Makalah lengkap bioaktivitas

10
Bioaktivitas Senyawa Asam Heksadekanoat dan β-sitosterol Isolat dariHydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux sebagai BahanAntimikroba pada bakteri Staphilococcus aureus dan jamur Aspergillus flavus Eva Johannes 1 , Magdalena Litaay 2 , Syahribulan 3 1.2.3 Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin Makassar Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea Makassar 90245 Email : [email protected] Abstrak/Abstract Saat ini sangat diperlukan sumber antibiotik baru yang lebih efektif untuk mengatasi Multi Drug Resistant (MDR), pada pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas senyawa asam heksadekanoat dan β-sitosterol hasil isolat dari hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux dalam menghambat atau mematikan bakteri Staphyloccocus aureus dan jamur Aspergillus flavus yang sering mencemari bahan pangan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental, dengan tahapan perlakuan : Isolasi dan karakterisasi senyawa dari hydroid A.cupressina Lamoureoux dengan metode kromatografi. Asam heksadekanoat dan β- sitosterol hasil isolat dari hydroid A.cupressina Lamoureoux selanjutnya diuji terhadap bakteri S. aureus dan jamur A. Flavus dengan konsentrasi (50 ppm, 70 ppm). Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1). asam heksadekanoat dengan konsentrasi 50ppm dan 70 ppm bersifat bakterisidal terhadap S. Aureus dan bersifat fungistatik terhadap A. Flavus. (2) β-sitosterol dengan konsentrasi 50 ppm tidak memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri S. aureus dan jamur A. Flavus , sedangkan pada konsentrasi 70 ppm β-sitosterol bersifat bakterostatik terhadap S. Aureus dan bersifat fungistatik terhadap A. Flavus. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan : Asam heksadekanoat (50ppm, 70ppm) dan β-sitosterol (70 ppm) memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri S. Aureus dan jamur A. Flavus. Kata kunci: Bioaktivitas, isolat, Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux, Staphylococcus aureus, Aspergillus flavus More effective new antibiotic sources to overcome the multidrug resistance (MDR) are currently in high demand, particularly in the treatment of infectious diseases caused by pathogenic microorganisms. This study was aimed to find out the bioactivity of hexadecanoic acid and β-sitosterol compounds isolated from hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux in inhibiting or killing the Staphylococcus aureus bacterium and Aspergillus flavus fungus that are frequently found to contaminate food materials. This study was an experimental study with the following treatment steps: Isolation and characterization of the compounds from hydroid A cupressina Lamoureoux by chromatography; hexadecanoic acid and β- 1

Transcript of Makalah lengkap bioaktivitas

Bioaktivitas Senyawa Asam Heksadekanoat danβ-sitosterol Isolat dariHydroid Aglaophenia

cupressina Lamoureoux sebagaiBahanAntimikroba pada bakteri Staphilococcus aureus dan jamur

Aspergillus flavus

Eva Johannes1, Magdalena Litaay2, Syahribulan3 1.2.3Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas HasanuddinMakassar

Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea Makassar 90245Email : [email protected]

Abstrak/Abstract Saat ini sangat diperlukan sumber antibiotik baru yang lebih efektif untukmengatasi Multi Drug Resistant (MDR), pada pengobatan penyakit infeksi yangdisebabkan oleh mikroorganisme patogen. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bioaktivitas senyawa asam heksadekanoat dan β-sitosterol hasilisolat dari hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux dalam menghambat ataumematikan bakteri Staphyloccocus aureus dan jamur Aspergillus flavus yang seringmencemari bahan pangan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental,dengan tahapan perlakuan : Isolasi dan karakterisasi senyawa dari hydroidA.cupressina Lamoureoux dengan metode kromatografi. Asam heksadekanoat dan β-sitosterol hasil isolat dari hydroid A.cupressina Lamoureoux selanjutnya diujiterhadap bakteri S. aureus dan jamur A. Flavus dengan konsentrasi (50 ppm, 70 ppm).Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1). asam heksadekanoat dengan konsentrasi50ppm dan 70 ppm bersifat bakterisidal terhadap S. Aureus dan bersifatfungistatik terhadap A. Flavus. (2) β-sitosterol dengan konsentrasi 50 ppm tidakmemiliki sifat antimikroba terhadap bakteri S. aureus dan jamur A. Flavus ,sedangkan pada konsentrasi 70 ppm β-sitosterol bersifat bakterostatik terhadapS. Aureus dan bersifat fungistatik terhadap A. Flavus. Dari hasil tersebut dapatdisimpulkan : Asam heksadekanoat (50ppm, 70ppm) dan β-sitosterol (70 ppm)memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri S. Aureus dan jamur A. Flavus.

