LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM PENGELOLAAN DAERAH SUNGAI
Transcript of LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM PENGELOLAAN DAERAH SUNGAI
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sejak tahun 1970-an degradasi DAS berupa lahan
gundul tanah kritis, erosi pada lereng-lereng curam
baik yang digunakan untuk pertanian maupun untuk
penggunaan lain seperti permukiman dan pertambangan,
sebenarnya telah memperoleh perhatian pemerintah
Indonesia. Namun proses degradasi tersebut terus
berlanjut, karena tidak adanya keterpaduan tindak dan
upaya yang dilakukan dari sektor atau pihak-pihak yang
berkepentingan dengan DAS.
Pendekatan menyeluruh pengelolaan DAS secara terpadu
menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin
keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga
terkait. Pendekatan terpadu juga memandang pentingnya
1
peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS,
mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan,
pelaksanaan dan pemungutan manfaat.
Sistem DAS mempunyai arti penting dalam hubungan
ketergantungan antara hulu dan hilir. Perubahan
komponen DAS di daerah hulu akan mempengaruhi komponen
DAS pada daerah hilir. Kerusakan hutan di hulu akan
berpengaruh pada kondisi sungai di hulu hingga hilir.
Keterkaitan yang kuat antara hulu dan hilir ini
melahirkan gagasan untuk mengembangkan suatu indikator
yang mampu menunjukkan kondisi DAS. Indikator ini harus
dengan mudah dapat dilihat oleh masyarakat luas
sehingga dapat digunakan sebagai instrumen pengawasan
terhadap pelaksanaan pembangunan di wilayah DAS. Salah
satu indikator yang dapat dikembangkan adalah indikator
kualitas air di sungai. Dengan melihat kondisi kualitas
2
air sungai, dapat diketahui kondisi hulu sungai,
seperti kondisi hutan dan daerah sekitar sungai di
hulu.
Beberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati
bersama dalam hal pengertian yang terkandung didalamnya
berkaitan dengan pengelolaan DAS, antara lain:
1) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah
tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian
rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut
dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal
dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian
mengalirkannya melalui sungai utamanya (single outlet).
Satu DAS dipisahkan dari wilayah lain disekitarnya
(DAS-DAS lain) oleh pemisah dan topografi, seperti
punggung perbukitan dan pegunungan;
3
2) Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan
dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai
utama. Setiap DAS terbagi habis kedalam Sub DAS-Sub
DAS;
3) Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai
yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai.
Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah
laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/dt).
4) Wilayah Sungai (WS) atau wilayah DAS adalah suatu
wilayah yang terdiri dari dua atau lebih DAS yang
secara geografi dan fisik teknis layak digabungkan
4
sebagai unit perencanaan dalam rangka penyusunan
rencana maupun pengelolaannya;
5) Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam
mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber
daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala
aktifitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan
keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan
sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan;
6) Tata air DAS adalah hubungan kesatuan individual
unsur-unsur hidrologis yang meliputi hujan, aliran
permukaan dan aliran sungai, peresapan, aliran air
tanah dan evapotranspirasi dan unsur lainnya yang
mempengaruhi neraca air suatu DAS;
7) Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya
demikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat
berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya
5
sebagai media produksi maupun sebagai media tata
air.
I.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui metode pengukuran debit
aliran sungai yang dapat bermanfaat dalam pengelolaan
sumberdaya air.
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan laporan ini
adalah dengan mengetahui metode pengukuran debit,
mahasiswa dapat menganalisa pengelolaan sumberdaya air
suatu kawasan .
6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS).
Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai
kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang
jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke
danau/laut (Manan, 1979).
DAS merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur
utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala
upaya yang dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979).
Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi
antara faktor biotik dan fisik yang menggambarkan
keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan
sedimentasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
pengertian DAS adalah sebagai berikut :
7
1) Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan
kemudian mengalirkanair hujan ke laut atau danau
melalui satu sungai utama.
2) Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan
daerah lain oleh pemisah topografis sehingga dapat
dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas
beberapa DAS.
3) Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah
sumberdaya alam (tanah, vegetasi dan air) yang
merupakan sasaran dan manusia yang merupakan
pengguna sumberdaya yang ada.
4) Unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS
membentuk suatu ekosistem dimana peristiwa yang
terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi unsur
lainnya.
8
Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan
bentuk atau pola dimana bentuk ini akan menentukan pola
hidrologi yang ada. Corak atau pola DAS dipengaruhi
oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah
DAS. Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan
bentuk DAS sebagai berikut :
1) DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke
sungai utama. DAS atau Sub-DAS ini mempunyai debit
banjir yang relatif kecil karena waktu tiba yang
berbeda.
2) DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik
secara radial sehingga menyerupai bentuk kipas atau
lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki banjir
yang relatif besar tetapi relatif tidak lama.
3) Das Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS
yang bersatu.
9
DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS.
Mangundikoro (1985) mengemukakan Sub-DAS merupakan
suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara
alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui
sungai. Manusia dengan aktivitasnya dan sumberdaya
tanah, air, flora serta fauna merupakan komponen
ekosistem di Sub-DAS yang saling berinteraksi dan
berinterdependensi.
Pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem
dengan input manajemen dan input alam untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di
tempat (on site) maupun di luar (off-site). Secara
ekonomi ini berarti bentuk dari proses produksi dengan
biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen dan
input alam serta hasil ekonomi berupa nilai dari
outputnya (Hulfschmidt, 1985).
10
Tujuan pengelolaan DAS secara ringkas adalah
a. Menyediakan air, mengamankan sumber-sumber air dan
mengatur pemakaian air;
b. Menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan
dan mempertahankan kesuburan tanah;
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu diperhatikan
aspek-aspek seperti :
1) Aspek fisik teknis yaitu pemolaan tata guna lahan
sebagai prakondisi dalam mengusahakan dan menerapkan
teknik atau perlakuan yang tepat sehingga
pengelolaan DAS akan memberikan manfaat yang optimal
dan kelestarian lingkungan tercapai
2) Aspek manusia, yaitu mengembangkan pengertian,
kesadaran sikap dan kemauan agar tindakan dan
11
pengaruh terhadap sumberdaya alam di DAS dapat
mendukung usaha dan tujuan pengelolaan
3) Aspek institusi yaitu menggerakkan aparatur sehingga
struktur dan prosedur dapat mewadahi penyelenggaraan
pengelolaan DAS secara efektif dan efisien
4) Aspek hukum, yaitu adanya peraturan perundangan yang
mengatur penyelenggaraan pengelolaan DAS
2.2 Definisi DAS Berdasarkan Fungsi
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara
menyeluruh dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu
diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan
fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada
fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan
kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang
antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan
12
air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah
didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air
tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti
pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS bagian
hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai
yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan
melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait
untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta
pengelolaan air limbah.
13
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah daratan
yang menampung dan menyimpan air hujan atau sumber-
sumber air lain untuk kemudian menyalurkannya ke laut,
melalui satu sungai utama. Kawasan DAS terbagi dalam
beberapa sub DAS. Sub DAS adalah suatu wilayah daratan
yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke sungai utama melalui anak sungai atau
sungai cabang. Komponen DAS meliputi vegetasi, lahan
dan sungai dengan air berperan sebagai pengikt
keterkaitan dan ketergantungan antar komponen utama DAS
dan Sub DAS.
2.3 Pengertian Debit Air
Pengertian debit adalah satuan besaran air yang
keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit
yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter
kubik per detik (m3 / detik). Menurut Asdak (2002),
14
debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai persatuan waktu. Dalam system SI besarnya debit
dinyatakan dalam sattuan meter kubik. Debit aliran juga
dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A
adalah luas penampang (m2) dan V adalah kecepatan
aliran (m/ detik).
Menurut Langrage (1736-1813), suatu cara menyatakan
gerak fluida adalah dengan mengikuti gerak tiap
partikel didalam fluida. Hal ini sulit, karena kita
harus menyatakan koordinat X, Y, Z dari partikel fluida
dalam menyatakan ini sebagai fungsi waktu. Cara yang
digunakan adalah dengan penerapan kinematika partikel
gerak atau aliran fluida.
Leonard Euler (1907-1783), menyatakan bahwa rapat
massa dan kecepatan pada tiap titik dalam ruang berubah
15
dengan waktu. Fluida sebagai medan rapat massa dan
medan vektor kecepatan. Jika kecepatan (V) dari tiap
partikel fluida pada satu titik tertentu adalah tetap,
dikatakan bahwa aliran tersebut bersifat lunak. Pada
suatu titik tertentu tiap partikel fluida akan
mempunyai kecepatan (V) yang sama, baik besar maupun
arahnya. Pada titik lain suatu partikel mungkin sekali
mempunyai kecepatan yang berbeda, akan tetapi tiap
partikel lain pada waktu sampai titik terakhir
mempunyai kecepatan sama seperti partikel yang pertama.
