1 PENDAHULUAN

15
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dengan tipe daerah tropis yang dilewati oleh garis katulistiwa sehingga curah hujan di Indonesia cukup tinggi yang pastinya memiliki cadangan air bersih yang melimpah. Namun tidak semua daerah Indonesia memiliki cadangan air bersih yang melimpah sehingga masih ada daerah yang susah mendapatkan air bersih, seperti daerah Gunung Kidul Yogyakarta yang tidak memiliki sumber air yang mencukupi. Setiap tahunnya mereka kesusahan untuk mendapatkan air bersih. Dan pada puncaknya ketika musim kemarau tiba. Mereka hanya memiliki danau kecil yang pada musim kemarau akan mengering. Pohon yang ada di sana juga tidak sesubur pohon- pohon pegunungan yang lain. Struktur tanah yang berongga dan memiliki sifat kapur mengakibatkan air yang tertampung di telaga cepat habis. Hal ini mengakibatkan masyarakat yang tinggal di pegunungan sulit mendapatkan air bersih. Ketika kemarau tiba, kebanyakan mereka mengambil air dengan berjalan kaki menuju sumber air yang nyatanya sangat jauh dengan rumah tinggalnya. Mereka yang setiap hari berjalan menempuh perjalanan yang jauh hanya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal air merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Sehingga kekeringan yang terjadi membuat suatu masalah yang serius yang harus segera untuk ditanggulangi. Belum lama ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Surat Keputusan No.309/Kep/2012 tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan. Sebanyak 20 titik sumber air di seluruh Gunungkidul akan didayagunakan untuk mengatasi persoalan kesulitan air bersih yang melanda kabupaten ini dari tahun ke tahun pada musim kemarau.Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan, pendayagunaan 20 sumber air itu menggunakan anggaran sebesar Rp.4 miliar dari APBN. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.6/2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Gunung kidul tahun 2010-2030, Gunungkidul memiliki 12 kawasan yang berpotensi mengalami kekeringan. Sebagian besar kawasan itu terletak di Selatan Gunungkidul. Kawasan itu adalah Kecamatan Purwosari, Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Girisubo, Rongkop, Semanu dan sebagian Kecamatan Wonosari, Patuk dan Gedangsari. Tidak semua kecamatan yang tercantum dalam Perda itu mendapat penyaluran air dari pemerintah. Di Gunung Kidul Yogyakarta telah dibangun megaproyek pengangkatan air sungai bawah tanah Bribin. Namun, meskipun sudah ada megaproyek itu, wilayah Semanu masih mendapat penyaluran air dari pemerintah. Tahun ini Kecamatan Semanu masih digelontor anggaran Rp55 juta untuk penanganan kekeringan berupa pengiriman air bersih untuk warganya di tiga desa prioritas yakni Dadapayu, Pacarejo, dan Candirejo. Tujuan Karya tulis ini bertujuan sebagai konsep masterplan untuk menanggulangi permasalahan kekeringan yang ada di daerah gunung kidul Yogyakarta dengan

Transcript of 1 PENDAHULUAN

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang dengan tipe daerah tropis yang dilewati

oleh garis katulistiwa sehingga curah hujan di Indonesia cukup tinggi yang

pastinya memiliki cadangan air bersih yang melimpah. Namun tidak semua daerah

Indonesia memiliki cadangan air bersih yang melimpah sehingga masih ada

daerah yang susah mendapatkan air bersih, seperti daerah Gunung Kidul

Yogyakarta yang tidak memiliki sumber air yang mencukupi. Setiap tahunnya

mereka kesusahan untuk mendapatkan air bersih. Dan pada puncaknya ketika

musim kemarau tiba. Mereka hanya memiliki danau kecil yang pada musim

kemarau akan mengering. Pohon yang ada di sana juga tidak sesubur pohon-

pohon pegunungan yang lain. Struktur tanah yang berongga dan memiliki sifat

kapur mengakibatkan air yang tertampung di telaga cepat habis.

Hal ini mengakibatkan masyarakat yang tinggal di pegunungan sulit

mendapatkan air bersih. Ketika kemarau tiba, kebanyakan mereka mengambil air

dengan berjalan kaki menuju sumber air yang nyatanya sangat jauh dengan rumah

tinggalnya. Mereka yang setiap hari berjalan menempuh perjalanan yang jauh

hanya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal air merupakan kebutuhan

pokok yang harus dipenuhi untuk kelangsungan kehidupan makhluk hidup.

Sehingga kekeringan yang terjadi membuat suatu masalah yang serius yang harus

segera untuk ditanggulangi.

Belum lama ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X

mengeluarkan Surat Keputusan No.309/Kep/2012 tentang Penetapan Status Siaga

Darurat Bencana Kekeringan. Sebanyak 20 titik sumber air di seluruh

Gunungkidul akan didayagunakan untuk mengatasi persoalan kesulitan air bersih

yang melanda kabupaten ini dari tahun ke tahun pada musim kemarau.Wakil

Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan, pendayagunaan 20 sumber

air itu menggunakan anggaran sebesar Rp.4 miliar dari APBN.