Kata kunci: Bioaktivitas, isolat, Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux,Staphylococcus aureus, Aspergillus flavus

More effective new antibiotic sources to overcome the multidrug resistance(MDR) are currently in high demand, particularly in the treatment ofinfectious diseases caused by pathogenic microorganisms. This study was aimedto find out the bioactivity of hexadecanoic acid and β-sitosterol compoundsisolated from hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux in inhibiting or killingthe Staphylococcus aureus bacterium and Aspergillus flavus fungus that are frequentlyfound to contaminate food materials. This study was an experimental study withthe following treatment steps: Isolation and characterization of the compoundsfrom hydroid A cupressina Lamoureoux by chromatography; hexadecanoic acid and β-

1

sitosterol isolated from hydroid A cupressina Lamoureoux were then testedagainst S aureus and A flavus at concentrations of 50 and 70 ppm. Study findingsindicate that: (1) Hexadecanoic acid at the concentration of 50 ppm and 70 ppmwas bactericidal against S aureus and fungistatic against A flavus. (2) β-sitosterol at the concentration of 50 ppm had no antimicrobial activity as S.aureus and A. flavus , whereas at the concentration of 70 ppm β-sitosterol wasbacteriostatic against S aureus and fungistatic against A flavus. The result ofthe inferential hexadecanoic acid (50ppm,70ppm) and β-sitosterol (70 ppm) beantimicrobial against S.aureus and A. Flavus.

Keywords: Bioactivity, Isolate, Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux,Staphylococcus aureus, Aspergillus flavus.

2

1. Pendahuluan Penyakit infeksi yang disebabkanoleh mikroorgamisme patogen telahmenjadi masalah utama dalampengobatannya yang disebabkanterjadinya Multi drug Resistant (MDR).Hal ini menjadi fokus pentingdari penelitian senyawa bioaktifbaru yang menurut Murniasih,pengembangan obat baru yangberasal dari biota laut, saat inimenjadi perhatian para penelitikarena tingginya keanekaragamanhayati laut serta keunikanstruktur metabolit sekunder yangdihasilkannya (Muniasih, 2005).Joana et al (2011), menyatakan haltersebut dapat dilakukan denganmengisolasi senyawa bioaktif daribahan alam laut, yang sifatnyaaman bagi kesehatan tetapi jugamampu menginaktifkan bakteri danjamur yang mencemari bahanpangan. Bahan aktif tersebutbanyak terakumulasi padakelompok invertebrata lautseperti sponge, tunikata, moluskadan cnidaria (Xue Song et al,2004). Hydroid Aglaophenia cupressinaLamoureoux adalah hewaninvertebrata dari filum cnidaria,yang hidup melekat pada spons,selain mengandung senyawa kimiaalkaloid, diterpen, tridentatolA, dan prostaglandin, jugadiketahui mengandung histamine,liberator histamine dan proteinpada nematocystnya. Suada dan NiWayan suniti (2010) jugamembuktikan bahwa ekstrak kasarAglaophenia sp (0,05%) mampumenekan pertumbuhan Fusariumoxysporum f. Sp. Vanilae. Diduga masihbanyak senyawa bioaktif lainnyadari metabolit sekunder hydroidA. Cupressina L. yang dapatdimanfaatkan dalam industrikimia dan obat-obatan (Paradiseet al, 2006).

Hasil penelitian Johannes(2008) , telah ditemukan 3senyawa metabolit sekunderdari Aglaophenia cupressinaLamoureoux, dua diantaranyayaitu asam heksadekanoat dan-sitosterol bersifatbakteriostatik yangselanjutnya perlu ditelitidengan penambahan konsentrasiapakah dapat dikembangkansebagai bahan dasarantimikroba pada bakteri S.aureus dan jamur A. Flavus.Telah diketahui bakteriStaphylococcus aureus banyakmencemari bahan makanan yangdapat menyebabkan keracunansedangkan jamur Aspergillus flavusmenghasilkan racun Aflatoksinsebagai salah satu penyebabkanker hati terutama padamakanan biji-bijian (Soleh,2008).Pada penelitian ini ingindiketahui apakah asamheksadekanoat dan β-sitosterolpada konsentrasi 50 ppm dan 70ppm dapat menghambat ataumematikan bakteri S. aureus danjamur A. Flavus. Sehingga dapatdigunakan sebagai bahan dasarantimikroba.

