makalah pengelolaan laboratorium

18
TUGAS PENGELOLAAN LABORATORIUM OLEH NAMA : YOSEF DONI TRIHARYANTA NIM : 1201061015 SEMESTER : V PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2014

Transcript of makalah pengelolaan laboratorium

TUGAS

PENGELOLAAN LABORATORIUM

OLEH

NAMA : YOSEF DONI TRIHARYANTA

NIM : 1201061015

SEMESTER : V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem pendidikan sekarang, peserta didik dipacu dan dilatih untuk

mengembangkan ketrampilan ilmiah seperti mencari, mengumpulkan, mengamati,

bereksperimen, dan menyimpulkan data yang telah ada. Salah satu sumber belajar yang dapat

dimanfaatkan adalah laboratorium.

Laboratorium merupakan salah satu infrastruktur di sekolah dan Perguruan Tinggi yang

mendukung kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan, seperti bidang ilmu bahasa dan ilmu

pengetahuan alam (fisika, biologi, dan kimia) di sekolah dan dalam bidang sains di

Perguruan Tinggi. Dengan adanya laboratorium kita bisa melakukan pembuktian antara teori

yang didapatkan dengan realita yang sebenarnya.

Banyak fungsi dan manfaat yang dapat diambil dari penggunaan laboratorium. Oleh

karena itu untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium perlu dikelola secara baik untuk

kelancaran proses belajar melajar mengajar dan perkuliahan.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Laboratorium serta Fungsi dan Manfaat Laboratorium?

2. Bagaimana cara mengelola Laboratorium?

3. Bagaimana cara mengelola dan menggunakan alat laboratorium?

4. Bagaimana Teknik Standarisasi?

5. Bagaimana cara mengenal Bahan dan membuat Larutan Standar?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan pengertian Laboratorium serta Fungsi dan Manfaat Laboratorium

2. Untuk menjelaskan cara mengelola Laboratorium

3. Untuk menjelaskan cara mengelola dan menggunakan alat laboratorium

4. Untuk menjelaskan Teknik Standarisasi

5. Untuk menjelaskan cara mengenal Bahan dan membuat Larutan Standar.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Fungsi dan Manfaat Laboratorium

a. Pengertian Laboratorium

Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran

ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan

dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007).

Sementara menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk

mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu

fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.

Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana

dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan

suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.

Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk

melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi,

dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau

ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

b. Fungsi Laboratorium

Fungsi laboratorium yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode

pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah

dalam proses belajar mengajar.

Menurut Soejitno (1983) secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai

berikut:

a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara

teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah. Keduanya saling kaji-

mengkaji dan saling mencari dasar.

b. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa.

c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah

dari sesuatu obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.

d. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk

mencari dan menemukan kebenaran.

e. Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang

calon ilmuwan.

c. Manfaat Laboratorium

Dalam proses belajar mengajar kegiatan laboratorium atau praktikum juga memiliki

peran penting yang bermanfaat dalam mencapai 3 tujuan pembelajaran, antara lain:

1. Keterampilan kognitif, misalnya:

Melatih agar teori dapat dimengerti.

Agar teori dapat diterapkan pada keadaan problem nyata.

2. Keterampilan afektif, misalnya:

Belajar bekerja sama.

Belajar menghargai bidangnya.

Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri.

3. Keterampilan psikomotorik, misalnya:

Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan.

Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu.

2.2 Pengelolaan Laboratorium

a. Pengertian, Kedudukan dan Fungsi

Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan

memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya.

Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium

(bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang

dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya

pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun

pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa

terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan

memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi

sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk

selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan

penangannya bila terjadi kecelakaan.

b. Penanganan dan Penataan Laboratorium

1. Penanganan Laboratorium

Penanganan laboratorium secara umum adalah sebagai berikut:

Mencampur zat-zat kimia

Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sipat reaksinya. Jika tidak tahu

tanyakan pada orang yang mengetahuinya.

