2. Hasil koreksi tulisan keruing (Potensi & sebaran spesies)
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN ( SPESIES AREA)
-
Upload
universitasnegerimakassar -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN ( SPESIES AREA)
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUMEKOLOGI TUMBUHAN( SPESIES AREA)
DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR HIDAYAH NIM : 1214140009 KLS / KLP : B/ III
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR20014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Tumbuhan
dengan Judul “Kurva Spesies Area”yang disusun oleh :
Nama : Nur Hidayah
Nim : 1214140009
Kelas/ Kelompok : B/III
telah diperiksa dan dikoreksi oleh dosen mata
kuliah ekologi tumbuhan dan dinyatakan diterima.
Makassar, Oktober 2014
Praktikan
Nur Hidayah
NIM : 1214140009
MengetahuiDosen Penanggung Jawab Praktikum,
Dr. Ir. Muhammad Wiharto, M.Si NIP : 1966 09 30 1992 03 1 004
ANALISIS VEGETASI (KURVA SPECIES AREA)
ABSTRAK
Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas
kurva spesies areanya. Bentuk luasan kurva spesies area dapat berbentuk
bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran.
Luas minimum yang diperoleh dalam pengamatan yaitu 0,5x0,5 m dan
ini menunjukkan bahwa luas tersebut serta jenis tumbuhan yang mendominasi
di dalamnya dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi. Jumlah minimum
yang didapatkan dari pengamatan yaitu 8 jenis tumbuhan yaitu
Semak,liana,pohon kecil,perdu,rumput,mengkedu,pacar kuku, palem, dan ini
menunjukkan bahwa jumlah tersebut sudah dapat mewakili karakteristik suatu
vegetasi.
Penyebaran jenis tumbuhan dalam suatu vegetasi dapat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan tanah dan senyawa
organik.
Kata Kunci : Analisis vegetasi, Spesies, Metode Kuadrat, Plot
ANALYSIS OF VEGETATION (SPECIES AREA CURVE)
ABSTRACT
Curve spesies area is the first step that is used to analyzed vegetation
using a swath of exampels. Total area of polt sample has a close relationshhip
with the diversityof species found in the area . the more vareid types found in
the area, the more widespread specie curve areas. The shape of the curve area
species can from squares, rectangles and can also from a circle.
Minimum area gained in observations i,e 0,5x0,5 m and it show that
dominate the jebis therein can represent a chracteristic vegetations. Minimum
amount obtained from observations of 8 plant i,e shrubs, liana,small trees,
shrubs, grass,the noni, girlfriend,nails, palms and it show that these can
already represent a characteristic
vegetations the spread of plants in a vegetations can be affected by
envvironmental factors like temperature, humdity, soil, conditions, and organic
compouns.
Key words: analysis, vegetation Species, the method of quadratic, Plot
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ekologi merupakan studi ilmiah tentang proses
regulasi distribusi kelimpahan dan saling interaksi di
antara mereka, dan sebuah studi tentang desain dari
struktur dan fungsi dari ekosistem. Istilah ekologi ini
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E.
Haeckel (ahli biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua
akar kata Yunani (oikos = rumah dan Logos=ilmu), sehingga
secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme
hidup dalam rumahnya.
Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai
kajian yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme-organisme hidup dengan lingkungan fisik dan
biotik secara menyeluruh. Jadi dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dan lingkungannya (biotik dan abiotik) dalam suatu
ekosistem.
Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara tanaman (tumbuhan yang
dibudidayakan) dengan lingkungannya. tanaman memperoleh
sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainyaRuang
lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem,
dan biosfer. Dalam suatu sistem ekologi, tumbuhan sebagai
satu kesatuan makhluk hidup secara individu disebut jenis
atau spesies, yang kemudian berkelompok dengan sesama
jenisnya membentuk populasi tumbuhan. Kumpulan berbagai
jenis tumbuhan bersama-sama membentuk komunitas tumbuhan.
Dalam ekologi tumbuhan kadang-kadang kajian tentang
aspek ekologinya hanya pada tingkat populasi tumbuh-
tumbuhannya saja. Komunitas tumbuhan tidak mungkin
dilakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati
oleh suatu komunitas terutama area tersebut sangat luas.
Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian di sebagian
area komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut
dapat mewakili seluruh komunitas.
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies
yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah
spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya yang
banyak ditemukan. Untuk mempelajari suatu kelompok
tumbuhan yang belum diketahui yaitu baik digunakan
dengan cara tehnik yang dapat berupa bidang (plot,
kuadrat) garis atau titik.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka
dilakukan praktikum perhitungan jumlah vegetasi dengan
menggunakan metode kuadrat atau plot pada suatu area
tertentu.
Lingkungan sebagai factor ekologi yang terdapat
disekitar tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat
terdiri dari lingkungan biotic dan lingkungan
abiotik.Habitat sebagai faktor lingkungan tempat tinggal
dalam melaksanakan kehidupannya.