2. MetodePenelitian dilakukan diLaboratorium Mikrobiologi FMIPA UNHAS, pada bulan Mei2014 sampai September 2014,dengan metode eksperimental,dan bahan yang digunakan adalah:Hydroid Aglaophenia cupressinaLamoureoux, senyawa asamheksadekanoat, β-sitosterol,biakan murni (S. Aureus), biakanmurni (A. Flavus), DimetilSulfoksida (DMSO),kloramfenikol, ketokonasol,NaCl fisiologis 0,9%, mediumGlukosa Nutrien Agar (GNA),

3

medium Nutrien Agar (NA), mediumNutrien broth (NB), Medium HiltonAgar (MHA), medium PotatoDekstrose Agar (PDA), mediumSabouraud Dekstrose Agar(SDA). Metanol, n-heksan.

2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Ekstraksi, Partisi danIsolasi

Sampel yang telah diambildibersihkan dari substratnyadicuci hingga bersih, selanjutnyadimaserasi dengan metanol 1 X 24jam sebanyak 3 kali, disaring dandievaporasi untuk memperolehmaserat kental. Kemudian dipartisi cair-cair 1:1 dengan n-heksan. Filtrat atau lapisann-heksana dievaporasi hinggadiperoleh ekstrak kental n-heksan untuk dilanjutkan dalamKolom kromatografi Vakum (KKV) ,dan Kolom kromatografi Tekan(KKT) untuk diperoleh senyawamurni, yang selanjutnyadianalisis dengan metodekromatografi lapis tipis (KLT)dan Pengukuran titik leleh,dengan menggunakan contohpembanding senyawa asamheksadekanoat dan β-sitosterol(Johannes, 2013).

2.1.2 Uji Aktivitas Antibakteridengan Metode Difusi Agar

Medium Muller Hinton Agar(MHA) steril dituang secaraaseptis kedalam cawan petrisebanyak 20 ml dan dibiarkanmenjadi padat sebagai lapisandasar. setelah itu dimasukkansuspensi bakteri uji masingmasing 1 ml ke dalam 10 ml mediumdiatas lapisan dasar dandibiarkan setengah padat sebagailapisan pembenihan. 6 buahpencadang dengan diameter 5 mm,diameter luar 8 mm, tinggi 10 mmdiletakkan secara aseptis denganpinset steril pada permukaan

medium dengan jarak pencadangsatu dengan yang lain 2-3 cmdari pinggiran cawan petri,disimpan pada suhu kamar.

Masing-masing pencadangdiisi dengan 0,25 ml asamheksadekanoat dan β-sitosterolhasil isolate dari hydroid A.cupressina Lamoureoux padakonsentrasi 50 ppm, dan 70ppm. kloramfenikol sebagaikontrol positip dan DMSOsebagai kontrol negatif,masing-masing 0,25 mlselanjutnya diinkubasi padasuhu 37⁰C selama 24 jam dan 48jamPengamatan dilakukan denganmengukur diameter hambatanpertumbuhan bakteridisekeliling pencandang denganmenggunakan jangka sorong,untuk melihat kemampuansenyawa tersebut dalammenghambat pertumbuhan bakteriuji .Hasil pengukuran dayahambat pada 24 jam dan 48 jamditabulasi dan dianalisis.

2.1.3.Uji Aktivitas Antijamurdengan Metode Difusi Agar

Medium SabouraudDekstrose Agar (SDA)steril didinginkan pada suhu40 oC – 45oC. Kemudian dituangsecara aseptis ke dalam cawanpetri sebanyak 20 ml dandibiarkan memadat sebagailapisan dasar atau “based layer”.Setelah memadat dimasukkansuspensi jamur uji masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam10 ml medium SabouraudDekstrose Agar (SDA)kemudian dihomogenkan dandituang di atas lapisan baselayer dan dibiarkan setengahpadat sebagai lapisanpembenihan atau “seed layer”.Setelah itu 8 buah pencadang

