Proposal Print

22
1 I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, masyarakat Indonesia mulai menggemari berbagai macam makanan olahan. Terlebih lagi, jika makanan tersebut memiliki efek positif dalam meningkatkan kesehatan tubuh, karena masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan itu. Makanan olahan tersebut akan lebih disukai lagi, apabila memiliki cita rasa, aroma, warna, dan bentuk yang lebih menarik dibandingkan dengan makanan yang tanpa adanya perlakuan khusus. Untuk dapat meningkatkan minat konsumsi masyarakat, maka makanan olahan tersebut juga harus memiliki daya simpan yang lebih lama dan lebih baik lagi. Karena jika tidak, maka makanan tersebut akan kehilangan daya tarik khusus yang didapat dari proses pengawetan yang diberikan. Nanas merupakan tanaman yang dikenal kaya akan sumber vitamin, protein, dan mineral. Buah nanas mengandung vitamin (A dan C), Kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelain. Semua itu diketahui sebagai zat-zat yang berguna dan dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah tertentu. Akan tetapi karena sifat fisik nanas yang mudah dan cepat rusak akibat pengaruh sinar matahari ataupun akibat pemotongan, juga akan

Transcript of Proposal Print

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat sekarang ini, masyarakat Indonesia mulai

menggemari berbagai macam makanan olahan. Terlebih

lagi, jika makanan tersebut memiliki efek positif dalam

meningkatkan kesehatan tubuh, karena masyarakat mulai

menyadari betapa pentingnya kesehatan itu. Makanan

olahan tersebut akan lebih disukai lagi, apabila

memiliki cita rasa, aroma, warna, dan bentuk yang lebih

menarik dibandingkan dengan makanan yang tanpa adanya

perlakuan khusus. Untuk dapat meningkatkan minat

konsumsi masyarakat, maka makanan olahan tersebut juga

harus memiliki daya simpan yang lebih lama dan lebih

baik lagi. Karena jika tidak, maka makanan tersebut

akan kehilangan daya tarik khusus yang didapat dari

proses pengawetan yang diberikan.

Nanas merupakan tanaman yang dikenal kaya akan

sumber vitamin, protein, dan mineral. Buah nanas

mengandung vitamin (A dan C), Kalsium, fosfor,

magnesium, zat besi, natrium, kalium, dekstrosa,

sukrosa, dan enzim bromelain. Semua itu diketahui

sebagai zat-zat yang berguna dan dibutuhkan oleh tubuh

manusia dalam jumlah tertentu. Akan tetapi karena sifat

fisik nanas yang mudah dan cepat rusak akibat pengaruh

sinar matahari ataupun akibat pemotongan, juga akan

2

berdampak pada kandungan buah nanas tersebut. Oleh

karena itu, diperlukan adanya proses pengawetan untuk

menjaga kondisi nanas dari kerusakan secara fisik dan

kerusakan secara biologis.

Pengawetan nanas bisa dilakukan dengan secara

kimiawi, dengan pemanfaatan gula pasir dan asam sitrat

yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti diketahui, bahwa penambahan gula pasir dan asam

sitrat dapat mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh

jamur maupun mikroorganisme lainnya. Pertumbuhan

mikroba yang paling rawan adalah keseimbangan

elektrolit pada sistem metabolismenya. Karena itu bahan

kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif

biasanya digunakan asam-asam organik. Penggunaan gula

pasir dan asam sitrat adalah pilihan yang cukup bagus,

karena bisa dengan mudah diperoleh oleh siapa saja.

Kemudian dengan adanya kemajuan dibidang

teknologi, diharapkan dapat memudahkan kerja manusia

khususnya dalam bidang pertanian, seperti penggunaan

untuk sortasi berdasarkan kondisi buah nanas. Terutama

nanas yang telah diawetkan, maka kita dapat

memanfaatkan Pencitraan Digital. Dimana warna dari buah

nanas, bisa menunjukkan bagaimana keadaan dari nanas

tersebut. Dan gambar yang diambil saat pencitraan

digital, harus terlebih dahulu mengalami Image Processing

3

untuk mendapatkan data yang memudahkan dalam pembacaan

nantinya.

