Pengaruh VCO terhadap hitung jenis leukosit, kadar glukosa ...
Laporan pendahuluan VCO
Transcript of Laporan pendahuluan VCO
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM TEKNIK BIOPROSES
IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Sendry Febrizky
NIM : 03101403053
Kelompok : II (Dua)
Waktu Praktikum : Kamis pagi / 11 April 2013
I. NAMA PERCOBAAN : Pembuatan VCO
II. TUJUAN PERCOBAAN :
1) Dapat mengetahui cara pembuatan VCO dan dipasarkan
secara komersil
2) Dapat mengetahui manfaat enzim dalam pembuatan VCO
3) Dapat mengetahui multifungsi dari VCO
III. DASAR TEORI
Minyak kelapa murni (dalam Inggris virgin coconut oil)
adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapa
segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa
pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia dan RDB.
Minyak kelapa murni diproses dari pengolahan kelapa
segar melalui pembuatan santan dengan pemanasan
bertahap. Metode ini merupakan cara pengolahan
sederhana yang hanya memodifikasi sebagian dari
pengolahan minyak kelapa secara tradisional. Oleh
karena itu metode ini dapat dilakukan pada tingkat
petani, karena alat yang digunakan juga sederhana.
Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa bermutu tinggi
dengan kadar air rendah 0,02-0,03%, kadar asam lemak
bebas 0,02%, tidak berwarna (bening), berbau harum, dan
berdaya simpan 6-8 bulan. Minyak kelapa murni merupakan
produk alami yang sangat bermanfaat untuk gizi,
kesehatan, dan perawatan kecantikan.
Pengolahan minyak kelapa murni sebagai berikut krim
dipanaskan sampai mendidih pada suhu 90-100oC. Setelah
minyak agak masak, ditandai dengan terpisahnya blondo
dan minyak (blondo masih berwarna putih), bahan yang
dimasak didinginkan lalu disaring sehingga diperoleh
minyak yang belum masak. Minyak yang belum masak
dipanaskan pada suhu pemanasan sama dengan pemanasan
krim. Pada tahap ini dilakukan sampai diperoleh
minyak yang agak bening dan jika masih terdapat blondo
warnanya harus coklat muda. Selanjutnya minyak
didinginkan dan disaring menggunakan kertas saring.
Produk akhir yang diperoleh adalah minyak kelapa murni.
Gambar 1. Kelapa Sebagai Bahan Baku VCO
Penyulingan minyak kelapa seperti di atas berakibat
kandungan senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan
tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan
utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik, anti
bakteri dan jamur. Minyak kelapa murni, atau lebih
dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO), adalah modifikasi
proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan
produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang
rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai
daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan.
Pembuatan minyak kelapa murni ini memiliki banyak
keunggulan, yaitu:
1) Tidak membutuhkan biaya yang mahal, karena bahan
baku mudah didapat dengan harga yang murah
2) Pengolahan yang sederhana dan tidak terlalu rumit,
serta
3) Penggunaan energi yang minimal, karena tidak
menggunakan bahan bakar, sehingga
4) Kandungan kimia dan nutrisinya tetap terjaga
terutama asam lemak dalam minyak.
Jika dibandingkan dengan minyak kelapa biasa, atau
sering disebut dengan minyak goreng (minyak kelapa
kopra), minyak kelapa murni mempunyai kualitas yang
lebih baik. Minyak kelapa kopra akan berwarna kuning
kecoklatan, berbau tidak harum, dan mudah tengik,
sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang
dari dua bulan). Dari segi ekonomi, minyak kelapa murni
mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak
kelapa kopra, sehingga studi pembuatan VCO perlu
dikembangkan.
1. Pemanfaatan minyak kelapa sebagai bahan bakarMinyak kelapa dapat dimanfaatkan secara langsung
menjadi bahan bakar selayaknya solar. Minyak kelapa
memiliki kekentalan 50-60 centistokes, sedangkan solar 5
centistokes. Pada suhu antara 80-90 derajat celcius,
minyak kelapa memiliki kekentalan yang setara dengan
solar. Salah satu inovasi yang dikembang Departemen
Teknik Pertanian IPB yaitu dengan memanfaatkan suhu
knalpot untuk mengubah kekentalan minyak kelapa agar
sama dengan solar. Gas buang knalpot memiliki
temperatur 350-360 derajat celcius sehingga diperlukan
koil pendingin untuk menurunkan temperatur knalpot.
