Pengisian Jabatan Hakim: Kebutuhan Reformasi dan ... - Neliti
Kebutuhan Oksigenasi
Transcript of Kebutuhan Oksigenasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi
kehidupan manusia. Tidak makan atau tidak minum mungkin
masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hinga
sampai pada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia
tidak mendapatkan oksign maka akan langsung fatal
akibatnya. Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan
kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk mtabolisme
tubuh. Oksigen juga bias dijadikan sarana untuk mengatasi
berbagai macam penyakit.
Oksigen ialah salah satu komponen gas yang unsure vital
dalam proses metabolism tubuh, untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam
setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler,
dan keadaan hematologis.
B. Ruang Lingkup Masalah
1. Definisi Kebutuhan Oksigenasi
2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenisasi
3. Proses Oksigenisasi
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenisasi
5. Jenis Pernafasan
6. Pengukuran Fungsi Paru
7. Jenis Pernafasan
1
8. Pengukuran Fungsi Paru
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan oksigenasi
2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam
kebutuhan oksigenisasi
3. Untuk mengetahui proses oksigenisasi
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenisasi
5. Untuk mengetahui jenis pernafasan
6. Untuk mengetahui pengukuran fungsi paru
7. Untuk mengetahui jenis pernafasan
8. Untuk mengetahui pengukuran fungsi paru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi ditujukan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidupnya, dan melakukan aktivitas berbagai organ atau sel.
B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenisasi
1. Saluran Pernafasan Bagian Atas
a. Hidung, terdiri atas nares anterior (saluran dalam
lubang hidung) yang mengandung kelenjar sebaseus dan
ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara
ke rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir
2
dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk
melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada di
dalam vestibulum, kemudian udara tersebut akan
dihangatkan dan dilembabkan (Uliyah dan Alimul
Hidayat, 2008).
b. Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari
dasar tengkorak sampai dengan esofagus. Berdasarkan
letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu nasofaring
(di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut),
dan laringofaring (di belakang laring).
c. Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring.
Laring terdiri atas bagian dari tulang rawan yang
diikat bersama ligamen dan membran dengan dua lamina
yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang
bertugas menutup laring saat proses menelan.
2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah
a. Trakhea (batang tenggorokan), merupakan kelanjutan
dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae
torakalis kelima. Trakhea memiliki panjang kurang
lebih 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak
lengkap yang berupa cincin. Trakhea dilapisi oleh
selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang
bisa mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang
bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Bronkus
bagian kanan lebih pendek danlebar daripada bagian
kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus
3
atas, lobus tengah dan lobus bawah. Sedangkan bronkus
kiri lebih panjang dari bagian kanan dengan dua
lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah
bronkus.
3. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernafasan. Paru-paru terletak di dalam rongga toraks
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru-
paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh
pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi
oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas
dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian
tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh
darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak
disebut apeks. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi Paru
Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan:
inspirasi (inhalasi) saat udara mengalir ke paru dan
ekspirasi (ekshalasi) saat udara mengalir keluar dari
paru (Barbara Kozier, dkk, 2010). Keadekuatan
ventilasi tergantung pada beberapa faktor :
- Kebersihan jalan napas.
- Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan.
4
- Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang
dan berkontraksi.
- Keadekuatan komplias dan rekoil paru.
b. Volume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan
fungsi pulmonar. Spirometri mengukur volume udara
yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru.
Variasi seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas,
atau kondisi paru yang obstruktif dan restriktif.
Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan
otot pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume di
dalam paru-paru (Patricia A. Potter dan Anne Griffin
Perry, 1999).
c. Alveoli
Alveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ke
dan dari darah melalui membran alveolar. Kantung
udara yang kecil ini mengembang selama inspirasi,
secara besar meningkatkan area permukaan di atas
sehingga terjadi pertukaran gas (Patricia A. Potter
dan Anne Griffin Perry, 1999).
C. Proses Oksigenisasi
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
5
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complienci dan recoil. Complience merupakan kemampuan
paru untuk mengembang. Sedangkan recoil adalah kemampuan
CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan,
yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh
ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen
dialveoli dengan kapiler paru dan co2 di kapiler dengan
alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan).
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai
mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena
tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam
darah secara difusi).
