Kebutuhan Oksigenasi

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hinga sampai pada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksign maka akan langsung fatal akibatnya. Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk mtabolisme tubuh. Oksigen juga bias dijadikan sarana untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Oksigen ialah salah satu komponen gas yang unsure vital dalam proses metabolism tubuh, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologis. B. Ruang Lingkup Masalah 1. Definisi Kebutuhan Oksigenasi 2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenisasi 3. Proses Oksigenisasi 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenisasi 5. Jenis Pernafasan 6. Pengukuran Fungsi Paru 7. Jenis Pernafasan 1

Transcript of Kebutuhan Oksigenasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi

kehidupan manusia. Tidak makan atau tidak minum mungkin

masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hinga

sampai pada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia

tidak mendapatkan oksign maka akan langsung fatal

akibatnya. Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan

kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk mtabolisme

tubuh. Oksigen juga bias dijadikan sarana untuk mengatasi

berbagai macam penyakit.

Oksigen ialah salah satu komponen gas yang unsure vital

dalam proses metabolism tubuh, untuk mempertahankan

kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen

ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam

setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh

ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler,

dan keadaan hematologis.

B. Ruang Lingkup Masalah

1. Definisi Kebutuhan Oksigenasi

2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenisasi

3. Proses Oksigenisasi

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenisasi

5. Jenis Pernafasan

6. Pengukuran Fungsi Paru

7. Jenis Pernafasan

1

8. Pengukuran Fungsi Paru

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan oksigenasi

2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam

kebutuhan oksigenisasi

3. Untuk mengetahui proses oksigenisasi

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kebutuhan oksigenisasi

5. Untuk mengetahui jenis pernafasan

6. Untuk mengetahui pengukuran fungsi paru

7. Untuk mengetahui jenis pernafasan

8. Untuk mengetahui pengukuran fungsi paru

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kebutuhan Oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan

dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi ditujukan

untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan

hidupnya, dan melakukan aktivitas berbagai organ atau sel.

B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenisasi

1. Saluran Pernafasan Bagian Atas

a. Hidung, terdiri atas nares anterior (saluran dalam

lubang hidung) yang mengandung kelenjar sebaseus dan

ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara

ke rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir

2

dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk

melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada di

dalam vestibulum, kemudian udara tersebut akan

dihangatkan dan dilembabkan (Uliyah dan Alimul

Hidayat, 2008).

b. Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari

dasar tengkorak sampai dengan esofagus. Berdasarkan

letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu nasofaring

(di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut),

dan laringofaring (di belakang laring).

c. Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring.

Laring terdiri atas bagian dari tulang rawan yang

diikat bersama ligamen dan membran dengan dua lamina

yang bersambung di garis tengah.

d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang

bertugas menutup laring saat proses menelan.

2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah

a. Trakhea (batang tenggorokan), merupakan kelanjutan

dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae

torakalis kelima. Trakhea memiliki panjang kurang

lebih 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak

lengkap yang berupa cincin. Trakhea dilapisi oleh

selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang

bisa mengeluarkan debu atau benda asing.

b. Bronkus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang

bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Bronkus

bagian kanan lebih pendek danlebar daripada bagian

kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus

3

atas, lobus tengah dan lobus bawah. Sedangkan bronkus

kiri lebih panjang dari bagian kanan dengan dua

lobus, yaitu lobus atas dan bawah.

c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah

bronkus.

3. Paru-paru

Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem

pernafasan. Paru-paru terletak di dalam rongga toraks

setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru-

paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh

pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi

oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.

Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas

dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian

tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh

darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak

disebut apeks. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat

elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat

pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

a. Ventilasi Paru

Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan:

inspirasi (inhalasi) saat udara mengalir ke paru dan

ekspirasi (ekshalasi) saat udara mengalir keluar dari

paru (Barbara Kozier, dkk, 2010). Keadekuatan

ventilasi tergantung pada beberapa faktor :

- Kebersihan jalan napas.

- Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan.

4

- Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang

dan berkontraksi.

