1 PENDAHULUAN
Transcript of 1 PENDAHULUAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang dengan tipe daerah tropis yang dilewati
oleh garis katulistiwa sehingga curah hujan di Indonesia cukup tinggi yang
pastinya memiliki cadangan air bersih yang melimpah. Namun tidak semua daerah
Indonesia memiliki cadangan air bersih yang melimpah sehingga masih ada
daerah yang susah mendapatkan air bersih, seperti daerah Gunung Kidul
Yogyakarta yang tidak memiliki sumber air yang mencukupi. Setiap tahunnya
mereka kesusahan untuk mendapatkan air bersih. Dan pada puncaknya ketika
musim kemarau tiba. Mereka hanya memiliki danau kecil yang pada musim
kemarau akan mengering. Pohon yang ada di sana juga tidak sesubur pohon-
pohon pegunungan yang lain. Struktur tanah yang berongga dan memiliki sifat
kapur mengakibatkan air yang tertampung di telaga cepat habis.
Hal ini mengakibatkan masyarakat yang tinggal di pegunungan sulit
mendapatkan air bersih. Ketika kemarau tiba, kebanyakan mereka mengambil air
dengan berjalan kaki menuju sumber air yang nyatanya sangat jauh dengan rumah
tinggalnya. Mereka yang setiap hari berjalan menempuh perjalanan yang jauh
hanya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal air merupakan kebutuhan
pokok yang harus dipenuhi untuk kelangsungan kehidupan makhluk hidup.
Sehingga kekeringan yang terjadi membuat suatu masalah yang serius yang harus
segera untuk ditanggulangi.
Belum lama ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X
mengeluarkan Surat Keputusan No.309/Kep/2012 tentang Penetapan Status Siaga
Darurat Bencana Kekeringan. Sebanyak 20 titik sumber air di seluruh
Gunungkidul akan didayagunakan untuk mengatasi persoalan kesulitan air bersih
yang melanda kabupaten ini dari tahun ke tahun pada musim kemarau.Wakil
Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan, pendayagunaan 20 sumber
air itu menggunakan anggaran sebesar Rp.4 miliar dari APBN.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.6/2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Gunung kidul tahun 2010-2030, Gunungkidul memiliki
12 kawasan yang berpotensi mengalami kekeringan. Sebagian besar kawasan itu
terletak di Selatan Gunungkidul. Kawasan itu adalah Kecamatan Purwosari,
Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Girisubo, Rongkop, Semanu
dan sebagian Kecamatan Wonosari, Patuk dan Gedangsari. Tidak semua
kecamatan yang tercantum dalam Perda itu mendapat penyaluran air dari
pemerintah.
Di Gunung Kidul Yogyakarta telah dibangun megaproyek pengangkatan
air sungai bawah tanah Bribin. Namun, meskipun sudah ada megaproyek itu,
wilayah Semanu masih mendapat penyaluran air dari pemerintah. Tahun ini
Kecamatan Semanu masih digelontor anggaran Rp55 juta untuk penanganan
kekeringan berupa pengiriman air bersih untuk warganya di tiga desa prioritas
yakni Dadapayu, Pacarejo, dan Candirejo.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan sebagai konsep masterplan untuk menanggulangi
permasalahan kekeringan yang ada di daerah gunung kidul Yogyakarta dengan
2
membuat suatu sistem air yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber mata air
bagi masyarakat lokal.
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalalah merupakan konsep masterplan baru untuk
mengatasi bencana kekeringan yangg setiap tahunnya terjadi pada masyarakat
Gunung Kidul Yogyakarta dengan berbasis teknologi alat pompa gravitasi yang
ramah lingkungan dan sustainable. Dan berpotensi sebagai kawasan percontohan
dalam menangani kekeringan. Sehingga konsep ini nantinya juga dapat diterapkan
pada daerah yang memiliki kondisi yang sama.
GAGASAN
Kondisi Gunung Kidul Yogyakarta
Kekeringan yang melanda daerah Gunung Kidul Yogyakarta merupakan
bencana yang selalu terjadi setiap tahunnya. Tak dapat dipungkiri sebanyak 10
Kecamatan atau 170 pedukuhan di Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa
Yogyakarta, mengalami kekeringan yang berlangsung antara Juni hingga Oktober.