4

dengan diameter dalam 6 mm,diameter luar 8 mm, dan tinggi 10mm diletakkan secara aseptisdengan pinset steril padapermukaan medium dengan jarakpencadang satu dengan yang lain 2– 3 cm dari pinggir cawan petri,dan dibiarkan pada suhu kamar.Masing-masing pencadang diisidengan 0,25 ml ,senyawa asamheksadekanoat dan -sitosteroldengan konsentrasi masing- masing50 ppm dan 70 ppm. Demikian pulalarutan kloramfenikol sebagaikontrol positip untuk bakteri S.Aureus , dan DMSO sebagai kontrolnegatif. Inkubasi selama 24 jamdan 48 jam. Selanjutnya untukjamur A.flavus.digunakan ketokonazol sebagai kontrolpositif dan DMSO sebagai kontrolnegatif dituang sebanyak masing-masing 0,25 ml menggunakanmikropipet. Inkubasi pada suhu37 oC selama 48 jam dan 72 jam.

Pengamatan dilakukan denganmengukur diameter hambatanpertumbuhan disekelilingpencadang dengan menggunakanjangka sorong. Pengukurandilakukan pada inkubasi , 24 jamdan 48 jam untuk bakteri, dan 48jam dan 72 jam untuk jamur.Pengukuran tersebut untukmengetahui kemampuan senyawadalam menghambat pertumbuhanbakteri/ jamur uji. Hasilpengukuran daya hambatditabulasi dan dianalisis.

3. Hasil dan Pembahasan1. Analisis Senyawa Asam

Heksadekanoat Berbentuk kristal putihkekuningan sebanyak 50 mgdengan titik leleh430 – 440 C.Karakter senyawa berpendar dibawah UV memperlihatkan warnabiru tetapi tidak tampak

dengan uji warna KLT, denganRf = 0,5.

Gambar1. AnalisisSpektrofotometer NMR(Johannes et al, 2013).

Hasil spektrum UV dan IR(Johannes et al, 2013)menunjukkan serapan maksimumpada λmaks 212 (164) nm ;spectrum IR (KBr) Vmaks 3472 cm-

1(OH), 2921,2855 cm-1 (C-Halifatik), 2672 cm-1 (C-Halifatik), 1707 cm-1(C-O),1466 cm-1 dan 1415 cm-1(CH2 danCH3), 1299 cm-1(C-O)Analisis denganspektrofotometer NMRmenunjukkan hasil sebagaimanatercantum pada Gambar (1)dan Tabel (1)

Tabel 1. Data 1H-NMR dan 13C-NMRSenyawa Asam Heksadekanoat

No13C-NMR

δC

(ppm)

1H-NMR δH :ppm

(multiplisitas, J dlm Hz)

HMBC

1234-13

180,6434,3024,8529,89;29,79;29,56;

-2,33 (2H, t J =7,35)1,62 (2H, m, J= 7,35)1,24 – 1,28

-1,31,2-

5

141516OH

29,44;29,2532,1222,8814,31-

(20 H, m)1,28 – 1,29(2H, m)1,31 – 1,33(2H, m)0,87 (3H, t, J= 6,70)3,75 (1H, s)

1514,1614,15

Sumber : Johannes et al, 2013

Senyawa asam heksadekanoatmemiliki 16 karbon, yangteridentifikasi melalui sinyal-sinyal yang muncul sebagai :ẟC

180,64 sinyal dengan , pergeserankimia paling jauh indikasiterhadap karbon pada guguskarboksil, sinyal pada ẟC 34,30dan 32, 12 menunjukkan C-2 dan C-14. Terdapat 6 karbon dalamkedudukan simetri yaitu : C-7, C-8, C-9, C-10, dan C-11. Memberisatu sinyal dengan intensitastinggi yaitu δC 29,89, disampingitu terlihat sinyal yang sangatberdekatan yaitu pada δC 29,89;29,79;29,56;29,44;29,25kelimanya menunjukkan C-4; C-5;C-13; C-6 dan C-12 sinyal pada δC

24,85 ; 22,88 dan 14,31 ketiganyamenunjukkan C-13, C-15 dan C-16. Analisis spectrum 1H-NMRmemperlihatkan sinyal-sinyalsebagai berikut, δH 2,33 (2H,t,Ј=7,35) menunjukkan 2 proton padaC-2, sinyal pada δH 1,62(2H,m,J=7,35) menunjukkan 2proton pada C-3, sinyal δH 1,24-1,28 (20H,m) menunjukkan 20hidrogen terdapat pada C-4; C-5;C-6; C-7; C-8;C-9;C-10; C-11; C-12 dan C-13, sinyal δH 1,28-1,29(2H, m) menunjukkan 2 proton padaC-14, sinyal pada δH = 1,31-1,33(2H, m) menunjukkan 2 protonpada C-15, sinyal dengan δH =0,87 (3H, t, J=6,70) menunjukkan 3proton pada C-19, sinyal pada3,75 (1H, s ) menunjukkan protonpada gugus hidroksil. Jumlahhidrogen pada senyawa tersebutadalah 32.

