Manusia dalam Islam

62
September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM] 1 M a k a l a h Manusia Dalam Islam A N G G O T A Marga Area Refangga (130810201200) Galih Wahyu Nugroho (130810201059) Agnes Agnesi Pinky Nuryansa (130810201038) Hendrik Septi Aji (130810201083) Luccy Avrindi (130810201116) Anisa Nurulia Syafitri (130810201019) UNIVERSITAS JEMBER 2013

Transcript of Manusia dalam Islam

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

1

M a k a l a hManusia Dalam Islam

A N G G O T A

Marga Area Refangga (130810201200)

Galih Wahyu Nugroho (130810201059)

Agnes Agnesi Pinky Nuryansa (130810201038)

Hendrik Septi Aji (130810201083)

Luccy Avrindi (130810201116)

Anisa Nurulia Syafitri (130810201019)UNIVERSITAS JEMBER 2013

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah

berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji

hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala

berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira

besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

judul ”Manusia Dalam Islam”.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada: Kedua orang yang telah memberikan

dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari

sanalah semua ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan

sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang

lebih baik lagi.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari

kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh

karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

2

K a t a P e n g a n t a r

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi

semua pembaca.

Jember, September 2013

3

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Kata

Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . 2

BAB I PENDAHULUAN

» Latar Belakang

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB II PEMBAHASAN

» Manusia Dalam Antropologi Filsafat

. . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

» Konsep Manusia Dalam Islam

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

» Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran . . . . . . . . . . .

. . . . . . 21

» Penyebutan Manusia Dalm Al-Quran

. . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

» Manusia Itu Lebih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . 28

» Manusia Dan Tanggung Jawabnya . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . 35

4

D a f t a r I s i

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

BAB III PENUTUP

» Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . 36

» Daftar Pustaka

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

37

5

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia adalah makhluk Allah Swt yang diberikan kelebihan

berupa Akal untuk berfikir dan mengingat apa-apa yang ia

pelajari, alami, dan lakukan. Menurut Nurcholis madjid,

manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mengagumkan dan

penuh misteri. Dia tersusun dari perpaduan dua unsur; yaitu

segenggam tanah bumi, dan ruh Allah. Maka siapa yang hanya

mengenal aspek tanahnya dan melalaikan aspek tiupan ruh Allah,

maka dia tidak akan mengenal lebih jauh hakikat manusia.[1]

Al-Qur’an sendiri juga menyatakan bahwa manusia memang

merupakan makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh

Allah Swt.  

 Artinya: “Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya.” [At-Tin: 4]

Juga ada banyak sekali kelebihan yang diberikan Allah SWT

kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk-makhluknya

yang lain.

6

L a t a r B e l a k a n g

BAB I PENDAHULUAN

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

 Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut

mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan

Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhlluk

yang Kami ciptakan.” [Al-Isra: 70]

Oleh karena itu, manusia perlu menyadari eksistensi dan

tujuan penciptaan dirinya, memahami risalah hidupnya selaku

pengemban amanah Allah, mell\alui arahan dan bimbingan yang

berkesinambungan agar kehidupannya menjadi lebih berarti.

      

7

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Dalam Antropologi Filsafat, konsep manusia selalu

dirumuskan oleh kelompok tertentu secara struktural memiliki

kemungkinan untuk mengekspresikan ideal budayanya. Dalam

sejarah terlihat bahwa kelompok bawah tidak memperoleh

kesempatan secara struktural untuk merumuskan cita-cita

kemanusiaanya secara verbal dan mewujudkannya secara nyata

dalam kehidupannya dalam masyarakat. Ini tidak berarti bahwa

mereka tidak memiliki kesadaran akan kemanusiaannya tetapi

mereka terhambat secara struktural untuk mengungkapkan

gambaran kemanusiaannya.

Hal ini tang dikatakan kebudayaan "diam", seperti yg

dikatakan oleh Paulo Freire.

De factonya kelompok bawah hanya menerima formulasi konsep

kemanusiaan dari atas, kelompok yang lebih dominan. Kelompok

bawah menginternalisasikan nilai-nilai itu sehingga cita-cita

kemanusiaan sama dengan cita-cita kelompok penentu.

Kelompok elit yg secara ekonomis kuat berusaha menciptakan

idea budaya sesuai dengan kelompoknya. Pola kehidupan mereka

adalah pola kemanusiaan yang konsumtif. Mereka lebih dikenal

dengan Humanisme borjuis.

8

Manusia Dalam Antropologi Filsafat

B A B II P E M B A H A S A N

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Humanisme borjuis ini mendasarkan diri pada hubungan

manusia dengan dunia material. Namun seringkali hubungan

humanisme borjuis ini merusak hubungan sosial : yang kuat

membangun wilayahnya dengan kerja dari yang lemah. Perbedaan

cara hidup dari yang kuat, yaitu kelompok yang mengusai modal,

ilmu dan teknologi dan yang lemah teralienasi dari kerja

danhasil kerjanya semakin kentara. Terjadilah proses yang

kurang manusiawi secara eksistensial adalah kelompok yang lemah,

mka inisiatif harus muncul dari kelompok itu sendiri. Jadi

humanisme dalam konteks ini bertitik tolak dari pengalaman

negatif yang memperjuangkan kemanusiaanya.

Kita dapat bertanya dengan situasi bangsa kita sekarang

ini : Apa Artinya menjadi manusia yang benar dan baik, yang bahagia dan

bebas ?

Kita perlu berhti-hati untuk menerapkan gambaran-gambaran

normatif tentang manusia: Jangan-jangan gambaran manusia ideal

tak pernah ada, atau jangan-jangan memuat unsur-unsur

ideologis atau asumsi-asumsi yang akhirnya justru akan

menunjang situasi kurang manusiawi.

9

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Oleh karena itu, untuk membangun manusia bangsa perlu

diperhatikan hal-hal antropologis ini:

Dimensi "memiliki" dan "ada" saling berkaitan

"Memiliki" (to have) dan "ada" (to be) merupakan dua kategori

fundamental kemanusiaan. Agar manusia dapat berada, dapat

hidup, dapat berkembang sebagai pribadi ia harus memiliki

sesuatu.

"Memiliki" berakar dalam eksistensi manusia sendiri. Fromm

menyebut existensial having. Susah banyak usaha-usaha untuk

merumuskan unsur-unsur apa yang minimal harus termuat dalam "

having" dajn "being" itu. Hal ini dapat dirumuskan dalam

kerangka kualitas hidup, nilai-nilai yang dituju manusia, atau pemenuhan

kebutuhan dasar manusia.

Aspek "pemilikan" berkaitan dengan dimensi kejasmian

manusia yang memiliki relasi dengan alam, lingkungan ekologis

yang konstitutif bagi kemanusiaan. Relasi manusia dengan alam

memiliki batas-batas yang harus dihormati bila ia melestarikan

hidup. Maka apa yang secra teknis mungkin, tidak selalu secara

etis mungkin. Hal yang sama berlaku bagi batas-batas fisik dan

psikis manusia.

Manusia dikondisikan oleh struktur-struktur kemasyarakatan

Manusia dalam sejarahnya menciptakan struktur-struktur,

tetapi pada gilirannya struktur-struktur menjadi otonom dan

10

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

mengkondidikan manusia. Tentu saja hidup tidak mungkin tanpa

tingkat institusionalisasi tertentu. Identitas manusia

membutuhkan konsensus sosial, perlu didukung oleh struktur.

