemberian oksitosin, baik frekuensi
maupun kekuatan kontraksi otot polos rahim akan meningkat
sehingga rasa nyeri persalinan semakin hebat. Penguatan
persalinan dengan oksitosin membawa resiko hiper stimulasi
uterus; karena beberapa individu hipersensitif terhadap
oksitosin, pemberian infuse oksitosin selalu mengandung
bahaya kontraksi uterus yang tetanik atau spasmodik
sekalipun dosis yang diberikan sudah rendah.
17
Konsekuensi serius :
- Trauma pada neonates dan ibu
Jika bayi dipaksa lahir lewat serviks yang masih belum
berdilatasi secara lengkap, jaringan lunak ibu dapat mengalami
laserasi yang luas
- Rupture uteri
Pemberian oksitosin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil
dengan resiko rupture uteri yang tinggi, seperti misalnya
grande multipara, kehamilan kembar dan polihidroamnios atau
pada hamil dengan sikatriks pada rahimnya
- Perdarahan postpartum
Berkaitan dengan komplikasi obstetrik atau ruptura uteri dan
bukan karena hiperstimulasi uterus.
- Hematoma pelvik
Keadaan ini terjadi karena kontraksi yang kuat. Jika
hematomanya luas, deplesi faktor-faktor pembekuan dapat
terjadi sehingga timbul koagulopati intravaskuler deseminata,
kegagalan koagulasi perdarahan
- Solusio plasenta
Berkaitan dengan kontraksi kuat dan turut terlibat dalam
peristiwa kematian ibu
- Emboli cairan amnion
Keaadaan ini dapat ditimbulkan oleh proses persalinan yang
sulit, khususnya jika didalam cairan amnion terlihat noda-noda
mekonium atau bila sudah terjadi kematian bayi in utero.
- Hipoksia fetal
18
Jika uterus mengalami stimulasi berlebihan dan relaksasi
terlalu singkat maka akan terjadi hipoksia serta asidosis pada
janin.
Vasokontriksi pembuluh darah dan umbilikus
Jika mekanisme proteksi ini diaktifkan sebelum waktunya, janin
akan mengalami kekurangan oksigen. Hipoksia janin dapat
menimbulkan bradikardia, disritmia kardiak dan bahkan
kematian.
Kerja hormone antideuretik dan SAIDH (syndromeinappropriate)
Jika preparat oksitosin diberikan, khususnya dengan dosis
yang tinggi, maka kerjanya menyerupai kerja hormon
antideuretik. Tanpa pemantauan yang cermat, hal ini dapat
menimbulkan retensi cairan yang berbahaya. Retensi air dapat
menyebabkan intoksikasi air (pembengkakan sel). Bila
intoksikasi air terjadi, sel-sel pada sistem hantaran jantung
dapat terganggu dan gangguan ini bisa menimbulkan disritmia
jantung, khususnya sebagai gejala’palpitasi’. Disritmia
jantung akan menurunkan curah jantung dan dengan demikian
membahayakan pasokan darah ke plasenta. Pada awalnya,
intoksikasi air pada ibu hamil akan menunjukkan gejala
konfusi, letargis, disorientasi, gerakan yang tidak
terkoordinasi dan kehilangan kontak dengan realita.
Ikterus neonatorum
Oksitosin akan melewati plasenta dan memiliki kerja
antideuretik pada janin sehingga terjadi peningkatan
19
fragilitas sel darah merah, hemolisis dan hiperbilirubinemia
yang bergantung pada takaran oksitosin(n= 12461;n=90)
Kerja oksitosin pada pembuluh darah
Oksitosin dapat menaikkan atau menurunkan tekanan darah
dan efek ini bergantung pada cairan infusnya dan respons
individual.
Vasokontriksi
Efek vasokontriksi ini dapat menyebabkan kenaikan tekanan
darah mendadak, mencapai 200/120 mmHg. Yang dapat menimbulkan
krisis hipertensi atau perdarahan subaraknoid, dan kematian
ibu pernah terjadi.