Kemudian minyak kelapa melalui sebuah selang dialirkan
melalui knalpot sebelum menuju ke ruang pembakaran
mesin diesel.
Cara seperti ini tentunya lebih murah dibandingkan
dengan memanfaatkan kokodiesel, yaitu minyak kelapa
yang telah melalui proses industri untuk diubah menjadi
biodiesel. Harga kokodiesel saat ini berkisar Rp.
10.000 per liter, sedangkan minyak kelapa yang tidak
melalui proses pengolahan bisa jauh lebih murah. Selain
itu, kelapa merupakan tanaman yang umum tumbuh di
daerah pesisir, menjadikannya sumber bahan bakar yang
potensial bagi nelayan setempat yang cenderung
mengalami kesulitan bahan bakar, baik masalah harga
maupun ketersediannya. Minyak kelapa yang dimanfaatkan
adalah minyak kelapa yang telah melalui proses
pemanasan guna menghilangkan asam lemak bebasnya
menghasilkan minyak kelapa murni yang jernih, beraroma
wangi, dan tahan lama hanya memerlukan sedikit
pengalaman. Pada dasarnya pembuatan minyak kelapa murni
dilakukan dengan tiga cara seperti berikut :
1. Pemanasan
Proses pembuatan VCO dengan pemanasan hampir sama
dengan cara membuat minyak kelapa secara tradisional.
Pertama, kelapa dibuat santan dengan mencampurkan 1 kg
parutan kelapa dengan 2 liter air. Santan tersebut
kemudian didiamkan selama lebih kurang 12 jam. Setelah
didiamkan, santan akan terbagi menjadi tiga lapisan.
Lapisan pertama disebut krim (kanil—Jawa), lapisan
kedua skim yang berupa protein, dan lapisan ketiga
berupa air.
Lapisan paling atas yang berupa krim diambil dengan
cara disendok supaya tidak bercampur dengan larutan
lapis kedua. Pengambilan krim juga bisa dilakukan
dengan menyedotnya menggunakan selang kecil.
Selanjutnya krim tersebut dipanaskan supaya terbentuk
minyak. Berikut ini proses pemanasan krim sampai
menjadi minyak kelapa murni. Masukkan krim ke dalam
wajan yang sudah mulai dipanaskan. Lebih baik
menggunakan wajan anti lengket agar mudah dalam
membersihkannya.
Wajan yang digunakan untuk memasak krim sebaiknya
tidak digunakan untuk memasak masakan lain supaya aroma
minyak yang dibuat tidak terpengaruh. Gunakan api kecil
dan aduk krim perlahan-lahan supaya tidak hangus dan
blondo tidak menjadi berwarna kecoklatan. Hentikan
pemanasan jika telah terjadi pemisahan blondo dengan
minyak. Selanjutnya angkat dan dingikan. Saring blondo
dari minyak. Pres blondo agar semua minyak keluar.
Semua minyak yang diperoleh ini masih merupakan minyak
mentah. Panaskan kembali minyak hingga didapat minyak
yang lebih jernih.
Jika di dalam minyak masih terdapat blondo,
usahakan tetap berwarna cokelat muda dan tidak hangus.
Saring minyak dengan kertas penyaring untuk mendapatkan
minyak yang jernih. Selain dengan penyaringan, minyak
kelapa juga bisa diendapkan beberapa lama sehingga
diperoleh minyak bening di bagian atas. Dengan cara
ini, untuk mendapatkan 1 liter minyak, membutuhkan 10-
15 butir kelapa.
2. Fermentasi
Dengan pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi,
krim yang didapat dicampurkan dengan enzim untuk
memecahkan emulsi. Enzim yang bisa digunakan di
antaranya enzim mikroba atau ragi dari saccharomyces
cerevisae. Bisa juga menggunakan enzim pemecah emulsi
lainnya, seperti poligalaktruronase, amilase, atau pektinase.