Aliran seperti ini terjadi pada air yang pelan. Dalam
aliran tidak lunak kecepatan (V) merupakan fungsi
waktu.
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan
sebagai suatu hamparanwilayah/kawasan yang dibatasi
oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
16
menerima,mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara
serta mengalirkannya melalui anak-anaksungai dan keluar
pada sungai utama ke laut atau danau.
Dalam pengelolaan daerah aliran sungai yang menjadi
dasar utama adalah penentuan debit air sungai dan
sedimentasinya. Dengan demikian dapat diketahui
seberapa besar peningkatan air sungai di musim kemarau
dan musim penghujan. Kemampuan pengukuran debit air
sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya
air di suatu wilayah DAS. Debit aliran merupakan satuan
untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang
terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran
sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya
air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan
sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air
17
suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumberdaya air
permukaan yang ada.
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah
tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur
pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari,
atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran
sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air)
yang melewati suatu penampang melintang sungai per
satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt).
Dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya
ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf
aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon
adanya perubahan karateristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya pengelolaan
18
DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau
tahunan)
2.4 Proses Terbentuknya Debit
Sungai itu terbentuk dengan adanya aliran air dari
satu atau beberapa sumber air yang berada di
ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung
yang tinggi, dimana air hujan sangat banyak jatuh di
daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang cekung,
lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya
mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang
paling mudah tergerus air, selanjutnya air itu akan
mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah,
mungkin mula-mula merata, namun karena ada bagian-
bagian dipermukaan tanah yang tidak begitu keras,maka
mudahlah terkikis, sehingga menjadi alur-alur yang
tercipta makin hari makin panjang, seiring dengan makin
19
deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu,
maka semakin panjang dan semakin dalam, alur itu akan
berbelok, atau bercabang, apabila air yang mengalir
terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang
banyak, demikian juga dengan sungai di bawah permukaan
tanah, terjadi dari air yang mengalir dari atas,
kemudian menemukan bagian-bagian yang dapat di tembus
ke bawah permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran
rendah yang rendah dan lama kelamaan sungai itu akan
semakin lebar.
Adapun faktor penentu debit air dari suatu sungai
antara lain sebagai berikut :
1) Intensitas hujan
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama
yang memiliki komponen musiman yang dapat secara cepat
mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan
20
karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek),
atau kemarau panjang (musim hujan pendek) yang
menyebabkan bertambahnya debit air.
2) Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi
adalah sebagai penahan tanah yang mempunyai kelerengan
tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di daerah
tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk
selanjutnya akan menjadi air tanah. Air tanah di daerah
hulu merupakan cadangan air bagi sumber air sungai.
Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan
memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber
air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul
akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di
hilir. Pada musim hujan, air hujan yang jatuh di atas
lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
21
kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan
menjadi aliran permukaan dan sedikit sekali
infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor
dan atau banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.
3) Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Resiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan
pertanian sama besarnya dengan penggundulan hutan.
Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat erosi.
Selain akan meningkatnya kandungan zat padat
tersuspensi (suspended solid) dalam air sungai sebagai
akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh
meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya
kandungan hara dalam air sungai. Kebanyakan kawasan
hutan yang diubah menjadi lahan pertanian mempunyai
kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak
22
memperhatikan faktor konservasi tanah, seperti
pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain.
4) Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan
vegetasi diatas permukaan tanah, tertahan bebereapa
saat, untuk diuapkan kembali hilang ke atmosfer atau
diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses
intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan
dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh di
daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah
mencapai permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun
intersepsi dianggap bukan faktor penting dalam penentu
faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus
tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah
air yang hilang sebagai air intersepsi dapat
mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu
23
jenis vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang
berbeda, sebagai contoh, dapat mempengaruhi hasil air
di daerah tersebut.
5) Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu
komponen atau kelompok yang dapat menentukan besar
kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, karena melalui
kedua proses ini dapat membuat air baru, sebab kedua
proses ini menguapkan air dari permukaan air, tanah dan
permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk
uap air di udara dengan adanya uap air diudara maka
akan terjadi hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit
air di DAS akan bertambah sedikit demi sedikit.
BAB IIIMETODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
24
Praktek Pengelolaan Daerah aliran Sungai mengenai
Debit Air dilaksanakan pada Minggu 26 April 2015, Pukul
09.00 – 10.00 WITA. Bertempat di Desa Labuan Kunguma,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi
Tengah.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tali
Rapia, dan Bola Pimpong.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
Meteran Roll, Stopwatch (HP), Kalkulator, dan Alat
Tulis menulis.