Dalam mempelajari ekologi tumbuhan kita tidak dapat
melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati
komunitas tumbuhan, terutama apabila area itu cukup
luas.Dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili
komunitas tumbuhan yang ada.
Analisa vegetasi merupakan cara mempelajari susunan
komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan.Beberapa sifat yang terdapat
pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat-sifatnya bila dianalisa akan membantu dalam
suatu analisa struktur komunitas.Sifat-sifat individu ini
dapat dibagi atas dua kelompok besar, dalam analisanya
akan memberikan data yang kualitatif dan
kuntitatif.Analisa kuntitatif meliputi distribusi
tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya
(abudance).
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau
vegetasi yang sangat bervariasi keadaannya.Keberadaannya
merupakan himpunan dan spesies populasi yang sangat
berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas
untuk setiap vegetasi. Dapat dikatakan representative
bila didalam nya terdapat semua sebagian besar jenis
tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi
tersebut.Daerah minimal yang mencerminkan
kekayaan.Komunitas atau vegetasi disebut luas
minimum.Suatu metode yang menentukan luas minimum suatu
daerah disebut metode luas minimal.Metode ini juga dapat
digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan
dalam metode tersebut.
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat
sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena
akan mempengaruhi data yang diporeleh dari sample.Keempat
sample itu adalah:
1.Ukuran petak.
2.Bentuk petak.
3.Jumlah petak.
4.Cara meletakkan petak di lapangan
Praktikum yang berjudul, “Analisa Vegetasi (Kurva
Spesies Area)” ini bertujuan untuk mempelajari keragaman
jenis tumbuhan dalam suatu lingkungan dan untuk
menentukan luas peta minimum yang dapat mewakili tipe
komunias yang sedang dianalisis guna keperluan ekologi.
B. Tujuan praktikum
Mengetahui penentuan luas petak minimum yang dapat
mewakili tipe komunitas yang sedang di analisis.
C. Manfaat Praktikum
Mahasiswa mampu menentukan luas petak minimum yang
dapat mewakili
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup
ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, dan
biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang
memiliki kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada
waktu tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi yang
saling berinteraksi di suatu daerah. Ekosistem adalah
sistem hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan
komponen abiotik yang mempengaruhinya. Biosfer adalah
bagian bumi yang ditempati oleh makhluk hidup (Odum,
1998)..
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru,
yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan
antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam
tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan
ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan
kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik
(Odum,1998).
Kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan
petak contoh. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut,
makin luas kurva spesies areanya. Bentuk luasan kurva
spesies area dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Petak contoh
dapat ditambahkan jika terjadi penambahan spesies dalam
petak contoh yang sedang diamati lebih dari 10 %. Luasan
petak contoh pada praktikum yaitu 25 cm / 0,25 m. Pemilihan
ukuran tersebut dikarenakan pada vegetasi padang rumput
selain tumbuhannya kecil juga pada analisis vegetasinya
dalam ukuran petak contoh belum mencapai 1 m semua spesies
di situ sudah terdata semua. Luasan petak contoh pada
praktikum yang dilakukan yaitu:
- Petak contoh 1 = 25 cm2
- Petak contoh 2 = 25 x 50 cm
- Petak contoh 3 = 50 x 50 cm
- Petak contoh 4 = 50 x 100 cm
- Petak contoh 5 = 100 x 100 cm (1 m2)
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan
dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila
di analisa akan menolong dalam menentukan struktur
komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan
data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa
kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi),
kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Kimball,
Jhon W. 1994).
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang
umum dan beberapa spesies yang jarang semenetara yang
lainnya mengandung jumlah spesies yang di dalam komunitas
mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya,
konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan
spesies yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara
beranekaragam. Istilah keragaman spesies seprti yang
digunakan oleh para ahli ekologi. Mepertimbangkan kedua
komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan
kelimpahan relatif (Kimball, Jhon W. 1994).
Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh
permukaan daun yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman
juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman. Persaingan
dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang
sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi
diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific
competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi
lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk
dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang
berbeda (Syafei, 1990).
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu
suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut.
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan
oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus
untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan
yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas
kerapatan dan kelas kerimbunan ,Sedangkan frekuensi
ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan
dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan
seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam
persen (%) (Syafei, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah
spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah
spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah
spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi
ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila
komunitas menjadi makin stabil (Michael,1994).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi
umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh
fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi
individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas
yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan
struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Untuk suatu kondisi padang rumput, maka kegiatan
analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya
kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan.
Menurut Marpaung Andre (2009), prinsip penentuan
ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,
tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat
dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak
pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan
luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas
tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area
(KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan
: (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat
yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar
hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang
mewakili jika menggunakan metode jalur.
