Skrip lengkap

116
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya populasi rakyat Indonesia dan krisis ekonomi yang terjadi berdampak juga terhadap berkurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Bahkan beberapa perusahaan besar di Ibukota telah melakukan perampingan jumlah tenaga kerja pada perusahaannya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah baru bagi Negara ini, yaitu bertambahnya jumlah pengangguran. Untuk menghindari hal semacam ini, rakyat Indonesia banyak yang memutuskan untuk membuka sebuah usaha baik hanya untuk penghasilan sampingan ataupun sebagai sumber penghasilan utama. Berbagai macam bidang usaha berkembang di Indonesia, seperti bisnis property, bisnis dibidang event organizer, bisnis dibidang tour and travel dan yang paling banyak ditemui adalah bisnis di bidang kuliner. 1

Transcript of Skrip lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin meningkatnya populasi rakyat Indonesia dan

krisis ekonomi yang terjadi berdampak juga terhadap

berkurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Bahkan

beberapa perusahaan besar di Ibukota telah melakukan

perampingan jumlah tenaga kerja pada perusahaannya. Hal

ini tentu saja akan menimbulkan masalah baru bagi Negara

ini, yaitu bertambahnya jumlah pengangguran. Untuk

menghindari hal semacam ini, rakyat Indonesia banyak yang

memutuskan untuk membuka sebuah usaha baik hanya untuk

penghasilan sampingan ataupun sebagai sumber penghasilan

utama. Berbagai macam bidang usaha berkembang di

Indonesia, seperti bisnis property, bisnis dibidang event

organizer, bisnis dibidang tour and travel dan yang paling

banyak ditemui adalah bisnis di bidang kuliner.

1

2

Bisnis kuliner akhir-akhir ini sedang menunjukan

perkembangan yang pesat. Perkembangannya dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti demografi, tingkat ekonomi yang

meningkat serta gaya hidup masyarakat. Hal ini dapat

dilihat dari menjamurnya bisnis kuliner dengan berbagai

konsep, seperti konsep Restoran keluarga, Warung kaki

lima, hingga Bistro dan Café. Bisnis di bidang kuliner

dinilai cukup menjanjikan karena menawarkan produk yang

merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yaitu makanan.

Tidak hanya menjual makanan olahan asli Indonesia saja,

bisnis kuliner di Indonesia juga diramaikan oleh olahan

makanan Internasional. Hal ini dikarenakan kultur orang

Indonesia yang memang terbuka dengan budaya Negara lain,

termasuk makanannya. Di Indonesia dapat dengan mudah kita

temui restoran yang menjual pizza dan aneka pasta khas

Italia, sushi dan sashimi khas Jepang, makanan khas Korea

serta yang sedang marak digandrungi anak muda adalah

olahan minuman buble khas Taiwan.

3

Perkembangan jaman saat ini juga membuat masyarakat

cenderung lebih memiliki kesibukan dan mobilitas yang

tinggi. Mereka umumnya lebih sering menghabiskan waktu di

luar rumah. Karena alasan kepraktisan dan kenyamanan,

mereka biasanya sering mengunjungi tempat-tempat makan

untuk berkumpul bersama keluarga dan teman, bertemu

klien, atau hanya sekedar untuk bersantai ditengah

kesibukan mereka. Cafe merupakan salah satu tempat yang

banyak dipilih. Cafe dinilai tidak hanya menawarkan

makanan dan minuman saja, tetapi juga menawarkan

fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan bagi

pengunjungnya. Tidak heran bila para pengunjung Cafe bisa

menghabiskan waktu berjam-jam berada di sana. Selain

terlibat perbincangan santai, sebagian pengunjung juga

menggunakan Cafe sebagai tempat menyelesaikan tugas atau

pekerjaan.

Café berasal dari bahasa Perancis yang berarti minuman

kopi. Namun seiring perkembangannya, cafe tidak hanya

4

sebuah kedai yang menjual minuman kopi saja tetapi juga

menjual beraneka macam makanan dan minuman. Keberadaan

café seolah sudah menjamur dan dapat ditemui dimana-mana

dengan berbagai konsep seperti cafe bergaya rumahan,

bergaya klasik hingga bergaya modern. Makanan dan minuman

yang ditawarkan pun beragam dari mulai aneka dessert,

makanan ringan, makanan utama dan tentu saja berbagai

macam olahan minuman yang sebagian besar berbahan dasar

kopi.

Situasi sektor cafe/coffee shop di Indonesia dapat

dikenali melalui tiga karakteristik :

1. Jenis usaha cafe/coffee shop yang tergantung pada

jenis pelanggan tertentu, misalnya cafe yang

mewah dan dikunjungi secara rutin oleh kelompok

konsumen tertentu yang berpenghasilan tinggi.

2. Kebanyakan usaha cafe/coffee shop yang dikunjungi

oleh pelanggan tetap dengan interval kunjungan

yang jarang frekuensinya.

5

3. Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak

mengenal budaya mengunjungi cafe/coffee shop,

sisanya hanya mengenali sedikit, sedikit tertarik

namun tidak mau mengkonsumsinya. Kelompok ini

merupakan kelompok yang paling sulit utuk

disasar.

Stove Syndicate merupakan salah satu cafe yang

terdapat di kota Semarang, tepatnya di Jalan Ngesrep V

No.27 Tembalang. Stove menjadi salah satu tujuan kuliner

masyarakat Semarang dan mahasiswa yang tinggal disekitar

Tembalang. Cafe yang berdiri pada Mei 2011 ini mengusung

konsep “rumahan” dengan gaya tata ruang yang nyaman

sehingga pengunjung merasa seperti sedang berada di rumah

sendiri. Menu yang ditawarkan beragam, mulai dari makanan

pembuka, makanan utama hingga makanan penutup. Aneka

olahan minuman juga dijual disini, dan tentu saja menu

andalan mereka adalah minuman berbahan dasar kopi. Selain

6

menu yang beragam, fasilitas juga sangat diperhatikan

oleh pemilik cafe ini. Stove dilengkapi dengan lahan

parkir yang nyaman, wifi dan TV cable. Meskipun

bermunculan berbagai macam cafe dan rumah makan baru di

kota Semarang, namun Stove Syndicate tetap bertahan dan

memiliki pelanggan setia. Bahkan, Stove Syndicate telah

merenovasi dan memperluas Cafe nya.

Di Tembalang sendiri sudah banyak ditemui

cafe/coffee shop dengan berbagai konsep dan menu yang

ditawarkan. Berikut daftar nama cafe/coffee shop yang

terdapat di sekitar Tembalang

Tabel 1.l

Daftar nama Cafe/Coffee shop di Tembalang

No. Nama Cafe

1. D’Bims

2. Coffee Toffee

3. Stove Syndicate

4. Icos

7

5. Coffee Groove

6. Coffee Time

7. De Klaar

8. 70’s Café

9. Twelve Café

10. Theodora Cafe

Sumber : cafesemarang.blogspot.com

Berikut data penjualan Stove Syndicate periode Januari –

Agustus 2013

Tabel 1.2

Data Penjualan Stove Syndicate

Januari – Agustus 2013

Bulan Penjualan

(Rp)

Kenaikan /

Penurunan

(Rp)

Prosentase

(%)

Januari

2013

48.438.000

Februari 36.188.000 - 12.250.000 -25,30

8

2013

Maret 2013 57.077.000 20.889.000 57,72

April 2013 58.729.000 1.652.000 2,90

Mei 2013 53.609.000 - 5.120.000 -8,71

Juni 2013 52.114.000 - 1.495.000 -2,79

Juli 2013 46.788.000 - 5.326.000 -10,21

Agustus

2013

52.786.000 5.998.000 12,81

Sumber : Stove Syndicate, 2013

Berdasarkan data penjualan diatas, dapat dilihat

bahwa Stove mengalami penurunan penjualan.Seperti pada

bulan Februari terjadi penurunan sebesar 25,30% Mei

sebesar 8,71% , Juni sebesar 2,79% dan Juli sebesar

10,21% . Pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 diketahui

terjadi penurunan penjualan secara berturut-turut. Hal

ini dikarenakan tingkat penjualan Stove yang menurun

sebagai akibat dari berkurangnya konsumen yang melakukan

pembelian. Untuk mengatasi hal ini,pihak Stove harus

mengetahui dan memperhatikan benar faktor-faktor yang

9

mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan

pembelian, sehingga dapat mengevaluasi dan

memperbaikinya.

Maraknya bisnis kuliner mengharuskan para pelaku

bisnis membuat usahanya tampil berbeda sehingga menarik

minat konsumen untuk berkunjung dan dapat mempertahankan

keberlangsungan usahanya. Salah satu cara untuk mencapai

tujuan perusahaan adalah dengan mengetahui apa kebutuhan

dan keinginan konsumen atau pasar sasaran serta

memberikan kepuasan yang diharapkan oleh konsumen. Dalam

hal ini strategi – strategi pemasaran sangat berperan

penting.

Harga dinilai sebagai faktor yang berpengaruh

terhadap keputusan pembelian. Dalam memutuskan pembelian

konsumen tentu akan mencari tau harga dan membeli produk

yang harganya paling sesuai dengan kemampuan membelinya.

Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu

produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar

10

konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau

menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler, 2006).

Perusahaan harus benar benar menyadari peran harga untuk

menentukan sikap konsumen. Stove sebagai salah satu Cafe

di Semarang yang terletak di sekitar wilayah Perguruan

Tinggi seperti Universitas Diponegoro dan Polines mematok

harga yang relatif terjangkau yaitu berkisar antara Rp

10.000,- – Rp 30.000,-. Strategi ini dilakukan Stove agar

produknya dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai

dari pegawai kantoran, mahasiswa hingga murid sekolah.

Selain harga, lokasi juga merupakan faktor yang

menentukan keberhasilan suatu usaha. Menurut Jeni

Raharjani (2005), strategi lokasi atau tempat adalah

salah satu determinan penting dalam menentukan perilaku

konsumen. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan harus

memilih lokasi yang strategis di suatu kawasan yang dekat

dengan keramaian dan aktivitas masyarakat juga mudah

dijangkau oleh konsumen. Hal ini akan turut mempengaruhi

11

keberlangsungan dari usaha tersebut. Pada usaha kuliner,

strategi lokasi merupakan salah satu faktor penting yang

harus diperhatikan karena sebelum memutuskan untuk

berkunjung, konsumen tentu akan mempertimbangkan juga

lokasi dari tempat tersebut. Stove Syndicate dapat

dikatakan memiliki lokasi usaha yang strategis, yaitu

terletak di pusat keramaian yang berdekatan dengan

beberapa Perguruan Tinggi seperti Universitas Diponegoro

dan Polines. Letaknya yang berada di pinggir jalan raya

pun memudahkan konsumen untuk menemukan dan menjangkau

lokasi Stove Syndicate.