3.3 Cara Kerja
Adapun langkah kerja dalam praktikum mengenai Debit
air adalah sebagai berikut :
25
1. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan
dalam praktikum pengukuran debit air.
2. Menentukan titik yang akan digunakan sebagai acuan
untuk melakukan pengukuran debit air sungai yang
terdiri dari tiga titik yaitu titik 1, titik 2,
dan titik
3. Mengukur panjang sungai sesuai dengan modul.
4. Mengukur lebar sungai pada titik 1, Titik 2, dan
titik 3.
5. Mengukur kedalaman atau tinggi sungai dengan
menggunakan meteran pada masing-masing titik yaitu
bagian atas, tengah dan bawah.
6. Mengukur kecepatan arus sungai dengan meletakkan
bola pimpong dititik pertama kemudian dilepaskan,
lalu mengukur waktu kecepatannyanya menggunakan
26
stopwatch. Kemudian melakukan hal yang sama pada
titik tengah dan akhir.
7. Mencatat semua data yang diperoleh dari pengukuran
kemudian menghitung data yang diperoleh tersebut
untuk mengetahui debit air sungai.
3.4 Analisis Data
1. Rumus Perhitungan Debit Air ( m3/s )
Q=AxV
2. Rumus Kecepatan Arus Sungai (m/s)
V=PT
3. Rumus Perhitungan Luas Penampang Basah
A=PxLxT
Dimana :
Q = Debit air ( m3/s )
A = Luas penampang basah
27
V = Kecepatan arus sungai(m/s)
P = Panjang Sungai ( m)
L = Lebar Sungai (m)
T = Kedalaman/tinggi Sungai ( m )
28
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
A. Pengamatan Hari per- 1
P = 6,45 M L = 3,15 M
Kemudian untuk :
L1= 1 m
D1= 37,2 cm = 0,372 m
L2= 1 m
D2= 34,3 cm = 0,343 m
L3=1,15 m
D3= 19,7 cm = 0,197 m
Untuk kecepatan :
29
T1=A: 4,91 detik, B: 5,61 detik, C: 4,87 detik =
15,39 / 3 = 5,13
T2= A: 3,22 detik, B: 3,20 detik, C: 2,87 detik =
9,29 / 3 = 3,09
T3=A: 5,00detik, B: 5,43 detik, C: 6,84 detik =
17,27 / 3 = 5,75
a. Pengukuran Luas Penampang (A)
A ( M2 ) =(L1D1)+ (L2D2)+(L3D3)
A = (1*0,372) + (1*0,343) + (1,15*0,197)
A =(0,372) + (0,343) +(0,226)
A = 0,941 m2
Rata-Rata T = V1+V2+V33
= 5,13+3,09+5,753
= 4,65 detik
b. Pengukuran kecepatan
30
Vperm T= PT
VpermT=6,45m4,65dt
= 1,3871 m/detik
c. Pengukuran Debit
Q = A x V
Q = 0,941 m2/S x1,3871 m2/S
= 1,3053m3/detik
B. Pengukuran Hari ke- 2
P = 6,45 M L = 3,15 M
Kemudian untuk :d
L1= 1 m
D1= 17 cm = 0,17 m
L2= 1 m
D2= 37 cm = 0,37 m
L3=1,15 m
31
D3= 20 cm = 0,20 m
Untuk kecepatan :
T1= 4,18detik
T2= 3,24 detik
T3=6,98detik
Rata-Rata T = T1+T2+T33
=4,18+3,24+6,983
= 4,8 detik
a. PengukuranLuasPenampang (A)
A ( M2 ) = { L1.D1}+ { L2.D2 } + {L3.D3
A = 1.0,17 + 1.0,37+ 1,15.0,20
A =0,17 + 0,37+0,23
A = 0,77m2
b. Pengukuran kecepatan
Vperm=PT
32
Vperm= 6,45m4,8dt
= 1,3438 m/detik
c. Pengukuran Debit
Q = A x V
Q = 0,77 m2 x 1,3438 m/detik
= 1,0347 m3/detik
C. Pengukuran Hari ke- 3
P = 6,45 M L = 3.15 M
Kemudian untuk :
L1= 1 m D1= 0,19 m V1 = 4,46 m/s
L2= 1 m D2= 0,36 m V2 = 3,33 m/s
L3= 1,15 m D3= 0,16 m V3 = 11,4 m/s
a. Pengukuran Luas Penampang (A)
A ( M2 ) = L1D1 + L2D2+L3D3
A = 1.0,19 + 1.0,36 + 1,15.0,16
33
A =0,19 + 0,36 +0,18
A = 0,73 m2
b. Pengukuran kecepatan
Trata-rata :t=V1+V2+V3
3t=
4,46+3,33+11,43 =
6,39 detik
c. Pengukuran Debit
Dit. V =….?