Vasodilatasi sepintas
Pemberian oksitosin mungkin lebih bersifat menurunkan
tekanan darah daripada menaikkannya dan sifat ini berpotensi
untuk menimbulkan akibat dengan fasilitas yang sama. Pemberian
oksitosin dengan jumlah yang besar dapat mengakibatkan
vasodilatasi yang nyata dan mendadak sehingga terjadi
penurunan tekanan darah, khususnya tekanan diastolic. Curah
jantung dapat berkurang dan penurunan curah jantung dapat
memicu takikardia.
Mual da muntah
20
Mual dan muntah dapat disebabkan oleh kontraksi otot
polos usus atau kerja langsung oksitosin pada zona pemicu
kemoreseptor dan pusat muntah dalam medulla oblongata.
Reaksi anafilaksis
Pernah dilaporkan adanya reaksi hipersensitivitas anafilaksis
Interaksi obat- oksitosin
Obat-obat vasopresor (simpatomimetik)
Jika oksitosin diberikan bersama preparat vasokontriktor
lainnya, maka akan terdapat peningkatan TD yang dapat
menyebabkan serangan stroke
Implikasi dalam praktik : Oksitosin
Masalah potensial Penatalaksanaan TD atau Melakukan pemantauan setiap 15
menit sekali. Melakukan
pemberian infus obat secara
perlahan.Frekuensi jantung stimulasi
berlebih pada uterus
- Melakukan pemantauan 5
menit sekali
- Melakukan pemantauan his
5 menit sekali
- Hentikan pemberian infus
oksitosin jika frekuensi
his terjadi lebih dari
dua menit sekali dan
lamanya his lebih dari
satu menit atau
21
kekuatannya lebih dari 50
mmHg.
- Tonus uterus dalam
keadaan istirahat(relaks)
harus di bawah 20 mmHg
- Oksigen dan preparat
tokolitik harus sudah
tersedia
- Hindari pemberian infuse
oksitoksin jika terdapat
rupture uteri
- Hidari pemberian infuse
infuse oksitoksin bersama
dengan prostaglandin
- Siap untuk mengurangi
kecepatan tetesan infuse
oksitoksin atau
menghentikan pemberian
infuse oksitoksin pada
saat dimulainya fase
aktif persalinan.Asfiksia janin Melakukan pemantauan terhadap
frekuensi detak jantung janinRetensi air Mengecek kesetimbangan cairan;
membatasi asupan cairan
(maksimal tiga liter dalam 24
jam)
Mengecek daerah dasar
22
pulmonalis, frekuensi
respirasi dan terjadinya edema
dependen
Mengecek tekanan dan distensi
vena jungularis
Menghindari pemberian infuse
oksitosin pada ibu hamil
dengan pre-eklamsia
Berikan oksitosin dalam cairan
infuse yang mengandung
elektrolit, seperti larutan
natrium klorida 0,9 % Intoksikasi air Mengecek tingkat kesadaran
dan/atau gejala konfusi
Melakukan pemantauan untuk
menentukan disritmia jantung :
bila perlu lakukan pemeriksaan
EKGUterus yang tidak responsive Menghindari partus lama dengan
oksigenasi dan suplai energy
yang tidak memadai.
2.1.3. ERGOMETRIN
Indikasi
1. Tindakan profilaksis dalam penatalaksanaan aktif kala III
persalinan
23
Kontraindikasi
1. Tidak cocok digunakan pada ibu hamil dengan kelainan
paru, jantung atau vaskuler – yang meliputi eklamsia,
pre-eklamsia, migraine, serta fenomena raynaud
2. Pada gejala sepsis, kegagalan renal atau hepatic maka
sensitivitas pada endometrium akan meningkat
Efek Samping
Farmakodinamik :
1. Kontraksi uterus
Ergometrin memiliki efek stimulant yang bekerja cepat
terhadap uterus, khususnya pada saat aterm. Kontraksi
uterus yang diakibatkannya tidak terkoordinasi dan
berlangsung berurutan dengan cepat. Kontraksi uterus
(his) dapat begitu terasa sakit atau seperti keadaan kram
sehingga ibu hamil memerlukan analgesia postpartum,
kontraksi dapat terjadi begitu kuat, sehingga resiko
retensio plasenta akan meningkat. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh kontraksi segmen bawah uterus yang
terjadi berturutan sehingga pelepasan plasenta terhalang.