Di Kecamatan Panggang ada 32.594 jiwa, Kecamatan Nglipar 7.216 jiwa,
Kecamatan Tepus sebanyak 33.045 jiwa, Kecamatan Rongkop sebanyak 9.929
jiwa, Kecamatan Tanjungsari sebanyak 19.649 jiwa, Kecamatan Girisubo
sebanyak 26.097 jiwa, Kecamatan Purwosari sebanyak 13.506 jiwa. Hilangnya
sejumlah mata air selama musim kemarau merupakan salah satu pemicu
kekeringan. Bahkan sebagian besar mata air di Kabupaten Gunung Kidul muncul
di tempat lain karena pengaruh gempa bumi 2006 silam. Kekeringan yang terjadi
pada daerah gunung kidul Yogyakarta mengakibatkan keresahan masyarakat yang
tidak pernah terselesaikan. Ketika musim penghujan telah berakhir, warga gunung
kidul yang hanya mengandalkan beberapa sumber saja merasa cemas. Pasalnya
sumber air yang dipakai setiap hari pasti akan segera kering sehingga untuk
memenuhi kebutuhan akan air, mereka harus menempuh perjalanan untuk
mencapai sumber air. Sampai sampai sisa-sisa air telaga yang keruh pun terpaksa
digunakan. Telaga seluas 3 hektar itu sudah berubah menjadi hamparan tanah
kering dan berongga. Tidak ada tumbuhan hijau di sekitar karena daunnya sudah
mulai rontok. Memang bagi yang memiliki uang, mereka membeli dari pihak
swasta seharga Rp.100.000,- per tangki.
Bukan hanya itu. Masyarakat Gunung kidul kesusahan untuk bercocok
tanam. Gunung kidul memiliki tanah yang strukturnya sangat jelek. Struktur
tanahnya berpori besar, memiliki rongga-gongga udara yang cukup banyak, dan
sifat tanah di sana bersifat tanah kapur. Sehingga untuk bercocok tanah sangat
sulit. Tidak semua tanaman palawija dapat ditanam akibat struktur tanah yang
tidak cocok dan kebutuhan air untuk tanaman yang tidak memungkinkan.
Dari data yang telah didapat, hampir 40% penduduk gunung kidul
memiliki pencaharian sebagai petani yang mana hasil dari bercocok tanam
tersebut belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hasil pertanian yang didapat
petani setiap tahunnya juga tidak menentu kuantitasnya. Hasil dari bercocok
tanam tersebut tergantung pada curah hujan yang terjadi di sana. Apabila
menanam tanaman yang tepat pada musim dan curah hujan yang tepat pula, maka
petani akan mendapatkan hasil yang maksimal. Namun apabila petani salah
dalam memilih tanaman yang akan ditanam, kemungkinan besar petani tersebut
3
akan gagal panen. Sehingga dari ini dapat disimpulkan bahwa faktor utama
keberhasilan petani gunung kidul adalah faktor pengairan(irigasi).
Tanah
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan
organik. Tanah membantu pertumbuhan tumbuhan dengan menyediakan hara, air
dan unsur- unsur yang diperlukan tumbuhan untuk tumbuh sekaligus sebagai
penopang akar. Tanah menjadi habitat mikroorganisme. Tanah memegang
peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah juga
dapat tereorosi. Fungsi tanah adalah tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran, Penyedia kebutuhan primer tanaman, Penyedia kebutuhan sekunder
tanaman, Sebagai tempat hidup biota tanah.
Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan
demikian, menurunkan laju air larian. Tinggi muka air tanah berubah ubah sesuai
iklim juga pengaruh kegiatan konstruksi.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel dan struktur tanah. Makin kecil ukuran
partikel makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien
permeabilitasnya. Tanah berlapis lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih
besar daripada permeabilitas untuk aliran tegak lurus.
Karst
Kawasan Karst merupakan ekosistem yang terbentuk dalam kurun waktu
ribuan tahun, tersusun atas batuan karbonat (batukapur/batugamping) yang
mengalami proses pelarutan sedemikian rupa hingga membentuk kenampakan
morfologi dan tatanan hidrologi yang unik dan khas.
Hidrologi karst memang sangat unik dan pendekatannya tak bisa
disamakan dengan hidrologi secara umum. Di permukaan boleh jadi sangat
tandus, namun bila kita menelusuri alam bawahnya, terdapat gua dan sungai
bawah tanah dengan air sangat melimpah ruah dan mampu untuk menunjang
penciptaan energi lain.
Morfologi unik karst adalah produk dari proses pelarutan batuan berpuluh
ribu tahun. Proses itu terutama sangat signifikan pada jenis batuan yang mudah
terlarut jika bereaksi dengan air, yaitu pada batu gamping atau batu kapur. Secara
lebih khas proses pelarutan tersebut dikenal sebagai karstifikasi. Karstifikasi akan
terjadi terutama pada batuan dengan kandungan karbonat (CaCO3) tinggi,
batuannya berlapis mendatar dengan banyak retakan, terjadi sirkulasi air tanah
yang dinamis di dalam tubuh batuan, dan terletak pada wilayah dengan curah
hujan tinggi.
