manajemen sumberdaya manusia stratejik
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of manajemen sumberdaya manusia stratejik
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta
PASAL 2(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelahsuatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undanganyang berlaku.
PASAL 72(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjaramasing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000.00 (Satu Juta Rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau dendapaling banyak Rp5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjualkepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkaitsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
MANAJEMENSUMBERDAYA MANUSIA
STRATEJIK
PenerbitUR Press Pekanbaru
2020
Prof. Dr. Dra. Hj. Sri Indrastuti, S. M.M.
Edisi Revisi
Penyunting:Prof. Dr. Amries Rusli Tanjung , SE., MM.,Ak., C.A.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Judul : MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIASTRATEJIK (Edisi Revisi)
Penulis : Prof. Dr. Dra. Hj. Sri Indrastuti, S. MM.Penyunting : Prof. Dr. Amries Rusli Tanjung, SE., MM, Ak., C.A.
Sampul & Tata Letak : UR PressDiterbitkan oleh UR Press, Juli 2012
Alamat Penerbit:Badan Penerbit Universitas Riau
UR Press Jl. Pattimura No. 9, Gobah Pekanbaru 28132, Riau, Indonesia
Telp. (0761) 22961, Fax. (0761) 857397e-mail: [email protected]
ANGGOTA IKAPI
Hak Cipta dilindungi Undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Cetakan Pertama : Juli 2012Cetakan Kedua : Mei 2014
Cetakan Ketiga Edisi Revisi : Maret 2017Cetakan Keempat : Maret 2019Cetakan Kelima : Maret 2020
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Indrastuti, SriManajemen Sumberdaya Manusia Stratejik/Prof. Dr. Dra. Hj.
Sri Indrastuti, S. M.M., penyunting: Prof. Dr. Amries Rusli Tanjung,MM, Ak.,C.A. -- Pekanbaru : UR Press, 2012320+xiv hlm. ; 15,5 x 23 cm
ISBN 978-979-792-319-8
I. Judul
iv
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah S.W.T. atas anugrahnya sehingga akhirnya
dalam waktu yang telah direncanakan buku Manajemen Sumberdaya
Manusia Stratejik Edisi Revisi ini dapat selesai walaupun masih banyak
terdapat kekurangan Untuk itu penulis terbuka menerima saran dan kritik
yang membangun.
Buku ini bertujuan adalah untuk lebih melihat peran stratejik yang
dihadapi organisasi perusahaan dalam memanaje sumberdaya manusia serta
peran masing-masing motivator dalam menjalankan aktifitas persaingan di
pasar globai. Sumberdaya Manusia merupakan ujung tombak perusahaan
dalam menghadapi dunia bisnis. Oleh sebab itu professional SDM beserta
manajer lini dan karyawan merupakan tiga serangkai yang harus bekerja
sama dalam menghasilkan inovasi dan kreatifitas selalu untuk tetap unggul
dan menang di dalam persaingan pasar global.
SDM yang berkwalitas akan selalu ingin maju dan tiak ingin kalah dalam
persaingan bisnis.. Sumberdaya manusia berhak untuk lebih maju dan
berkembang melalui pembinaan yang baik dan menyenangkan sehingga
memunculkan motivas kerja dalam berkreativitas dan berproduksi. Buku ini
merupakan revisi dari buku sebelumnya dengan penambahan 4 bab sehingga
buku ini dirasakan lebih lengkap dan diharapkan dapat mewakili peran masing-
masing motivator untuk memandang lebih luas dunia kerja dengan segala
v
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
problemanya dan mencari strategi-strategi yang ampuh untuk mengapai
kesuksesan, kontiniutas perusahaan dimasa datang dan searah dengan
keinginan dan tujuan yang ingin dicapai karyawan.
Peran organisasi yang kuat akan menciptakan komitmen kerja yang
tangguh dan kepuasan kerja yang tinggi dan dibarengi dengan kinerja pegawai
yang tidak pernah mengecewakan. Untuk melihat keterkaitan dari masing-
masing variabel tersebut dengan mengetengahkan pendapat para ahli dan
temuan-temuan hasil penelitian. Buku ini diharapkan pula dapat membantu
para mahasiswa S1 dan S2 dan S3 baik sebagai bahan bacaan dan referensi
penulisan skripsi dan tesis dan disertasi serta membuka wawasan, cakrawala
berfikir seputar manajemen sumberdaya manusia dengan persaingan
dimasa datang.
Pekanbaru, Maret 2020
Penulis
vi
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... vDAFTAR ISI .................................................................................. vii
BAB I.PERAN STRATEJIK MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA1.1. Peran Manajemen Sumberdaya Manusia .............................. 11.2. Fungsi manajemen sumberdaya manusia .............................. 21.3. Perubahan Peran SDM Sebagai Inovator ................................ 61.4. Tantangan Manajemen Sumberdaya Manusia ........................ 91.5. Perubahan Lingkungan Oganisasional .................................... 91.6. Kategori Tantangan ................................................................ 111.7. Memanaje SDM : Faktor Strategis ........................................ 12
BABA II.PERANCANAAN SUMBERDAYA MANUSIA2.1. Peran Desain Organisasi Dalam Perencanaan ....................... 132.2. Proses Desain Pekerjaan ....................................................... 142.3. Beberapa Pendekatan Perancangan Kerja ............................. 15
2.3.1. Pendekatan Manajemen Ilmiah .................................. 152.3.2. Pendekatan Motivation ............................................... 162.3.3. Pendekatan Kontemporer Individu .............................. 162.3.4. Pendekatan Kontemporer Tim .................................... 17
vii
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2.3.5. Pendekatan Faktor Manusia ...................................... 172.4. Peran Job Analysis ................................................................ 19
2.4.1. Tujuan dan Arti Penting Analysis Jabatan ................... 202.5. Job Description Dan Job Specification .................................... 21
2.5.1. Pengertian Uraian Pekerjaan ...................................... 222.5.2. Pengertian Spesifikasi Pekerjaan ............................... 23
2.6. Mengelola Perubahan Organisasi: Persaingan ....................... 25
BAB III.AKTIVITAS REKRUTMEN DAN PERAN MANAJEMEN SUMBERDAYAMANUSIA3.1. Tujuan Dan Peran Rekrutmen ................................................ 273.2. Aktifitas Rekrutmen ............................................................... 283.3. Sumber dan Metoda Rekrutmen ............................................. 303.4. Tujuan dan Peran Rekrutmen dalam Memanaje SDM............. 303.5. Proses Rekrutmen ................................................................. 303.6. Aspek-aspek Rekrutmen ........................................................ 323.7. Sumber Rekrutmen Tenaga Kerja ........................................... 32
3.7.1. Sumber Internal ......................................................... 333.7.2. Sumber Eksternal ..................................................... 37
3.8. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Rekrutmen Internal ........ 403.9. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Rekrutmen Eksternal ..... 41
BAB IV.SELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA4.1. Faktor-faktor : Mempengaruhi Seleksi .................................... 444.2. Tahapan : Pemilihan Karyawan .............................................. 464.3. Penempatan ( Placement) ...................................................... 494.4. Hubungan Seleksi Dan Penempatan ...................................... 494.5. Peran 3 Motivator : Suksesi Perusahaan ................................ 524.6. Kategori Calon Karyawan ....................................................... 544.7. Tolok Ukur Penentu ............................................................... 554.8. Beberapa Pendekatan ............................................................ 57
BAB V.MEMANAJE PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN5.1. Peran Kemitraan .................................................................... 59
viii
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
5.2. Hubungan Sosialisasi : Pelatihan Dan Pengembangan ......... 615.3. Pelaksanaan Sosialisasi Dan Pelatihan ................................. 625.4. Pelatihan Berdasarkan Lokasi ................................................ 63
5.4.1. Keunggulan Dan Kelemahan ...................................... 63
BAB VI.KEPUASAN KERJA KARYAWAN6.1. Pengertian Kepuasan Kerja Karyawan ................................... 666.2. Faktor –Faktor Kepuasan Kerja.............................................. 686.3. Beberapa Pendapat Tentang Kepuasan Kerja ......................... 686.4. Teori Kepuasan Kerja ............................................................. 696.5. Pengukuran Kepuasan Kerja .................................................. 706.6 Konsep Tiga Dimensi ............................................................. 756.7. Hubungan Prestasi Kerja Dan Kepuasan Kerja ..................... 766.8. Pengaruh Kepuasan Kerja & Pengantian Karyawan ............... 776.9. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap Ketidak Hadiran ............. 776.10. Meningkatkan Kepuasan Kerja ............................................... 78
BAB VII.KOMITMEN ORGANISASI7.1. Pengertian Komitmen Organisasi ........................................... 807.2. Pengertian Komitmen Kerja ................................................... 817.3. Konsep Komitmen ................................................................. 827.4. Meningkatkan Komitmen Organisasi ...................................... 857.5. Faktor Mempengaruhi Komitmen Kerja ................................. 85
BAB VIII.PERAN MOTIVASI KERJA8.1. Tiga Elemen Motivasi ............................................................. 878.2. Motivasi Primer dan Motivasi Sekunder .................................. 888.3. Motif Kekuasaan .................................................................... 888.4. Motif Affiliasi ........................................................................... 908.5. Motif Keamanan ..................................................................... 918.6. Motif Status ............................................................................ 918.7. Motif Intrinsik Versus Ekstrinsik ............................................. 928.8. Pendekatan Motivasi Kerja ..................................................... 948.9. Teori Kepuasan Motivasi Kerja ............................................... 95
ix
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
8.10. Hierarki Kebutuhan Maslow .................................................... 968.11. Teori Motivasi 2 Faktor Herzberg ........................................... 988.12. Hubungan Dengan Hierarki Kebutuhan Maslow ...................... 998.13. Kontribusi Terhadap Motivasi Kerja ......................................... 1018.14. Analisa Kritis Teori Herzberg .................................................. 1018.15. Teori ERG Alderfer .................................................................. 1028.16. Teori Proses Motivasi Kerja .................................................... 1048.17. Teori Harapan Vroom.............................................................. 1048.18. Pengertian Valensi ................................................................. 105
BAB IX.KINERJA KARYAWAN ( JOB PERFORMANCE )9.1. Pengertian Kinerja Karyawan ................................................. 1069.2. Beberapa Hal dalam Kinerja ................................................... 1079.3. Manfaat Pengukuran Kinerja .................................................. 1089.4. Pengukuran Kinerja Karyawan ............................................... 1099.5. Hubungan Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan ................. 1099.6. Hubungan Kinerja Dan Kepuasan kerja .................................. 1109.7. Kepuasan Kerja, Komitmen Kerja dan Kinerja karyawan ........ 111
BAB X.BUDAYA ORGANISASI10.1. Pengertian Budaya Organisasi ............................................... 11310.2. Karakteristik Primer Budaya Organisasi ................................. 11710.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan ............................. 11910.4. Type Budaya Organisasi ........................................................ 12210.5. Tingkatan Budaya .................................................................. 12210.6. Pengelompokan Asumsi Schein ........................................... 12410.7. Budaya Perusahaan ............................................................... 12610.8. Fungsi Dan Pembentukan ...................................................... 130
BAB XI.PERAN BUDAYA ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, KOMITMENKERJA DAN KINERJA PEGAWAI11.1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja ...... 13411.2. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Kerja ........ 13511.3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Job Performance ....... 135
x
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB XII.REENGINEERING12.1. Pengertian Reengineering ………………. ............................. 13912.2. Reengineering Dan Perubahan Lingkungan Bisnis ................. 14012.3. Resiko Reengineering …………………… ............................. 14212.4. Faktor- Faktor Penyebab kegagalan Reengineering .............. 14312.5. Tahap-Tahap Reengineering ................................................... 14612.6. Sifat Kepemimpinan Dalam Reengineering ….. ..................... 150
BAB . XIIIRESRUKTURISASI13.1. Pengertian Restrukturisasi .................................................... 15413.2. Tujuan Restrukturisasi ........................................................... 15413.3. Faktor-Faktor Penyebab Restrukturisasi ................................ 15513.4. Kategori Restrukturisasi ......................................................... 157
BAB. XIVKOMPETENSI DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF14.1. Kompetensi dan Pengertiannya ............................................. 16114.2. Keunggulan Kompetitif .......................................................... 16114.3. 10 Pilar Keunggulan Kompetitif .............................................. 16214.4. Pendekatan Bostin Consulting Group .................................... 163
BAB. XVKOMPENSASI BALAS JASA15.1. Pengertian Kompensasi ......................................................... 16815.2. Tujuan Kompensasi ............................................................... 16915.3. Keputusan Strategis Dalam Sistem Kompensasi ................. 17015.4. Peran Lingkungan Eksternal .................................................. 17215.5. Peran Lingkungan Internal ..................................................... 17215.6. Keadilan Internal .................................................................... 18015.7. Pemilihan Proses Evaluasi Jabatan ....................................... 181
BAB. XVIPENILAIAN KINERJA16.1. Pentingnya Penilaian Kinerja ................................................. 18316.2. Menyatukan Penilaian Kinerja Dengan Bisnis ........................ 183
xi
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
16.3. Hambatan Penilaian Kinerja dalam Bisnis ............................. 18616.4. Beberapa Pertimbangan Dalam Penilaian Kinerja .................. 18816.5. Sistem Penilaian Kinerja ........................................................ 18916.6. Proses System Manajemen ................................................... 19116.7. Poin-poin Evaluasi ................................................................. 19216.8. Bentuk Kriteria Kinerja Karyawan .......................................... 19316.9. Hubungan Penilaian Kinerja Dengan Sasaran Organisasi ...... 19516.10.Penilaian Kinerja Berdasarkan Kriteria Tunggal ..................... 19616.11. Pembobotan Kriteria .............................................................. 19716.12.Penetapan Waktu Pengukuran Kinerja .................................. 19716.13.Pendekatan Penilaian Kinerja Terhadap Karyawan ................ 19816.14. Evaluasi Terhadap Kinerja ..................................................... 20016.15.Beberapa Cara Penilaian Kinerja ........................................... 20116.16.Format Penilaian Kinerja ........................................................ 21016.17.Format Standar Absolut ......................................................... 21016.18.Format Berdasarkan Output .................................................. 22216.19.Catatan Prestasi .................................................................... 22816.20.Komentar Tentang Format Berdasarkan Output ..................... 22816.21.Menciptakan Format .............................................................. 23016.22.Penilaian Untuk Memprediksi Kinerja .................................... 23016.23.Proses Dalam Penetapan Rating ........................................... 23116.24.Kesalahan dalam Metode Rating ........................................... 23616.25.Strategi Untuk Meningkatkan Keakuratan Penilaian .............. 23916.26.Penilaian Kinerja .................................................................... 24016.27.Kesimpulan ............................................................................ 24116.28.Pertanyaan Diskusi ............................................................... 242
BAB. XVIIPENILAIAN KINERJA DALAM MEMAKSIMUMKAN HASIL17.1. Tantangan Dalam Penilaian Kinerja ........................................ 24617.2. Integrasi Strategis .................................................................. 24617.3. Kekuasaan Dan Politik .......................................................... 24917.4. Konflik Organisasi .................................................................. 25017.5. Penilaian Fokus Terhadap Persepsi ....................................... 25217.6. Konsekwensi Terhadap Komplik ............................................ 25317.7. Strategi Meraih Kinerja Maksimum ........................................ 253
17.7.1. Manfaat Data Kinerja ................................................. 25317.7.2. Umpan Balik .............................................................. 254
xii
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
17.7.3. Pastikan Keadilan ..................................................... 25517.8. Manajemen Kinerja Secara Menyeluruh ................................. 255
17.8.1. Alat Diagnose ............................................................ 25517.8.2. Merancang Sistem Evaluasi ...................................... 25617.8.3. Perdayakan Karyawan ............................................... 25717.8.4. Tujuan Yang Saling Berhubungan .............................. 25817.8.5. Wawancara Dalam Penilaian Kinerja ......................... 259
17.9. Kriteria Penting Dalam Kinerja .............................................. 26017.10. Menganalisis Kinerja .............................................................. 26117.11. Meningkatkan Kinerja Karyawan ............................................ 26617.12. Program Disiplin Positif .......................................................... 27117.13. Program Bantuan Karyawan .................................................. 27217.14. Manajemen Pribadi ................................................................ 27217.15. Program Bantuan Karyawan Mendukung Kesuksesan .......... 27317.16. BPK Disesuaikan Dengan Kebutuhan .................................... 274
17.16.1. Masalah Perkawinan.............................................. 27417.16.2. Bekerja Jarak Jauh ................................................ 27517.16.3. Hukuman ............................................................... 27617.16.4. Memperbaiki Kinerja .............................................. 277
17.17. Perbandingan Internasional .................................................... 28217.18. Pertanyaan ............................................................................ 286
BAB .XVIIIKASUS MSDM1. MENILAI KINERJA KURIR DI AAP ......................................... 2902. MERCK AND COMPANY ....................................................... 2923. SHERWIN-WILLIAMS COMPANY :
KEKUATAN LINGKUNGAN .................................................... 2944. GILLETTE .............................................................................. 2965. AT & T’s GLOBAL BUSINESS COMMUNICATIONS SYSTEMS 2986. EATON CORPORATION ........................................................ 3017. COCA COLA DAN PEPSI ...................................................... 3038. CHRYSLER CORPORATION ................................................ 3069. PENILAIAN KINERJA Dl ESSEX ........................................... 308
10. FIELD INCORPORATED ....................................................... 310
11. AUBON PAIN COMPANY ...................................................... 312
12. MICROSOFT ......................................................................... 315
xiii
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIKxiv
13. SAMSUNG ............................................................................ 316
14. GARUDA................................................................................ 325
15. PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA (PT. CPI) .......................... 328
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 339
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB I.PERAN STRATEGIS MANAJEMEN
SUMBERDAYA MANUSIA
1.1. Peran Manajemen Sumberdaya Manusia.
Manajemen sumberdaya manusia ( MSDM ) bila diuraikan berasal
dari kata manajemen dan Sumberdaya manusia. Manajemen berarti
mengarahkan dan mendorong SDM untuk bekerja sebagai partner dalam
mencapai kesuksesan perusahaan dimasa sekarang dan masa yang akan
datang
Disamping itu dapat dikatakan Pengertian Manajemen Sumberdaya
Manusia, adalah suatu cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan
sumberdaya manusia (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu yang dimanaje
oleh para professional SDM dan Manajer sehingga 5 M dapat dikelola secara
efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai
tujuan (goal) perusahaan,
Manajemen mempunyai fungsi yang disebut dengan fungsi-fungsi
manajemen berfungsi mengelola 6 M yaitu : Man , Machine, Material, Money,
Methoda dan Market. Man adalah manusia atau SDM yang berfungsi
mengelola 5 M lainnya . dengan adanya SDM yang mempunyai potensi
maka pengelolaan 5 M lainnya akan dapat berkembang dengan baik yang
dapat menghasilkan kreatifitas dan inovasi dan membuat perusahaan dapat
1
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
menyesuaikan diri dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
dapat memenangkan persaingan pada pasar global melalui inovasi yang
dapat menghasilkan cost leadership dan product differensiasi yang semakin
menglobal.
SDM yang berpotensi akan memperkuat perusahaan baik sekarang
maupun masa depan dengan memunculkan kreatifitas yang menghasilkan
dapat menguasai pasar persaingan. Begitu besarnya peran Man dalam
mengelola 5 M lainnya maka untuk itu perlu adanya perencanaan dalam
mengelola Man (SDM) tersebut dan dibutuhkan analisa-analisa yang tepat
dan cepat dalam menghadapi tantangan bisnis dan memenangkannya.
Untuk memenej sumberdaya manusia diperlukan berbagai aktifitas
departemen SDM dalam mencapai tujuan perusahaan. Aktifitas Memenej
SDM tersebut terangkup dalam beberapa kegiatan yang disebut dengan
fungsi-fungsi Manajemen sumberdaya manusia. Para ahli mengetengahkan
fungsi-fungsi Manajemen sumberdaya manusia yang berbeda-beda namun
pada prinsipnya tetap sama yaitu membuat perusahaan menjadi lebih
kompetitif dengan mengarahkan assets SDM dalam menjalankan aktifitasnya
sesuai dengan pergerakan bisnis.
1.2. Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia
a.Staffing
Fungsi ini mempunyai peran dalam tiga aktivitas penting, yaitu
perencanaan, penarikan, dan seleksi terhadap sumberdaya manusia. Para
manajer bertanggung jawab untuk mengantisispasi kebutuhan sumberdaya
manusia. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, para manajer
menjadi lebih tergantung pada departemen sumberdaya manusia untuk itu
mereka berusaha menyatukan keterampilan dan pengetahuan manajer lini,
professional SDM dan semua karyawan secara terus menerus memperbaiki
cara kerja sehingga hasil yang diinginkan dapat diperoleh dengan cepat.
Mengelola sumberdaya manusia merupakan kegiatan mengelola karyawan,
kebijakan dan praktek yang digunakan perusahaan saat ini dan kegiatan
mengelola kekuatan-kekuatan perubahan seperti teknologi, restrukturisasi
bisnis dan lain-lain yang harus ditelaah organisasi untuk dapat memposisikan
diri dalam meghadapi persaingan saat ini dan dimasa yang akan datang.
2
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Penarikan tenaga kerja dilakukan oleh departemen sumberdaya
manusia, walaupun demikian departemen lain tetap terlibat dalam mencapai
kesuksesan aktifitas penarikan tersebut.
Dalam proses seleksi, departemen sumberdaya manusia melakukan
penyaringan melalui beberapa tes yang harus dilakukan untuk mendapatkan
tenaga kerja yang sesuai dengan harapan perusahaan. Tenaga kerja yang
lulus dalam seleksi hendaknya tenaga kerja yang yang dapat digunakan
sekarang dan masa datang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia bisnis.
b. Performance Evaluation
Penilaian kinerja karyawan merupakan tanggung jawab departemen
sumberdaya manusia dan para manajer. Para manajer bertanggung jawab
untuk mengevaluasi bawahannya dan departemen sumberdaya manusia
bertanggung jawab untuk mengembangkan bentuk penilaian kinerja yang
efektif dan memastikan bahwa penilaian kinerja tersebut dilakukan oleh
seluruh bagian perusahaan. Departemen sumberdaya rnanusia juga perlu
melakukan pelatihan terhadap para manajer tentang bagaimana membuat
standar kinerja yang baik dan membuat penilaian kinerja yang akurat.
c. Compensation
Dalam hal kompensasi / reward dibutuhkan suatu koordinasi yang baik
antara departemen sumberdaya manusia dengan para manajer. Para manajer
bertanggung jawab dalam hal kenaikan gaji, sedangkan departemen sumber
daya manusia bertanggung jawab untuk mengembangkan struktur gaji yang
baik. Sistem kompensasi yang memerlukan keseimbangan antara
pembayaran dan manfaat yang diberikan kepada tenaga kerja. System
kompensasi juga harus berpedoman kepada kinerja karyawan, artinya tingkat
kompensasi yang diberikan tinggi jika para karyawan memberikan kinerja
yang tinggi. Kompensasi dapat berupa material dan non material seperti
pembayaran meliputi gaji, bonus, insentif, dan pembagian keuntungan dan
lain-lain yang diterima oleh karyawan ini berupa kompensasi material.
Kompensasi non material dapat berupa promosi jabatan Manfaat meliputi
asuransi kesehatan, asuransi jiwa, cuti, dan sebagainya. Departemen
sumberdaya manusia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
kompensasi yang diberikan bersifat kompetitif diantara perusahaan yang
3
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
sejenis, adil, sesuai. dengan hukum yang berlaku dan memberikan motivasi
kerja dalam melaksanakan aktivitas perusahaan.
d. Training and Development
Departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk membantu
para manajer dalam aktivitas pelatihan dan pengembangan para
karyawannya,
Menciptakan program pelatihan dan pengembangan yang efektif baik
bagi karyawan baru (orientasi) maupun yang sudah ada (pengembangan
keterampilan), terlibat dalam program pelatihan dan pengembangan tersebut.
Memperkirakan kebutuhan perusahaan akan program pelatihan dan
pengembangan, serta mengevaluasi efektifitas progam pelatihan dan
pengembangan. Tanggung jawab departemen sumber daya manusia dalam
hal ini juga menyangkut masalah pemutusan hubungan kerja, tanggung jawab
terhadap perusahaan dan memberikan solusi terhadap konflik yang terjadi
dalam perusahaan.
e. Employee Relations
Dalam perusahaan yang memiliki serikat pekeja, departemen
sumberdaya manusia berperan aktif dalam melakukan negosiasi dan
mengurus masalah persetujuan dengan pihak serikat pekerja. Membantu
perusahaan menghadapi serikat pekerja merupakan tanggung jawab
departemen sumberdaya manusia. Setelah persetujuan disepakati,
departemen sumberdaya manusia membantu para manajer tentang
bagaimana mengurus persetujuan tersebut dan menghindari keluhan yang
lebih banyak. Tanggung jawab utama departernen sumberdaya manusia
adalah untuk menghindari praktek-praktek yang tidak sehat (misalnya :
mogok kerja, demonstrasi). Dalam perusahaan yang tidak memiliki serikat
kerja, departemen sumber daya manusia dibutuhkan untuk terlibat dalam
hubungan karyawan.
f. Safety and Health
Setiap perusahaan wajib untuk memiliki dan melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengurangi kejadian yang tidak
diinginkan dan menciptakan kondisi yang sehat. Tenaga kerja perlu diingatkan
4
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
secara terus menerus tentang pentingnya keselamatan kerja Suatu program
keselamatan kerja yang efektif dapat mengurangi jumlah kecelakaan dan
meningkatkan kesehatan tenaga kerja. Departemen sumber daya manusia
mempunyai tanggung jawab utama untuk mengadakan pelatihan tentang
keselamatan kerja, mengidentifikasi dan memperbaiki kondisi yang
membahayakan tenaga kerja, dan melaporkan adanya kecelakaan kerja.
g. Personnel Research
Dalam usahanya untuk meningkatkan efektifitas perusahan, departemen
sumberdaya manusia melakukan analisis terhadap masalah individu dan
perusahaan serta membuat perubahan yang sesuai. Masalah yang sering
diperhatikan oleh departemen sumberdaya manusia adalah terjadinya ketidak
hadiran dan keterlambatan karyawan. Bagaimana prosedur penarikan dan
seleksi yang baik, dan penyebab ketidak puasan tenaga kerja. Departemen
sumberdaya manusia bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang menyinggung masalah ini. Hasilnya digunakan
untuk menilai apakah kebijakan yang sudah ada perlu diadakan perubahan
atau tidak.