- Keadekuatan komplias dan rekoil paru.

b. Volume Paru

Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan

fungsi pulmonar. Spirometri mengukur volume udara

yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru.

Variasi seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas,

atau kondisi paru yang obstruktif dan restriktif.

Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan

otot pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume di

dalam paru-paru (Patricia A. Potter dan Anne Griffin

Perry, 1999).

c. Alveoli

Alveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ke

dan dari darah melalui membran alveolar. Kantung

udara yang kecil ini mengembang selama inspirasi,

secara besar meningkatkan area permukaan di atas

sehingga terjadi pertukaran gas (Patricia A. Potter

dan Anne Griffin Perry, 1999).

C. Proses Oksigenisasi

1. Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.

Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu

adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,

semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,

5

demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara

semakin tinggi.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah

complienci dan recoil. Complience merupakan kemampuan

paru untuk mengembang. Sedangkan recoil adalah kemampuan

CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan,

yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh

ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor:

a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer

b. Adanya kondisi jalan napas yang baik

c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru

dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.

2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen

dialveoli dengan kapiler paru dan co2 di kapiler dengan

alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa

paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran

respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel

alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi

proses difusi apabila terjadi proses penebalan).

Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai

mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena

tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari

tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam

darah secara difusi).

3. Transfortasi Gas

6

Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2

kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke

kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh

beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output),

kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan

sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit),

serta eritrosit dan kadar Hb.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenisasi

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-

waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena

suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi,

gaya hidup dan status kesehatan.

1. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga

darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut

mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.

Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan

kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada

lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami

konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga

menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.

Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan

oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan

7

barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga

turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada

tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter

diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli

berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam

paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang

tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi

suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya,

sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi

akan mengalami kekurangan oksigen.

Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi

oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan

yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya

rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam

tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh

terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih,

sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.

2. Latihan

Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat

meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga

kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.

3. Emosi

Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut

jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.

4. Gaya Hidup

8

Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi

seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit

arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang

terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner.

Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.

5. Status Kesehatan

Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem

respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi

kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya,

orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit

pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan

kebutuhan oksigen tubuh.

6. Saraf Otonom

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf

otonom dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan

konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi

rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung

saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis

mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada

bronkhodilatasi, sedangkan parasimpatis mengeluarkan

asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi)

karena terdapat reseptor adrenergik dan reseptor

kolinergik pada saluran pernafasan (Uliyah dan Alimul

Hidayat, 2008).

7. Hormonal dan Obat

Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat

melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong

9

parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak

belladona, dapat melebarkan saluran nafas. Sedangkan

obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya

beta-2), seperti obat yang tergolong penyakat beta

nonselektif, dapat mempersempit saluran nafas

(bronkhokontriksi).

8. Alergi pada Saluran Nafas

Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara

lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga,

kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat

menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah

nasal, batuk apabila rangsangannya di saluran nafas

bagian atas, bronkhokontriksi terjadi pada asma

bronkhiale, dan rhinitis jika rangsangannya terletak di

saluran nafas bagian bawah.

9. Faktor Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah

kebutuhan oksigenasi karena usia organ dalam tubuh

berkembang seiring dengan usia perkembangan anak. Hal

ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya

kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah

anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga

berkembang seiring bertambahnya usia.

10. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan

oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan

suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

11. Faktor Perilaku

10

Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku

dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas

yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok,

dan lain-lain. Perilaku dalam mengonsumsi makanan

berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi,

seperti obesitasnya seseorang yang memengaruhi proses

pengembangan paru-paru. Sedangkan merokok dapat

menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah.

12. Usia

Faktor perkembangan merupakan pengaruh yang sangat

penting dalam fungsi pernapasan. Saat lahir, perubahan

yang sangat jelas terjadi dalam sistem pernapasan. Air

yang terdapat dalam paru akan keluar, PCO2 meningkat,

dan neonatus mengambil napas pertama. Paru secara

bertahap akan berkembang pada setiap pernapasan

berikutnya, mencapai inflasi penuh pada usia 2 minggu.