Zat-zat baru atau kurang diketahui

Berkonsultasilah bagi keamanan laboratorium sebelum menggunakan zat-zat kimia

baru atau yang kurang diketahui. Harus dicheck secara teratur semua zat-zat kimia

yang digunakan, karena mungkin menimbulkan resiko.

Membuang material-material yang berbahaya

Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus diketahui resiko yang

mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara membuangnya tidak

menimbulkan bahaya. Jika tidak tahu tanyakan pada orang yang mengetahuinya.

Demikian juga terhadap air buangan dari Laboratorium. Apakah ada bak

penampung khusus atau dibuang begitu saja. Sebaiknya harus ada bak penampung

khusus, karena disitu telah banyak tercemar dengan bahan-bahan kimia yang

berbahaya. Bak ini juga harus ditreatment, agar dapat dinetralisasi.

Tumpahan

Tumpahan asam diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan dengan CaC03 atau

soda ash, dan untuk basa dengan air dan dinetraliser dengan asam encer.

Setelahnya dipel, dan pastikan kain-kain yang digunakan bebas dari asam atau

alkali. Tumbahan minyak, harus ditaburi dengan pasir, kemudian disapu dan

dimasukkan dalam tong yang terbuat dari logam dan ditutup rapat.

2. Penataan Laboratorium

Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan

di laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan

untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang

sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi

diperlukan penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan

langkah-langkah penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan, begitu

pula dengan daerah kerja harus memiliki luas yang memungkinkan

pengguna/pekerja/operator dapat bergerak bebas, aman dan nyaman, di samping lalu

lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat kerja dengan mudah dan

lancar.

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan perabotan

laboratorium adalah:

1. mudah dilihat

2. mudah dijangkau

3. aman untuk alat

4. aman untuk pemakai

c. Administrasi Laboratorium

Administrasi merupakan suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan

aktifitas laboratorium, supaya semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir

dengan sistematis. Komponen laboratorium yang perlu dilakukan administrasi meliputi:

1. Bangunan/Ruangan laboratorium

2. Fasilitas umum laboratorium

3. Peralatan dan bahan

4. Ketenagaan laboratorium

5. Kegiatan laboratorium

Adapun administrasi alat praktek IPA menurut sukarso (2005), terdiri dari beberapa

bagian antara lain :

1. Kartu stok adalah untuk mengetahui jumlah alat/bahan yang tersedia di

laboratorium dan tempat penyimpanannya

2. Buku inventaris, memuat catatan tentang jumlah semua macam barang yang ada di

laboratorium termasuk perabot laboratorium

3. Daftar alat/bahan sesuai LKS

4. Buku harian kegiatan laboratorium berguna untuk merekam semua kejadian dalam

kegiatan laboratorium

5. Label, memuat kode alat, nama alat dan jumlah alat dan keterangan mengenai

kondisi alat tersebut

6. Format permintaan alat/bahan, biasanya diisi oleh guru bila akan melaksanakan

kegiatan laboratorium dan diberikan kepada laboran sebelum kegiatan dilakukan

7. Jadwal kegiatan laboratorium.

d. Struktur Organisasi Laboratorium

Di Sekolah Menengah, pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala

Sekolah. Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi

laboratorium. Tugas teknisi laboratorium membantu penyiapan bahan-bahan / alat-alat

praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan.

Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Struktur organisasi laboratorium IPA SMA

1. Kepala Sekolah

a. Memberi tugas kepada penangung jawab laboratorium IPA, penanggung jawab

mata pelajaran (fisika, kimia, dan biologi), dan laboran.

b. Memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada petugas-

petugas laboratorium IPA.

c. Memberikan motivasi kepada guru-guru IPA dalam hal kegiatan laboratorium

IPA.

d. Menyediakan dana keperluan operasional laboratorium.

2. Wakasek Kurikulum

Membantu tugas kepala sekolah terkait kegiatan pembelajaran/praktikum di

laboratorium.

3. Wakasek Sarana dan Prasarana

Membantu tugas kepala sekolah dalam pengadaan dan pengelolaan sarana dan

prasarana laboratorium.