Perusahan yang sukses adalah perusahaan yang melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen dengan tepat dan benar sesuai dengan tuntutan dunia
bisnis. Secara teori perusahaan akan menang dalam persaingan global bila
ia mampu mencapai 2 hal dominan yang harus terealisasi dalam aktivitas
perusahaan. 2 hal tersebut yaitu produk diffrensiasi dan cost Leadership.
Oleh sebab itu karyawan di menej dan diarahkan untuk mencapainya.
Adapun yang dimaksudkan dengan cost leadership adalah dengan inovasi
yang dimiliki para karyawan maka perusahaan dapat menghasilkan produk
dengan biaya minimal atau tingkat biaya dibawah biaya produksi perusahaaan
lain dalam menghasilkan produk yang sama dan sesuai dengan keinginan
serta tingkatan pendapatan konsumen. Sedangkan Product defferentiasi
bermakna perusahaan dapat menghasilkan produk yang beraneka ragam,
sehingga konsumen dapat memilih barang dan jasa yang dibutuhkannya
sesuai dengan keinginan dan kemampuan daya beli konsumen tersebut.
Untuk menghasilkan Sdm yang berkualitas dan dapat berkreatifitas
dalam menghadapi perubahan dunia bisnis yang semakin cepat maka SDM
sangat perlu untuk dikelola dengan baik maka dibutuhkan kegiatan
5
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
pengelolaan SDM yang merupakan tugas professional SDM dan para Manajer
perusahaan dan untuk itu dibutuhkan kesadaran dan potensi SDM untuk
ikut mendukung perencanaan Perusahaan dalam mencapai goal perusahaan
Untuk mencapai goalnya perusahaan maka ada 3 peran yang saling
mendukung dalam perusahaan yang disebut dengan three motivator yang
saling memotivasi dan bekerja sama antara satu dengan yang lainnya . Yaitu
Company needs, Human Resource Activity dan Employee needs.
Mengelola SDM dalam menghadapi persaingan dimasa datang
merupakan suatu keharusan yang tak bisa di hindari dan merupakan antara
lain salah satu tugas CEO dalam mengelola SDM sehingga menjadikan
perusahaan lebih kompetitif dan mengarahkan asset SDM nya sesuai dengan
kebutuhan bisnis jangka pendek dan jangka panjang. Disinilah tugas Human
Resource Activity yang diperankan oleh Departemen SDM dan peran ini
didukung oleh Perusahaan sebagai oraganisasi yang menaungi para karyawan
yang bertugas sebagai pelaksana aktivitas harian dalam mencapai tujuan
perusahaan dan sebaiknya dibarengi dengan tercapainya tujuan karyawan .
1.3. Perubahan Peran SDM sebagai innovator.
MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah
manusia - bukan mesin dan bukan semata menjadi sumber daya saja yang
dapat habis dalam pemakaian proses produksi.
Mengelola SDM dalam menghadapi era persaingan merupakan hal
yang sangat penting . Pimpinan yang berhasil adalah pimpinan yang mampu
melihat sdm sebagai assets yang harus dikelola sesuai dengan kebutuhan
bisnis dan berupaya mengabungkan SDM dengan trend pergerakan bisnis
serta berusaha mengarahkan assets SDM lebih sesuai dengan kebutuhan
bisnis. Hal ini akan membuat perusahan menjadi lebih kompetitif .
Keberhasilan perusahaan dimasa datang tergantung dari kompetensi
dan inovasi para karyawan yang dapat bekerja sama untuk memenuhi 3
peran yang saling mendukung di dalam perusahaan yaitu Company Needs,
human Resource Activity dan Employee Needs. dalam kreatifitasnya
mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan berusaha menyatukan
keterampilan dan pengetahuan manajer lini, professional SDM dan seluruh
karyawan. Keahlian khusus yang dimiliki professional dilaksanakan melalui
kerja sama dengan karyawan serta manajer lini.
6
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
a. Company needs.
Keinginan-keinginan perusahaan akan tercapai jika perusahaan dapat
merealisasikan tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Perencanaan-perencanaan yang dibuat oleh perusahaan bermuaranya pada
profit motif. Perusahaan disamping mengharapkan pada profit yang akan
dicapai tentunya harus memikirkan apakah pofit yang dicadangkan telah
dapat menunjang dan ditunjang oleh keingginan-keinginan human resource
activity. Apa yang menjadi keinginan perusahaan ( manajer lini) tentunya
dapat diarahkan sesuai dengan activity human resurces. Oleh sebab itu
perusahaan sebaiknya membuat kebijakan pintu terbuka yaitu apa yang
diinginkan dan diharapkan perusahaan dapat mensosialisasikannya kepada
departemen SDM. Sehingga departemen sdm bisa memahami persiapan-
persiapan yang harus dibuat dan direncanakan terhadap para karyawan.
dengan perkataan lain apa-apa yang menjadi tujuan perusahaan (Company
needs) didukung oleh departemen SDM dan karyawan sebagai ujung tombak
perusahaan.
b. Human Resource Activity
Memenej sumberdaya manusia merupakan suatu cara bagaimana
mengatur serta mampu menyelesaikan masalah pada ruang lingkup
karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya dan perusahaan
untuk dapat menunjang aktivitas organisasi / perusahaan secara efektif dan
efisein demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang
biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumberdaya manusia disebut
Human Resource Departement.
Oleh sebab itu dalam memeneje sumberdaya manusia diperlukan
prosedur yang berkelanjutan dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan
orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang
tepat pada saat organisasi memerlukannya dalam menghadapi persaingan
dunia bisnis yang semakin berkompetisi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen SDM yang baik akan meningkatkan keberhasilan dan secara
efektif dapat melayani kepentingan organisasi itu sendiri, pemegang saham,
investor, Pelanggan, karyawan serta masyarakat pemasok.
Aktifitas manajemen sumberdaya manusia juga menyangkut desain
dan implementasi sistem perencanaan, rekrutmen, seleksi, penyusunan
7
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja,
kompensasi karyawan dan hubungan ketenaga kerjaan yang secara
berkelanjutan berkembang dengan baik serta melibatkan semua keputusan
dan praktek manajemen yang mempengaruhi secara langsung SDM sesuai
dengan tuntutan dunia persaingan dan perkembangan bisnis.
Penelitian terakhir menyatakan bahwa perusahaan yang mengelola
karyawannya secara efektif memiliki tingkat profitabilitas yag tinggi,
produktivitas tinggi, nilai pasarnya tinggi dan pertumbuhan laba per sahamnya
tinggi. Manajemen SDM yang efektif dapat memenuhi kebutuhan karyawan,
perluasan dan peningkatan produktivitas karyawan, mendukung keamanan
kerja, banyak peluang kerja dan kompensasi yang tinggi. Disamping itu
Manajemen SDM yang sukses juga dapat di lihat dari citra positif perusahaan
dimata masyarakat, seperti sukses dalam melayani kebutuhan masyarakat
dengan mengangkat standar kehidupan dan mengendalikan pengaruh
perusahaan terhadap masyarakat lingkungan.
c. Employee Needs
Dalam era yang semakin kompetitif peran SDM sangatlah menentukan
keberhasilan perusahaan dalam merebut pasar dan hal ini didukung oleh beberapa
pimpinan dari beberapa perusahaan mendunia antara lain CEO Unilever N.V
yang menyatakan bahwa Kendala terbesar yg dihadapi perusahaan dalam
menghadapi globalisasi adalah terbatasnya SDM yg berkualitas bukan
terbatasnya modal”. Dari magna ini jelaslah bahwa Kualitas SDM sangat berperan
sebagai penentu kesukesan perusahaan dalam mengelola Sumberdaya lainnya
yg menghasilkan kreatifitas dan inovasi baru dalam pasar pesaingan. Sehingga
perusahaan tetap eksis dimata konsumen dengan memproduksi produk yang
di inginkannya. Demikian juga pendapat dari beberapa Vice President dari
perusahaan yang mendunia yang menyatakan bahwa perusahaan harus
memperhatikan sumber-sumber keunggulan kompetitif yg dapat diperbaharui
yaitu mutu manusia yg bekerja untuk anda.”
Sedangkan penyataan lain para ahli menyatakan bahwa satu-satunya
cara untuk dapat berkompetisi ialah dengan mengunakan manusia . inilah
satu-satunya cara yaitu memotivasi serta memberdayakan dan mendidik
karyawan dan dapat membuahkan hasil mengagumkan dengan inovasi-
iovasi yang produktif.
8
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Produktivitas berasal dari kelompok karyawan yang tertantang,
diberdayakan , mempunyai semangat dan dihargai produktivitas berasal
dari setiap individu, membuat setiap orang sebagai bagian dari tiap langkah
yang diambil dan membolehkan tiap orang untuk berpendapat memiliki peran
dalam keberhasilan suatu perusahaan dalam pencapaian produktivitas yg
berlipat ganda.
1.4. Tantangan Manajemen SDM
Manajemen sumberdaya manusia berperan sangat luas dalam
mengendel perusahaan untuk mencapai kesukssan sekarang dan dimasa
datang. Oleh sebab itu MSDM harus berkembang dengan pesat sesuai
dengan tuntutan lingkungan yang selalu berubah disesuaikan dengan
perkembangan dunia bisnis. Lingkungan orgaisasi / dunia usaha berubah,
teknologi dan ilmu pengetahuan berubah dan ini merupakan tantangan bagi
kesuksesan manajemen SDM ( Byars dan Rue :1997) dimasa datang.
Lingkungan organisasi menjadi lebih rumit dan beragam. Keberagaman ini
menuntut berbagai macam perubahan, perbedaan dan berbagai pendekatan
–pendekatan dilakukan untuk mencapai kesuksesan bisnis. Peran
Manajemen SDM semakiln luas sebagai penentu arah perusahaan dalam
persaingan global. Manajemen SDM berkompetisi mencari cara untuk
mempertahankan keberhasilan mereka dalam waktu lama dan tidak mudah
ditiru oleh perusahaan pesaing.
Perubahan lingkungan selalu mendahului perubahan organisasi,
menanggapi kondisi ekonomi dan persaingan , penilaian kembali berpuncak
pada keputusan menutup satu atau beberapa unit bisnis atau melakukan
ekspansi melalui akuisisi, perampingan organisasi, mengurangi jumlah
tingkatan manajemen, merekayasa kembali, mengubah operasi perusahaan
atau kombinasi pendekatan diatas dan lain sebagainya.
1.5. Perubahan Lingkungan Organisasional
Perubahan lingkungan organisasi akan membawa pengaruh terhadap
adanya perubahan lingkungan eksternal menjebabkan terjadinya perubahan
internal. Ada beberapa hal yang mendukung perubahan lingkungan ( Schuler
, Jackson :1996; 52)
·
9
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Terdapatnya Teknologi Baru, dengan berkembangnya lingkungan
perusahaan maka organisasi perusahaan dipaksa mengadakan pendekatan
baru dalam mengelola karyawan dan membuat keputusan dengan cepat.
Untuk itu dibutuhkan teknologi baru dan struktur organisasi baru dalam
membantu menghadapi tantangan yang diciptakan oleh perubahan tersebut
dalam pengelolaan karyawan.
Sistem Produksi yang lebih Fleksibel dan Ramping, permintaan
konsumen akan barang dan jasa menuntut perusahaan berproduksi lebih
baik dengan biaya rendah. Untuk itu perusahaan melakukan produksi massal
dengan system produksi yang fleksibel dan ramping. Produksi massal
digunakan untuk memproduksi produk standar dengan biaya rendah, namun
dibutuhkan pekerjaan yang lebih kompleks dan keterampilan tinggi.
Penetapan system kompensasi disesuaikan dengan kinerja karyawan atau
diberlakukan merit sistem sebagai penentu kinerja.
Telematiks, perubahan lingkungan menuntut perubahan teknologi,
komputerisasi dan otomatisasi pabrik adalah jawabannya. Teknologi ini
menjediakan kesempatan-kesempatan lebih berkembang secara efektif dan
efisien dan dapat meningkatkan kepuasan karyawan dan konsumen, contoh:
perbankan yang menyediakan berbagai fasilitas untuk dinikmati konsumen
dan karyawan.
Struktur Organisasional dan Budaya Perusahaan, Perubahan
lingkungan menuntut perubahan struktur organisasi dan budaya perusahaan
melalui komputerisasi informasi dapat diperoleh dengan cepat dan dapat
dimanfaatkan manajer secara langsung dalam membuat keputusannya serta
membuat organisasi lebih fleksibel dan dapat dipertanggung jawabkan.
Keterampilan Baru. Perubahan lingkungan membutuhkan perubahan
teknik dalam bekerja, kondisi ini membuat karyawan bekerja dengan
mengunakan teknologi baru yang membutuhkan keterampilan baru .
Pergeseran produksi terjadi dari tradisional menjadi proses pengerjaan
dengan teknologi baru yaitu dengan komputerisasi yang membutuhkan
pengetahuan yang lebih luas, persyaratan baru pendidikan, kemampuan
untuk mengelola kompleksitas, perancangan kembali jabatan untuk setiap
pekerjaan. Namun sering terjadi jurang pemisah antara teknologi baru yang
diciptakan dengan kemampuan karyawan sehngga tidak dapat menciptakan
kompetisi yang efektif di dalam persaingan global .
10
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
1.6. Kategori Tantangan
Pendapat lain mengetengahkan bahwa tantangan dapat dibedakan atas
beberapa hal yang mempengaruhinya. Yaitu dapat dipaparkan dibawah ini:
Menurut Noe, et al (2000) terdapat 3 kategori tantangan yang dihadapi
organisasi pada masa mendatang yaitu : a. Tantangan global., b. Tantangan
memenuhi kebutuhan stakeholder., dan Tantangan system kerja berkinerja
tinggi.
a. Tantangan Global
Tingkat persaingan yang ketat didalam dan diluar negri mengharuskan
perusahaan menyadari betapa pentingnya memelihara SDM dalam
menghadapi strategi global. Hampir semua jenis masalah internasional
diciptakan oleh manusia dan harus diselesaikan oleh manusia. Oleh sebab
itu satu-satunya untuk mencapai kesuksesan perusahaan berkompetisi di
pasar global adalah dengan cara memiliki orang yang tepat pada tempat
yang tepat pada waktu yang tepat adalah kunci untuk pertumbuhan
perusahaan dipasar global. Jadi kegagalan perusahan multinasioanl adalah
kegagalannya mengelola SDM pada berbagai tingkatan lingkungan asing.
b. Tantangan memenuhi kebutuhan Stakeholder
Kemampuan perusahaan dalam bersaing dan dapat memenangkan
persaingan di pasar global sangat didukung oleh para stakeholder.
Perusahaan yang dapat memenangkan persaingan dan tetap eksis didunia
bisnis akan dapat terus berlanjut menciptakan profitabilitas bagi
perusahaannya dan kondisi ini akan sangat memuaskan para pemegang
saham karena akan mendapatkan devident dan bagi para invesment akan
menerima sejumlah bunga. Bagi pelanggan tak kala pentingya yaitu mengingin
barang dan jasa yang berkwalitas untuk mendapatkan kepuasan. Karyawan
sebagai ujung tombak untuk pencapaian kesuksesan membutuhkan motivasi
yang berupa kompensasi yang berbentuk material maupun non material.
Kemudian menjaga lingkungan tetap terpelihara tanpa polusi.
c. Tantangan Sistem Kerja Berkinerja Tinggi
Dalam mmenangkan persaingan maka dibutuhkan penerapan sistem
kerja berkinerja tinggi yaitu dengan belajar memanfaatkan bakat dan keahlian
11
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
karyawan serta teknologi baru yang lebih baik sehingga tantangan yang
dihadapi adalah mengintegrasikan teknologi dan struktur untuk mencapai
keungulan kompetitif. System kerja berkinerja tinggi akan dapat tercapai
dengan melakukan : Perubahan dalam peran kerja karyawan dan persyaratan
keahlian, meningkatkan pengunaan tim untuk melaksanakan pekerjaan,
perubahan dalam sifat dasar kerja manajerial, perubahan dalam struktur
organisasi, meningkatkan ketersediaan basis informasi yang berhubungan
dengan sumberdaya manusia, organisasi, kemampuan berkompetisi dalam
system kerja berkinerja tinggi, menghadapi tantangan kompetitif melalui
praktek-pratek manajemen sumberdaya manusia.
1.7. Memanaje Sumberdaya Manusia : Factor Strategic
Sumberdaya manusia sebagai factor strategic tidak dapat di sangkal
lagi yang merupakan kunci suksesnya perusahaan dalam menghadang
persaingan globalisasi. Maka tidaklah dapat dielakan Sumberdaya Manusia
harus berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan permintaaan
kebutuhan konsumen dan tuntutan perkembangan dunia bisnis. Untuk itu
Sumberdaya Manusia harus di manaje dengan baik dan dilatih untuk
menghadapi berbagai tuntutan konsumen
Sebagai faktor stratejik Sumberdaya manusia harus bekerja sama
dengan rekan kerja, para manejer dan SDM professional serta eksternal
organisasi perusahaan dalam memberikan yang terbaik bagi masa depan
dan kesuksesan perusahaan dalam menghasilkan inovasi produk dan jasa.
12
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB II.PERENCANAAN MANAJEMEN
SUMBERDAYA MANUSIA
Perubahaan dalam dunia bisnis selalu terjadi yang disebabkan pengaruh
tuntutan teknologi maupun ilmu pengetahuan oleh sebab itu aktivitas perusahaan
juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan tuntutan tersebut kalau
tidak ingin ketinggalan dari perusahaan pesaing lainnya untuk menghadapi itu
semua maka dibutuhkan kegiatan analisis pekerjaan ( jo analysis ).
2.1. Peran Desain Organisasi dalam Perencanaan
Perancangan kerja merupakan proses menciptakan kerja baru atau
memodifikasi kerja yang sudah ada, mempunyai karakteristik dan kualitas
kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan baik berbentuk enrichment
( memperkaya pekerjaan) maupun mempersempit pekerjaan. Perancangan
kerja seperti yang dikemukakan F.W.Taylor dalam pendekatan manajemen
Ilmiahnya yang diterapkan oleh perusahaan Lincoln Electric, peran pentingnya
desain pekerjaan yaitu:
1. Alasan effisiensi teknis yatu mencari cara terbaik untuk memproduksi
suatu produk
2. Memaksimumkan produktivitas dalam memanfaatkan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya dalam memproduksi barang dan jasa.
13
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Penting bagi perusahaan yang tengah mencari cara untuk menarik dan
mengakomodasikan tenaga kerja dengan berbagai kelompok umur, jenis
kelamin, gaya hidup dan kemampuan para pekerja tersebut.
4. Memberdayakan para karyawan terhadap pekerjaan mereka masing-
masing dan menorganisasikan kerja dalam tim dalam mempermudah
penerapan strategi bermutu tinggi dan berbiaya rendah.
5. Memfokuskan strategi perusahaan pada kepuasan pelanggan dengan
mempelajari kelemahan dan memperbaiki pekerjaan yang sempit dengan
saling berbagi tugas dan terciptanya kepuasan pelanggan. Contoh
pekerjaaan di kebun binatang ada perawat yang bertugas merawat para
binatang dan tukang kebun yang merawat atau membersihkan kebun
yang ada diarea kebun binatang. Ternyata mereka tidak efektif untuk
bekerja sendiri-sendiri dengan tugas masing-masing yang kurang jelas
hasil akhirnya . rekstrukturisasi dilakukan untuk pengembangan kebun
binatang sehingga dapat menciptakan kawasan beriklim alami yang dapat
memuaskan pengunjung yang memasuki dan menikmati daerah
kombinasi antara tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Byars dan Rue (1997 ) menyatakan bahwa desain pekerjaan merupakan
suatu proses.
2.2. Proses Pendesainan Pekerjaan
Penstruktur pekerjaan melakuan pendesainan untuk aktifitas pekerjaan
baik pekerjaan secara individu maupun pekerjaan dengan tim untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Proses pendesain pekerjaan mempunyai beberapa fase yaitu :
1. Terdapatnya spesifikasi tugas yang berbeda secara individu ,
2. Terdapat specifkasi metoda pelaksanaan tugas yang berbeda baik secara
individu maupun dengan tim work.
3. Terdapatnya kombinasi tugas yang berbeda untuk dikerjakan individu
dalam membentuk jabatan.
Fase satu dan dua sebagai penentu isi jabatan, fase tiga sebagai
pelaksanaan jabatan secara tepat dan akurat. Dari ketiga fase ini diharapkan
tujuan dari desain pekerjaan yaitu mengembangkan pekerjaan sesuai dengan
tuntutan organisasi dan teknologi setra kepuasan para personel pekerja dalam
memegang dan menjalankan pekerjaannya.
14
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2.3. Beberapa Pendekatan dalam Perancangan Kerja
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam peracangan
kerja pada suatu perusahaan, tentu masing-masing mempunyai keunggulan
dan kelemahan. Pendekatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Pendekatan tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut:
2.3.1. Pendekatan Manajemen Ilmiah ( Mechanistic Approach )
Pendekatan manajemen ilmiah disebut dengan pendekatan mekanistik
( mechanistic approach). Pendekatan perancangan kerja type ini berorientasi
kepada teknik industri yang menghasilkan :
a. Pelaksanaan tugas yang diemban dapat terlaksana dengan effisien.
b. Tugas yang diemban dapat dimanfaatkan untuk meneliti gerak dan waktu
serta penetapan insentif dan produktivitas kerja tinggi.
c. Pekerjaan dibagi-bagi kedalam tugas yang lebih detail , sederhana dan
mempunyai standard serta dilakukan berulang-ulang untuk mencapa
efisiensi. Pekerjaan yang muncul adalah pekerjaan yang sangat khusus,
seperti pekerjaan yang berhubungan dengan perakitan mobil.
Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Manajemen Ilmiah
Pendekatan ini :mempunyai beberapa keunggulan yaitu :
1. Pekerjaan merupakan rutinitas yang berulang-ulang dan tidak
membutuhkan inisiatif karyawan sehingga produktivitas meningkat dan
tercapai efisiensi.
2. Karyawan perlu dilatih dalam melaksanakan pekerjaan .
3. Pimpinan bekerja secara specific, bertanggung jawab dan menjadi
penentu secara ilmiah dan tepat cara membagi kerja dalam tugas-tugas
kepada karyawan.
4. Menseleksi dan melatih karyawan dalam melakukan tugas yang sesuai
dengan aturan yang berlaku dan mengambil alh pekerjaan yang tidak
cocok dengan karyawan.
5. Kompensasi dalam bentuk uang dipengaruhi langsung oleh tingkat
produktivitas dan digunakan sebagai dasar pemberian reward.
Adapun kelemahan yang tidak dapat dihindari yang berakibat fatal bagi
perusahaan. Meskipun pendekatan manajemen ilmiah dapat meningkatkan
15
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
effisiensi dan efektifitas yang mendukung tercapainya kinerja yang tinggi,
namun hasil penelitian menemukan bahwa pengulangan kerja dalam
pekerjaan yang terspesialisasi dapat membawa dampak terhadap ketidak
puasan karyawan dalam bekerja. Akibat ketidak puasan ini membawa
pengaruh terhadap tingkat absensi yang tinggi serta terjadinya turn over
karyawan yang meningkat.
Untuk mengatasi kelemahan desain pekerjaan yang berdasarkan
manajemen ilmiah ini , disarankan dilakukan strategi focus pada perluasan
jabatan (Job Enlargement ) . tujuan perluasan jabatan ini bermaksud memberi
kepuasan kerja yang tinggi dan bervariasi lebih besar dalam menjalankan
pekerjaan. Karyawan diberi tugas yang lebih banyak variasinya namun tidak
menambah tanggung jawab dan wewenang dalam pekerjaannya.
2.3.2. Pendekatan Motivation ( Motivational Approach)
Pendekatan motivation, perancangan kerja dengan pendekatan teori
motivasi berupaya memunculkan pekerjaan-pekerjaan yang dapat
menimbulkan motivasi dalam melaksanakan aktivitas kerja dan meningkatkan
harga diri mereka dalam bekerja. Dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan
kebutuhan karyawan dalam hal pendesainan pekerjaan dapat dilakukan
dengan cara pengayaan jabatan ( job enrichment) dan atau perluasan jabatan
(job enlargement ). Pengayaan jabatan merupakan usaha dalam mendesain
pekerjaan melalui perluasan pekerjaan secara vertikal sehingga dapat
membantu pemegang jabatan untuk tumbuh, dikenal dan bertanggung jawab
dalam mencapai kepuasan kerja. Perancangan kerja melalui perluasan
jabatan secara horizontal maksudnya pekerja mendapat tanggung jawab
yang lebih besar dalam segmen pekerjaan yang lebih luas atau dengan
perkataan lain mendapatkan tugas tambahan disamping tugas yang lama
harus dilaksanakan juga.
2.3.3. Pendekatan Kontemporer Individu
Pendekatan kontemporer individu memberikan hasil kerja dan hasil
individu yang positif bagi pengayaan kerja ( job enrichment) jika para karyawan
menghargai makna, menghargai tanggung jawab dan mengetahui hasilnya.