Vegetasi merupakan istilah yang umumnya digunakan
untuk semua tumbuh-tumbuhan dari suatu daerah adalah ciri-
ciri sedemikian khas hingga kita umumnya mengklasifikasikan
dan menamai komunitas-komunitas darat pada dasarnya
dibanding pada dasar lingkungan fisiknya yang sering
memudahkan dalam lingkungan perairan. Banyak sekali bentuk
hidup yang ditunjukkan yang menyesuaikan tubuh-tumbuhan
darat terhadap hampir semua keadaan yang mungkin. Vegetasi
adalah ciri-ciri lingkungan darat yang demikian nyata dan
mantap. Komposisi vegetasi telah mendapatkan perhatian,
prosedur-prosedur pengkajian meliputi dua langkah pertama
muncul analisis lapang yang meliputi seleksi plot-plot atau
kuadrat-kuadrat. Kerapatan, penutupan dibuatkan tabel untuk
setiap jenis. Langkah kedua meliputi sintesis data untuk
menentukan derajat asosiasi dari populasi-populasi tumbuhan
(Odum, 1998).
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti
mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan
dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan
(kompetisi) pada tanaman menerangkan kejadian yang menjurus
pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi
lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain. Persaingan
terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana
pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup.
Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat
pertumbuhan individu-individu yang terlibat (Odum,1996).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau
antar spesies yang sama (intraspesific competition atau
sering dikenal dengan istilah monospesies), dan dapat pula
terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific
competition atau heterospesies). Persaingan sesama jenis
pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh
yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar
jenis yang berbeda. Persaingan yang dilakukan organisme-
organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat),
makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan,
agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai
sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk
hidup dan pertumbuhannya (Wirakusumah 2003: 67).
Pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis sangat
penting untuk memahami keseimbangan populasi dalam
komunitas tanaman. Kompetisi dapat berakibat positif atau
negatif bagi salah satu pihak organisme atau bahakn
berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu
salah dan diperlukan dalam ekosistem, untuk menunjang daya
dukung lingkungan dengan mengurangi ledakan populasi
(Wirakusumah 2003: 67).
pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah
memperlihatkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh
sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan dan produksi
tanaman. Perlakuan populasi berpengaruh nyata sampai sangat
nyata. Perlakuan pemupukan dan interaksi antara ketiganya
berpengaruh tidak nyata. Salah satu bentuk interaksi antara
satu populasi dengan populasi lain atau antara satu
individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan
(kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu
mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam
jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif
atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat
(Wirakusumah 2003).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi
tentang struktur dan komposisi komunitas tumbuhan darat.
Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan
dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan
kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan
dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang menempati
atau tidak berpindah. Rincian mengenai pencuplikan kuadrat
meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan harus
ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang
dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan
(Andre, 2009).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari :nasyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi
dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas
hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu
komunitas tumbuhan (Andre, 2009).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi
umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh
fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi
individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas
yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan
struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Untuk suatu kondisi padang rumput, maka kegiatan
analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya
kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan.
Menurut Marpaung Andre (2009), prinsip penentuan
ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,
tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat
dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak
pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan
luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas
tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area
(KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan
: (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat
yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar
hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang
mewakili jika menggunakan metode jalur.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa
terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan
komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran
vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi
umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang
cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi
banyak subtangkai.
- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan
tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin
hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau
tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan
berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai
kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai
daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya
terbagi dalam banyak anak daun.
- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau
berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau
memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun
tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus,
biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak
lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-
kadang keras.
- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar,
tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan
ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat
permudaannya, yaitu :
- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah
sampai anakan kurang dari 1.5 m.
- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m
sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai
kurang dari 20 cm.
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat
digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi
atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan
hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan
tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu
jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan
kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang
dan vegetasi semak belukar.
Di alam persaingan dapat terjadi antara individu-
individu dalam satu jenis (intraspesifik) ataupun dari
jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan tersebut
terjadi karena individu-individu mempunyai kebutuhan yang
sama terhadap faktor-faktor yang tersedia dalam jumlah yang
terbatas di dalam lingkungan seperti tempat hidup, cahaya,
air dan sebagainya. Persaingan yang dialkukan oleh hewan
sangat berbeda dengan persaingan pada tumbuhan. Pada
dasarnya persaingan pada tumbuhan tidak dilakukan secara
fisik tetapi akibat dari persaingan tersebut mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas keduanya (Odum,1998).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu
bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan
sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan
waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih.
Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya,
CO2, dan ruang tumbuh. Definisi kompetisi sebagai interaksi
antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber
yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi
dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi
lebih banyak (Odum,1998).
Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha
untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien
kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat
yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh
individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya
makanan, oksigen, dan cahaya. Secara teoritis ,apabila
dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka
akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi
tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah
kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada
interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu
yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu
interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang
mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan
(Wirakusumah 2003: 67).
Kompetisi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang
sama dalam lahan yang sama, kompetisi interspesifik yakni
persaingan antara organisme yang beda spesies dalam lahan
yang sama, intraplant competition yakni persaingan antara
organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau organ
vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman,
interplant competition yakni persaingan antar dua tanaman
berbeda atau bersamaan spesiesnya namun dapat pula terjadi
pada intra maupun interplant competition (Wirakusumah 2003:
67).