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.6/2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Gunung kidul tahun 2010-2030, Gunungkidul memiliki

12 kawasan yang berpotensi mengalami kekeringan. Sebagian besar kawasan itu

terletak di Selatan Gunungkidul. Kawasan itu adalah Kecamatan Purwosari,

Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Girisubo, Rongkop, Semanu

dan sebagian Kecamatan Wonosari, Patuk dan Gedangsari. Tidak semua

kecamatan yang tercantum dalam Perda itu mendapat penyaluran air dari

pemerintah.

Di Gunung Kidul Yogyakarta telah dibangun megaproyek pengangkatan

air sungai bawah tanah Bribin. Namun, meskipun sudah ada megaproyek itu,

wilayah Semanu masih mendapat penyaluran air dari pemerintah. Tahun ini

Kecamatan Semanu masih digelontor anggaran Rp55 juta untuk penanganan

kekeringan berupa pengiriman air bersih untuk warganya di tiga desa prioritas

yakni Dadapayu, Pacarejo, dan Candirejo.

Tujuan

Karya tulis ini bertujuan sebagai konsep masterplan untuk menanggulangi

permasalahan kekeringan yang ada di daerah gunung kidul Yogyakarta dengan

2

membuat suatu sistem air yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber mata air

bagi masyarakat lokal.

Manfaat

Manfaat karya tulis ini adalalah merupakan konsep masterplan baru untuk

mengatasi bencana kekeringan yangg setiap tahunnya terjadi pada masyarakat

Gunung Kidul Yogyakarta dengan berbasis teknologi alat pompa gravitasi yang

ramah lingkungan dan sustainable. Dan berpotensi sebagai kawasan percontohan

dalam menangani kekeringan. Sehingga konsep ini nantinya juga dapat diterapkan

pada daerah yang memiliki kondisi yang sama.

GAGASAN

Kondisi Gunung Kidul Yogyakarta

Kekeringan yang melanda daerah Gunung Kidul Yogyakarta merupakan

bencana yang selalu terjadi setiap tahunnya. Tak dapat dipungkiri sebanyak 10

Kecamatan atau 170 pedukuhan di Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa

Yogyakarta, mengalami kekeringan yang berlangsung antara Juni hingga Oktober.

Di Kecamatan Panggang ada 32.594 jiwa, Kecamatan Nglipar 7.216 jiwa,

Kecamatan Tepus sebanyak 33.045 jiwa, Kecamatan Rongkop sebanyak 9.929

jiwa, Kecamatan Tanjungsari sebanyak 19.649 jiwa, Kecamatan Girisubo

sebanyak 26.097 jiwa, Kecamatan Purwosari sebanyak 13.506 jiwa. Hilangnya

sejumlah mata air selama musim kemarau merupakan salah satu pemicu

kekeringan. Bahkan sebagian besar mata air di Kabupaten Gunung Kidul muncul

di tempat lain karena pengaruh gempa bumi 2006 silam. Kekeringan yang terjadi

pada daerah gunung kidul Yogyakarta mengakibatkan keresahan masyarakat yang

tidak pernah terselesaikan. Ketika musim penghujan telah berakhir, warga gunung

kidul yang hanya mengandalkan beberapa sumber saja merasa cemas. Pasalnya

sumber air yang dipakai setiap hari pasti akan segera kering sehingga untuk

memenuhi kebutuhan akan air, mereka harus menempuh perjalanan untuk

mencapai sumber air. Sampai sampai sisa-sisa air telaga yang keruh pun terpaksa

digunakan. Telaga seluas 3 hektar itu sudah berubah menjadi hamparan tanah

kering dan berongga. Tidak ada tumbuhan hijau di sekitar karena daunnya sudah

mulai rontok. Memang bagi yang memiliki uang, mereka membeli dari pihak

swasta seharga Rp.100.000,- per tangki.

Bukan hanya itu. Masyarakat Gunung kidul kesusahan untuk bercocok

tanam. Gunung kidul memiliki tanah yang strukturnya sangat jelek. Struktur

tanahnya berpori besar, memiliki rongga-gongga udara yang cukup banyak, dan

sifat tanah di sana bersifat tanah kapur. Sehingga untuk bercocok tanah sangat

sulit. Tidak semua tanaman palawija dapat ditanam akibat struktur tanah yang

tidak cocok dan kebutuhan air untuk tanaman yang tidak memungkinkan.

Dari data yang telah didapat, hampir 40% penduduk gunung kidul

memiliki pencaharian sebagai petani yang mana hasil dari bercocok tanam

tersebut belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hasil pertanian yang didapat

petani setiap tahunnya juga tidak menentu kuantitasnya. Hasil dari bercocok

tanam tersebut tergantung pada curah hujan yang terjadi di sana. Apabila

menanam tanaman yang tepat pada musim dan curah hujan yang tepat pula, maka

petani akan mendapatkan hasil yang maksimal. Namun apabila petani salah

dalam memilih tanaman yang akan ditanam, kemungkinan besar petani tersebut

3

akan gagal panen. Sehingga dari ini dapat disimpulkan bahwa faktor utama

keberhasilan petani gunung kidul adalah faktor pengairan(irigasi).