Berbagai strategi di lakukan dalam merancang pekerjaan. Dengan tujuan
memotivasi karyawan dalam meningkatkan kinerjanya. Contoh dengan rotasi
16
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kerja , pekerjaan tetap sama namun karyawan berpindah dari satu terdapat
ketempat lain yang levelnya sama . namun menambah variasi tugas dan
meningkatkan variasi keterampilan dan identitas tugas.Rotasi kerja yang
berbentuk perluasan tugas /kerja (job enlargement) yaitu penambahan
kewajiban dengan karakteristik tugas yang sama jenisnya namun dibenci
karyawan karena melakukan lebih banyak tugas dari sebelumnya. Kinerja
meningkat maupun kepuasan pekerjaan meningkat setelah kerja dirancang
ulang untuk memberikan lebih banyak variasi keterampilan , identitas tugas,
arti pentingnya otonomi dan umpan balik. Strategi ini membawa dampak
yang menguntungkan terutama pada karyawan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi. Karyawan seperti ini kreatif, inofatif, dan menyukai tantangan
serta merasa nyaman berada diposisi yang mempunyai tanggung jawab yang
besar.
2.3.4. Pendekatan Kontemporer Tim
Pendekatan Kontemporer tim merancang pekerjaan untuk kelompok-
kelompok individu. Pada tim sering terjadi rotasi kerja dan mengikuti produk
yang sedang dikerjakan. pada perancangan kontemporer tim, setiap karyawan
belajar menangani banyak tugas, sebagian diantaranya membutuhkan
keterampilan yang berbeda. Tim melibatkan semua anggotanya, bekerja
dengan baik, keputusan dan perilaku tim menghasilkan kinerja yang lebih
besar. Kerja sama tim menjadi hal yang sangat penting dengan
mengkombinasikan bakat dan gagasan orang dapat meningkatkan hasil,
sehingga dapat dikatakan tim merupakan :
Karyawan bekerja sama dan saling memberdayakan untuk sukses.
Secara terus menerus mengukur keterlibatan karyawan dan
mengembangkan rencana dan tindakan perbaikan.
Interpedensi menciptakan kerjasama tim.
Variasi timkerja, lintas fungsional dan multikultural, selalu meningkatkan
hasil usaha di seluruh bidang perusahaan.
Karyawan memiliki keterampilan dan informasi yang membuat mereka
berpartisipasi dalam anggota tim dan mengambil keputusan yang efektif.
2.3.5. Pendekatan Faktor Manusia ( Human Factor Approach )
Perancangan kerja berdasarkan factor manusia didasarkan kepada
17
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
psikologi organisasi atau kelembagaan. Pendekatan factor manusia dalam
perancangan kerja dengan memperhatikan dimensi fisik manusia yang
mengatur mekanisme gerak tubuh dan fisiologi. Dengan mengetahui dimensi
fisik manusia dapat mempermudah pembuatan desain peralatan yang
digunakan dalam bekerja, seperti mesin dan sebagainya.dengan prinsip
biomekanika yang mengatur gerak tubuh dan fungsi otot akan membantu
merancang peralatan kerja sehingga terhindar dari tekanan dan kelelahan
kerja dan dapat memaksimalkan pengunaan energy secara effisien .
Tabel 2.1. Perbandingan Pendekatan Perancangan Kerja.
18
tertentu
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Tidak ada Pendekatan yang terbaik dilakukan perusahaan namun sering
perusahaan melakukan pendekatan kombinasi dan kadangkala pendekatan
yang digunakan tergantung dari beberapa hal seperti pertimbangan biaya,
teknologi yang tersedia dan tugas yang diemban
2.4. Peran Job Analisis Sebagai Penentu Kesuksesan
Analis pekerjaan dilakukan perperiode oleh perusahaan-perusahaan
yang selalu ingin berkembang karena tidak selalu pekerjaan-pekerjaan yang
ada dalam perusahaan masih effisien dan efektif untuk tetap dilaksasanakan
atau dipertahankan untuk periode yang akan datang. Untuk itu tentu harus
ada penilaian terhadap job-job yang ada diperusahaan melalui pengamatan,
kuesioner dan lain-lain.sehingga job yang muncul betul-betul job yang
dibutuhkan oleh peusahaan dalam menunjang tujuan perusahaan dimasa
yang akan datang.
Sebelum kegiatan perencanaan terhadap Sumberdaya Manusia
dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan peng analisaan terhadap setiap
pekerjaan yang ada diperusahaan.
Job analisis merupakan penganalisaan dan pencatatan informasi
terhadap seluruh perilaku dan aktifitas dalam suatu pekerjaan. Pada
umumnya informasi yang dikumpulkan dan dicatat itu berupa tujuan
pekerjaan, kewajiban atau kegiatan utama yang harus dilakukan sipekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya, dan syarat-syarat yang harus
dilakukannya dalam pekerjaan tersebut. Hasil dari analisa jabatan tersebut
berupa uraian tugas ( job Description) dan job specification dapat disususn
dan dikembangkan kembali tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan
harapan terhadap pekerjaan tersebut, serta pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan ( knowledge, skills dan abilities) dan karakteristik lain yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Job yang membutuhkan
kemampuan yang sama dan level yang sama namun dalam pekerjaan yang
berbeda atau sama bisa saja terjadi seperti tim dalam pekerjaan yang
menuntut kerja sama saling ketergantungan satu sama lainnya.
Pengertian job analisis:menurut beberpa ahli antara lain mengatakan bahwa
job analysis adalah :” Job Analysis is a systematic process of collecting data
and making judgments about the nature of a specific job” ( Milkovich: 1997) .
19
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Peran analisa jabatan sangatlah menjadi penentu dalam mencapai
kesuksesan dan kelangsungan perusahaan dimasa datang , pernyataan ini
didukung oleh beberapa ahli. Kegiatan apapun yang dilakukan perusahaan
dalam memenej sumberdaya manusia Sumber dasarnya adalah job analisisis,
umpamanya dimulai dari planning SDM, desain pekerjaan, rekrutmen,
pelatihan, penilaian kinerja, promosi, demosi dan mutasi sampai kepada
penentuan tingkat kompensasi membutuhkan job analisis sebagai dasar
dalam membuat keputusan msdm. Sebagai contoh dapat dipaparkan bahwa
perusahaan yang menginginkan untuk menerapkan strategi baru yang effisien
dan efektif akan mengadakan berubahan-perubahan terhadap pekerjaan (job)
yang telah ada baik melalui menciptakan jabatan baru atau menghapus/
mengurangi jabatan lama semua aktifitas ini membutuhkan peran Job
Analisis.
2.4.1. Tujuan dan arti Pentingnya Analisa Jabatan
Analisa jabatan memegang peranan penting sebagai penentu
kesuksesan pekerjaan dimasa datang. Pekerjaan yang dilkukan karyawan
ditempat kerja tergantung dari pekerjaan yang mereka kehendaki dan lakukan
tentu disesuaikan dengan bakat dan minat pekerja dalam mendukung goal
perusahaan.
Tujuan dan manfaat analisa jabatan.
1. Masukan informasi bagi para calon pekerja tentang pekerjaan yang bakal
digelutinya seperti : kewajiban kerja, tanggung jawab dan wewenang
kerja, kondisi kerja dan lain sebagainya.
2. Mengarahkan karyawan dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab
dan wewenang masing-masing karyawan .
3. Sebagai dasar informasi dalam mengambil keputusan tentang karyawan
dan pekerjaan yang digelutinya.
4. Mendukung tercapainya effisiensi dan efektifitas dalam bekerja,
5. Menghilangkan job yang sudah tidak mendukung tujuan perusahaan
dan memunculkan pekerjaan-pekerjaan yang produktif dan effisien dalam
bekerja. Untuk mencapai tujuan perusahaan.
6. Berperan dominan mendukung terciptanya desain pekerjaan yang
bersinergi.
20
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
7. Berperan dominan sebagai penentu program pelatihan, program
perencananan karir, program pengembangan karir dan program
kompensasi.
8. Memperlancar perubahan organisasi jika dibutuhkan akuisisi, merger
dan perampingan organisasi.
9. Bermanfaat dalam membuat keputusan tentang program pemutusan
hubungan kerja program pension dan mendapatkan karyawan baru
bagi para pemegang saham maupun bagi organisasi perusahaan.
10. Dapat memperlancaran kelangsungan organisasi dalam menghadapi
persaingan sesuai dengan perkembangan dunia bisnis.
11. Berperan sebagai kontrak tertulis yang mengatur hubungan kerja
karyawan dan mengarahkan energi kerja karyawan terhadap
pekerjaannya, melakukan program mengevaluasi kinerja keryawan serta
memberikan umpan balik terhadap kinerja karyawan tersebut.
Job analisis menjelaskan tugas-tugas, tanggung jawab, kewajiban,
kekuasaan dalam lingkungan kerja seorang karyawan pada suatu
perusahaan. Yaitu :
1. Nama Pekerjaan: yaitu posisi jabatan yang diduduki karyawan/ dilimpah
tugaskan kepada karyawan dalam suatu perusahaaan.
2. Departemen atau devisi yang menunjukan letak pekerjaan itu dalam
perusahaan.
3. Tanggal analisis pekerjaan disiapkan dan diperbaharui medahului
perubahan besar dalam pekerjaan.
4. Ringkasan tugas , abstaksi pekerjaan , digunakan dalam penempatan
karyawan .
5. Supervise yang diterima dan diberikan mengidentifikasi hubungan
pelaporan .
6. Pelaksanaan kerja mengidentifikasikan kewajibaban tugas pokok yang
membentuk pekerjaan tersebut.
2.5. Job Description dan Job Specification
Job description dan job specification merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam satu pekerjaan. Adapun job diskripsi memuat hal-hal
sebagai berikut :
21
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Job Description ( Uraian pekerjaan) dan uraian jabatan ( job position )
disusun berdasarkan informasi yang telah dihasilkan oleh analisis pekerjaan.
Uraian pekerjaan dipakai untuk tenaga kerja opersional, sedangkan
uraian jabatan digunakan untuk tenaga kerja manajerial. Uraian pekerjaan
dan uraian jabatan secara jelas harus ditetapkan untuk setiap jabatan, supaya
karyawan tersebut mengetahui tugas dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakannya. Uraian pekerjaan memperjelas ketegasan dan standar tugas
yang harus dicapai oleh karyawan yang menduduki jabatan tersebut. Uraian
pekerjaan merupakan dasar penetapan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi
pekerjaan bagi pejabat yang memegang jabatan tersebut. Uraian pekerjaan
yang kurang jelas akan mengakibatkan seorang karyawan kurang mengetahui
tugas dan tanggung jawabnya Hal ini mengakibatkan tugas yang diemban
tidak sesuai dengan standar kerja karyawan.
2.5.1. Pengertian Uraian Pekerjaan
Uraian pekerjaan merupakan informasi tertulis yang menguraikan tugas
dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-
aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam suatu organisasi.
Uraian pekerjaan harus jelas dan persepsinya mudah dipahami, serta
menguraikan hal-hal berikut:
1. Identifikasi pekerjaan atau jabatan, yaitu nama jabaatan, seperti kepala
devisi, kepala bagian keuangan , dan sebagainya.
2. Hubungan tugas dan tanggung jawab, berupa rincian tugas dan tanggung
jawab secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui.
Rumusan hubungan hendaknya menunjukan hubungan antara pejabat
dengan orang lain di dalam maupun di luar organisasi.
3. Peran wewenang dan pekerjaan telah punya standar, yakni kewenangan
dan prestasi yang harus dicapai oleh setiap pejabat harus jelas.
4. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti jenis peralatan dan
bahan baku yang akan dipergunakan dalam melakukan pekerjaan
tersebut.
5. Ringkasan pekerjaan atau jabatan, hendaknya menguraikan bentuk
umum pekerjaan dengan mencamtumkan fungsi-fungsi dan aktivitas
utamanya.
22
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
6. Penjelasan tentang jabatan di bawah dan di atasnya, yakni harus
dijelaskan jabatan dari mana si petugas di promosikan dan kejabatan
mana si petugas akan di promosikan
Dari poin-poin diatas dapat dikatakan Uraian pekerjaan harus diuraikan
secara jelas agar pejabat yang akan menduduki jabatan tersebut mengetahui
tugas, tanggung jawab, dan standar perstasi yang harus dicapainya. Uraian
pekerjaan harus menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi pekerjaan,
supaya pengisian jabatan didasarkan apa, baru siapa sehingga
mismanajemen dapat dihindari.
2.4.2. SPESIFIKASI PEKERJAAN
Spesifikasi pekerjaan (job spesification) disusun berdasarkan uraian
pekerjaan dengan memaparkan ciri-ciri, karakteristik, pendidikan,
pengalaman, dan yang lainya dari karyawan yang akan melaksanakakn
pekerjaan tersebut dengan baik. Spesifikasi pekerjaan menunjukan
persyaratan orang yang akan di rekrut dan menjadi dasar untuk
melaksanakan seleksi.
Spesifikasi pekerjaan adalah uraian persyaratan kualitas minimum
orang yang bisa diterima agar dapat menjalankan satu jabatan dengan baik
dan berkompeten.
Pada umumnya spesifikasi pekerjaan memuat ringkasan pekerjaan yang
jelas dan kualitas definitif pekerjaan memuat ringkasan pekerjaan yang jelas
dan kualitas definitif yang dibutuhkan dari pemangku jabatan itu. Spesifikasi
pekerjaan memberikan uraian informasi mengenai hal-hal yaitu : Tingkat
pendidikan karyawan, Jenis kelamin karyawan, Keadaan fisik karyawan,
Pengetahuan dan kecakapan karyawan, Batas umus karyawan, Nikah atau
belum, Minat karyawan, Emosi dan tempramen karyawan, Pengalaman
karyawan.
Spesifikasi pekerjaan bagi setiap perusahaan tidak sama karena
spesifikasi ini pada dasarnya disusun dari uraian pekerjaan sedang uraian
pekerjaan perusahaan tidak sama, misalnya perusahaan yang membutuhkan
persyaratan untuk tinggi badan, pakai persyaratan wajah dan lain-lain. Contoh
spesifikasi pekerjaan
23
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
PERUSAHAAN CV Yolanda
Spesifikasi Pekerjaan
Nama Jabatan : Kepala Bagian Pembukuan
Kode Jababat : P- 786
Tanggal : 10 januari 2012
Penyusutan : Agusnita
Departemen : Divisi Pembukuan
Lokasi : Tanah Datar
Persyaratan Pekerjaan
Pendidikan : sarjana akuntansi, menguasai komputer,
mempunyai keterampilan dalam menggunakan
komputer, dan memprogram komputer.
Pengalaman : 3 tahun bekerja di bidan compute dan pembukuan
Persyaratan fisik : kesehatan baik untuk melakukan pekerjaan dan
mempunyai stamina serta daya tahan cukup kuat
untuk melaksanakan tugas-tugas yang deemban.
Persyaratan mental : Jujur, inisiatif dan kreatif, dapat mengambil
keputusan secara tepat, mampu menganalisis dan
membuat berbagai output informasi yang bermutu.
Supervisi : rentang kendali 3 – 9 orang lulusan SMTA. Mampu
berkomunikasi efektif lisan maupun tertulis, vertikal
dan horizontal dalam perusahaan.
Kondisi kerja : baik, 75% duduk diatas kursi yang nyaman,
tenang, dan dalam ruangan yang ber-AC.
EVALUASI PEKERJAAN
Evaluasi pekerjaan ( job evaluation ) adalah menilai berat atau ringan,
mudah atau sukar, besar atau kecil resiko pekerjaan dan memberikan nama,
rangking (peringkat), serta harga atau gaji suatu jabatan.
Jika pekerjaan berat, sukar, berisiko,besar, dan rangking jabatan
semakin tinggi maka harga atau gaji semakin besar, tetapi sebaliknya apabila
pekerjaan mudah, ringan, reisiko kecil, tanggung jawab kecil, dan jabatan
rendah, maka harga atau gaji jabatannya semakin kecil.
24
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pemberian nama jabatan yang tepat memberikan kebanggaan dan
status bagi pejabat tersebut. Karena ego manusia yang selalu mengharapkan
status. Misalnya, orang lain lebih senang dijadikan manajer dari pada kepala
bagian walaupun rangking jabatannya sama saja.
2.5. Mengelola Perubahan Organisasi Sebagai Tuntutan Persaingan.
Perubahan kekuatan lingkungan mempengaruhi organisasi dan
membawa dampak terhadap manusia. Implikasi utama terdapat pada
pengelolaan SDM. Manajer harus menerima dan menyampaikan pada
karyawannya untuk menerima gagasan dan perubahan merupakan sesuatu
yang diperlukan dan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menjadikan
organisasi lebih kompetitif. Perubahan organisasi memiliki implikasi utama
terhadap pengelolaan sdm yaitu
a. Perubahan yang terus berlangsung kearah strategi yang berfokus pada
konsumen dan kualitas
b. Restrukturisasi organisasional, perampingan perusahaan dan pemutusan
hubungan kerja.
c. Inisiatif dalam merespon angkatan kerja.
Mengelola perubahan organisasi membutuhkan pengabungan
kemampuan SDM dengan kondisi organisasi dengan mengadakan kalaborasi
dan kemitraan antar manajer lini, professional SDM dan semua karyawan.
25
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Gam
bar
2.1
Hub
unga
n an
tara
per
ubah
an d
enga
n pe
renc
anaa
n S
DM
26
Sum
ber :
Sch
uter
and
Jacs
on : 1
996
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB III.AKTIFITAS REKRUTMEN DAN PERANMANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
3.1. Tujuan dan Peran Rekrutmen
Tujuan utama dari proses rekrutmen adalah untuk mendapatkan
karyawan yang tepat bagi suatu jabatan yang tepat pada waktu yang tepat,
sehingga karyawan tersebut mampu bekerja secara optimal dan dapat
bertahan di perusahaan untuk waktu yang lama. Kegiatan rekrutmen meliputi
upaya mendapatkan sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat untuk
diseleksi dan mendapatkan karyawan yang tepat dalam mengisisi lowongan
kerja yang tepat bagi calon karyawan.
Kesalahan dalam memilih orang yang kurang tepat sangat besar
dampaknya bagi perusahaan atau organisasi. Hal tersebut bukan saja karena
proses rekrutmen itu sendiri telah menyita waktu, biaya dan tenaga, tetapi
juga karena menerima orang yang salah untuk suatu jabatan akan berdampak
pada efisiensi, produktivitas, dan dapat merusak moral kerja pegawai yang
bersangkutan dan orang-orang di sekitarnya.
Rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan, mengajak dan
menetapkan sejumlah orang dari dalam maupun dari luar perusahaan sebagai
calon tenaga kerja dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan
dalam perencanaan sumber daya manusia.
27
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Ivancevich (1992), memaparkan bahwa rekrutmen sebagai seperangkat
aktivitas organisasi yang digunakan untuk menarik calon pemegang jabatan
yang memiliki kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk membantu
organisasi dalam mencapai tujuan.
Hasil yang didapatkan dari proses rekrutmen adalah sejumlah calon
tenaga kerja yang akan memasuki proses seleksi, yakni proses untuk
menentukan kandidat yang mana yang paling layak untuk mengisi jabatan
tertentu yang tersedia di perusahaan.
Dalam melakukan pengrekrutan karyawan, beberapa organisasi
mengunakan cara Recruiting Yield Pyramid yaitu menetapkan jumlah calon
karyawan yang akan di test jauh lebih besar dibandingkan yang akan diterima.
Tujuannya adalah supaya calon karyawan yang lulus seleksi adalah yang
terbaik dari yang baik. Contoh pemakaian recruiting yield pyramid dibawah
pada gambar 3.1.
1.2. Aktifitas Rekrutmen
Perusahaan mengharapkan dapat mengangkat 100 orang karyawan
baru untuk mengisi lowongan kerja yang ada di perusahaan. Rasio antara
kariawan yang ditest terakhir dengan yang lulus test adalah 2:1, berarti calon
karyawan yang test terakhir berjumlah 200 orang. Calon karyawan yang
menjalani wawancara adalah 300 orang , yaitu dengan perbandingan 3;2
(300 orang wawancara dan 200 orang calon karyawan menjalani test terakhir).
Calon karyawan yang diundang pertama kali untuk dites permulaan adalah
sebesar 400 orang (4:3). Namun calon karyawan yang memenuhi syarat
dan memasukan lamaran adalah sebesar 2400 orang yaitu 6:1, tapi tentunya
dibutuhkan seleksi administrasi untuk menyaring orang-orang yang
berkwalitas pada bidangnya masing-masing. Akhir dari test administrasi
hanya 400 orang mengikuti test calon karyawan untuk mengikuti test
pertamanya.
28
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Gambar 3.1 .Recruiting Yield Pyramid
Sumber : Dessler,G.(2000).Human Resource Management.
Edition. New Yersey:Prentice-Hill.Inc.
Perusahaan yang memiliki nama baik dimata masyarakat seperti
pembayaran kompensasi yang baik, memberikan perhatian terhadap
kesejahteraan dan pelatihan serta pengembangan karyawan dan karir akan
dapat menarik pelamar pekerjaan lebih banyak tanpa kesulitan.seperti
perusahaan Microsoft yang mendapatkan calon tenaga kerja beribu
banyaknya melalui kampus, sehingga dapat tersaring orang-orang yang
berkompeten dibidangnya. Tiga kemitraan sangat berperan dalam proses
rekrutmen ini yaitu organisasi yang diperankan oleh menajer lini yang
membantu karyawan yang berbakat dan potensial untuk dipromosikan dimasa
yang akan datang. Sedangkan Professional SDM dalam aktifitasnya berupaya
mendukung dan memelihara rencana suksesi serta para karyawan berupaya
bekerja dengan para professional SDM dan manajer lini dalam upaya
organisasi mengelola secara efektif keaneka ragaman angkatan kerja.
Disamping itu karyawan juga berperan aktif dalam mengenalkan
perusahaan kepada masyarakat calon karyawan.
29
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
1.3. Sumber dan Metoda Rekrutmen
Karyawan yang tertarik pada perusahaan menerima tawaran perusahaan
dan kemudian menjadi karyawan yang produktif. Pelamar yang tidak terpilih
akan memperoleh pengalaman positif dan mengembangkan citra yang bagus
bagi perusahaan. Di Microsoft, mendapatkan orang yang tepat untuk jabatan
yang tepat dalam perusahaan begitu pentingnya sehingga presiden komisaris
ikut serta dalam proses rekrutmen dan seleksi. Tentu dampaknya adalah
keseriusan bagi para manajer lainnya dalam melakukan aktivitas rekrutmen
dan seleksi secara bersama-sama yang membawa keyakinan penuh bagi
mereka bahwa kunci kesuksesan pertama adalah rekrutmen dan seleksi
yang akan membawa kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang dan
kesuksesan perusahaan dimasa sekarang dan masa depan.
1.4. Tujuan dan Peran Rekrutmen dalam memenej SDM
Rekrutmen mempunyai peran menyediakan calon karyawan yang
memenuhi syarat perusahaan.
Ada beberapa Tujuan rekrutmen yaitu:
Mendapatkan karyawan untuk memenangkan persaingan dimasa datang.
Mendapatkan para karyawan yang kreatif dan inovatif dalam perusahaan.
Untuk meningkatkan calon karyawan yang memenuhi syarat kerja di
perusahaan.
Untuk menentukan kebutuhan karyawan sekarang dan dimasa depan.
Konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan.
Sebagai realisasi dari perencanaan sumberdaya manusia.
Untuk mendukung inisiatif perusahaan dalam mengelola tenaga kerja
secara efektif.
Untuk mengkoordinasikan upaya rekrutmen dengan program seleksi
dan pelatihan dan pengembangan Karyawan.
1.5. Proses Retrukmen
a. Mengidentifikasi Jabatan Lowong dan Jumlah Tenaga yang diperlukan.
Proses rekrutmen di mulai saat adanya bidang pegerjaan baru di
perusahaan, karyawan yang dipindahkan atau dipromosikan ke posisi
lain, pengunduran diri, adanya PHK atau karena pensiun yang
30
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
direncanakan.Secara otomatis jabatan yang ditinggal kan akan kosong
dan memerlukan pegawai baru. Pegawai baru yang diharapkan
perusahaan yaitu terdapat kesesuaian antara job diskription dan job
specification.
b. Mencari informasi jabatan melalui analisa jabatan.
Hal ini di lakukan untuk memperoleh uraian jabatan (job description)
dan spesifikasi jabatan (job spessification) sebagai landasan membuat
persyaratan jabatan.
c. Menentukan dimana kandidat yang tepat harus di dapat.
Sumber rekrutmen yang dilakukan perusahaan biasanya bersumber dari
sumber internal dan sumber eksternal.
d. Memilih metode-metode rekrutmen yang paling tepat untuk jabatan.
Beberapa metode yag dapat dipilih oleh perusahaan dalam melakukan
rekrutmen seperti iklan, Depnaker, perusahaan pencari tenaga kerja,
lembaga pendidikan, organisasi buruh dll.Perusahaan juga dapat memilih
lebih dari satu metode, tergantung situasi dan kondisi yang terjadi pada
saat itu.
e. Memanggil kandidat-kandidat yang dianggap memenuhi persyaratan
jabatan.
Dalam hal ini, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan berkas
lamaran dan pengisian formulir oleh kandidat karyawan atau pegawai.
Setelah itu dipilih kandidat-kandidat yang memenuhi persyaratan dan
dilakukan proses persyaran berikutnya Sumber Internal.
Sumber internal merupakan sumber rekrutmen yang ada didalam
perusahaan yang berupa karyawan yag akan di promosikan, rotasi dan
dimutasikan atau matan karyawan yang dipanggil kembali.
Prinsip-prinsip Rekrutmen
1. Mutu karyawan yang direkrut sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2. Job yang diisi harus disesuaikan dengan job description dan job
specification
3. Biaya rekrutmen ditekan seminimalnya sehingga efisien dan efektif dapat
tercapai
4. Peraturan dan pertimbangan hokum.
5. Terdapatnya perencanaan terhadap rekrutmen dan kebijakan-kebijakan
strategis.
31
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
1.6. Aspek-aspek Rekrutmen yang perlu diperhatikan
Beberapa aspek rekrutmen yang perlu menjadi perhatian dalam mencapai
kesuksesan dalam mendapatkan tenaga kerja yang berkwalitas dan inovatif
dimasa depan. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini .
Gambar : 3.2. Aspek Rekruitmen
Sumber: Schuler dan Jacson (1996 )
1.7. Sumber Tenaga Kerja
Terdapat 2 alternatif dalam menentukan sumber tenaga kerja
yaitu :
1. Tenaga kerja yang bersumber dari dalam perusahaan yang disebut
juga dengan sumber Internal atau insider. dilakukan dengan cara promosi,
demosi dan mutasi atau rotasi, pengkayaan kembali karyawan yang
benar-benar memiliki kinerja kerja.
2. Tenaga kerja yang bersumber dari luar perusahaan yang disebut juga
dengan sumber eksternal atau disebut outsider, dilakukan dengan cara
merekrut dan menyeleksi karyawan yang tepat pada jabatan yang tepat
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
32
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3.7.1 Sumber Internal
Perekrutan yang bersumber dari dalam perusahaan merupakan para
karyawan yang terdapat di perusahaan yang dapat di calonkan untuk promosi
yaitu dinaikan jabatannya dari semula atau dipindah tugaskan yang disebut
rotasi dan kadang kala mantan karyawan yang di panggil kembali untuk
bekerja di perusahaan.
Promosi dalam perusahaan kebijakan promosi sering dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan yang ketat yang memenuhi syarat tertentu dan
karakteristik khusus yang terdapat di perusahaan tersebut. Karyawan akan
sangat merasa dihargai jika kesempatan pertama menduduki jabatan lowong
tersebut di berikan kepadanya. Kebijakan promosi dari dalam perusahaan
akan sangat besar perannya bagi motivasi kerja dan perusahaan tidak perlu
khawatir akan kehilangan karyawan karena perusahan telah banyak
menginvestasikan dana untuk pelatihan dan pengembangan para karyawan
di perusahaan.
Untuk menetapkan kebijakan promosi dari dalam maka perlu dibuat
data pemetaan promosi bagi para karyawan yang ada didalam perusahaan.
Untuk memenuhi kebijakan promosi tersebut maka para karyawan tentunya
harus menyesuaikan kompetensi yang dimiliki dengan tuntutan jabatan,
sehingga diperlukan adanya program peningkatan kemampuan baik dalam
bentuk pelatihan maupun dalam bentuk pengembangan untuk mencapai
kinerja yang telah ditetapkan.
Potensi promosi dan kebutuhan pengembangan tergambar dari tingkat
kinerja karyawan. Setiap karyawan yang kemungkinan bisa dipromosikan
namanya akan tercatat dan terdaftar dalam peta promosi karyawan.
Pemetaannya dapat tergambar sebagai berikut:
33
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Sumber : Schuler dan Randall (1996)
Kinerja :
Kemungkinan Promosi :
1 = Luar Biasa A = Siap Dipromosikan
2 = Memuaskan B = Memerlukan Pelatihan
Terlebih Dahulu
3 = Perlu Perbaikan C = Diragukan.
Transfer. Transfer merupakan perputaran kerja bagi para karyawan pada
pekerjaan yang selevel di dalam perusahaan, tujuan transfer adalah
mengembangkan karyawan sehingga memiliki wawasan yang lebih luas.
34
Gambar : 3.3. Pemetaan Promosi Karyawan
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Rotasi jabatan. Rotasi jabatan merupakan pertukaran antar pekerjaan
dengan karyawan yang berbeda pada devisi yang berbeda. Tujuan rotasi
jabatan adalah memperkenalkan seluruh aktivitas kegiatan perusahaan
terhadap para karyawan sehingga karyawan mengetahui seluk beluk seluruh
organisasi perusahaan dan aktivitasnya. Program-program seperti ini
memberikan perspektif baru pada karyawan dengan mncoba posisi yang
baru tanpa takut gagal. Bagi manajemen perusahaan rotasi jabatan ini
memberikan gambaran tentang kemampuan kerja karyawan sebelum
menentukan komitmen jangka panjang.
Pemanggilan kembali karyawan. Pemanggilan kembali karyawan
yang telah tidak bekerja di perusaahan untuk membantu kesuksesan
perencanan yang lagi mengalami kemunduran. Keunggulan pengunaan
system ini bisa lebih dapat dipercaya dalam melakukan aktivitas perusahaan.
Pemanggilan kembali biasanya untuk jabatan tertentu yang sangat sulit untuk
diisi oleh orang lain karena keahlian dan keamanan kerahasiaan perusahaan,
biasanya tingkatan manajer di perusahaan yang sulit digantikan oleh orang
lain. Perusahaan telah memiliki informasi tentang kinerja, tanggung jawab
dan perilaku karyawan tersebut.oleh sebab itu merekrut mereka kembali
merupakan biaya relative murah dan perekrutan internal yang paling efektif.
Contoh perusahaan yang mengunakan tenaga kerja musiman yang ada
kalanya mengurangi karyawan pada saat tidak musim panen dan memanggil
kembali karyawannya pada musim panen. Namun system rekrutmen internal
ini juga mepunyai kelemahan yaitu rendahya komitmen karyawan dan
kadangkala pegawai tersebut telah bekerja ditempat lain.
Metoda Internal
Untuk mengisi jabatan yang kosong bagi para calon karyawan maka
informasi di berikan pada papan pengumuman, pengumuman secara
lisan,melihat daftar promosi berdasarkan kinerja dan berdasarkan senioritas
dan lain-lain yang dapat digambarkan pada peta penilaian kinerja dan
kemungkinan promosi.
Job Posting
Job posting merupakan tempat informasi pembukaan lowongan kerja
dengan persyaratan-persyaratannya yang diumumkan oleh perusahaan. Siapa
35
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
saja dari karyawan dapat mengisi lowongan tersebut sesuai dengan job
discription dan job specification yang diminta perusahaan.
Keunggulan dengan job posting antara lain yaitu :
a). Mendukung karyawan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kompetensi karyawan dalam mendukung tujuan perusahaan.
b). Memberikan keadilan terhadap karyawan dengan memberikan
kesempatan yang sama untuk dapat mengisi lowongan kerja yang
kosong tanpa pilih.
c). Membeikan kesempatan yang sama dalam pengetahuan, kinerja dan
promosi yang membawa efek terhadap kompesasi.
f). Memngkinkan setiap individu untuk mendapatkan peluang menduduki
posisi yang tepat dalam struktur organisasi
g). Dapat meningkatkan semangat kerja , kesempatan kerja yang bervariasi
mengisi lowongan kerja dengan biaya rendah dan menyesuaikan
keterampilan dan kebutuhan karyawan.
Kelihatan nya dengan mengunakan metode job posting banyak kebaikan
yang didapat namun tentuny a ada kelemahan yaitu antara lain;
1). Terjadi komplik karena kandidat yang akan dipromosikan tidak
mendapatkan posisinya karena digantikan oleh pegawai lain yang
mempunyai kompetensi lebih baik dari yang lainnya
2). Semangat para kandidat yang gagal akan merosot jika tidak di evaluasi
dengan baik.
3). System ini hanya berupa penawaran saja tanpa ada follow up nya, karena
sudah ada kandidat yang siap untuk dipromosikan dalam jabatan tersebut.
Daftar Data Keterampilan Karyawan (Skill Inventories)
Data tentang keterampilan karyawan dimuat dalam dekumen personalia
sebagai inventaris karyawan. Daftar data ketrerampilan ini digunakan sebagai
informasi dalam membuat keputusan tentang karyawan dimasa datang. Daftar
informasi ini biasanya memuat nama karyawan, nomor induk karyawan,
klasifikasi pekerjaan, pekerjan sebelumnya, pengalaman dan tingkat gaji,
hasil penilaian prestasi kerja, minat kerja karyawan dan karir. Informasi ini
sangat berguna dalam penugasan pekerjaan yang potensial untuk memenuhi
tujuan individual dan tujuan perusahaan.
36
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3.7.2. Sumber Eksternal
Jika sumber internal sudah tidak menghasilkan karyawan yang
berkualitas yang sesuai dengan tuntutan perusahan yang berkembang dengan
pesat yang membutuhkan karyawn manajerial yang profesional dan berbakat
dalam menghadang tuntutan dunia bisnis. Oleh sebab itu sumber eksternal
sangat dibutuhkan untuk memenuhi tututan perusahaan.
Sumber eksternal merupakan pilihan terakhir perusahaan dalam
mendapatkan tenaga kerja. Keuntungan yang diperoleh dari sumber eksternal
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1). Karyawan baru akan menciptakan gagasan baru dan tidak membutuhkan
pelatihan lagi karena spesialisasinya telah disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi sehingga tidak harus mengeluarkan biaya pelatihan
dan pengembangan bagi karyawan. 2). Sistem rekrutmen eksternal ini
membutuhkan biaya yang lebih murah, namun karyawan yang di rekrut
tersebut tentunya menginginkan tingkat kompensasi tinggi dan disinilah
peran perusahaan dalam membuat strategi penetapan tingkat
kompensasi. 3). Kebijakan dalam penetapan kompensasi akan menarik
calon karyawan yang terbaik dan unggul untuk mengisi lowongan kerja
di perusahaan. 4). Sumber eksternal berasal dari Program referal
karyawan, Walk-in Applicant, Dunia pendidikan, biro-biro ketenaga
kerjaan, assosiasi-assosiasi yang ada.
Program Referal Karyawan, yaitu berupa rekomendari dari karyawan
lama terhadap kandidat yang berada diluar perusahaan. Program rekomendasi
tidak resmi ini sangat membantu perusahaan dengan biaya rekrutmen rendah
dan mendapatkan pelamar yang berbobot dan sesuai dengan lowongan.
Keunggulan yang bisa didapatkan dengan program ini adalah mendapatkan
karyawan dengan tingkat bertahan tertinggi. Karyawan sebagai perekomendat
cendrung merekrut karyawan baru keterampilannya, kemampuannya sama
baik nya dengan para karyawan lainnya, berbobot dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan serta budaya perusahaan.
Walk-In Applicant, Biasanya calon karyawan mendatangi sendiri
perusahaan yang akan ditujunya tanpa rekomendasi dari karyawan lama.
Walaupun lowongan yang yang dituju belum kosong dan membutuhkan waktu
lama untuk dipanggil kerja. Bagi perusahaan cara rekrutmen berbiaya rendah.
37
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Untuk tenaga kerja professional dan manajerial jarang melakukan pelamaran
terhadap perusahaan dengan walk-in, karena biasanya pindahnya karyawan
ini karena di bajak dari perusahaan lain dan akan memberikan fasilitas yang
lebih menarik dari sebelumnya yang diterima karyawan ditempat kerja lama.
Biro-biro Tenaga Kerja. Biro-biro tenaga kerja swasta dan pemerintah
merupakan sumber penarikan tenaga kerja yang sangat membantu untuk
mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan keinginan ogansasi
perusahaan baik tenaga sementara maupun tenaga tetap.Biro pencari kerja
ini melayani para pelamar profesional dan manajerial dan para pelamar yang
tidak terampil. Biro ini sangat membantu perusahaan yang menginginkan
tenaga kerja baru dalam waktu yang cepat sedangkan mereka tidak
mempunyai bagian perekrutan tenaga kerja sendiri.
Sekolah. Sekolah menengah, sekolah kejuruan seperti sekolah teknik
dan perguruan tinggi adalah merupakan sumber tenaga kerja bagi perusahaan
yang membutuhkannya. Tenaga kerja jebolan akademi dan universitas bisa
menempati posisi manajerial dan teknikal atau professional di perusahaaan
oleh sebab itu . perusahaan dapat merekrut tenaga kerja untuk posisi itu
melalui prguruan tinggi. Hasil penelitian menyatakan lebih kurang 30 % dari
pelamar yang direkrut meninggalkan pekerjaannya setelah 5 tahun bekerja.
Ini terjadi disebabkan berapa hal antara lain tenaga kerja yang direkrut melalui
perguruan tinggi masih muda dan masih mencari pekejaan yang sesuai
dengan bakat dan keinginannya disamping membutuhkan adanya tantangan
dalam bekerja sehingga memunculkan motivasi kerja.
Metoda rekrutmen yang bersumber dari eksternal dilakukan melalui
media elektronik seperti iklan di berbagai media radio, televise dan Koran,
Computeized Service Listings merupakan metoda baru yang tidak umum
dipakai dalam dalam rekrutmen dari eksternal. Layanan ini bekerja sebagai
suatu tempat untuk memasang daftar lowongan pekerjaan yang mencari
pelamar kerja.
Iklan radio dan televisi iklan radio dan televisi kadangkala kurang efektif
dimata perusahaan sebagai alat promosi sedangkan media cetak akan sangat
menghabiskan dana besar sehingga juga kurang digunakan para
pemakainya. Namun tidaklah demikian halnya . iklan radio dan televise
dapat efektif digunakan jika jelas apa yang disampaikan dan bagamana
menyampaikannya. Perusahaan yang memahaminya akan meningkatkan
38
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
anggarannya rekrutmennya dalam mengunakan iklan melalui radio dan
televisi dan memberikan hasil yang memuaskan.
Iklan di koran. Koran merupakan alat yang paling sering digunakan
perusahaan dalam merekrut tenaga kerja eksternal. Koran sangat efektif
digunakan untuk merekrut calon-calon karyawan karena dapa menjangkau
daerah yang luas dan biaya nya cukup rendah . disamping iu iklan di Koran
juga dapat digunakan untuk berbagai macam lowongan pekerjaan mulai
dari posisi karyawan tidak terampil sampai ke jabatan manajerial top dan
dapat berisikan fakta-fakta singkat sampai yang paling kreatif juga dapat
dimuat dengan baik pada iklan koran tersebut.
Computerized Service Listings. Layanan ini merupakan suatu tempat
untuk memasang lowongan pekerjaaan dan mencari pelamar kerja. Personalia
yang mengunakan jasa ini dapat memperoleh kandidat yang dibutuhkan
dalam waktu 15 menit dan benar-benar mendapatkan orang-orang yang
berbobot tanpa biaya yang mahal walaupun mengunakan service ini yang
harus membayarnya untuk pengunaan jasa ini.
Akuisisi dan Merger. Akuisisi dan Merger merupakan strategi
perusahaan dalam menghadapi perkembangan dunia bisnis yang lebih efektif.
Mengakuisisi perusahaan lain berarti mendapatkan karyawan dengan
keterampilan tinggi dan memungkinkan perusahaan untuk meluncurkan
produk-produk baru yang merupakan kreatifitas dan inovasi baru .
Open House, merupakan suatu cara memperkenalkan perusahaan
dengan berbagai aktivitasnya kepada masyarakat melalui antara lain pameran
dan sebagainya. Dengan open house karyawan dapat memahami pekerjaan
dengan keahlian seperti apa yang dibutuhka perusahaan. Disamping itu
perusahaan juga bisa berusaha menarik minat calon karyawan yang bakal
direkrut.
Eksternal Rekutment juga sering dikotrakan untuk mengurangi biaya
rekrutment namun effektif untuk dilaksanakan. Banyak aktifitas manajemen
SDM di kontrakan kepihak lain untuk lebih efektif dan mengurangi beban
perusahaan dalam membayar kompensasi dan tunjangan lainnya. Dalam
aktifitas rekrutmen yang dikontrakan karyawan bekerja berdasarkan kontrak
yang dibuat dan setelah tujuan tercapai dalam kontrak maka hubungan kerja
akan berakhir.
39
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Contingent Workforce Recruiting. Kadang kala perusahaan dengan
berbagai pertimbangannya melakukan pengunaan tenaga kerja sementara ,
tenaga kerja paruh waktu, pekerja lepas, subkontraktor, dan para professional
independen dan sebagainya yang bisanya menerima kompensasi yang lebih
rendah tanpa ada tunjangan lainnya.
Sistem rekrutmen dengan mengunakan sumber eksternal dan internal
yang dipaparkan diatas dapat kita kemukakan keunggulan dan kelemahan
masing-masing sumber tersebut.
Sistem rekrutmen yang bersumber dari dalam perusahaan tentunya
mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing yang dapat
dipaparkan yaitu sebagai berikut :
1.8. Keunggulan dan Kelemahan System Rekrutmen Internal
Keunggulan System Rekrutman Internal yaitu :
Karyawan sangat termotivasi dalam bekerja karena mereka akan di
karirkan/ promosi.
Penilaian dilakukan bertahap dan berjenjang sesuai dengan peta
promosi, sehingga lebih mengetahui tingkat performance yang akan
dicapai .
Mendapatkan karyawan lebih cepat untuk megisi lowongan dengan biaya
rekrutmen lebih murah.
Kesetiaan dan loyalitas karyawan tidak diragukan lagi dalam mendukung
kinerja organisasi perusahaan.
Kelemahan System Rekrutmen Internal
Lingkungan kerja lama masih menjadi tempat kerja yang akan diikuti
Membawa dampak terhadap karyawan yang tidak di promosikan dan
dapat menganggu atmosfir kerja.
Dibutuhkan perencanaan yang matang dan bertahap dalam
melaksanakan program pendidikan dan pengembangan untuk mengisi
lowongan kerja atau promosi.
Cara kerja lama yang kurang masih mengikuti aktivitas kerja dan sulit
untuk dihapuskan dari kebiasaan.
40
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
1.9. Keunggulan dan kelemahan System Rekrutmen Eksternal :
System rekrutmen yang bersumber dari luar perusahaan (eksteral
rekrutmen) mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing yaitu
sebagai berikut :
Keunggulan system rekrutmen eksternal :
Masuknya iklim baru dalam perusahaan yang membawa pencerahan
dalam kinerja.
Biaya pelatihan dan pengembangan dapat dihindari karena merekrut
tenaga kerja yang siap pakai
Kemungkinan tenaga kerja baru membawa rahasia perusahaannya.
Kelemahan System Rekrutmen Eksternal.
· Mengurangi motivasi kerja karyawan internal perusahaan .
· Kemungkinan mendapatkan karyawan baru yang kurang sesuai dengan
perusahaan.
· Karyawan baru membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri
dengan budaya perusahaan.
· Membawa perilaku yang kurang sesuai untuk diterapkan di perusahaan
baru.
Supaya tujuan rekrutmen tercapai yaitu menarik calon karyawan yang
potensial dan berbobot secara efektif, perusahaan perlu memahami reaksi
para pelamar tentang informasi lowongan pekerjaan yang di gelarnya. Contoh,
hasil penelitian menyatakan bahwa calon pelamar / para mahasiswa tertarik
pada perusahaan yang menyediakan informasi lowongan kerja yang berisikan
tentang pekerjaan dan tunjangan. Kadangkala calon karyawan juga
memperoleh informasi informal selain informasi formal. Informasi ini membuat
kayawan memahami tentang perusahaan dengan baik. Penelitian
menemukan bahwa para pelamar yang memperoleh informasi dari sumber
informal dan informasi formal, memiliki pengetahuan lebih banyak mengenai
pekerjaan yang ditawarkan lebih akurat dibandingkan mereka yang
mendapatkannya dari satu sumber
Sumber yang paling banyak digunakan pelamar bersumber dari informal
berupa rujukan dari teman, lamaran langsung, di Jepang perusahaan-
41
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
perusahaan merekrut tenaga kerja melalui peguruan tinggi. Perusahaan
biasanya memintakan kepada para dosen untuk merekomendasikan
mahasiswa yang mempunyai kualifikasi tertentu untuk benar-benar masuk
kepada proses seleksi untuk bidang-bidang tertentu dan di tempatkan pada
bidangnya masing-masing yang sesuai dengan keahliannya.
Kunci suksesnya SDM pada perusahaan yang beroperasi di Meksiko
adalah penempatan karyawan atau staffing. Rekrutmen untuk karyawan
tingkat rendah lebih rumit, karena para pekerja ini merupakan kelompok
kerja mayoritas. Demikian juga Melakukan staffing tidaklah mudah untuk
jabatan tingkat atas. Namun mereka memutuskan untuk menerima warga
Negara asing sebagai karyawan, banyak perusahaan mengalami kesulitan
mendapatkan karyawan amerika yang mau direlokasikan. Para ekspatriat
khawatir mengenai polusi dan dampak bagi kesehatan mereka, oleh sebab
itu mereka boleh memperkerjakan tenaga ekspatriat sebagai pilihan strategis
namun bukan tindakan jangka panjang hanya dua atau tiga tahun sambil
mengembangkan tenaga local karena para tenaga ekspatriat sangat mahal.
Rekrutmen di Eropah melibatkan banyak kegiatan. Untuk menarik calon
karyawan baru dan mempertahankan karyawan yang sudah ada perusahaan
menawarkan jam kerja fleksibel. namun mereka cendrung mengabikan
pelatihan dan keterampilan ulang. Orang yang sulit untuk direkrut di Jerman
adalah para insinyur dan pekerja manual yang berbobot. Lain hal nya yang
terjadi dengan Negara Eropa lainnya seperti Negara Perancis, Irlandia ,Inggris
dan Belanda, lowongan di semua posisi seperti Klerikal, profesional dan
teknisi serta manajerial di rekrut dengan bantuan agen-agen rekrutmen dan
biasanya merekrut tenaga asing apabila dipasar tenaga kerja dalam negri
tidak tersedia calon karyawan.
Negara Spanyol, Portugal dan Turki mengalami kesulitan dalam merekrut
para teknisi dan para professional teknologi informasi. Perusahaan
memperkenalkan banyak praktek kerja yang memudahkan rekrutmen
terhadap calon tenaga kerja yang memiliki keterampilan langka, kualifikasi
yang ringan, pelatihan bagi karyawan baru dan karyawan lama, menaikan
tunjangan dan relokasi perusahaan. Kebutuhan staffing jarang direncanakan
lebih dari satu tahun, oleh sebab itu terjadi kesulitan dalam merekrut karyawan
yang sesuai.
42
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB IVSELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA
Strategi rekrutmen dan seleksi yang baik akan memberikan hasil yang
positif bagi perusahaan. Semakin efektif proses rekrutmen dan seleksi,
semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan pegawai yang tepat bagi
perusahaan. Selain itu, rekrutmen dan seleksi yang efektif akan berpengaruh
langsung pada produktivitas dan kinerja finansial perusahaan. Dengan
demikian maka pengembangan dan perencanaan system rekrutmen dan
seleksi merupakan hal penting untuk dilaksanakan setiap perusahaan supaya
proses yang berlangsung cukup lama dan memakan biaya namun tidak sia-
sia.
Seleksi merupakan proses mendapatkan dan mengunakan informasi
tentang calon karyawan untuk menduduki posisi lowongan baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
Seleksi menurut Ivancevich (1992) dan Byars & Rue (1997), yaitu suatu
proses dimana organisasi memilih orang-orang yang terbaik dari suatu daftar
pelamar yang memenuhi criteria seleksi untuk posisi yang tersedia untuk
diisi. Program seleksi berupaya mengidentifikasi pelamar yang memiliki
peluang tertinggi untuk memenuhi atau melampaui standar kinerja organisasi.
43
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4.1. Faktor Mempengaruhi Seleksi
Faktor yang mempengaruhi seleksi dapat berbentuk faktor eksternal
dan faktor internal. Menurut Ivancevich (1992), faktor lingkungan sangat
mempengaruhi proses seleksi disamping factor lainnya. Faktor lingkungan
memuat antara lain :
1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal, merupakan lingkungan yang membawa dampak
terhadap kebijakan proses seleksi seperti ukuran organisasi, kompleksitas,
kemampuan perusahaan dalam memilih seleksi yang efektif yang sesuai
dengan kemampuan perusahaan.
2. Kondisi Pasar Tenaga Kerja
Pasokan pelamar yang besar bagi organisasi sangat menyulitkan dalam
seleksi, namun sebaliknya memilih calon karyawan yang jumlahnya relatif
sedikit membutuhkan system seleksi yang agak sederhana namun tidak
efektif karena jumlah pelamar yang terbatas. Oleh karena itu perusahaan
harus dapat memperkirakan kondisi pasar tenaga kerja. Apakah banyak jenis
tenaga kerja yang diharapkan untuk calon karyawan yang dapat diseleksi
dengan baik dan hasilnya perusahaan akan mendapatkan tenaga kerja yang
terbaik. Dan sebaliknya jika jenis tenaga kerja yang diharapkan tidak terdapat
dipasar tenaga kerja maka perusahaan harus mencari ke sumber penarikan
yang lebih luas.
3. Tuntutan Serikat Buruh
Anggota Serikat buruh berharap akan dapat mengisi lowongan yang
ada diperusahaan, dengan persyaratan yang sesuai dengan standar
perusahaan. Untuk memenuhi tuntutan karyawan tentunya perusahaan akan
melakukan pengembangan dan pendidikan bagi karyawan untuk tercapainya
proses perencanaan karir.
4. Tuntutan Pemerintah
Tuntutan pemerintah terhadap para perusahaan adalah memperhatikan
nasib para pekerja yang mungkin jarang diperhatikan karena ketidak
sempurnaannya. Seperti cacat dan sebagainya, tentunya perusahaan
membuat kebijakan lowongan pekerjaan untuk mereka seperti ini.
44
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
5. Komposisi angkatan kerja
Komposisi angkatan kerja dapat mempengaruhi organisasi dalam
penseleksian, untuk mempermudah mencari tenaga kerja melalui budaya
yang sama dan bahasa yang sama akan lebih mudah membantu penilaian
terhadap proses seleksi.
6. Lokasi Organisasi
Lokasi pabrik kadangkala ditempatkan di daerah yang banyak calon
karyawan atau yang padat penduduk sehingga sangat membantu perusahaan
dalam mendapatkan calon karyawan dan mendukung proses seleksi.
Untuk melihat hubungan antara seleksi, analisa jabatan, perencanaan
SDM dan program perekrutan dapat disajikan pada gambar sebagai berikut :
Gambar 4.1. Skema Hubungan Dalam Perekrutan
Sumber : Flippo (1991) dalam Yun Iswanto ( 2005).
45
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Dalam melakukan prosedur kegiatan seleksi berbagai cara dan metoda
dapat digunakan untuk mendapatkan calon karyawan yang sesuai dengan
tuntutan organisasi.