Berikut ini langkah-langkah membuat minyak kelapa
dengan fermentasi :
a. Krim yang diperoleh dari santan dicampur dengan
enzim pemecah emulsi yang berupa cuka nira dengan
perbandingan 2 sendok makan cuka nira untuk 1 liter
krim santan. Campuran diaduk sampai merata dan
difermentasi selama 10-14 jam. Biarkan larutan krim
terfermentasi 1-2 hari.
b. Fermentasi dikatakan berhasil jika diperoleh tiga
lapisan dalam krim yang difermentasi yakni minyak,
blondo, dan air. Pisahkan lapisan minyak secara hati-
hati menggunakan gayung atau selang kecil. Panaskan
kembali minyak tersebut dengan suhu sekitar 60° C
hingga minyak murni berwarna jernih dan beraroma khas.
3. Minyak Pancingan
Dengan teknik pemancingan, molekul minyak dalam
santan ditarik oleh minyak pancing sampai akhirnya
menjadi minyak semuanya. Tarikan itu akan mengubah air
dan protein yang sebelumnya terikat dengan molekul
santan menjadi terputus. Teknik ini pada dasarnya
mengubah bentuk emulsi minyak-air menjadi minyak-
minyak.
Berikut ini langkah pembuatan minyak kelapa murni
dengan cara pancingan :
Pilih 10-15 butir kelapa yang sudah tua untuk
memperoleh 1 liter minyak perawan. Kelapa diparut,
dicampur air sebanyak 6 liter, dan diperas hingga
diperoleh santan. Santan tersebut didiamkan selama
lebih kurang 1 jam sehingga krimnya terpisah dengan
skim dan air. Kumpulkan krimnya dan buang airnya. Dari
10-15 butir kelapa biasanya akan diperoleh 3 liter
krim. Krim yang terbentuk dicampur dengan minyak
pancingan berupa minyak kelapa murni yang sudah jadi.
Perbandingan minyak pancing dan krimnya adalah 1 : 3.
Aduk-aduk hingga butiran minyak menjadi kecil-kecil dan
merata. Selanjutnya diamkan selama lebih kurang 8 jam
hingga terbentuk 3 lapisan, yaitu minyak perawan,
blondo, dan paling bawah air. Pisahkan minyak murni
dengan sendok sayur ke wadah lain untuk difilterisasi
atau proses penyaringan. Jika setelah disaring aromanya
masih tetap berbau kurang sedap, berarti proses
penyaringan tersebut belum bersih benar.
4. Metode Basah
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan
tidak lagi digunakan untuk tujuan komersil. Kelapa
dipilih yang tua, daging buah dipisahkan dari
tempurung, diparut, diperas hingga menjadi santan.
Santan didiamkan dan diambil bagian kentalnya kemudian
digoreng dengan api kecil untuk menguapkan airnya.
Kemudian bagian padat dan cair dipisahkan dengan cara
disaring, yang padatnya dapat dibuang dan cair yang
menjadi produk yang diinginkan.
5. Metode Penambahan Enzim
Dibuat dengan menggerus dengan sejenis ketam sawah
dan diambil airnya. Bagian kental dari santan kelapa
ditambahkan dengan cairan perasan ketam (enzim) dan
diaduk hingga merata. Kemudian didinginkan selama tiga
jam hingga menghasilkan lapisan minyak dan lapisan
padat tipis lainnya.
6. Metode Dingin dan Segar
Kelapa didiamkan selama 2 minggu sampai 1 bulan
agar terbentuk enzim pembentuk minyak dan nantinya
memisahkan minyak dari bagian kasar dan padat. Setelah
didiamkan, kelapa diparut dan diperas tanpa tambahan
air terlebih dahulu. Hasil perasan didiamkan selama 3-5
jam sehingga terbentuk lapisan minyak.
7. Metode Kering
Dilakukan dengan cara penyaringan atau pemisahan
minyak dari bungkil (penyaringan sentrifugal).
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran
kurang lebih sebesar kepala manusia. Buah terdiri dari
sabut, tempurung, daging buah dan air buah. Santan
kelapa dapat dijadikan bahan pengganti susu atau
minyak. Selain itu, dari daging kelapa dapat diisolasi
komponen rafinosa, sukrosa, fruktosa, galaktosa dan glukosa.