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba untuk

melakukan penelitian dengan judul “APLIKASI PROSES

CITRA DIGITAL UNTUK MENILAI MUTU BUAH NANAS TEROLAH

MINIMUM DENGAN PERLAKUAN PENAMBAHAN GULA PASIR (C2H12O6)

DAN ASAM SITRAT (C6H8O7 )”. Hal ini diharapkan dapat

memberikan solusi pada permasalahan yang ada.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan komposisi larutan pengawet yang paling

bagus untuk buah nanas.

2. Menjaga kandungan nutrisi dan protein buah nanas.

3. Meningkatkan daya tarik dari buah nanas.

4. Memudahkan dalam grading buah nanas yang telah

diolah.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat

mencegah kerugian petani akibat kerusakan buah selama

penyimpanan ataupun selama proses distribusi buah

nanas. Kemudian dengan adanya penelitian ini,

diharapkan juga dapat membantu meningkatkan nilai

ekonomis dari buah nanas.

4

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanas

Sebagai tanaman tropis, tumbuhan nanas dengan

mudah kita jumpai di berbagai pelosok wilayah

Indonesia. Nanas berkerabat dekat dengan palem kipas.

Adapun secara lengkap, klasifikasi tanaman Nanas adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu /

monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Bromeliales

Famili : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus

Nanas atau ananas (Ananas comosus) adalah

sejenis tumbuhan tropis yang berasal

5

dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini

termasuk dalam familia nanas-nanasan

(Famili Bromeliaceae). Perawakan (habitus) tumbuhannya

rendah, herba (menahun) dengan 30 atau lebih daun yang

panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset

mengelilingi batang yang tebal. Buahnya dalam bahasa

Inggris disebut sebagai pineapple karena bentuknya yang

seperti pohon pinus. Nama 'nanas' berasal dari sebutan

orang Tupi untuk buah ini: anana, yang bermakna "buah

yang sangat baik". Burung penghisap madu (hummingbird)

merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun

berbagai serangga juga memiliki peran yang sama.

Buah nanas sebenarnya bukanlah buah sejati,

melainkan gabungan dari buah sejati (bekasnya terlihat

dari setiap “sisik” pada kulit buahnya) yang dalam

perkembangannya tergabung bersama-sama dengan tongkol

(spadix) bunga majemuk menjadi satu 'buah' besar.

Nanas yang dibudidayakan petani saat ini sudah

kehilangan kemampuan memperbanyak diri secara seksual,

jadi petani mengembangkan tanaman muda (bagian mahkota

buah) yang merupakan sarana perbanyakan

secara vegetatif.

Sebagai buah-buahan nanas kaya akan sumber vitamin

dan mineral. Buah nanas mengandung vitamin (A dan C),

kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, natrium, kalium,

dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain.

Bromelain berkhasiat antiradang, membantu melunakkan

6

makanan di lambung, mengganggu pertumbuhan sel kanker,

menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas

fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah

buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi).

Komposisi gizi per 100 g nanas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Gizi per 100 g Nanas

Bahan Penyusun NanasEnergi (kcal) 50Karbonhidrat (g) 13.12Serat (g) 1.4Lemak (g) 0.12Kalsium (mg) 13Fosfor (mg) 8Magnesium (mg) 12Zat Besi (mg) 0,12Natrium (mg) 1Kalium (mg) 109Vit. C (mg) 47,8Vit. A (µg) , 3Sodium (mg) 1Protein (g) 0,54

Sumber : USDA nutrient database

2.2 Pengawetan

Pengawetan adalah upaya yang dilakukan

oleh manusia yang bertujuan untuk

mempertahankan keadaan makanan dalam kondisi

sebaik mungkin sehingga tidak mengalami

7

kerusakan secara fisik, kimia dan biologi.

Secara garis besar pengawetan dapat dibagi

dalam 3 golongan yaitu :

2.2.1 Pengawetan Secara Alami / Pengeringan

Pengeringan adalah suatu usaha pengawetan dengan

cara menurunkan aktifitas air (Aw) produk melalui

penghilangan air yang dikandung produk dengan proses

penguapan, sehingga mikroorganisme tidak bisa tumbuh

berkembang. Semakin tinggi kadar air dalam makanan

tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya.