Gambar 2. AsamHeksadekanoat

2.Analisis Senyawa β-sitosterolBerbentuk kristal putih(bening) sebanyak 30 mgdengan titik leleh 1380-1390C. Tidak berpendar,hanya nampak dengan pereaksipenampak noda dengan Rf =0,35.

Gambar 3. Spektrun IR β-sitosterol (Johannes dkk, 2013)

Spektrum IR (KBr)menunjukkan serapan padabilangan gelombang 3433 cm-1,indikasi terhadap adanyagugusan hidroksil didukungoleh adanya puncak serapanpada 1050 cm-1 menunjukkanadanya C-O. Serapan pada2956, 2938, dan 2869 cm-1

berasal dari metil danmetilen, serapan pada 1634cm-1 berasal dari uluran C=C

6

menunjukkan adanya gugusOlefin, dan tekukkan C-Hmuncul pada 1465 cm

Tabel 2.Data spectrum 1H, 13C NMR, HMBC senyawa β=sitosterol

No ẟC

H (m ultisiplitas, Hpp

Hz ) (ppm)

ẟC

(ppm)

HMBC

1cq 1,15 (2H,dt,

J=11,0 ; 3,65Hz)

37,3 5, 10, 9

2cq

Ax

1, 1,84(1H,m)1, 1,54 (1H,m)

31,7

3, 4

4cq Ax

2,28 (1H,m)2,22 (1H,m)

42,4

3, 5

8 1,98 (1H,m)1,94 (1H,m)

32,0

8, 24

9 0,91 (1H,m)

50,2 10

26 0,82 (3H,d, J= 6,7Hz)

19,9 24, 25

27 0,80 (3H,d, J= 6,7Hz)

19,5

24, 25

28 1,23 (2H,m)

23,1

23,24, 29

29 0,83 (3H,t,J= 6,7 Hz)

12,0

-

Sumber : (Johannes dkk, 2013)

Spektrum 1H NMRmemperlihatkan adanya 2 gugusmetal dengan multiplisitassinglet pada δH 0,67 (3H,s) dan1,00 ppm (3H,s) dan 4 gugus metaldengan sinyal pada δH 0,80 ( 3H,d,J = 6,7) 0,82 (3H, d, J = 6,7),0,83 (3H, t,J = 6,7) dan 0,91 ppm(3H, t,J = 6,1). Analisis

spectrum COSY menunjukkankorelasi 1H -1H tetangga antarasinyal proton pada δH 1,15 ppm(H-1) dengan sinyal protonpada δH 1,84 ppm (H-2) dengansinyal proton pada δH 3,51 ppm(H-3), sinyal proton pada δH

3,51 ppm (H-3) dengan sinyalproton pada δH 14,2 ppm (H-4),serta sinyal proton pada δH

5,34 ppm (H-6) dengan sinyalproton pada δH 1, 98 ppm (H-7),sinyal proton pada δH 1,98 ppm(H-7) dengan sinyal protonpada δH 1,49 ppm (H-8), sinyalproton pada δH 1,49 ppm (H-8)dengan sinyal proton pada δH

0,91 ppm (H-9), sinyal protonpada δH 1,48 (H-11) dengansinyal proton pada δH 2,00 ppm(H-12), juga sinyal protonpada δH 1,49 ppm (H-8) dengansinyal proton pada δH 0,98 (H-14), sinyal proton pada δH 1,58ppm (H-15) dengan sinyalproton pada δH 1,82 ppm (H-16) , sinyal proton pada δH

1,82 ppm (H-16) dengan sinyalproton pada δH 1,07 ppm (H-17) , sinyal proton pada δH

1,07 ppm (H-17) dengan sinyalproton pada δH 1,34 ppm (H-20).Analisis spectrum COSY jugamenunjukkan korelasi 1H -1Htetangga antara sinyal protonpada δH 1,34 ppm (H-20) dengansinyal proton pada δH 1,98 ppm(H-22), sinyal proton pada δH