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak
digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena
kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan
dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidak
jenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan Iod (Iodine
value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam
golongan non drying oils, karena bilangan Iod minyak
tersebut berkisar antara 7,5-10,5.
Warna coklat pada minyak yang mengandung protein
dan karbohidrat bukan disebabkan oleh zat warna
alamiah, tetapi oleh reaksi browning. Warna ini
merupakan hasil reaksi dari senyawa karbonil (berasal
dari pemecahan peroksida) dengan asam amino dari
protein, dan terjadi terutama pada suhu tinggi. Warna
pada minyak kelapa disebabkan oleh warna dan kotoran-
kotoran lainnya. Zat warna alamiah yang terdapat pada
minyak kelapa adalah karoten yang merupakan hidrokarbon
tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi
Ciri-ciri minyak yang mempunyai kualitas yang bagus :
a. Dibuat dari kelapa segar, bukan dari kelapa kering
atau kopra
b. Dibuat dari kelapa yang bukan dari jenis hibrida
c. Diolah tanpa bahan-bahan kimia
d. Dibuat dengan suhu rendah (di bawah 60oC)
e. Tidak melalui proses hidrogenisasi
Minyak terdiri dari asam lemak dimana asam lemak
ini terbagi menjadi dua golongan yaitu asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh. Faktor utama yang
membedakan keduanya adalah ikatan kimianya. Asam lemak
jenuh menunjukkan ikatan kimia yang lebih stabil
dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh berdasarkan
jumlah atom yang terikat. Keadaan struktur kimia yang
stabil inilah yang menyebabkan asam lemak jenuh sukar
dioksidasi dinadingkan asam
lemak tak jenuh.
Minyak kelapa pada umumnya dibagi menjadi dua
kategori utama, yakni RBD (Refined, Bleached, and Deodorised)
dan Virgin. Pembagian ini didasarkan pada proses
pembuatannya. RBD terbuat dari kopra atau daging kelapa
kering sedangkan Virgin terbuat dari daging kelapa segar
yang dikenal dengan sebutan Virgin Coconut Oil.
Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) merupakan
minyak kelapa dengan kualitas tinggi karena tidak
mengandung kolesterol, kadar air dan asam lemak bebas
kecil, serta kandungan asam laurat cukup tinggi
(sekitar 53%). Asam laurat adalah asam lemak jenuh
rantai sedang, apabila dikonsumsi oleh tubuh akan
segera terbakar sehingga menghasilkan energi dan dapat
menciptakan kenetralan terhadap kolesterol.
Bentuk ubahan asam lemak dalam tubuh yang berupa
monolaurin mempunyai sifat anti virus, anti bakteri dan
anti jamur. Oleh karena itu minyak kelapa murni sangat
bermanfaat bagi kesehatan dan keelokan tubuh. Penyakit
kanker, aids, jantung, diabetes, dan obesitas dapat
diatasi dengan menkonsumsi minyak kelapa murni.
Sehubungan dengan manfaat yang sangat banyak, minyak
kelapa murni dapat digunakan dalam industri farmasi,
kosmetika, susu formula, dan minyak goreng berkualitas
tinggi. Sementara ini di Indonesia, minyak kelapa murni
telah dimanfaatkan dalam pembuatan sampo, deterjen,
minyak gosok,
minyak telon dll.
VCO adalah minyak kelapa yang diproses dari kelapa
segar dengan atau tanpa pemanasan dan tidak melalui
pemurnian dengan bahan kimia. Dibandingkan dengan
minyak kelapa yang diolah secara tradisional, VCO
memiliki keunggulan, yaitu kadar air dan asam lemak
bebas rendah, tidak berwarna (bening), beraroma harum,
dan daya simpan lebih lama. Dalam perkembangannya VCO
telah dimanfaatkan sebagai bahan baku farmasi,
kosmetik, dan pangan.
Saat ini telah berkembang pengolahan VCO tanpa
pemanasan dengan menggunakan minyak pancing sebagai
starter. Dengan cara ini harus disediakan dahulu minyak
pancing. Petani yang baru pertama kali mengolah VCO
biasanya sulit memperoleh minyak pancing. Oleh karena
itu, perlu dicari cara lain yang lebih mudah untuk
memecahkan emulsi santan/krim melalui proses fermentasi
tanpa menggunakan minyak pancing.