Melalui proses ini, air yang terkandung dalam bahan

makanan akan diminimalkan. Dengan begitu,

mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang

biak.

2.2.2 Pengawetan Secara Biologis

Proses pengawetan secara biologis misalnya dengan

peragian (fermentasi) dan bantuan dari enzim.

a. Peragian (Fermentasi)

Merupakan proses perubahan karbohidrat menjadi

alkohol. Zat-zat yang bekerja pada proses ini

ialah enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya

proses peragian tergantung dari bahan yang akan

diragikan.

b. Enzim

Enzim adalah satu katalisator biologis yang

dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat membantu

8

mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia.

2.2.3 Pengawetan Secara Kimiawi

Menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir,

garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam

propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain.

Proses pengasapan juga termasuk cara kimia sebab

bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam makanan

yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat,

pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat

praktis karena dapat menghambat berkembangbiaknya

mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri, dan

ragi.

a. Asam Sitrat (citric acid)

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang

ditemukan pada daun dan buah tumbuhan

genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan

bahan pengawet yang baik dan alami, selain

digunakan sebagai penambah rasa masam

pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia,

asam sitrat dikenal sebagai senyawa

antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di

dalam mitokondria, yang penting

dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat

digunakan sebagai zat pembersih yang

ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.

9

Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah

dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi

tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada

jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk

nipis dan jeruk purut).

Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya

ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan).

Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-

nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatri karboksilat .

Asam sitrat merupakan senyawa intermedier dari

asam organik yang berbentuk kristal atau serbuk

putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam air,

spiritus, dan etanol. Tidak berbau, rasanya sangat

asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian

terurai, yang selanjutnya terbakar sampai menjadi

arang. Asam sitrat ini juga terdapat dalam sari

buah-buahan seperti nanas, jeruk, lemon, markisa.

Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam

(mengatur tingkat keasaman) pada berbagai

pengolahan minuman, produk air susu, selai, dll.

b. Gula Pasir

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang

menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan

utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam

bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk

mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan

atau minuman. Gula sederhana,

10

seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa

dengan enzim atau hidrolisis asam),

menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.

Gula sebagai sukrosa diperoleh

dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun

demikian, terdapat sumber-sumber gula minor

lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis

lain, seperti umbi dahlia, anggur, atau jagung,

juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan

tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan

gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti

dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).

Gula bisa digunakan sebagai pengawet dan lebih

efektif bila dipakai dengan tujuan menghambat

pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet,

pengunaan gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg

bahan.

c. Garam Dapur

Garam dapur adalah senyawa kimia Natrium

chlorida (NaCl). Garam dapur merupakan bumbu utama

setiap masakan yang berfungsi memberikan rasa

asin. Selain meningkatkan cita rasa garam juga

berfungsi sebagai pengawet. Sifat garam dapur

adalah higroskopis atau menyerap air, sehingga

adanya garam akan menyebabkan sel-sel

mikroorganisme mati karena dehidrasi.

Garam dapur juga dapat menghambat dan

11

menghentikan reaksi autolisis yang dapat mematikan

bakteri yang ada di dalam bahan pangan. Penggunaan

garam sebagai pengawet biasanya dikenal dengan

istilah penggaraman, seperti yang dilakukan pada

proses pembuatan ikan asin, telur asin, atau

asinan sayuran dan buah.

2.3 Proses Bebas Kuman

Ada dua cara proses bebas kuman, yaitu:

1. Sterilisasi

Adalah proses bebas kuman, virus, spora dan jamur.

Keadaan steril ini dapat dicapai dengan cara alami

maupun kimiawi.

a. Secara alami

Dapat dilakukan dengan:

1. memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada

suhu 100⁰C selama 15menit, untuk mematikan

kuman dan virus.

2. memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada

suhu 120⁰C selama 15menit untuk mematikan

spora dan jamur.

b. Secara kimiawi

Dapat dilakukan dengan menggunakan:

1. Antiseptik (alkohol, asam dan alkali, air

raksa, zat pengoksida, dll) sebagai penghambat

atau pembunuh jasad renik seperti bakteri,

jamur dan lainnya.

12

2. Desinfektan (chlor atau formaldehid) sebagai

pencegah terjadinya infeksi atau pencemaran

jasad renik seperti bakteri dan virus,

2. Pasteurisasi

Dilakukan dengan memanaskan tempat yang telah

diisi makanan atau minuman dalam air mendidih pada

suhu sekurang-kurangnya 63⁰C selama 30 menit,

kemudian segera diangkat dan didinginkan hingga

suhu maksimum 10⁰C. Dengan cara ini maka

pertumbuhan bakteri dapat dihambat dengan cepat

tanpa mempengaruhi rasa makanan dan minuman.

2.4 Citra Digital

Citra adalah suatu representasi (gambaran)

kemiripan atau imitasi suatu objek. Citra sebagai

keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

optic berupa foto yang bersifat analog berupa sinyal-

sinyal video seperti gambar pada monitor televisi atau

bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada

suatu media penyimpanan (Sutoyo, T 2009).

Citra Analog adalah citra yang bersifat continue

(seperti TV, X-Ray, foto, lukisan, ct scan dll). Citra

analog tidak dapat direpresentasikan pada komputer

sehingga komputer tidak mampu mengolah data secara

langsung. Maka dibutuhkan konversi citra analog ke

citra digital. Dan citra digitallah yang dapat diolah

oleh komputer secara langsung.

13

Proses pengolahan dan analisa citra yang banyak

melibatkan persepsi visual merupakan pengolahan citra.

Proses ini mempunyai data masukan dan informasi

keluaran yang berbentuk citra. Dalam pengolahan citra

digital, citra masukan diperoleh melalui suatu kamera

yang di dalamnya terdapat suatu alat digitasi yang

mengubah citra masukan berbentuk analog menjadi citra

digital, dimana citra yang direkam maupun sensor yang

digunakan mempunyai posisi yang tetap.

Proses perekaman citra dari kamera video menjadi

file digital disebut image acquisition dan proses ini

memerlukan kamera video, frame grabber, dan komputer. Gambar

yang ditangkap oleh kamera diubah menjadi citra digital

oleh frame grabber dan ditempatkan dalam memori komputer.

Selanjutnya data citra yang diperoleh disimpan ke dalam

media penyimpanan data (harddisk, disket, dan lain-lain)

dalam bentuk citra digital.

Mutu citra yang ditangkap dan disimpan akan

ditentukan oleh beberapa hal seperti jenis kamera dan

frame grabber yang digunakan seperti keadaan pencahayaan

di sekitar objek. Selain itu, terlepas dari kemampuan

hardware, resolusi dan kedalaman warna (color depth) citra

yang disimpan akan sangat sangat mempengaruhi kualitas

citra yang disimpan. Selanjutnya, kualitas citra yang

ditangkap dan disimpan ini akan mempengaruhi hasil

analisisnya.

14

Teknik pengolahan citra biasanya melakukan

transformasi dari suatu citra kepada citra yang lain,

sementara tugas perbaikan informasi terletak pada

manusia. Bidang ini meliputi penajaman citra, kompresi

citra, koreksi citra yang tidak fokus ataupun kabur dan

lain-lain.

Penggunaan teknik pengolahan citra dalam bidang

pertanian telah banyak digunakan. Penerapan pada

berbagai sistem pertanian, baik pra panen maupun pasca

panen telah mempercepat proses sortasi hasil panen,

pengujian kualitas, seleksi produk yang rusak, seleksi

dan observasi terhadap tumbuhan di lapangan, dan

berbagai aspek yang ingin diukur tanpa merusak bahan

pertanian (non destructive) (Sandra, 2011).