1,98 ppm (H-22) dengan sinyalproton pada δH 1,14 ppm (H-23),sinyal proton pada δH 1,14 ppm(H-23) dengan sinyal protonpada δH 0,89 ppm (H-24), sinyalproton pada δH 0,89 ppm (H-24)dengan sinyal proton pada δH

1,23ppm (H-28), sinyal protonpada δH 1,23 (H-28) dengansinyal proton pada δH 0,83 ppm(H-29), sinyal proton pada δH

0,89 ppm (H-24) dengan sinyalproton pada δH 1,65 ppm (H-25)

7

dengan sinyal proton pada δH 0,80ppm (H-27) serta sinyal protonpada δH 1,65 ppm (H-25) dengansinyal proton pada δH 0,82 ppm(H-26). Berdasarkan dataspektroskopi diatas memberikanpetunjuk bahwa senyawa inimerupakan senyawa β-sitosterol(Gambar 3).

Gambar.4 β-sitosterol

3.Aktivitas Antibakteri MelaluiPengukuran Diameter Hambat

Tabet 3 Hasil Pengukuran AsamHeksadekanoat dan β-sitosterolterhadap bakteri Staphylococcus aureus

fraksiRata-rata diameter zona hambatan (mm) S. aureus 24 jam 48 jam A=as.Heksa50ppm15,10 16,30 B=as.heksa70ppm17,00 18,40 C=β-sitosterol50ppm 00 D=β-sitosterol70ppm10,50 9,50 E=kontrol+15,40 16,0 (kloramfenikol) F= kontrol -0 0

(DMSO)

Hasil pengukuran diameterhambat menunjukkanbioaktivitas antibakteri asamheksadekanoat terhadap S.aureus pada inkubasi 24 jamyang terbesar terdapat padakonsentrasi 70 ppm yaitu 17,00mm. Pada inkubasi 48 jam asamheksadekanoat konsentrasi 50ppm dan 70 ppm mengalamiperubahan diameter hambatmenjadi 16,30 ppm dan 18,40ppm. Sedangkan β-sitosteroldengan konsentrasi 50 ppmtidak menampakkan adanya zonahambat terhadap bakteri S.aureus pada inkubasi 24 jammaupun 48 jam. Untukkonsentrasi 70 ppm padainkubasi 24 jam β-sitosterolmenunjukkan diameter hambat10,50 mm yang mengalamipenurunan pada inkubasi 48 jammenjadi 9,50 mm.

Berdasarkan hasiltersebut, asam heksadekanoat(50 ppm, 70 ppm) bersifatbakterisidal terhadap bakteriS. aureus, dan β-sitosterol (70ppm) bersifat bakteriostatikterhadap S. aureus.MenurutMangunwardoyo, Ismaini danHerawati (2008), semakintinggi konsentrasiantimikroba, semakin tinggipula kemampuannya dalammenghambat pertumbuhanmikroba. Selanjutnya Madigam etal (2008) menyatakan, pengaruhkomponen antibakteri terhadapsel bakteri dapat menyebabkankerusakan sel yang berlanjutpada kematian. Kerusakan selyang ditimbulkan komponenantibakteri dapat bersifatmikrosidal (kerusakan yangbersifat tetap) ataumikrostatik (kerusakan yang

8

dapat pulih kembali). Suatukomponen akan bersifat mikrosidalatau mikrostatik tergantung padakonsentrasi komponen dan kulturmikroba yang digunakan.

4.Aktivitas Antijamur MelaluiPengukuran Diameter Hambatan

Tabet 4 Hasil Pengukuran AsamHeksadekanoat dan β-sitosterolterhadap jamur A.flavus.

fraksiRata-rata diameter zona hambatan (mm) Aspergillus flavus 48 jam 72 jam A=as. Heksa.50 ppm14,30 13,30 B=as.Heksa.70 ppm15,00 14,40 C= β-sitosterol50 ppm0 0 D=β-sitosterol70 ppm10,50 9,30 E=kontrol +14,40 15,0 (ketokonazol) F= kontrol –0 0 (DMSO)

Pada perlakuan Asam heksadekanoatdan β-sitosterol terhadap jamurA. flavus untuk inkubasi 48 jamtampak diameter hambat terbesarterdapat pada konsentrasi 70 ppm.Kemudian mengalami penurunandiameter hambat pada inkubasi 72jam. Hal ini menunjukkan bahwaasam heksadekanoat (50 ppm, 70ppm) dan β-sitosterol (70 ppm)bersifat fungistatik terhadapjamur A. flavus.