Faktor utama yang tidak kalah penting menjadi

pertimbangan konsumen dalam memutuskan pembelian adalah

kualitas produk. Konsumen tentu menginginkan kualitas

yang terbaik dari produk yang mereka beli. Dalam bisnis

kuliner hal yang menjadi perhatian utama konsumen adalah

cita rasa, kebersihan makanan serta cara penyajiannya.

Konsumen biasanya tertarik dengan makanan yang selain

12

rasanya enak, juga memiliki tata penyajian yang menarik.

Hal ini berkaitan dengan kemajuan jaman dan teknologi,

dimana sebagian besar konsumen pada era ini kerap kali

mengabadikan foto makanan atau minuman yang mereka beli

dan mempostingnya di media sosial. Selain itu, konsumen

juga cenderung lebih sering membagikan pengalaman mereka

ke media sosial, baik itu berupa pujian atau kekecewaan.

Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi citra

perusahaan bila tidak benar-benar memperhatikan kualitas

produk mereka, karena akan mempengaruhi masyarakat untuk

melakukan pembelian.

Ketiga faktor diatas dinilai dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup suatu perusahaan karena berhubungan

dengan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

Oleh karena itu,peneliti memutuskan untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Harga, Lokasi, dan

Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian (Studi kasus

pada Stove Syndicate Cafe Semarang)”

13

1.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang diatas, diketahui bahwa Stove

Syndicate mengalami penurunan penjualan pada bulan-bulan

tertentu. Penurunan penjualan salah satunya disebabkan

karena berkurangnya konsumen yang melakukan pembelian.

Hal ini mungkin dikarenakan ketatnya persaingan dalam

usaha Cafe. Oleh karena itu,Stove harus benar-benar lebih

memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat

meningkatkan penjualan serta terus bertahan sebagai salah

satu Cafe di kota Semarang. Menyadari hal ini,perlu

diidentifikasi faktor faktor apa saja yang mempengaruhi

konsumen untuk melakukan pembelian pada Stove Syndicate

dan faktor mana yang paling berpengaruh.

Dari masalah tersebut dapat dirumuskan pertanyaan dibawah

ini :

1. Apakah Harga mempengaruhi keputusan pembelian ?

14

2. Apakah Lokasi mempengaruhi keputusan pembelian?

3. Apakah Kualitas produk mempengaruhi keputusan

pembelian?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan,

maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Harga terhadap keputusan

pembelian pada Stove Syndicate Café Semarang

2. Untuk menganalisis pengaruh Lokasi terhadap

keputusan pembelian pada Stove Syndicate Café

Semarang

3. Untuk menganalisis pengaruh Kualitas produk terhadap

keputusan pembelian pada Stove Syndicate Café

Semarang

Kegunaan dari penelitian ini adalah penelitian ini

diharapkan akan menghasilkan informasi yang bermanfaat

15

sebagai bahan evaluasi perusahaan untuk memperbaiki

kinerjanya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan ilmu pengetahuan terutama dibidang

pemasaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian.

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan

BAB II : TELAAH PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan landasan teori, penelitian

terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan

hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

PAda bab ini diuraikan tentang variabel penelitian,

16

penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data, serta metode analisis data yang

digunakan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan deskripsi obyek penelitian

dan uraian tentang analisis dan hasil penelitian

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini diuaikan tentang kesimpulan hasil

penelitian dan saran saran untuk pihak terkait.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

Pemasaran merupakan sebuah proses sosial dimana

dalam proses tersebut individu dan kelompok mendapatkan

apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan, dan secara bebas menukarkan produk dan jasa

yang bernilai kepada pihak lain (Kotler,2005)

Menurut Stanton (2001) pemasaran adalah suatu sistem

keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan

untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan

mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan

kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli

potensial. Sedangkan Kotler (1997) berpendapat bahwa

pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial

yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang

17

18

mereka butuhkan serta mereka inginkan lewat penciptaan

dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang

lain.

Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia

yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Konsep

inilah yang menjadi dasar konsep pemasaran. Mulai dari

pemenuhan produk, penetapan harga, pendistribusian produk

hingga promosi.

Menurut Swastha dan Irawan (2005), konsep pemasaran

adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan

kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial

bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada

suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting

dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena

dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang

diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam

memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar.

Penjualan dan pemasaran sering dianggap sama tetapi

19

sebenarnya berbeda.

Tujuan utama konsep pemasaran adalah melayani

konsumen dengan mendapatkan sejumlah laba, atau dapat

diartikan sebagai perbandingan antara penghasilan dengan

biaya yang layak. Ini berbeda dengan konsep penjualan

yang menitikberatkan pada keinginan perusahaan. Falsafah

dalam pendekatan penjualan adalah memproduksi sebuah

produk, kemudian meyakinkan konsumen agar bersedia

membelinya. Sedangkan pendekatan konsep pemasaran

menghendaki agar manajemen menentukan keinginan konsumen

terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan bagaimana

caranya memuaskan.

Pemasaran merupakan sebuah proses yang terdiri dari

dua tahap, yaitu pemasaran secara sosial dan pemasaran

secara manajerial. Pemasaran secara sosial menunjukan

peran seorang pemasar didalam masyarakat. Sedangkan

pemasaran secara manajerial digambarkan sebagai seni

menjual produk

20

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pemasaran :

1. Lingkungan Eksternal

Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan oleh

perusahaan. Misalnya, kesiapan masyarakat dalam

menerima atau menolak sebuah produk, politik,

tingkat perekonomian, peraturan

pemerintah,serta munculnya pesaing.

2. Lingkungan Internal

Lingkungan internal dapat dikendalikan oleh

perusahaan, terdiri dari dua kelompok, yaitu

sumber non pemasaran seperti kemampuan

produksi, keuangan dan personal serta komponen

pemasaran yaitu produk, harga, distribusi dan

promosi

Manajemen pemasaran adalah proses penganalisaan,

perencanaan pelaksanaan dan pengawasan program program

yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar

21

yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan

organisasi dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar

tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi,

distribusi yang efektif untuk mendorong serta melayani

pasar (Kotler,2007)

2.1.2 Keputusan Pembelian

Dalam rangka mengenal konsumen, perusahaan perlu

mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan

aktivitas manusia sehari hari. Mempelajari perilaku

konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembangan

produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran

pemasaran, pesan iklan dan elemen pemasaran lainnya.

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika

seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan,

pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan

jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan (Erlangga

Kusumanegara,2012). Sedangkan Setiadi (2003) menyatakan

22

bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung

terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan

yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan

pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan

alternatif. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya

memerlukan ketelitian dan ketepatan dalam memutuskan akan

membeli suatu produk atau jasa.

Menurut Peter & Olson (2000) pengambilan keputusan

adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan

pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku

alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Pemasar

harus paham bagaimana tingkah laku membeli konsumen yang

dipengaruhi oleh karakteristik pembeli tertentu dan

proses pengambilan keputusan pribadi.

Menurut Kotler (1997) karakteristik tersebut meliputi :

1. Faktor Budaya

23

Budaya adalah penentu paling dasar dari

keinginan dan tingkah laku seseorang. Hal ini

termasuk nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan

dan tingkah laku yang diserap seseorang dari

keluarga atau lembaga lain.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial juga mempengaruhi tingkah laku

pembeli. Pilihan produk dan merek amat

dipengaruhi oleh kelompok acuan seseorang,

termasuk keluarga, teman, dan organisai sosial

serta professional.

3. Faktor Pribadi

Faktor pribadi seperti umur dan tingkatan

pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup dan

kepribadian juga mempengaruhi keputusan

membeli.

4. Faktor Psikologis

Tingkah laku pembelian konsumen juga

24

dipengaruhi oleh empat faktor psikologis yaitu

motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan

serta sikap.

Kotler (1996) berpendapat bahwa seseorang mungkin

dapat memiliki peranan yang berbeda-beda dalam setiap

keputusan pembelian. Berbagai peran yang mungkin terjadi

adalah :

1. Pengambil inisiatif (initiator), yaitu orang yang

pertama-tama menyarankan atau memikirkan

gagasan membeli produk atau jasa tertentu

2. Orang yang mempengaruhi (influence), yaitu orang

yang pandangan atau nasihatnya diperhitungkan

dalam membuat keputusan akhir.

3. Pembuat keputusan (decider), yaitu seseorang

yang akan menentukan keputusan mengenai produk

yang akan dibeli, cara pembayaran dan tempat

melakukan pembelian

25

4. Pembeli (buyer), yaitu seseorang yang melakukan

pembelian

5. Pemakai (user), yaitu seseorang atau beberapa

orang yang menikmati atau memakai produk atau

jasa

Menurut Kotler (1997) perilaku pembelian konsumen

dapat dibedakan menjadi empat jenis :

1. Perilaku membeli yang rumit (complex buying

behavior)

Perilaku membeli yang rumit akan menimbulkan

keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan

menyadari adanya perbedaan yang jelas diantara

merek-merek yang ada. Perilaku seperti ini

terjadi ketika membeli suatu produk yang mahal,

tidak sering dibeli, beresiko, dan dapat

mencerminkan diri pembelinya. Seperti mobil,

televisi, laptop, dll.

2. Perilaku membeli untuk mengurangi keragu-raguan

26

(dissonance reducing buying behavior)

Perilaku membeli ini mempunyai keterlibatan

yang tinggi dan konsumen menyadari hanya

sedikit perbedaan antara berbagai merek.

Perilaku ini terjadi untuk pembelian produk

yang mahal, beresiko, tidak sering dilakukan,

dan pembeliannya dilakukan secara cepat karena

perbedaan merek tidak terlihat. Misal : cat

tembok, keramik

3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (habital

buying behavior)

Perilaku membeli ini memiliki keterlibatan yang

tinggi dan konsumen menyadari hanya sedikit

perbedaan antara berbagai merek. Pada kondisi

ini keterlibatan konsumen rendah dan tidak

adanya perbedaan antar merek yang signifikan.