2.4.1 Warna

Menurut Ahmad (2005), munculnya suatu warna, baik

dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengolahan

citra tergantung dari tiga factor, yaitu:

1. Sifat pantulan spektrum (spectral reflectance)

dari satu permukaan, yang menentukan bagaimana

satu permukaan memantulkan gelombang cahaya

sehingga menampakkan satu warna,

2. Kandungan spektrum (spectral content) dari

cahaya yang menyinari, yang artinya warna-warna

yang terkandung dalam satu gelombang cahaya

yang menyinari permukaan,

15

3. Respon spektrum (spectral response) dari sensor

dalam peralatan sistem visual yang merupakan

kepekaan mata pada sistem visual manusia, atau

kepekaan kamera dari sistem visual buatan.

Selanjutnya mengalirkan sejumlah energi ke

titik-titik penyusun layar monitor.

Warna merupakan salah satu karakteristik penting

dari citra. Model warna adalah sebuah sistem koordinat

yang bisa memetakan semua warna dalam sistem tersebut

dengan sebuah titik. Beberapa model warna yang ada

adalah sebagai berikut :

1) Model Warna RGB (Red, Green, Blue)

Model warna RGB berorientasi hardware, terutama

untuk warna monitor dan warna pada kamera video.

Dalam model ini tiap warna ditunjukkan dengan

kombinasi tiga warna primer yaitu merah, hijau,

biru.

2) Model Warna CMY (Cyan, Magenta, Yellow) dan

CYMK

Model warna CMY digunakan untuk mencetak

warna. Model CMY disempurnakan menjadi model CYMK,

dengan K menyatakan warna keempat agar dapat

menghasilkan warna hitam murni Sistem CMYK

digunakan untuk proses cetak mencetak dengan media

kertas. Dalam industri percetakan, untuk

menghasilkan warna bervariasi, diterapkan

pemakaian warna primer subtraktif: magenta, kuning

16

dan cyan dalam ukuran yang bermacam-macam. CMYK

didapatkan dari mengurai tinta.

3) Model Warna HIS (Hue, Saturation, Intensity)

Model HIS merupakan model yang mendekati cara

kerja mata manusia. Hue berarti warna murni,

Saturation mendeskripsikan derajat banyaknya warna

murni yang dilunakkan dengan warna putih, dan

intensitas menggabungkan informasi warna dari H

dan S (Sutoyo, T 2009).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan Maret

– April 2014 di Laboratorium Teknologi Pengolahan

Pangan Hasil Pertanian, Program Studi Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.

3.2 Bahan dan Alat

Pada penelitian yang akan dilakukan ini, bahan –

bahan yang akan digunakan nanas 18 Kg, gula pasir 6

Kg, air 24 liter, asam sitrat 0,5 Kg dan garam 0,25 Kg.

17

Alat – alat yang digunakan adalah refraktometer, force gauge,

timbangan, panci, kompor, talenan, 12 botol stoples,

pisau dan pengaduk.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah pembuatan

larutan pengawet makanan, yang terdiri dari asam sitrat

dan gula. Bahan-bahan tersebut sudah umum digunakan

sebagai bahan pengawet makanan oleh masyarakat, sangat

mudah diperoleh dan tidak merupakan bahan pengawet yang

berbahaya untuk dikonsumsi.

Penelitian diawali dengan pembelian nanas dari

petani, kemudian nanas dibersihkan dan dipotong persegi

panjang. Selanjutnya larutan pengawet dibuat dan

dicampurkan pada nanas, dimana larutan ini bertujuan

untuk mengawetkan bahan pangan dari hasil produk

pertanian, sehingga hasil produk pertanian (nanas) bisa

memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan tanpa

pemberian perlakuan apapun.

3.4 Pengamatan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

penanganan pasca panen terhadap lama umur simpan pada

buah nanas, terutama buah dengan kadar air yang lumayan

tinggi. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan

mutu nanas yang dihasilkan selama penyimpanan. Adapun

pengamatan ini terdiri dari:

18

3.4.1 Susut Berat

Perhitungan susut berat dilakukan setiap 24 jam

sekali selama penyimpanan dengan menimbang nanas pada

timbangan digital. Data susut berat diperoleh dari nanas

yang sama. Timbangan digital dinyalakan dan pastikan

telah dikalibrasi dengan benar. Lalu letakkan nanas

diatas timbangan, kemudian dilakukan pembacaan angka

yang ditunjukkan oleh timbangan. Susut berat dihitung

dengan persamaan:

SusutBerat=Wo−WaWo

×100%........................