Tanah

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan

organik. Tanah membantu pertumbuhan tumbuhan dengan menyediakan hara, air

dan unsur- unsur yang diperlukan tumbuhan untuk tumbuh sekaligus sebagai

penopang akar. Tanah menjadi habitat mikroorganisme. Tanah memegang

peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah juga

dapat tereorosi. Fungsi tanah adalah tempat tumbuh dan berkembangnya

perakaran, Penyedia kebutuhan primer tanaman, Penyedia kebutuhan sekunder

tanaman, Sebagai tempat hidup biota tanah.

Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan

demikian, menurunkan laju air larian. Tinggi muka air tanah berubah ubah sesuai

iklim juga pengaruh kegiatan konstruksi.

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata rata pori yang

dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel dan struktur tanah. Makin kecil ukuran

partikel makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien

permeabilitasnya. Tanah berlapis lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih

besar daripada permeabilitas untuk aliran tegak lurus.

Karst

Kawasan Karst merupakan ekosistem yang terbentuk dalam kurun waktu

ribuan tahun, tersusun atas batuan karbonat (batukapur/batugamping) yang

mengalami proses pelarutan sedemikian rupa hingga membentuk kenampakan

morfologi dan tatanan hidrologi yang unik dan khas.

Hidrologi karst memang sangat unik dan pendekatannya tak bisa

disamakan dengan hidrologi secara umum. Di permukaan boleh jadi sangat

tandus, namun bila kita menelusuri alam bawahnya, terdapat gua dan sungai

bawah tanah dengan air sangat melimpah ruah dan mampu untuk menunjang

penciptaan energi lain.

Morfologi unik karst adalah produk dari proses pelarutan batuan berpuluh

ribu tahun. Proses itu terutama sangat signifikan pada jenis batuan yang mudah

terlarut jika bereaksi dengan air, yaitu pada batu gamping atau batu kapur. Secara

lebih khas proses pelarutan tersebut dikenal sebagai karstifikasi. Karstifikasi akan

terjadi terutama pada batuan dengan kandungan karbonat (CaCO3) tinggi,

batuannya berlapis mendatar dengan banyak retakan, terjadi sirkulasi air tanah

yang dinamis di dalam tubuh batuan, dan terletak pada wilayah dengan curah

hujan tinggi.

Sistem hidrologi daerah karst secara umum bersifat impermeabel, tetapi

karena terdapat celah dan rekahan maka batuan menjadi permeabel (atau bisa

disebut permeabilitas sekunder), dengan demikian air hujan yang jatuh ke

permukaan batuan karbonat akan meresap ke dalam batuan melalui retakan,

kemudian membentuk rekahan-rekahan yang melebar, terbentuk gua-gua dan

menyatu antara rekahan satu dengan yang lain akhirnya terjadilah sungai bawah

tanah, dengan debit yang stabil meski tengah musim kemarau.

Keunikan lain dari karst adalah kemampuannya menyimpan air. Satu

meter kubik karst diperkirakan sanggup menampung air sampai hampir 200 liter.

4

Banyaknya air yang dapat tertampung di dalam reservoir alami karst sangat

tergantung pada ketinggian curah hujan, keutuhan hutan serta ketebalan humus

yang dapat meningkatkan run-in, volume batuan karst serta volume rongga air

yang terbentuk di dalam batuan karst

Di musim hujan, angin barat yang basah tertahan di pegunungan karst dan

menurunkan hujan di daerah pegunungan. Sementara di musim kemarau, angin

timur yang kering tidak menurunkan hujan di daerah pesisir melainkan

menurunkan hujan di pegunungan karst. Namun pegunungan karst mampu

menampung air dan mengeluarkannya menjadi mata air sungai-sungai utama,

sehingga air tetap tersedia sepanjang tahun. Dengan keadaan demikian maka

akuifer karst beserta mata-airnya yang hidup pada musim kemarau sangat

berperan bagi masyarakat.

Zona epikarst atau lapisan batu gamping yang ada di dekat permukaan

karst memiliki kemampuan menyimpan air paling banyak dalam satu tubuh batu

gamping dan mampu menyimpan air dalam kurun waktu yang lama. Keberadaan

zona epikarst yang terletak dekat permukaan sangat memungkinkan mendapatkan

gangguan dari aktivitas manusia, salah satunya adalah perubahan bentuk lahan

akibat pemanfaatan lahan baik untuk keperluan eksploitasi batu gamping maupun

untuk keperluan lain. Permukaan karst yang dikupas menyisakan batuan yang

lebih pejal dan masif dengan sedikit pori-pori maupun retakan-retakan. Sehingga

ketika hujan turun, batuan tersebut tidak lagi mampu menyerap air.

Keadaan Tanah Gunung Kidul

Setiap kota dan kabupaten dalam lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta

memiliki potensi tersendiri, terutama berkenaan dengan sektor pariwisatanya,

salah satunya adalah kabupaten Gunungkidul. Kabupaten ini memiliki luas

wilayah 1.485,36 km persegi. Meskipun cukup luas, namun tingkat kepadatan

penduduk di wilayah ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan wilayah

kabupaten lainnya. Mengapa demikian? Salah satu sebab yang bisa dijadikan

sebagai alasan dasar adalah kondisi topografi kabupaten ini yang didominasi oleh

perbukitan karst dalam bentuk batuan kapur yang berpori. Akibatnya lahan

cenderung tandus sehingga pemanfaatannya untuk pertanian kurang optimal.