3. Transfortasi Gas
6
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2
kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke
kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output),
kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan
sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit),
serta eritrosit dan kadar Hb.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenisasi
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-
waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena
suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi,
gaya hidup dan status kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga
darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.
Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada
lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga
menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan
oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan
7
barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga
turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada
tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter
diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli
berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam
paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang
tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi
suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya,
sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi
akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi
oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan
yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya
rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih,
sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat
meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga
kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut
jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
8
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi
seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit
arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang
terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem
respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya,
orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit
pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.
6. Saraf Otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf
otonom dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan
konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi
rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung
saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkhodilatasi, sedangkan parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi)
karena terdapat reseptor adrenergik dan reseptor
kolinergik pada saluran pernafasan (Uliyah dan Alimul
Hidayat, 2008).
7. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat
melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong
9
parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak
belladona, dapat melebarkan saluran nafas. Sedangkan
obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya
beta-2), seperti obat yang tergolong penyakat beta
nonselektif, dapat mempersempit saluran nafas
(bronkhokontriksi).
8. Alergi pada Saluran Nafas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara
lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga,
kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat
menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah
nasal, batuk apabila rangsangannya di saluran nafas
bagian atas, bronkhokontriksi terjadi pada asma
bronkhiale, dan rhinitis jika rangsangannya terletak di
saluran nafas bagian bawah.
9. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah
kebutuhan oksigenasi karena usia organ dalam tubuh
berkembang seiring dengan usia perkembangan anak. Hal
ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya
kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah
anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga
berkembang seiring bertambahnya usia.
10. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan
oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan
suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
11. Faktor Perilaku
10
Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku
dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas
yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok,
dan lain-lain. Perilaku dalam mengonsumsi makanan
berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
seperti obesitasnya seseorang yang memengaruhi proses
pengembangan paru-paru. Sedangkan merokok dapat
menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah.
12. Usia
Faktor perkembangan merupakan pengaruh yang sangat
penting dalam fungsi pernapasan. Saat lahir, perubahan
yang sangat jelas terjadi dalam sistem pernapasan. Air
yang terdapat dalam paru akan keluar, PCO2 meningkat,
dan neonatus mengambil napas pertama. Paru secara
bertahap akan berkembang pada setiap pernapasan
berikutnya, mencapai inflasi penuh pada usia 2 minggu.
Perubahan yang terjadi karena penuaan yang memengaruhi
sistem pernapasan lansia menjadi sangat penting jika
sistem mengalami gangguan akibat perubahan seperti
infeksi, stres fisik atau emosional, pembedahan,
anestesi, atau prosedur lain (Barbara Kozier, dkk,
2010). Perubahan-perubahan tersebut adalah:
a. Dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan
kurang elastis.
b. Jumlah pertukaran udara menurun.
c. Refleks batuk dan kerja silia berkurang.
d. Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
e. Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
11
f. Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi
paru dapat menurun.
g. Terjadi penurunan efesiensi sistem imun.
h. Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi
pada lansia dan meningkatkan risiko aspirasi.
Aspirasi isi lambung ke dalam paru sering kali
menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan respon
inflamasi.
13. Gaya Hidup
Olahraga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan
frekuensi dan kedalaman pernapasan dan oleh karena itu
juga meningkatkan suplai oksigen di dalam tubuh.
Sebaliknya, orang yang banyak duduk, kurang memiliki
ekspansi alveolar dan pola napas dalam seperti yang
dimiliki oleh orang yang melakukan akvitas secara
teratur dan mereka tidak mampu berespons secara efektif
terhadap stresor pernapasan.
Pekerjaan tertentu menyebabkan individu terkena
penyakit paru. Misalnya, silikosis lebih sering diderita
oleh pemecah batu pasir dan pengrajin tembikar
dibandingkan populasi lain, absestosis dijumpai pada
pekerja asbestos, antrakosis dijumpai pada penambang
batu bara, dan penyakit debu organik dijumpai pada pada
petani dan pekerja pertanian yang bekerja dengan jerami
yang berjamur.