V=P
Waktu(d)
V=6,456,39
= 1,0094 m/detik
Q = A x V
Q = 0,73 m2 x 1,0094 m/detik
= 0,7369 m3/detik
D. Pengukuran Hari ke- 4
P = 6,45 M L = 3,15 M
34
Kemudian untuk :
L1= 1 m
D1= 20 cm = 0,20 m
L2= 1 m
D2= 36 cm = 0,36 m
L3= 1,15 m
D3= 15 cm = 0,15 m
Untuk kecepatan :
T1= 4,00 detik
T2= 3,13 detik
T3= 4,13detik
a. Pengukuran Luas Penampang (A)
A ( M2) =(L1D1)+ (L2D2)+(L3D3)
A = (1*0,20) + (1*0,36) + (1,15*0,15)
A =0,20 + 0,36 + 0,15
A = 0,73 m2
35
Rata-Rata T = V1+V2+V33
= 4,00+3,12+4,133
= 3,75 m2
b. Pengukuran kecepatan
Vperm T = PT
VpermT =6,45m3,75dt
= 1,7200 m/detik
c. Pengukuran Debit
Q = A x V
Q = 0,73 m2/S x 1,7200 m2/S
= 1,2556 m3/detik
E. Pengukuran Hari ke- 5
P = 6,45 M L = 3,15 M
Kemudian untuk :
36
L1= 1 m D1= 0,19 m V1 = 3,84 m/s
L2= 1 m D2= 0,36 m V2 = 3,04 m/s
L3= 1,15 m D3= 0,17 m V3 = 3,93 m/s
a. Pengukuran Luas Penampang (A)
A ( M2 ) = (L1.D1) + ( L2.D2) + (L3.D3)
A = (1.0,19) + (1.0,36) +( 1,15.0,17)
A = (0,19) +( 0,36) + (0,1955)
A = 0, 75 m2
Rata-Rata t = t1+t2+t33
= 3.84+3,04+3,93
3
= 3,603 detik
b. Pengukuran kecepatan
Vperm=PT
Vperm = 6,45m3,603dt
37
= 1,7902 m/detik
c. Pengukuran Debit
Q = A x V
Q = 0, 75 m2/S x 1,7902 m2/S
= 1,3427 m3/detik
F. Pengukuran Hari ke- 6
P = 6,45 M L = 3,15 M
Kemudian untuk :
L1= 1 m D1= 0,15 m V1 = 13,63 m/s
L2= 1 m D2= 0,34 m V2 = 9,36 m/s
L3= 1,15 m D3= 0,19 m V3 = 13,39 m/s
Rata-Rata t = t1+t2+t33
= 13,63+9,36+13,39
3
= 12,127 detik
a. Pengukuran Luas Penampang (A)
38
A ( M2 ) = (L1D1) +( L2D2) +(L3.D3)
A = (1.0,15) + (1.0,34) +( 1,15.0,19)
A =0,15 + 0,34 +0,2185
A = 0, 71 m2
b. Pengukuran kecepatan
Vperm=PT
Vperm = 6,45m
12,127dt
= 0.5319 m/detik
c. Pengukuran Debit
Q = A x V
Q = 0, 71 m2/S x 0,5319 m2/d
= 0,3776 m3/detik
4.2 Pembahasan
39
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan
sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi
oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima,mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara
serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan
keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Dari
definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan
ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan
biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis
dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan
outflow dari material dan energi. Selain itu
pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk
pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu
unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara
umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi
pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan
40
(lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum
mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal
dari DAS dapat merata sepanjang tahun.
Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur
hidrologi sangat diperlukan terutama untuk melihat
masukan berupa curah hujan yang selanjutnya
didistribusikan melalui beberapa cara, bahwa air hujan
langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian
terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air
infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai
sebagai debit aliran.
Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat
diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi,
DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS
bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi
41
perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap
terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan
dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi
debit dan transport sedimen serta material terlarut
dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain
ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi
perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini
antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh
karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus
perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan
hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur
hidrologi.