Selain itu, wilayah kabupaten ini sering kali dilanda kekeringan bila musim

kemarau datang.

Sebenarnya kabupaten Gunungkidul bukanlah termasuk wilayah yang

kekurangan air, justru berlimpah. Bagaimana bisa? Mungkin pertanyaan tersebut

langsung muncul dalam pikiran Anda. Kabupaten dengan makanan khas tiwul ini

sebagian besar berupa perbukitan karst dalam bentuk batuan kapur yang berpori.

Kondisi topografi ini mengakibatkan air di permukaan tanah selalu merembes ke

dalam tanah. Meski di bagian atas tandus dan sungai mengering, namun wilayah

ini memiliki sungai bawah tanah dengan debit air yang melimpah.

Kondisi topografi berupa perbukitan karst di satu sisi memang tidak

menguntungkan apabila ditinjau dari sektor pertanian. Namun di sisi lain,

keberadaan batuan kapur di wilayah ini justru menguntungkan bila ditinjau dari

potensi pariwisatanya. Perbukitan karst membentuk gua-gua alam dan sungai

bawah tanah. Selain itu, garis pantai yang membentang sepanjang kurang lebih 65

km juga menjadi pesona tersendiri dari kabupaten yang berslogan ‘Handayani’

tersebut.

5

Solusi yang Pernah Ditawarkan

Penyaluran air merupakan solusi jangka pendek yang ditawarkan

pemerintah untuk mengatasi persoalan air bersih. Berdasarkan nota Dinas Sosial

Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Gunungkidul bernomor

460/753 diterangkan wilayah penyaluran air antara lain Kecamatan Girisubo

(Desa Balong, Jepitu, Karangawen, Nglindur), Rongkop (Pucanganom,

Karangwuni, Semugih, Petir, Pringombo), Tepus (Sumberwungu, Giripanggung).

Selain itu, Tanjungsari (Ngestirejo), Nglipar (Katongan, Natah, Pilangrejo,

Kedungkeris, Nglipar, Pengkol, Kedungpoh), Ngawen (Jurangjero, Sambirejo,

Tancep), Semin (Semin, Candirejo, Sumberejo, Kemejing) serta Panggang

(Girisekar).

Gunung kidul memiliki sejumlah sumber air yang kini digunakan

masyarakat secara luas antara lain sungai bawah tanah Bribin di Desa Dadapayu,

Kecamatan Semanu dan Seropan di Kecamatan Ponjong. Sungai bawah tanah

yang ditemukan sekarang dimanfaatkan sebagai sumber air. Namun hal tersebut

tidak mecakup seluruh wilayah gunung kidul sehingga masih tetap ada daerah

yang masih kesusahan air bersih.

Gagasan Baru yang Ditawarkan

Gagasan yang ditawarkan adalah membuat sebuah pompa air bertenaga

gravitasi bumi di puncak Gunung Kidul yang berfungsi sebagai alat untuk

menaikkan air tanah menuju puncak gunung yang nantinya akan digunakan

sebagai sumber mata air dan air irigasi masyarakan gunung kidul serta konsep

wisata alam yang dikembangkan dengan pompa air gravitasi sebagai obyek

pendidikan. Pompa ini diberi nama Gunung Kidul gravity pump (Gugup) dan

dibangun berdasarkan pada konsep sustainability yaitu konsep yang akan ada

keberlanjutan dalam penerapannya. Konsep yang sangat tepat dalam mengatasi

permasalahan yang ada di Gunung Kidul.

Gambar 1. Konsep pompa gravitasi masa depan

Ada berbagai aspek-aspek yang dapat ditinjau terkait adanya konsep pompa

gravitasi ini, antara lain:

1. Ekonomi

6

Kegiatan bisnis dan ekonomi merupakan salah satu hasil keberlangsungan

sebuah gunung kidul gravity pump. Pompa yang dapat mengatasi kekeringan

dapat memberikan manfaat, antara lain:

a. Pertanian: Teratasinya kekeringan dapat meningkatkan hasil produksi

lokal. Tanaman palawija, kacang-kacangan, sayuran dapat lebih

dikembangkan menjadi produksi pertanian tahunan. Tanaman yang

sebelumnya tidak tapat ditanam di gunung kidul seperti tanaman yang

membutuhkan air banyak akan dapat ditanam dengan mudah karena air

yang sangat melimpah. Air akan disalurkan menuju ladang-ladang

pertanian untuk dimanfaatkan sebagai air irigasi.

b. Bahan Kimia dan Obat-obatan: Akibat adanya hasil pertanian khas

yang sangat melimpah, akan ada olahan hasil pertanian menjadi suatu

yang memiliki nilai tambah. Singkong merupakan hasil pertanian khas

yang akan dikembangkan lebih lanjut di Gunung Kidul. Singkong ini

mempunyai banyak zat yang baik untuk tubuh yang tidak kalah dengan

teman nya si ketela. Dan ini adalah zat yang terkandung dalam

singkong. Zat yang terkandung dalam singkong antara lain kalori, air,

fosfor, karbohidrat, kalsium, vitamin C, protein, besi, lemak.