4. Penanggung Jawab Laboratorium

a. Mengkoordinir tenaga laboratorium dibawahnya (koordinator laboratorium dan

guru-guru IPA) dalam penggunaan laboratorium.

b. Mengusulkan dana untuk pengadaan alat dan bahan praktikum.

c. Mengatur penjadwalan penggunaan laboratorium.

d. Bertanggung jawab atas kelancaran semua kegiatan laboratorium.

e. Bertanggung jawab atas penyelidikan, pemeliharaan dan optimalisasi laboratorium.

f. Menyusun tata tertib laboratorium, program kerja laboratorium, dan jadwal

pelaksanaan kegiatan praktikum.

g. Mengusulkan peningkatan sumber daya manusia di laboratorium pada kepala

sekolah.

5. Teknisi Laboratorium

a. Membantu tugas-tugas penangung jawab laboratorium.

b. Mengecek kelengkapan dan fungsi alat dan bahan lab serta mengawasi

pengelolaan laboratorium.

c. Bertanggung jawab atas perbaikan alat-alat yang rusak atau tidak berfungsi.

d. Melatih guru-guru IPA tentang alat-alat yang belum diketahui penggunaannya oleh

guru-guru tersebut.

e. Membantu penyiapan bahan-bahan atau alat-alat praktikum, pengecekan secara

periodik, kalibrasi serta pemeliharan alat dan bahan.

6. Koordinator Laboratorium

a. Mengkoordinir guru mata pelajaran (fisika, kimia, biologi) dalam penggunaan

laboratorium.

b.Mengusulkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk pengadaan alat/bahan

praktikum.

c. Bertanggung jawab tentang kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan perbaikan

alat.

d.Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium.

e. Inventarisasi dan pengadministrasian peminjaman alat-alat laboratorium.

f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiaan laboratorium.

7. Guru Mata Pelajaran

a. Merencanakan dan mengatur pelaksanaan praktikum secara teratur sesuai

bidangnya (fisika, kimia atau biologi).

b. Membimbing kegiatan praktikum.

c. Memantau dan mengevaluasi kegiatan praktikum

Struktur Organisasi Laboratorium Ipa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Keterangan:

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

Kepala

Wakasek

Kurikum

Wakasek

Sarana & Prasarana

Penanggung Jawab Laboratorium

Koordinator

Lab. Biologi

Koordinator

Lab. Fisika

Koordinator

Lab. Kimia

Guru Biologi Guru Fisika Guru Kimia

Laboran Laboran Laboran

Teknisi

e. Standar Design Laboratorium

Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan

laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada

seorang arsitektur bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas.

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-

faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.

Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin

yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak berdekatan atau dibangun

pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan

lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan

memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus

dapat menjangkau bangunan laboratorium. Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan

pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sain umumnya terdiri

dari ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para

siswa atau mahasiswa melakukan praktikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri dari

ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan

alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai praktikum atau percobaan baik untuk siswa

maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk

menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang

penggunaannya tidak setiap saat (jarang). Selain ruangan-ruangan tersebut, mungkin juga

sebuah laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan spesimen, ruangan

khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruang adminitrasi / staf . Hal ini

didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai peralatan laboratorium dan kenyamanan

para pengguna laboratorium. Penyimpanan alat-alat di dalam gudang tidak boleh

disatukan dengan bahan kimia. Demikian pula penyimpanan alat-alat gelas tidak boleh

disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam.

Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan dan ruang

penyimpanan. Contoh apabila luas lantai untuk sebuah bangunan laboratorium 100m2, 70

– 80 m2 diguanakan untuk ruang utama tempat praktikum. Ruang penyimpanan harus

dapat ditempati lemari yang akan digunakan untuk menyimpan alat-alat atau bahan.