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai
adalah, tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh
alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan
tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau
42
aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI
besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik (m3/dt). Debit air diukur dengan menggunakan
rumus :
Q=AxV
Dimana : Q = Debit air
A = Luas penampang basah
V = Kecepatan arus sungai
Dari hasil praktikum di lapangan mengenai Debit Air
diperoleh data bahwa debit air sungai di Desa Labuan
Kunguma adalah 1,25 m3/detik.
Dalam melakukan praktikum, pertama kali yang
dilakukan adalah menentukan titik acuan untuk dijadikan
sampel untuk mewakili keadaan sungai Desa Labuan
43
Kunguma secara keseluruhan. Setelah titik yang akan
dijadikan sampel telah ditentukan selanjutnya akan
menentukan panjang, lebar, dan kedalaman sungai untuk
memperoleh hasil luas penampang sunagai tersebutuntuk
selanjutnya akan dijadikan sebagai ukuran untuk
menentukan debit air sungai tersebut.
Pada pengukuran panjang sungai diukur dengan
menggunakan merteran roll, dan diperoleh hasil panjang
sungai yaitu 6,45 m..
Selanjutnya setelah melakukan pengukuran panjang
sungai, dilanjutkan dengan pengukuran lebar sungai pada
masing-masing titik yang telah ditentukan sebelumnya
dan diperoleh hasil pengukuran pada masing-masing titik
adalah L1 = 1 m ; L2= 1 m ; dan L3 = 1,15 m.
Selanjutnya hasil dari pengukuran lebar sungai pada
masing-masimg titik tersebut dirata-ratakan dan
44
diperoleh hasil pengukuran lebar total sungai yaitu
sebesar 3,15 meter.
Kemudian dilakukan pengukuran kedalaman atau tinggi
air sungai tersebut dengan menggunakan meteran.
Pengukuran kedalaman sungai dilakukan pada bagian atas,
tengah, dan bawah sungai pada masing-masing titik dan
diperoleh hasil yaitu D1 : 4 cm, D2 : 3,12 cm, D3
: Titik 4,13 cm. Selanjutnya hasil dari pengukuran
pada masing-masing titik tersebut dirata-ratakan dan
diperoleh hasil pengukuran kedalaman atau tinggi rata-
rata sungai tersebut adalah sebesar 0,71 cm,
Selanjutnya dilakukan pengukuran kecepatan aliran
atau arus sungai dengan menggunakan bola pimpong dan
stopwatch (Hp) digunakan sebagai pencatat waktu.
Pengukuran dilakukan pada masing-masing titik tengah
4,00 m/s, kanan 3,12 m/s, dan kiri 3,13 m/s. Dari
45
pengukuran tersebut diperoleh kecepatan rata-rata arus
sungai tersebut adalah sebesar 3,75 m/s.
Setelah hasil pengukuran panjang, lebar, dan
kedalaman atau tinggi sungai telah diperoleh,
selanjutnya dilakukan pengukuran luas penampang basah
sungai dengan mengalikan hasil dari pengukuran panjang,
lebar, dan kedalaman sungai tersebut, dan diperoleh
hasil pengukuran luas penampang basah sungai adalah
sebesar 0,73 m2.
Pengukuran yang terakhir dilakukan dalam praktikum
ini adalah pengukuran debit air sungai dengan dengan
menggunakan rumus Q = A x V dan diperoleh diperoleh
hasil debit air pada sungai desa yaitu sebesar 1,25
m3/detik.
46
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan selama 6 hari di DaerahAliran Sungai (DAS) desa Labuan Kunguma.
NO Hari
Luas
Penampang
Basah (m2)
Kecepatan
Arus Sungai
(m/s)
Debit Air
Sungai
(m3/s)
1
2
3
4
5
6
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
0,941
0,77
0,73
3,75
0, 75
0, 71
4,65
1,3438
1,0094
1,7200
1,7902
0.5319
1,3871
1,0347
0,7369
1,2556
1,3427
0,3776
47
5.2 Saran
Untuk praktikum berikutnya dihaarapkan agar para
praktikan diberi penuntun praktikum dan pengawasan agar
para praktikan lebih memahami ketika melakukan
praktikum, sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal
dan tidak terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum.
48
DAFTAR ISI
Hulfschmidt. 1985. Daerah Aliran Sungai (DAS). Pergamon
Press. Oxford. London.
Mangundikoro. 1985. Fungsi Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sosrodarsono dan Takeda. 1977. Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Soeryono. 1979. Model Perhitungan Debit Air Di Daerah Aliran
Sungai. Institut Pertanian Bogor. Bogor
49