4.2. Tahapan Dalam Memilih Karyawan
Ada beberapa tahapan umum yang biasa digunakan untuk memilih
karyawan (Schster : 1985) yaitu :
1. Penyaringan pelamar pendahuluan
2. Memeriksa surat lamaran pelamar
3. Melaksanakan testing
4. Memeriksa referensi
5. Melaksanakan wawancara
6. Melaksanakan tes kesehatan.
Enam tahapan diatas dilaksanakan secara berbeda-beda dalam setiap
organisasi.
1). Penyaringan Pendahuluan
Penyaringan pendahuluan dilakukan untuk mengurangi pelamar yang
tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan.ini dilakukan
untuk mengurangi waktu dan biaya seleksi. Seperti misalnya melakukan
seleksi administrasi terhadap calon tenaga kerja atau melakukan wawancara
awal terhadap karyawan untuk mengurangi jumlah karyawan yang akan dites
lanjutan.
2). Pemeriksaan Formulir Lamaran
Formulir lamaran juga merupakan alat seleksi karena memuat informasi
tentang : pendidikan, pengalaman karakteristik personal pelamar. Informasi-
informasi yang bersifat rasial,suku bangsa, agama, pribumi dan non pribumi
dan sebagainya.
3). Melaksanakan Testing
Tes bagi calon karyawan dilaksanakan setelah dilakukan tes permulaan
berupa tes wawancara awal atau tes seleksi blanko lamaran. Tes
dikembangkan dengan tujuan untuk menemukan cara pengukuran kualitatif
calon karyawan yang lebih objektif. Pengembangan dan pegadministrasian
program testing yang memadai dapat memberikan cara penilaian calon
46
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
karyawan yang lebih objektif dan meningkatkan akurasi proses seleksi.
Beberapa tes yang dilakukan untuk menjaring calon karyawan yang
tepat sebagai berikut:
Tes terhadap pengetahuan pekerjaan dan kecakapan
Tes ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki calon
karyawan terhadap pekerjaan yang akan bakal dihadapinya. Hasilnya
akan membedakan karyawan berpengalam dan karyawan professional
atau kurang berpengalaman dan kurang professional dalam bidangnya.
Tes Kemampuan Umum atau kecerdasan
Tes kemampuan umum atau kecerdasan yaitu mengukur kapasitas
individu. tes ini valid untuk jabatan tertentu tapi kadangkala disalah
gunakan dalam mengukur prestasi kerja calon karyawan. Tes kecerdasan
dilakukan untuk memilih kemampuan individu untuk dilatih dengan baik.
Namun tes kecerdasan belum terbukti valid untuk menguji keberhasilan
calon karyawan terhadap keberhasilan jabatan. Namun calon karyawan
yang tidak memiliki skor tertinggi untuk tes kecerdasan dapat
menjalankan pekerjaannya dengan sukses.
Pengujian Bakat dan Kemampuan
Pengujian bakat dan kemampuan bertujuan mengukur kemampuan
individu dalam melaksanakan pekerjaan dan memberikan peluang untuk
berkembang. Pengujian ini telah dilakukan di AS dan Eropah sejak abad
20 dan sangat valid sebagai alat pengukur. Sejumlah berbedaan bakat
dan kemampuan potensial yang relevan masih terbantah. Bakat dan
kemampuan dapat dibagi atas 3 kelompok besar yaitu : a. kognitif
misalnya verbal, kuantitatif. b. Psikomotor ( persepsual kecepatan dan
keakuratan. c. Fisik misalnya Keterampilan manual, kekuatan dan
kemampuan fisik.
Banyak pekerjaan melibatkan tidak hanya rentang kemampuan kognitif
yang luas tetapi juga psikomotor dan keterampilan fisik , contoh pekerjaan
teller sebuah bank yang memerlukan keterampilan motor untuk
mengoperasikan computer atau kalkultor ten-key dan keahlian jari untuk
menghitung uang.
47
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Kemampuan psykomotor sangat bervariasi, masing-masing sangat
spesifik dan menunjukan hubungan kecil dengan kemampuan psikomotor
lain atau kemampuan kognitif, atau fisik. Pengujian kemampuan sangat
bermanfaat untuk memilih pelamar dalam berbagai pekerjaan. Beberapa
kategori dari pengujian kemampuan dapat memprediksi kinerja pekerjaan
pada posisi spesifik.contoh pengujian ketajaman akal sehat seseorang,
menguji kecepatan perceptual pada pekerjaan yang relevan.
Tes Kepribadian
Tes kepribadian merupakan tes menentukan pola interaksi seseorag
dengan lingkungannya. Kepribadian sangat menjadi penentu keberhasilan
dan kegagalan seseorng terhadap pekerjaannya. Aspek kepribadian dapat
dapat dijelaskan dengan mengunakan 5 dimensi besar yaitu :
1. Ekstraversi seperti sociable, talkative an assertive.
2. Agreeableness ( good-nature, kooperatif, dapat dipercaya )
3. Conscientiousness/ ketelitian ( tanggung Jawab, mandiri gigih,
berorientasi pada hasil )
4. Stabilitas atau instabilitas emosi ( ketegangan, merasa kurang aman,
nervous atau gugup).
5. Keterbukaan terhadap pengalaman ( penuh imajinasi, mempunyai
perasaan seni, intelektual).
Tidak semua aspek kepribadian dapat mengambarkan kinerja namun
pada prinsipnya ada keterkaitan yang berarti namun untuk meramalkan kinerja
pegawai lam berbagai pekerjaan adalah kehati-hatian atau ketelitian.
Umumnya orang yang hati-hati akan menjalankan tugas dengan lebih baik.
Karakteristik kepribadian lainnya yang menarik perusahaan adalah kejujuran,
yang sering membuat perusahaan kecil bangkrut usahanya. 30 % dari
kebangkrutan disebabkan ketidak jujuran,
Daftar minat dan Kesukaan
Daftar minat mengukur kesukaan pelamar atas berbagai jenis pekerjaan
dan situasi kerja yang berbeda-beda.daftar ini berguna untuk menempatkan
karyawan pada jabatan yang akan mereka lakukan atau tekuni.
48
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Simulasi Kerja
Simulasi kerja merupakan tes kerja yang meminta calon karyawan untuk
menyelesaikan kegiatan fisik dan verbal dalam kegiatan pengujian yang
terstruktur. Pengujian tidak saja yang dipahami sicalon tenaga kerja tapi
juga mengukur kemampuan seseorang mengerjakan sesuatu. Tes ini lebih
valid namun jika jumlah calon pelamar jumlahnya banyak maka tipe tes ini
akan efektif dan efisien dan sebaliknya jika pelamar sedikit sangat tidak
effisien.
4.3 Penempatan ( Placement )
Penempatan ( placement) merupakan pencocokan calon karyawan
dengan jabatan yang akan dipegangnya, berdasarkan kebutuhan jabatan
dan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, preferensi, dan kepribadian
calon karyawan tersebut. Seleksi dan penempatan yang efektif meliputi
kesesuaian antara kebutuhan organisasi perusahaan untuk mendapatkan
pelamar yang memenuhi syarat, serta kebutuhan calon karyawan akan job
yang diinginkannya.
Keputusan tentang seleksi dan penempatan bertujuan menempatkan
orang yang tepat pada jabatan yang tepat. Ketepatan penempatan calon
karyawan bergantung pada kesesuaian antara pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan seseorang dengan tuntutan job juga kecocokan antara
kepribadian, minat, kesukaan serta kesempatan dan budaya yang terkait
dengan perusahaan secara keseluruhan. Pekerjaan yang akan diisi bisa
saja dalam bentuk:
a. Pekerjaan baru dibuka karena hasil dari job analisis dan desain pekerjaan.
b. Pekerjaan yang baru ditinggal karyawan karena pension atau
mengundurkan diri atau promosi, mutasi dan demosi.
c. Job tersebut tentunya diisi oleh karyawan lama ataupun karyawan baru
yang sesuai dengan kondisi job description dan job specification yang
ada.
4.4. Hubungan Seleksi dan Penempatan
Aktivitas seleksi dan penempatan yang dilakukan oleh perusahaan
terhadap calon tenaga kerja bila dilakukan dengan baik maka perusahaan
49
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
akan mempunyai karyawan yang dapat menjalanka tugas dengan baik dan
menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Beberapa contoh aktifitas perusahaan dalam melakukan seleksi ;
Perusahaan Toyota ( AS) menghabiskan 18 jam untuk kegiatan seleksi
yang berupa tes pegetahuan umum, perilaku kerja, keterampilan antar
pribadi dan latihan praktek manufactur, wawancara yang mendalam dan
tes fisik. Perusahaan ini untuk mendapatkan tenaga kerja 3000 orang
telah menseleksi 5000 orang kandidat .
Proses penerimaan karyawan di Sun sangat padat karya dan
membutuhkan empat sampai tujuh kali wawancara dengan 20 orang
dengan proses yang membinggungkan dan menuntut semua calon
karyawan memecahkan masalah mereka sendiri, baru karyawan yang
potensial dapat diterima.
Pengisisan jabatan merupakan hal yang penting untuk effektifitas,
pertumbuhan, dan profitabilitas.
Ada beberapa peran seleksi dan penempatan karyawan yaitu :
Menerapkan strategi khusus yang akan membawa perusahaan menuju
profitailitas dan pertumbuhan.
Untuk meyakinkan bahwa human invesment yang dilakukan perusahaan
dapat kembali dalam jangka waktu tertentu yang telah diestimasikan.
Memperkerjakan karyawan dan menempatkannya pada posisi jabatan
yang sesuai dengan minat dan bakat calon karyawan dan
mengevaluasinya perperiode.
Memberlakukan karyawan dengan adil dan menghindari diskriminasi .
Menentukan jenis calon karyawan yang diperlukan yang paling mungkin
berhasil.
Untuk mencapai tujuan seleksi dan penempatan secara efektif maka
kegiatan seleksi dan penempatan harus sesuai dengan lingkungan eksternal
dan internal serta terintegrsi dengan aktivitas sumberdaya manusia dan
konsisten.
Pada gambar dibawah ini di paparkan hubungan seleksi dengan
penempatan sebagai berikut :
50
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Gambar 4.2. : Hubungan Seleksi dan Penempatan tenaga kerja
51
Sumber : Schuler and Jackson (1996)
Dr. Thositaka Nomi dari lembaga pemeriksaan darah di Tokyo
mengemukakan bahwa golongan darah mengungkapkan watak manusia
sehingga banyak perusahaan memutuskan untuk kegiatan seleksi dan
penempatan tenaga kerja mempertimbangakan faktor golongan darah.
Adapun jenis-jenis golongan darah yang dapat dipertimbangkan adalah
sebagai berikut:
1) Golongan darah A bisa dipercaya.
Sifat diri yang paling menonjol manusia yang memiliki golongan darah A
ialah dapat dipercaya, sangat teliti, dan penuh tanggung jawab terutama
pada waktu melaksanakan pekerjaannya.
2) golongan darah B lemah lembut.
Manusia golongan darah B mempunyai sifat lemah lembut dan sangat
perasa mereka tergolong manusia yang paling tenang dan kalem.
3) Golongan darah AB emosianal.
Manusia golongan darah AB mempunyai sifat yang emosional, ragu-
ragu, dan pendiriannya dipengaruhi oleh situasi dan kondisi,
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4) Golongan darah O berbakat pemimpin
Manusia golonga darah O berbakat pemimpin, energi rohaniah, gairah
kerjanya tinggi tanpa kenal istirahat, dan prestasi kerjanya optimal.
Manusia golongan darah O sangat kesal jika melihat karyawan yang
bekerja bermalas-malasan dan dia menganggap bahwa semua manusia
harus bekerja dengan rajin serta efektif, dia lupa bahwa kemampuan
manusia itu berbeda-beda.
Golongan darah ini menurut hemat penulis sebaliknya dipergunakan
sebagai salah satu indikator untuk seleksi mental dari penerimaan karyawan.
4.5. Aktifitas 3 Motivator dalam Mengalang Kesuksean Perusahaan.
Aktifitas 3 motivator yang saling bekerja sama dalam kegiatan seleksi
dan penempatan.yang terdiri atas yaitu :
I. Manajer Lini. Mempunyai beberapa tugas yang harus diselesaikan
berupa :
Melakukan koordinasi aktifitas seleksi dengan professional SDM dan
calon karyawan.
1. Kerja sama dengan professional SDM dalam mengembangkan metode
seleksi. Manajer lini sebagai penentu dalam memutuskan siapa yang
akan dipilih untuk di promosikan, dimutasikan atau dipindahkan ke unit
lain yang memenuhi syarat yang diharapkan oleh perusahaan.
2. Melakukan koordinasi dengan professional SDM dalam melakukan
kriteria dan mengevaluasi kinerja calon karyawan serta penempatannya
tanpa membedakan karyawan bersumber dari dalam ataupun bersumber
dari luar dalam melakukan koordinasi pengelolaan dan penilaian tes
dalam aktivitas seleksi.
3. Melakukan koordinasi dalam mengidentifikasi kebutuhan staffing berupa
kegiatan perencanaan sumberdaya manusia, melakukan analisa jabatan,
mengidentifikasi strategi, mengevaluasi kinerja karyawan. Manajer lini
juga sebagai sponsor atau mentor untuk menunjang para karyawan untuk
lebih produktif. Di samping itu manajer lini harus bertanggung jawab
atas keputusan seleksi dan penempatan dengan bijaksanaan dan
mendapatkan calon karyawan yang mempunyai kepribadian yang sesuai
dengan departemen SDM / perusahaan.
52
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4. Untuk tugas yang diembannya manajer harus mempelajari motivasi
karyawan dan menjadikannya sebagai misi disamping itu para manejer
berupaya membuka diri terhadap karyawan sehingga karyawan merasa
penting memberikan masukan terhadap manejer tentang masa depan
perusahaan.
5. Melibatkan para karyawan dalam proses perencanaan untuk
perkembangan para karyawan.
6. Manajer berperan membahas pengembangan karir karyawan dan sasaran
yang diharapkan dalam jangka panjang.
Manajer line bekerja sama dengan professional Sumberdaya Manusia
yang mempunyai tanggung jawab dalam kelancaran aktivita seleksi dan
penempatan calon tenaga kerja yaitu sebagai berikut.:
II. Tugas yang diemban profesional SDM antara lain :
1. Melakukan koordinasi dalam mengembangkan system seleksi yang
efektif. Melakukan koordinasi dalam melakukan pendidikan dan pelatihan
untuk para karyawan baru.
2. Membantu melaksanakan penilaian terhadap validitas dalam berbagai
seleksi terhadap karyawan baru dan karyawan yang lama.
3. Memperhatikan hasil seleksi dalam memberikan kesempatan yang sama
dalam bekerja. Oleh sebab itu manajer juga memberikan hak untuk
mengevaluasi orang yang telah dinilainya dengan baik dalam melakukan
seleksi. Ini dilakukan agar keabsahan terjamin bahwa orang yang dipilih
manajer itulah yang terbaik.
4. Memelihara kelengkapan catatan untuk digunakan sewaktu perlu.
5. Membantu pengaturan waktu interviu karyawan baru dalam proses
seleksi.
III. Motivator yang ketiga adalah para karyawan yang telah bekerja dalam
perusahaan secara individual ataupun dengan tim kerja. Adapun perannya
sebagai tim seleksi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan wawancara dengan calon karyawan jika
mmungkinkan.
2. Ikut serta sebagai penentu pemilihan karyawan untuk kelompok baru
jika diminta.
53
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Ikut serta dalam mengkoordinasikan penerapan karir melalui promosi,
mutasi dan rotasi terhadap para karyawan.
4. Ikut serta dalam koordinasi kelayakan dan evaluasi kinerja para
karyawan.
Fungsi Departemen Sumberdaya Manusia
Departemen ini berfungsi mengumpulkan dengan rinci segala informasi
tentang pelamar dan merencanakan schedule wawancara antara pelamar
dan menejer lini. Ada beberapa keungulan yang diperoleh dengan adanya
departemen SDM ini yaitu antara lain :
a. Semua jenis pekerjaan bagi calon karyawan berhubungan langsung
dengan Departemen SDM.
b. Calon karyawan dapat penjelasan tentang lowongan pekerjaan dari satu
sumber yaitu departemen SDM.
c. Mengunakan para ahli yang terlatih ( Teknik staffing) dalam penerimaan
karyawan sehingga didapat calon karyawan yang mempunyai kinerja
lebih tinggi.
d. Bagian ini juga mempunyai orang-orang yang paham tentang hukum
yang berkaitan dengan seleksi dan penerimaan karyawan untuk kadilan
bagi calon karyawan.
e. Peran Departemen SDM ini adalah untuk memastikan bahwa calon-
calon terbaiklah yang akan ditempatkan dalam mengisi posisi yang
kosong pada jabatan dan calon karyawan tidak dirugikan karena
prasangka yang tidak terkait dengan persyaratan dalam perusahaan.
f. Usaha dalam membantu perusahaan membujuk pelamar untuk menerima
penawaran kerja.
4,6. Kategori-kategori calon karyawan yang lolos dalam seleksi
Kategori –kategori calon karyawan yang lolos seleksi dapat dikemukakan
dalam 3 kategori yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan, Keterampilan dan Kemampuan.
Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berkaitan dengan
pekerjaan yang selalu dinilai. Kadangkala pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan ini dikombinasikan dengan budaya dan strategi perusahaan.
Sikap dan nilai akan menjadi hal yang penting untuk kepuasan kerja dimasa
54
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
datang yang memungkinkan peningkatan motivasi dan kinerja secara
menyeluruh.
2. Kepribadian, Minat dan kesukaan
Dalam penerimaan karyawan nilai-nilai inti berperan baik untuk
penerimaan manajer maupun para eksekutif. Bila calon karyawan mempunyai
nilai-nilai yang sesuai dan dapat menjadi pendukung sehingga arah yang
tepat dapat dicapai.
3. Karakteristik lain bagi kinerja jabatan
Perusahaan dapat menanyakan informasi tentang syarat dan kondisi
pekerjaan,sperti memperoleh lisensi, bekerja dengan sift, kondisi yang
berlawanan yang tidak sesuai dengan persyaratan kerja. Seperti peralatan
yang kurang lengkap, ruangan yang eboh, penerangan yang kurang dan
fasilitas kerja yang kurang lengkap.
4.7. Tolok Ukur Penentu Kevalidan karyawan
Dalam mengukur kevalidan suatu keadaan tertentu maka dapat
digunakan 3 tolok ukur sebagai strategi untuk memastikan bahwa keputusan
didasarkan pada skor predictor yang valid, yaitu dapat dipaparkan sebagai
berikut :
1. Validasi dalam hal criteria
Validasi kriteria ini memakai data yang definitive dalam mengunakan
hubungan antara kriterian dan skor prediktor meliputi penilaian terhadap
predictor dan penilaian kinerja yang sebenarnya dalam pekerjaannya. Jika
terjadi kehidupan berkelompok dan kinerja mempunyai korelasi maka validitas
dalam criteria dapat disusun.
2. Validasi dalam hal kandungan
Validitas dalam hal kandungan berdasarkan informasi analisa jabatan ,
yang validitasnya meliputi pembuatan argumen yang rasional sesuai dengan
kandungan pekerjaan dan predictor. Misalnya 50 % job direktur eksekutif
baru adalah mengidentifikasi mitra untk perusahaan patungan baru maka
pengalaman masa lalu meupakan prediktor yang dapat diterima dalam
keputusan seleksi.
55
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Validasi yang bersifat generalisasi
Validasi yang bersifat generalis mempunyai makna bahwa hasil kajian
validitas yang berhubungan dengan kinerja yang dilakukan oleh perusahaan
lain dapat di generalisir pada situasi diperusahaan lainnya. Contoh 20
organisasi perusahaan telah menunjukan bahwa kehidupan berkelompok
cendrung berkorelasi dengan keberhasilan pengumpulan dana.
Menghasilkan kinerja organisasi yang optimal maka kerja sama tim
akan sangat mendukung terciptanya kondisi tersebut.
Untuk tercapainya kerja sama tim tersebut maka diperlukam adanya
3 faktor pendukung yaitu: Pengetahuan, Keterampilan dan Kemampuan
( Schuler And Jacson: 1996 293).
1. Keterampilan Komnikasi, yang terdiri atas :
Memahami komunikasi verbal dan non verbal
Mendengarkan tanpa evaluasi
Umpan balik yang dapat digunakan orang lain
Mendorong orang lain memberikan sumbangan
Memperlancar komunikasi antar anggota .tim.
2. Keterampilan dalam pemecahan masalah.
Mengidentifikasi masalah dengan orang lain.
Mengumpulkan data untuk di analisis
Mengusulkan dan menganalisis solusi alternative.
Menerapkan solusi
Melakukan evalusi hasil.
3. Keterampilan Anggota Kelompok.
Memahami tahap-tahap pengembangan Kelompok
Mengelola dinamik kelompok
Memahami peran social, tugas dan perseorangan.
Mempunyai pengetahuan tentang perencanaan proyek, penetapan
tujuan, eksekusi, evaluasi dan belajar.
Pengelola komplik kelompok.
Mengenali berbagai jenis tim yang digunakan dalam perusahaan.
4. Keterampilan Manajemen Kinerja.
Memahami kebutuhan untuk misi dan tujuan tim.
Memonitor dan mengukur kinerja kelompok.
56
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Memahami konsep manajemen diri dan manajemen tim.
Mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu.
4.8. Beberapa Pendekatan Dalam Mendapatkan Karyawan
Ada 3 cara pendekatan yang dapat digunakan dalam mendapatkan
calon karyawan yaitu :
1. Pendekatan Rintangan Ganda
Dalam pendekatan ini agar calon karyawan dapat diterima maka ia
harus lulus untuk semua tes yang di peruntukan baginya. Pendekatan ini
berasumsi bahwa sejumlah keterampilan dan kecakapan tertentu sangatlah
penting sehingga jika ada kekurangan penilaian pada point tertentu maka
calon karyawan tersebut akan gagal dalam tugasnya.
2. Pendekatan Kompensasi
Pendekatan kompensasi agak fleksibel dalam memberikan penilaian
terhadap calon karyawan. Tidak selalu penilaian untuk semua prediktor harus
tinggi, untuk penilaian kinerja yang rendah akan digantikan oleh penilaian
yang wawancara atau penilaian point lainnya yang lebih tinggi seperti penilaian
dalam tes tertulis .
3. Pendekatan Campuran atau Kombinasi
Pendekatan campuran ini lebih berorientasi kepada penilaian yang
berdasarkan pada persayaratn khusus dan persyaratan tambahan lainnya.
Bila kedua-dua rintangan tersebut telah lolos maka tes yang merupakan
rintangan tambahan seperti tes prilaku pada pusat penilaian baru diadakan
wawancara dan kemudian di buat keputusan terakhir. Contoh perusahaan
produksi, karyawan produksi dengan timnya adalah ujung tombak perusahaan
dalam memperbaiki kualitas produk. Untuk itu maka digunakan banyak waktu
dan usaha dalam menseleksi karyawan tersebut sehingga bisa didapat pemain
tim yang efektif.
57
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB V.MEMANAJE PELATIHAN
DAN PENGEMBANGAN SDM
Kegiatan soaislisasi jika dilakukan dengan baik maka akan menciptakan
karyawan-karyawan yang setia terhadap perusahaan dan kemampuan untuk
menghasilkan pekerjaan-pekerjaan yang hebat. Calon karyawan harus belajar
tentang budaya organisasi perusahaan. Wawancara dilakukan paling sedikit
dua wawancara dilakukan secara intensif dan merupakan komunikasi dua
arah serta berlanjut pada proses sosialisasi yang pada waktu yang sama
keputusan seleksi dibuat. Sosialisasi meliputi tahap-tahap para karyawan
baru mempelajari nilai perusahaan yang penting dan cerita tentang dedikasi
dan komitmen karyawan lama dalam mencapai keberhasilan perusahaan.
dengan sosialisasi diharapkan peningkatan komitmen dan keberhasilan
perusahaan, mengurangi absensi dan turn over karyawan di perusahahaan.
Kesuksesan sosialisasi dilanjutkan dengan pelatihan yang mempunyai
tujuan utamanya adalah menghilangkan kelemahan dalam bekerja baik untuk
saat sekarang maupun untuk menyongsong kondisi masa depan serta
meningkatkan performance.
Dalam jangka panjang dilakukan pengembangan terhadap karyawan
sehingga menjamin bahwa pegawai dapat memenuhi syarat dalam posisi
58
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 59
yang mereka harapkan berarti para karyawan dapat mengembangkan atau
memajukan karirnya di masa datang.
Latihan dan pengembangan perlu bagi organisasi untuk menyesuaikan
para karyawan terhadap lingkungan bisnis yang baru dan lebih bersaing.
Sosialisasi, latihan dan pengembangan dan memperkuat tingkat komitmen
para pegawai pada organisasi dan meningkatkan persepsi mereka bahwa
organisasi tersebut merupakan tempat yang baik untuk bekerja. Komitmen
menciptakan peningkatan produktivitas, mengurangi absensi dan perputaran
karyawan. Melalui latihan dan pengembangan memungkin individu menjadi
anggota organisasi yang produktif dan mendukung. Untuk itu tidaklah heran
kalau perusahaan-perusahaan di AS mengeluarkan dana untuk membiayai
aktivitas tersebut untuk mendukung terciptanya kinerja perusahaan yang
lebih baik dari sebelumnya.
1.1. Peran Kemitraan dalam Pelatihan dan Pendidikan
Dalam melakukan sosialisasi, latihan dan pendidikan ada 3 kemitraan
yang berperan dan saling mendukung dalam seluruh aktivitas organisasi
yaitu sebagai berikut :
1. Peran Manajer Puncak
Banyak perusahaan merasa sosialisasi aktivitas pelatihan dan
pengembangan membutuhkan biaya yang cukup besar, seperti perusahaan
motorola memberikan kepada semua pegawainya pelatihan sebesar 40 jam
pertahun dan menghabiskan biaya sekitar 1 persen dari penjualan tahunan.