Umumnya, Ubi jalar menimbulkan efek nyaman di lambung dan usus

halus. Vitamin B kompleks, vitamin C, betakaroten, kalium, dan

kalsium sangat efektif meredakan radang lambung. Selain itu, serat

yang dikandung ubi jalar bisa mencegah terjadinya konstipasi dan

penimbunan asam, sehingga akan menurunkan kemungkinan terjadinya

radang lambung. Antiperadangan dan kandungan yang menenangkan

dari ubi jalar juga bisa mengurangi rasa sakit dan peradangan lambung.

Pengidap diabetes seringkali dihimbau untuk menghindari makanan

yang manis. Hal ini tidak berlaku pada ubi jalar. Makanan satu ini

sangat efektif dalam meregulasi kadar gula darah dengan membantu

sekresi dan fungsi insulin. Tetapi, tidak berarti kalau pengidap diabetes

bisa makan ubi jalar tanpa aturan. Tetapi, mereka bisa mengganti

asupan nasi atau karbohidrat mereka dengan ubi

jalar(http://bisakimia.com/2012/08/17/manfaat-ketela-dan-singkong-

bagi-tubuh)

c. Kuliner khas: dikembangkannya produk khas gunung kidul

yogyakarta. Sentra kuliner yang khas adalah salah satu keunggulan

sebuah daerah gunung kidul: kabupaten sejuta pesona. Keunikan

kuliner kawasan gunung kidul diperkuat dengan penggunaan bahan

baku lokal, yaitu ubi kayu. Hampir semua jenis ubi kayu dapat diolah

menjadi makanan sehari-hari, seperti kue, puding, kue candil, kue

wajik, tiwun, kue bolu, kue lapis, rengginan, kolak, es

buah(http://green.kompasiana.com/ penghijauan/2012/11/13/ubikayu-

pangan-alternatif-yang-selalu-dianggap-murahan-502859, 2012).

2. Lingkungan Aspek lingkungan (environment) dalam gunung kidul gravity pump

mencakup masalah energi, utilitas, serta kesehatan, yang terkonsep

sebagai berikut:

a. Konsep energi: Energi yang digunakan di gravity pump adalah energi

pasif yang berbasis hukum alam. Sehingga tidak dibutuhkan energi

7

secara terus menerus untuk pengoperasian pompa gravitasi ini. Pada

pengoperasian pompa gravitasi terdapat aliran air (water flow) yang

terjadi di dalam pipa keluar(output), energi aliran air tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai penggerak turbin yang diletakkan di dalam pipa.

Hal ini akan mengakibatkan turbin berputar sehingga akan

menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan akan

disalurkan menuju rumah-rumah warga.

b. Konsep kesehatan: sebagai penyedia air bersih yang melimpah, yang

akan disalurkan menuju masih-masing rumah penduduk dan dirancang

mengikuti tema kawasan / lingkungan. Adanya air yang melimpah akan

menjadikan masyarakat lebih menjaga kebersihan badan dan tempat

tinggal mereka. Selain itu, masyarakat tidak pernah kebingungan

mencari air untuk keberlangsungan kehidupan sehari-hari.

c. Konsep perbaikan lingkungan: tersedianya air yang melimpah dapat

digunakan untuk pengairan tanaman gunung kidul. Selain itu nantinya

dilakukan penanaman pohon pada daerah gunung kidul yang masih

gundul untuk penghijauan pegunungan. Sehingga nantinya akan tercipta

kawasan hijau gunung kidul.

3. Masyarakat a. Pusat Kultur dan Pendidikan: dengan adanya pompa gravitasi,

gunung kidul dapat menjadi tempat memberikan pendidikan kepada

masyarakat awam di sekitar gunung kidul tentang mengembangkan

daerah tandus itu menjadi suatu daerah hijau, pendidikan mengenai

kinerja/proses yang terjadi dalam pompa tersebut, wawasan mengenai

pentingnya air bersih yang melimpah bagi kehidupan, ditambah lagi

dengan adanya pengarahan kepada masyarakat tentang perawatan

pompa agar masyarakat sama-sama menjaga pompa ini.

b. Konsep public space: public space dirancang menggunakan

konsep radial dengan pusat – pusat pertumbuhan sehingga dapat

membantu mengembangkan komunikasi dan kedekatan masyarakat.

Hal ini dilakukan untuk menunjang pengembangan daerah gunung kidul

agar menjadi salah satu pilihan tempat pariwisata bagi para wisatawan.