Sistem hidrologi daerah karst secara umum bersifat impermeabel, tetapi
karena terdapat celah dan rekahan maka batuan menjadi permeabel (atau bisa
disebut permeabilitas sekunder), dengan demikian air hujan yang jatuh ke
permukaan batuan karbonat akan meresap ke dalam batuan melalui retakan,
kemudian membentuk rekahan-rekahan yang melebar, terbentuk gua-gua dan
menyatu antara rekahan satu dengan yang lain akhirnya terjadilah sungai bawah
tanah, dengan debit yang stabil meski tengah musim kemarau.
Keunikan lain dari karst adalah kemampuannya menyimpan air. Satu
meter kubik karst diperkirakan sanggup menampung air sampai hampir 200 liter.
4
Banyaknya air yang dapat tertampung di dalam reservoir alami karst sangat
tergantung pada ketinggian curah hujan, keutuhan hutan serta ketebalan humus
yang dapat meningkatkan run-in, volume batuan karst serta volume rongga air
yang terbentuk di dalam batuan karst
Di musim hujan, angin barat yang basah tertahan di pegunungan karst dan
menurunkan hujan di daerah pegunungan. Sementara di musim kemarau, angin
timur yang kering tidak menurunkan hujan di daerah pesisir melainkan
menurunkan hujan di pegunungan karst. Namun pegunungan karst mampu
menampung air dan mengeluarkannya menjadi mata air sungai-sungai utama,
sehingga air tetap tersedia sepanjang tahun. Dengan keadaan demikian maka
akuifer karst beserta mata-airnya yang hidup pada musim kemarau sangat
berperan bagi masyarakat.
Zona epikarst atau lapisan batu gamping yang ada di dekat permukaan
karst memiliki kemampuan menyimpan air paling banyak dalam satu tubuh batu
gamping dan mampu menyimpan air dalam kurun waktu yang lama. Keberadaan
zona epikarst yang terletak dekat permukaan sangat memungkinkan mendapatkan
gangguan dari aktivitas manusia, salah satunya adalah perubahan bentuk lahan
akibat pemanfaatan lahan baik untuk keperluan eksploitasi batu gamping maupun
untuk keperluan lain. Permukaan karst yang dikupas menyisakan batuan yang
lebih pejal dan masif dengan sedikit pori-pori maupun retakan-retakan. Sehingga
ketika hujan turun, batuan tersebut tidak lagi mampu menyerap air.
Keadaan Tanah Gunung Kidul
Setiap kota dan kabupaten dalam lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki potensi tersendiri, terutama berkenaan dengan sektor pariwisatanya,
salah satunya adalah kabupaten Gunungkidul. Kabupaten ini memiliki luas
wilayah 1.485,36 km persegi. Meskipun cukup luas, namun tingkat kepadatan
penduduk di wilayah ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan wilayah
kabupaten lainnya. Mengapa demikian? Salah satu sebab yang bisa dijadikan
sebagai alasan dasar adalah kondisi topografi kabupaten ini yang didominasi oleh
perbukitan karst dalam bentuk batuan kapur yang berpori. Akibatnya lahan
cenderung tandus sehingga pemanfaatannya untuk pertanian kurang optimal.
Selain itu, wilayah kabupaten ini sering kali dilanda kekeringan bila musim
kemarau datang.
Sebenarnya kabupaten Gunungkidul bukanlah termasuk wilayah yang
kekurangan air, justru berlimpah. Bagaimana bisa? Mungkin pertanyaan tersebut
langsung muncul dalam pikiran Anda. Kabupaten dengan makanan khas tiwul ini
sebagian besar berupa perbukitan karst dalam bentuk batuan kapur yang berpori.
Kondisi topografi ini mengakibatkan air di permukaan tanah selalu merembes ke
dalam tanah. Meski di bagian atas tandus dan sungai mengering, namun wilayah
ini memiliki sungai bawah tanah dengan debit air yang melimpah.
Kondisi topografi berupa perbukitan karst di satu sisi memang tidak
menguntungkan apabila ditinjau dari sektor pertanian. Namun di sisi lain,
keberadaan batuan kapur di wilayah ini justru menguntungkan bila ditinjau dari
potensi pariwisatanya. Perbukitan karst membentuk gua-gua alam dan sungai
bawah tanah. Selain itu, garis pantai yang membentang sepanjang kurang lebih 65
km juga menjadi pesona tersendiri dari kabupaten yang berslogan ‘Handayani’
tersebut.
5
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Penyaluran air merupakan solusi jangka pendek yang ditawarkan
pemerintah untuk mengatasi persoalan air bersih. Berdasarkan nota Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Gunungkidul bernomor
460/753 diterangkan wilayah penyaluran air antara lain Kecamatan Girisubo
(Desa Balong, Jepitu, Karangawen, Nglindur), Rongkop (Pucanganom,
Karangwuni, Semugih, Petir, Pringombo), Tepus (Sumberwungu, Giripanggung).