Ragi tape yang biasanya digunakan dalam pembuatan
tape, berpeluang digunakan dalam pengolahan VCO karena
ragi tape mengandung mikroflora seperti khamir yang
dapat menghasilkan lipase untuk memecah emulsi santan.
Dengan demikian, selama proses fermentasi akan terjadi
pemutusan ikatan kimia. Percobaan ini bertujuan untuk
mempelajari teknik pembuatan VCO dengan menggunakan
ragi tape.
Manfaat dari VCO diantaranya adalah meningkatkan
daya tahan terhadap penyakit serta mempercepat proses
penyembuhan. Manfaat tersebut ditimbulkan dari
peningkatan metabolisme dari penembahan energi yang
dihasilkan, sehingga mengakibatkan sel-sel dalam tubuh
bekerja lebih efisien. Mereka membentuk sel-sel baru
serta mengganti sel-sel yang rusak dengan lebih cepat.
VCO di dalam tubuh menghasilkan energi saja tidak
seperti minyak sayur yang berakhir di dalam tubuh
sebagai energi, kolesterol, dan lemak.
VCO merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari
kelapa tua segar sebagai bahan baku dan diproses tanpa
pemanasan atau dengan pemanasan terbatas, bergizi
tinggi dan mengandung 50-53% asam laurat. Diproses
dengan meniru cara alam sehingga tidak merusak
kandungan essensial dari lemak kelapa. Proses yang
tidak melibatkan pemanasan bukan hanya menghasilkan
lemak –lemak rantai sedang tetapi juga dapat menjamin
keberadaan vitamin E dan enzim-enzim yang terkandung
dalam buah kelapa. VCO bersifat natural, tanpa bahan
pengawet, warna minyak sejernih air, beraroma khas
kelapa dan telah diujilabkan dan bisa dikonsumsi
langsung atau dioleskan.
Komposisi kimia dari VCO adalah:
1) Asam laurat
2) Asam miristat
3) Asam palmitat
4) Asam kapriat
5) Asam oleat
6) Asam stearat
7) Asam linoleat
8) Kadar air
9) Asam lemak bebas
10) Bilangan Iod 6,82 Iod/100g
VCO merupakan jenis minyak yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Hal ini didasarkan pada penelitian
bahwa VCO tidak menimbulkan gangguan pada tubuh
manusia. Khasiat yang bisa didapatkan dengan
mengkonsumsi VCO adalah:
1) Mengurangi resiko atherosclerosis (sakit jantung)
2) Menghancurkan virus hepatitis C, HIV, dan herpes.
3) Meningkatkan fungsi kekebalan
4) Meningkatkan stamina tubuh
5) Membantu mengendalikan diabetes
6) Melancarkan pencernaan dan penyerapan nutrisi
7) Membantu penyembuhan kanker kelenjar prostate
8) Menyuburkan rambut
9) Mengatasi gejala kelelahan kronis
10) Mencegah osteoporosis
11) Mencegah penuaan dini
12) Mencegah kegemukan
13) Mengatasi gangguan liver
14) Sebagai antioksidan
Proses penjernihan dilakukan untuk memperoleh VCO
dengan kualitas yang lebih bauk. Penjernihan dapat
dilakukan dengan beberapa metode, salah satu
diantaranya adalah dengan cara penyaringan biasa. Yaitu
dengan cara menyaring dengan menggunakan kertas saring
sehingga nantinya akan diperoleh minyak yang lebih
jernih. Sebelum disaring sebaiknya minyak didiamkan
terlebih dahulu dengan maksud untuk pengendapan. Dengan
pengendapan terlebih dahulu, penyaringan bisa lebih
cepat dan mudah. Karena partikel yang lebih besar sudah
dapat dipisahkan, yang tidak bisa dipisahkan dengan
pengendapan baru dilakukan penyaringan. Pengendapan
juga dimaksudkan untuk memisahkan air dan minyak.
Penyaringan juga dapat dilakukan sampai beberapa
tingkat, tergantung tingkat kejernihan yang diinginkan.