Perubahan yang terjadi karena penuaan yang memengaruhi

sistem pernapasan lansia menjadi sangat penting jika

sistem mengalami gangguan akibat perubahan seperti

infeksi, stres fisik atau emosional, pembedahan,

anestesi, atau prosedur lain (Barbara Kozier, dkk,

2010). Perubahan-perubahan tersebut adalah:

a. Dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan

kurang elastis.

b. Jumlah pertukaran udara menurun.

c. Refleks batuk dan kerja silia berkurang.

d. Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.

e. Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.

11

f. Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi

paru dapat menurun.

g. Terjadi penurunan efesiensi sistem imun.

h. Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi

pada lansia dan meningkatkan risiko aspirasi.

Aspirasi isi lambung ke dalam paru sering kali

menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan respon

inflamasi.

13. Gaya Hidup

Olahraga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan

frekuensi dan kedalaman pernapasan dan oleh karena itu

juga meningkatkan suplai oksigen di dalam tubuh.

Sebaliknya, orang yang banyak duduk, kurang memiliki

ekspansi alveolar dan pola napas dalam seperti yang

dimiliki oleh orang yang melakukan akvitas secara

teratur dan mereka tidak mampu berespons secara efektif

terhadap stresor pernapasan.

Pekerjaan tertentu menyebabkan individu terkena

penyakit paru. Misalnya, silikosis lebih sering diderita

oleh pemecah batu pasir dan pengrajin tembikar

dibandingkan populasi lain, absestosis dijumpai pada

pekerja asbestos, antrakosis dijumpai pada penambang

batu bara, dan penyakit debu organik dijumpai pada pada

petani dan pekerja pertanian yang bekerja dengan jerami

yang berjamur.

14. Stres

Apabila stres dan stresor dihadapi, baik respon

psikologis maupun fisiologis dapat memengaruhi

12

oksigenasi. Beberapa orang dapat mengalami

hipervintilasi sebagai respon terhadap stres. Apabila

ini terjadi, PO2 arteri meningkat dan PCO2 menurun.

Akibatnya, orang dapat mengalami berkunang-kunang dan

bebas serta kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan

di sekitar mulut.

Secara fisiologis, sistem saraf simpatik distimulasi

dan epinefrin dilepaskan. Epinefrin menyebabkan

bronkeolus berdilatasi, meningkatkan aliran darah dan

penghantaran oksigen ke otot aktif. Walaupun respon ini

bersifat adaptif dalam jangka pendek, apabila stres

berlanjut maka respon ini dapat merusak, yang

meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

E. Jenis Pernafasan

1. Pernapasan Eksternal

Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan

keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai

pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari

masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu

bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa

bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus

membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan

dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa

oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan

paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.

13

2. Pernapasan Internal

Pernapasan internal merupakan proses terjadinya

pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan

sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua hormon

termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran

pernapasan.

F. Pengukuran Fungsi Paru

Pengukuran fungsi paru pada asma sama pentingnya seperti

pengukuran tekanan darah pada penyakit darah tinggi, alat

digunakan adalah spirometri atau peak flow meter. Melalui

alat ini dapat diukur besar volume udara yang keluar masuk

paru-paru hingga dapat diketahui keadaan penyempitan

saluran pernafasan penderita asma pada setiap waktu.

Pada asma, ukuran saluran nafas (bronkus) cepat berubah

dan mengalami penyempitan oleh adanya sesuatu perangsangan.

Penyempitan bronkus akan menghambat kelancaran arus udara

pernafasan dan mempengaruhi jumlah volume udara. Perubahan

besarnya arus puncak ekspirasi (APE) inilah yang akan

diukur dan diketahui dengan peak flow meter. Pengukuran APE

bermanfaat untuk :

1. Untuk mengetahui bronkus yang bersifat peka.

2. Mengetahui fungsi paru sebelum pengobatan dan sesudah

hasil pengobatan.