Manajemen puncak menyadari pelatihan dan pengembangan harus dilakukan
untuk mendapatkan bisnis yang efektif. Namun imbalan dari dukungan
manajemen puncak ini sangat mengesankan yaitu Motorola
mengkalkulasikan setiap $ 1 yang digunakan untuk aktivitas pelatihan dapat
menghasilkan $ 30 keuntungan produktivitas dalam 3 tahun atau keuntungan
meningkat menjadi 47 %. Amerika Serikat menginvestasikan lebih sedikit
biaya untuk pelatihan yaitu 40 jam latihan untuk 6 bulan pertama kerja dan
dibandingkan perusahaan Jepang 300 jam untuk pekerjaan yang sama.
2. Peran Pegawai
Peran pegawai sebagai pendukung untuk mengidentifikasikan
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kebutuhan latihan dan pengembangan beserta para professional SDM dan
manajer Lini atau dengan perkataan lain effektifitas system latihan suatu
organisasi membutuhkan dukungan dan kerja sama semua pegawai dalam
system serta dukungan manajemen puncak dan professional SDM.
Para anggota dalam Tim sering dikelola sendiri dan bertanggung jawab
untuk melatih para anggota timnya. Tidak semua pegawai aktif dalam
merancang dan melaksanakan system pelatihan namun organisasi sebagian
besar sangat tergantung pada pegawai untuk mengunakan system pelatihan
tersebut. Kadangkala perusahaan menjadi sponsor dalam pertemuan informal
untuk tujuan memberi kesempatan terhadap pegawai untuk dapat
bersosialisasi terhadap karyawan lain dalam perusahaan yang sama,
membuat kelompok/ jaringan kerja dan membentuk hubungan mentoring.
Peran pegawai seperti ini dapat memperoleh kepuasan kerja yang lebih
besar serta mengidentifikasi diri lebih baik. Disamping itu perusahaan juga
dapat menawarkan kegiatan formal untuk mendukung secara tidak langsung
terhadap perencanaan karir dan pengembangan diri.
Dari poin diatas dapat ditarik kesmpulan bahwa karyawan sangat banyak
perannya dalam organisasi sebagai peran pendukung dalam program peltihan
pengembangan dan sosialisasi, serta menerima tanggung jawab mencari
dan mengunakan sumberdaya yang ada diluar perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan latihan dan pengembangan sesama rekan di tempat kerja.
3. Professional SDM
Professional SDM bekerja sama dengan manajer lini dalam menetapkan
kebutuhan terhadap pelatihan dan pengembangan. Program pengembangan
dan pelatihan dilakukan sangatlah penting untuk menunjang dan
menyesuaikan kebutuhan bisnis dengan kebutuhan para pegawai. Disamping
itu Profesional SDM juga berperan dalam memberikan informasi kepada
semua para pegawai tentang program yang ada dan mengevaluasi program
tersebut dalam pencapaian tujuan dan melakukan perbaikan jika diperlukan.
Keberhasilan 3 aktivitas motivator ini dapat dilihat dari keberhasilan
perusahaan Nortstrom titik kuncinya adalah pada mutu para penjual yang
diseleksi, dan dilatih serta didorong untuk hampir semua alasan untuk
memuaskan pelanggan untuk itu mereka dibayar lebih mahal dibandingkan
perusahaan saingan. Contoh lainnya Terdapat perusahaan yang memenuhi
60
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
selera kosumen dengan memperbaiki sepatu yang telah dibeli tahun lalu
dan diperbaikinya sehingga baru kembali.
Filosofis bisnis diorientasikan pada kegiatan latihan sebagai sarana
memenuhi kepuasan pelanggan sehingga latihan yang efektif merupakan
kegiatan yang relatif kompleks dan menantang dan hubungannya dengan
sumberdaya lainnya,
Peran latihan bagi para pegawai kadangkala bukan disebabkan karena
kebutuhan tapi pelatihan ini diberikan karena terdapatnya reward yang
diberikan perusahaan karena kinerja yang unggul. Latihan juga diberikan
kepada karyawan yang baru dipromosikan. Namun pelatihan dan
pengembangan juga dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan meralat
defisiensi keahlian, serta menambah keahlian spesifik pekerjaan untuk
mempersiapkan diri menerima peran dikemudian hari. Tanpa menentukan
kebutuhan pelatihan, suatu organisasi tidak dapat menjamin bahwa latihan
yang tepat akan diberikan kepada peserta latihan yang tepat .
Pegawai baru membutuhkan sosialisasi baik bagi pegawai yang
memasuki pekerjaan baru keunit-unit baru dalam perusahaan. Para manejer
menganggap pelamar yang direkut dari sumber yang telah menghasilkan
orang berprestasi baik dibutuhkan sedikit sosialisasi. Penempatan internal
membutuhkan lebih sedikit sosialisasi dari mereka yang baru di terima.
1.2. Hubungan Sosialisasi, Pelatihan & Pengembangan Serta
Konsekwensinya
Dalam melakukan sosialisasi, latihan dan pengembangan dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu:
1. Lingkungan Eksternal. Lingkungan eksternal dipengaruhi oleh faktor
hukum dan faktor pendidikan yang mempengaruhi sosialisasi latihan
dan pengembangan.
2. Lingkungan Internal. Lingkungan internal yang mempengaruhi
pelatihan dan pengembangan adalah : adanya perubahan teknologi,
perubahan trategi bisnis, kepentingan etika, nilai-nilai perbedaan dan
dukungan manajemen puncak.
3. Kegiatan SDM . Kegiatan Sumberdaya Manusia dalam meningkatkan
sosialisasi, pelatihan dan pengembangan yang didukung oleh
perencanaan sumberdaya manusia, penganalisaan jabatan,
61
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
pelaksanakan perekrutan dan seleksi: aktifitas pengukuran kinerja dan
strategi kompensasi yang selalu disesuaikan dengan perkembangan
dunia bisnis.
Dari 3 faktor diatas yang mempengaruhi tingkat sosialisasi, latihan dan
pengembangan maka ada 2 aspek yang perlu diperhatikan lebih lanjut yaitu
sebagai berikut :
a. Menganalisa kebutuhan dalam memperhatikan tujuan, yang meliputi
tujuan organisasi, tujuan pekerjaan, tujuan orang dan demografi.
b. Dalam menganalisa kebutuhan dan menentukan tujuan tentunya harus
diketahui siapa yang berperan, siapa yang menyediakan, bagaimana
merancang dan dimana dilaksanakan aktifitas sosilisasi, pelatihan dan
pengembangan.
Aspek diatas akan mendukung tercapainya kegiatan sosialisasi,
melatih dan mengembangkan tenaga kerja untuk mencapai tujuan karyawan
dan organisasi perusahaan. Kegiatan sosialisasi, pelatihan dan
pengembangan akan membawa hasil yang terlihat dari perubahan sikap
karyawan, peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, kinerja yang
tinggi dan dibutuhkannya adanya perencanaan karir dan kondisi ini akan
terlihat dari tingkat kepuasan kerja karyawan.
Sebagai manapun yang dihasilkan oleh aktivitas sosialisasi. Pelatihan
dan pengembangan harus selalu dilakukan, aktivitas evaluasi dan melakukan
perbaikan-perbaikan sebagai revisi untuk mencapai lebih sempurna dimasa
yang akan datang.
1.3. Pelaksanaan Sosialisasi dan Pelatihan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan di analisa dalam realisasi
terjadinya pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan serta pengembangan yaitu
sebagai berikut :
1. Analisis Kebutuhan Organisasi
Untuk setiap pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan
kebutuhan yang efektif dalam dunia bisnis. Analisis kebutuhan organisasi
yang dinilai baik jangka panjang maupun jangka pendek akan membawa
pengaruh terhadap tujuan organisasi.
62
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Perusahaan yang sama mempunyai strategi yang berbeda juga akan
mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap pelatihan
3. Analisis Kebutuhan Jabatan
Pada analisa jabatan terdapat tugas dan tanggung jawab yang diuraikan
dalam job diskription dan membutuhkan keterampilan dalam mengerjakannya
untuk itu tentunya harus memenuhi standar minimum yang harus dipenuhi
untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Atas informasi pencapaian kinerja
maka program pelatihan merupakan hal yang bermanfaat dalam
meningkatkan kinerja.
1.4. Pelatihan Berdasarkan Lokasi
Pelatihan dapat dilakukan dengan 3 cara berdasarkan lokasi latihan
yaitu On the Job Training ( OJT ) dan Off Site serta Off The Job Training .
On The job Training ( OJT).
On the Job Training biasanya dilakukan pada waktu pekerjaan
berlangsung dan diawasi oleh manajer/ pengawas. Para karyawan belajar
dengan mengamati para pekerja yang telah berpengalaman dalam bekerja.
Oleh sebab itu pelatih sebaiknya menyediakan model peran yang berpestasi
dan bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan tersebut.
1.4.1. Keunggulan dan kelemahan Program Pelatihan Berdasarkan
Lokasi
Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan program pelatihan yang
dilakukan berdasarkan lokasi sebagai berikut :
1. Pelatihan On The Job dapat dipaparkan sebagai tabel dibawah ini :
63
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Pelatihan On Site , pelatihan on site dapat dipaparkan dengan
keunggulan dan kelemahannya pada tabel 5.2. dibawah ini.
Tabel 5.2. Keunggulan dan Kelemahan Pelatihan On-Site
Tabel 5.1. Keunggulan dan Kelemahan Pelatihan On The Job
64
3. Pelatihan Off The Job. Pelatihan Off The Job dengan keunggulan dan
kelemahannya masing-masing dapat dipaparkan pada tabel 5..3.
dibawah ini.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 65
Tabel 5.3. Keunggulan dan Kelemahan Pelatihan Off The Job
Seleksi ini di lakukan jika :
1. Tugas pada jabatan memerluan ciri-ciri fisik tertetu spt tinggi badan dan
penampilan yang luwes serta menarik.
2. Kandidat pegawai melebihi dari kapasitas jabatan yang akan di isi. teknik
seleksi yang sering di gunakan adalah formulir lamaran, data biografi,
referensi dan rekomendasi, wawancara, tes kemampuan, tes fisik, tes
simulasi pekerjaan.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB VIKEPUASAN KERJA KARYAWAN
(JOB SATISFACTION)
Sikap karyawan yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan komitmen
organisasi adalah minat utama dalam praktik manajemen sumber daya
manusia, yang punya implikasi langsung terhadap kepuasan kerja.
Pembahasan kepuasan kerja fokus pada sikap karyawan terhadap pekerjaan
yang mereka geluti sedangkan komitmen organisasi fokus pada sikap
karyawan terhadap organisasi secara menyeluruh.
Kepuasan kerja menurut Locke yang memberikan definisi komprehensif
yaitu kepuasan kerja meliputi reaksi atau sikap kognitif, efektif, dan evaluative
dan menyatakan bahwa kepuasan kerja meliputi keadaan emosi yang senang
atau emosi positif yang berasal dari penilaian seseorang terhadap pekerjaan
yang ditekuninya atau berdasarkan pengalaman kerja karyawan. Dengan
perkataan lain kepuasan kerja merupakan hasil dari persepsi karyawan
mengenai seberapa baik pekerjaan tersebut dimata karyawan dan
memberikan hal yang dinilai penting bagi karyawan.
6.1. Pengartian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan penilaian seorang karyawan terhadap betapa
puas dan tidak puas akan pekerjaan merupakan penjumlahan yang rumit
66
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 67
dari sejumlah unsur pekerjaa yang diskrit/ terbedakan dan terpisah satu
sama lain (Robbins, 1996).
Dalam buku Asa’ad ( 1987 ) Kepuasan kerja merupakan penilaian atau
cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dari
sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi
lingkungannya .
“Job satisfaction is predicated by an internal evaluation of value and
beliefs” (Ritchie, 2000;7). Kepuasan kerja diperkirakan oleh seorang penilai
internal mengenai nilai dan kepercayaan.
Menurut Gomes (2001;178) kepuasan kerja adalah sesuatu yang bersifat
subjektif dimana penilaian ini merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan
pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh
pegawai dan pekerjaanya dibandingkan dengan apa yang diharapkan,
diinginkan dan diperkirakan sebagai hal yang pantas atau berhak baginya.
Kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang
bersifat positif maupun negatif terhadap pekerjaannya.(Siagian, 2000:295 ).
Siegel and Locke ( Munandar, 2001;350) mendefenisikan kepuasan
kerja : “ The appraisal of one’s job as attaining following the attanment of
one’s important job value, providing the values are congruent with or help
fulfill one’sbasic needs”
Ini berarti karyawan yang puas dengan pekerjaanya akan merasa senang
dengan pekerjaanya.
Menurut Keith Davis ( Mangkunegara,2000;117 ) :’ Job satisfaction is
the favorableness or unfavorableness with employees view their work”.
Kepuasan kerja adalah perasaan menyokong dan tidak menyokong
yang dialami pengawai dalam bekerja ).
Wexley dan Yuki mendefenisikan kepuasan kerja “ is the way an
employee feels about his or her job’.( adalah cara pegawai merasakan dirinya
atau pekerjaanya
Menurut Keith Davis ‘ job satisfaction is related to a member of mayor
employee variables, such a turnover, absences,age,occupation, and size of
the organization in which an employee work “.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Beberapa Defenisi dari Kepuasan Kerja
Beberapa defenisi dari kepuasan kerja oleh para ahli yaitu :
1). Merupakan penilaian dari pekerja, seberapa jauh pekerja secara
keseluruhan memuaskan kebutuhannya ( Robert Hoppecl ).
2). Sikap dari karyawan terhadap pekerjaanya, situasi kerja, kerja sama
antara pimpinan dan sesama karyawan ( Tiffin).
3). Sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap
faktor-faktor pekerjaan,penyesuaian diri dan hubungan sosial individu
diluar kerja.( Blum).
4). Pada dasarnya adalah “ security feeling “ ( rasa aman) dan mempunyai
segi sosial ekonomi ( gaji dan jaminan sosial), serta segi sosial psikologi
seperti kesempatan untuk maju, mendapat penghargaan, pengawasan,
dan berhubungan dengan pergaulan antar karyawan dan dengan atasan.
5). Howell dan Diphoye (1986), kepuasan kerja sebagai keseluruhan dari
derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai
aspek dari pekerjaannya dikutip dari Suryati dan Sri (1995,351).
6.2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja :
1). Faktor pegawai, yaitu kecerdasan( IQ), kecakapan khusus, umur, jenis
kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja,masa kerja
kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja.
2). Faktor pekerjaan yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat,
kedudukan, mutu pengawasan. Jaminan finansial, kesempatan promosi
jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.
6.3. Beberapa Pendapat Tentang Faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan Kerja
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain:
1). Harold. E. Burt mengemukakan : Faktor hubungan antar karyawan,
faktor individu, faktor-faktor luar.
2). Chiselle dan Brown mengemukakan faktor kedudukan, pangkat, umur ,
jaminan financial dan sosial, mutu pengawasan.
3) Anthony (1977), faktor internal yang mempengaruhi kepuasan seperti
menyukai pekerjaan, beroeientasi mencapai prestasi yang tinggi,
mempunyai sikap positif dalam menghadapi pekerjaan.
68
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Untuk mencapai kepuasan kerja seperti yang diharapkan perusahaan
maupun karyawan maka diharapkan muncul keprofesionalisme tenaga kerja
dengan ciri-ciri sebagai berikut (Suryati dan Sri, 1995:88) :
a) Menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil dan dituntut selalu
meningkatkan mutu,
b). Memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang dapat diperoleh
melalui pengalaman dan kebiasaan.
c). Menuntut keteguhan dan ketabahan dan tidak mudah puas dan putus
asa dalam mencapaian hasil.
d). Memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan
terpaksa.
e). Adanya kebulatan fikiran dan perbuatan sehingga terjaga effektifitas kerja
yang tinggi.
6.4. Teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja dibedakan atas:
1. Teori keseimbangan. Teori keseimbangan dikembangkan Adam yang
komponennya adalah input output comparison person dan equity-in-
equity.
Menurut Wesley dan Yuki ( 1977) input adalah “input is anything of value
that an employee percieves that he contributes to his job” input adalah
semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan
kerja. Seperti pendidikan, pengalaman, skill, usaha ,peralatan kerja, jumlah
jam kerja. “Outcome ia anything of value that the employee perceives he
obtains from the job”.( Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan
dirasakan pegawai), misalnya upah, keuntungan tambahan status simbol,
pengenalan kembali, kesempatan untuk berprestasi). “ Comparison person
may be someone in the saoe organization “.( Comparison person adalah
seorang pegawai dalam organisasi yang sama,seorang pegawai dalam
organisasi yang berbeda, atau diriya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya).
Kepuasan yang dicapai karyawan tergantung dari puas atau tidak puasnya
karyawan yang merupakan perbandingan input- output dirinya dibandingkan
dengan karyawan lainnya.
2. Teori Perbedaan ( Discrepancy Theory). Teori Perbedaan dipelopori
Proter yang berpendapat mengukur kepuasan dilakukan dengan cara
69
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang
dirasakan pegawai. Locke (1969 ) menyatakan kepuasan kerja pegawai
bergantung pada apa yang didapatnya dengan apa yang diharapkannya.
Jika yang didapatnya lebih besar dari yang diharapkannya maka
dinyatakan puas dan sebaliknya.
3. Teori pemenuhan kebutuhan( Need Fulfillment Theory ), Teori
pemenuhan kebutuhan yaitu kepuasan kerja pegawai bergantung pada
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai.
4. Teori pandangan kelompok ( Social Reference Group Theory ),
kepuasan kerja pegawai bukan bergantung pada pemenuhan kebutuhan
saja tapi juga bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang
oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan.
5. Teori Dua Faktor Dari Herzberq, dikembangkan oleh Hezberq dari
teori Abraham Maslow.
Faktor yang menyebabkan kepuasan adalah faktor pemeliharaaan dan
faktor motivasi. Faktor pemeliharaan berupa faktor dissstisfiers, hygiene
faktor, job context, extrinsic, yang meliputi administrasi dan kebijakan
perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, upah,
keamanan kerja, kondisi kerja, dan status. Faktor motivasi disebut
satisfier, motivation, job content, intrinsict faktors meliputi dorongan
prestasi, pengenalan, kemajuan, work itself, kesempatam berkembangan
dan tanggung jawab.
6. Teori Pengharapan. ( Expectancy theory ), dikembangkan oleh
Victor.H.Vroom diperluas oleh Porter dan Lowler, Keith Davis ( 1985),
mengemukakan bahwa “ Vroom explain that motivation is a product of
how much one wants something and one’s estimate of the probability
that a certain will lead to it “.( motivation merupakan suatu produk dari
bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang
memungkinkan aksi tertentu yang akan menuntutnya.
6.5. Pengukuran Kepuasan Kerja
Ada beberapa unsur utama dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan
karyawan mengenai tiap unsur. Faktor-faktor yang lazim yang akan dicakup
adalah kodrat kerja, penyelia, upah sekarang, kesempatan promosi, dan
hubungan dengan rekan sekerja. Faktor ini dinilai angka pada suatu skala
70
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
baku dan kemudian dijumlahkan untuk menciptakan skor kepuasan kerja
keseluruhan.
Menurut Robbin (1996 ) dan Luthan (1995) untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja di gunakan Job Descriptive index
yaitu ;
(1). Pembayaran , seperti Gaji dan Upah
Tingkat Kompensasi
Balas jasa yang berupa upah dan gaji merupakan hal yang membawa
pengaruh yang signifikan, tetapi kompleks secara kognitif dan merupakan
factor multidimensi dalam kepuasan kerja. Uang merupakan faktor untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia disamping juga merupakan alat untuk
memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi bagi
karyawan. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari kontribusi mereka
terhadap perusahaan. Benefit tambahan juga penting dan berpengaruh secara
signifikan namun karyawan cendrung menganggap remeh karena mereka
tidak mengetahui secara total berapa banyak mereka menerimanya. Suatu
alasan yang tidak terelakkan adalah kebanyakan karyawan tidak mengetahui
seberapa banyak mereka menerima benefit. Karena mereka tidak dapat
memilih jenis paket total yang disebut sebagai rencana benefit fleksibel yang
mereka sukai yang memberikan peningkatan signifikan dalam menciptakan
kepuasan terhadap benefit itu sendiri dan menimbulkan kepuasan kerja
karyawan secara menyeluruh.
(2). Pekerjaan itu sendiri
Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama
dalam mencapai kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian yang berhubungan
dengan pendekatan karakteristik pekerjaan terhadap desain kerja,
menunjukkan bahwa umpan balik dari pekerjaan itu sendiri dan otonomi
pekerjaan merupakan dua faktor motivasi utama yang berhubungan langsung
terhadap pekerjaan. Serta memaparkan karakteristik pekerjaan itu sendiri
dan kompleksitas pekerjaan tersebut serta menghubungkan antara
kepribadian dan kepuasan kerja karyawan. Jika persyaratan kreatif pekerjaan
karyawan terpenuhi, maka karyawan tersebut cenderung akan mendapatkan
kepuasan kerjanya. Pada tingkat yang lebih prakmatis, beberapa unsur paling
71
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
penting dalam mencapai kepuasan kerja karyawan yang tidak dibahas dalam
survey bertahun-tahun menyebutkan bahwa dimata karyawan pekerjaan yang
menarik dan menantang, dan pengembangan karier (tidak perlu promosi)
merupakan hal yang sangat penting bagi karyawan yang masih muda dan
bagi karyawan yang sudah berumur. Hasil penelitian mengemukakan bahwa
kepuasan kerja berhubungan dengan kesempatan yang sama dalam merebut
peluang kerja. Perusahaan pada daftar fortune”100 Bets Companies to Work
for,” seperti VSP-pemasok terbesar untuk benefit perawatan mata dikenal
dengan praktik sumber daya manusia yang inovatif dan dapat
mempertahankan kepuasan kerja karyawan yang tinggi.
(3). Pengembangan Karir (Promosi Pekerjaan)
Pengembangan karir (promosi) dapat diartikan sebagai pemberian
kesempatan berkembang bagi karyawan melalui kesempatan untuk menduduki
jabatan yang lebih baik dan biasanya dibarengi dengan fasilitas-fasilitas
pendukung yang lengket bersamaan dengan jabatan tersebut. Kesempatan
pengembangan karir /promosi mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
kepuasan kerja. Hal ini disebabkan promosi memliki sejumlah bentuk yang
berbeda dan memiliki berbagai penghargaan. Karyawan yang diberi promosi
berdasarkan senioritas memberikan kepuasan kerja yang tertinggi karena
berdasarkan penilaian kemampuan si karyawan inilah yang mendasari pemberian
promosi kepadanya di bandingkan dengan pomosi kenaikan gaji.
Promosi yang diberikan untuk para karyawan eksekutif mungkin lebih
memuaskan daripada promosi yang terjadi pada karyawan level bawah
organisasi. Saat ini promosi tradisional tidak lagi merupakan sasaran para
karyawan untuk mencapai kepuasan kerjanya. Hal yang lebih dipentingkan
dan membuka paradigma baru untuk para karyawan yang mengharapkan
terdapatnya lingkungan kerja yang positif dan kesempatan untuk berkembang
bagi karyawan baik secara intelektual dan untuk memperluas keahlian dasar
dalam posisi ini menjadi lebih penting dari pada kesempatan promosi bagi
para karyawan tersebut.
(4). Pengawasan ( Supervisi)
Aktivitas pengawasan (supervisi) merupakan hal yang berperanan
penting bagi perusahaan. Dampak keahlian pemimpin yang dapat berbentuk
72
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
gaya pengawasan. Dalam hal ini terdapat dua dimensi gaya pengawasan
yang memengaruhi kepuasan kerja yaitu. Pertama adalah pusat pengawasan
yang ditujukan terhadap diri karyawan, diukur penyelia berdasarkan
ketertarikan personal dan kepedulian terhadap karyawan. Hal ini dilakukan
dengan meneliti seberapa baik kerja karyawan, memberikan nasihat dan
bantuan pada individu, dan berkomunikasi dengan rekan kerja secara
personal maupun dalam konteks pekerjaan. Contoh karyawan Amerika secara
umum, mengeluh bahwa penyelia mereka tidak bekerja dengan baik dan
tidak peduli terhadap karyawan. Kondisi ini yang merupakan salah satu alasan
utama karyawan keluar dari perusahaan yang terbukti secara empiris.
Kedua yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah partisipasi
dalam mengambil keputusan yang berpengaruh terhadap pekerjaan
karyawan. Cara ini menyebabkan kepuasan kerja yang lebih tinggi. Misalnya,
meta-analis menyimpulkan bahwa partisipasi karyawan memiliki efek positif
terhadap kepuasan kerja karyawan. Iklim partisipasi yang diciptakan oleh
penyelia memiliki efek yang lebih penting terhadap kepuasan pekerja .
(5). Kelompok Kerja ( Rekan Sekerja )
Kelompok kerja atau tim kerja yang beranggotakan para individu
karyawan yang mempunyai sifat saling ketergantungan, sumber dukungan,
memberi kenyamanan, nasehat dan bantuan terhadap anggota individu.
Kelompok kerja yang menyenangkan, tim akan efektif dan kooperatif dalam
menjalankan pekerjaan membuat pekerjaan menjadi menyenangkan dan
dampaknya akan mempengaruhi kepuasan kerja. Jika kondisi sebaliknya
terjadi para anggota karyawan sulit untuk bekerja sama maka faktor itu
mungkin memiliki efek negatif terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian antar
budaya menyatakan bahwa jika anggota menentang tim secara umum dan
aturan tim kerja secara khusus, maka karyawan akan menjadi kurang puas
jika mereka menjadi bagian dari tim.
( 6).Kondisi Kerja
Kondisi kerja memiliki pengaruh yang kecil terhadap kepuasan kerja.
Namun demikian jika kondisi kerja yang baik seperti lingkungan yang bersih,
lingkungan yang menarik, individu karyawan akan lebih mudah menyelesaikan
pekerjaannya. Dan sebaliknya Jika kondisi kerja buruk seperti udara panas,
73
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
lingkungan kerja yang bising. Para karyawan individu akan lebih sulit
menyelesaikan pekerjaan. Dengan kata lain, efek lingkungan kerja pada
kepuasan kerja sama halnya dengan efek kelompok kerja. Jika segalanya
berjalan baik, tidak ada masalah dengan pencapaian kepuasan kerja
karyawan; jika segalanya berjalan buruk, masalah ketidak puasan kerja akan
muncul bagi karyawan.