Menurut Siswandono danSoekardjo (2000) senyawaantifungi bekerja dengan caramenimbulkan ketidakteraturanmembran sitoplasma jamur,mengubah permeabilitas membrandan mengubah fungsi membrandalam proses pengangkutansenyawa-senyawa essensial yangdapat menyebabkanketidakseimbangan metaboliksehingga menghambatbiosintesis ergosterol dalamsel jamur. Walaupun pemberianasam heksadekanoat (50 ppm, 70ppm) dan β-sitosterol (70 ppm)bersifat fungistatik artinyahanya menghambat pertumbuhanjamur A. flavus namun efekfungistatik dapat berubahmenjadi fungisidal apabilakonsentrasi senyawa yangdigunakan semakin besar( Madigan et al, 2012).

5. KesimpulanAsam heksadekanoat (50ppm, 70ppm)dan β-sitosterol (70 ppm)memiliki sifat antimikrobaterhadap bakteri S. Aureus dan jamurA. Flavus. 6. Ucapan TerimakasihTerimakasih kepada DirektoratPendidikan Tinggi atas bantuandana pada penelitian ini melaluiBOPTN UNHAS 2014.

Daftar Pustaka

Johannes E., 2008. Isolasi,Karakterisasi da Uji BioaktivitasMetabolit Sekunder dari HydroidAglaophenia cupressinaLamoureoux Sebagai Bahan DasarAntimikroba. Thesis. ProgramPascaSarjana UniversitasHasanuddin. Makassar.

Joana, Luisa Peixe, Newton C.M.Gomes, Ricardo Calado, 2011.Cnidarians as a Source of NewMarine Bioactive Compounds—An

9

Overview of the Last Decade andFuture Steps for Bioprospecting.(www.mdpi.com/journal/marinedrugs Rev., diakses 20 Juli 2012).

Johannes E. Hanapi Usman, MariyatiBilang., 2013. BioaktivitasSenyawa Asam Heksadekanoat HasilIsolat Dari Hydroid Aglaopheniacupressina Lamoureoux SebagaiAntibakteri pada Bakteri Salmonellatyphi Dan Escherichia coli.Prosiding Seminar NasionalJurusan Biologi FMIPA UNPAD

Johannes E., Elly Ishak, HanapiUsman, Mariyati Bilang., 2013.Antimitotic Activity of β-SitosterolIsolated from Hydroid Aglaopheniacupressina Lamoureoux Against EarlyDivision of Zygotic Cell of Sea UrchinTripneustes gratilla Linn. ManasirVol 1 No 1 (2013), Hal 27-32.

Johannes E. Sjafaraenan, RosanaAgus, Ruslan Umar., 2013.Bioaktivitas Senyawa AsamHeksadekanoat Hasil Isolat Dari HydroidAglaophenia cupressina LamoureouxSebagai Antibakteri pada BakteriSalmonella typhi Dan Escherichia coli.Prosiding Seminar NasionalJurusan Biologi FMIPA UNPAD

Madigam M. T, Martinko J. M, Dunlap,P.V, Clark, D. P., 2012.Biology of Microorganism 12th ed.San Francisco : Pearson.

Muniarsih, T., 2005. J. Oseana , 3,2, 19-27

Paradise, M. A. Grassi, G. Conti, F.Passareli and M. G. Curci AbuErra, 2006. Fire Coral PersistantCutaneous Reaction (online),(http://jr.science.wep.Muhio,edu/filedcourse, diakses 7Maret 2007).

Siswadono dan Soekarjo B., 2000.Kimia Medisinal. ErlanggaUniversity Press, Surabaya.

Suada I Ketut dan Ni Wayan Suniti,2010. Supression ability of CrudeExtract Derived from Marine BiotaAgainst Fusarium oxysporumf.sp.vanillae. Jurna Biologi, XIV (1):7-10.

Xue Song, Hai Tao Zang, Pei Chun Wu,Wei Zhang, Quan Yuan., 2004.Journal of Experimental Marine

Biology and Ecology. 298., 71-78. www.elsevier.com/locate/jembe.

10