Kertas saring, kapas, kain atau kasa baja stainless
steel dan sebagainya dapat digunakan. Tentunya bahan
saringan harus bersih dan sehat.
VCO akan lebih awet apabila kadar air yang
dikandungnya makin rendah. Kandungan air dikurangi
yaitu pada saat penyaringan, air diserap lebih dahulu
oleh kertas saring kemudian diuapkan.Untuk mengetes
kadar air memang sulit kalau tanpa alat. Cara yang
sederhana ialah dengan memanaskan minyak sampai
mendidih, apabila minyak tidak meletik tandanya minyak
bebas air. Sebaliknya minyak yang belum disaring
apabila dipanaskan sampai titik didih maka akan meletik
dan meletup yang menandakan bahwa kadar airnya masih
tinggi.
Secara sederhana ada dua cara untuk menghasilkan
minyak kelapa murni, proses tersebut adalah proses
panas dan dingin. Secara tradisional, masyarakat
membuat minyak kelapa dari santan yang dipanaskan.
Hasilnya adalah ampas kelapa, blendo atau blondo, dan
minyak goreng. Kalau pemanasan santan ini dilakukan
secara terbatas dengan suhu 60-80oC, hasil minyaknya
akan berwarna kuning tua atau kecokelatan. Ini
merupakan minyak goreng biasa yang tidak bisa
dikategorikan sebagai minyak kelapa murni.
Adapun proses dingin itu dengan cara fermentasi.
Caranya, parutan kelapa diberi ragi air ketam sawah
(yuyu) sebagai biang atau starter. Pada proses
selanjutnya, biang ini bisa menggunakan adonan yang
telah terfermentasi atau minyak kelapa murni hasil
fermentasi yang sudah jadi. Adonan yang telah diberi
biang disimpan selama semalam agar terjadi proses
fermentasi. Paginya, adonan yang telah lunak dijemur
antara dua hingga tiga hari penuh. VCO yang benar-benar
bermutu tinggi dihasilkan dari proses fermentasi dengan
enzim poligalakturonase, alfa amylase, protease, atau pektinase.
Selain penggunaan enzim, fermentasi juga bisa dilakukan
dengan bantuan saccharomyces cereviseae.
VCO ini juga dapat diolah dengan teknologi
pengepresan semi basah yang merupakan alternatif
teknologi tepat guna yang dapat diterapkan dalam skala
kecil. Peralatan utamanya mesin parut, pengering, jack
press, pencuci, pemanas vacuum dan filter press.
Keunggulan teknologi pengepresan semi basah :
1) Minyak yang dihasilkan tidak mengalami pemurnian
secara kimiawi, termasuk kategori minyak bumi.
2) Minyak yang dihasilkan dapat digunakan untuk
terapi kesehatan, kosmetik, dan aroma terapi.
3) Bungkilnya dapat dijadikan kelapa parut kering
berlemak rendah sebagai bahan baku kue atau pakan.
4) Semua peralatan dapat dibuat di dalam negeri
IV. Alat dan bahan
4.1. Alat :
1) Beker gelas / erlemeyer
2) Inkubator
3) Pengaduk
4.2. Bahan :
1) Enzim papain/bromelin
2) Santan 200 ml
V. Prosedur Percobaan
Buat larutan enzim (5 gram, 10 gram, 15 gram) dan
masukkan ke dalam santan sambil diaduk secara perlahan.
Kemudian diamkan dan masukkan ke dalam inkubator selama
24 jam. Sehingga santan mengeluarkan minyaknya. Amati
perubahan yang terjadi.
VI. HASIL PENGAMATAN
Variabel
Pembeda
10 Menit Kemudian 1 Hari Kemudian
Santan
kelapa
ditambah
enzim
papain
( 10
gram )
Putih keruh Terbentuk 2 fase
yaitu diatas fase
berupa VCO sedangkan
yang dibawah berupa
santan dan air. VCO
yang terbentuk
sedikit. Dan diatas
VCO terdapat ampas
atau sisa-sisa santan
yang tidak bereaksi,
serta didasar juga
terdapat kotoran
Santan
kelapa
ditambah
enzim
papain
( 15
gram )
Putih keruh Terbentuk 2 fase
yaitu diatas fase
berupa VCO sedangkan
yang dibawah berupa
santan dan air. VCO
yang terbentuk lebih
banyak dibandingkan
dengan penambahan
enzim papain 10 gram.
masih terdapat ampas
atau sisa-sisa santan
yang tidak bereaksi.