Konsumen memilih merek karena suatu kebiasaan

bahkan karena kesetiaan terhadap sebuah merek.

27

4. Perilaku pembelian yang mencari keragaman

(variety seeking buying behavior)

Dalam situasi seperti ini konsumen sering

melakukan peralihan merek. Mereka memiliki

beberapa keyakinan tentang suatu produk dan

memilih produk tanpa melakukan evaluasi

terlebih dahulu. Mereka melakukan peralihan

merek bukan berarti tidak puas dengan produk

sebelumnya melainkan menginginkan variasi

merek.

Menurut Kotler, ada lima tahap pengambilan keputusan

:

1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)

Proses membeli dimulai dengan pengenalan

masalah. Pembeli menyadari adanya perbedaan

kondisi antara keadaan yang diharapkan dengan

keadaan sebenarnya.

28

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tertarik untuk

membeli sebuah produk akan mencari informasi

lebih banyak lagi mengenai produk tersebut.

3. Penilaian Alternatif

Terdapat beberapa proses evaluasi konsumen.

Konsumen sebagai pembuat pertimbangan mengenai

produk tertentu berlandaskan pada pertimbangan

yang rasional. Kebanyakan konsumen akan

mempertimbangkan beberapa ciri.

4. Keputusan Membeli

Keputusan konsumen untuk mengubah,

menangguhkan, atau membatalkan keputusan

membeli banyak dipengaruhi oleh pandangan

risikonya. Untuk memperkecil risiko, konsumen

biasanya menghimpun informasi dari teman,

membeli sebuah produk dengan merek nasional

yang memiliki garansi.

29

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau

ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan

pembeli terhadap sebuah produk akan

mempengaruhi tingkah laku setelahnya. Jika

konsumen puas,ia akan membeli ulang dan bahkan

mempromosikan produk tersebut kepada teman.

Jika konsumen tidak puas, ia akan meninggalkan

produk tersebut dan beralih ke produk yang

lain.

2.1.3 Harga

Harga merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi keputusan pembelian seseorang. Konsumen akan

membeli suatu produk yang sesuai dengan kemampuan

membelinya. Perusahaan harus memperhatikan hal ini,

karena dalam persaingan harga yang ditawarkan pesaing

30

bisa dengan harga yang lebih rendah dengan kualitas yang

sama dan bisa juga dengan harga yang lebih tinggi. Untuk

itu peranan harga sangat mempengaruhi tingkat

keberhasilan suatu perusahaan dalam menjual produknya.

Harga memiliki peranan utama dalam proses

pengambilan keputusan (Tjiptono,2000) yaitu :

1. Peranan alokasi harga

Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk

memutuskan cara memperoleh manfaat atau

utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan

daya belinya.

2. Peranan informasi dari harga

Fungsi harga dalam membidik konsumen mengenai

faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini

bermanfaat dalam situasi dimana pembeli

mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk

atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang

sering muncul adalah bahwa harga yang mahal

31

mencerminkan kualitas yang tinggi sehingga

konsumen menilai harga yang ditetapkan sesuai

dengan kualitas produk maupun jasa yang

ditetapkan.

Menurut Basu Swastha dan Irawan (2001) harga adalah

jumlah uang yang dibutuhkan (ditambah produk kalau

mungkin) untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk

dan pelayanannya. Dari definisi tersebut dapat kita

ketahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah

termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Lamb

et.al (2001) berpendapat “Harga adalah apa yang harus

diberikan oleh konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu

produk”. Sedangkan Menurut Kotler & Amstrong (2006) harga

merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk

atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen

atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan

produk atau jasa tersebut. Harga yang ditetapkan pada

dasarnya disesuaikan dengan apa yang menjadi harapan

32

perusahaan. Harga juga biasanya mencerminkan kualitas

dari produk yang menyertainya.

Tujuan dari penetapan harga menurut Tjiptono (2008)

adalah :

1. Tujuan berorientasi pada laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap

perusahaan selalu memilih harga yang dapat

menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal

dengan istilah maksimalisasi laba.

2. Tujuan berorientasi pada volume

Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula

perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan

tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau

yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objective.

3. Tujuan berorientasi pada citra

Citra perusahaan dapat dibentuk melalui strategi

penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga

tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra

33

prestisius. Sementara itu harga rendah dapat

dipergunakan untuk membentuk nilai tertentu,

misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya

merupakan harga yang terendah di wilayah tertentu.

4. Tujuan stabilisasi harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif

terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan

harganya, maka para pesaing harus menurunkan pula

harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari

terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam

industri-industri tertentu yang produknya

terstandarisasi. Tujuan stabilisasi ini dilakukan

dengan jalan menetapkan harga untuk hubungan yang

stabil antara harga suatu perusahaan dan harga

pemimpin industri.

Menurut Alma (2002:45) ada tiga kemungkinan

kebijakan dalam menentukan harga :

a. Penetapan harga diatas harga saingan

34

Cara ini dapat dilakukan kalau perusahaan dapat

meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijual

mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang lebih

menarik dan mempunyai kelebihan lain dari barang

yang sejenis yang telah ada dipasaran.

b. Penetapan harga dibawah harga saingan

Baru diperkenalkan dan belum stabil

kedudukannya dipasar.

c. Mengikuti harga saingan

Cara ini dipilih untuk mempertahankan agar

langganan tidak beralih ketempat lain.

Swasta (2010) menjelaskan tingkat harga terjadi

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:

1. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi

tingkat harga yang berlaku.

2. Permintaan dan penawaran

35

Permintaan adalah sejumlah barang yang diminta

oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.

Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh

penjual pada suatu tingkat harga tertentu.

3. Elastisitas permintaan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan

harga adalah sifat permintaan pasar.

4. Persaingan

Harga jual beberapa macam barang sering

dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.

5. Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab

suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya

produksi akan mengakibatkan kerugian.

6. Tujuan perusahaan

Tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan

adalah :

- Laba maksimum

36

- Volume penjualan tertentu

- Penguasaan pasar

- Kembalinya modal yang tertanam dalam

jangka waktu tertentu.

7. Pengawasan pemerintah

Pengawasan pemerintah dapat diwujudkan dalam

bentuk: penentuan harga maksimum dan

minimum,diskriminasi harga, serta praktek-praktek

lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha

kearah monopoli.

2.1.4 Lokasi

Lokasi tempat berdirinya suatu usaha juga akan

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian karena

merupakan saluran distribusi yaitu jalur yang dipakai

untuk perpindahan produk dari produsen ke konsumen.

Lokasi yang strategis ialah lokasi yang berada di pusat

kegiatan masyarakat dan lokasi yang dinilai mampu

37

mengalami pertumbuhan ekonomi. Persoalan penting seperti

kemungkinan terlihat, lahan parkir, kemudahan akses dan

keselamatan dan kemanan lokasi merupakan faktor-faktor

yang memberi kontribusi pada kesuksesan pemilihan lokasi.

Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa lokasi adalah

dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan kegiatan

operasi. Terdapat tiga jenis interaksi yang mempengaruhi

pemilihan lokasi :

1. Konsumen mendatangi pemberi jasa

Apabila kondisi seperti ini maka lokasi menjadi

sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih lokasi

yang dekat dan mudah dijangkau oleh konsumen.

2. Pemberi jasa mendatangi konsumen

Dalam hal ini faktor lokasi tidak terlalu penting

namun yang menjadi perhatian adalah bagaimana

menyampaikan jasa yang baik dan berkualitas.

3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara

langsung

38

Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting karena

konsumen dan penyedia jasa dapat berkomunikasi

melalui sarana tertentu seperti telepon, surat,

maupun surat elektronik selama komunikasi antara

konsumen dan penyedia jasa tetap dapat terlaksana

dengan baik.

Pilihan lokasi merupakan faktor bersaing dalam usaha

menarik pelanggan. Perusahaan-perusahaan menggunakan

aneka ragam metode untuk menentukan lokasi, termasuk

perhitungan transportasi, penelitian yang didasarkan pada

kebiasaan belanja pelanggan, metode analisis lokasi, dan

sebagainya. Perusahaan sebaiknya perlu secara matang

mempertimbangkan pemilihan lokasi usaha untuk

pengembangan di masa depan.

Kotler (2001) mengartikan lokasi sebagai sarana

aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan oleh

konsumen sasarannya. Sedangkan Effendy (1996:34)

berpendapat bahwa yang perlu mendapat perhatian dalam hal

39

lokasi ini meliputi banyak hal (saluran distribusi,

persediaan dan transport) termasuk didalamnya tempat

perusahaan beroperasi, berproduksi maupun cara

penyampaian barang dari produsen kepada konsumen.

Sedangkan menurut Tjiptono (2001) ada beberapa

faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi :

1. Akses yang mudah dijangkau

2. Kemudahan untuk dilihat

3. Lalu lintas

4. Tempat parkir yang luas dan nyaman

5. Ekspansi, tersedianya lahan yang luas untuk

melakukan perluasan

6. Lingkungan daerah sekitar

7. Persaingan di lokasi sekitar

8. Peraturan Pemerintah

Dari beberapa pendapat tersebut mengandung arti

bahwa perusahaan hendaknya mengusahakan agar produk

40

keluaran mereka tersedia dan terjangkau oleh populasi

sasaran (konsumen). Lokasi (place) berarti pula sebagai

semua problem, fungsi dan lembaga yang berhubungan dengan

usaha membawa produk yang tepat kepasar target yang

bersangkutan. Berkaitan dengan lokasi dalam hal ini

perusahaan hendaknya memperhatikan beberapa faktor

lokasi, misalnya perusahaan harus memilih daerah

geografis yang strategis dan sesuai dengan kebutuhan

konsumen sasaran, memperhatikan ketersediaan dan

keragaman produk, kemudahan pencapaian lokasi serta pola

saluran pemasarannya.

2.1.5 Kualitas Produk

Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena

tanpa produk, perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan

usahanya. Tentu dalam memilih sebuah produk konsumen akan

mempertimbangkan manfaat yang ia dapatkan dari produk

tersebut, maka dari itu dalam membuat sebuah produk harus

41

disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan konsumen.

Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik

diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2005) produk adalah

”Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar

untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau

kebutuhan”.

Mc Charty dan Perreault (2003) mengemukakan bahwa,

“Produk merupakan hasil dari produksi yang akan dilempar

kepada konsumen untuk didistribusikan dan dimanfaatkan

konsumen untuk memenuhi kebutuhannya”. Sedangkan menurut

Saladin (2002), ”Produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki,

dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan

keinginan dan kebutuhan”. Konsumen akan menyukai produk

yang menawarkan kualitas, kinerja, dan inovasi yang

berbeda dari produk lainnya.

42

Kualitas produk menjadi salah satu tolak ukur

penting bagi kesuksesan sebuah perusahaan. Karena dengan

kualitas produk yang baik, perusahaan akan mampu bersaing

dengan para pesaingnya. Perusahaan juga harus melakukan

inovasi-inovasi baru terhadap produk yang mereka tawarkan

karena konsumen cenderung bersikap kritis terhadap

produk-produk yang beredar di pasaran.

Kualitas juga menjadi salah satu alat utama pemasar

untuk melakukan positioning. Dalam pengembangan suatu

produk, pemasar awalnya harus memilih tingkat kualitas

yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran.

Disini, kualitas produk berarti kualitas kinerja dimana

memiliki arti kemampuan produk dalam menjalankan

fungsinya. Selain itu, kualitas yang tinggi dapat pula

berarti tingkat dari konsistensi kualitas tersebut.

Disini, kualitas produk berarti kesesuaian (conformance

quality) yaitu bebas dari kerusakan serta konsisten dalam

memberikan tingkat kinerja yang ditargetkan (Kotler dan

43

Amstrong,2001).

Menurut Handoko (2000) kualitas adalah suatu kondisi

dari sebuah barang ditentukan oleh tolak ukur penilaian

atas kesesuaiannya dengan standar ukur yang telah

ditetapkan. Berdasarkan pendapat ini diketahui bahwa

kualitas barang ditentukan oleh tolak ukur penilaian.

Semakin sesuai dengan standar yang ditetapkan dinilai

semakin berkualitas. Menurut Kotler (2005), “Kualitas

produk adalah keseluruhan ciri dari suatu produk atau

pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang

dinyatakan atau tersirat”. Sedangkan menurut Lupiyoadi

(2001) menyatakan bahwa “ Konsumen akan merasa puas bila

hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang

mereka gunakan berkualitas “.

Menurut David Garvin dalam Tjiptono (1997), untuk

menentukan dimensi kualitas produk, dapat melalui delapan

dimensi sebagai berikut :

1. Kinerja (performance)

44

Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu

barang dan merupakan karakteristik utama yang

dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang

tersebut.

2. Fitur produk

Aspek performasi yang berguna untuk menambah

fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan

produk dan pengembangannya.

3. Kehandalan (reability)

Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau

kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan

fungsinya setiap kali digunakan dalam periode

waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

4. Kesesuaian (conformance)

Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian

terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan

sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

45

5. Daya tahan (Durability)

Suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya

tahan atau masa pakai barang.

6. Kemampuan diperbaiki (servieceability)

Karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,

kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam

memberikan layanan untuk perbaikan barang.

7. Keindahan (asthetics)

Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif

mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan

dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari

preferensi individual.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang

lengkap mengenai atribut-atribut produk. Namun

demikian, biasanya konsumen memiliki informasi

tentang produk secara tidak langsung.

46

Dalam merencanakan penawaran pasar, pemasar perlu

berpikir melalui lima tingkatan produk. Tiap tingkat

menambahkan lebih banyak nilai pelanggan dan kelimanya

membentuk suatu hirarki nilai pelanggan.

Menurut Tjiptono (2007: 96) Tingkatan produk tersebut

adalah:

1. Tingkat paling dasar, manfaat inti (core benefit)

adalah jasa atau manfaat sesungguhnya yang dibeli

pelanggan.

2. Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah

manfaat inti itu menjadi produk dasar (basic product).

3. Pada tingkat ketiga, pemasar menyiapkan suatu

produk yang diharapkan (expected product), merupakan

suatu set atribut dan kondisi yang biasanya

diharapkan dan disetujui pembeli ketika mereka

membeli produk ini.

47

4. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk

yang ditingkatkan (augmented product).

5. Pada tingkat kelima, terdapat produk potensial

(potential product), yang mencakup semua peningkatan dan

transformasi yang akhirnya akan dialami produk

tersebut di masa depan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Ika Putri Iswayanti pada tahun 2010 melakukan

penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KUALITAS

PRODUK, KUALITAS LAYANAN, HARGA, DAN TEMPAT TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi Kasus pada rumah makan “Soto

Angkring Mas Boed” di Semarang) dengan menggunakan

analisis regresi berganda. Hasil yang didapatkan adalah

bahwa variabel kualitas produk,kualitas layanan dan harga

berpengaruh positif dengan hasil persamaan regresi Y=

0,260X1 + 0,253X2 + 0,239X3 + 0,206X4. Variabel kualitas

48

produk memiliki pengaruh paling besar sedangkan variabel

lokasi (tempat) memiliki pengaruh paling kecil.

2. M.Rizwar Ghazali pada tahun 2010 melakukan

penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH LOKASI,

PROMOSI, DAN KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN (Studi Kasus pada Warnet XYZ Semarang) dengan

menggunakan analisis regresi berganda. Hasil yang

didapatkan adalah bahwa variabel lokasi,promosi dan

kualitas layanan berpengaruh positif dengan hasil

persamaan regresi Y= 0,294X1 + 0,318X2 + 0,299X3.

Variabel promosi memiliki pengaruh paling besar sedangkan

variabel lokasi memiliki pengaruh paling kecil.

3. Bonaventura Antyadika pada tahun 2012 melakukan

penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH LOKASI, HARGA,

DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi

pada Wong Art Bakery&Cafe Semarang). Hasil penelitian

menggunakan analisis regresi berganda menunjukan hasil

bahwa lokasi, harga, dan kualitas produk berpengaruh

49

positif dengan hasil persamaan regresi Y= 0,224X1 +

0,229X2 + 0,464X3. Variabel kualitas produk memiliki

pengaruh paling besar sedangkan variabel lokasi memiliki

pengaruh paling kecil.

4. Septhani Rebeka Larosa pada tahun 2011 melakukan

penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS

PRODUK, DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi

Kasus pada Warung Warung makan di Sekitar Simpang Lima

Semarang). Hasil penelitian menggunakan analisis regresi

berganda menunjukkan hasil bahwa harga,kualitas produk,

dan lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian dengan hasil persamaan regresi Y= 0,3665X1 +

0,292X2 + 0,341X3. Harga memiliki pengaruh paling besar

terhadap keputusan pembelian sedangkan kualitas produk

memiliki pengaruh paling kecil.

2.3 Kerangka Pemikiran

50

Berdasarkan landasan teori dalam penelitian ini maka

dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut bahwa Harga

(X1) , Lokasi (X2) dan Kualitas Produk (X3) berpengaruh

terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Sumber : Ika Putri (2010) , Rizwar Ghazali (2010), Stephani Rebeka (2010) yang dikembangkan untuk penelitianini

2.4 Hipotesis

Harga(X1)

Lokasi(X2)

Kualitas Produk(X3)

Keputusan Pembelian

(Y)

51

Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini

berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan

penelitian terdahulu yang telah diuraikan. Maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

H1 : Harga berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian pada Stove Syndicate Café Semarang

H2 : Lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian pada Stove Syndicate Café Semarang

H3 : Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap

keputusan pembelian pada Stove Syndicate Café

Semarang

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Variabel Penelitian dan Deskripsi Operasional

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

variabel :

1. Variabel Dependen atau variabel terikat adalah

variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti.

Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya

tergantung dari variabel lain, dimana nilainya akan

berubah jika variabel yang mempengaruhinya berubah.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Keputusan Pembelian

2. Variabel Independen atau variabel bebas adalah

variabel yang tidak tergantung oleh variabel

lainnya. Variabel Independen adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen. Variabel Independen

52

53

dalam penelitian ini adalah Harga, Lokasi dan

Kualitas Produk

3.1.2. Deskripsi Operasional

NoVariabe

l

Definisi Operasional

VariabelIndikator

1. Keputus

an

Pembeli

an

Proses dimana

konsumen melewati

lima tahap, yaitu

pengenalan masalah,

pencarian informasi,

evaluasi

alternatif,keputusan

pembelian dan

perilaku pasca

pembelian

(Kotler,2007)

Indikator Keputusan

Pembelian:

-Kemantapan membeli

sebuah produk

-Merekomendasikan

kepada orang lain

-Melakukan pembelian

ulang

2. Harga Sejumlah uang yang Indikator Harga :

54

NoVariabe

l

Definisi Operasional

VariabelIndikator

dibebankan atas

suatu produk atau

jasa, atau jumlah

dari nilai yang

ditukar konsumen

atas manfaat-manfaat

karena memiliki atau

menggunakan produk

atau jasa tersebut

(Kotler&Amstrong,200

6)

-Harga sesuai dengan

kemampuan membeli

konsumen

-Kesesuaian harga

dengan kuantitas produk

-Harga kompetitif bila

dibandingkan dengan

produk lain yang

sejenis

3. Lokasi Suatu ruang dimana

berbagai kegiatan

yang dilakukan

perusahaan untuk

membuat produk dapat

Indikator Lokasi :

-Mudah dijangkau

-Parkir yang luas dan

aman

-Dekorasi / Interior

55

NoVariabe

l

Definisi Operasional

VariabelIndikator

diperoleh dan

tersedia bagi

pelanggan

(Kotler,2007)

ruangan

4. Kualita

s

Produk

Keseluruhan ciri

serta dari suatu

produk atau

pelayanan pada

kemampuan untuk

memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan/

tersirat

(Kotler,2005)

Indikator Kualitas

Produk :

-Variasi menu

-Rasa dari produk yang

disajikan

-Tata penyajian produk

3.2.Populasi dan Sampel

56

3.2.1.Populasi

Ferdinand (2006) menyatakan “Populasi adalah

gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,

hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa

yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti” .

Sedangkan menurut Margono (2010) “Populasi adalah seluruh

data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang

lingkup dan waktu yang kita tentukan”. Sukmadinata (2011)

mengemukakan bahwa populasi adalah “kelompok besar dan

wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita” .

Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek

yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan

yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus

(Tjiptono, 2001). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah konsumen Stove Syndicate Cafe yang

sudah pernah berkunjung ke sana.

3.2.2.Sampel

57

Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan

tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti

secara rinci (Tjiptono,2001). Sedangkan Menurut Sugiyono

(2010) sampel adalah “sebagian dari populasi itu”.

Populasi itu misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah

pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid

di sekolah tertentu dan sebagainya. Sementara itu,

Margono (2010) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagai

bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu”. Senada dengan itu,

Sudjana (2005) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagian

yang diambil dari populasi”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah non probability sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau

kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Keunggulan non probability

sampling adalah murah, digunakan bila tidak ada sampling

58

frame dan digunakan bila populasi menyebar sangat luas

(Ferdinand,2006). Metode yang digunakan adalah accidental

sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara

kebetulan atau siapa saja yang kebetulan bertemu dengan

peneliti.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini

menggunakan rumus :

n=Z2

4(moe)2

n=1,962

4(0,1)2

n=3,8140,04

n = 96,04

Keterangan :

n = Jumlah sampel

59

Z = Tingkat distribusi normal

Moe = Margin of Eror atau kesalahan maksimum sebesar

10%

Untuk keakuratan penelitian ,digunakan sampel

sebanyak 100 orang. 100 orang tersebut dianggap sudah

representative karena sudah melebihi batas minimal

sampel.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh

langsung dari sumber (tanpa perantara). Data

ini digunakan untuk mengetahui tanggapan

konsumen terhadap harga, lokasi dan kualitas

produk yang mempengaruhi pembelian di Stove

Syndicate Cafe.

60

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh

melalui perantara (tidak secara langsung). Data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

data penjualan Stove Syndicate.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara

langsung kepada responden. Wawancara dilakukan

bila peneliti ingin mengetahui jawaban-jawaban

yang lebih mendalam dari para responden. Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri pada

laporan tentang diri sendiri atau self-report

atau setidaknya pada keyakinan pribadi.

b. Kuesioner

61

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data

dengan mengajukan daftar pertanyaan tertulis

kepada responden. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila jumlah

responden cukup besar dan tersebar di wilayah

yang luas. Dalam penelitian ini pengukuran

menggunakan skala likert dengan metode scoring

terdiri dari angka 1-5 . Angka 1 menunjukan

Sangat Tidak Setuju dan angka 5 menunjukkan

Sangat Setuju

STS TS N

S SS

3.5. Metode Analisis Data

1 2 3 4 5

62

Metode analisis data merupakan salah satu cara

yang digunakan oeh seorang peneliti untuk mengetahui

sejauh mana suatu variabel mempengaruhi variabel

lain. Tujuan metode analisis adalah untuk

menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari

sejumlah data yang terkumpul.

3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Digunakan untuk menguji apakah kuesioner

tersebut valid atau tidak. Kuesioner dinyatakan

valid apabila pertanyaan yang terdapat dalam

kuesioner mampu menunjukan sesuatu yang akan diukur

dalam kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan

dengan melihat korelasi antara skor masing masing

item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin

diukur dengan asumsi :

- Jika nilai r hitung > r table maka

kuesioner dinyatakan Valid.

63

- Jika nilai r hitung < r table maka kuesioner

dinyatakan Tidak Valid

2. Uji Reliabilitas

Digunakan untuk menguji tingkat kehandalan

kuesioner. Kuesioner yang reliable apabila diuji

secara berulang-ulang akan diperoleh hasil yang

relatif sama, selama aspek yang diukur tdak berubah.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan

menggunakan rumus Cronbach Alpha.

Jika nilai Cronbach Alpha> 0,6 maka kuesioner

dinyatakan reliable.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

1.Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji

adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model

regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi

antar variable bebas.Multikolinieritas dapat dilihat

64

dari nilai Tolerance dan Variance Inflaction Factor

(VIF) dengan asumsi sebagai berikut:

- Jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance >

0,1 maka tidak terjadi Multikolinieritas.

- Jika nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance <

0,1 maka terjadi Multikolinieritas.

2.Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain. Jika Variance residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap maka disebut

Homoskedastisitas. Dalam model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.Untuk

menguji adanya heteroskedastisitas adalah dengan

melihat grafik plot antara nilai prediksi variable

terikatnya (ZPRED) dengan residualnya (SPRESID).

Jika terdapat pola tertentu (bergelombang, melebar

65

kemudian menyempit) maka terjadi

Heteroskedastisitas. Namun bila tidak ada pola serta

titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada

sumbu Y maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi variable dependen dan variable

independennya mempunyai distribusi normal. Model

regresi yang baik seharusnya memiliki distribusi

yang normal atau mendekati normal. Asumsi yang

digunakan dalam uji normalitas adalah :

- Jika data menyebar disekitar garis diagonal

dan mengikuti arah garis diagonal atau

grafik histogramnya menunjukan pola

distribusi normal,maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal

dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau

66

grafik histogramnya tidak menunjukan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas

3.5.3Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menganalisis

pengaruh variable independen terhadap variable

dependen. Dalam penelitian ini analisis regresi

berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh

antara harga,lokasi dan kualitas produk terhadap

keputusan pembelian. Persamaan regresi dapat

dirumuskan :

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e

Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian

X1 = Harga

X2 = Lokasi

67

X3 = Kualitas Produk

β 1 = Koefisien regresi variabel Harga

β 2 = Koefisien regresi variable Lokasi

β 3 = Koefisien regresi variable Kualitas

Produk

α = Konstanta

e =Error

3.5.4.Uji Hipotesis

1. Uji signifikansi parameter individual (Uji t)

Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen. Tingkat signifikansi masing-

masing variabel adalah 0,05 .

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

:

68

Ho : β1,β2, β3 = 0, artinya variabel-variabel

independen secara individual tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : β1,β2, β3 ≠ 0, artinya variabel-variabel

independen secara individual mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

1.Apabila t tabel > t hitung, maka Ho diterima dan

Ha ditolak.

2. Apabila t tabel < t hitung, maka Ho ditolak dan

Ha diterima.

2.Uji kelayakan model (Uji F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua

variabel independen secara bersama-sama memiliki

pengaruh signifikan terhadap variable dependen.

Dalam penelitian ini,uji F digunakan untuk

mengetahui pengaruh harga, lokasi dan kualitas

produk terhadap keputusan pembelian. Pengujian

69

dilakukan dengan membandingkan antara F hitung dan F

tabel yang memiliki signifikansi sebesar 0,05

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

:

Ho : βi = 0, artinya variabel-variabel independen

tidak memiliki pengaruh terhadap variable dependen

Ha : βi > 0, artinya variabel-variabel independen

mempunyai pengaruh terhadap variable dependen.

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Apabila probabilitas signifikasi> 0,05 , maka Ho

diterima dan Ha ditolak.

2. Apabila probabilitas signifikasi < 0,05 , maka Ho

ditolak dan Ha diterima.

Dengan membendingkan nilai F hitung dengan F tabel,

Apabila F tabel >F hitung maka Ho diterima dan Ha

ditolak

Apabila F tabel <F hitung, maka Ho ditolak dan Ha

diterima.

70

3.Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk

mengetahui sampai seberapa besar kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

koefisien determinasi antara nol sampai satu.

Semakin kecil nilai koefisien determinasi berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Stove Syndicate merupakan salah satu Café yang

berada di kota Semarang, tepatnya berada di Jalan Ngesrep

V No.27 Tembalang. Stove yang berdiri sejak Mei 2011 ini

mengusung konsep Café bergaya rumahan, interior ruangan

dibuat senyaman mungkin sehingga pengunjung merasa nyaman

seperti berada di rumah sendiri. Menu yang ditawarkan

Stove Syndicate Café bervariasi,namun menu andalan mereka

adalah Coffee dan Waffle. Kedua menu ini merupakan menu

yang paling banyak dipesan oleh pengunjung. Namun selain

kedua menu tersebut,Stove juga menyediakan menu lainnya

seperti aneka salad,sandwich,makanan berat seperti nasi

goreng,pasta, chicken teriyaki, dan masih banyak lagi.

Stove banyak dipilih menjadi tujuan kuliner dan

tujuan berkumpul bagi warga Semarang, khususnya mahasiswa

71

72

yang tinggal di sekitar Tembalang. Selain lokasinya yang

strategis, Stove menawarkan fasilitas yang tidak kalah

bersaing dengan Café lainnya. Fasilitas Wifi,Tv

cable,Kursi sofa yang nyaman,Interior dan dekorasi

ruangan yang unik, serta lahan parkir yang memadai

menjadikan Stove tetap mampu bersaing meskipun banyak

bermunculan Café-café baru di Semarang.

4.2. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini berhasil mendapatkan respon dari 100

orang pengunjung dan pembeli pada Stove Syndicate Café di

Semarang. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah yang

seharusnya dapat diperoleh dan sebagaimana yang

diharapkan. Berdasarkan kelengkapan datanya, semua

kuesioner yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis.

73

Berdasarkan data dari 100 responden,melalui daftar

pertanyaan didapat kondisi responden mengenai umur,jenis

kelamin,pekerjaan,dan pengeluaran. Gambaran umum dari

responden sebagai obyek penelitian tersebut satu per satu

dapat diuraikan seperti pada bagian berikut :

4.2.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Umur

Umur seseorang dapat menggambarkan minat dan

ketertarikan seseorang pada sesuatu termasuk dalam

penggunaan atau pembelian produk. Dalam penelitian ini

diperoleh bahwa umur termuda yang ditemui dan dinilai

sudah mampu mengungkapkan pendapat mengenai keputusan

pembelian secara mandiri adalah umur 18 tahun, sedangkan

umur tertua adalah 40 tahun. Distribusi umur responden

adalah sebagai berikut :

74

Tabel 4.1Kategori Umur Responden

No Umur Jumlah Presentase12345678

18 - 20 tahun21 – 23 tahun24 – 26 tahun27 – 29 tahun30 – 32 tahun33 – 35 tahun36 – 38 tahun39 – 41 tahun

1926241010542

1926241010542

Total 100 100 Sumber : data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa untuk

umur responden yang terbanyak adalah yang berumur antara

21 – 23 tahun sebanyak 26 atau (26%), diikuti dengan usia

responden dari 24 – 26 tahun sebanyak 24 orang (24%).