14. Stres
Apabila stres dan stresor dihadapi, baik respon
psikologis maupun fisiologis dapat memengaruhi
12
oksigenasi. Beberapa orang dapat mengalami
hipervintilasi sebagai respon terhadap stres. Apabila
ini terjadi, PO2 arteri meningkat dan PCO2 menurun.
Akibatnya, orang dapat mengalami berkunang-kunang dan
bebas serta kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan
di sekitar mulut.
Secara fisiologis, sistem saraf simpatik distimulasi
dan epinefrin dilepaskan. Epinefrin menyebabkan
bronkeolus berdilatasi, meningkatkan aliran darah dan
penghantaran oksigen ke otot aktif. Walaupun respon ini
bersifat adaptif dalam jangka pendek, apabila stres
berlanjut maka respon ini dapat merusak, yang
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
E. Jenis Pernafasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan
keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai
pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari
masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu
bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus
membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan
dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa
oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan
paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
13
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya
pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan
sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua hormon
termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran
pernapasan.
F. Pengukuran Fungsi Paru
Pengukuran fungsi paru pada asma sama pentingnya seperti
pengukuran tekanan darah pada penyakit darah tinggi, alat
digunakan adalah spirometri atau peak flow meter. Melalui
alat ini dapat diukur besar volume udara yang keluar masuk
paru-paru hingga dapat diketahui keadaan penyempitan
saluran pernafasan penderita asma pada setiap waktu.
Pada asma, ukuran saluran nafas (bronkus) cepat berubah
dan mengalami penyempitan oleh adanya sesuatu perangsangan.
Penyempitan bronkus akan menghambat kelancaran arus udara
pernafasan dan mempengaruhi jumlah volume udara. Perubahan
besarnya arus puncak ekspirasi (APE) inilah yang akan
diukur dan diketahui dengan peak flow meter. Pengukuran APE
bermanfaat untuk :
1. Untuk mengetahui bronkus yang bersifat peka.
2. Mengetahui fungsi paru sebelum pengobatan dan sesudah
hasil pengobatan.
3. Mengetahui variasi nilai APE sehari-hari, dalam hal mana
variasi ini menjadi petunjuk stabilitas dan tingkat
berat asma serta patokan untuk pengaturan jenis dan
dosis obat yang dipakai.
14
4. Mengetahui secara dini serangan asma, yaitu bila
dijumpai penurunan drastis dari APE (>15%), (5) untuk
penetapan rencana penambahan atau pengurangan jenis atau
dosis obat, (6) rencana peningkatan latihan
pernafasan/olahraga.
Pengukuran APE ini dapat digunakan untuk menilai
perkembangan asma. Beratnya sesak nafas pada asma
berhubungan langsung dengan beratnya penyempitan bronkus
yang menimbulkan penurunan APE. Dengan mengetahui besarnya
perubahan APE ini, kita dapat memperkirakan besarnya
penyempitan yang terjadi dan beratnya serangan asma suatu
waktu.
Penderita asma memerlukan pemeriksaan APE, karena dengan
cara ini dapat dimonitor keadaan asma pada sembarang waktu
hingga dapat dilakukan penyesuaian terapi semestinya. APE
perlu diukur secara rutin setiap hari pada asma tingkat
sedang dan berat atau asma yang memerlukan obat setiap
hari, sedangkan pada asma ringan mungkin cukup dilakukan
sewaktu-waktu.
Alat pengukur puncak ekspirasi (APE) atau dikenal
sebagai peak flow meter merupakan alat sederhana yang dapat
digunakan di rumah, digunakan untuk mengukur arus volume
udara terbesar yang melalui bronkus pada saat seseorang
mengeluarkan nafasnya. Spirometri bermanfaat untuk:
1. Menentukan tingkat hambatan pernafasan dan tingkat
sumbatan saluran nafas.
2. Kepekaan saluran nafas terhadap bahan perangsang
(inciter).
15
3. Tindak lanjut pengobatan asma.
G. Masalah Kebutuhan Oksigenisasi
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2
dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam
Hiperventilasi dapat disebabkan karena:
a. Kecemasan.