Selain itu, Tanjungsari (Ngestirejo), Nglipar (Katongan, Natah, Pilangrejo,
Kedungkeris, Nglipar, Pengkol, Kedungpoh), Ngawen (Jurangjero, Sambirejo,
Tancep), Semin (Semin, Candirejo, Sumberejo, Kemejing) serta Panggang
(Girisekar).
Gunung kidul memiliki sejumlah sumber air yang kini digunakan
masyarakat secara luas antara lain sungai bawah tanah Bribin di Desa Dadapayu,
Kecamatan Semanu dan Seropan di Kecamatan Ponjong. Sungai bawah tanah
yang ditemukan sekarang dimanfaatkan sebagai sumber air. Namun hal tersebut
tidak mecakup seluruh wilayah gunung kidul sehingga masih tetap ada daerah
yang masih kesusahan air bersih.
Gagasan Baru yang Ditawarkan
Gagasan yang ditawarkan adalah membuat sebuah pompa air bertenaga
gravitasi bumi di puncak Gunung Kidul yang berfungsi sebagai alat untuk
menaikkan air tanah menuju puncak gunung yang nantinya akan digunakan
sebagai sumber mata air dan air irigasi masyarakan gunung kidul serta konsep
wisata alam yang dikembangkan dengan pompa air gravitasi sebagai obyek
pendidikan. Pompa ini diberi nama Gunung Kidul gravity pump (Gugup) dan
dibangun berdasarkan pada konsep sustainability yaitu konsep yang akan ada
keberlanjutan dalam penerapannya. Konsep yang sangat tepat dalam mengatasi
permasalahan yang ada di Gunung Kidul.
Gambar 1. Konsep pompa gravitasi masa depan
Ada berbagai aspek-aspek yang dapat ditinjau terkait adanya konsep pompa
gravitasi ini, antara lain:
1. Ekonomi
6
Kegiatan bisnis dan ekonomi merupakan salah satu hasil keberlangsungan
sebuah gunung kidul gravity pump. Pompa yang dapat mengatasi kekeringan
dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. Pertanian: Teratasinya kekeringan dapat meningkatkan hasil produksi
lokal. Tanaman palawija, kacang-kacangan, sayuran dapat lebih
dikembangkan menjadi produksi pertanian tahunan. Tanaman yang
sebelumnya tidak tapat ditanam di gunung kidul seperti tanaman yang
membutuhkan air banyak akan dapat ditanam dengan mudah karena air
yang sangat melimpah. Air akan disalurkan menuju ladang-ladang
pertanian untuk dimanfaatkan sebagai air irigasi.
b. Bahan Kimia dan Obat-obatan: Akibat adanya hasil pertanian khas
yang sangat melimpah, akan ada olahan hasil pertanian menjadi suatu
yang memiliki nilai tambah. Singkong merupakan hasil pertanian khas
yang akan dikembangkan lebih lanjut di Gunung Kidul. Singkong ini
mempunyai banyak zat yang baik untuk tubuh yang tidak kalah dengan
teman nya si ketela. Dan ini adalah zat yang terkandung dalam
singkong. Zat yang terkandung dalam singkong antara lain kalori, air,
fosfor, karbohidrat, kalsium, vitamin C, protein, besi, lemak.
Umumnya, Ubi jalar menimbulkan efek nyaman di lambung dan usus
halus. Vitamin B kompleks, vitamin C, betakaroten, kalium, dan
kalsium sangat efektif meredakan radang lambung. Selain itu, serat
yang dikandung ubi jalar bisa mencegah terjadinya konstipasi dan
penimbunan asam, sehingga akan menurunkan kemungkinan terjadinya
radang lambung. Antiperadangan dan kandungan yang menenangkan
dari ubi jalar juga bisa mengurangi rasa sakit dan peradangan lambung.
Pengidap diabetes seringkali dihimbau untuk menghindari makanan
yang manis. Hal ini tidak berlaku pada ubi jalar. Makanan satu ini
sangat efektif dalam meregulasi kadar gula darah dengan membantu
sekresi dan fungsi insulin. Tetapi, tidak berarti kalau pengidap diabetes
bisa makan ubi jalar tanpa aturan. Tetapi, mereka bisa mengganti
asupan nasi atau karbohidrat mereka dengan ubi
jalar(http://bisakimia.com/2012/08/17/manfaat-ketela-dan-singkong-
bagi-tubuh)
c. Kuliner khas: dikembangkannya produk khas gunung kidul
yogyakarta. Sentra kuliner yang khas adalah salah satu keunggulan
sebuah daerah gunung kidul: kabupaten sejuta pesona. Keunikan
kuliner kawasan gunung kidul diperkuat dengan penggunaan bahan
baku lokal, yaitu ubi kayu. Hampir semua jenis ubi kayu dapat diolah
menjadi makanan sehari-hari, seperti kue, puding, kue candil, kue
wajik, tiwun, kue bolu, kue lapis, rengginan, kolak, es
buah(http://green.kompasiana.com/ penghijauan/2012/11/13/ubikayu-
pangan-alternatif-yang-selalu-dianggap-murahan-502859, 2012).