Proporsi demikian menunjukkan adanya distribusi umur yang

mencolok adalah pada umur yang masih relatif muda.

4.2.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

75

Jenis kelamin seringkali menentukan jenis aktivitas

yang dimiliki oleh seseorang. Tabulasi jenis kelamin

responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2Jenis kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah PersentasePerempuanLaki-Laki

6139

6139

Total 100 100Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa untuk

jenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak

dibanding jenis kelamin laki-laki yaitu 61 orang

dibanding 39 orang. Proporsi demikian menunjukkan bahwa

pelanggan perempuanlebih sering mengunjungi café.

4.2.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan mempunyai kaitan yang erat dengan

penghasilan. Sedangkan penghasilan sendiri mempunyai

hubungan erat dengan kemampuan atau kesanggupan konsumen

dalam melakukan pembelian.

76

Tabel 4.3Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah PersentasePelajar/MahasiswaSwastaWiraswastaPegawai NegeriLainnya

462517102

462517102

Jumlah 100 100Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa bagian terbesar

responden adalah sebagai pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak

46 orang atau 46%, diikuti oleh responden dengan

pekerjaan sebagai swasta yaitu sebanyak 25 orang atau

25%.

4.2.4Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pengeluaran

Pengeluaran mempunyai kaitan yang erat dengan gaya

hidup seeorang dan kemampuan pembelian yang dilakukannya.

77

Tabel 4.4Pengeluaran Responden

Pengeluaran Jumlah Persentase(%)

< 1.000.000 49 491.000.000 ≤ 2.000.000 24 242.000.000 ≤ 3.000.000 20 203.000.000 ≤ 4.000.000 5 5> 4.000.000 2 2

Jumlah 100 100Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan data pada tabel di atas sebanyak 49orang

atau 49 % memiliki proporsi terbesar dengan pengeluaran

kurang dari 1 juta, dan diikuti oleh 24 orang atau 24%

yang memiliki pengeluaran 1 juta – 2 juta.

4.2.5. Deskripsi Variabel Penelitian

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

deskriptif mengenai responden penelitian ini,khususnya

mengenai variabel-variabel penelitian yang digunakan.

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis

indeks, untuk menggambarkan persepsi responden atas item-

item pertanyaan yang diajukan.

78

Dari sebaran jawaban responden selanjutnya akan

diperoleh satu kecenderungan atas jawaban responden

tersebut. Karena masing-masing variabel terdiri lebih

dari satu item pertanyaan,maka untuk mendapatkan

kecenderungan jawaban responden terhadap jawaban masing-

masing variabel akan didasarkan pada nilai rata-rata skor

jawaban yang selanjutnya akan dikategorikan pada rentang

skor berikut ini :

Skor minimum = 1

Skor maksimum = 5

5 – 1 Lebar skala = = 0,8

5Dengan demikian kategori skala dapat ditentukan sebagaiberikut :

1,0 - 1,80 = Sangat rendah

1,81 - 2,60 = Rendah

2,61 - 3,40 = Sedang

3,41 – 4,20 = Tinggi

79

4,21 - 5,00 = Sangat tinggi

Distribusi dari masing-masing kategori tanggapan

responden untuk masing-masing variabel adalah sebagai

berikut :

4.2.5.1. Analisis Indeks Variabel Harga

Variabel Persepsi Harga pada penelitian ini diukur

melalui 3 buah item pertanyaan. Hasil jawaban dan

analisis indeks skor jawaban terhadap variabel persepsi

harga dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.5Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Harga

Subvariabel

SS S N TS STSJml Skor

Rata-rata Ketf fx

sf Fx

sf fx

sf fx

sF fx

s

x1.1 13 6545

180 35

105 7 14 0 0 100 364

3.64(Tinggi)

Harga makananterjangkau

x1.2 10 5049

196 31 93 10 20 0 0 100 359

3.59(Tinggi)

Harga sesuai dengan kuantitas

80

x1.3 10 5055

220 28 84 7 14 0 0 100 368

3.68(Tinggi)

Harga bersaing

Rata-rata

3.64(Tinggi)

Sumber : Data primer yang diolah ,2014

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa

tanggapan responden mengenai harga produk di Stove

Syndicate Café sudah menunjukkan dipersepsikan dalam

kondisi yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan

diperolehnya rata-rata indeks skor sebesar 3,64 yang

berada dalam kategori baik.

Harga makanan dan minuman pada Stove Syndicate Café

sesuai dengan kemampuan konsumen. Indikasi atas hal

tersebut diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 3,64 yang berada pada kategori

tinggi. Hasil ini menggambarkan bahwa café tersebut

menawarkan produk dengan harga yang terjangkau menurut

konsumen.

81

Ada kesesuaian antara harga dengan kuantitas porsi

makanan dan minuman. Indikasi atas hal tersebut

diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 3,59 yang berada pada kategori

tinggi. Porsi yang sesuai dengan harga yang ditawarkan

dapat mencerminkan bahwa harga yang ditawarkan tidak

mahal.

Harga kompetitif (bersaing) bila dibandingkan dengan

produk sejenis. Indikasi atas hal tersebut diungkapkan

oleh sebagian besar responden dimana diperoleh skor

sebesar 3,68 yang berada pada kategori tinggi. Harga yang

berkesan lebih murah pada produk yang sama seringkali

akan menjadi pilihan konsumen.

4.2.5.2. Analisis Indeks Variabel Lokasi

Variabel Lokasi pada penelitian ini diukur melalui 3

buah item pertanyaan. Hasil jawaban dan analisis indeks

skor jawaban terhadap variabel lokasi dapat dijelaskan

sebagai berikut :

82

Tabel 4.6Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lokasi

Subvariabel

SS S N TS STS Jml

Skor

Rata-rata Ketf fx

sf fx

sf fx

sf fx

sF fx

s

X2.1 14 70 60240 24 72 2 4 0 0 100 386

3.86(Tinggi)

Lokasi mudah dijangkau

X2.2 17 85 63252 17 51 3 6 0 0 100 394

3.94(Tinggi)

Lahan parkir luas

X2.3 18 90 58232 23 69 1 2 0 0 100 393

3.93(Tinggi)

Interior nyaman

Rata-rata

3.91(Tinggi)

Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa

persepsi responden mengenai lokasi Stove Syndicate Café

sudah menunjukkan dipersepsikan dalam kondisi yang baik.

Hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya rata-rata indeks

skor sebesar 3,91 . Kondisi demikian mencerminkan bahwa

lokasi Stove Syndicate Café sudah baik.

Lokasi Stove Syndicate Café mudah dijangkau.

Indikasi atas hal tersebut diungkapkan oleh sebagian

83

besar responden dimana diperoleh skor sebesar 3,86 yang

berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

lokasi Stove Syndicate café terletak pada lokasi yang

strategis dan mudah ditemui serta dijangkau oleh

konsumen.

Lahan parkir yang disediakan Stove Syndicate Café

cukup luas. Indikasi atas hal tersebut diungkapkan oleh

sebagian besar responden dimana diperoleh skor sebesar

3,94 yang berada pada kategori tinggi. Lahan parkir yang

luas menjadikan sebuah lokasi café menjanjikan kenyamanan

pengunjung.

Interior ruangan nyaman. Indikasi atas hal tersebut

diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 3,93 yang berada pada kategori

tinggi. Interior yang baik dapat memberikan suasanya yang

nyaman dan menyenangkan bagi konsumen sehigga konsumen

betah untuk berada dalam waktu yang cukup lama.

84

4.2.5.3. Analisis Indeks Variabel Kualitas Produk

Variabel kualitas produk pada penelitian ini diukur

melalui 3 buah item pertanyaan. Hasil jawaban dan

analisis indeks skor jawaban terhadap variabel kualitas

produk dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.7Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kualitas

ProdukSubvariabel

SS S N TS STS Jml Skor Rata-rata Ketf fx

sf Fx

sf fx

sf Fx

sF fx

s

X3.114 70 62

248

20 60 4 8 0 0 100 386

3.86(Tinggi)

Menu bervariasi

X3.218 90 66

264

15 45 1 2 0 0 100 401

4.01(Tinggi)

Rasa makananenak

X3.316 80 66

264

17 51 1 2 0 0 100 397

3.97(Tinggi)

Penyajian menarik

Rata-rata

3.95(Tinggi)

Sumber : Data primer yang diolah ,2014

85

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa

persepsi responden mengenai kualitas produk di Stove

Syndicate Café sudah menunjukkan dipersepsikan dalam

kondisi yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan

diperolehnya rata-rata indeks skor sebesar 3,95 yang

berada dalam kategori tinggi.

Menu yang ditawarkan bervariasi. Indikasi atas hal

tersebut diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 3,86 yang berada pada kategori

tinggi. Menu yang bervariasi yang ditawarkan oleh café

menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen, karena

konsumen tidak akan merasa bosan dengan ditawarkannya

beragam menu yang bervariasi.

Rasa makanan enak. Indikasi atas hal tersebut

diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 4,01 yang berada pada kategori

tinggi. Cita rasa makanan yang enak sudah tentu menjadi

alasan utama konsumen untuk mengunjungi sebuah Cafe. Maka

86

dari itu perusahaan harus pandai-pandai menjaga kualitas

dan cita rasa makanannya.

Cara penyajian produk menarik. Indikasi atas hal

tersebut diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 3,97 yang berada pada kategori

tinggi. Tata cara penyajian produk yang menarik

seringkali menjadikan konsumen tertarik untuk melakukan

pembelian,karena bagaimanapun juga keputusan konsumen

yang pertama dipengaruhi oleh sisi visualnya.

4.2.5.4. Analisis Indeks Jawaban Variabel Keputusan

Pembelian

Variabel keputusan pembelian pada penelitian ini

diukur melalui 3 buah item pertanyaan. Hasil jawaban dan

analisis indeks skor jawaban terhadap variabel keputusan

pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.8Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keputusan

PembelianSub SS S N TS STS Jm Sko Rata- Ket

87

variabel

l r rataf fxs

f fxs

f fxs

f fxs

f Fxs

y.1 15 75 50 200 34102 1 2 0 0 100 379

3.79(Tinggi)

Yakin untuk membeli

y.2 12 60 53 212 34102 1 2 0 0 100 376

3.76(Tinggi)

Akan merekomendasikan

y.3 14 70 48 192 37111 1 2 0 0 100 375

3.75(Tinggi)

Akan berkunjung kembali

Rata-rata

3.77(Tinggi)

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa

persepsi responden dalam mempengaruhi keputusan pembelian

adalah tinggi yang ditunjukkan dengan besarnya nilai

indeks total sebesar 3,77. Hal ini menunjukkan bahwa

keputusan pembelian pada Stove Syndicate Café berada pada

ketegori Tinggi.

