Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar manusia Tentang Kebutuhan Oksigenasi Oleh
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar manusia Tentang Kebutuhan Oksigenasi Oleh
Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar
manusia
Tentang Kebutuhan Oksigenasi
Oleh:
Moh. Syukran Azim
20100320061
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012). Oksigen adalah salah
satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel
tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi oksigen
merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium( Potter & Perry, 2006).
2. Anatomi Pernapasan
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di
belakang hidung eksterna. Hidung eksterna terdiri dari
tulang kartilago sebelah bawah dan tulang hidung di
sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan
pada bagian dalamnya dengan membran mukosa.Rongga hidung
memanjang memanjang dari nostril pada bagian depan ke
apertura posterior hidng, yang keluar ke nasofaring
bagian belakang.Septum nasalis memisahkan kedua rongga
hidung. Septum nasalis merupakan struktur tipis yang
terdiri dari tulang kartigo, biasanya membengkok ke satu
sisi atau salah satu sisi yang lain, dan keduanya
dilapisi oleh membran mukosa. Dinding Lateral dari rongga
hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os
sphenoid.Konka superior, Inferior dan media (turbinasi
hidung) merupakan tiga buah tulang yang melengkung lembut
melekat pada dinding lateral dan menonjol ke dalam rongga
hidung. Ketiga tulang tersebut tertutup oleh membran
mukosa. Sinus paranasal merupakan ruang pada tulang
kranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam rongga
hidung. Sinus tersebut ditutupi oleh membran mukosa yang
berlanjut dengan rongga hidung. Ostium ke dalam rongga
hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha
superior.
b. Faring,
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid
atau tonsil faring terletk dalam langit-langit nasofaring
. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiration dan digestif (Brunner & Suddarth.
2002)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan
tulang rawan yamg dilengkapi dengan otot, membrane,
jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah atas pintu masuk
laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis
ariteroid dan piat intararitenoid, dan sebelah tepi bawah
kartilago krikoid. Fugsi laring sebagai vokalalisasi yang
menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat khusus
pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi
di dalam batang otak, artikulasi serta resonansi dari
mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh
selaput, terletak di antara vertebrae servikalis VI
sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra
torakalis V. Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5
cm dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding
fibroealitis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang
mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V. Bronkus
mempunyai struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh
sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah
kearah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang
2, kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan
yang berada didalam kantong yang dibentuk oleh pleura
parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat lunak,
elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan
dan terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan
dan berbintik-bintik karena partikel-partikel debu yang
masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama paru-paru
adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan
darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat
sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni
menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan
mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi).
( Syafudin, 2011)
3. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni :
ventilasi, perfusi dan difusi( Potter & Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas
kedalam dan keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan
koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah
diagfragma(Potter & Perry, 2006). Ventilasi adalah proses
keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi
kare.na adanya perbedaan tekanan antara intrapleural
lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760
mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan membuat paru berkontraksi. Kerja
pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru,
tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif,
dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema
pulmonar, interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan
struktur traumatic, atau congenital seperti kifosis
atau fraktur iga.
Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat
obstruksi jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil
(seperti asma), dan edema trakeal. Jika tahanan
meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang melalui
jalan nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan
proses pasif normal yang bergantung pada property
recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau
tidak sama sekaliVolume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonary. Spirometer mengukur volume paru yang
memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi
volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan,
seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau
kondisi paru yang obstruktif. Jumlah surfaktan,
tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada
perubahan tekanan. Tekanan intrapleura bersifat
negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760
mmHg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke
dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura harus lebih
negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan
alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati
sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di mana pada sirkulasi
paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler
dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga
dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah
dengan konsentrasi yang lebih tinggi kedaerah degan
konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan
terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan
difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan membrane(Potter &
Perry, 2006).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas
– gas pernapasan kejaringan dipengaruhi oleh empat tipe
factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi
(Potter & Perry, 2006)
PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI
Anemia Menurunkan kapasitas darah
yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah
yang membawa oksigen
Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen
yang diinspirasi ke alveoli
Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi
oksigen inspirator karena
konsentasi oksigen atmosfer
yang lebih rendah.
Demam Meningkatkan frekuensi
metabolism dan kebutuhan
oksigen di jaringan.
Penurunan pergerakan
dinding dada (kerusakan
muskulo)
Mencegah penurunan diafragma
dan menurunkan diameter
anteroposterior thoraks pada
saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang
diinspirasi.
Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :
1. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan,
maka uterus maka uterus yanb berukuran besar akan
mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
2. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru. Hal
ini dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang
berat.
3. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan
penurunan oksigenasi.
4. Konfigurasi structural yang abnormal
5. Trauma
6. Penyakit otot
7. Penyakit system persarafan
8. Perubahan system saraf pusat
9. Pengaruh penyakit kronis.
10. Faktor Perkembangan
1. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit
membrane hialin, yang diduga disebabkan defisiensi
surfaktan.
2. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA) hasil pemaparan dari
anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain
itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi
berkembang kongesti nasal yang memungkinkan
pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi
terjadinya ISPA. ISPA yang sering doalami adalah
nasofaringitis, faringitis, influenza, dan
tonsillitis.
3. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi
pernapasan dan factor-faktor resiko pernafasan,
misalnya asap rokok dan merokok.
4. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda
terpapar pada banyak factor resiko kerdiopulmonar
seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik,
obat-obatan.
5. Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia
yang berhubungan dengan osteoporosis dan kalsifikasi
tulang rawan kosta. Otot – otot pernapasan melemah
dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam
beberapa cara. Klien yang mengalami kekurangan gizi
mengalami kelemahan otot pernafasan. Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan
menurun.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh
dan kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman
pernapasan meningkat, memampukan individu untuk
mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan
kelebihan karbondoksida.
3. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit
jantung, penyakit paru obstrukti kronis, dan kanker
paru.
4. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan
akan menggganggu oksigenasi jaringan. Kondisi ini
sering kali memiliki asupan nutrisi yang buruk.Kondisi
ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
c. Faktor Lingkungan
Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di
tempat kerja dan berkembang setelah individu terpapar
asbestosis.
a. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan
meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan
oksigen akan meningkat(Potter & Perry, 2006).
5. Patofisologi
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora
yang masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang
oleh beberapa faktor (kondisi anaerob), sehingga berubah
menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi hal
ini tidak mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis
sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh sel
vegetatif yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua
eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin
menyebabkan hemolisis tetapi tidak berperan dalam penyakit
ini. Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin.
Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat sistem
saraf: (1) motor end plate di otot rangka, (2) medula spinalis,
(3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf
simpatis. Setalah pelapasan toksik yang mengakibatkan
regitasi otot rangka, sehingga menurunkan ekspansi dada yang
mengakibatkan peningkatan RR sehingga terjadi gangguan
oksigenasi.
Trauma pada tulang rangka yang multiple yang menyebabkan
hail chest sehingga menyebabkan pernapsan paradoksal terjadi
gangguan oksigenasi jika tidak terasai maka akan terjadi
hipoksia tubuh mengonpensasi dengan perpasan yang dalam dan
freakuensi yang cepat serta dipnea
Trauma
Fraktur tulang rangkamutiple
Fail Chest
Px mengalamipernapasanparadoksal
Gangguan Oksigenasi
Penurunan kadaroksigen yangdiinspirasi,
penurunan kadarhemoglobin dan
Peningkatan Frekuensi dan kedalaman pernapasan
Dipsnea
Invasi Clostridium Tetani
Pelepasan tetanuspasmik dan
Rigiditas otot
Penurunan ekspansi dada
RR meningkat, ,penggunaan otot
bantupernafasan
Hipoksia
6. Perubahan Fungsi Pernapasan
Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan
kondisi-kondisi yang mempengaruhi ventelasi dan transport
oksigen.
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi meerupakan suatu kondisi ventilasi yang
berlebihan yang dibutuhkan untuk mengeleminasi
kerbondioksida normal di vena yang diproduksi melalui
metabolism seluler. Hieprventilasi bisa disebabkan oleh
ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-
basadan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau
syok. Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh berusaha
mengompensasi asidosis metabolic dengan memproduksi
alkalosis repiratorik. Tanda dan gejala hiperventilasi
adlaah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, pusing,
disorientasi, tinnitus dan penglihatan yang kabur.
b. Hipoventilaasi
Tertjai ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon
Ketidakefektipan pola nafas
dioksida secara adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi
adalah pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi, koma
dan henti jantung. Terapi umtuk penanangan hiperventilasi
dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang
mendasaro gangguan tersebut, kemudian ditingkatkan
oksigenasi jaringan, perbaikan fungsi ventilasi, dan
upaya keseimbangan asam basa.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada
tingkat jaringan Kondisi ini terjadi akibat defesiensi
pengahantaran oksigen atau penggunaan oksigen diseluler.
Hipoksia disebabkan oleh penuruanan kadar hemoglobin dan
penuruna kapasitas darah yang membawa oksigen, penuruan
konsentrasi oksigen yang diinspirasi, ketidakmampuan
jaringan untuk mengambil oksigen dari darah seperti
terjadi pada kasus keracunan sianida. Penurunan difusi
oksigen dari alveoli ke darah, seperti terjadi pada pada
kasus
Pneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan
yang buruk, sperti pada syok dan keruskan vemtilasi.
Tanda dan gejala hipoksia termsuk rasa cemas, gelisah,
tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran,
pusing perubahan prilaku, pucat dan sianosis.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Saat melakukan inspeksi perawat melakukan oservasi dari
ujung kepala sampai kaki klien untuk mengkaji kulit dan
warna membarn mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran,
keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan
gerakan dinding dada.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan
palpasi, jenis dan jumlah kerja thorak, daearah nyeri,
tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi
taktil fremitis, getaran dada, angkatan dada dan titik
impuls maksimal.
c. Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk
menentukan adanya udara, cairan, atau benda padat di
jaringan yang berada di bawah objek tersebut.
d. Auskultasi
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi
bunyi paru dan jantung yang normal maupun yang tidak
normal.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik
aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls
dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan
pertukaran gas secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
d. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan
proses-proses abnormal.
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
6. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi
oleh dokter, misal: nebulizer, kanula nasal, masker
untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisafan lender
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender
7. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
8. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang muncul
b. Pola napas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Bersihan jalan napas tidak efektif
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. UnitedStates of America : Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing OutcomesClassification. United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. DiagnosisKeperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta :EGC.Brunner & Suddart (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:EGC.Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha IlmuSyaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGCBrunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta: EGC