Tetapi kerap kali struktur yang diperkuat oleh berbagai macam

sistem legitimasi lebih memperbudak manusia daripada

melindungi dan menciptakan kebebasan yang lebih luas. Di sini

muncul tuntutan etis untuk mengubahnya.

Hal ini secara khusus masalah pemerataan, keadilan sosial

dan partisipasi politik. Ketiga hal ini merupakan nilai-nilai

manusiawi yang perwujudannya tergantung pada struktur atau

relasi-relasi sosial.

Relasi seimbang manusia dengan sesama dan dengan

lingkungannya seperti dicita-citakan dalam masyarakat kita

hanya dapat terjadi kalau benar-benar seimbang secara

struktur. Tidak mungkin relasi itu seimbang kalau tidak ada

pemerataan, keadilan dan partisipasi kecuali kalau seimbang

diartikan sebagai mempertahankan status quo dan stabilitas.

Kebebasan manusia adalah kebebasan yang diperjuangkan terus

Kebebasan manusia adalah kebeasan historis: harus dicapai

dengan jalan mengatasi berbagai macam hambatan, baik dari

dalam diri manusia maupun dari luar, yaitu struktur-struktur

yang mengkondisikan manusia. Seorang yang bebas adalah seorang

11

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

yang mampu menentukan diri sendiri dan tidak merupakan ciptaan

dari suatu sistem.

Kebebasan tidak hanya berarti kebebasan "dari dalam",

yang juga selalu terancam oleh berbagai manipulasi yang

dimungkinkan misalnya oleh penemuan ilmu dan teknologi baru,

tetapi kebebasan harus mencakup pembebasan dari struktur yang

opresif dalam masyarakat.

Suatu contoh dapat dikemukakan disini, yaitu bagaimana

perkembangan ilmu dan teknologi membatasi atau bahkan

menghilangkan kebebasan manusia adalah penemuan-penemuan dalam

behaviour control, hal ini misalnya :

(a) Penemuan teknologi kontrol memungkinkan tata kelakukan

dapat secara sengaja diubah dengan manipulasi otak seperti

dalam psychosurgery, electrical stimulation of the brain (ESB), infus unsur

khemis, obat bius dll. Juga teknologi baru, seperti

psikoterapi dinamis mampu memanipulasi simbol affektif dan

kognitif yang menstrukturir tata kelakukan

manusia.

(b) Pengertian yang mendalam tentang tata kelakuan manusia

memmungkinkan pengendalian atau manipulasi perbuatan dan sikap

manusia misalnya dalam bidang informasi.

(c) Alat-alat media seperti TVdapat dimanfaatkan juga untuk

mengendalikan tata kelakuan manusia.

12

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

(d) Institusi dapat disusun sedemikian rupa sehingga

menghasilkan tata kelakuan tertentu.

Behaviour control dapat meliputi tata kelakuan yang

bersifat publik bahkan juga tata kelakuan manusia yang

bersifat pribadi; pikiran, emosi, afeksi, perasaan. Dimensi

etis dari "behaviour control" muncil karena tata kelakuan

dikendalikan dan bukannya ia sendiri secara aktual

mengendalikannya. Biloa pengendalian itu teknologis maka

pengendaliannya teknologi. Pun bila pengendalian sendiri tidak

mempunyai maksud tertentu,

tetapi karena efek terhadap orang itu real maka tetap

merupakan soal moral.

Memang beberapa bentuk pengendalian bisa menambah

kebebasan lebih besar, terutama bila membantu pengendalian

diri (misalnya untuk menyembuhkan kompulsi atau beberapa

bentuk kontrol sosial) dapat membantu terbentuknya konteks

yang memungkinkan kebebasan lebih besar. "Behaviour control"

bisa membuat manusia lebih bebas.

Kesatuan Aksi dan Refleksi dalam Praksis

Paulo Freire dalam bukunya pedagogy of the Oppressed, pengguin Books, 1972

13

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

mengatakan bahwa :

"Secara antropologis untuk mengatakan mahkluk yang praksis

Perbedaan antara hewan ..... dan manusia dapat dilihat melalui

tindakan mereka atas dunia untuk menciptakan kebudayaan dan

sejarah. Hanya Manusia yang praksis-praksisnya adalah sebagai

suatu refleksi dan tindakannya yang benar-benar mengubah

realitas, sebagai sumber pengetahuan dan menciptakan sesuatu.

Sedangkan Aktivitas Hewan, yang terjadi tanpa praksis, tidak

kreatif; .... "

Jadi manusia adalah praksis. Praksis menjadikan siapa

dirinya. Praksis memuat kerja, aksi: Perubahan dunia meteriil;

tetapi praksis adalah terutama transformasi hubungan sosial.

Praksis dalam artinya yang penuh adalah pembebasan untuk

menciptakan relasi sosial yang baru.

J Comblin dal;am bukunya Humanity and the Liberation of the Oppressed

mengatakan bahwa: "Krisis masyarakat borjuis dan humanisme

sekarang ini memaksa kita untuk melihatke arah yang berbeda

untuk menemukan humanisme ke depan. Manusia dipanggil untuk

memenuhi dirinya tidak lagi sesederhana melalui pendidikan

diri indiviudal itu, atau pikiran untuk bekerja, tetapi

melalui membangun hubungan sosial.

14

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia Terus Menerus memberi makna pada dunianya

Manusia selalu memiliki model kognitif tentang kenyataan, yang

menjelaskan apa bentuk kemanusiaan yang dipilihnya, untuk apa

hidup ini dan apa yang menjadi hidup ini berharga. Model

kognitif ini menafsirkan dunia dan sejarah baik dalam teori

maupun praktek, sehingga dunia dan sejarah dapat dialami

sebagai keseluruhan yang bermakna. Termasuk di dalam model

kognitif tentang pandangan hidup, pandangan tentang

masyarakat, dunia dan sejarah.

Di sini pula kita temukan berbagai utopia : masa depan

macam apakah yang dikehendaki ? Konsepsi tentang sejarah dan

dunia ini membuat bernakna keterbatasan, kesementaraan,

kegagalan, penderitaan dan sebagainya. Tanpa kerangka arti ini

manusia kehilangan identitasnya atau jatuh dalam keadaan

neuroti. Di sini pula manusia mendapatkan arti dari segala

macam mitos memberi makna dan orientasi pada hidup.

15

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia diciptakan Allah

Swt. Berasal dari saripati

tanah, lalu menjadi nutfah,

alaqah, dan mudgah sehingga

akhirnya menjadi makhluk yang

paling sempurna yang memiliki

berbagai kemampuan. Oleh

karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah

diberikan Allah Swt.

Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak

menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal

ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya

saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh

17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran

59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.

Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari

tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada dalam

tanah ikut mengalami reaksi kimia. Oleh karena itu bahan-bahan

pembentuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan

petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan

petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu

16

Konsep Manusia Dalam Islam

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk

kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur

hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-

bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah

dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai

tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses

kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu

tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan

terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet.

Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan

Abu bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada

waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang

berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya

setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain

menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya,

tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika

demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu

menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena

kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih

ajaran Allah.

Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses

penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci

namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya

manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang

17

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah,

ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses

dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu

pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian,

pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu

pengetahuan.

Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga

dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran

menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya.

Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-

Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat

mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif )

tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena

ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan

makhluk lainnya.

Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak

bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan

dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal

an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ).

Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah ( at-Tiin :

4 ).

Pembahasan.

Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakan

nilai-nilai kemanusia atau hubungan personal, interpersonal18

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

dan masyarakat secara agung dan luhur, tidak

ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian

yang mengikat

semua aspek manusia. Karena Islam yang berakar pada kata

“salima” dapat

diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri

manusia dan itu

sifatnya fitrah. Kedamaian akan hadir, jika manuia itu sendiri

menggunakan dorongan

diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan atau

memposisikan

dirinya sebagai makhluk ciptaaan Tuhan yang bukan saja unik,

tapi juga

sempurna, namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan

tidak berjalan

seiring fitrah, maka janji Tuhan adzab dan kehinaan akan

datang.

Fitrah kemanusiaan yang merupakan pemberian Tuhan (Given)

memang tidak dapat ditawar, dia hadir sering tiupan ruh dalam

janin manusia dan begitu manusia lahir dalam

bentuk “manusia” punya mata, telinga, tangan, kaki dan anggota

tubuh lainnya

sangat tergantung pada wilayah, tempat, lingkungan dimana

manusia itu

dilahirkan. Anak yang dilahirkan dalam keluarga dan lingkungan19

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

muslim sudah

barang tentu secara akidah akan mempunyai persepsi ketuhanan

(iman) yang sama,

begitu pun nasrani dan lain sebagainya. Inilah yang sering

dikatakan sebagai

sudut lahirnya keberagamanaan seorang manusia yang akan

berbeda satu dengan

yang lainnya. Dalam wacana studi agama sering dikatakan bahwa

fenomena

keberagamaan manusia tidak hanya dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang

normativitas melainkan juga dilihat dari historisitas. .

Konsep manusia

Ada 3 teori dalam konsepsi manusia yaitu :

» Pertama yaitu Teori Evolusi.

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang sarjana

Perancis J.B de Lamarck yang menyatakan bahwa kehidupan

berkembang dari

tumbuh – tumbuhan menuju binatang dan dari binatang

menuju manusia. Teori ini

merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan –

lahan dari tidak

sempurna menjadi perubahan yang sempurna.

20

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

» Kedua yaitu Teori Revolusi

Teori revolusi ini merupakan perubahan yang amat cepat

bahkan mungkin dari tidak ada menjadi ada. Teori ini

sebenarnya merupakan kata lain untuk menanamkan

pandangan pencipta dengan kuasa Tuhan atas makhluk-Nya.

Pandangan ini gabungan pemikiran dari umat manusia yang

berbeda tentang proses kejadian manusia yang dihubungkan

dengan keMaha Kuasaan Tuhan.

» Ketiga yaitu Teori Evolusi Terbatas.

Teori ini adalah gabungan pemikiran dari pihak-pihak

agama yang berlandaskan dengan alasan-alasan serta

pembuktian dari pihak sarjana penganut teori evolusi.

Seperti yang dikemukakan oleh FransDahler, yang mengakui

bahwa tumbuh-tumbahan, binatang, dan manusia selama

ribuan atau jutaan tahun yang benar-benar mengalami

mutasi (perubahan) yang tidak sedikit.

Menurut RHA. Syahirul Alim cendekiawan Muslim ahli kimia

menyatakan bahwa kita sebagai manusia harus merasa

terhormat kalau diciptakan dari keturunan kera karena

secara kimia molekul-molekul kera jauh lebih kompleks

dibandingkan dengan tanah, karena tanah molekulnya lebih

rendah keteraturannya. Menurut Al-Syaibani manusia

dikelompokkan menjadi delapan definisi,antara lain :

21

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia dimuka

bumi

Manusia sebagai khalifah dimuka bumi.

Insan manusia sebagai makhluk sosial yang

berbahasa.

Insan yang mempunyai tiga dimensi yaitu badan,

akal, dan ruh

Insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri

pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua

factor, yaitu faktor warisan dan lingkungan.

Manusia mempunyai motivasi, kecenderungan, dan

kebutuhan permulaan baik yang diwarisi maupun

yang diperoleh dalam proses sosialisasi.

Manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang

satu dengan yang lainnya.

Manusia Dalam pandangan islam

Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai

makhluk, mukalaf, mukaram,

22

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk yang memiliki

nilai-nilai fitri dan sifat-sifat

insaniah, seperti dha’if ‘lemah’ (an-Nisaa’: 28), jahula

‘bodoh’ (al-Ahzab:

72), faqir ‘ketergantungan atau memerlukan’ (Faathir: 15),

kafuuro ‘sangat

mengingkari nikmat’ (al-Israa’: 67), syukur (al-Insaan:3),

serta fujur

dan taqwa (asy-Syams: 8).

Selain itu, manusia juga diciptakan untuk mengaplikasikan

beban-beban ilahiah yang

mengandung maslahat dalam kehidupannya. Ia membawa amanah

ilahiah yang harus

diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Keberadaannya di alam

mayapada

memiliki arti yang hakiki, yaitu menegakkan khilafah.

Keberadaannya tidaklah

untuk huru-hara dan tanpa hadaf ‘tujuan’ yang berarti.

Perhatikanlah

ayat-ayat Qur`aniah di bawah ini.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

23

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

membuat kerusakan

padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya

Aku

mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah: 30)

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi

kepada-Ku.” (adz-Dzariyat: 56)

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada

langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk

memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,

dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia

itu amat zalim dan amat bodoh.” (al-Ahzab: 72)

Manusia adalah makhluk pilihan dan makkhluk yang

dimuliakan oleh Allah SWT dari

makhluk-makhluk yang lainnya, yaitu dengan keistimewaan yang

dimilikinya,

seperti akal yang mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran,

merenungkannya, dan

kemudian memilihnya. Allah SWT telah menciptakan manusia

dengan ahsanu

24

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

taqwim, dan telah menundukkan seluruh alam baginya agar ia

mampu memelihara dan

memakmurkan serta melestarikan kelangsungan hidup yang ada di

alam ini. Dengan

akal yang dimilikinya, manusia diharapkan mampu memilah dan

memilih

nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang tertuang

dalam risalah

para rasul. Dengan hatinya, ia mampu memutuskan sesuatu yang

sesuai

dengan iradah Robbnya dan dengan raganya, ia diharapkan pro-

aktif untuk

melahirkan karya-karya besar dan tindakan-tindakan yang benar,

sehingga ia

tetap mempertahankan gelar kemuliaan yang telah diberikan oleh

Allah SWT kepadanya

seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan yang lainnya.

Maka, dengan sederet sifat-sifat kemuliaan dan sifat-

sifat insaniah yang berkaitan

dengan keterbatasan dan kekurangan, Allah SWT membebankan

misi-misi khusus

kepada manusia untuk menguji dan mengetahui siapa yang jujur

dalam

beriman dan dusta dalam beragama.

25

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)

mengatakan: “Kami

telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan

sesungguhnya kami telah

menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya

Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia

mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabuut: 2-3).

Oleh karena itu, ia harus benar-benar mampu menjabarkan

kehendak-kehendak ilahiah

dalam setiap misi dan risalah yang diembannya.

1.Misi Manusia

Manusia di dalam hidup ini memiliki tiga misi khusus: misi

utama; misi fungsional; dan

misi operasional.