2. Lingkungan Aspek lingkungan (environment) dalam gunung kidul gravity pump
mencakup masalah energi, utilitas, serta kesehatan, yang terkonsep
sebagai berikut:
a. Konsep energi: Energi yang digunakan di gravity pump adalah energi
pasif yang berbasis hukum alam. Sehingga tidak dibutuhkan energi
7
secara terus menerus untuk pengoperasian pompa gravitasi ini. Pada
pengoperasian pompa gravitasi terdapat aliran air (water flow) yang
terjadi di dalam pipa keluar(output), energi aliran air tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai penggerak turbin yang diletakkan di dalam pipa.
Hal ini akan mengakibatkan turbin berputar sehingga akan
menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan akan
disalurkan menuju rumah-rumah warga.
b. Konsep kesehatan: sebagai penyedia air bersih yang melimpah, yang
akan disalurkan menuju masih-masing rumah penduduk dan dirancang
mengikuti tema kawasan / lingkungan. Adanya air yang melimpah akan
menjadikan masyarakat lebih menjaga kebersihan badan dan tempat
tinggal mereka. Selain itu, masyarakat tidak pernah kebingungan
mencari air untuk keberlangsungan kehidupan sehari-hari.
c. Konsep perbaikan lingkungan: tersedianya air yang melimpah dapat
digunakan untuk pengairan tanaman gunung kidul. Selain itu nantinya
dilakukan penanaman pohon pada daerah gunung kidul yang masih
gundul untuk penghijauan pegunungan. Sehingga nantinya akan tercipta
kawasan hijau gunung kidul.
3. Masyarakat a. Pusat Kultur dan Pendidikan: dengan adanya pompa gravitasi,
gunung kidul dapat menjadi tempat memberikan pendidikan kepada
masyarakat awam di sekitar gunung kidul tentang mengembangkan
daerah tandus itu menjadi suatu daerah hijau, pendidikan mengenai
kinerja/proses yang terjadi dalam pompa tersebut, wawasan mengenai
pentingnya air bersih yang melimpah bagi kehidupan, ditambah lagi
dengan adanya pengarahan kepada masyarakat tentang perawatan
pompa agar masyarakat sama-sama menjaga pompa ini.
b. Konsep public space: public space dirancang menggunakan
konsep radial dengan pusat – pusat pertumbuhan sehingga dapat
membantu mengembangkan komunikasi dan kedekatan masyarakat.
Hal ini dilakukan untuk menunjang pengembangan daerah gunung kidul
agar menjadi salah satu pilihan tempat pariwisata bagi para wisatawan.
Konsep masterplan Pompa Gravitasi
Bentuk rancangan Mega Pompa gravitasi adalah penerapan dari suatu alat
sirkulator pompa kecil yang berbentuk botol dengan dua selang sebagai tempat
untuk mengalirkan air yang digunakan untuk sirkulasi air pada akuarium tanpa
membutuhkan listrik. Sistem yang dapat menaikkan air dari kedudukan air yang
lebih rendah menuju kedudukan yang lebih tinggi yang kemudian akan
dikeluarkan lagi. Prinsip kerja sirkulator pompagravitasi inimenerapkan
hukum alamtentangpotensial gravitasibumidantekananudara. Botol dan
selang harus terisi air terlebih dahulu agar air dapat mengalir.
Ketikaposisibotoldibalik,airdalambotolakankeluar melalui selang
outflow karena pengaruh gravitasi bumi. Air cenderung mengalir ke tempat lebih
rendah. Keluarnya air ini menyebabkan air di dalam tangki berkurang, dan
selanjutnya menurunkan tekanan udara dalam tangki. Akibat tekanan rendah
dalam tangki, air ditarik dan akan masuk melalui selang inflow. Proses ini akan
berlangsung dengan syarat tidak ada celah
8
sedikitpun yang memungkinkan masuknya udara ke dalam botol, dan
memerlukan botol dari bahan yang sangat kuat.
Botol dari kaca seperti bekas sirop,kecap dan lain-lain
sangat baik untuk digunakan.