2. Diare dan muntah
Kerja ergometrium yang kerap kali menimbulkan mual dan
muntah pada 20-30 persen ibu yang melahirkan; gejala mual
dan muntah ini bergantung pada takaran ergometrin yang
24
diberikan. Diare yang ringan atau sedang dapat terjadi
karena peningkatan kontraktilitas traktus GI.
3. Vasokontriksi
Ergometrium bekerja pada reseptor alfa 1 (noradrenergik)
dalam pembuluh darah arterior dan vena untuk menimbulkan
vasokontriksi serta venakontriksi pembuluh darah ini akan
menaikkan tahanan tepi sehingga terjadi hipertensi pada
5% inu-ibu yang melahirkan dengan pemberian ergometrin
intravena.
4. Inhibisi produksi prolaktin
Penyuntikan intravena ergometrin untuk penatalaksanaan-
aktif kala III persalinan menghasilkan peningkatan yang
secara statistik signifikan pada jumlah ibu yang
melakukan suplementasi serta penghentian pemberian asi
dalam waktu 1-4 minggu post partum.
5. Hipersensitivitas
Pemberian ergometrin dapat menimbulkan spasme bronkus
pada ibu hamil yang menderita penyakit asma dan harus
dihindari kecuali dalam situasi emergency
6. Efek ergometrin pada neonatus
Pemberian ergometrin memiliki kaitan dengan hipertermia,
peningkatan ketegangan otot, masalah respirasi dan
konvulsi pada neonatus.
Interaksi obat
1. Keefektifan ergometrin dapat terganggu jika ibu hamil
yang menggunakannya dalam keadaan hipokalsemia.
25
2. Ergometrin yang berinteraksi dengan nikotin, preparat
oksitosik yang lain, obat anastesi, penyekat beta,
sumatriptan dan eritromisin akan menguatkan kerja
ergometrin.
Implikasi Dalam Praktek
Masalah PenatalaksanaanKram abdomen Lakukan pemeriksaan; kem
hentikan pemberian obat jika
jumlahnya sudah berlebihanMuntah dan diare Menghangatkan dahulu sebelum
obat diberikanHipertensi Melakukan pemantuan terhadap
TD dan frekuensi jantung;
Melakukan anamneses riwayat
medis dengan cermat untuk
menyingkirkan kemungkinan
adanya penyakit kardiovaskuler
dan pre eklamsia.
Waspada terhadap sakit kepala
atau emesesKurangnya efek yang
ditimbulkan
Memastikan bahwa kandung kemih
sudah dalam keadaan kosong
Melakukan pemantauan terhadap
kehilangan darah pervaginam
dan tonus uterus
Melakukan pengukuran kadar
kalsium dalam darah
26
Nyeri dada Melakukan anamneses riwayat
medis dengan cermat untuk
menyingkirkan faktor-faktor
risiko penyakit
Mengenali kaitannya dengan
infark myocard
Mengatur pemeriksaan EKG.
Menunda pemberian obat
berikutnyaTanda vasokontriksi perifer Melakukan pemantauan terhadap
suhu tangan dan kaki secara
teratur
Menunda pemberian obat
berikutnyaHipersensitifitas Melakukan pemantauan terhadap
pola pernafasan, TD.
Memastikan agar protocol
tindakan untuk keadaan
anafilaksis sudah berada
ditempatnyaKesulitan pada pemberian ASI Memberikan dukungan dan
menentramkan khawatiran pasien
dengan menjelaskan bahwa
pemberian ASI akan lebih mudah
dilakukan setelah efek yang
ditimbulkan oleh ergometrin
menghilang.