A. Misi Utama

Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama,

yaitu beribadah kepada Allah SWT. Maka, setiap langkah dan

gerak-geriknya harus searah dengan garis yang telah

ditentukan. Setiap desah nafasnya harus selaras dengan

kebijakan-kebijakan

ilahiah, serta setiap detak jantung dan keinginan hatinya

harus seirama dengan

26

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

alunan-alunan kehendak-Nya. Semakin mantap langkahnya dalam

merespon seruan

Islam dan semakin teguh hatinya dalam mengimplementasikan apa

yang telah

menjadi tugas dan kewajibannya, maka ia akan mampu menangkap

sinyal-sinyal yang

ada di balik ibadahnya. Karena, dalam setiap ibadah yang telah

diwajibkan oleh

Islam memuat nilai filosofis, seperti nilai filosofis yang ada

dalam ibadah

shalat, yaitu sebagai ‘aun (pertolongan) bagi manusia dalam

mengarungi lautan

kehidupan (al-Baqarah:153), dan sebagai benteng kokoh untuk

menghindari,

menghadang, dan mengantisipasi gelombang kekejian dan

kemungkaran (al-Ankabuut: 45).

Adapun nilai filosofis ibadah puasa adalah untuk

menghantarkan manusia muslim

menuju gerbang ketaqwaan, dan ibadah-ibadah lain yang

bertujuan untuk

melahirkan manusia-manusia muslim yang berakhlak mulia (al-

Baqarah: 183 dan

aat-Taubah:103). Maka, apabila manusia mampu menangkap sinyal-

sinyal nilai

27

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

filosofis dan kemudian mengaplikasikan serta

mengekspresikannya dalam bahasa

lisan maupun perbuatan, ia akan sampai gerbang ketaqwaan.

Gerbang yang

dijadikan satu-satunya tujuan penciptaannya.

Namun, tidak semua manusia di dunia ini mengikuti

perintah dan merespon risalah yang

di bawa oleh para Rasul. Bahkan, banyak di antara mereka yang

berpaling dari

ajaran-ajaran suci yang didakwahkan kepada mereka. Ada juga

yang secara terang-terangan mengingkari dan memusuhinya (an-

Nahl: 36, al-An’aam: 26, dan al-Baqarah: 91).

Hal ini bisa terjadi pada manusia karena dalam dirinya

ada dua kekuatan yang sangat

dominan mempengaruhi setiap pikiran dan perbuatannya, kekuatan

taqwa dan

kekuatan fujur. Kekuatan taqwa didorong oleh nafsu mutmainnah

(jiwa yang

tenang) untuk selalu menterjemahkan kehendak ilahiah dalam

realitas kehidupan,

dan kekuatan fujur yang di dominasi oleh nasfu ammarah (nafsu

angkara murka)

yang senantiasa memerintahkan manusia untuk masuk dalam dunia28

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

kegelapan.

Maka, dalam bingkai misi utama ini, manusia bisa

diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu sabiqun bil khairat, muqtashidun, dan dzalimun

linafsihi. Hal ini

dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai berikut.

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang

Kami pilih di antara

hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya

diri mereka sendiri

dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka

ada (pula) yang

lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian

itu adalah

karunia yang amat besar.” (Faathiir: 32)

• Sabiqun bil khairat

Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba

yang tidak hanya puas

melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan

oleh-Nya, namun ia

terus berlomba dan berpacu untuk mengaplikasikan sunnah-sunnah

yang telah

digariskan, dan menjauhi hal-hal yang dimakruhkan. Akal

sehatnya menerawang 29

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

jauh ke depan untuk menggagas karya-karya besar dan langkah-

langkah positif.

Hati sucinya menerima pilihan-pilihan akal selama tidak

bertentangan dengan

nilai-nilai Islam. Inilah hamba yang selalu melihat kehidupan

dengan cahaya

bashirah. Hamba yang hatinya senantiasa dihiasi ketundukan,

cinta, pengagungan,

dan kepasrahan kepada Allah SWT.

• Muqtashidun

Hamba Allah yang masuk dalam kategori ini adalah manusia

muslim yang puas ketika

mampu mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Allah

SWT. Dalam benaknya,

tidak pernah terlintas ruh kompetitif dalam memperluas wilayah

iman ke wilayah

ibadah yang lebih jauh lagi, yaitu wilayah sunnah. Imannya

hanya bisa menjadi

benteng dari hal-hal yang diharamkan dan belum mampu

30

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

membentengi hal-hal yang

dimakruhkan.

• Dzalimun linafsihi

Hamba yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang masih

mencampuradukkan antara hak dan batil. Selain ia mengamalkan

perintah-perintah Allah SWT, ia juga masih

sering berkubang dalam kubangan lumpur dosa. Jadi, dalam diri

seorang hamba ada

dua kekuatan yang mempengaruhinya, tergantung kekuatan mana

yang lebih

dominan, dan dalam kelompok ini, nampaknya kekuatan syahwat

yang

mendominasi kehidupannya, sehingga hatinya sakit parah.

“Mengikuti syahwat adalah penyakit, sedangkan durhaka

kepadanya adalah obat

mujarab dab terapi yang manjur” (Adab ad-Diin wa ad-Dunya, Abu

al-Hasan Ali

al-Mawardy)

Apabila manusia mengikuti libido, mengekor nafsu angkara

murka, dan menjadi budak

syahwatnya, maka ia akan keluar dari poros yang telah

digariskan oleh Allah

SWT. Ia akan mencampakkan dan mensia-siakan amanah yang agung.

Bahkan, ia akan 31

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

melakukan konspirasi bersama thogut-thogut untuk memberangus

nilai-nilai

kebenaran. Di sini, manusia akan bergeser dari gelar khairul

barriah

‘sebaik-baik makhluk’ dan ahsanu taqwim ke gelar baru, yaitu

syarrul barriah

‘seburuk-buruk makhluk’, asfalus saafilin ‘tempat yang paling

rendah’,

al-an’aam ‘binatang ternak’, kera, babi, batu, dan kayu yang

berdiri. Inilah

manusia-manusia yang memiliki hati, mata dan telinga, numun ia

tidak pernah

berfikir, tidak pernah melihat kebenaran, dan tidak pernah

mendengar ayat-ayat

Qur`aniah dan Kauniah dengan tiga faktor tersebut.

Ali bin Abu Thalib ra. berkata, “Ada dua masalah yang saya

takutkn menimpa kamu. Pertama, mengikuti hawa nafsu. Kedua,

banyak menghayal. Karena, yang pertama akan

menjadi tembok penghalang antara dirinya dan kebenaran, dan

yang kedua

mengakibatkan lupa akan akhirat.” Sebagian ahli hikmah

berkata, “Akal merupakan teman setia, dan hawa nafsu adalah

musuh yang ditaati.”Sebagian ahli hikmah yang lain

berkata,“Hawa nafsu adalah raja yang bengis dan penguasa yang

lalim.” (Adab ad-Diin wa ad-Dunya)32

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

B. Misi Fungsional

Selain misi utama yang harus diemban manusia, ia juga

mempunyai misi fungsional

sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini,

kecuali ia istiqamah di

atas rel-rel robbaniah. Manusia harus membuang jauh bahasa

khianat dari kamus

kehidupannya. Khianat lahir dari rahim syahwat, baik syahwat

mulkiah

‘kekuasan’, syahwat syaithaniah, maupun syahwat bahaimiah

‘binatang

ternak’.(al-Jawab al-Kaafi, Ibnu Qaiyim al-Jauziah)

Ketika jiwa manusia di kuasai oleh syahwat mulkiah, maka ia

akan mempertahankan

kekuasaan dan kedudukannya, meskipun dengan jalan yang tidak

dibenarkan oleh

Islam.