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidak seimbagan asam basa seperti asidosisasi
metabolic
Tanda-tanda gejala hiperventilasi adalah takikardia,
nafas pendek, nyeri dada (chsetch set pain), menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar
tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau
untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adl
nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
kardiakdisritmia, ketidak seimbangan elektrolit, kejang
dan kardiak arrest
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari
defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan O2 pada tingkat seluler hipoksia dapat
disebabkan oleh :
16
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak
gunung
c. Ketidak mampuan jaringan mengikat O2 spt pada
keracunan sianida
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalm darah
seperti pada pnemonia
e. Menurunnya perfusi jaringan sepertt pada syok
f. Kerusakan gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan
clubbing.
H. Proses Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan
1. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data
tentang :
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan).
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan
pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis
kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST).
17
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality,
Regio, Skala, dan Time).
c. Riwayat perkembangan.
- Neonatus : 30 - 60 x/mnt
- Bayi : 44 x/mnt
- Anak : 20 - 25 x/mnt
- Dewasa : 15 - 20 x/mnt
- Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas
vital menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota
keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan
keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi,
keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
- Perilaku / tanggapan klien terhadap
masalahnya/penyakitnya.
- Pengaruh sakit terhadap cara hidup.
- Perasaan klien terhadap sakit dan therapy.
- Perilaku / tanggapan keluarga terhadap
masalah/penyakit dan therapy.
g. Riwayat spiritual
18
h. Pemeriksaan fisik
- Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum,
perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris.
- Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi,
bengkak
- Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan
pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
- Thoraks
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada
saluran napas.
Tanda-tandanya :
- Bunyi napas yang abnormal.
- Batuk produktif atau non produktif.
- Cianosis.
- Dispnea.
- Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
Kemungkinan faktor penyebab :
19
- Sekresi yang kental atau benda asing yang
menyebabkan obstruksi.
- Kecelakaan atau trauma (trakheostomi).
- Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi
pergerakan dada.
- Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat
pernapasan.
- Hilangnya kesadaran akibat anasthesi.
- Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi
yang kental dan sulit untuk di expektoran.
- Immobilisasi.
- Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan
sekresi
b. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah
suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
- Dispnea.
- Peningkatan kecepatan pernapasan.
- Napas dangkal atau lambat.
- Retraksi dada.
- Pembesaran jari (clubbing finger).
- Pernapasan melalui mulut.
- Penambahan diameter antero-posterior.
- Cianosis, flail chest, ortopnea.
- Vomitus.
- Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
20
- Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat
immobilisasi, obesitas, nyeri.
- Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia,
trauma kepala, keracunan obat anasthesi.
- Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada,
trauma yang menyebabkan kolaps paru.
- CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial,
distensi alveoli.
- Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi.
- Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau
alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau
oedema.
- Penimbunan CO2 akibat penyakit paru.
c. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi
asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
d. Penurunan kardiak output.
Tanda-tandanya :
- Kardiak aritmia.
- Tekanan darah bervariasi.
- Takikhardia atau bradikhardia.
- Cianosis atau pucat.
- Kelemahan, vatigue.
- Distensi vena jugularis.
- Output urine berkurang.
- Oedema.
- Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas
pendek, rales dan batuk)
21
Kemungkinan penyebab :
- Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri
koroner, penyakit jantung.
- Berkurangnya volume darah akibat perdarahan,
dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan
jantung.
- Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit.
- Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan
potassiom dalam darah.
3. Rencana Keperawatan
a. Mempertahankan terbukanya jalan napas
1. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah
suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam
mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-
3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi
ventilasi dan atau pembuangan sekresi.
Rute pemasangan :
- Orotrakheal : mulut dan trachea.
- Nasotrakheal : hidung dan trachea.
- Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea
melalui suatu insisi yang diciptakan pada
lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3.
- Intubasi endotrakheal.
2. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau
post operasi.
Cara kerja :
22
- Pasien dalam posisi duduk atau baring.
- Letakkan tangan di atas dada.
- Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada
mengembang.
- Tahan napas untuk beberapa detik.
- Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut
dampai dada berkontraksi.
- Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3
kali.
- Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan
untuk beberapa detik lalu keluarkan secara
cepat disertai batuk yang bersuara.
- Ulangi sesuai kemampuan pasien.
- Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak
tangan atau bantal pada daerah bekas operasi
dan menekannya secara perlahan ketika pasien
batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi
dan mengurangi nyeri.