27
Diagnosa yang mungkin muncul :
- Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai
prosedur, kemungkinan hasil
b/d kurang pemajanan/tidak mengenal sumber
informasi/kesalahan interpretasi informasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh pengungkapan
pertanyaan/masalah, perilaku yang berlebihan.
Hasil yang diharapkan : pasien mengungkapkan pemahaman
tentang prosedur/situasi berpartisipasi dalam proses
pembuatan keputusan.
- Ansietas b/d krisis situasi, ancaman yang dirasakan pada
pasien/janin, penyimpangan yang tidak diantisipasi dari
harapan.
d/d identifikasi masalah khusus, peningkatan ketegangan,
ketakutan, penurunan kewaspadaan diri, rangsangan
simpatis.
Hasil yang diharapkan :
- menggunakan sistem pendukung secara efektif.
- Melaporkan ansietas berkurang dan/atau teratasi
- Pasien tampak rileks.
- Pasien menyelesaikan persalinan dengan sukses.
28
BAB III
KASUS
Ny. A (32 tahun) usia kehamilan 40 minggu (HPHT : 17 Februari
2007, TP : 24 November 2007) datang ke klinik pukul 10.00 pada
tanggal 27 november 2007 dengan keluhan sakit pada daerah
29
pinggang dan menjalar ke bagian bawah. Ibu mengatakan bahwa
ini adalah kehamilan yang pertama (G1P0A0) sehingga ia
khawatir dengan keadaan bayinya. Dari hasil pemeriksaan pada
pukul 20.00 diketahui bahwa his lemah dan tidak teratur,
Frekuensi : 2x/10 menit, Lamanya : 10-20 detik sehingga
persalinan tidak maju. Hal ini dibuktikan dengan hasil VT
menunjukkan os.serviks masih pada pembukaan IV. Ibu bertanya
mengapa bayinya belum juga lahir. Ibu tampak semakin cemas
ketika diputuskan untuk melakukan augmentasi dengan oksitosin.
DJJ (+),
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
DO
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 85x / menit
Suhu : 38oC
BB : 62 kg
TB : 157 cm
Ibu tampak cemas ketika dilakukan augmentasi dengan oksitosin.
DS
HIS lemah dan tidak teratur, Frekuensi : 2x/10 menit,
Lamanya : 10-20 detik
30
Pasien bertanya mengapa bayinya belum juga lahir
Pasien mengatakan takut karena ini melahirkan pertama kali
untuknya
Merasakan sakit pada daerah pinggang dan menjalar ke bawah.
2. Diagnosa Keperawatan
- Ansietas b/d ancaman yang terjadi pada dirinya dan janin
- Resiko tinggi cedera maternal. faktor resiko : efek samping
oksitoksin.
- Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas pada janin. Faktor
resiko : perubahan aliran darah ke plasenta.
- Kurang pengetahuan mengenai prosedur pengobatan b/d kurang
pemajanan mengenai sumber informasi d/d pengungkapan
pertanyaan/masalah.
IMPLEMENTASI
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ansietas b/d
ancaman yang
terjadi pada
dirinya dan
janin d/d
peningkatan
ketegangan,
ketakutan,
ungkapan
pasien secara
verbal.
- - cemas
berkurang
Kriteria hasil
:
Pasien tampak
rileks,
menyelesaikan
persalinan
dengan sukses
- - kaji status
psikologis dan
emosional.
- Anjurkan
penggungkapan
- Adanya
gangguan pada
persalinan
akan
memperberat
ansietas
sehingga yang
dapat
mengganggu
kerja sama
pasien dan
31
- Ansietas b/d
ancaman yang
terjadi pada
dirinya dan
janin
DO.
Peningkatan
ketegangan,
dan ketakutan.
DS.
Pasien
mengatakan
takut karena
ini melahirkan
pertama kali
untuknya
perasaan.
Gunakan
terminologi
positif,
hindari
penggunaan
istilah yang
menandakan
abnormalitas
prosedur atau
proses.