Adapun ketika jiwa manusia terbelenggu oleh syahwat

syaithaniah dan bahaimiah,

maka ia akan selalu menciptakan permusuhan, keonaran, tipuan-

tipuan, dan

menjadi rakus serta tamak akan harta. Tidak ada sorot mata

persahabatan dan

33

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

sentuhan kasih dalam dirinya. Ia bersenang-senang di atas

penderitaan rakyat

dan tak pernah berhenti mengeruk kekayaan rakyat.

C.Misi Operasional

Manusia diciptakan di bumi ini—selain untuk beribadah dan

sebagai khalifah, juga

harus bisa bermain cantik untuk memakmurkam bumi (Huud: 61).

Kerusakan di

dunia, di darat, maupun di lautan bukan karena binatang ternak

yang tidak tahu

apa-apa, tetapi ia lahir dari tangan-tangan jahil manusia yang

tidak pernah

mengenal rambu-rambu Tuhannya. Benar, semua yang ada di bumi

ini diciptakan untuk

manusia, namun ia tidak bebas bertindak diluar ketentuan dan

rambu ilahi

(ar-Ruum: 41). Oleh karena itu, bumi ini membutuhkan pengelola

dari

34

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

manusia-manusia yang ideal. Manusia yang memiliki sifat-sifat

luhur sebagaimana

disebutkan di bawah ini. Syukur (Luqman: 31) Sabar (Ibrahim:

5) Mempunyai belas kasih (at-Taubah: 128)Santun (at-Taubah:

114)Taubat (Huud: 75) Jujur (Maryam: 54)

Terpercaya (al-A’raaf: 18)

Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya harus mampu

mengendalikan nafsu dan

menjadikannya sebagai tawanan akal sehatnya dan tidak

sebaliknya,

diperbudak hawa nafsu sehingga tidak mampu menegakkan tonggak

misi-misinya.

Hanya dengan nafsu muthmainnahlah, manusia akan sanggup

bertahan mengibarkan

panji-panji kekhilafahan di antara awan jahiliah modern,

sanggup

mengaplikasikan simbol-simbol ilahi dalam realitas kehidupan,

membumikan

seruan-seruan langit, dan merekonstruksi peradaban manusia

kembali. Inilah

sebenarnya hakikat risalah insan di muka bumi ini.

35

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

  Manusia diciptakan Allah bukan secara main-main,

 Artinya:“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main

(tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” [Al-

Mu’minun: 115]

  Untuk mengemban amanah atau tugas keagamaan;

 Artinya:     “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan

gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka

khawatir tidak dapat melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh

manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh.” [Al-Ahzab; 72]

  Untuk Mengabdi atau Beribadah

 Artinya :    “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepadaKu”. [Adz-Dzariyat: 56]

36

Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

            Ayat ini mengindikasikan tentang tujuan penciptaan

manusia sebagai hamba Allah. Indikasi ini dapat dipahami dari

klausa kata “Li ya’budun”  yang berarti agar mereka mengabdi

kepada-Ku.[2]Maksudnya Allah menciptakan manusia dengan tujuan

untuk menyuruh mereka beribadah kepada Allah, bukan karena

Allah membutuhkan manusia. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas: Atinya, melainkan supaya mereka mau tunduk

beribadah kepada-Ku, baik secara sukarela maupun terpaksa”.

Dan itu pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir. Sedangkan Ibnu

Juraij menyebutkan: “Yakni supaya mereka mengenal-Ku.[3]

Seorang hamba perlu taat dan patuh kepada semua arahan

tuannya, lebih-lebih lagi jika diberi dan dikurniakan dengan

segala macam bantuan, kemudahan dan keamanan oleh tuannya.

Oleh itu, kita mesti melakukan segala arahan dengan penuh

pengertian bahwa kita menyerahkan segala-galanya kepada tuan

kita.

Kata kunci ‘penyerahan’ ini yang menjadi intipati kepada

Islam yaitu penyerahan secara keseluruhan terhadap Allah SWT.

Mereka yang dipandang oleh Allah dengan pangkat ‘Hamba’ ini

pasti beroleh keuntungan di dunia dan di akhirat.

Tanggungjawab sebagai abdi merupakan suatu tanggungjawab

individu atau fardhu ain. Ia meliputi kepada kemestian untuk

memahami lapangan akidah dan tauhid, syariat dan akhlak.[4]

37

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

  Untuk menjadi Khalifah

Dari segi bahasa, khalifah bermaksud pengganti. Ia

menjelaskan bahawa Allah mengamanahkan manusia sebagai

‘pengganti’ untuk mentadbir bumi dengan merujuk kepada manual

dan panduan daripadaNya. Mengingat kejadian yang diabadikan

dalam Al-Qur’an, ketika Allah Swt berdialog dengan malaikat

soal rencana menciptakan khalifah di bumi.

Artinya:“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak

menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan

orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih

memuji-Mu dan mensucikan nama-mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui.” [Al-Baqarah: 30]

Dan Allah menjadikan kita (manusia) di muka bumi, yang

dibedakan derajat satu dengan yang lain, untuk menguji

manusia.

38

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Artinya:“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi, dan Dia

mengangkat derajat sebagian kamu diatas yang lain, untuk mengujimu atas

(karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat

member hukuman, dan sungguh, Dia Maha pengampun, Maha penyayang .” [Al-

An-‘Am: 165]

Amanah ini sangat besar dan berat. Perkara ini merupakan

suatu tanggungjawab sosial atau fardhu kifayah yang perlu

dilaksanakan bagi menjamin kehidupan yang harmoni, aman dan

adil. Ia meliputi segala aspek kehidupan seperti cabang

seperti memberi peluang pendidikan, memastikan bidang

pertanian dan penghasilan bahan makan yang halal lagi baik,

menyediakan kemudahan kesehatan serta tempat kediaman yang

baik. “Setiap dari kamu merupakan pemimpin dan setiap dari kamu akan ditanya

mengenai apa yang kamu pimpin.” (hadis riwayat Bukhari no. 893 dan Muslim no.

1829).

  Untuk menjadi da’i

39

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

 Artinya:     “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang

mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentu itu lebih

baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan diantara

mereka adalah orang-orang fasik.” [Ali Imran: 110]

40

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia sebagai Al-Basyar

Penamaan manusia dengan kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-

Qur’an sebanyak 36 kali dalam 26 surat. Secara etimologi al-

basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi

tempat tumbuhnya rambut. secara biologis yang mendominasi

manusia adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau bulunya,

yang membedakan manusia dengan hewan

Al-Basyar, juga dapat diartikan mulasamah, yaitu persentuhan

kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologi dapat

dipahami adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki

segala sifat kemanusiaan sebagai gambaran manusia secara

materi dengan keterbatasannya,seperti dapat dilihat, memakan

sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan

kehidupannya. Penunjukan kata al-basyar ditujukan Allah kepada

seluruh manusia tanpa terkecuali, termasuk eksistensi Nabi dan

Rasul.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian

manusia dengan menggunakan kata basyar, artinya anak keturunan

adam (banu adam) , mahkluk fisik atau biologis yang suka makan

41

Penyebutan Manusia Dalam AL-Quran

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang menyebut

pengertian basyar mencakup anak keturunan adam secara

keseluruhan. Al-Basyar mengandung pengertian bahwa manusia

mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya

untuk memenuhi semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang

dan waktu, serta tunduk terhadap hukum alamiahnya, baik yang

berupa sunnatullah (sosial kemasyarakatan), maupun takdir Allah

(hukum alam). Semuanya itu merupakan konsekuensi logis dari

proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah swt.

memberikan kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai dengan

batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola

dan memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu tugas

kekhalifahannya di muka bumi.