................................ (2)

dengan : Wo = berat awal penyimpanan (g)

Wa = berat akhir penyimpanan (g)

3.4.2 Total Padatan Terlarut

Refraktometer digunakan untuk menentukan jumlah total

padatan terlarut dalam bahan. Penentuan padatan dapat

dilakukan dengan cara mengambil cairan dari nanas

dengan cara terlebih dahulu ditumbuk atau dihaluskan,

kemudian diteteskan diatas kaca refraktometer. Pada tahap

ini dilakukan pembacaan angka yang tertera pada alat

dengan satuan ºBrix. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam

sekali selama penyimpanan nanas.

3.4.3 Uji Organoleptik

19

Uji organoleptik dilaksanakan berdasarkan uji

kesukaan (hedonik) terhadap warna, aroma dan tekstur.

Uji organoleptik dilakukan terhadap 5 orang panelis dan

di ukur berdasarkan dengan nilai skala kesukaan dari 1

sampai 5 . Nilai (1) menunjukkan sangat tidak suka, (2)

tidak suka, (3) biasa, (4) suka, (5) sangat suka.

3.4.4 Kekerasan

Pengamatan terhadap kekerasan nanas dilakukan

setiap 24 jam sekali selama penyimpanan. Pengamatan

dilakukan dengan menggunakan alat force gauge. Pengukuran

dilakukan sebanyak tiga kali pada titik yang berbeda.

Kekerasan daging buah dinyatakan dalam bentuk tekanan

dengan satuan Pascal (Pa). Persamaan yang digunakan

adalah :

P = FA ………………………………………………………….… . (3)

A = π−D²4 ……………………………………………………………. (4)

dengan : P = tekanan (Pa)

F = gaya tekan yang terbaca pada force

gauge (N)

A = luas penampang penekan (m²)

D = diameter pluyer forge gauge (m)

3.4.5 Suhu dan Kelembaban Relatif (RH)

Untuk megukur suhu dan kelembaban relatif ruang

penyimpanan selama melakukan pengamatan digunakan alat

20

Hygrometer dengan tipe Haar Synt. Suhu diamati dengan

satuan ºC (derajat Celcius) dan untuk mengamati kelembaban

relatif digunakan satuan % (Persen). Pengamatan

dilakukan setiap hari selama penyimpanan.

3.4.6 Pengolahan Citra Digital

Untuk mengolah Citra digital, terlebih dahulu

dilakukan pengambilan citra/gambar (image acquisition)

dengan menggunakan kamera dan kotak media tangkap yang

dilakukan setiap 24 jam untuk mengamati perubahan dari

kondisi buah nanas. Barulah langkah selanjutnya

dilakukan Proses pengolahan citra (image processing),

Analisa data citra (image analysis) dan Proses pemahaman

data citra (image understanding) dengan menggunakan

komputer.

DAFTAR PUSTAKA

21

Sutoyo, T 2009, Teknik Pengolahan Citra Digital, Andi,Yogyakarta.

Sandra. Pengembangan Sistem Cerdas untuk Sortasi danPemutuan Buah Pisang Secara nondestruktif. FakultasTeknologi Pertanian – Universitas Andalas, 2011.

Ahmad, Usman. 2005. Pengolahan Citra Digital dan TeknikPemprogramannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dedi. 2013. Pengawet Makanan Alami.

(http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/06/05/pengawet-makanan-alami/, diakses pada 22 Oktober 2013pukul 21.05WIB).

Agricultural Research Service United States Departmentof Agriculture. 2013. Basic Report:  09266, Pineapple, Raw, Allvarietas.

(http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/, diaksespada 16 November 2013 pukul 13.54 WIB).

IPB Press. 2012. Teknik Pengolahan Pangan.(http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/

Teknik%20Pengolahan%20Pangan/bab1.php, diakses pada 16November 18.36 WIB).

22