Gunung Kidul Gravity pump merupakan sebuah rancangan masterplan
baru bagi kawasan pegunungan yang tidak memiliki sumber air dengan konsep
berdasar pada alat sirkulator pompa gravitasi kecil. Pompa yang dapat menaikkan
air dari potensial rendah ke potensial tinggi. Konsep tersebut didasarkan pada
pemanfaatan gaya gravitasi, sehingga hemat energi dan ramah lingkungan.
Dengan menerapkan proses yang terjadi pada alat sirkulator pompa gravitasi,
Gunung Kidul Gravity pump dapat dibangun dengan bentuk yang sangat besar.
Pompa yang memiliki kolam penampung air yang sangat besar dan sangat rapat
dengan dua pipa air yang nantinya alat ini akan diletakkan di puncak gunung.
Sehingga air dari bawah tanah dapat diambil dan dibawa menuju daerah yang
lebih tinggi, lalu air tersebut akan dialirkan menuju seluruh sisi gunung lain yang
membutuhkan air.
Potensi alam di gunung kidul
Pengambilan judul daerah wisata ‘Gunungkidul: Kabupaten Sejuta
Pesona’ lebih menitikberatkan pada potensi pariwisata di kabupaten Gunungkidul.
Wilayah ini memiliki panorama alam yang mempesona mulai dari perbukitan
kapur, gua alam, sungai bawah tanah, dan juga pantai-pantainya. Terkait dengan
hal tersebut, kabupaten yang beribukota Wonosari ini sering kali menjadi tujuan
bagi para pecinta alam, bahkan bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan
surganya bagi para backpacker atau petualang.
Kini, harapan besar terhadap teknologi terletak pada proyek Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) Bribin II yang melibatkan berbagai pihak dari
Indonesia dan Jerman. Proyek yang dimulai oleh Universitas Karlsruhe Jerman
itu memanfaatkan aliran sungai bawah Luweng Sindon di Bribin. Di kedalaman
104 meter, sebuah bendungan dibangun untuk menghasilkan energi listrik yang
kemudian dimanfaatkan Untuk memompa air tanah ke atas permukaan.
Meski harapan besar ditumpukan, teknologi Bribin II ternyata bukanlah
solusi tunggal. Pasalnya, satu proyek tak bisa menjawab persoalan distribusi air
bagi seluruh warga Gunungkidul yang jumlahnya 685.210 jiwa dan tersebar di
wilayah seluas 1.485,36 kilometer persegi. Bribin II adalah upaya pertama di
dunia yang memanfaatkan teknologi mikrohidro di sungai bawah tanah.
Sejatinya Gunung kidul memiliki potensi air nan berlimpah di musim
hujan dan musim kemarau. Sumber utama berasal dari hujan dan curah hujan di
Gunungkidul tergolong tinggi. Jadi, air sebenarnya sangat memadai. Namun, air
berlimpah yang selalu disimpan dalam perut Bumi itu hingga kini terus memaksa
warga berpeluh dalam mengambilnya
Pihak-pihak yang dapat mengimplementasi gagasan
Untuk merealisasikan pompa gravitasi diperlukan kerjasama dan
pertisipasi aktif dengan berbagai pihk, di antaranya:
1. Pemerintah Kota yogyakarta selaku pihak yang berwenang mengeluarkan
kebijakan-kebijakan untuk reklamasi gunung kidul.
9
2. Departemen Pekerjaan Umum (Departemen PU) sebagai pihak yang
berwenang mengeluarkan kebijakan dalam pengadaan ruang publik di
Indonesia.
3. Lembaga Penelitian Indonesia(LIPI) merupakan pihak terkait untuk
pengembangan perencanaan dan desain secara keseluruhan dari proyek
yang akan di buat.
4. Masyarakat di gunung kidul sebagai penduduk lokal.
Langkah-langkah strategis implementasi gagasan
Langkah-langkah strategis untuk mewujudkan gagasan pompa gravitasi ini
adalah:
1. Inisiasi kerjasama antara instansi pemerintah, dengan masyarakat di
gunung kidul, yogyakarta dalam mempermudah mendapatkan sumber air
bagi penduduk desa gunung kidul.
2. Secara independen, tim LIPI melaksanakan penelitian lanjutan mengenai
teknologi pompa yang digunakan.
3. Melakukan pemetaan daerah sungai di kaki gunung kidul untuk
keberlanjutan (sustainability) pengembangan.
4. Mobilisasi dengan warga gunung kidul untuk merealisasikan program
pengembangan daerah di gunung kidul yang di sepakati bersama.