Santan
kelapa
ditambah 3
sendok
jeruk
nipis
Putih keruh dengan
ada perbedaan fase
dibawah
Terbentuk 3 fase
yaitu diatas fase
berupa VCO sedangkan
yang dibawah berupa
santan dan air. VCO
yang terbentuk lebih
banyak dibandingkan
dengan penambahan
enzim papain 10 gram
dan 15 gram. Namun,
terdapat ampas atau
sisa-sisa santan yang
tidak bereaksi lebih
banyak dibandingkan
pada penambahan enzim
papain 10 gram.
VII. PEMBAHASAN
Praktikum pada tanggal 11 April 2013 ini merupakan
pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) yang berbahan dasar
santan murni tanpa melakukan proses pemerasan, santan
kelapa yang digunakan harus berasal dari kelapa yang
segar dan tidak ditambah dengan air, karena akan
mempengaruhi dalam proses pembuatan Virgin Coconut Oil
(VCO) itu sendiri. Santan kelapa yang kami gunakan
sebanyak 600 ml yang dimasukkan ke dalam 3 erlemeyer,
dan tiap erlemeyernya berisikan 200 ml santan kelapa.
Proses pembuatan VCO memiliki banyak metode, baik
dengan pemansan ataupun tanpa pemanasan, dengan cara
fermentasi ataupun dengan penambahan enzim. Proses yang
tidak melibatkan pemanasan bukan hanya menghasilkan
lemak-lemak rantai sedang tetapi juga dapat menjaga
keberadaan vitamin E dan enzim-enzim yang terkandung
dalam buah kelapa. VCO bersifat natural, tanpa bahan
pengawet, warna minyak sejernih air, beraroma khas
kelapa dan telah diuji di laboraturium dan bisa
dikonsumsi lansung serta dioleskan. VCO ini juga dapat
diperoleh dengan teknologi pengepresan semi basah yang
merupakan alternatif teknologi.
Dalam pembuatan VCO ini, kami menggunakan enzim
papain dan perasan air jeruk nipis sebagai bahan
pembuatan untuk menghasilkan VCO. Penambahan enzim
papain yang kami gunakan sebanyak 10 gr, 15 gr dan 3
sendok makan air jeruk nipis. Pada Pembuatan virgin
coconut oil ini dilakukan dengan kondisi yang steril,
maka alat–alat yang digunakan dimasukkan ke dalam alat
autoklaf selama 15 menit supaya alat–alat yang kami
gunakan steril untuk menghasilkan VCO yang diinginkan.
Setelah alat–alat tersebut steril, kami baru memasukan
bahan utama yaitu santan kelapa kedalam erlenmeyer
dengan tambahan enzim papain dan air jeruk nipis.
Pada saat penambahan enzim papain, santan menjadi
berwarna putih keruh, pada penambahan enzim papain
dengan berat 10 gr belum terjadinya endapan.
Selanjutnya, pada penambahan enzim papain dengan berat
15 gr barulah menghasilkan endapan dan pada penambahan
perasan air jeruk nipis dengan 3 sendok makan
menghasilkan adanya 2 lapisan endapan, setelah santan
dan enzim dicampur rata kemudian diaduk dengan batang
pengaduk, lalu campuran tersebut ditutup dengan gabus
kemudian diinkubasi di lemari inkubator. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi dari
lingkungan luar sehingga enzim dapat bekerja dan minyak
yang dihasilkan masih steril. Selain itu, inkubasi
dilakukan pada suhu 40 oC karena enzim akan bekerja
secara lebih optimal pada suhu ini.
Dalam mendapatkan kandungan VCO dilakukan proses
inkubasi selama 24 jam dalam inkubator, di sini
diharapkan enzim papain dan air jeruk nipis dapat
memecah ikatan peptida menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Dari proses pemecahan ikatan tersebut akan
diperoleh kandungan minyak kelapa murni yang dikenal
dengan istilah Virgin Coconut Oil (VCO). Setelah 24 jam,
dihasilkan sejumlah minyak dan endapan (blondo).
