Makalah Ekologi Cnidaria
-
Upload
psychophilia -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of Makalah Ekologi Cnidaria
MAKALAH EKOLOGI HEWAN
Ekologi Cnidaria(Aurelia aurita)
Kelompok 2:
Suci Aulia Putri 14177051
Dosen PembimbingDr. Abdul Razak, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmat
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Ekologi
Hewan Cnidaria (Aurelia aurita)”. Penulisan makalah ini
disusun untuk menambah wawasan penulis mengenai ekologi
Aurelia aurita dan untuk memenuhi tugas mata kuliah
ekologi di Program Studi Pascaserjana Pendidikan
Biologi Universitas Negeri Padang.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan, bantuan, masukan, arahan dan
dorongan dari berbagai pihak karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Abdul Razak., M.Si. sebagai Pembimbing I.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
sumbangan pemikiran dalam diskusi mengenai penulisan
makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Semoga bimbingan, bantuan dan dorongan serta
sumbangan yang telah Bapak dan rekan-rekan berikan
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai
sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan
khususnya Pendidikan Biologi.
Padang, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................
i
DAFTAR ISI........................................
ii
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...........................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ciri Umum Cnidaria........................
3
B. Ekologi dan Sebaran A. aurita................ 4
C. Interaksi A. auritadengan komponen abiotik... 5
1. Kecepatan arus air laut................. 5
2. Suhu dan Intensitas Cahaya Matahari.....
5
3. Salinitas (Kadar Garam).................
6
4. Derajat Keasaman (pH)...................
6
D. Interaksi A. auritadengan Organisme Lain..... 7
E. Cara A. auritamendapatkan makanan............
9
F. Peranan A. aurita..................................................................
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................12
B. Saran ....................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................
13
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia
yang mempunyai perairanpantai yang cukup luas.Perairan
Indonesia memiliki luas lebih dari 81.000 km. Secara
umum perairan Indonesia dihuni oleh tiga ekosistem
yaitu ekosistem bakau, lamun dan terumbu karang
(Sunarto, 2006). Sebagian besarmerupakan perairan
dangkal yang sangat potensial bagi berbagai jenis
porifera yang hidup didalamnya.
Cnidaria adalah filum hewan yang memiliki tubuh
sangat sederhana. Kata cnidaria berasal dari kata cnido
yang berarti penyengat, karena sesuai dengan cirinya
yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak
pada tantakel yang terdapat disekitar mulutnya.Terdapat
10.000 spesies coelenterata yang sebagian besar hidup
di laut.
Sebagian Cnidaria hidup secara soliter, sedangkan
sebagian yang lain hidup berkoloni. Tubuhnya simetri
radial. Jika di potong tubuhnya melalui sumbu tubuh
maka akan mendapatkan beberapa bagian yang sama.
Ekosistem laut terdiri dari berbagai kompenen
biotik dan abiotiknya.Aurelia auritasebagai salah satu
komponen biotik pada ekosistem laut membentuk suatu
interaksi atau hubungan dengan kompenen abiotik,
seperti : suhu, arus air, pH, dll.Maka nya peneliti
tertarik mengkaji hubungan antara kompenen biotik,
khusunya Aurelia aurita dengan komponen
abiotik.Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
tertarik mengkaji mengenai “Ekologi Hewan Cnidaria
(Aurelia aurita)”
1
BAB II
CNIDARIA
A. Ciri Umum Cnidaria
Cnidaria adalah filum hewan yang memiliki tubuh
sangat sederhana.Kata cnidaria berasal dari kata cnido
yang berarti penyengat, karena sesuai dengan cirinya
yang memiliki sel penyengat.Sel penyengat terletak pada
tantakel yang terdapat disekitar mulutnya.Terdapat
10.000 spesies coelenterata yang sebagian besar hidup
di laut.