Persaingan intraspesifik pada tumbuhan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Jenis tanaman,
sifat-sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, bentuk
pertumbuhan serta fisiologis tumbuhan mempemngaruhi
pertumbuhan tanaman. Misal sistem perakaran tanaman ilalang
yang menyebar luas menyebabkan persaingan dalam
memperebutkan unsur hara. Bentuk daun yang lebar seperti
daun talas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan air.
Kepadatan tumbuhan, jarak yang sempit antar suatu tanaman
pada suatu lahan menyebabkan persainagn terhadap zat-zat
makanan. Hal ini karena unsur hara yang tersedia tidak
mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.Penyebaran tanaman,
penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui penyebaran biji
dan melalui rimpang (Wirakusumah 2003: 67).
Tanaman yag penyebarannya dengan biji mempunyai
kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari tanaman yang
menyebar daengan rimpang. Namun demikian, persaingan
penyebaran tanaman tersebut sangat dipengaruhi faktor-
faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen dan
air. Faktor lainnya adalah waktu, hal lain yang
mempengaruhi adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama.
Periode 20-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode
yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh
persaingan. Faktor yang terakhir adalah persaingan
interspesifik, adanya lebih dari satu spesies dalam suatu
habitat menaikkan ketahanan lingkungan kapan pun spesies
lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk
beberapa sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam
kedua spesies (Michael 1994).
Hukum Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat
secara tak terbatas menghuni tempat yang sama secara
serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang
atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien dalam
memanfaatkan atau mengolah bagian dari lahan tersebut,
dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam
situasi terakhir, persaingan interspesifik berkurang karena
setiap spesies menghuni suatu lahan mikro yang terpisah
(Michael 1994).
Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam.
Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan
secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa
dan hal tersebut di kenal sebagai azas pengecualian
kompetitif atau competitive exclusion principles.
Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa
oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem
akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan, dan
karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang
penting. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi
mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih
rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan serta aliran udara
pada permukaan tanah (Michael 1994: 55).
Ruang merupakan faktor yang penting dalam persaingan
antar spesies karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber
nutrisi bagi tumbuhan. Ruang yang besar dapat menyebabkan
tingginya tingkat persaingan. Faktor utama yang memengaruhi
persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya adalah
kerapatan. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan
tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka
semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil
kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi
tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang
besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang
sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan
nutrisi yang jumlahnya terbatas (Suharno, 1999).
Kerapatan kecil menyebabkan air dan nutrisi yang
tersedia semakin besar dan kesempatan tanaman untuk
menyerap air dan nutrisi semakin besar, sehingga diameter
batang dan tinggi tanaman tumbuh secara maksimal. Pengaruh
kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan akar dan yaitu
semakin besar kerapatan tanaman, pertumbuhan akar tanaman
akan semakin kecil karena faktor nutrisi
(Soemarwoto, 1983).
Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut
ada dalam suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu
tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis. Ia selalu
berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar, kadang-
kadang kecil. Perubahan itu terjadi secara alamiah, maupun
sebagai akibat perbuatan manusia (Soemarwoto, 1983).
Suksesi merupakan proses perubahan yang berlangsung
secara beruntun dari komunitas tumbuhan pelopor dengan
biomassa kecil. Tetapi lahan hidup di kawasan yang gersang
dan kerdil menjadi komunitas belukar dan kemudian menjadi
hutan dengan biomassa lebih berat, setelah kawasan itu
cukup subur untuk mendukung kehidupan yang lebih kaya raya
serta anekaragam. Pohon kaya di dalam hutan jauh lebih
besar dengan komunitas asalnya yang hanya terdiri atas
jenis tumbuhan herba seperti lumut kerak, lumut daun, paku-
pakuan, dan sebagainya (Suharno, 1999).
Barangkali yang paling kontroversial dari
kecenderungan suksesional menyinggung keanekaragaman,
variasi jenis, yang dinyatakan sebagau nisbah jenis-jumlah
atau nisbah luasnya daerah, cenderung meningkat selama
tahap-tahap dini dari perkembangan komunitas. Perilaku
komponen “kemerataan” dari keanekaragaman kurang dikenal
dengan baik. Sementara peningkatan keanekaragaman jenis
bersama-sama dengan penurunan dominansi oleh salah satu
jenis atau kelompok kecil jenis (yakni peningkatan
pemerataan atau penurunan redunansi) dapat diterima sebagai
kemungkinan umum selama suksesi. Ada pula perubahan
komunitas lainnya yang dapat bekerja berlawanan dengan
kecenderungan ini (Odum, 1996).
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah
perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem yang
berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun
yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah
pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah
merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme
dalam suatu komunitas saling berhubungan, karena melalui
proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi.
Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi
kehidupan organisme. Jika organisme tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka akan berakibat
fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah penting untuk
tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan
media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar.