Demikian juga ruang persiapan, harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan

penyiapan bahan-bahan atau alat-alat untuk percobaan. Contoh tata letak ruangan-ruangan

laboratorium beserta ukurannya dapat dilihat pada gambar berikut:

Contoh Design Standar Laboratorium

2.3 Pengelolaan dan Penggunaan Alat

Pengelolaan dan penggunaan peralatan Lab adalah merupakan hal yang harus diketahui

dengan pasti oleh setiap petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat

yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi :

o Siap untuk dipakai (Ready for use)

o Bersih

o Terkalibrasi

o Tidak rusak

o Beroperasi dengan baik

Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk (manual-operation), mana

tahu sesewaktu ada kerusakan kecil/atau kerusakan besar, maka buku manual ini akan dapat

dimanfaatkan oleh technician/technisi lab. Technisi Lab yang ada harus senantiasa berada di

tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan kemungkinan alat tidak beroperasi dengan

baik dapat terjadi. Bagi petugas Lab maupun tenaga skill yang ada. Dengan adanya

Manajemen Laboratorium yang baik akan tercipta pekerjaan yang mantap.

Beberapa peralatan Lab yang dimiliki kiranya dapat disusun secara teratur pada suatu

tempat tertentu/rak atau pada pelataran (bench) yang disediakan. Peralatan berfungsi untuk

melakukan suatu kegiatan pekerjaan, penelitian atau studi tertentu yang menghendaki adanya

bantuan peralatan. Karenanya alat-alat ini harus stand-by, sewaktu-waktu dapat dipakai

segera. Untuk itu alat-alat Lab harus dalam keadaan yang baik. Alat-alat ini disusun secara

teratur, sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kelompokkanlah alat-alat ini dalam

kelompok yang aman dan terkendali. Setelah habis dipakai kembali dibersihkan dan disusun

seperti semula.

Semua alat-alat ini sebaiknya diberi cover/penutup (misal plastik transparant), terutama

bag! alat-alat yang memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat

berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.

2.4 Teknik Standarisasi

Standarisasi Larutan

Cara menstandarkan larutan baku sekunder adalah sebagai berikut.

Siapkan alat-alat untuk melakukan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, kaca arloji,

corong pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, alas yang berwarna putih, tabung

reaksi, kertas isap, larutan indikator, larutan baku primer, dan larutan baku sekunder).

Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yang akan

digunakan. Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipet gondok dengan

larutan baku primer. Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat bantu yang

berhubungan dengan alat ukur tersebut, misalnya corong pendek dan gelas kimia kecil

berhubungan dengan buret jadi harus dibilas dengan larutan sekunder, sedangkan tabung

reaksi berhubungan dengan pipet gondok jadi harus dibilas dengan larutan baku primer.

Isi buret dengan larutan baku sekunder(NaOH) yang akan ditentukan konsentrasinya.

(perhatikan buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus benar-

benar tegak). Cara mengisi buret adalah tuangkan larutan baku sekunder dari gelas kimia

ke dalam buret melalui corong pendek sampai sedikit di atas batas tertentu. Buka kran

buret dan biarkan cairan mengalir beberapa saat sampai bagian bawah buret(bagian kran)

terisi penuh. (perhatikan bahwa semua bagian bawah dari ukuran buret harus terisi

penuh). Keringkan bagian atas buret kemudian tanda bataskan buret pada volume tertentu

misalnya 0 cm3

Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer misalnya 25 cm3 asam oksalat

0,1 M dengan cara menyedot larutan baku ini menggunakan pipet gondok. Perhatikan

cara memipet larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet, sedangkan jari

telunjuk dapat bergerak bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot

larutan ini sampai melewati tanda batas. Angkat pipet dengan cara ujung pipet ditutup

oleh jari telunjuk dan keringkan bagian luar pipet dengan kertas isap. Tanda bataskan

larutan dalam pipet dengan cara membuka ujung pipet yang ditutup telunjuk secara

perlahan-lahan. Setelah larutan berada pada tanda batas, ujung pipet ditutup kembali

dengan telunjuk dan pipet diangkat, lalu dipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan isi dari

pipet tadi ke Erlenmeyer dengan cara pipet berdiri tegak lurus dan erlenmeyer pada posisi

miring dengan sudut kemiringan 45 º. Tunggu sampai cairan semua berpindah dan

biarkan pipet berada pada posisi seperti semula selama 30 detik(perhatikan jangan sekali-

kali meniup pipet). Angkat pipet dan disimpan dalam tabung reaksi. Bilas pinggiran

Erlenmeyer dengan menggunakan botol semprot, lalu teteskan 3 tetes larutan

indikator(larutan fenolftalein).