Manusia sebagai An-Nas

Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali

dalam 53 surat. Kata al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia

sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, secara keseluruhan,

tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya, atau suatu

keterangan yang jelas menunjuk kepada jenis keturunan nabi

Adam.

42

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

. Kata al-Nas dipakai al-Qur’an untuk menyatakan adanya

sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai

kegiatan (aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya. Dalam

menunjuk makna manusia, kata al-nas lebih bersifat umum bila

dibandingkan dengan kata al-Insan. Keumumannya tersebut dapat

di lihat dari penekanan makna yang dikandungnya.

Manusia sebagai Al-Insan

Adapun penamaan manusia dengan kata al-insan yang berasal

dari kata al-uns, dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali

dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insan dapat diartikan

harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata insan

digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan kepada manusia dengan

seluruh totalitas, jiwa dan raga. Manusia berbeda antara

seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan

kecerdasannya dan sebagai makhluk dinamis

Perpaduan antara aspek fisik dan psikis telah membantu

manusia untuk mengekspresikan dimensi al-insan dan al-bayan, yaitu

sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui

baik dan buruk, dan lain sebagainya. Kata al-insan juga digunakan

dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia

sesudah adam. Kejadiannya mengalami proses yang bertahap

43

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

secara dinamis dan sempurna di dalam di dalam rahim dan

mengandung pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani tanggung

jawab) mengemban amanah, makhluk yang mulia sebab memiliki

ilmu, al-bayan (pandai bicara), al-‘aql (mampu berpikir), al-tamyiz

(mampu menerapkan dan mengambil keputusan), melampaui batas

karena telah merasa puas dengan apa yang ia miliki dan

memiliki kedudukan, derajat dan martabat yang tinggi dibanding

makhluk-makhluk lainnya.

Dengan demikian, makna manusia dalam al-Qur’an dengan

istilah al-basyar, al-insan, al-nas dan bani adam mencerminkan

karakteristik dan kesempurnaan penciptaan Allah terhadap

makhluk manusia, bukan saja sebagai makhluk biologis dan

psikologis melainkan juga sebagai makhluk religius, makhluk sosial

dan makhluk bermoral serta makhluk kultural yang kesemuanya

mencerminkan kelebihan dan keistimewaan manusia daripada

makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

Keistimewaan manusia dari makhluk lainnya :

1. Manusia sebagai ciptaan yang tertinggi dan terbaik ( at-Tin

4 ).

2. Manusia dimuliakan dan diistimewakan oleh Allah ( al-Isra'

70 ).

3. Mendapatkan tugas mengabdi ( adz-Dzariyat 56 ), oleh

karenanya manusia disebut abdi Allah.

44

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

4. Mempunyai peranan sebagai khalifah ( wakil Allah ) ( al-

An'am 165 ), dengan berbagai tingkatan.

5. Mempunyai tujuan hidup, yaitu mendapatkan ridho Allah 

( al-An'am 163 ), dan bahagia didunia-akhirat.

Sifat-sifat manusia antara lain :

1. Bersifat tergesa-gesa ( al-Isra' 11 ).

2. Sering membantah ( al-Kahfi 54 ).

3. Ingkar dan tidak berterima kasih  kepada Tuhan ( al-‘Adiyat

6 ).

4. Keluh kesah dan gelisah serta kikir ( al-Ma'arij 19 ).

5. Putus asa bila ada kesusahan ( al-Ma'arij 20 ).6. Kadang-kadang ingat Tuhan karena penderitaan ( Yunus 12 ).

P e n g g o l o n g a n M a n u s i a

a. Yang dicintai

Allah

b. Yang dimurkai

Allah

1. Muhsinin 1. Fasiqin 2. Mutawakkilan 2. Mufsidin 3. Muttaqin 3. Zholimin4. Shobirin 4. Kafirin

45

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

5. Muqsithin 5. Musrifun

Kadzab6.Tawwabin,

Mutathohhirin

6. Khowwanin

Kafur7. Mustakbirin 8. Musrifin9. Kadzibun

Kaffar

Macam-macam manusia di dalam Al quran

1. Mukminun 

2. Orang kafir

3. Orang yang lalai

4.Orang munafiq

5.Muhibbuna liddunya (orang yang mencintai dunia)

6. orang yang tersesat dari kebenaran

46

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

  

Manusia dihiasi dengan Hati.

Penciptaan manusia semakin sempurna dengan dilengkapinya

manusia dengan segumpal daging yang apabila ia baik, maka

baiklah seluruh jasadnya, dan apabila buruk, maka buruklah

seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah Hati.

Dalam berfikir, Allah menyuruh manusia bukan hanya dengan

‘aqal, tetapi agar hasil dari pemikirannya itu dekat dengan

kebenaran dan jauh dari kesalahan maka hendaklan juga dengan

mengiringinya dengan hati. Dengan kata lain manusia harus

berfikir menggunakan ‘aqal dan hatinya secara beriringan.

Sebab, penelitian juga menunjukkan bahwa terkadang hati

manusia itu dapat mengambil suatu langkah cepat dan depat dari

ada otak (‘aqal), inilah yang sering disebut dengan intuisi.

Kita tidak bisa memastikan apakah hati yang dimaksud dalam

pandangan agama ini sama dengan organ hati yang sering disebut

dengan hepar, salah satu dari organ itestinal manusia.

Namun, hal ini bukanlah suatu hal yang harus menjadi bahan

perdebatan di antara kita, namun lebih kepada suatu yang harus

47

Manusia Itu Lebih !

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

kita yakini sebagai salah satu bentuk kekuasaan Allah yang

menjadikan penciptaan manusia begitu sempurna. Hati harus kita

jaga, dan harus kita pergunakan sesuai dengan aturan Allah.

Semoga Allah menjadikan hati kita menjadi hati yang  diridhai-

Nya.

Berbicara mengenai hati, sangat erat kaitannya dengan iman.

Iman manusia kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-

Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir baik

maupun buruk.

Manusia sebagai makhluk Allah, berbeda dengan makhluk Allah

yang memiliki iman yang kuat, yaitu Malaikat. Sebab perbedaan

itu, ada pula pembagian jenis iman yang ada pada makhluk

Allah, sebagai mana berikut ini:

1.     Iman para Malaikat Allah : Yajiidu wa La Yanqush

(bertambah dan tidak berkurang)

2.     Iman manusia : Yajiidu wa Yanqush (bertambah dan

berkurang)

3.     Iman para Iblis : La Yajiidu wa Yanqush (tidak bertambah

dan berkurang)

Berdasarkan hal ini, kita pahami bahwa sebaik-baik iman

kepada Allah adalah imannya para Malaikat. Dan masalahnya kita

bukan Malaikat, walaupun ada yang bernama Malik, Ridhwan, dll.