Sebaliknya tanah juga dapat dipengaruhi oleh tumbuhan,
dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar-
akar tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung
beberapa zat organik (Resosoedarmo, 1989).
Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai
komunitas. Nama ini harus dapat memberikan keterangan
mengenai sifat komunitas itu. Mungkin cara yang sederhana
adalah memberi nama dengan menggunakan kata-kata yang dapat
menunjukkan bagaimana wujud komunitas itu. Kebanyakan orang
dapat membayangkan apa yang dimaksud jika kita berbicara
mengenai “hutan” atau “padang rumput”. Nama ini menunjukkan
bentuk dan wujud komunitas ini dalam keseluruhannya. Sering
kali di dalam suatu komunitas terdapat satu atau dua
tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan ini
merupakan wujud yang khas daripada komunitas ini. Organisme
yang memberi wujud khas kepada suatu komunitas dinamakan
suatu spesies dominan dalam komunitas ini
(Wirakusumah, 2003).
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi
terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir
dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut
klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini
komunitas telah mencapai homeostatis (Desmukh, 1992).
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat
berdasarkan:
Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan,
bentuk hidup, atau indikator lainnya seperti hutan pinus,
hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae.
Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan
sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak di Flores.
Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas
hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan
dan sebagainya.
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional,
misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat
lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah
tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata
sepanjang tahun dan disebut hutan hujan tropik.
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas
hutan mempunyai suatu pola yang jelas. Di dalam komunitas
hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari
bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan
membentuk beberapa lapisan. Masing-masing lapisan memiliki
produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas.
Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat
dipahami karena cahaya, angin, dan hujan yang diterima
lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan,
permukaan tanah hutan juga merupakan tempat hidup. Pada
permukaan tanah hutan terdapat daun-daun, ranting- ranting
dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme
yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan
diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali
lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas
tetangganya. Disini terdapat suatu komunitas yang terdiri
dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat
bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin
ular (Odum,1998).
Untuk memahami luas,metode manapun yang di pakai untuk
menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di
sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang
diamati (Anwar,1995)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies
di dalam suatu daerah adalah
- Iklim
Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting
dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang
ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan
kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies
yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
- Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung
spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat
yang lebih seragam.
Ukuran
Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan
keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus
umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari
daerah lain maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua
kali lebih besar (Harun, 1993).
Bentuk Cuplikan
Bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk
vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan
dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk
setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di
sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan
dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari
spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat
(Rahardjanto, 2001).
Sistim analisis
1. kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu
suatu populasi jenis tumbuhan didalam area cuplikan. Pada
beberapa keadaan kesulitan dalam melakukan batasan individu
tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara
pengelompokan berdasarkan kreteria tertentu.
2. Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan oleh
populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan kerapatan
di jabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk
perimbunannyapun lebih baik di gunakan kelas keribunan.
Frekuensi, di tentukan berdasarkan kerapatan dari
jenis tumbuhan di jumpai dlam sejumlah area cuplikan (n) di
bandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang
dibuat (N) biasa dalam persen (%).
Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa
segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area
tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Surasana, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatif. Secara bersama-sama,
kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Kelas Kerapatan Kerimbunan 5 Rapat sekali (dominan):
tumbuhan sangat banyak dan selalu terlihat disekeliling
plot. Menutupi 100% - 76% luas plot 4 Rapat (kodominan):
terdapat dua atau lebih spesies yang dominan. Menutupi 75%
- 51% luas plot 3 Agak jarang: tumbuhan masih terlihat dari
tengah plot. Menutupi 50% - 26% luas plot
2 Sedikit: dapat dicrai sambil berjalan tanpa
mengganggu tumbuhan lain. Menutupi 25% - 0,5% luas plot 1
Sangat jarang: hanya dapat ditemukan dengan jalan mencari
diantara tumbuhan lain. Menutupi < 0,5% luas plot.
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah
spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah
spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah
spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi
ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila
komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan
dari penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang
telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan
frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka
akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif
ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total
dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun
berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar
sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki
harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk
menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana,
1990).
Menurut Michael (1994), membagi struktur vegetasi
menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi
vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup,
struktur floristik, struktur tegakan. Struktur suatu
vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk
tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri
dari sekelompok tumbuh-¬tumbuhan yang masing-masing
individu mempertahankan sifatnya.
Menurut Michael (1994), struktur vegetasi terdiri dari
3 komponen, yaitu:
1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal
yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan
pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.
2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang
menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu
lain.
3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu
komunitas.
Selain metode kuadran kita juga bisa menggunakan
metode garis untuk menganalisis vegetasi. Panjang sample
berupa garis, untuk vegetasi hutan dapat lebih dari 50
meter, semak belukar sepanjang minimal 1 meter cuplikan
berupa garis, untuk vegetasi sangat di pengaruhi oleh
kekompleksitasan dari hutan tersebut
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan
cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi
hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut.
Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5
m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang
lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m
(Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui
variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan
digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati
oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang
terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990).
Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu
spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar
(Rohman, 2001).
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode
analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik.
Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu
tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik
tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi
(Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative
ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai
ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi
yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi
adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
Analisa vegetasi dengan metode kuarter (metode tanpa
plot) merupakan analisa vegetasi yang mana dalam
pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai
alat bantu. Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya
berupa titik sehingga sering juga metode tanpa plot. Hal
ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area
tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam
memperoleh nilai penting harus terlebih dahulu dihitung
kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya. Metode ini sering
dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode
untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu
dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang
dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif
serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode
kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode
kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik
beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan
metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan
cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi
hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut.
Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5
m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang
lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m
(Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui
variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan
digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati
oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang
terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990).
Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu
spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar
(Rohman, 2001).
Sedangkan metode intersepsi titik merupakan suatu
metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa
titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya
satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik
yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik
tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi
(Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative
ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai
ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi
yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi
adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta
efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode
kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode
kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik
beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat
(Surasana, 1990).
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat
berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas
area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Surasana, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama,
kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994)
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah
spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah
spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah
spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi
ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila
komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Tumbuhan berbagai jenis hidup decara alami di suatu
tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya menemukan
lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
kumpulan ini terdapat kerukunan untuk hidup bersama,
toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang
menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk sutu
derajat keterpaduan (resosoedarmo, 1989).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit
lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang
seragam. Unit lingkungan ini disebut biotop. Biotop ini
juga dapat dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya
padang alng-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai,
dan sebagainya (Santoso, 1994).
Penyebaran atau distribusi individu dalam duat
populasi bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga
pola penyebaran, yaitu :
1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam.
Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan
sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada,
selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari
organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ
tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan
trmbuhan.
2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya
terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi
apabila da persaingan yang kuat antara individu-individu
dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan
untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan
dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel
yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan
relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam
bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan
antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis
terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis
yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis
tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting,
dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis
tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut
(Surasana, 1990).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk
menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau
dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan
ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting
dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif
(KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR)
(Michael, 1994).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk
menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau
dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan
ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting
dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif
(KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR)
(Surasana, 1990).
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode
analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik.
Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu
tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik
tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi
(Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative
ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai
ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi
yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi
adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan
dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel
yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan
relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam
bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan
antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis
terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis
yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis
tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting,
dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis
tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut
(Syafei, 1990).
3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang
paling umum terdapat di alam, terutama untuk hewan.
Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh berbagai hal di
antaranya:
a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat
secara lokal.
b. Respon dari organismeterhadap perubahan cuaca
musiman akibat dari cara atau proses reproduksi atau
regenerasi.
c. Sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yng
menunjang untuk terbentuknya kelompok atau koloni
(Surasana, 1990).
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Sabtu / 27 september 2014
Waktu : Pukul 08.00 s.d 10.30 WITA
Tempat :Lapangan samping Mesjid Ulil Albab UNM
Parangtambung
B. Alat dan bahan
1. Alat
a. Patok
b. Meteran
c. Tali rafia
d. Kamera
2. Bahan
Tumbuhan yang diamati
C. Prosedur Kerja1.Menentukan lokasi yang akan dilakukan analisis
terhadap vegetasi tumbuhan.
2. Membuat plot ukuran 0,5 m X 0,5 m dengan cara menarik
tali sepanjang 0,5 m hingga membentuk lahan kecil pada
tempat yang telah ditentukan.
3. Mengidentifikasi/menganalisis spesies yang berada pada
lahan tersebut yaitu plot 0,5 m X 0,5 m.
4. Mencatat jumlah spesies yang terdapat pada plot
tersebut yaitu
ukuran 0, 5 m x 0,5m
5. Memperluas plot ukuran 0,5 m X 1 m dengan cara yang
sama.
6. Mencatat spesies baru pada lahan plot ukuran 0,5 m X 1
m.
7. Memperluas plot hingga sampai tidak ada tambahan
spesies yang baru , dari setiap perluasan kuadrat dua
kali luas kuadrat sebelumnya.
8. Mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan
program R untuk menentukan kurva spesies area.
D. Analisis Data
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Kurva Spesies Area
Kode Panjang
Lebar
Spesies
Luas.m
Luas.ha
akumulasi
Persentase
1 0.5 0.5 8 0.25 2.5e-05
8 37.5
2 0.5 1 3 0.5 5,00E-05
11 0
3 1 1 0 1 1,00E-04
11 0
4 2 1 0 2 2,00E-04
11 0
5 2 2 0 4 4,00E-04
11 181.818.181.818.182
6 2 4 2 8 8,00E-04
13 769.230.769.230.769
7 4 4 1 16 0.0016
14 0
8 4 8 0 32 0.0032
14 214.285.714.285.714
2. Grafik Kurva Spesies Area
1 2 3 4 5 6 7 8
510
1520
25
Ukuran Plot
Akum
ulas
i Spe
sies
1 2 3 4 5 6 7 8
3. Gambar Plot Spesis Area
4. Foto Plot Spesies Area
Plot 0,5x0,5 m
0.5×0.5 0.5×1
2 × 1
4 × 2
8 × 4
1 × 1
2 × 2
4 × 4
B. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dilapangan disamping Mesjid
Ulil Albab UNM Parantambung dengan tujuan mengetahui
penentuan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe
komunitas yang sedang di analisis.