3. Mengetahui variasi nilai APE sehari-hari, dalam hal mana

variasi ini menjadi petunjuk stabilitas dan tingkat

berat asma serta patokan untuk pengaturan jenis dan

dosis obat yang dipakai.

14

4. Mengetahui secara dini serangan asma, yaitu bila

dijumpai penurunan drastis dari APE (>15%), (5) untuk

penetapan rencana penambahan atau pengurangan jenis atau

dosis obat, (6) rencana peningkatan latihan

pernafasan/olahraga.

Pengukuran APE ini dapat digunakan untuk menilai

perkembangan asma. Beratnya sesak nafas pada asma

berhubungan langsung dengan beratnya penyempitan bronkus

yang menimbulkan penurunan APE. Dengan mengetahui besarnya

perubahan APE ini, kita dapat memperkirakan besarnya

penyempitan yang terjadi dan beratnya serangan asma suatu

waktu.

Penderita asma memerlukan pemeriksaan APE, karena dengan

cara ini dapat dimonitor keadaan asma pada sembarang waktu

hingga dapat dilakukan penyesuaian terapi semestinya. APE

perlu diukur secara rutin setiap hari pada asma tingkat

sedang dan berat atau asma yang memerlukan obat setiap

hari, sedangkan pada asma ringan mungkin cukup dilakukan

sewaktu-waktu.

Alat pengukur puncak ekspirasi (APE) atau dikenal

sebagai peak flow meter merupakan alat sederhana yang dapat

digunakan di rumah, digunakan untuk mengukur arus volume

udara terbesar yang melalui bronkus pada saat seseorang

mengeluarkan nafasnya. Spirometri bermanfaat untuk:

1. Menentukan tingkat hambatan pernafasan dan tingkat

sumbatan saluran nafas.

2. Kepekaan saluran nafas terhadap bahan perangsang

(inciter).

15

3. Tindak lanjut pengobatan asma.

G. Masalah Kebutuhan Oksigenisasi

1. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2

dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam

Hiperventilasi dapat disebabkan karena:

a. Kecemasan.

b. Infeksi/sepsis

c. Keracunan obat-obatan

d. Ketidak seimbagan asam basa seperti asidosisasi

metabolic

Tanda-tanda gejala hiperventilasi adalah takikardia,

nafas pendek, nyeri dada (chsetch set pain), menurunnya

konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

2. Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar

tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau

untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.

Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adl

nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,

kardiakdisritmia, ketidak seimbangan elektrolit, kejang

dan kardiak arrest

3. Hipoksia

Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari

defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya

penggunaan O2 pada tingkat seluler hipoksia dapat

disebabkan oleh :

16

a. Menurunnya hemoglobin

b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak

gunung

c. Ketidak mampuan jaringan mengikat O2 spt pada

keracunan sianida

d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalm darah

seperti pada pnemonia

e. Menurunnya perfusi jaringan sepertt pada syok

f. Kerusakan gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan,

menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,

pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan

clubbing.

H. Proses Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan

1. Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data

tentang :

a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan).

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan

pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis

kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui

hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya

masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat

berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang

masalahnya/penyakitnya.

b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST).

17

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan

mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan

pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya

mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality,

Regio, Skala, dan Time).

c. Riwayat perkembangan.

- Neonatus : 30 - 60 x/mnt

- Bayi : 44 x/mnt

- Anak : 20 - 25 x/mnt

- Dewasa : 15 - 20 x/mnt

- Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas

vital menurun

d. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota

keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.

e. Riwayat sosial

Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan

keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi,

keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

f. Riwayat psikologis

Disini perawat perlu mengetahui tentang :

- Perilaku / tanggapan klien terhadap

masalahnya/penyakitnya.

- Pengaruh sakit terhadap cara hidup.

- Perasaan klien terhadap sakit dan therapy.

- Perilaku / tanggapan keluarga terhadap

masalah/penyakit dan therapy.

g. Riwayat spiritual

18

h. Pemeriksaan fisik

- Hidung dan sinus

Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum,

perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,

darah), kesimetrisan hidung.

Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris.

- Faring

Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi,

bengkak

- Trakhea

Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan

pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah

trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke

samping sehingga kedudukan trakhea dapat

diketahui.

- Thoraks

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada

saluran napas.

Tanda-tandanya :

- Bunyi napas yang abnormal.

- Batuk produktif atau non produktif.

- Cianosis.

- Dispnea.

- Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.

Kemungkinan faktor penyebab :

19

- Sekresi yang kental atau benda asing yang

menyebabkan obstruksi.

- Kecelakaan atau trauma (trakheostomi).

- Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi

pergerakan dada.

- Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat

pernapasan.

- Hilangnya kesadaran akibat anasthesi.

- Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi

yang kental dan sulit untuk di expektoran.

- Immobilisasi.

- Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan

sekresi

b. Pola napas tidak efektif

Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah

suplay O2 kejaringan tidak adekuat

Tanda-tandanya :

- Dispnea.

- Peningkatan kecepatan pernapasan.

- Napas dangkal atau lambat.

- Retraksi dada.

- Pembesaran jari (clubbing finger).

- Pernapasan melalui mulut.

- Penambahan diameter antero-posterior.

- Cianosis, flail chest, ortopnea.

- Vomitus.

- Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :

20

- Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat

immobilisasi, obesitas, nyeri.

- Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia,

trauma kepala, keracunan obat anasthesi.

- Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada,

trauma yang menyebabkan kolaps paru.

- CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial,

distensi alveoli.

- Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi.

- Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau

alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau

oedema.

- Penimbunan CO2 akibat penyakit paru.

c. Gangguan pertukaran gas

Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi

asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.

d. Penurunan kardiak output.

Tanda-tandanya :

- Kardiak aritmia.

- Tekanan darah bervariasi.

- Takikhardia atau bradikhardia.

- Cianosis atau pucat.

- Kelemahan, vatigue.

- Distensi vena jugularis.

- Output urine berkurang.

- Oedema.

- Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas

pendek, rales dan batuk)

21

Kemungkinan penyebab :

- Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri

koroner, penyakit jantung.

- Berkurangnya volume darah akibat perdarahan,

dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan

jantung.

- Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit.

- Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan

potassiom dalam darah.

3. Rencana Keperawatan

a. Mempertahankan terbukanya jalan napas

1. Pemasangan jalan napas buatan

Jalan napas buatan (artificial airway) adalah

suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam

mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-

3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi

ventilasi dan atau pembuangan sekresi.

Rute pemasangan :

- Orotrakheal : mulut dan trachea.

- Nasotrakheal : hidung dan trachea.

- Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea

melalui suatu insisi yang diciptakan pada

lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3.

- Intubasi endotrakheal.

2. Latihan napas dalam dan batuk efektif

Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau

post operasi.

Cara kerja :

22

- Pasien dalam posisi duduk atau baring.

- Letakkan tangan di atas dada.

- Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada

mengembang.

- Tahan napas untuk beberapa detik.

- Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut

dampai dada berkontraksi.

- Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3

kali.

- Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan

untuk beberapa detik lalu keluarkan secara

cepat disertai batuk yang bersuara.

- Ulangi sesuai kemampuan pasien.

- Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak

tangan atau bantal pada daerah bekas operasi

dan menekannya secara perlahan ketika pasien

batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi

dan mengurangi nyeri.

3. Posisi yang baik

- Posisi semi fowler atau high fowler

memungkinkan pengembangan paru maksimal karena

isi abdomen tidak menekan diafragma.

- Normalnya ventilasi yang adekuat dapat

dipertahankan melalui perubahan posisi,

ambulasi dan latihan

4. Pengisapan lendir (suctioning)

Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi

yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat

23

dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal,

endotrakheal atau trakheostomi tube.

5. Pemberian obat bronchodilator

Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan

melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan

mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran

udara.

Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan,

intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap

atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

b. Mobilisasi sekresi paru

1. Hidrasi

Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara

menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang

banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas

kemampuan/cadangan jantung.

2. Humidifikasi

Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan

atau melarutkan lendir.