Kebanyakan karyawan tidak menempatkan kondisi kerja sebagai
masalah yang besar kecuali jika lingkungan kerja karywan benar-benar buruk.
Kadang kala keluhan terhadap lingkungan kerja muncul jika dipicu oleh
kondisi lain yang mengecewakan. Seperti kepuasan hidup karyawan akan
mendukung kepuasan kerja.
Hasil penelitian menyatakan terdapat bukti bahwa adanya hubungan
positif antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup, dan hubungan sebab
akibat bahwa orang yang puas dengan hidup mereka cenderung lebih puas
dengan pekerjaan mereka.
Namun secara luasnya dapat dikatakan hal yang menentukan
kepuasan kerja adalah :
1. Kerja yang secara mental menantang. Karyawan cenrung lebih
menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberikan mereka kesempatan
untuk mengunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan beragam tugas. Pekerjaan yang kurang menantang
menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang
menciptakan menciptakan frustasi dan perasaan gagal
2. Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah
dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak
kembar-arti, dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat
sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individ, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan
besar akan dihasilkan kepuasan. Karyawan berusaha mendapatkan
kebijakan dan praktek promosi yang adil. Promosi memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebh
banyak dan status sosial yang dtingkatkan.
3. Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan peduli akan lingkungan
kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas yang baik.
74
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4. Rekan sekerja yang mendukung, mempunyai teman sekerja yang
ramah dan mendukung mengantar ke kepuasan kerja yang meningkat.
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Kecocokan yang tinggi
antara kepribadian seseorang dengan pekerjaan mereka yang akan
menciptakan kepuasan yang tinggi
6.6. Konsep Tiga Dimensi
Secara teoritis kepuasan kerja mempunyai konsep tiga dimensi yang
diterima secara umum dalam teori kepuasan kerja. Yaitu :
Pertama, kepuasan kerja merupakan respons emosional karyawan
terhadap situasi kerja yang dihadapinya. Dengan demikian, kepuasan kerja
dapat dilihat dan dapat diduga.
Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh seberapa baik hasil yang
dicapai dapat terpenuhi atau melampaui standar yang telah ditetapkan.
Misalnya jika karyawan perusahaan merasakan bahwa mereka bekerja terlalu
keras daripada karyawan yang lainnya dalam departemen perusahaan
tersebut, namun mereka menerima imbalan atau penghargaan lebih sedikit,
maka karyawan tersebut kemungkinan akan memiliki sikap negatif terhadap
pekerjaannya, terhadap pimpinannya, dan juga terhadap rekan kerjanya di
perusahaan tersebut. Berarti karyawan tidak puas dengan imbalan yang
diterimanya. Sebaliknya, jika karyawan merasa bahwa mereka diperkerjakan
dengan baik dan dibayar dengan imbalan yang pantas. Maka kemungkinan
karyawan akan memiliki sikap positif terhadap pekerjaan mereka dan
karyawan dapat merasakan kepuasannya.
Ketiga, kepuasan kerja mewakili beberapa sikap yang berhubungan
yaitu terdapat lima dimensi pekerjaan yang merepresentasikan karakteristik
pekerjaan yang paling penting yaitu karyawan memiliki respons afektif.
Kelima dimensi tersebut adalah :
1. Pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan itu sendiri merupakan tugas yang
menarik, kesempatan untuk belajar dan berkembang , serta kesempatan
untuk menerima tanggung jawab.
2. Gaji. Sebagai imbalan jasa yang diterima karyawan dan dapat
dipandang sebagai hal yang dianggap pantas diterimanya dibandingkan
dengan karyawan lainnya dalam organisasi tersebut.
75
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Kesempatan promosi. Merupakan kesempatan bagi karyawan untuk
maju dan berkembang dalam organisasi perusahaan baik dimasa
sekarang maupun di masa yang akan datang.
4. Pengawasan. Berupa kemampuan penyelia untuk dapat memberikan
bantuan teknis terhadap para karyawan dalam melakukan aktifitas kerja
sesuai dengan tugasnya dalam organisasi perusahaaan.
5. Rekan kerja. Merupakan tim kerja karyawan dalam organisasi dan
bekerja saling mendukung baik secara teknis maupun secara social..
6.7. Hubungan Prestasi kerja karyawan dan Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja hendaknya identik dengan hasil kerja karyawan. Dilihat
dari sudut pandang masyarakat pekerja dan karyawan individu kepuasan
kerja merupakan hasil yang diinginkan karyawan dan organisasi perusahaan.
Dalam pemaparannya kepuasan kerja mempunyai hubungan terhadap
prestasi kerja, jika kepuasan kerja karyawan tinggi maka para karyawan
akan berkinerja lebih baik dan organisasi menjadi lebih efektif. Jika sebaliknya
terjadi yaitu kepuasan kerja karyawan rendah maka terjadi masalah kinerja
karyawan dan ketidak efektifan organisasi tidak akan tecapai sesuai dengan
rencana organisasi. Hasil penelitian menyatakan kepuasan kerja karyawan
dinyatakan berkisat antara lemah dan kuat dan mempunyai pengaruh
terhadap kinerja karyawan dalam aktivitas organisasi perusahan.
Kesimpulan menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan dan kinerja
karyawan terdapat hubungan yang pasti di dalamnya. Sedangkan kebijakan
konvensional mengasumsikan bahwa karyawan yang merasa senang adalah
karyawan yang produktif. Penelitian mendukung bahwa terdapatnya
hubungan sebab-akibat dimana kepuasan kerja lebih memengaruhi kinerja
karyawan daripada kinerja mempengaruhi kepuasan. Hubungan
mengindikasikan bahwa kepuasan kerja karyawan mungkin tidak perlu
menghasilkan perkembangan kerja individu, tetapi menyebabkan
perkembangan level departemen dan organisasi. 7,939 unit bisnis pada 36
perusahaan menghasilkan kepuasan didefinisikan dan diukur menurut hal
yg lebih kompleks. Banyak variabel yang mempengaruhi Misalnya
penghargaan. Jika orang yang menerima penghargaan merasa pantas
mendapatkannya dan ia puas, mungkin ia menghasilkan kinerja yang lebih
besar. Hasil penelitian menyatakan keterlibatan karyawan, dan terdapat
76
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja
kayawan yang dapat berbentuk produktivitas kerja, kepuasan pelanggan,
dan profitabilitas.
6.8. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Pergantian Karyawan
Seberapa jauh hubungan antara kepuasan kerja karyawan terhadap
perputaran tenaga kerja. Hasil Penelitian mengemukakan terdapatnya
hubungan negative antara kepuasan kerja karyawan terhadap perputaran /
pengantian karyawan. Namun Kepuasan kerja karyawan yang tinggi tidak
selalu akan membuat pergantian karyawan menjadi rendah, namun
setidaknya dapat membantu memberi masukan terhadap organisasi
perusahaan.
Jika terjadi ketidak puasan kerja terhadap karyawan karena factor-
faktor yang penting dalam kehidupan yang nyaman, maka perputaran
karyawan kemungkinan tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidak
puasan karyawan secara jelas, usia, kedudukan dalam organisasi, komitmen
dalam organisasi memainkan peranan penting. Pergantian karyawan terjadi
karena terdapatnya kesempatan yang lebih baik dalam organisasi lain.
Walaupun karyawan merasa puas dengan pekerjaannya, namun kadangkala
karyawan ingin keluar dari perusahaan karena ada kesempatan lain yang
menjanjikan. Sebaliknya, jika perkerjan sulit diperoleh dan terjadi
pengurangan jumlah tenaga kerja karena merger dan akuisisi karyawan
yang tidak puas akan secara sukarela tetap tinggal di perkerjaan mereka
sekarang.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa tingkat pengangguran secara
langsung memengaruhi pergantian karyawan. Akan tetapi, pada dasarnya
tepat untuk mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan hal penting dalm
pergantian karyawan. Meskipun tidak adanya pergantian karyawan
merupakan hal yang tidak penting dalam organisasi, namun tingkat pergantian
yang rendah lebih diinginkan mengingat biaya pelatihan dan kerugian karna
tidak adanya pengalaman kerja.
6.9. Hubungan Kepuasan Kerja Karywan Terhadap Ketidakhadiran
Karyawan
Hasil penelitian mengemukakan terdapatnya hubungan negatif yang
77
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
lemah antara kepuasan kerja karyawan terhadap ketidak hadiran karyawan.
Sebenarnya banyak variabel lain yang menjadi pertimbangan selain kepuasan
kerja. Seperti perasaan bahwa perkerjan mereka penting. Penelitian terhadap
karyawan, menunjukkan bahwa karyawan yang yakin bahwa perkerjaannya
penting memiliki ketidak hadiran rendah daripada karyawan yang tidak
merasa perkerjaan nya penting. Begitu juga dengan kepuasan kerja yang
tinggi belum tentu menghasilkan ketidak hadiran yang rendah, tetapi
kepuasan kerja yang rendah mungkin menyebabkan ketidak hadiran yang
tinggi.
6.10. Meningkatkan Kepuasan Kerja serta Pengaruhnya
Hasil penelitian menjelaskan karyawan dengan tingkat kepuasan kerja
yang tinggi cenderung memiliki kesehatan fisik, mempelajari tugas yang
berhubungan dengan perkerjaan baru dengan lebih cepat dan tepat,
kecelakan kerja yang rendah, dan sedikit keluhan. Sedangkan kepuasan
kerja karyawan mempunyai hubungan negatif yang kuat terhadap stress
kerja yang dirasakan karyawan. Dan dengan membangun kepuasan kerja
karyawan akan menghindari karyawan dari stress kerja dan meningktkan
kinerja karyawan, mengurangi pergantian karyawan dan ketidak hadiran
karyawan.
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan
yaitu sebagai berikut:
1. Menjadikan pekerjaan hal yang menyenangkan bagi karyawan.
Untuk menjadikan pekerjaan lebih mnyenangkan maka budaya fun dalam
bekerja perlu ada untuk menghindari kebosanan dan megurangi ketidak
puasan karyawan. Sepert Perusahaan kelas dunia, Soultwest tirlines
memiliki budaya fun bagi karyawannya sehingga manajemen dapat
membuat karyawan menjadi dirinya sendiri namun tetap bersaing secara
serius.
2. Mendapatkan balas jasa kompensasi berupa gaji, benefit, dan
kesempatan promosi yang adil bagi karyawan. Berbagai cara organisasi
secara khusus mencoba membuat karyawan mereka merasa puas yaitu
membuat benefit lebih efektif dan fleksible yang disebut kafetaria. Cara
ini memungkinkan karyawan untuk memilih distribusi benefit mereka
78
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
sendiri dalam jumlah yang sudah dianggarkan. sehingga, tidak perlu
ada penyesuaian karna semuanya merupakan pilihan mereka sendiri.
3. Menyesuaikan karyawan dengan perkerjaan, minat, bakat dan
keahlian yang dimiliki karyawan, hal inilah yang memuaskan para
karyawan. Namun sering diabaikan manajemen. Perusahaan dengan
manajemen sumberdaya manusia yang efektif seperti Disney, Ford, IBM,
dan Microsoft menemukan minat dan keahlian karyawan yang di
perkerjakannya dengan keunikan strateginya masing-masing.
4. Mendesain perkerjaan agar menarik dan menyenangkan bagi
karyawan serta menemukan orang yang tepat dalam pekerjaan yang
tepat. Untuk menghindari kebosanan dari pekerjaan yang berulang-ulang
perlu adanya eliminasi. Desain kerja berperan memotivasi dan
menyenangkan karyawan. umpamanya memberikan tanggung jawab
yang lebih terhadap karyawan dan membentuk lebih banyak variasi,
arti, identitas, otonomi, dan umpan balik dalam pekerjaan karyawan
melalui enlagement dan enrichment.
Para ahli organisasi dan manajer berpendapat bahwa kepuasan kerja
karyawan merupakan hal penting dalam organisasi, namun beberapa kritik
memperdebatkan bahwa banyak yang tidak kita ketahui tentang efek positif
dari kepuasan kerja. Saat kepuasan kerja rendah, maka terdapat efek negatif
pada organisasi secara keseluruhan.
79
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB VIIKOMITMEN ORGANISASI
Kepuasan berkaitan dengan sikap karyawan terthadap perkerjaannya,
dan komitmen berkaitan dengan level organisasi, dan terdapat hubungan
yang kuat antra kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Banyak karyawan
puas dengan perkerjaannya namun tidak menyukai banyaknya birokrasi
organisasi. Karyawan tidak puas dengan perkerjaannya, tetapi tetap
menjalankan visi perusahaan.
7.1. Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi di definisikan sebagai (1) Keinginan kuat karyawan
untuk tetap memelihra sebagai anggota organisasi perusahaan tersebut
(Aranya et al, 1981). (2) Keinginan karyawan untuk berusaha keras sesuai
keinginan organisasi perusahaan dan (3) Karyawan Mempunyai keyakinan
tertentu, dan berusaha menerima nilai dan tujuan organisasi perusahaan.
Atau dapat dikatakan komitmen merupakan sikap yang merefleksikan
loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota
organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan
keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Komitmen juga
mengambarkan sebagai pengikat antara individu dengan suatu kegiatan atau
secara lebih umum dengan gagasan ( Siswanto, 1997)
80
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 81
Sikap komitmen organisasi ditentukan oleh usia karyawan, kedudukan
karyawan dalam organisasi, dan disposisi seperti efektivitas positif atau negatif,
atau atribusi kontrol internal atau eksternal dan organisasi berupa desain
pekerjaan, nilai, dukungan, dan gaya kepemimpinan penyelia. Bahkan faktor
non organisasi seperti memutuskan untuk bergabung dengan organisasi.
7.2. Pengertian Komitmen Kerja secara umum
Komitmen kerja dapat diartikan sebagai :
(1). Sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan
nilai-nilai dari pekerjaan.
(2). Sebuah kemauan untuk mengunakan usaha yang sungguh guna
kepentingan pekerjaan.
(3). Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam pekerjaan
(Aranya et al.,1981) .
Komitmen di defenisikan sebagai pengikat antara individu dengan suatu
kegiatan atau secara lebih umum dengan gagasan (Siswanto,1997).
Konsep umum tentang komitmen yang mempunyai hubungan dengan
turn over, pegawai yang mempunyai komitmen yang tinggi akan memiliki
probabilitas kecil untuk keluar dari organisasi tempat mereka bekerja.
Komitment dipandang sebagai kecendrungan “ engage in consistent
lines of activity”, berdasarkan pengakuan individu tentang biaya yang dikaitkan
dengan penghentian aktifitas ( Becker,1960 ).
Komitmen akan berlangsung jika ada keuntungan dan akan dihentikan
jika terjadi biaya. Pandangan ketiga mengemukakan komitmen merupakan
kepercayaan tentang tanggung jawab seseorang terhadap organisasi .
Komitmen adalah tekanan normatif yang terinternalisasi untuk
melakukan tindakan yang sesuai dengan tujuan organisasi dan menyatakan
bahwa individu yang mempunyai prilaku seperti itu karena mereka percaya
hal itu benar dan bermoral untuk melakukannya (Weiner , 1982).
Budaya mempunyai peran penting untuk membentuk sense of identify
para anggota organisasi yang mendorong komitmen bersama menjadi dasar
dari gerak organisasi diatas kepentingan pribadi. Dalam suatu budaya nilai
inti itu dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas.
Makin banyak anggota organisasi yang menerima nilai-nilai inti, maka
makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu dan makin bias budaya
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
tersebut. Sehingga budaya yang kuat menimbulkan tingginya tingkat
kebersamaan ( Tjahjono,2004:40 ).
Penelitian o”Neilly ( 1989 ) menunjukan dukungan penting bagi proposisi
diatas budaya perusahaan mempunyai pengaruh terhadap keefektifan suatu
perusahaan terutama pada perusahaan yang mempunyai budaya dengan
strategi dan dapat meningkatkan komitmen karyawan terhadap perusahahan
( Tjahjono,2004: 16 ). Reich ( 1983 ) menunjukan 4 fungsi penting budaya
organisasi antara lain mefasilitasikan atau memudahkan komitmen kolektif.
Aspek historis dapat menerangkan mengapa komitmen menjadi
masalah yang bersumber pada aspek kompensasi keuangan (terpengaruh
mekanisme pasar) (Trisnantoro,2005:151). Ini terbukti dari fakta sejarah
masa tahun 70-an hingga 80-an para dokter spesialis bekerja di rumah sakit
besar swasta dan ada yang mendirikan rumah sakit walaupun status
kepegawaiannya masih bekerja di rumah sakit pemerintah.
Komitmen organisasi menghasilkan pertukaran hubungan antara individu
dan organisasi dimana individu mengikatkan dirinya sendiri terhadap
organisasi sebagai penukaran nilai reward atau pembayaran dari organisasi
( Hrebiniak & Alutto, 1972; Angle and Perry, 1983 ) di kutip dari Valeria La
Mastro ( 2003 ;1).
Menurut dasar model organisasi ini, individu memasuki organisasii
dengan keahlian khusus, keinginan-keinginan dan tujuan–tujuan sebagai
penggantinya individu mengharapkan sebuah pekerjaan dimana mereka
mampu kembali mengunakan skill mereka, kepuasan memenuhi keinginannya
dan mencapai tujuannya.
Seluruh organisasi merasakan sebagai penyelesaian kontrak
psikologinya (Kottter, 1973), pertukaran norma (Gouldner, 1960) yang
menyebabkan karyawan membalas sumbangan dengan komitmen nya
terhadap organisasi. Jika organisasi merasakan kurang mampu memberikan
resourses untuk memenuhi kepuasan yang diinginkan anggota organisasi
untuk itu mengakibatkan komitmen akan berkurang (Steers,1977. Angle &
Perry,1983 ) dikutip dari Valeria La Mastro, (2003: 2).
7.3. Konsep Komitmen
Konsep Kopmitmen mempunyai 3 ciri (Valeria La Mastro, 2003: 2)
yaitu :
82
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
1. Keyakinan yang kuat, penerimaan terhadap tujuan organisasi dan nilai
organisasi.
2. Suatu kemauan dan upaya yang amat sangat digunakan atas nama
organisasi.
3. Keinginan yang kuat untuk tetap dalam organisasi.
Dalam hasil penelitiannya Valeria menyatakan adanya hubungan yang
positif antara kedudukan tetap dengan komitmen kerja dan terdapatnya
hubungan negatif antara tingkat pendidikan dengan komitmen kerja (Angle
& Perr,. 1981; Mathieu & Zajac,1990; Streers, 1977) di kutip dari Valeria La
Mastro, 2003:1).
Terdapatnya hubungan positif antara komitmen kerja dengan kehadiran
pegawai tetap. Menurut Allen & Meyer ( 1990 ): Karyawan harus mempunyai
komitmen yang kuat karena itu mereka menginginkan komitmennya secara
terus menerus meningkat dan mereka membutuhkannya dalam bekerja
dengan norma yang kuat dan mereka merasakan harus melakukan hal
tersebut. ( Valeria La-Mastro, 2003:2). Pengaruh komitmen mungkin
mempunyai hubungan positif dengan job performance dan komitmen secara
terus menerus kemungkinan berkorelasi negatif dengan job performance
(Meyer,Paunonen, Gellatly, Goffin & Jackson, 1989)
Pernyataan dibawah ini mempresentasikan kemungkinan perasaan
individu karyawan terhadap perusahaan atau organisasi tempat karyawan
bekerja, indikasikan setuju atau tidak anda terhadap pernyataan berikut
dengan memilih satu dari tujuh alternatif yang ada.
1. Karyawan bersedia melakukan usaha diluar yang diharapkan secara
normal untuk mencapai kesuksesan organisasi.
2. Karyawan menceritakan pada temannya bahwa perusahaan tempat
dia bekerja adalah organisasi yang terhebat.
3. Karyawan hanya sedikit loyal pada organisasi perusahaan tempat dia
bekerja (R).
4. Karyawan menerima hampir semua jenis tugas pekerjaan agar tetap
dapat bekerja di perusahaan ini.
5. Karyawan menyadari bahwa nilainya dan nilai organisasi adalah sama.
6. Karyawan bangga mengatakan bahwa ia adalah bagian dari organisasi
perusahaan.
83
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
7. Karyawan bisa saja bekerja pada organisasi yang sangat berbeda
sepanjang jenis pekerjaannya serupa (R).
8. Organisasi perusahaan ini benar-benar memberikan inspirasi terbaik
dalam kinerja karyawan.
9. Perubahan yang sangat kecil dalam hidupnya menyebabkan ia
meninggalkan organisasi perusahaan ini (R).
10. Karyawan sangat senang karena memilih organisasi perusahaan ini
sebagai tempat kerja.
11. Tidak banyak yang di peroleh karyawan dengan tetap bertahan di
organisasi ini dalam jangka waktu tidak terbatas (R).
12. Karyawan sangat susah untuk sepaham dengan kebijakan organisasi
mengenai hal- penting berkaitan dengan karyawan (R).
13. Karyawan benar-benar peduli dengan nasib organisasi perusahaan ini.
14. Bagi karyawan, organisasi perusahaan ini terbaik sebagai tempat
bekerja.
15. Memutuskan bekerja untuk organisasi perusahaan ini merupakan
kesalahan besar dalam hidupnya (R).
Respons pada setiap nomor diukur pada skala 7 poin dengan poin
skala (1) sangat tidak setuju; (2) tidak setuju; (3) agar tidak setuju; (4) ragu-
ragu; (5) agak setuju; (6) setuju; (7) sangat setuju. “R” menandai frasa negatif
dan nilainya terbalik.
Komitmen organisasi bersifat multidimensi, ada tiga model yang
diajukan oleh Meyer dan Allen ( 1978) . Ketiga dimensi tersebut adalah :
1. Komitmen afektif adalah keterikatan emosional karyawan, identifikasi,
dan keterlibatannya dalam organisasi.
2. Komitmen kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian yang
berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin
karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.
3. Komitmen normatif adalah perasaan wajib untuk tetap berada dalam
organisasi; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara komitmen
organisasi dan hasil / kinerja tinggi, tingkat pergantian karyawan yang rendah,
dan tingkat ketidak hadiran yang rendah, persepsi iklim organisasi sangat
hangat dan mendukung dan menjadi anggota tim yang baik dan siap
84
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
membantu. Hasil penelitian mengemukakan hubungan yang lebih kuat antara
komitmen organisasi dan kinerja bagi karyawan dengan kebutuhan finansial
rendah dibandingkan karyawan dengan kebutuhan finansial tinggi
7.4. Meningkatkan Komitmen Organisasi
Manajemen menghadapi situasi paradoks “di satu sisi, fokus pada
kerja tim, pemberdayaan dan oganisasi yang lebih datar hanya
meningkatkan motivasi diri pada karyawan yang memiliki komitmen, disisi
lain, kondisi lingkungan mengurangi komitmen karyawan.” Dessler
memberikan pedoman khusus untuk meningkatkan komitmen organisasi
pada diri karyawan melalui :
1. Berkomitmen pada nilai utama manusia. Membentuk aturan tertulis,
memperkerjakan manjer yang baik dan tepat, serta mempertahankan
komunikasi.
2. Memperjelas dan mengomunikasikan misi karyawan. Memperjelas
misi dan ideologi, berkarisma, menggunakan praktik perekrutan
berdasarkan nilai, menekankan orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan,
membentuk tradisi.
3. Menjamin keadilan organisasi. Memiliki produser penyampaian
keluhan yang komprehensif, menyediakan komunikasi dua arah yang
ekstensif.
4. Menciptakan rasa komunitas. Membangun homogenitas berdasarkan
nilai, keadilan, menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja
tim, berkumpul bersama.
5. Mendukung perkembangan karyawan. Melakukan aktualisasi,
memberikan pekerjaan menantang pada tahun pertama, memajukan
dan memberdayakan, mempromosikan dari dalam, menyediakan
aktivitas perkembangan, menyediakan keamanan kepada karyawan
tanpa jaminan.
7.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen kerja karyawan
(Dessler,1999):
85
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
(1). Make it charismatic, yaitu menciptakan karismetik lembaga dengan
menghubungkan nilai-nilai dan misi mereka untuk sesuatu hal yang lebih
tinggi .
(2). Build the tradition, yaitu membangun tradisi yang menciptakan suatu
sistem nilai yang mendorong berbagai perilaku yang diinginkan.
(3). Have comprehensive grievance prosedures, yaitu sudahkah seluruh
keluhan diperiksa secara prosedure dan karyawan berhak mendiskusikan
keluhan dengan manajemen tanpa takut akan pembalasan.
(4.) Provide extensive two way communication, yaitu menyediakan komunikasi
dua arah untuk menanamkan perasaan yang dialami dalam bekerja
dengan cara yang adil.
(5). Create a sense of community,
(6). Emphasize barnising,cross-utilation and teamwork,
(7). Share and share alike,
(8). Build value based homogeneity, yaitu memilih karyawan berdasarkan
nilai-nilai yang diinginkan, keunggulan, kemampuan, tanggung jawab
dan pengabdian serta kerja sama.
(9). Get together,yaitu kebersanaan melalui pertemuan-pertemuan kelompok
diadakan perayaan untuk membina kebersamaan.
(10). Support employee development,yaitu organisai perusahaan mendukung
pengembangan karyawan.
(11). Commit to actualizing, keterikatan untuk mewujudkan realisasi.
(12). Provide first year job challenge, yaitu karyawan baru sering memulai
tugasnya dengan pekerjaan yang menantang untuk menguji kemampuan
mereka
(13). Enrich and empower, yaitu karyawan didukung dengan kepercayaan
yang luas darri manajemen serta tanggung jawab mengawasi sendiri
pekerjaannya.
(14). Promote from within, yaitu promosi dari dalam.
(15).Provide developmental activities, yaitu memberikan aktivitas
pengembangan sehingga menimbulkan pengembangan karir dan
pengembangan keterampilan
16). The question of employee security,
(17). Commit to people first value, (18). Put in writing,
19). Hire Right –Kind Manajers. (20). Walk the Talk.