3. Posisi yang baik
- Posisi semi fowler atau high fowler
memungkinkan pengembangan paru maksimal karena
isi abdomen tidak menekan diafragma.
- Normalnya ventilasi yang adekuat dapat
dipertahankan melalui perubahan posisi,
ambulasi dan latihan
4. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi
yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat
23
dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal,
endotrakheal atau trakheostomi tube.
5. Pemberian obat bronchodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan
melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan
mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran
udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan,
intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap
atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
b. Mobilisasi sekresi paru
1. Hidrasi
Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara
menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang
banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas
kemampuan/cadangan jantung.
2. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan
atau melarutkan lendir.
3. Postural drainage
4. Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan
gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan
sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang
di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud
supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan
sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
24
- Sebelum postural drainage, lakukan :
Nebulisasi untuk mengalirkan secret.
Perkusi sekitar 1 - 2 menit.
Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode.
- Lakukan postural drainage, tergantung letak
sekret dalam paru.
c. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
1. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan
defisit pernapasan melalui peningkatan efisiensi
pernapasan yang bertujuan penghematan energi
melalui pengontrolan pernapasan.
Jenis latihan napas :
- Pernapasan diafragma
- Pursed lips breathing
- Pernapasan sisi iga bawah
- Pernapasan iga dan lower back
- Pernapasan segmental
2. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti
tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang
thoraks dan diafragma. Alat ini dapat
mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam
periode yang lama. Ada dua tipe yaitu ventilasi
tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
3. Pemasangan chest tube dan chest drainage
4. Chest tube drainage / intra pleural drainage
digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau
25
lebih chest kateter dibuat di rongga pleura
melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke
sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti :
hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks,
flail chest.
Tujuannya :
- Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara
dari rongga pleura atau rongga thoraks dan
rongga mediastinum
- Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata
kembali fungsi normal kardiorespirasi pada
pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis
dengan membuat tekanan negatif dalam rongga
pleura.
Tipenya :
- The single bottle water seal system
- The two bottle water
- The three bottle water
d. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh
akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
- Nasal canule
- Bronkhopharingeal khateter
- Simple mask
- Aerosol mask / trakheostomy collars
- ETT (endo trakheal tube)
e. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
26
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup
tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau
membebaskan jalan napas.
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui
mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau
memberikan sirkulasi buatan.
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di
dalamnya :
1. Health promotion
- Ventilasi yang memadai
- Hindari rokok
- Pelindung / masker saat bekerja
- Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang
dapat menekan nervus 1)
- Pakaian yang nyaman
2. Health restoration and maintenance
- Mempertahankan jalan napas dengan upaya
mengencerkan secret.
- Teknik batuk dan postural drainage.
- Suctioning.
- Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan,
posisi fowler/semi fowler, significant other.
- Mengatur istirahat dan aktifitas dengan
memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang
sesuai, ROM.
27
- Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang
memeadai, pakaian tipis dan hangat, hindari
makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur
posisi.
- Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan
oral hygiene dan makanan yang mudah dikunyah
dan dicerna.
- Mempertahankan eliminasi dengan memberikan
makanan berserat dan ajarkan latihan.
- Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan
menekankan prinsip medikal asepsis.
- Terapi O2.
- Terapi ventilasi.
- Drainage dada
4. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan
evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan kriteria termasuk
di dalamnya evaluasi proses.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigen adalah hal terpenting bagi nseluruh makhluk
hidup dalam segala kondisi apapun. Apabila seseorang
individu tidak bisa bernafas seperti layaknya kita sebagai
kita orang normal bisa dibantu dengan lat bantu pernafasan,
yang disebut oksigenasi.
B. Saran
Kami sebagai calon perawat tentu harus memahami bagaimana
cara melakukan oksigenasi, karena kebutuhan oksigenasi
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Agar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukantindakan kepada pasien
sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
http://ariskha-nurrahmawati.blogspot.com/p/masalah-masalah-yg-
sering-terjadi.html
http://delimapersadanandaanggieta.wordpress.com/2013/10/24/
kebutuhan-oksigenasi/
http://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/terapi-oksigen
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/
kebutuhan-oksigenasi.html
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/Prosedur-pemberian-
oksigen-02.html
30