Ciri-ciri umum Cnidaria diantaranya :habitat di
laut, kecuali sejenis hydra hidup di air
tawar.Merupakan Hewan bersel banyak
(multiseluler).Sruktur tubuh nya terdiri dari : radial
simetris, dipoblastik terdiri ektoderm dan endoderm dan
terdapat rongga (mesoglea) antara lapisan ektoderm dan
endoderm.Bentuk tubuh ada yang menyerupai tabung
(polip) dan menyerupai mangkok (medusa). Di atas tubuh
terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan
bergerak. Pada lapisan luar ektodermis tentakel
terdapat sel racun (knidoblast) atau sel penyengat
(nematosis).
Cnidaria mempunyai rongga gastrovaskuler untuk
pencernaan.Sistem pernapasan dengan cara difusi
(seluruh permukaan tubuh), kecuali Anthozoa dan
Sifonoglia. Sistem saraf nya melalui proses difusi
(baur). Cnidaria Mengalami siklus hidup
(metagenesis).Dalam siklus hidupnya pada umumnya
Coelentarata mempunyai dua bentuk tubuh, yaitu Polip dan
Medusa.Polip adalah bentuk Coelentarata yang menempel
pada tempat hidupnya. Tubuh berbentuk silindris, bagian
proximal melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang
dikelilingi tentakel.Polip yang membentuk koloni
memiliki beberapa macam bentuk (polimorfisme).Misalnya :
polip untuk pembiakan yang menghasilkan medusa
(gonozoid) dan polip untuk makan yakni gastrozoid.
Medusa adalah bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut
atau seperti lonceng yang dapat berenang bebas.
B. Ekologi dan Sebaran Aurelia aurita
Aurelia aurita merupakan salah satu anggota terbesar
dari hewan Cnidaria dan paling mencolok di daerah
pelagis (Tahera and Kazmi, 2006).A.aurita berenang dengan
jalan mengemtiang dan mengempiskan payungnya secara
berirama dan dengan interval yang teratur.
Frekuensi berenang tergantung pada ukuran tubuh,
kontraksi payung biasanya 20-30 kali per menit. Mereka
berenang pada siang hari, posisi paying tegak, bergerak
mendatar dekat permukaan laut, bahkan sampai kedalaman
kurang lebih 2 meter kemudian secara perlahan muncul
lagi ke permukaan (Passano, 1973).
Aurelia auritamempunyai pengaruh yang kuat dan
signifikan pada struktur komunitas plankton.Menurut
penelitian Kiel Bight, Moller (1980) menyampaikan bahwa
A. aurita adalah predator utama dan pemakan ikan-ikan
yang berukuran kecil (larval fish) (Niels Jorn, 1994).
A.aurita ditemukan diperairan dangkal didaerah
perairan tropic dan perairan hangat seperti di perairan
Yunani, Mediterania, dan Indonesia (Hale, 1999 ;
Frangou et al 2006 dalam Dian Saptarini).
C. Interaksi Aurelia aurita dengan komponen abiotik
1. Kecepatan Arus Air Laut
Perbedaan penyusun komposisi di kedua tipe perairan
(dekat garis pantai dan jauh garis pantai) diduga
berkaitan dengan adanya perbedaan kecepatan arus di
perairan titik sampling jauh garis pantai dengan
kecepatan arus di titik sampling dekat garis pantai.
Kecepatan arus akan mempengaruhi pergerakan horizontal
Aurelia aurita, yakni disaat arus besar maka A. auritaakan
cenderungbergerak kearah pantai (Ario dkk, 1997).
2. Suhu dan Intensitas Cahaya Matahari
A. aurita cenderung tidak menyukai intensitas cahaya
matahari yang terlalu tinggi atausebaliknya yang
gelap.Mereka muncul ke permukaan pada waktu pagi atau
sore hari, pada waktu siang atau malam gelap mereka
menghilang ke tempat yang lebih dalam.Bila langit
berawan mereka lebih banyak di jumpai di permukaan.
Pada keadaan cuaca buruk seperti angin dan ombak besar,
mereka akan menyelam menjauhi permukaan walaupun pada
saat itu keadaan cahaya matahari memungkinkan mereka
bergerak di permukaan seperti biasanya.