Konsumen yakin untuk membeli makanan dan minuman pada

Stove Syndicate Café karena sesuai dengan selera.

Indikasi atas hal tersebut diungkapkan oleh sebagian

88

besar responden dimana diperoleh skor sebesar 3,79 yang

berada pada kategori tinggi.

Konsumen akan merekomendasikan Stove Syndicate Café

kepada teman / kerabat. Indikasi atas hal tersebut

diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 3,76 yang berada pada kategori

tinggi. Kemauan untuk merekomendasikan menunjukkan adanya

keinginan untuk berbagai kepuasan kepada orang lain.

Konsumen memiliki keinginan untuk berkunjung kembali

ke Stove Syndicate Café. Indikasi atas hal tersebut

diungkapkan oleh sebagian besar responden dimana

diperoleh skor sebesar 3,75 yang berada pada kategori

tinggi. Keinginan untuk berkunjung kembali menunjukkan

adanya hasil evaluasi positif dari pembelian sebelumnya.

89

4.3. Hasil Analisis Data

4.3.1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini, validitas dari indikator

dianalisis menggunakan uji korelasi. Jika r hitung (untuk

tiap butir dapat dilihat nilai korelasi lebih besar dari

r tabel dan nilai r positif), maka butir pernyataan

dikatakan valid (Ghozali, 2001). Hasil perhitungannya

dapat dilihat dalam tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9Hasil Pengujian Validitas

Variabel/item r-hitung

r-tabel Keterangan

Hargap1 0,746 0,197 Validp2 0,822 0,197 Validp3 0,852 0,197 Valid

Lokasip1 0,828 0,197 Validp2 0,741 0,197 Validp3 0,804 0,197 Valid

Kualitas Produkp1 0,827 0,197 Validp2 0,733 0,197 Validp3 0,727 0,197 Valid

Keputusan Pembelian

90

p1 0,890 0,197 Validp2 0,802 0,197 Validp3 0,824 0,197 Valid

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa semua

item indikator tersebut dinyatakan valid karena nilai r

hitung lebih besar daripada nilai r tabel yaitu lebih

besar dari 0,197 .

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diukur dengan Cronbach Alpha.

Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2006), suatu

konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas dalam

penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.10 berikut ini

:

Tabel 4.10Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Keterangan

Harga 0,729 ReliabelLokasi 0,700 Reliabel

91

Kualitas Produk 0,643 ReliabelKeputusanPembelian

0,790 Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa

semua variabel mempunyai koefisien Alpha yang cukup besar

yaitu di atas 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep

pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah

reliabel. Nilai Alpha if item deleted menunjukkan bahwa

semua nilai tersebut lebih kecil dari nilai Alpha

keseluruhan indikator. Dengan demikian item-item pada

masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan

sebagai alat ukur yang terbaik untuk setiap variabelnya.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk membuktikan

atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara

variabel independen satu dengan variabel independen

92

lainnya. Metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity

adalah dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya

variance inflation factor (VIF).

Tabel 4.11Hasil Pengujian Multikolinearitas

Variabel Tolerance

VIF

Harga 0,891 1,123Lokasi 0,909 1,100Kualitas Produk 0,880 1,137

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada

Tabel 4.11 diketahui bahwa seluruh variabel independen

memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data bebas dari masalah

multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2006) pendekatan yang dapat

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED

93

dengan residualnya SRESID. Ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplots antara

SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y

sesungguhnya) yang telah di-standartized. Kriteria yang

digunakan adalah jika terdapat pola tertentu seperti

titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.1Uji Heterokedastisitas

94

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan grafik scatterplots pada gambar 4.1

terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu

Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi.

3. Uji Normalitas

95

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel dependen dan indepedennya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas

menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada

Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2

Uji Normalitas

96

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa grafik normal

probability plot of regresison standardized menunjukan pola grafik

yang normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang

menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya

mengikuti garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa

model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi

normalitas.

4.3.3. Analisis Regresi berganda

Analisis regresi berganda yang telah dilakukan

diperoleh koefisien regresi, nilai t hitung dan tingkat

97

signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.12

berikut :

Tabel 4.12Hasil Analisis Regresi

Model

UnstandardizedCoefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -1.065 1.249 -.853 .396

Harga .272 .069 .297 3.971 .000Lokasi .237 .081 .217 2.935 .004Kualitas Produk .559 .089 .472 6.266 .000

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelianb. Independent Variable : harga,

lokasi,kualitas produkSumber : Data primer yang diolah, 2014

Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan

regresi dalam bentuk standardized coefficient sebagai berikut :

Y = 0.297 X1 + 0.217 X2 + 0.472 X3

98

Model persamaan regresi berganda tersebut menunjukkan

bahwa :

1. Variabel harga (X1) memiliki pengaruh positif

terhadap keputusan pembelian (Y) dengan nilai

koefisien regresi sebesar 0,297. Yang berarti

semakin tinggi harga maka berpengaruh semakin

tinggi pula keputusan pembelian yang dilakukan

konsumen.

2. Variabel lokasi (X2) memiliki pengaruh positif

terhadap keputusan pembelian (Y) dengan nilai

koefisen regresi sebesar 0,217. Yang berarti

semakin baik lokasi usaha maka semakin tinggi

keputusan pembelian yang dilakukan konsumen.

Variabel lokasi merupakan variabel yang memiliki

pengaruh paling kecil terhadap keputusan pembelian.

3. Variabel kualitas produk (X3) memiliki pengaruh

positif terhadap keputusan pembelian (Y) dengan

nilai koefisien regresi sebesar 0,472. Yang berarti

99

semakin baik kualitas produk maka berpengaruh

semakin tinggi pula keputusan pembelian yang

dilakukan konsumen. Variabel kualitas produk

merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling

besar terhadap keputusan pembelian.

4.3.4. Uji Hipotesis

1. Uji signifikansi parameter individual (Uji T)

Untuk menguji Hipotesis 1 hingga Hipotesis 3 diuji

dengan uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui

signifikansi pengaruh variabel bebas secara parsial atau

individual menerangkan variabel terikat.

1. Pengaruh Harga terhadap keputusan pembelian

Pengujian pengaruh harga terhadap keputusan

pembelian menunjukkan nilai tsebesar 3,971 dengan

tingkat signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi

0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan

kata lain dapat disimpulkan bahwa harga berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

100

2. Pengaruh Lokasi terhadap keputusan pembelian

Pengujian pengaruh lokasi terhadap keputusan

pembelian menunjukkan nilai tsebesar 2,935 dengan

tingkat signifikansi 0,004. Karena nilai signifikansi

0,004 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan

kata lain dapat disimpulkan bahwa Lokasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

3. Pengaruh Kualitas produk terhadap keputusan pembelian

Pengujian pengaruh kualitas produk terhadap

keputusan pembelian menunjukkan nilai tsebesar 6,266

dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena nilai

signifikansi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa

Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian.

2. Uji kelayakan Model (Uji F)

Uji F digunakan untuk melakukan pengujian variabel

bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.

101

Berikut adalah tabel hasil uji F dengan perhitungan

statistik dengan menggunakan SPSS.

Tabel 4.13Hasil Uji Model

ANOVAb

ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.

1 Regression 155.747 3 51.916 34.791 .000a

Residual 143.253 96 1.492

Total 299.000 99

a. Predictors: (Constant) :harga, lokasi, kualitas produkb. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Berdasarkan hasil uji F pada tabel ANOVA pada Tabel

4.13 nilai F sebesar 34,791 dengan tingkat signifikansi

0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka

model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan

pembelian (Y) atau dapat dikatakan bahwa harga (X1),

lokasi (X2), dan kualitas produk (X3) berpengaruh

terhadap keputusan pembelian (Y)

3. Koefisien Determinasi (R2)

102

Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah

antara nol dan satu (Ghozali, 2001). Nilai koefisien

determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini :

Tabel 4.14Hasil Uji Determinasi

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted RSquare

Std. Errorof theEstimate

1 .722a .521 .506 1.22156a. Predictors: (Constant) : harga,lokasi,kualitas produkb. Dependent Variable: Keputusan PembelianSumber : Data primer yang diolah, 2014

Hasil uji determinasi menunjukkan bahwa nilai Adjusted

R Square adalah sebesar 0,506. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kemampuan variabel independen harga, lokasi dan

kualitas produk untuk menjelaskan variasi pada variabel

dependen keputusan pembelian adalah sebesar 50,6 persen.

4.4. Pembahasan

103

1. Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa harga

memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

Hal ini didukung dengan hasil uji hipotesis yang

menunjukan bahwa persepsi harga memiliki pengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini berarti

bahwa semakin baik penerimaan konsumen mengenai harga,

maka semakin besar keputusan untuk membeli produk

tersebut dalam diri konsumen.

Dalam beberapa referensi pemasaran menunjukkan bahwa

peningkatan penjualan produk akan ditandai dengan semakin

banyaknya keputusan pembelian yang dilakukan konsumen.

Calon konsumen akan mempertimbangkan seberapa besar uang

yang akan dikeluarkannya dengan kebutuhan dan kepuasan

atas produk yang akan dibelinya. Pertimbangan harga yang

relatif murah akan menjadi perhatian dan pertimbangan

konsumen.

104

Di Semarang cukup banyak usaha cafe,sehingga

persaingan harga cukup bersaing ketat. Secara rata-rata

penilaian konsumen atas harga yang ditetapkan oleh Stove

Syndicate Café dinilai tidak terlalu tinggi dan sesuai

dengan kuantitas porsi makanan yang disajikan. Keputusan

pembelian konsumen di Café tersebut adalah merupakan

reaksi atas harga yang ditetapkan dengan penilaian

mengenai harga tersebut. Artinya,konsumen yang menilai

bahwa Stove syndicate Café telah menerapkan harga yang

masih relatif murah,maka kondisi tersebut dapat

memberikan kesadaran kepada konsumen untuk melakukan

pembelian pada Stove Syndicate Cafe.