Pada praktikum kali ini kita melakukan praktikum
pada luas minimum di suatu areal vegetasi komunitas.
Pengamatan dilakukan melalui pengukuran dengan membuat
bujur sangkar ( plot ) dengan ukuran 0,5x0,5 m , 0,5x 1 m
, 1x1 m 2x1 m , 2x2 m , 2x3 m, 3x3 m , 3x4 di lapangan
(suatu ekosistem) dari tumbuhan. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh data bahwa, untuk pengukuran pertama
dengan ukuran bujur sangkar 0,5x0,5 m plot kecil ini
dihitung spesies tanaman apa saja yang di dapati
didalamnya, di areal suatu komunitas di dalamnya
ditemukan jenis tumbuhan yaitu 4 semak, 1 liana, 3 pohon
kecil. Dimana pada areal atau komunitas tersebut sangat
mendukung pertumbuhan tumbuhan tersebut.
Selanjutnya luas areal ( plot ) tersebut diperluas
menjadi 0,5x1 m , ternyata dengan penambahan luas juga
terjadi penambahan jenis spesies yang ditemukan dalam
ekosistem tersebut. Adapun di dalamnya ditemukan jenis
tumbuhan yaitu, 3 perdu (2 gerzen, 1 mengkudu), 1 semak,
1 liana , dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai
sehingga mendukung pertumbuhan.
Pada areal 1x1 m tumbuhan yang ditemukan sama
dengan pada areal ( plot ) 0,5x1 m dan terjadi
pengurangan beberapa spesies tanaman baru yaitu perdu
dan gerzen tetapi terjadi penambahan pada spesies
mengkudu dan semak . Dimana ciri morfologi dari tanaman
tingkat tinggi tersebut berdaun bulat dan lebat serta
memiliki batang yang kuat.
Sedangkan pada luas plot 2x1 m mengalami pertambahan
jenis yaitu 4 pohon kecil, 2 mengkudu, 3 rumput, 4 semak
dan ditemukan jenis tanaman baru yaitu pohon kecil
Selanjutnya pada luas area 2x2 m, tumbuhan yang
ditemukan sama dengan pada areal ( plot ) 2x1 m hanya
saja terjadi penambahan pada spesies yaitu, 14 mengkudu,
4 rumput, 2 semak, dimana pada area ini tidak terjadi
penambahan jenis tanaman baru .
Selanjutnya pada luas area 2x3 m ,tumbuhan yang
ditemukan yaitu, 1 pacar kuku, 2 palem, 2 mengkudu, 2
semak, 2 pohon terjadi pertambahan beberapa spesies baru
pacar kuku dan palem dimana tanaman ini tergolong sebagai
tingkat tinggi dengan ciri memiliki batang kuat dan
tinggi serta memiliki daun yang lebat.
Pada areal 3x3 m ditemukan beberapa jenis spesies
yaitu 2 pohon berdaun gerigi, 2 palem, 1 gerzen, 8
mengkudu, 6 semak, 6 rumput, 1 pohon kecil dan pada areal
ini tingkat pertambahan spesies cukup tinggi dikarenakan
faktor lingkungan yang sesuai sehingga mendukung
pertumbuhan.
Terakhir pada luas areal 3x4 m spesies yang
ditemukan yaitu, 3 semak, 1 mengkudu, 4 pohon kecil pada
areal ini terjadi penurunan tingkat spesies dan tidak
lagi ditemukan spesies baru sehingga perbesaran plot
dihentikan.
Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu,
kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan lain-lain.
Selain itu penambahan suatu areal akan dihentikan bila
pengamatan pada areal areal berikutnya ditemukan jenis
tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya.
secara acak yang masih di dalam luas area tertentu
lalu didalamnya dibuat plot
Metode lingkungan merupakan metode yang cepat, tepat
dan sederhana. Metode ini digunakan untuk menentukan
komposisi komunitas, frekuensi spesies dan kisaran
kondisi. Dengan metode ini 20-30 transek dalam kebanyakan
kondisi digunakan tiap baris, jumlah titik inilah yang
BAB VPENTUP
1. KesimpulanBerdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan
tersebut di atas dapat diperoleh suatu kesimpulan
yaitu : Luas minimum yang diperoleh dalam pengamatan
yaitu 0,5x0,5 m dan ini menunjukkan bahwa luas
tersebut serta jenis tumbuhan yang mendominasi di
dalamnya dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi.