Pencampuran antara santan dan enzim papain beserta
perasan air jeruk nipis dilakukan agar enzim dan air
jeruk nipis yang diberikan merata di seluruh bagian
santan sehingga proses ekstraksi oleh enzim dapat
berlangsung lebih baik.
Terdapat tiga lapisan yang terbentuk dalam VCO ini
karena adanya reaksi antara santan dan enzim papain
pada penambahan enzim papain dengan berat 20 gram. Pada
lapisan paling bawah, terdapat air yang mempunyai
densitas yang paling berat, air ini berasal dari santan
yang masih terkandung air, kemudian pada lapisan tengah
terdapatlah lapisan putih keruh. Di bagian atas
terdapat blondo atau padatan, blondo yang merupakan
pengotor dalam bentuk campuran zat padat dan ada
sedikit kandungan VCO, padahal endapan ini memiliki
massa yang paling berat, namun karena ketidakmampuannya
dalam menembus pori-pori VCO yang terbentuk maka
endapan ini terdapat pada lapisan atas.
Kesimpulan yang kami dapatkan bahwa pembuatan VCO
ini memerlukan santan yang benar-benar murni dan masih
dalam kondisi yang bagus, jangan sampai santan menginap
dirumah dengan menyimpannya di frezeer atau dibekukan
karena ini akan merusak rantai penyusun santannya,
sehingga hasil VCO yang didapatkan tidak akan murni
seperti yang diinginkan. Pada percobaan kami ini dapat
dikatakan bahwa VCO yang berbahan dasar santan dengan
enzim papain kurang berhasil karena tidak terdapat
perbedaan fase, kemudian fisik santan juga keruh dan
tidak terbentuk minyak (blondo), sedangkan pada santan
dengan perasan jeruk nipis dapat dikatakan berhasil
karena terdapatnya lapisan minyak (blondo) kemudian
terbentuk 3 fase.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
1. Pembuatan VCO ini bertujuan untuk mendapatkan
minyak kelapa murni yang diinginkan.
2. Semakin besar konsentrasi enzim papain atau
semakin banyak enzim papain yang digunakan maka VCO
yang terbentuk akan semakin banyak.
3. VCO diproses dengan meniru cara alam sehingga
tidak merusak kandungan essensial dari lemak kelapa.
4. VCO merupakan minyak kelapa murni yang
terbuat dari kelapa tua segar sebagai bahan baku dan
diproses tanpa pemanasan atau dengan pemanasan
terbatas, bergizi tinggi dan mengandung 50-53% asam
laurat.
5. Hasil VCO yang didapatkan bahwa hasil santan
dengan kandungan jeruk nipis 3 sendok inilah yang
berhasil membentuk lapisan minyak (blondo) dan
membentuk 3 fase.
8.2. Saran
1. Sebaiknya enzim papain yang digunakan
berkonsentrasi tinggi sehingga VCO yang dihasilkan
lebih banyak.
2. Dianjurkan santan kelapa diambil dari buah kelapa
kopro yang segar.
3.Dianjurkan santan kelapa tersebut tidak perlu
dipanaskan.
4. Dianjurkan santan kelapa jangan sampai menginap,
harus santan yang benar-benar baru di parut.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim(1). 2009. Minyak Kelapa.
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kelapa diakses
pada tanggal 14 April 2013 Pukul 22.42.
Anonim(2). 2011. Teknologi Pasca Panen Kelapa Murni.
http://balitka. litbang. deptan.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=119:minyak-
kelapa-murnivco&catid=46:paket-teknologi-pasca-
panen&Itemid=80 diakses pada tanggal 14 April 2013
Pukul 22.53.
Collins,C.H dan Lyne, M.P. 1985. Microbiological Methods.
Edisi 5. British: Butterworths.
Dahlan,M.Hatta. 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Bioproses.
Inderalaya : Universitas Sriwijaya.
Prawirahartono, S. 1991. Pelajaran SMA Biologi . Jakarta :
Erlangga.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2003. Biologi 2000. Jakarta :
Erlangga.
Volk dan Wheeler . 1993. Mikrobiologi Dasar I . Jakarta :
Erlangga.