2. Pengaruh Lokasi terhadap Keputusan Pembelian

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa lokasi

memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

Hal ini juga didukung oleh hasil uji hipotesis yang

menunjukan bahwa lokasi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa peran

105

dari lokasi atau posisi tempat keberadaan sebuah usaha

dapat membentuk persepsi positif terhadap usaha tersebut.

Semakin baik persepsi mengenai lokasi sebuah usaha maka

menimbulkan ketertarikan untuk membeli di lokasi

tersebut. Dengan demikian secara nyata lokasi usaha akan

menambah kesadaran konsumen akan keberadaan usaha

tersebut.

Peningkatan peresepsi positif terhadap lokasi dapat

dibentuk melalui pengalaman dan pengamatan konsumen dan

calon konsumen pada lokasi tersebut. Kemudahan mencapai

lokasi serta kemudahan tempat parkir maupun kenyamanan

lokasi dapat menjadikan satu pilihan calon konsumen.

Stove Syndicate dinilai memiliki lokasi yang

strategis karena berada di sekitar pusat keramaian yang

berdekatan dengan beberapa Universitas di Semarang.

Lokasinya yang terletak di pinggir jalan raya juga

dinilai mudah untuk dijangkau oleh konsumen.

3. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian

106

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kualitas

produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

Hal ini juga didukung oleh hasil uji hipotesis yang

menunjukan bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian. Peningkatan kualitas produk

akan meningkatkan keputusan pembelian.Konsumen yang

menerima produk yang berkualitas,maka dengan demikian ia

akan mendapatkan nilai dari produk yang dibeli tersebut.

Keputusan untuk kembali membeli sebuah produk akan

dapat dipicu oleh adalah kualitas produk yang baik yang

diberikan oleh perusahaan kepada konsumen atau calon

konsumennya. Apabila produk yang diterima atau dirasakan

sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas produk

tersebut dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika produk

yang diterima atau dirasakan melampaui harapan konsumen

maka kualitas produk tersebut dipersepsikan sebagai

kualitas yang sangat baik. Sebaliknya jika produk yang

diterima atau dirasakan lebih rendah dari pada harapan

konsumen maka kualitas produk tersebut dinyatakan buruk,

107

yang dapat memberikan citra negatif terhadap produk

tersebut,sehingga selanjutnya akan mempengaruhi perilaku

konsumen untuk membeli atau menolak untuk membeli ulang.

Kualitas dari produk yang dibeli adalah merupakan

tujuan dari konsumen. Dalam bidang kuliner,kualitas rasa

makanan merupakan faktor utama yang diperhatikan.Hal ini

berarti bahwa penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh

konsumen akan tergantung pada kualitas dari produk yang

ditawarkan oleh perusahaan dan selanjutnya akan

menghasilkan satu keputusan untuk tindakan pembelian di

kemudian hari.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data selanjutnya dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil regresi menunjukkan bahwa harga memiliki

pengaruh positif terhadap keputusan pembelian dengan

nilai regresi sebesar 0,297. Hal ini didukung oleh

hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa harga (X1)

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

(Y). Ini membuktikan bahwa semakin baik penerimaan

konsumen mengenai harga pada suatu produk,akan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang

dilakukan konsumen.

2. Hasil regresi menunjukkan bahwa lokasi memiliki

pengaruh positif terhadap keputusan pembelian dengan

nilai regresi sebesar 0,217. Hal ini didukung oleh

108

109

hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa lokasi (X2)

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

(Y). Hal ini membuktikan bahwa semakin baik persepsi

konsumen mengenai lokasi usaha,maka semakin besar

keputusan konsumen untuk melakukan pembelian di lokasi

tersebut.

3. Pengujian hipotesis tiga menunjukkan bahwa kualitas

produk berpengaruh positif terhadap keputusan dengan

nilai regresi sebesar 0,472. Hal ini didukung oleh

hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa kualitas

produk (X3) berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian (Y). Ini membuktikan bahwa kualitas produk

yang baik akan mendorong konsumen untuk melakukan

pembelian.

4. Kualitas produk memiliki pengaruh yang paling besar

terhadap keputusan pembelian,diikuti oleh persepsi

harga diurutan kedua,dan selanjutnya lokasi diurutan

ketiga.

110

5. Hasil Uji hipotesis parameter individual (Uji T)

menunjukan bahwa harga, lokasi , dan kualitas produk

secara individu memilki pengaruh yang signifikan

tehadap keputusan pembelian. Hal ini dibuktikan dengan

tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05.

Selain itu, pada uji kelaakan model (Uji F) terbukti

bahwa harga, lokasi dan kualitas produk secara

bersamaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keputusan pembelian.

Pada uji determinasi diketahui kemampuan variabel

independen harga, lokasi dan kualitas produk untuk

menjelaskan variasi pada variabel dependen keputusan

pembelian adalah sebesar 50,6%, dan sisanya sebesar

49,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dijelaskan dalam penelitian ini.

5.2. Keterbatasan Penelitian

111

Penelitian ini juga memiliki keterbatasan-keterbatasan

yang diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk

penelitian mendatang. Adapun keterbatasan dalam

penelitian ini adalah :

1. Dalam penelitian ini, responden kurang spesifik

dalam memberikan jawaban pada pertanyaan terbuka

kuesioner. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan

waktu konsumen dan ketidaksediaan untuk memberikan

jawaban rinci pada pertanyaan terbuka.

2. Karena terbatasnya variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, penelitian ini hanya mampu

menjelaskan 50,6% tentang pengaruh harga, lokasi dan

kualitas produk terhadap keputusan pembelian.

Sedangkan sisanya sebesar 49,4% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian

ini.

5.3 Saran

5.3.1 Saran bagi Perusahaan

112

1. Variabel kualitas produk diketahui sebagai

variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan

pembelian. Oleh karena itu,perusahaan harus benar-benar

konsisten dalam menjaga kualitas produk yang mereka jual,

terutama soal kualitas rasanya. Hal ini dikarenakan

produk yang disediakan oleh Stove Syndicate adalah

makanan dan minuman sehingga kualitas rasa merupakan

faktor utama yang paling berpengaruh dan akan

mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.

2. Harga pada Stove Syndicate Cafe dinilai cukup

terjangkau dan bersaing bila dibandingkan dengan Cafe-

Cafe lain disekitarnya. Untuk itu perusahaan hendaknya

tetap mempertahankan standart harga yang terjangkau

seperti sekarang ini dan tidak menaikkan harga terlalu

tinggi agar perusahaan tidak kehilangan konsumennya.

3. Lokasi Stove Syndicate Cafe dinilai strategis dan

memiliki lahan parkir yang cukup luas sehingga konsumen

merasa nyaman dan aman saat memarkirkan kendaraan mereka.

113

Perusahaan diharapkan akan selalu menjaga kemanan dan

kenyamanan lahan parkir yang disediakan agar konsumen

akan terus merasa nyaman untuk datang berkunjung ke Stove

Syndicate.

5.3.2 Saran untuk Penelitian Mendatang

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan sangat

terbatas yaitu hanya harga, lokasi dan kualitas produk.

Dalam penelitian selanjutnya diharapkan variabel yang

digunakan dapat lebih bervariasi sehingga dapat diketahui

faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pembelian

selain ketiga faktor diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2002. Manajemen Pemasaran dan PemasaranJasa. Bandung: Alfa Beta

Durianto, Darmadi. Sugiarto dan Sitinjak, Tony. 2001.Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas danPerilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ferdinand, Augusty. 2002. Metode Penelitian Manajemen.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Kotler,Philip.1996.Manajemen Pemasaran : Analisis,perencanaan, implementasi danpengendalian.Jakarta:Erlangga

Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia :Analisis, Perencanaan, Implementasi danPengendalian. Salemba Empat. Jakarta

Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2001. Prinsip-prinsipPemasaran. Alih Bahasa Imam Nurmawan Jakarta :Erlangga.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid II.Edisi Kesebelas. Alih Bahasa Benyamin Molan.Jakarta. : Indeks

Kusumanegara,Erlangga. 2012. “Analisis pengaruhHarga,Keragaman produk, dan kualitas pelayananterhadap kepuasan konsumen dalam melakukan pembeliandi baskin robbins ice cream mal ciputra Semarang”.Fakultas Ekonomika dan Bisnis. UniversitasDiponegoro

114

115

Lamb, Hair, dan McDaniel. 2001. Pemasaran. Buku 1.Penerjemah David Octarevia. Jakarta : PenerbitSalemba Empat.

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Pemasaran Jasa. Jakarta:Penerbit Salemba Empat.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.

Mc Carthy dan Perrefault, 2003. Dasar-Dasar Pemasaran.Alih Bahasa Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Mudrajat, Kuncoro. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis danEkonomi. Jakarta: Erlangga

Orville C. Walker, Boyd. Harper W, Larreche, Jean Claude.2005. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategisdengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.

Peter,J.Paul and Jerry C.Olson.2000.Consumerbehavior.Perilaku Konsumen dan strategipemasaran.Jakarta:Erlangga

Saladin, Djaslim. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta:Salemba Empat

Saladin,Djaslim.2004.Manajemen PemasaranAnalis,Perencanaan, Pelaksanaan danPengendalian.Bandung : Linda Karya

Setiadi,Nugroho J. 2003. Perilaku konsumen:Konsep danImplikasi untuk strategi dan penelitian pemasaran.Jakarta: Prenada Media

Stanton J, William. 2000. Prinsip Pemasaran. Jilid I.Jakarta: Erlangga.

116

Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Erlangga.Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono.2004.Metode Penelitian Bisnis.Bandung:Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode PenelitianPendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sunarto. 2004. Pengantar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta:UST Press.

Swastha, Basu dan Irawan. 2005, Manajemen PemasaranModern, Liberty, Yogyakarta.

Swastha, Basu DH. 2006. Manajemen Penjualan Yogyakarta:Penerbit BPFE.

Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua.Cetakan Keenam. Yogyakarta: Penerbit. Andy.

Tjiptono,Fandy dan Singgih Santoso.2001.RisetPemasaran.Jakarta:Elex Media Komputindo

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2005. TotalQuality Manajemen.Yogyakarta : Andi