Toleransi terhadap temperatur berkisar antara –
0,6° C – 31° C dengan temperatur optimum 9° C – 19° C.
Perubahan temperatur mempengaruhi kontraksi payung dan
juga konsumsi oksigen. Konsumsi oksigen tergantung pada
berat badan masing-masing jenis. Dalam keadaan normal
Oksigen yang dikonsumsi untuk respirasi 0,07 cc per
jam untuk specimen dengan berat 27,5 gr sedangkan berat
87 gr mengkonsumsi 0,17 cc per jam. Aktitas respirasi
akan menurun bila kandungan oksigen berkurang
(Passano,1973).
Suhu air mempunyai pengaruh langsung terhadap
reaksi gerak biokimia di anggota subfillum
invertebrate, dengan mengaktifkan sebuah papan spectrum
dari metabolism sel untuk aktifitas organisme tersebut
(Kinne, 1970, Marsum et al 1972 dalam Lars Johan
Hansson).
Pengaruh suhu untuk gelatin zooplankton ini
memberikan informasi penting tentang perbedaan spesies
dengan respect respiration, frekuensi berenang dan cara
menangkap mangsa/ penangkapan mangsa. Suhu mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan A. aurita pada keadaan yang
berbeda. Di Skagerrat dan Baltik Selatan, pertumbuhan
A. aurita terbagi kedalam 3 fase : 1) A. aurita
berhabitat di laut dalam sebagai ephyraetanpa jaring
pertumbuhan untuk beberapa bulan. 2) Pada musim semi,
pertumbuhan eksponensial dimulai dan medusa terus
berkembang. 3) Pertumbuhan optimal terjadi pada musim
panas dan rata-rata ukuran akhir medusa tercapai
(Moller, 1980). Daerah pesisir sebelah utara, ditandai
dengan fluktuasi musiman yang besar pada suhu air
permukaan sekitar 00C dimusim dingin, sampai sekitar
200 dimusim panas.
Moller (1980) mengemukakan bahwa awal pertumbuhan
mungkin tergantung suhu air pada musim semi.Karena suhu
mempengaruhi peningkatan copepoda, dan berimbas pada
pertumbuhan medusa.Dengan demikian terjadi perubahan
yang berlangsung dari tahun ke tahun dalam menanggapi
variasi suhu antar tahun.Berdasarkan pengamatan
lapangan terhadap A. aurita oleh Kiel Bight, Schneider &
Behrends, 1994) menjelaskan kelimpahan medusa dan
kompetisi untuk mendapatkan makanan menjadi faktor
utama yang mengatur ukuran akhir dari medusa dan suhu
mempengaruhi beberapa variasi.Namun tidak banyak
penelitian yang menjelaskan pengaruh suhu terhadap fase
pertumbuhan A. aurita.
3. Salinitas (Kadar Garam)
Bertambah atau berkurangnya kadar garam juga
berpengaruh terhadap respirasi, atau konsumsi oksigen.
Medusa dapat mengontrol jumlah garam yang masuk ke
dalam dan keluar dari tubuhnya bersama air laut,
sehingga kadar garam yang masuk seimbang dengan kadar
garam perairan di sekitarnya, walaupun komposisi
senyawanya berbeda. Macallum (dalam Hyman 1940)
menemukan jumlah kalium, magnesium dan natrium di dalam
tubuh Aureliaaurita,dimana jumlah kalium lebih tinggi dan
natrium serta magnesium lebih rendah dari yang
terkandung dalam air laut di sekitarnya. Dengan
demikian ia berkesimpulan bahwa senyawa kimia tersebut
telah ada dari mulanya didalam tubuh medusa, dan tidak
terpengaruh oleh perubahan salinitas air laut.
4. Derajat Keasaman (pH)
Perubahan derajat keasaman (pH) dapat ditolerir
oleh medusa, pH air laut berkisar antara 8,0–8,2.