Konsep masterplan Pompa Gravitasi

Bentuk rancangan Mega Pompa gravitasi adalah penerapan dari suatu alat

sirkulator pompa kecil yang berbentuk botol dengan dua selang sebagai tempat

untuk mengalirkan air yang digunakan untuk sirkulasi air pada akuarium tanpa

membutuhkan listrik. Sistem yang dapat menaikkan air dari kedudukan air yang

lebih rendah menuju kedudukan yang lebih tinggi yang kemudian akan

dikeluarkan lagi. Prinsip kerja sirkulator pompagravitasi inimenerapkan

hukum alamtentangpotensial gravitasibumidantekananudara. Botol dan

selang harus terisi air terlebih dahulu agar air dapat mengalir.

Ketikaposisibotoldibalik,airdalambotolakankeluar melalui selang

outflow karena pengaruh gravitasi bumi. Air cenderung mengalir ke tempat lebih

rendah. Keluarnya air ini menyebabkan air di dalam tangki berkurang, dan

selanjutnya menurunkan tekanan udara dalam tangki. Akibat tekanan rendah

dalam tangki, air ditarik dan akan masuk melalui selang inflow. Proses ini akan

berlangsung dengan syarat tidak ada celah

8

sedikitpun yang memungkinkan masuknya udara ke dalam botol, dan

memerlukan botol dari bahan yang sangat kuat.

Botol dari kaca seperti bekas sirop,kecap dan lain-lain

sangat baik untuk digunakan.

Gunung Kidul Gravity pump merupakan sebuah rancangan masterplan

baru bagi kawasan pegunungan yang tidak memiliki sumber air dengan konsep

berdasar pada alat sirkulator pompa gravitasi kecil. Pompa yang dapat menaikkan

air dari potensial rendah ke potensial tinggi. Konsep tersebut didasarkan pada

pemanfaatan gaya gravitasi, sehingga hemat energi dan ramah lingkungan.

Dengan menerapkan proses yang terjadi pada alat sirkulator pompa gravitasi,

Gunung Kidul Gravity pump dapat dibangun dengan bentuk yang sangat besar.

Pompa yang memiliki kolam penampung air yang sangat besar dan sangat rapat

dengan dua pipa air yang nantinya alat ini akan diletakkan di puncak gunung.

Sehingga air dari bawah tanah dapat diambil dan dibawa menuju daerah yang

lebih tinggi, lalu air tersebut akan dialirkan menuju seluruh sisi gunung lain yang

membutuhkan air.

Potensi alam di gunung kidul

Pengambilan judul daerah wisata ‘Gunungkidul: Kabupaten Sejuta

Pesona’ lebih menitikberatkan pada potensi pariwisata di kabupaten Gunungkidul.

Wilayah ini memiliki panorama alam yang mempesona mulai dari perbukitan

kapur, gua alam, sungai bawah tanah, dan juga pantai-pantainya. Terkait dengan

hal tersebut, kabupaten yang beribukota Wonosari ini sering kali menjadi tujuan

bagi para pecinta alam, bahkan bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan

surganya bagi para backpacker atau petualang.

Kini, harapan besar terhadap teknologi terletak pada proyek Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM) Bribin II yang melibatkan berbagai pihak dari

Indonesia dan Jerman. Proyek yang dimulai oleh Universitas Karlsruhe Jerman

itu memanfaatkan aliran sungai bawah Luweng Sindon di Bribin. Di kedalaman

104 meter, sebuah bendungan dibangun untuk menghasilkan energi listrik yang

kemudian dimanfaatkan Untuk memompa air tanah ke atas permukaan.

Meski harapan besar ditumpukan, teknologi Bribin II ternyata bukanlah

solusi tunggal. Pasalnya, satu proyek tak bisa menjawab persoalan distribusi air

bagi seluruh warga Gunungkidul yang jumlahnya 685.210 jiwa dan tersebar di

wilayah seluas 1.485,36 kilometer persegi. Bribin II adalah upaya pertama di

dunia yang memanfaatkan teknologi mikrohidro di sungai bawah tanah.

Sejatinya Gunung kidul memiliki potensi air nan berlimpah di musim

hujan dan musim kemarau. Sumber utama berasal dari hujan dan curah hujan di

Gunungkidul tergolong tinggi. Jadi, air sebenarnya sangat memadai. Namun, air

berlimpah yang selalu disimpan dalam perut Bumi itu hingga kini terus memaksa

warga berpeluh dalam mengambilnya

Pihak-pihak yang dapat mengimplementasi gagasan

Untuk merealisasikan pompa gravitasi diperlukan kerjasama dan

pertisipasi aktif dengan berbagai pihk, di antaranya:

1. Pemerintah Kota yogyakarta selaku pihak yang berwenang mengeluarkan

kebijakan-kebijakan untuk reklamasi gunung kidul.

9

2. Departemen Pekerjaan Umum (Departemen PU) sebagai pihak yang

berwenang mengeluarkan kebijakan dalam pengadaan ruang publik di

Indonesia.

3. Lembaga Penelitian Indonesia(LIPI) merupakan pihak terkait untuk

pengembangan perencanaan dan desain secara keseluruhan dari proyek

yang akan di buat.

4. Masyarakat di gunung kidul sebagai penduduk lokal.

Langkah-langkah strategis implementasi gagasan

Langkah-langkah strategis untuk mewujudkan gagasan pompa gravitasi ini

adalah:

1. Inisiasi kerjasama antara instansi pemerintah, dengan masyarakat di

gunung kidul, yogyakarta dalam mempermudah mendapatkan sumber air

bagi penduduk desa gunung kidul.