48

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

imannya para Malaikat terus bertambah sebab mereka diciptakan

untuk selalu menghamba kepada Allah sesuai dengan tugas yang

Allah berikan. Berbeda dengan manusia, Malaikat tidak punya

nafsu. Itulah yang menjadikan Iman manusia berubah-ubah, naik-

turun. Namun, meskipun demikian bukan lah serta-merta kita

mengatakan wajar-wajar saja saat melihat seorang manusia yang

shalatnya jalan terus tetapi maksiatnya juga jalan terus.

Jangan pernah beranggapan begitu! Itu artinya manusia yang

seperti itu adalah manusia yang gagal, gagal dalam

mengendalikan nafsunya. Ingatlah! Iblis dilaknat oleh Allah

itu karena Iblis lebih memperturutkan nafsunya daripada

melaksanakan perintah Allah. Dan saya yakin, tidak ada

diantara kita yang mau disamakan dengan Iblis. Sebab Iblis itu

tempatnya di neraka, dan saya, juga anda pasti ingin ke surga.

   Manusia dihiasi dengan Nafsu.

Salah satu perbedaan lain yang lain yang paling menandakan

sifat manusia adalah Nafsu. Berbeda dengan Malaikat, hamba

Allah yang imannya selalu bertambah dan selalu berbakti kepada

Allah, menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan

segala larangan Allah. Malaikat tidak diberikan Nafsu, seperti

manusia.

49

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Berbeda pula dengan hewan, hakikinya manusia memilik Nafsu,

hewan juga memiliki Nafsu, namun manusia tidak lah sama dengan

hewan yang hanya menuruti nafsunya tanpa memikirkan bagaimana

menggunakan nafsu itu dan kapan waktu yang tepat untuk

memperturutkannya. Jadi, kalau ada manusia yang saat ini hanya

memperturutkan Nafsunya tanpa berfikir panjang mengenai benar

atau salahnya yang ia lakukan, tidak ada lah bedanya dengan

hewan. Manusia seperti ini lah yang nantinya statusnya akan

disamakan dengan binatang ternak, sebab hanya memperturutkan

nafsunya belaka, bahkan bisa lebih sesat lagi daripada

binatang ternak itu.

Pengertian sederhana yang dapat dengan mudah kita pahami

tentang Nafsu adalah sesuatu faktor internal yang mendorong

seorang manusia untuk bertingkahlaku (baik itu perbuatan yang

baik maupun yang buruk).

 Ada beberapa macam pembagian nafsu oleh para ulama,

diantaranya adalah mereka membagi nafsu yang dimiliki oleh

manusia itu menjadi 3 jenis, yaitu :

1.     Nafsu yang tenang (An-nafsul Muthmainnah)

Mereka yang memilik nafsu yang tenang (muthmainnah), adalah

mereka yang dalam hidupnya selalu berusaha untuk mengerjakan

yang diperintahkah oleh Allah dan meninggalkan yang di larang

oleh Allah. Nafsu bukan lah sesuatu yang harus diperturutkan

sebagaimana mereka yang mempertuhankan nafsunya. Tetapi, lebih

50

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

mempergunakannya untuk mencari kesenangan dibawah naungan

aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kelak Allah akan memberikan

penghargaan bagi manusia yang memiliki nafsu yang tenang

sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Fajr 27-30 :

Artinya :

“Wahai jiwa (Nafsu) yang tenang !. Kembalilah kepada

Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah

ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-

Ku. (QS. Al-Fajr : 27-30).

2.     Nafsu yang lemah ( An-Nafsul Lawwamah)

Nafsu yang lemah adalah Nafsu yang terkadang berbuat baik,

namun terkadang kembali berbuat kejahatan (keburukan) dan

dosa. Hati manusia memang kadang berbolak-balik. Namun,

sepatutnya manusia itu berusah menjaga dengan sekuat hatinya

agar tak lebih banyak dalam berbuat keburukan. Sebab, nafsu

yang lebih banyak ingin berbuat buruk dan diperturuti yang

memilikinya adalah Nafsu yang lemah. Dan apabila sampai pada

akhir hidupnya ia masih dalam keadaan berbuat keburukan (dosa)

maka ia akan ditempatkan dalam tempat orang yang dimurkai oleh

Allah, yaitu Neraka.

Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam menerangkan

dalam haditsnya bahwa “manusia ada yang selama hidupnya selalu

51

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

berbuat amalan ahli surga, namun ketetapan Allah

mendahuluinya, ia beramal dengan amalan ahli neraka dan ia pun

dimasukkan ke dalam Neraka. sebaliknya, ada pula manusia yang

selama hidupnya selalu beramal dengan amalan ahli neraka,

namun ketetapan Allah mendahuluinya sehingga ia beramal dengan

amalan ahli surga dan ia pun masuk ke dalam surga Allah.

Kita adalah manusia yang tidak memiliki sedikit ilmu pun

tentang kapan kita akan dipanggil oleh Allah, sehingga kita

diwajibkan beramal sesuai yang diperintahkan oleh Allah dan

tidak menenggelamkan hati kita dalam kenikmatan hidup di dunia

dan terlena di dalamnya sehingga kita hanya sedikit berbuat

baik dan sangat sering berbuat dosa. Semoga Allah menunjuki

kita ke dalam golongan orang yang memiliki nafsu yang diridhai

Allah dan menghindarkan kita dari golongan orang yang memilik

nafsu yang lemah (Lawwamah).

3.     Nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan ( An-nafsu

Ammaratun bissu’i)

Macam nafsu yang dimiliki oleh manusia yang terakhir adalah

Nafsu yang Ammaratun bissu’I, atau Nafsu yang selalu mendorong

untuk berbuat kejahatan atau dosa. Mengenai hal ini, dalam Al-

Qur’an Allah mengisahkan perkatan Nabi Yusuf AS yang sempat

dipenjara atas tuduhan mencoba untuk menzinai Zulaikha,

52

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

kemudian dibebaskan kembali karena Nabi Yusuf AS memang tidak

bersalah. Beliau menerangkan sebagaimana dalam firman Allah,

surah Yusuf ayat 53 berikut ini :

Artinya :

      “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari

kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong

kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh

Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

(QS. Yusuf : 53).

Dari penjelasan dari dalam ayat itu, kita mampu memahami

bahwa hanya nafsu yang diberi rahmat oleh Allah lah nafsu yang

mampu menjaga diri manusia dari berbuat kejahatan dan dosa.

Dalam ayat itu juga sekaligus dijelaskan bahwa manusia yang

sudah sempurna akhlaknya pun belum tentu bebas dari kesalahan

seperti yang dinyatkan oleh Nabi Yusuf AS, Namun Allah juga

Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hambanya yang

berusaha meminta ampunan Allah dan berusaha menjauhkan dirinya

dari segala dosa dan hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya.

Diantara ketiga macam Nafsu yang menyertai manusia itu, satu

yang paling kita harapkan adalah nafsu jenis yang pertama.

Sebab dengan itu lah kita dapat meraih ridha Allah, dan

apabila kita sudah mendapatkan ridha Allah, maka akan dengan

mudah kita menjalani hidup di dunia dan di akhirat nanti

53

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

mudah-mudahan Allah akan menempatkan kita dalam sebaik-baik

tempat disisi-Nya.

   Manusia dihiasi dengan ‘Aqal.

Hal yang membedakan manusia dengan segala macam bentuk

ciptaan Allah yang lainnya adalah manusia dihiasi oleh Allah

dengan ‘Aqal.  Berbeda dengan makhluk Allah, misalnya hewan,

yang dihiasi dengan nafsu namun tidak dihiasi dengan ‘aqal.