Bertambah atau berkurangnya keasaman air laut mula-mula
dapat mempercepat kontraksi payung. Tetapi lama
kelamaan kontraksinya akan melemah dan akhirnya akan
berhenti sama sekali. Thill (dalam Hyman1940)
mengatakan bahwa melemahnya kontraksi terjadi bila pH
kurang dari7,2 atau lebih dari 9,5.
D. Interaksi Aurelia aurita dengan Organisme Lain.
Interaksi A. aurita dengan organisme laut lainnya
terjadi begitu alami, namun saat terjadi peningkatan
jumlah Aurelia auritamenyebabkan terjadinya invasi A.
aurita.Invasi adalah peningkatan jumlah populasi A.
auritayang disebabkan oleh beberapa faktor.
Meningkatnya populasi ubur-ubur di wilayah
Mediterania dan Laut Hitam menyusutkan populasi ikan,
memicu ketidakseimbangan ekosistem.Hal ini diakibatkan
oleh eksploitasi sumber daya perikanan.Data ini
terungkap dalam laporan terbarulembaga Perserikatan
Bangsa-Bangsa.Eksploitasi sumber daya perikanan –
menurut laporan Komisi Perikanan FAO – telah
menyusutkan jumlah predator alami dalam rantai makanan
sehingga memicu merebaknya populasi ubur-ubur di Laut
Hitam dan wilayah Mediterania.
Peneliti biasanya menganalisis dampak aktivitas
manusia dalam tata kelola perikanan yang
berkelanjutan.Dalam laporan berjudul “Review of
Jellyfish Blooms in the Mediterranean and Black Sea”
mereka menguak peran ubur-ubur dalam ekosistem
kelautan.Menurut tim peneliti, peningkatan jumlah ubur-
ubur telah menciptakan “lingkaran setan” dalam
ekosistem kelautan. Ubur-ubur memangsa telur dan larva
ikan.Mereka juga berkompetisi dengan ikan-ikan lain
dalam mencari makanan yang jumlahnya terus menipis.Jika
tren ini terus berlanjut, menurut peneliti FAO, ubur-
ubur bisa menggantikan posisi ikan di samudra-samudra
dunia.
Selain faktor eksploitasi perikanan (overfishing)
laporan ini juga menyebutkan pengaruh pemanasan global
di daerah tropis dan pembangunan pondasi atau dinding-
dinding di pantai – untuk mencegah erosi air laut –
terhadap meluasnya populasi ubur-ubur.Dinding-dinding
pencegah erosi ini adalah lokasi ideal bagi
perkembangbiakan mereka.
Menurut berita PBB, laporan terbaru mengenai bahaya
invasi ubur-ubur ini terjadi pada November 2007.
Kumpulan ubur-ubur seluas 26 km2 memusnahkan 100.000
ikan salmon yang tengah dibudidayakan di Irlandia Utara
menimbulkan kerugian sebesar $1,5 juta.Sejumlah negara
telah menerapkan strategi guna menekan pertumbuhan
populasi ubur-ubur ini. Seperti di China yang
menciptakan produk makanan dan obat-obatan berbahan
baku ubur-ubur.
Disisi lain, adanya aktifitas manusia berupa
overfishing, pencemaran akibat eutrofikasi ataupun limbah
industri dan juga aktifitas penyebrangan di pesisir
timur Surabaya dapat mempengaruhi kelimpahan
Scyphomedusae (Purcell et al, 2007). Pantai Timur
Surabaya yang merupakan bagian besar dari daerah
sampling pada penelitian ini diketahui telah tercemar
logam berat merkuri (Hg) dan Tembaga (Cu) (Arisandi,
2002).Toksisitas pada cemaran tersebut dapat
mengakibatkan penghambatan pertumbuhan hingga kematian
pada organisme pesisir, termasuk scyphomedusae
(Matthiesen & Law, 2002).