2. Secara independen, tim LIPI melaksanakan penelitian lanjutan mengenai

teknologi pompa yang digunakan.

3. Melakukan pemetaan daerah sungai di kaki gunung kidul untuk

keberlanjutan (sustainability) pengembangan.

4. Mobilisasi dengan warga gunung kidul untuk merealisasikan program

pengembangan daerah di gunung kidul yang di sepakati bersama.

5. Melakukan evaluasi secara periodik dan profesional.

KESIMPULAN

Inti Gagasan

Gunung Kidul Gravity pump merupakan sebuah rancangan masterplan

baru bagi kawasan pegunungan yang tidak memiliki sumber air dengan konsep

berdasar pada alat sirkulator pompa gravitasi kecil. Pompa yang dapat menaikkan

air dari potensial rendah ke potensial tinggi. Konsep tersebut didasarkan pada

pemanfaatan gaya gravitasi, sehingga hemat energi dan ramah lingkungan.

Dengan menerapkan proses yang terjadi pada alat sirkulator pompa gravitasi,

Gunung Kidul Gravity pump dapat dibangun dengan bentuk yang sangat besar.

Pompa yang memiliki kolam penampung air yang sangat besar dan sangat rapat

dengan dua pipa air yang nantinya alat ini akan diletakkan di puncak gunung.

Sehingga air dari bawah tanah dapat diambil dan dibawa menuju daerah yang

lebih tinggi, lalu air tersebut akan dialirkan menuju seluruh sisi gunung lain yang

membutuhkan air.

Mega Pompa gravitasi adalah penerapan dari suatu alat sirkulator pompa

kecil yang berbentuk botol dengan dua selang sebagai tempat untuk mengalirkan

air yang digunakan untuk sirkulasi air pada akuarium tanpa membutuhkan listrik.

Sistem yang dapat menaikkan air dari kedudukan air yang lebih rendah menuju

kedudukan yang lebih tinggi yang kemudian akan dikeluarkan lagi. Prinsip kerja

Gunung Kidul Gravity Pump ini menerapkan hukum alam tentang potensial

gravitasi bumi dan tekanan udara. Ketika tanki vakum telah terisi air 2/3 tinggi

tanki, air dalam tanki vakum akan keluar melalui selang output(O), karena air

cenderung mengalir ke tempat lebih rendah dengan dipengaruhi gaya gravitasi

bumi dan tekanan air dalam tangki vakum. Keluarnya air dari selang O

mengakibatkan air dalam tanki berkurang, dan selanjutnya menurunkan tekanan

10

udara dalam tanki. Akibatnya tekanan pada dalam tanki menjadi lebih rendah

dibanding tekanan di luar tanki, sehingga air tertarik ke atas dan akan masuk

dalam tanki vakum. Air yang telah keluar melalui selang O akan digantikan oleh

air yang masuk melalui selang input(I). Proses ini akan berlangsung dengan syarat

tidak ada celah sedikitpun yang memungkinkan masuknya udara ke dalam tanki

vakum. Air yang keluar dari selang Output sebagian akan ditampung dalam kolam

untuk dimanfaatkan sebagai irigasi serta air minum ternak. Sebagian lagi akan

disalurkan langsung menuju rumah-rumah warga Gunung kidul yang akan

digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan konsep ini.

Tangki air yang akan dipasang sebagai penampung air di atas gunung harus

merupakan bahan yang memiliki resistensi kuat. Tangki vakum tersebut harus

kuat menahan ribuan meter kubik air yang ditampungnya. Air yang memiliki berat

1000kg per meter kubiknya harus dapat ditahan oleh tanki. Sehingga dibutuhkan

bahan yang tebal dan sangat kuat sebagai pelapis tanki vakum. Bukan hanya itu,

tanki harus kuat menahan suhu yang ekstrim yang mana dapat mengubah besar

volume tangki. Apabila tangki mudah mengalami pemuaian atau penyusutan,

resiko kebocoran tangki sangat besar. Dan apabila tangki tidak dalam keadaan

vakum(bocor) maka pompa ini dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Tangki

juga harus tahan terhadap adanya sifat korosi akibat zat asam pada hujan dan

tanah. Apabila tangki terbuat dari olahan besi/baja, maka bahaya korosi harus

diperhitungkan secara matang. Mengenai pipa yang dipakai untuk mengambil air

dari dalam tanah juga harus diperhitungkan. Pipa tersebut harus kuat menahan

gaya horizontal tanah. Karena tanah pada dasarnya memiliki gerak dengan arah

horizontal yang sangat besar kekuatannya. Tanah yang mengandung berbagai

jenis unsur mineral sangat berpengaruh pada pipa tersebut. Intinya pipa tersebut

harus kuat terhadap gaya dorong tanah, zat-zat dalam tanah, dan volume air yang

melewatinya. Mengenai pemasangan alat gunung kidul gravity pump juga terdapat

hal-hal yang harus diteliti lebih dalam. Ketinggian muka air tanah perlu diketahui

terlebih dahulu. Alat tersebut memiliki batas maksimal untuk menaikkan air

menuju ke puncak gunung. Selain itu dibutuhkan perhitungan yang benar

mengenai ukuran tangki dan diameter pipa yang sesuai agar alat tersebut dapat

berfungsi optimal. Jadi kesimpulannya, dibutuhkan riset yang lama untuk

mendesain gunung kidul gravity pump ini agar dapat digunakan.