Anjurkan
penggunaan
teknik
pernafasan dan
latihan
relaksasi.
menghalangi
proses
induksi.
-
- Pasien mungkin
takut atau
tidak memahami
dengan jelas
kebutuhan
terhadap
induksi
persalinan.
Menghindari
perasaan
menyalahkan
diri sendiri
oleh pasien.
Membantu
menurunkan
ansietas dan
memungkinkan
pasien untuk
berpartisipasi
secara aktif.
32
- Kurang
pengetahuan
mengenai
prosedur
pengobatan b/d
kurang
pemajanan
mengenai
sumber
informasi d/d
pengungkapan
pertanyaan/mas
alah.
DS.
Pasien
bertanya-tanya
tentang
prosedur yang
akan
dijalaninya.
Pasien
memahami
peosedur
pengobatan
Kriteria hasil
:
Pasien
mengungkapkan
pemahaman
tentang
prosedur dan
berpartisipasi
dalam proses
pembuatan
keputusan
Jelaskan
prosedur yang
akan dirasakan
pasien :
kontraksi dan
DJJ akan
dipantau
secara
kontinu.
TD akan
diperiksa
setiap 15
menit.
Pemberian
oksitosin
dapat
mengakibatkan
peningkatan
ketidaknyamana
n karena
kontraksi
menjadi makin
hebat.
Waktu
persalinan
akan menjadi
lebih cepat.
Ansietas akan
hilang bila
pasien
mengetahui apa
yang akan
terjadi dan
apa yang akan
dirasakan.
Kerja sama dan
keterlibatan
juga
ditingkatkan.
Pengetahuan
dapat
menghilangkan
ansietas,
meningkatkan
koping dan
memberi rasa
33
Demonstrasikan
dan jelaskan
penggunaan
peralatan
(misalnya
pemantauan
janin
eksternal atau
internal dan
pompa infus
IV)
kontrol
terhadap
situasi.
Resiko tinggi
kerusakan
pertukaran gas
pada janin.
Faktor
resiko :
perubahan
aliran darah
ke plasenta.
Aliran darah
ke plasenta
adekuat.
Kriteria Hasil
:
DJJ dalam
batas normal.
Gunakan EFM
(Elektonik
Fetal
Monitoring) 15
– 20 menit
sebelum
prosedur dan
pantau DJJ
Posisikan
pasien
telentang
dengan bagian
kepala pada
tempat tidur
yang
ditinggikan
Menentukan
kesejahteraan
janin dan
memberikan
pengkajian
dasar DJJ dan
aktivitas
uterus.
Penopang
menghilangkan
tekanan janin
pada vena kava
dan
meningkatkan
sirkulasi
34
dan bantal
penopang
ditaruh di
bawah salah
satu panggul.
plasenta.
- Resiko tinggi
cedera
maternal.
faktor
resiko : efek
samping
oksitoksin.
Tidak terjadi
cedera pada
maternal
Kriteria hasil
:
-Pasien
mempertahankan
pola
persalinan
yang
baik(misalnya
kontraksi
masing-masing
2-3 menit,
berakhir 40-50
detik, dengan
relaksasi
uterus pada
tonus normal
diantara
kontraksi).
- -Pasien
melaksanakan
Kaji riwayat
prenatal
terhadap
riwayat
kehamilan
sebelumnya dan
hasilnya,
pemeriksaan
laboratorium
prenatal,
pengukuran
pelvis,
alergi,
penambahan BB,
tanda vital,
periode
menstruasi
terakhir, dan
perkiraan
tanggal
kelahiran(PTK)
.
Informasi yang
lengkap
membuat
perawat
waspada
terhadap
kemungkinan
terjadinya
masalah.
Untuk
mengetahui
frekuensi
kontraksi.
Persalinan
35
kelahiran
tanpa
komplikasi
Periksa TD dan
nadi setiap 15
menit setelah
induksi mulai
Encerkan dan
berikan
oksitosin.