Masukan nutrien dari aliran sungai, limbah pupuk
dari tambak dan juga hasil penguraian bahan organik
dari mangrove ke dalam perairan pesisir timur Surabaya
dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Eutrofikasi
menyebabkan perubahan yang komplek pada jarring
operculumnematocystcnidocytenucleus
Gambar 1. Nematosista pada Aurelia auritaSumber : Pachenik, Jan A. 2005. Biology Of The Invertebrates: Fifth Edition.McGraw Hill: New York
makanan terkait dengan penurunan ukuran tubuh
zooplanlton akibat eutrrofikasi sehingga kemudian
mempengaruhi organisme pada tingkat tropik diatasnya,
yakni scyphomedusae (Purcell et al, 2007).
E. Cara Aurelia aurita Mendapatkan Makanan
Aurelia aurita berperan sebagai tactile predator, yakni
organisme yang memangsa dengan menggunakan nematosit
untuk merasakan keberadaan mangsanya ketika disentuh
(Albert, 2011), scyphomedusae yang tidak bersimbiosisi
dengan zooxhantellae tidak bergantung terhadap cahaya
untuk mencari mangsa (Arai, 1997 dalam Hale, 1999).
Kebanyakan Cnidaria adalah karnivora. Jenis
makanannya adalah crustacea dan ikan kecil. Cara
mendapatkan makanannya adalah menggunakan tentakel
biasanya dengan nematosista. Bila bahan makanan
ditangkap, tentakel memindahkannya ke mulut. Kemudian
makanan masuk ke dalam rongga gastrovaskular.
Gambar 1. Nematosista pada Aurelia auritaSumber : Pachenik, Jan A. 2005. Biology Of The Invertebrates: Fifth Edition.McGraw Hill: New York
Pencernaan dilakukan secara ekstraseluler dengan
mensekresi enzim semacam tripsin untuk mencerna protein
oleh sel kelenjar enzim pada gastrodermis. Makanan akan
hancur menjadi partikel-partikel kecil seperti bubur
dan dengan gerakan flagela diaduk secara merata. Sel
otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan
menelan partikel makanan, dan pencernaan dilanjutkan
secara intraseluler. Hasil pencernaan didistribusikan
ke seluruh tubuh secara difusi. Cadangan makanan berupa
lemak dan glikogen.
F. Peranan Aurelia auritaMenurut Anna E.W Manuputty (1988: 55), marga A.
aurita berperan sebagai konsumen pada perairan dengan
memakan plankton kecil seperi larva moluska, krustasea,
tunikata, kopepoda, rotifer, nematode, poliphaeta,
protozoa, diatom, dan telur-telur. Mangsa-mangsa ini
dikumpulkan di bawah permukaan exumrella, dilapisi
dengan lender yang dihasilkan oleh exumbrella dan
dengan bantuan flagella dan lengan mulut akan dibawa ke
tepi payung. Massa makanan tadi akan terkumpul pada
tiap-tiap lappet, dengan bantuan lengan-lengan mulut
makanan akan diteruskan ke mulut untuk selanjutnya
ditampung dalam kantong mulut.
Salah satu jenis ubur-ubur yang bisa dikonsumsi
adalah Rhopilema esculentum, yang kini nilai bisnisnya
mencapai jutaan dolar. Sementara Turritopsis nutricula,
spesies ubur-ubur abadi atau “immortal jellyfish” mampu
membalikkan proses penuaan memberikan harapan bagi
terciptanya obat awet muda bagi manusia.
A aurita diduga memiliki kandungan nilai gizi yang
cukup tinggi, yaitu meliputi protein, asam amino, asam
lemak, vitamin dan mineral. A aurita yang terdapat di
beberapa lokasi penangkapan ikan di Indonesia masih
menjadi komoditas by catch sehingga diperlukan adanya
penelitian lebih lanjut agar dapat menjadi bahan pangan
bermanfaat. Salah satu kandungan gizi yang khas pada
ubur-ubur adalah asam lemak (Imre dan Saghk 1997).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Aurelia aurita mempunyai pengaruh yang kuat dan
signifikan pada struktur komunitas plankton.