3. Postural drainage

4. Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan

gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan

sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang

di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud

supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.

Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan

sebelum tidur / istirahat.

Tekniknya :

24

- Sebelum postural drainage, lakukan :

Nebulisasi untuk mengalirkan secret.

Perkusi sekitar 1 - 2 menit.

Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode.

- Lakukan postural drainage, tergantung letak

sekret dalam paru.

c. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru

1. Latihan napas

Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan

defisit pernapasan melalui peningkatan efisiensi

pernapasan yang bertujuan penghematan energi

melalui pengontrolan pernapasan.

Jenis latihan napas :

- Pernapasan diafragma

- Pursed lips breathing

- Pernapasan sisi iga bawah

- Pernapasan iga dan lower back

- Pernapasan segmental

2. Pemasangan ventilasi mekanik

Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti

tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang

thoraks dan diafragma. Alat ini dapat

mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam

periode yang lama. Ada dua tipe yaitu ventilasi

tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

3. Pemasangan chest tube dan chest drainage

4. Chest tube drainage / intra pleural drainage

digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau

25

lebih chest kateter dibuat di rongga pleura

melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke

sistem drainage.

Indikasinya pada trauma paru seperti :

hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks,

flail chest.

Tujuannya :

- Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara

dari rongga pleura atau rongga thoraks dan

rongga mediastinum

- Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata

kembali fungsi normal kardiorespirasi pada

pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis

dengan membuat tekanan negatif dalam rongga

pleura.

Tipenya :

- The single bottle water seal system

- The two bottle water

- The three bottle water

d. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh

akibat hipoksia

Dengan pemberian O2 dapat melalui :

- Nasal canule

- Bronkhopharingeal khateter

- Simple mask

- Aerosol mask / trakheostomy collars

- ETT (endo trakheal tube)

e. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output

26

Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup

tindakan ABC, yaitu :

A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau

membebaskan jalan napas.

B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui

mulut ke mulut atau mulut ke hidung.

C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau

memberikan sirkulasi buatan.

Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di

dalamnya :

1. Health promotion

- Ventilasi yang memadai

- Hindari rokok

- Pelindung / masker saat bekerja

- Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang

dapat menekan nervus 1)

- Pakaian yang nyaman

2. Health restoration and maintenance

- Mempertahankan jalan napas dengan upaya

mengencerkan secret.

- Teknik batuk dan postural drainage.

- Suctioning.

- Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan,

posisi fowler/semi fowler, significant other.

- Mengatur istirahat dan aktifitas dengan

memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi

lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang

sesuai, ROM.

27

- Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang

memeadai, pakaian tipis dan hangat, hindari

makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur

posisi.

- Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan

oral hygiene dan makanan yang mudah dikunyah

dan dicerna.

- Mempertahankan eliminasi dengan memberikan

makanan berserat dan ajarkan latihan.

- Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan

menekankan prinsip medikal asepsis.

- Terapi O2.

- Terapi ventilasi.

- Drainage dada

4. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi

Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan

evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan kriteria termasuk

di dalamnya evaluasi proses.

28

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Oksigen adalah hal terpenting bagi nseluruh makhluk

hidup dalam segala kondisi apapun. Apabila seseorang

individu tidak bisa bernafas seperti layaknya kita sebagai

kita orang normal bisa dibantu dengan lat bantu pernafasan,

yang disebut oksigenasi.

B. Saran

Kami sebagai calon perawat tentu harus memahami bagaimana

cara melakukan oksigenasi, karena kebutuhan oksigenasi

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Agar tidak

terjadi kesalahan dalam melakukantindakan kepada pasien

sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

29

DAFTAR PUSTAKA

http://ariskha-nurrahmawati.blogspot.com/p/masalah-masalah-yg-

sering-terjadi.html

http://delimapersadanandaanggieta.wordpress.com/2013/10/24/

kebutuhan-oksigenasi/

http://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/terapi-oksigen

http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/

kebutuhan-oksigenasi.html

http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/Prosedur-pemberian-

oksigen-02.html

30