5. Melakukan evaluasi secara periodik dan profesional.
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Gunung Kidul Gravity pump merupakan sebuah rancangan masterplan
baru bagi kawasan pegunungan yang tidak memiliki sumber air dengan konsep
berdasar pada alat sirkulator pompa gravitasi kecil. Pompa yang dapat menaikkan
air dari potensial rendah ke potensial tinggi. Konsep tersebut didasarkan pada
pemanfaatan gaya gravitasi, sehingga hemat energi dan ramah lingkungan.
Dengan menerapkan proses yang terjadi pada alat sirkulator pompa gravitasi,
Gunung Kidul Gravity pump dapat dibangun dengan bentuk yang sangat besar.
Pompa yang memiliki kolam penampung air yang sangat besar dan sangat rapat
dengan dua pipa air yang nantinya alat ini akan diletakkan di puncak gunung.
Sehingga air dari bawah tanah dapat diambil dan dibawa menuju daerah yang
lebih tinggi, lalu air tersebut akan dialirkan menuju seluruh sisi gunung lain yang
membutuhkan air.
Mega Pompa gravitasi adalah penerapan dari suatu alat sirkulator pompa
kecil yang berbentuk botol dengan dua selang sebagai tempat untuk mengalirkan
air yang digunakan untuk sirkulasi air pada akuarium tanpa membutuhkan listrik.
Sistem yang dapat menaikkan air dari kedudukan air yang lebih rendah menuju
kedudukan yang lebih tinggi yang kemudian akan dikeluarkan lagi. Prinsip kerja
Gunung Kidul Gravity Pump ini menerapkan hukum alam tentang potensial
gravitasi bumi dan tekanan udara. Ketika tanki vakum telah terisi air 2/3 tinggi
tanki, air dalam tanki vakum akan keluar melalui selang output(O), karena air
cenderung mengalir ke tempat lebih rendah dengan dipengaruhi gaya gravitasi
bumi dan tekanan air dalam tangki vakum. Keluarnya air dari selang O
mengakibatkan air dalam tanki berkurang, dan selanjutnya menurunkan tekanan
10
udara dalam tanki. Akibatnya tekanan pada dalam tanki menjadi lebih rendah
dibanding tekanan di luar tanki, sehingga air tertarik ke atas dan akan masuk
dalam tanki vakum. Air yang telah keluar melalui selang O akan digantikan oleh
air yang masuk melalui selang input(I). Proses ini akan berlangsung dengan syarat
tidak ada celah sedikitpun yang memungkinkan masuknya udara ke dalam tanki
vakum. Air yang keluar dari selang Output sebagian akan ditampung dalam kolam
untuk dimanfaatkan sebagai irigasi serta air minum ternak. Sebagian lagi akan
disalurkan langsung menuju rumah-rumah warga Gunung kidul yang akan
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan konsep ini.
Tangki air yang akan dipasang sebagai penampung air di atas gunung harus
merupakan bahan yang memiliki resistensi kuat. Tangki vakum tersebut harus
kuat menahan ribuan meter kubik air yang ditampungnya. Air yang memiliki berat
1000kg per meter kubiknya harus dapat ditahan oleh tanki. Sehingga dibutuhkan
bahan yang tebal dan sangat kuat sebagai pelapis tanki vakum. Bukan hanya itu,
tanki harus kuat menahan suhu yang ekstrim yang mana dapat mengubah besar
volume tangki. Apabila tangki mudah mengalami pemuaian atau penyusutan,
resiko kebocoran tangki sangat besar. Dan apabila tangki tidak dalam keadaan
vakum(bocor) maka pompa ini dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Tangki
juga harus tahan terhadap adanya sifat korosi akibat zat asam pada hujan dan
tanah. Apabila tangki terbuat dari olahan besi/baja, maka bahaya korosi harus
diperhitungkan secara matang. Mengenai pipa yang dipakai untuk mengambil air
dari dalam tanah juga harus diperhitungkan. Pipa tersebut harus kuat menahan
gaya horizontal tanah. Karena tanah pada dasarnya memiliki gerak dengan arah
horizontal yang sangat besar kekuatannya. Tanah yang mengandung berbagai
jenis unsur mineral sangat berpengaruh pada pipa tersebut. Intinya pipa tersebut
harus kuat terhadap gaya dorong tanah, zat-zat dalam tanah, dan volume air yang
melewatinya. Mengenai pemasangan alat gunung kidul gravity pump juga terdapat
hal-hal yang harus diteliti lebih dalam. Ketinggian muka air tanah perlu diketahui
terlebih dahulu. Alat tersebut memiliki batas maksimal untuk menaikkan air
menuju ke puncak gunung. Selain itu dibutuhkan perhitungan yang benar
mengenai ukuran tangki dan diameter pipa yang sesuai agar alat tersebut dapat
berfungsi optimal. Jadi kesimpulannya, dibutuhkan riset yang lama untuk
mendesain gunung kidul gravity pump ini agar dapat digunakan.