Di samping itu, konsep ini dapat menjadikan kawasan Gunung Kidul

Yogyakarta sebagai sebuah daerah objek wisata yang menarik dikunjungi.

Kawasan yang dapat dijadikan tempat study tour bagi para pelajar. Di tempat itu

nantinya para pelajar dapat mengamati pompa yang telah dibangun. Pelajar juga

akan diajak untuk belajar mengenai cara kerja pumpa tersebut. Serta meninjau

lokasi daerah pengairan yang dapat dijangkau pompa tersebut. Di daerah tersebut

juga akan dibuat kolam buatan yang besar untuk irigasi dan minum ternak.

Sehingga kolam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata.

Teknik Implementasi Gagasan

Gagasan Gunung kidul Gravity pump (GUGUP) ini dapat

diimplementaskan dengan baik apabila didukung oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Adanya riset berkelanjutan dalam pengembangan Gunung Kidul Gravity

pump (GUGUP) sebagai pengganti pompa air energi listrik.

11

2. Komitmen antara pemerintah dan masyarakat dalam mendukung

pengembangan Gunung Kidul Gravity pump (GUGUP) di kawasan

Gunung Kidul Yogyakarta.

3. Konsep Gunung Kidul Gravity pump (GUGUP) diaplikasikan dalam

RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Yogyakarta agar memungkinkan

potensi penerapannya oleh pemerintah.

4. Kerjasama antara pemerintah daerah dan pemerintah provinsi dalam

penataan ruang sekitar Gunung Kidul Yogyakarta, ditambah dengan

kerjasama antara masyarakat, swasta dan pemerintah untuk mewujudkan

Jakarta Mangrove Waterfront City.

5. Kerjasama antara mahasiswa sebagai unit pendukung riset yang

berkelanjutan terhadap pembangunan Gunung Kidul Gravity pump

(GUGUP).

6. Kerjasama masyarakat Gunung Kidul Yogyakarta sebagai support agar

megaproyek Gunung Kidul Gravity pump (GUGUP) berjalan dengan

lancar.

Prediksi Keberhasilan Gagasan

Pengembangan dan implementasi gagasan Gunung Kidul Gravity pump

(GUGUP) dapat dilaksanakan sedikit demi sedikit dengan mendasarkan pada

pengerjaan mega proyek GUGUP yang memakan waktu cukup lama. Sehingga

sebagai tolok ukur realisasinya dapat berdasarkan pada beberapa tahapan

pengembangan kawasan sebagai berikut:

1. Tahun 1-5: Riset mengenai teknologi pompa gravitasi.

2. Tahun 5-7: pemetaan daerah di kabupaten gunung kidul.

3. Tahun 6-9: pembebasan lahan untuk pembangunan proyek.

4. Tahun 9-16: penggalian dan pembangunan proyek pompa gravitasi

5. Tahun 17-20: pembangunan fasilitas dan prasarana penunjang seperti

jembatan, gedung pengawasan atau pemantau.

6. Tahun 16-20: pengembalian vegetasi hutan di daerah bekas proyek

sehingga menjadi daerah hijau, sehingga dapat menjadi objek wisata.

7. Tahun 20-25: realisasi pompa gravitasi yang berbasis sustainability.

DAFTAR PUSTAKA

Munson, Bruce R., Young, Donald F., Okiishi, Theodore H. 2002. Fundamentals

of fluids mechanic. Bogor: Penerbit Erlangga.

Anonim a. 25 November 2012. Mekanika fluida dalam penerapannya. Diakses di

< http://id.wikibooks.org/wiki/Rumus-

Rumus_Fisika_Lengkap/Mekanika_fluida > pada 18 Februari 2013.

Turmudzi, Didik. 26 November 2008. Pompa Air Tenaga Grafitasi. Diakses

di<http://d12kt.multiply.com/journal/item/1/Pompa-air-tenaga-

gravitasi?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem> pada 18

Februari 2013.

Anonim a. 10 Januari 2012. Ini Penyebab Air Telaga di Gunungkidul Susut

dalam Semalam.

Diakses di< http://news.okezone.com/read/2012/01/10/340/554823/ini-

penyebab-air-telaga-di-gunungkidul-susut-dalam-semalam

12

13

14

15

Gambar 4. Dari kiri ke kanan: a) masyarakat yang sedang mengambil air

b) rencana pipa aliran air menuju rumah penduduk

Gambar 5. Dari kiri ke kanan: a) green environtment

b) wisata gua bribin gunung kidul

Gambar 6. Dari kiri ke kanan: a) Bendungan bribin gunung kidul

b) penghijauan gunung kidul.

Gambar 7. Dari kiri ke kanan: a) Point of view(di atas tangki)

b) pompa tampak samping.