Jumlah minimum yang didapatkan dari pengamatan yaitu 8
jenis tumbuhan yaitu Semak,liana,pohon
kecil,perdu,rumput,mengkedu,pacar kuku, palem, dan ini
menunjukkan bahwa jumlah tersebut sudah dapat mewakili
karakteristik suatu vegetasi.
Penyebaran jenis tumbuhan dalam suatu vegetasi
dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban, keadaan tanah dan senyawa organik
2. Saran
Dalam menghitung jumlah spesies dalam suatu
petak contoh harus dengan teliti. Jika spesies berada
kuarang dari setengah dalam petak contoh, maka jangan
dihitung. Sebaliknya, jika berada lebih dari setengah
dalam petak contoh, maka dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
Andre. M. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari AnalisaVegetasi. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana mempelajari analisa-vegetasi/. Diaksespada 16 Oktober 2014.
Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kimball, Jhon W. 1994. Biologi Jilid II. Erlangga. Jakarta
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: MacmillanPublishing Co.Sumber Article :http://nurulbio91.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-ekologi-tumbuhan.html.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan danLaboratorium. Jakarta: UI Press.
Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press,
Yogyakarta.
Odum . 1998 . ekologi tumbuhan .rineka cipta : Jogjakarta.
Raharjanto, Abdulkadir.2001.Ekologi Umum.UMM Press: Malang .
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.Malang: JICA.
Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.
Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I. PT. Gramedia.Jakarta.
Suharno, 1999, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Soemarwoto, O., 1983, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,Djambatan, Jakarta.
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung:FMIPA Biologu ITB.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan.
Bandung: ITB.
Wirakusumah, S., 2003, Dasar-dasar Ekologi :Menopang PengetahuanIlmu-ilmu Lingkungan, UI Press, Jakarta.
.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas berkat
rahmatnya yang senantiasa memberikan kesehatan sehingga
bisa mengikuti praktikum ekologi tumbuhan sampe selesai.
Dengan selesainya laporan, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dr. Ir. Muhammad Wiharto, M.Si, atas
kesabaran membimbing dan memberi kami arahan dalam
melakukan praktikum ekologi tumbuhan dengan baik.
Terima kasih buat teman – teman atas kerja samanya
saat melakukan praktikum ekologi tumbuhan sehingga
memudahkan dalam melakukan praktikum dengan baik.
LAMPIRAN
#---------Programer : Nur Hidayah--------
#---------Makassar, 17 Oktober
2014----------------------------------
#---------Kurva spesies area-----------------------
rm(list=ls(all=TRUE))
#----------------ambil data--------------------
setwd('D:/DATA-Q/BIOLOGI/S1/SEMESTER V/Ektum')
dataku<-read.table("Spesies
Area.csv",header=TRUE,sep=";",dec=",")
dataku
#---------mengatur 3 angka dibelakang koma----
options(digit=3)
#----------------------------------------------------------
----------------
#----------fungsi menghitungluas plot--------
#----------dalam meter persegi------------
luas.mt<-function(x,y)
{ls.m<-x*y
return (ls.m)
}
#----------------------------------------------------------
----------
Luas.m<-luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)
Luas.m
#----------------------------------------------------------
-----------
#---------------fungsi menghitung luas
plot--------------------
#---------------dalam
hektar-------------------------------------
luas.ha<-function(x)
{ ls.ha<-x/10000
return (ls.ha)
}
#----------------------------------------------------------
--------
Luas.ha<-luas.ha (Luas.m)
Luas.ha
#----------------------------------------------------------
---------------
#------------Menghitung Akumulasi Spesies-------------
akumulasi<-cumsum(dataku$Spesies)
akumulasi
#------------------------------------------------------
#-----------Menghitung presentasi pertambahan--------------
#--------------------
Spesies----------------------------------------
persen<-function(x,y)
{x/y*100}
Persentase<-persen (dataku$Spesies[-1], akumulasi)
Persentase
#----------------------------------------------------------
--
#------------menggabungkan data------------------------
dataku <-
data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,Persentase)
dataku
#----------------------------------------------------------
--------
#---------menyimpan data di excel------------------------
write.table(dataku,file="Kurva Spesies Area
Yaya.csv",append=FALSE,sep=";",dec=".",row.names=FALSE,col.
names=TRUE)
#------------------membuat grafik---------------
#----------------------------------------------------------
-----------
plot(dataku$Kode,dataku$akumulasi,type='b',ylim=c(1,25),
pch=16, col=3, cex=1.5, ylab='Akumulasi Spesies',
xlab='Ukuran Plot')
#---------membuat grid-----------
grid(lty=1,lwd=1)
lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='red')
points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='blue')
#-------- membuat sumbu x perhatikan berapa
banyak----------------
#-------- plot yang dibuat
-----------------------------------
axis (1, at=1:8, lab= c ("1", "2", "3", "4", "5", "6",
"7","8" ))
#----------------------------------------------------------
-------
#----- species accumulation curve ----------------------