Menurut penelitian Kiel Bight, Moller (1980)
menyampaikan bahwa A. aurita adalah predator utama
dan pemakan ikan-ikan yang berukuran kecil (larval
fish) (Niels Jorn, 1994).
b. Adanya interaksi antara A. aurita dengan komponen
abiotic, diantaranya :
i. Kecepatan arus air
ii. Suhu dan intensitas cahaya matahari
iii. Salinitas (kadar garam)
iv. Derajat keasaman (pH)
c. Adanya interaksi A. aurita dengan organisme laut
lainnya yang terjadi begitu alami, namun saat
terjadi peningkatan jumlah Aurelia auritamenyebabkan
terjadinya invasi A. aurita. Invasi adalah
peningkatan jumlah populasi A. auritayang
disebabkan oleh beberapa faktor.
d. Aurelia aurita berperan sebagai tactile predator, yakni
organisme yang memangsa dengan menggunakan
nematosit untuk merasakan keberadaan mangsanya
ketika disentuh (Albert, 2011), scyphomedusae
yang tidak bersimbiosisi dengan zooxhantellae tidak
bergantung terhadap cahaya untuk mencari mangsa
(Arai, 1997 dalam Hale, 1999).
e. A aurita diduga memiliki kandungan nilai gizi yang
cukup tinggi, yaitu meliputi protein, asam
amino, asam lemak, vitamin dan mineral.
2. Saran
Makalah yang disusun masih kurang lengkap,karena
keterbatasan informasi yang penulis dapatkan. Oleh
karena itu, bagi penulisberikutnya yang ingin
menulis tentang A. auritaagar dapat melengkapinya,
baik dari materi maupun gambarnya, sehingga
informasi tentang hewan invertebrate A. auritadapat
lebih lengkap lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, David J. 2011. Whats on The Mind of a
Jellyfish? A Review of Behavioural Observation on
Aurelia sp. Jellyfish.Neuroscience and
BehavioralReviews 35: 474- 482
Ario, Raden, Ali Djunaedi dan Wisnu Wardana. 1997.
Kajian EkologisMedusa Ubur-ubur (Jellyfish)
DiPerairan Jepara. Majalah Ilmu Kelautan Vol. 2(1):
13-16
Arisandi, Prigi. 2002. Air, Udara, Dan Tanah Surabaya
Tercemar, Dibutuhkan Sawunggaling Environmental
Sense. http://www.terranet.or.id/tulisandeti
Dian Saptarini. 2011. “Komposisi, Kelimpahan, dan
Distribusi Ubur-ubur (Scyphozoa) di Pesisir Timur
Surabaya”.
Johan, Lars Hansson. 1997. “Effect of temperature on
growth rate of Aurelia aurita (Cnidaria,
Scyphozoa) from Gullmarsfjorden, Sweden”. Marine
Ecology Progress Series, Vol. 161, No. 145-153: 1997.
Jorn, Niels Olesen. 1994. “Population dynamics, growth,
and energenetic of jellyfish Aurelia aurita in a
shallow fjord”. Marine Ecology Progress Series, Vol.
105, No. 9-18: 1994.
Moller, H. (1980a) Population dynamics of Aurelia
aurita medusae in Kiel Bight, Germany (FRG). Mar.
Biol. 60: 123-128
Moller, H. (1980b).Scyphomedusae as predators and food
competitors of larval fish. Meeresforsch. 28: 90-
10
Pachenik, Jan A. 2005. Biology Of The Invertebrates:
Fifth Edition.McGraw Hill: New York
Purcell, Jennifer E., Shin-ichi Uye and WenTseng Lo.
2007. Anthropogenic Causes of Jellyfish Blooms and
Their Direct Consequences for Humans: a Review.
Marine Ecology ProgressSeries Vol.350: 153-174
Tahera, Qaseem and Kazmi, Quddusi B.. 2006. New record
of Two Jellyfish Medusae (Cnidaria:Scyphozoa:
Catostylidae: Cubozoa: Chiropidae) from Pakistani
Waters. JMBA2 -Biodiversity Records Published onLine