Di samping itu, konsep ini dapat menjadikan kawasan Gunung Kidul
Yogyakarta sebagai sebuah daerah objek wisata yang menarik dikunjungi.
Kawasan yang dapat dijadikan tempat study tour bagi para pelajar. Di tempat itu
nantinya para pelajar dapat mengamati pompa yang telah dibangun. Pelajar juga
akan diajak untuk belajar mengenai cara kerja pumpa tersebut. Serta meninjau
lokasi daerah pengairan yang dapat dijangkau pompa tersebut. Di daerah tersebut
juga akan dibuat kolam buatan yang besar untuk irigasi dan minum ternak.
Sehingga kolam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata.
Teknik Implementasi Gagasan
Gagasan Gunung kidul Gravity pump (GUGUP) ini dapat
diimplementaskan dengan baik apabila didukung oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya riset berkelanjutan dalam pengembangan Gunung Kidul Gravity
pump (GUGUP) sebagai pengganti pompa air energi listrik.
11
2. Komitmen antara pemerintah dan masyarakat dalam mendukung
pengembangan Gunung Kidul Gravity pump (GUGUP) di kawasan
Gunung Kidul Yogyakarta.
3. Konsep Gunung Kidul Gravity pump (GUGUP) diaplikasikan dalam
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Yogyakarta agar memungkinkan
potensi penerapannya oleh pemerintah.
4. Kerjasama antara pemerintah daerah dan pemerintah provinsi dalam
penataan ruang sekitar Gunung Kidul Yogyakarta, ditambah dengan
kerjasama antara masyarakat, swasta dan pemerintah untuk mewujudkan
Jakarta Mangrove Waterfront City.
5. Kerjasama antara mahasiswa sebagai unit pendukung riset yang
berkelanjutan terhadap pembangunan Gunung Kidul Gravity pump
(GUGUP).
6. Kerjasama masyarakat Gunung Kidul Yogyakarta sebagai support agar
megaproyek Gunung Kidul Gravity pump (GUGUP) berjalan dengan
lancar.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Pengembangan dan implementasi gagasan Gunung Kidul Gravity pump
(GUGUP) dapat dilaksanakan sedikit demi sedikit dengan mendasarkan pada
pengerjaan mega proyek GUGUP yang memakan waktu cukup lama. Sehingga
sebagai tolok ukur realisasinya dapat berdasarkan pada beberapa tahapan
pengembangan kawasan sebagai berikut:
1. Tahun 1-5: Riset mengenai teknologi pompa gravitasi.
2. Tahun 5-7: pemetaan daerah di kabupaten gunung kidul.
3. Tahun 6-9: pembebasan lahan untuk pembangunan proyek.
4. Tahun 9-16: penggalian dan pembangunan proyek pompa gravitasi
5. Tahun 17-20: pembangunan fasilitas dan prasarana penunjang seperti
jembatan, gedung pengawasan atau pemantau.
6. Tahun 16-20: pengembalian vegetasi hutan di daerah bekas proyek
sehingga menjadi daerah hijau, sehingga dapat menjadi objek wisata.
7. Tahun 20-25: realisasi pompa gravitasi yang berbasis sustainability.
DAFTAR PUSTAKA
Munson, Bruce R., Young, Donald F., Okiishi, Theodore H. 2002. Fundamentals
of fluids mechanic. Bogor: Penerbit Erlangga.
Anonim a. 25 November 2012. Mekanika fluida dalam penerapannya. Diakses di
< http://id.wikibooks.org/wiki/Rumus-
Rumus_Fisika_Lengkap/Mekanika_fluida > pada 18 Februari 2013.
Turmudzi, Didik. 26 November 2008. Pompa Air Tenaga Grafitasi. Diakses
di<http://d12kt.multiply.com/journal/item/1/Pompa-air-tenaga-
gravitasi?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem> pada 18
Februari 2013.
Anonim a. 10 Januari 2012. Ini Penyebab Air Telaga di Gunungkidul Susut
dalam Semalam.
Diakses di< http://news.okezone.com/read/2012/01/10/340/554823/ini-
penyebab-air-telaga-di-gunungkidul-susut-dalam-semalam
15
Gambar 4. Dari kiri ke kanan: a) masyarakat yang sedang mengambil air
b) rencana pipa aliran air menuju rumah penduduk
Gambar 5. Dari kiri ke kanan: a) green environtment
b) wisata gua bribin gunung kidul
Gambar 6. Dari kiri ke kanan: a) Bendungan bribin gunung kidul
b) penghijauan gunung kidul.
Gambar 7. Dari kiri ke kanan: a) Point of view(di atas tangki)
b) pompa tampak samping.