Oksitosin
digubungkan
dekat I.V.,
sesuai
kebijakan unit
dan prosedur
Palpasi fundus
untuk
mengevaluasi
frekuensi dan
cepat dapat
terjadi,
meningkatkan
risiko trauma
servical dan
jaringan
lunak. Bila
kontraksi
lebih dari 60
detik atau
masing-masing
2-3 menit,
oksitosin
harus
dihentikan.
hormon
oksitoksik
sintetik
merangsang
otot polos
uterus,
meningkatkan
kekuatan
kontrasi.
Hiperstimulasi
uterus
36
durasi
kontraksi.
Observasi
stimulus
berlebihan
uterus.
Berikan
perawatan
perineal
sesuai
indikasi.
Pantau suhu
tiap 2 jam
Perhatikan
warna dan bau
cairan vagina.
Hentikan
oksitosin
sesuai
indikasi, dan
tingkatkan
infuse larutan
I.V biasa.
(tekanan
intrauterus
lebih besar
dari 75 mm Hg)
menimbulkan
abrupsio
plasenta,
tetani uterus,
dan rupture
uterus.
Menurunkan
risiko
infeksi.
Adanya
kandungan
mekonium
menandakan
distress
janin.
Efek oksitosin
berakhir 20-30
menit setelah
penginfusan
dihentikan
37
Berikan
magnesium
sulfat(MgSO4)
1 sampai 2 g
dengan
perlahan, bila
perlu
MgSO4 dapat
diindikasikan
untuk
menghilangkan
tetani uterus
karena
oksitosin.
38
BAB IV
PEMBAHASAN
- Ansietas b/d ancaman yang terjadi pada dirinya dan janin d/d
peningkatan ketegangan, ketakutan, ungkapan pasien secara
verbal.
Diagnosa ini dipilih karena dari pengkajian didapat bahwa
pasien mengatakan ini merupakan pengalaman pertamanya
melahirkan serta kelahiran yang tidak berjalan lancar seperti
yang diharapkan.
- Resiko tinggi cedera maternal. faktor resiko : efek samping
oksitoksin.
Diagnosa ini diangkat karena pengaruh oksitosin yaitu
meningkatkan kontraktilitas uterus. Sehingga kemungkinan
kepala bayi terlalu cepat turun dan akan dapat menyebabkan
trauma pada jalan lahir.
39
- Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas pada janin. Faktor
resiko : perubahan aliran darah ke plasenta.
Diagnosa ini diangkat karena efek obat yang menyebabkan peningkata kontraktilitas uterus, sehingga bayi terlalu cepatkeluar, yang mengakibatkan terganggunya pertukaran gas pada bayi.
-Kurang pengetahuan mengenai prosedur pengobatan b/d kurangpemajanan mengenai sumber informasi d/d pengungkapanpertanyaan/masalah
Diagnosa ini diangkat karena munculnya pertanyaan dari ibu mengenai prosedur yang akan di jalani oleh ibu.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah :
1.Intranatal adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Intranatal atau persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta
dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap
normal jika proses terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
40
2.Faktor – faktor yng mempengaruhi persalinan adalah :
1. Power
2. Passenger atau janin dan plasenta
3. Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang)
3.Persalinan dapat dibagi menjadi 4 kala yaitu :
Kala I
Kala II
Kala III
Kala IV
4.Obat-obatan yang digunakan pada selama intranatal :
a) Ergometrin : obat yang digunakan untuk tindakan
profilaksis dalam penatalaksanaan aktif kala III
persalinan.
b) Prostaglandin : obat yang digunakan untuk Induksi partus
aterm, mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca
persalinan, merangsang kontraksi uterus post sc atau
operasi uterus lainya, induksi abortus terapeutik, uji
oksitosin, dan menghilangkan pembengkakan mamae.
c) Oksitosin adalah obat yang digunakan untuk induksi
persalinan cukup bulan,memfasilitasi kontraksi uterus
pada kehamilan cukup bulan, dan pengendalian perdarahan
pasca partum setelah pengeluaran plasenta.
41