Barangkali, secara biologis belum ada perbedaan antara letak

‘aqal pada manusia dengan hewan, sebab manusia punya otak,

hewan juga punya. Namun, jelas manusia tidak ingin disamakan

dengan hewan.

Mengenai hal pikiran inilah sangat beragam pandangan para

ahli biologi. Sama dengan masalah ruh, yang sampai saat ini

belum ada kepastian dimana letak perbedaan antara otak manusia

dengan otak hewan (sehingga tidak sama cara berfikir antara

manusia dengan hewan) sebab mengenai hal ini tidak bisa

dibedakan dari segi kuantitas atau ukurannya saja.

54

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Masalah mengenai perbedaan ini bukan lah masalah primer yang

harus diselesaikan oleh manusia, tetapi untuk apa atau

bagaimana pertanggungjawaban kita nanti di hari yang pada saat

itu seorang anak tidak lagi memikirkan ibu dan ayahnya, hari

pertanggungjawaban manusia atas segala hal yang telah Allah

pinjamkan kepada kita, termasuk segala yang ada pada diri

kita.

Manusia diberi ‘aqal agar mampu berfikir, memahami tanda-

tanda kekuasaan Allah yang dapat dilihat dalam kehidupa di

dunia yang penuh dengan keindahan yang membuat manusia jadi

terlena. Orang atheis yang nyatanya mempercayai bahwa ada

sesuatu yang mengatur alam ini, seharusnya lebih mampu

menggunakan ‘aqalnya untuk mencari jalan yang benar dalam

kehidupan ini, sehingga hidupnya tidak terombang-ambing dalam

dunia khayal yang mendatangkan kesesatan bagi dirinya dan

orang lain. Begitu juga para ilmuwan yang beragama diluar

Islam.

Dengan cara berfikir manusia yang selalu mencari kebenaran,

sepatutnya manusia sudah meyakini dengan sepenuh hati bahwa

Allah adalah Tuhan yang haq disembah, dan Islam adalah agama

Allah yang sebenar-benar agama dalam hidup ini. Apabila ‘aqal

yang diberikan Allah digunakan dengan baik, maka tidak akan

ada lagi manusia yang menyembah dan mempertuhankan sesama

55

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

manusia, mempertuhankan benda-benda yang dibuat sendiri oleh

manusia, misalnya menyembah patung, pohon yang dibentuk, api

yang besar, dsb.

Patung yang disembah oleh orang-orang yang sesat itu, tak

kan mampu berbuat apa-apa untuk memberikan segala yang kita

butuhkan untuk hidup kita. Jadi, tidak pantaslah manusia

menyembah yang diciptakan manusia, apalagi menyembah sesama

manusia, walaupun seseorang itu adalah orang paling kaya di

dunia, sepatutnya manusia menyembah yang menciptakan manusia

dan yang memberikan kecukupan dalam menjalani hidup.

Manusia yang Allah berikan kesempurnaan dengan menghiasinya

dengan ‘aqal, hendaklah berfikir lebih jernih lagi tentang

benar-salahnya jalan hidup yang ia tempuh selama ini, tak

terkecuali kita yang notabenenya adalah seorang muslim. Hal-

hal yang perlu kita renungkan adalah adakah kita masih sama

dengan mereka yang belum mampu berfikir dengan jernih itu?

adakah kita mengaku beragama Islam hanya karena kedua orangtua

kita juga beragama Islam?

Kalaulah kita mengaku beragama Islam hanya karena orangtua

kita juga beragama Islam terlebih dahulu, maka sama saja

status kita dengan mereka yang beragama Nasrani, Yahudi, dll,

sebab mereka juga jadi seorang Nasrani atau beragama yang

56

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

lainnya karena memang orantua mereka juga beragama Nasrani

atau yang lainnya. Mengenal Islam sejak lahir itu adalah

hidayah Allah, masalahnya kemudian adalah bagaimana kita

menyikapi hidayah yang telah kita dapatkan sejak lahir ini.

Apakah kita masih saja menganggap Islam itu hanya penambah

identitas dalam hidup, a kembali kepada cara kita berfikir

menggunakan ‘aqal yang Allah berikan kepada kita.

57

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

58

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

 

 

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasardalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa

juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu

memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila

kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan

selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya

setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan

sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.

Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab

masing-masing individu berbeda.

 

Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

perasaan. Yang kami maksud adalah perasaan nurani kita,

hati kita, yang mempunyai pengaruh besar dalam

mengarahkan sikap kita menuju hal positif. Nabi

bersabda: "Mintalah petunjuk pada hati (nurani)mu."

 

Dalam wacana keislaman, tanggung jawab adalah tanggung

jawab personal. Seorang muslim tidak akan dibebani

tanggung jawab orang lain. Allah berfirman: "Setiap

jiwa adalah barang gadai bagi apa yang ia kerjakan."

Dan setiap pojok dari ruang kehidupan tidak akan lepas

dari tanggung jawab. Kullukum râ'in wa kullukum mas'ûlun 'an59

Manusia Dan Tanggung Jawabnya

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah,

lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya

menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai

kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas

karunia yang telah diberikan Allah Swt.

   Tujuan Penciptaan Manusia

         Manusia diciptakan Allah bukan secara main-main, ).

Lihat Qur’an Surat [Al-Mu’minun: 115]

         Untuk mengemban amanah atau tugas keagamaan. Lihat

Qur’an Surat [Al-Ahzab; 72]

         Untuk Mengabdi atau Beribadah. Lihat Qur’an Surat [Adz-

Dzariyat: 56]

         Untuk menjadi Khalifah. Lihat Qur’an Surat [Al-Baqarah: 30],

dan [Al-An-‘Am: 165]

         Untuk menjadi da’i. Lihat Qur’an Surat [Ali Imran: 110]

Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia dimuka

bumi

Manusia sebagai khalifah dimuka bumi.

Insan manusia sebagai makhluk sosial yang berbahasa.

60

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Insan yang mempunyai tiga dimensi yaitu badan, akal, dan

ruh

Insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri

pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua factor, yaitu

faktor warisan dan lingkungan.

Manusia mempunyai motivasi, kecenderungan, dan kebutuhan

permulaan baik yang diwarisi maupun yang diperoleh dalam

proses sosialisasi.

Manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan

yang lainnya.

Oleh karena itu, manusia perlu menyadari eksistensi dan tujuan penciptaan

dirinya, memahami risalah hidupnya selaku pengemban amanah Allah, mell\

alui arahan dan bimbingan yang berkesinambungan agar kehidupannya

menjadi lebih berarti.

61

K e s i m p u l a nB A B II P E n u t u p

September 26, 2013 [MANUSIA DALAM ISLAM]

Gojali,nanang,Manusia,Pendidikan, dan sains,Rineka

Cipta,Jakarta,2004

Syahidin,Buchari alma dkk,Moral dan Kognisi

Islam,Alfabeta,Bandung,2009

Abdurahman Nabih Usman,Kecenderungan Jiwa Manusia,Bursa

Ilmu,Indonesia,2003

http://cinndyrq.blogspot.com/2013/04/analisis-bukti-

kelebihan-manusia_14.html

http://leviyamani.blogspot.com/2009/12/konsep-manusia-

dalam-islam.html

62

D a f t a r P u s t a k a