Lakukan titrasi dengan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah buret, jangan lupa alas

untuk titrasi harus putih. Kran buret dipegang dengan tangan kiri dan Erlenmeyer

dipegang tangan kanan. Buka kran buret dan teteskan larutan baku sekunder, ke dalam

Erlenmeyer yang berisi larutan baku primer, sambil Erlenmeyer ini digoyangkan

berlawanan arah jarum jam. Amati terus penambahan larutan ini(jangan palingkan mata

Anda dari paduan alat yang sedang Anda pegang dan jangan hentikan goyangan pada

Erlenmeyer), sampai terjadi perubahan warna dari indikator dan tutup kran dengan

segera. Baca volume larutan baku sekunder pada buret. Dan catat pada bukuMisalnya

24,5cm3

Tuliskan data-data ini dalam tabel pengamatan dan berdasarkan data-data yang telah

dilakukan tentukan konsentrasi larutan baku sekunder.

2.5 Pengenalan Bahan dan Pembuatan Larutan Standar

a) Pengenalan Bahan

Untuk mengenali bahan-bahan kimia, dapat dilihat dari sifatnya yaitu:

1. Bahan kimia mudah terbakar.

Pelarut dan pereaksi

Bahan anorganik seperti

Gas

2. Bahan kimia pengoksidasi.

suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan

oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

3. Bahan kimia mudah meledak.

suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia

dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi,

sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.

4. Bahan radioaktif.

bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan

aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram. Suatu bahan kimia dapat

termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat

kimia yang lebih dari satu sifat

5. Bahan korosif dan penyebab korosi.

bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak

dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Menyebabkan cacat permanen pada jaringan

tubuh yang terkena bahan korosif. Bahan yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang

dapat menyebabkan imflamasi pada kulit.

6. Bahan beracun (toksik)

bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau

menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat

pernafasan atau kontak lewat kulit.

b) Pembuatan Larutan Baku (Larutan Standar)

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.

Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus

berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan

konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan

ditempatkan di erlenmeyer.

a. Larutan baku primer

Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui

secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk

menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung

melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi

tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.

Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer :

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-

120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak

dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-

permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)

Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan

bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi

karbondioksida.

Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan

tertentu.

Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang

besar.

Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.

Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.

b. Larutan baku sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena

berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan

pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.

Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2

Syarat-syarat larutan baku sekunder :

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan

Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun

pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain,

yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-

lain, yang berfungsi sebagai wadah dalam proses pembelajaran. Tujuan dari laboratorium

sendiri yaitu keterampilan kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan psikomotorik.

Pada dasarnya pengelola laboratorium merupakan tanggung jawab bersama milik

pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki

kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur memelihara, dan mengusahakan

keselamatan kerja. Pengelolaan dan penggunaan peralatan Lab merupakan hal yang harus

diketahui dengan pasti oleh setiap petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut.

Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi siap untuk

dipakai(Ready for use), bersih, berkalibrasi, tidak rusak, beroperasi dengan baik.

Di dalam laboratorium terdapat bahan-bahan kimia, dan untuk mengenalinya kita dapat

melihat dari sifat-sifatnya yaitu bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia

pengoksidasi, bahan kimia mudah meledak, bahan radioaktif, bahan korosif dan penyebab

korosii, dan bahan beracun(toksik). Jika kita memperhatikan dengan baik sifat-sifat dari

bahan-bahan tersebut maka kecelakaan saat melakukan praktikum dapat diminimalisir.

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.

Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus

berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.

B. Saran

Sebagai pengelola dan pengguna laboratorium, kita wajib menjaga dan merawat

laboratorium itu sendiri agar semua kegiatan di dalam laboratorium dapat berjalan dengan

lancar.

DAFTAR PUSTAKA