86
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 87
BAB VIIIPERAN MOTIVASI KERJA
Kata motivasi mempunyai pengertian: hasrat, keinginan, harapan, tujuan,
sasaran, kebutuhan, dorongan, motivasi, dan insentif. Istilah motivasi berasal
dari kata Latin movere, yang berarti “bergerak.” Definisi komprehensif motivasi
adalah proses defisiensi fisiologi dan psikologi yang menggerakkan perilaku
atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan insentif. Proses motivasi
bergantung pada pengertian dan hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan
insentif.
8.1. Tiga Elemen Motivasi
Motivasi mencakup tiga elemen yang berinteraksi dan saling tergantung:
1. Kebutuhan. Kebutuhan tercipta saat tidak adanya keseimbangan
fisiologis atau psikologis. Meskipun kebutuhan psikologi mungkin
berdasarkan defisiensi, tapi kadang juga tidak. MisaInva, individu dengan
kebutuhan kuat untuk maju mungkin mempunyai sejarah pencapaian
yang konsisten.
2. Dorongan. Dorongan, atau motif, dua istilah vang sering digunakan secara
bergantian, terbentuk untuk mengurangi kebutuhan. Dorongan fisiologis
dan psikologis adalah tindakan yang berorientasi dari menghasilkan daya
dorong dalam meraih insentif. Contohnya kebutuhan akan makanan dan
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK88
minuman, diterjemahkan sebagai dorongan lapar dan haus, dan
kebutuhan berteman menjadi dorongan untuk berafiliasi.
3. Insentif. Pada akhir siklus motivasi adalah insentif, didefinisikan sebagai
semua yang akan mengurangi sebuah kebutuhan dan dorongan
memperoleh insentif akan cenderung memulihkan keseirnbangan
fisiologis atau psikologis dan akan mengurangi dorongan. Makan, minum,
dan berteman cenderung akan mernulihkan keseimbangan dan
mengurangi dorongan yang ada.
Dimensi dari proses motivasi dasar tersebut akan menjadi titik awal
untuk teori mengenai isi dan proses dari motivasi kerja. Adapun proses
motivasi adalah sebagai berikut: Kebutuhan-Kebutuhan Dorongan
Insentif
8.2. Motif Primer dan Sekunder
Motif Primer
Dua kriteria harus dipenuhi agar motif dapat dimasukkan dalam
klasifikasi primer yaitu: pertama, Motif harus tidak dipelajari, kedua, motif
harus didasarkan secara fisiologis. Motif primer yang dikenal umum adalah
lapar, haus, tidur, menghindari sakit, seks, dan perhatian maternal (ibu).
Motif Sekunder
Sekalipun dorongan umum tampaknya relatif penting daripada dorongan
primer, namun dorongan sekunder adalah yang paling penting. Saat
masyarakat berkembang secara ekonomi dan menjadi lebih kompleks,
dorongan primer, dan dorongan umum yang kurang penting, membuka jalan
bagi dorongan sekunder vang dipelajari untuk memotivasi.
Sebuah motif harus dipelajari agar dapat dimasukkan dalam klasifikasi
sekunder. Berbagai motif manusia yang penting rnemenuhi kriteria tersebut.
Beberapa motif yang penting adalah kekuasaan, pencapaian/prestasi, dan
afiliasi, atau seperti yang urnum digunakan saat ini, n Pow ,n Ach, dan n Aff.
Selain itu, keamanan dan status merupakan motif sekunder yang penting.
8.3. Motif Kekuasaan
Motif kekuasaan dibahas terlebih dahulu karena telah dikenal dan resmi
dipelajari sejak lama. Orang yang mempelopori motif kekuasaan adalah
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 89
psikolog Alfred Adler. Adler mengganti berbagai dorongan masa depan menjadi
superioritas atau kekuasaan.
Untuk menjelaskan kebutuhan kekuasaan kebutuhan untuk
memanipulasi orang lain atau dorongan untuk memimpin orang lain—Adler
mengembangkan konsep kompleks inferioritas dan kompensasi.
Untuk lebih jelas dapat dipaparkan pada tabel dibawah ini :
TABEL 8.1. Kebutuhan Sekunder yang Utama
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK90
Contoh : High Achiever dalam Praktik
High achiever adalah pengusaha yang mengelola bisnisnya sendiri.
Banyak manajer dan pemilik tidak bertahan lebih dari lima tahun, namun
persentase kebernasilannya besar dan mereka terus mengelola
perusahaannya agar tetap berkembang selamanya. Cara kerja pengusaha
tersebut sukses adalah dengan menghindari masalah dan perangkap besar
sebelum membuka usaha baru. Sebelum memulai segalanya, mereka men
gambil langkah untuk memastikan bahwa perusahaan dapat bertahan dalam
dua tahun pertama—periode paling kritis dalam bisnis kecil. Dibawah ini
dikemukakan beberapa strategi yang digunakan untuk sukses yaitu:
1. Memaparkan rencana lima tahun dan memastikan bahwa para pengusaha
punya tujuan yang akan dicapai selama 60 bulan pertama dari
operasional perusahaan. Rencana ini berbentuk forecast untuk aktivitas
triwulan dan tahunan.
2. Mempertimbangkan resiko yang lebih besar sehingga persediann untuk
menunjang aktivitas usaha dapat disiapkan terlebih dahulu.
3. Pelajari segmen pasar yang bakal menciptakan konsumen dan siapkan
barang dan jasa yang akan diluncurkan dan jika permintaan tidak seperti
yang diharapkan maka perluas lokasi yang akan dibidik untuk target
pasar.
4. Mendapatkan sumber dana yang memungkinkan untuk usaha tersebut.
8.4. Motif Afiliasi
Afiliasi memainkan peran yang sangat kompleks, tetapi penting dalam
perilaku manusia. Afiliasi dapat didefinisikan sebagai tingkat di mana orang
mencari persetujuan dari orang lain, menyesuaikan diri dengan harapan
mereka, dan menghindari konflik atau konfrontasi dengan orang lain. Orang
yang memiliki kebutuhan afiliasi tinggi mengekspresikan keinginan terbesar
mereka agar diterima secara sosial oleh orang lain. Kadang-kadang, motif
afiliasi disamakan dengan motif sosial dan atau dinamika kelompok. Seperti
dibahas di sini, motif afiliasi tidaklah seluas yang diimplikasikan oleh definisi
motif sosial atau sekomprehensif dan sekompleks yang diimplikasikan oleh
definisi dinamika kelompok.
Studi Hawthorne, pentingnva motif afiliasi terutama karyawan
perusahaan, kebutulaan sangat kuat untuk masuk dan diterima oleh
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 91
kelompok. Penelitian terbaru terus menunjukkan dampak afiliasi terhadap
motivasi dan hasil kerja, misalnya pergantian karyawan (tumover). Motif afiliasi
merupakan bagian penting dari dinamika kelompok.
8.5. Motif Keamanan
Keamanan merupakan motif yang sangat kuat dalam masyarakat
teknologi yang bergerak cepat ditemukan dalam Amerika modern. Orang
Amerika menjadi tidak aman bukan hanya karena sejumlah peristiwa dunia
vang menakutkan, tetapi juga karena kehidupan sehari-hari mereka, atau
mempertahankan pekerjaan yang bagus. Diindikasikan bahwa penyusutan
tenaga kerja beberapa tahun terakhir dan era pekerja temporer dan kontrak
membuat banyak karyawan di semua level merasa tidak aman dengan
pekerjaan mereka. Sekilas, keamanan tampak jauh lebih sederhana daripada
motif sekunder karena keamanan didasarkan pada ketakutan dan berorientasi
penghindaran. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa orang telah mempelajari
motif keamanan untuk melindungi diri mereka dari kehidupan dan mencoba
menghindari situasi yang akan menghalangi mereka dari kepuasan motif
prirner, umum, dan sekunder.
Kenyataannva, keamanan jauh lebih kompleks daripada yang tampak
di permukaan. Selain motif keamanan yang sederhana dan disadari
sebagaimana telah dideskripsikan, ada juga jenis motif keamanan lain yang
jauh lebih rumit dan sulit diidentifikasi. Motif keamanan yang sederhana dan
disadari dapat diatasi dengan program asuransi, rencana tabungan, dan
benefit lain pada pekerjaan. Perusahaan yang inovatif seperti perusahaan
asuransi Consumers United Group di Washington, D.C. Tidak pernah
memberhentikan karyawan dan mempunyai gaji tahunan minimum yang
dirancang untuk keamanan keluarga dan kehidupan yang layak. Sebaliknya,
motif keamanan yang lebih kompleks dan tidak disadari tidak begitu mudah
dipenuhi, tetapi mungkin punya dampak lebih besar dan kuat terhadapi
manusia. Meskipun motif keamanan sederhana lebih banyak mendapatkan
perhatian, namun peran motif keamanan vang kompleks dan tidak disadari
perlu dipahami.
8.6. Motif Status
Sama halnya dengan keamanan, motif status atau martabat
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK92
berhubungan dengan masyarakat dinamis. Meskipun simbol status dianggap
sebagai produk unik dari masyarakat modern.
Status dapat didefinisikan sebagai ranking relatif yang dimiliki seseorang
dalam sebuah kelompok, atau masyarakat. Dengan definisi ini, setiap dua
orang atau lebih berkumpul, hierarki status akan berkembang, meskipun
sepertinva punya atribut yang sama. Simbol status berusaha untuk hanya
mempresentasikan ranking relatif seseorang dalam hierarki status. Definisi
ini juga memperbaiki kesalah pahaman tentang status vang diartikan
“berstatus tinggi”. Setiap orang punya status, tetapi status itu bisa tinggi
atau rendah, tergantung bagaimana posisi disusun.
Bagaimana posisi status ditentukan? Mengapa seseorang diranking
lebih tinggi atau Iehih rendah? dalam analisis akhir, penentuan status
tergantung pada nilai kebudayaan dan peranan sosial vang berlaku. Faktor
penentuan status secara umum punya arti yang sangat berbeda, tergantung
nilai budaya tertentu. Contoh dari dampak nilai budaya pada status adalah
kualitas pribadi seseorang. Dalam berapa budaya, orang yang lebih tua punya
status lebih tinggi. Akan tetapi, dalam budaya lain, orang yang mencapai
usia tertentu akan berkurang statusnva. Perlu diingat bahwa nilai kebudayaan
sangat mudah hilang dan berubah seiring waktu dan keadaan. Juga terdapat
sumberdava dalam naasyarakat tertentu yang mungkin punya nilai yang
berbeda dari sebagian besar nilai masyarakat yang berlaku.
8.7. Motif Intrinsik versus Ekstrinsik
Motif bukan hanya dihasilkan oleh kebutuhan seperti yang dibahas
sejauh ini, tetapi juga oleh dua kumpulan sumber yang terpisah tapi
berhubungan. Sumber tersebut adalah motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif
ekstrinsik bersifat nyata dan dapat dilihat orang lain.
Di tempat kerja, motivator ekstrinsik rnencakup gaji, benefit, dan
promosi. Motif ekstrinsik juga mencakup dorongan untuk menghindari
hukuman, seperti berhenti atau dipindahkan. Dalam setiap situasi, individu
eksternal mendistribusikan hal tersebut. Selanjutnva, penghargaan ekstrinsik
didasarkan pada kontingensi, yaitu bahwa motivator ekstrinsik tergantung
pada kinerja yang dikembangkan atau kinerja yang superior bagi orang lain
di tempat kerja yang sama. Motivator ekstrinsik perlu menarik orang ke dalam
organisasi dan membuat mereka terus bekerja. Motivator tersebut juga sering
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 93
digunakan untuk menginspirasi pekerja untuk mencapai level lebih tinggi
atau mencapai tujuan baru, dan sebagai timbal balik tambahan adalah kinerja
yang meningkat. Akan tetapi, motivator ekstrinsik tidak menjelaskan setiap
usaha termotivasi yang dibuat oleh karyawan perseorangan.
Motif ekstrinsik dihasilkan secara internal. Dengan kata lain, motif
tersebut merupakan motivator di mana orang berhubungan dengan tugas
atau pekerjaan itu sendiri. Penghargaan intrinsik mencakup perasaan
tanggung jawab, pencapaian, prestasi yaitu sesuatu yang dipelajari dari
pengalaman, perasaan tertantang atau kompetitif, atau bahwa sesuatu
merupakan tugas atau tujuan yang berhubungan. Melakukan pekerjaan yang
berarti/bernakna ada kaitannva dengan motif intrinsik. Seperti dinyatakan
oleh Manz dan Neck, “Sekalipun tugas membuat kita merasa lebih kompeten
dan lebih mengontrol diri, kita masih kesulitan waktu untuk menikmati dan
termotivasi oleh pekerjaan tersebut karena kita tidak yakin pekerjaan itu
cukup berharga. Kebanyakan dari kita menginginkan tujuan dan arti.
Yang penting untuk diingat adalah dua jenis motivator tersebut tidak
berbeda satu sama lain. Banyak motivator mempunyai komponen intrinsik
dan ekstrinsik. MisaInya, orang yang memenangkan kontes penjualan
menerima hadiah, yang merupakan motivator ekstrinsik. Akan tetapi, pada
saat bersamaan, “kemenangan” dalam situasi kompetitif mungkin rnenjadi
rnotivasi yang lebih kuat secara intemal.
Teori evolusi kognitif menyarankan hubungan yang lebih kompleks,
vang memperlengkapi penjelasan mengenai motif intrinsik dan ekstrinsik.
Teori ini menyatakan bahwa tugas mungkin mernotivasi secara intrinsik, tetapi
jika motivator ekstrinsik berhubungan dengan tugas, maka tingkat motivasi
aktual mungkin menurun. Ambilah contoh dunia film di mana seorang aktor
sering berjuang keras selama bertahun-tahun untuk dilibatkan dalam sebuah
film. Motif intrinsik dari acting sudah cukup untuk menginspirasi artis yang
ingin tenar. Akan tetapi, begitu aktor itu menjadi bintang, motivator ektrinsik
dari uang dan kemewahan, menurut teori evaluasi kognitif akan menvebabkan
individu mengurangi usahanya. Dengan kata lain, menurut teori tersebut,
motivator ekstrinsik sebenarnya dapat merusak motif intrinsik. Ada beberapa
penelitian yang mendukung teori tersebut. Yaitu bukti penelitian bahwa
penghargaan ekstrinsik bisa jadi tidak mengurangi motif intrinsik. Dan untuk
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK94
tugas yang menarik dan menantang, penghargaan ekstrinsik dapat
meningkatkan level motif intrinsik.
Berbagai hasil penelitian yang berlawanan memberikan pemahaman
lebih terhadap hal tersebut, terutama ketika konsep motif ekstrinsik negatif
dimasukkan: bahwa ancaman, tenggang waktu, instruksi, tekanan, dan tujuan
yang ada dapat menjadi faktor kunci yang mengurangi motif intrinsik. Sebagai
contoh, perhatikan perbedaan antara menulis buku untuk kesenangan dan
menulis buku yang harus diselesaikan dengan tenggang waktu tertentu agar
memperoleh honor. Ada rangkaian kritik terhadap teori evaluasi kognitif, yakni
bahwa teori tersebut dibangun pada studi dengan menggunakan mahasiswa
sebagai subjek, bukan karyawan di tempat kerja. Kritik lainnya adalah
menurunnya motivasi intrinsik relatif kecil jika ada penghargaan ekstrinsik.
8.8. Pendekatan Motivasi Kerja
Motivasi dijelaskan sebagai proses psikologi dasar yang mencakup
motif primer, umum, dan sekunder; dorongan seperti motif n Pow, n Aff, dan
n Ach; dan motivator intrinsik dan ekstrinsik,. ketiga motif dasar tersebut
harus dipahami. Namun ia hanya berfungsi sebagai latar belakang dan dasar
untuk pendekatan motivasi kerja yang lebih relevan.
Gambar 8.1 merangkum berbagai aliran teoritis dalam motivasi kerja.
Gambar ini menunjukkan tiga pendekatan utama. Teori kepuasan (content)
yang diperkenalkan pada pergantian abad 20, saat pelopor manajer ilmiah
seperti Frederick W. Taylor, Frank Gilberth, dan Henry L. Gantt
memperkenalkan model insentif upah untuk memotivasi para pekerja.
Kemudian muncul gerakan hubungan manusia, dan teori kepuasan dari
Maslow, Herzberg, dan Alderfer. Setelah gerakan kepuasan muncul teori
proses. Berdasarkan konsep kognitif harapan, teori proses paling
berhubungan dengan karya Victor Vroom, Lvman Porter, dan Ed Lawler, Teori
ekuitas dan keadilan organisasi/prosedur banyak dibahas dalarn teori motivasi
kerja.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 95
Gambar 8.1 Teori Motivasi
Sumber : Fred Luthan. 2005.
Teori kepuasan dan proses telah menjelaskan motivasi kerja, dan
penelitian terhadap teori ekuitas dan keadilan organisasi terus dilakukan,
tetapi tidak ada teori yang secara menyeluruh disepakati.
8.9. Teori Kepuasan Motivasi Kerja
Teori kepuasan motivasi kerja menentukan apa yang memotivasi
karyawan dalam bekerja. Teori kepuasan berfokus pada identifikasi kebutuhan
dan dorongan pada diri seseorang dan bagaimana kebutuhan dan dorongan
tersebut diprioritaskan. Karyawan menitik beratkan jenis insentif atau tujuan
yang berusaha untuk dicapai oleh karyawan untuk dipuaskan dan terlaksana
dengan baik. Teori kepuasan mengacu pada “statis” karena teori tersebut
berhubungan hanya pada satu atau beberapa hal dalam waktu tertentu, baik
masa lalu maupun sekarang. Oleh karena itu, teori itu tidak perlu memprediksi
motivasi atau perilaku kerja, tetapi memahami apa yang memotivasi karyawan
dalam bekerja.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK96
Uang dianggap sebagai satu-satunya insentif (manajemen ilmiah) dan
insentif mencakup kondisi kerja, keamanan dan mungkin gaya pengawasan
demokratis (hubungan manusia). Secara berurutan, kepuasan motivasi
dianggap sebagai kebutuhan atau motivasi dengan tingkat yang lebih tinggi.
Penghargaan dan aktualitas diri (Maslow), tanggung jawab, penghargaan,
prestasi, dan kemajuan (Hersberg); dan pertumbuhan serta perkembangan
personal (Alderfer). Teori kepuasan memberi kontribusi pada pemahaman
dan menghasilkan beberapa aplikasi teknik motivasi
8.10. Hierarki Kebutuhan Maslow
Teori. Abraham Maslow, Teori motivasi. dari psikologi humanistic dan
pengalaman klinisnya, berpendapat bahwa kebutuhan motivasi seseorang
dapat disusun secara berjenjang (hierarki). Asumsinya jika satu jenjang
kebutuhan dipenuhi, maka tidak menimbulkan motivasi kerja lagi. Dan
motivasi muncul untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi berikutnya.
Maslow mengidentifikasi lima tingkatan dalam hierarki kebutuhan (lihat
Gambar 8.2). secara singkat, hal tersebut adalah:
1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan tingkat paling dasar dalam
hierarki ini yang memotivasi untuk dipenuhi. Dan merupakan kebutuhan
primer yang harus dipenuhi. Kebutuhan lapar, haus, tidur, dan seks
merupakan beberapa contoh. Menurut teori, jika kebutuhan dasar
terpuaskan, mereka tidak lagi berfungsi memotivasi. Bila karyawan
telah terpenuhi kebutuhan primernya maka ia tidak akan berjuang untuk
mendapatkannya. Dan muncul kebutuhan yang lebih tinggi lagi untuk
memotivasi kerja .
2. Kebutuhan akan rasa aman. Tingkat kebutuhan yang kedua ini
merupakan kebutuhan akan rasa keamanan. Maslow menekankan
keamanan emosi dan fisik. Keseluruhan organism mungkin menjadi
mekanisme yang mencari keamanan. Sama halnya dengan kebutuhan
fisiologis, jika kebutuhan keamanan terpuaskan, mereka tidak akan
bersifat memotivasi lagi.
3. Kebutuhan akan rasa memiliki (belongingness) atau social. Didalam
organisasi perusahaan terdapat rasa saling memiliki dan menghargai
diantara sesame para karyawan dan kondisi ini menciptakan motivasi
kerja yang kuat.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 97
4. Kebutuhan penghargaan,Tingkat penghargaan mewakili kebutuhan
manusia yang lebih tinggi kebutuhannya akan kekuasaan, dan status
dapat dianggap sebagai bagian dari tingkat ini. Maslow secara cermat
menunjukkan bahwa tingkat penghargaan mencakup penghargaan diri
dan penghargaan pada orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri. Tingkat ini adalah puncak semua kebutuhan
manusia yang rendah, sedang, dan lebih tinggi. Orang yang telah
memiliki aktualisasi diri adalah orang yang terpenuhi dan menyadari
semua potensinya. Aktualisasi diri dekat hubungannya dengan konsep
diri, aktualisasi diri merupakan motivasi seseorang untuk mengubah
persepsi diri ke dalam realita kerja.
GAMBAR 8.2. Hierarki Kebutuhan Maslow
Maslow tidak bermaksud teori hierarki kebutuhannya diterapkan dalam
memotivasi kerja karyawan. Pada kenyataannya, dia tidak mempelajari aspek
yang memotivasi manusia dalam organisasi sampai sekitar 20 tahun lalu
saat dia mengajukan teorinya. Akhirya Douglas McGregor dalam bukunya,
The Human Side of Enterprise, memopulerkan teori Maslow dalam buku
manajemen. Hierarki kebutuhan punya dampak yang besar terhadap
pendekatan manajemen modern dan perannya pada motivasi kerja.
Teori hierarki kebutuhan Maslow dapat diubah menjadi model kepuasan
motivasi kerja yang ditunjukkan pada Gambar 8.3. Penilaian Maslow diterapkan
dalam contoh organisasi kebutuhan pribadi pada tingkat yang lebih rendah
umumnya terpuaskan (85 persen kebutuhan dasar penghargaan dan 70 persen
kebutuhan keamanan), tetapi hanya 50 persen kebutuhan sosial, 40 persen
kebutuhan penghargaan,dan 10 persen aktualisasi diri yang akan terpenuhi.
Model kepuasan yang ditunjukkan Gambar 8.3 dan persentase yang
diperkirakan Maslow, dapat diterapkan pada motivasi karyawan dalam suatu
organisasi. Perusahaan dalam aktifitasnya mencapai tujuan perusahaan dan
tujuan individual karyawan.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK98
Penemuan Maslow bukan merupakan jawaban akhir dalam motivasi
kerja. Namun teori tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap
manajemen agar menyadari bahwa terdapat kebutuhan yang berbeda-beda
terhadap karyawan dalam pekerjaan yang berbeda-beda juga. Seperti
disimpulkan dalam sebuah analisis komprehensif. Tampaknya ide umum
dibalik teori Maslow mendapat dukungan.
Yang dititik beratkan disini adalah fakta bahwa karyawan ditempat
kerja punya motivasi yang berbeda, beberapa diantaranya punya motivasi
tingkat tinggi. Seperti kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri
merupakan hal penting dalam mencapai kepuasan dan motivasi kerja. Akan
tetapi penilaian dengan jelas menunjukkan bahwa pemberhentian sementara
dan pemecatan (misalnya, mengurangi tenaga kerja) dapat mengurangi
perhatian karyawan terhadap kebutuhan tingkat dasar. Organisasi yang
berusaha mengurangi rasa takut dan respon emosional yang kuat lainnya
selama kejadian tersebut melalui program uang pesangon dan layanan
pencarian kerja mungkin dapat mengurangi dampak pemecatan dan
pemberhentikan terutama untuk orang yang masih ada diperusahaan.
8.11. Teori Motivasi Dua Faktor dari Herzberg
Herzberg memperluas karya Maslow dan mengembangkan teori
kepuasan dari motivasi kerja. Dia melakukan studi motivasional pada sekitar
200 akuntan dan insiyur yang diperkerjakan oleh perusahaan di Pittsburgh,
Pennsylvania. Pengumpulan data untuk analisis dilakukan dengan
menggunakan metode kejadian kritis. Ada 2 pertanyaan dasar sebagai subjek
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 99
professional dalam studi ini yaitu: (1) Kapan karyawan merasa dapat bekerja
dengan baik dan apa yang membuat karyawan merasa senang dalam
melaksanakan aktivitas kerja.; dan (2) Kapan karyawan merasa bekerja
dengan buruk dan apa yang membuat karyawan merasa tidak tertarik dalam
aktivitas kerja?.
Respons yang diperoleh dari metode kejadian kritis ini menarik dan
cukup konsisten. Perasaan nyaman umumnya berhubungan dengan
pengalaman kerja dan kepuasan kerja. Contohnya adalah penyelia
pembukuan yang merasa nyaman karena ia diberi tugas menginstal peralatan
computer baru. Dia bangga akan pekerjaannya dan puas mengetahui bahwa
peralatan baru membuat perbedaan besar dalam fungsi departemennya.
Sebaliknya perasaan tidak senang umumnya berhubungan dengan aspek
disekitar pekerjaan seperti suasana pekerjaan. Sebagai contoh insinyur
yang pekerjaan utamanya menjaga dan mengelola kantor secara rutin saat
pimpinannya pergi dan dia merasakan frustasi dengan suasana pekerjaan
seperti itu dan dia merasa seperti pembantu dalam pekerjaan yang tidak
berkembang dan bukan merupakan tugas pokoknya dan tidak mempunyai
wewenang.
Herzberg, mentabulasikan perasaan senang dan tidak senang terhadap
pekerjaan dan menyimpulkan bahwa karyawan yang puas dalam
pekerjaannya berhubungan dengan kepuasan kerja dan bahwa karyawan
yang tidak puas dengan pekerjaannya berhubungan dengan suasana kerja.
Herzberg menamai karyawan yang puas dengan motivator, dan karyawan
yang tidak puas dengan faktor higienis. Istilah higienis merupakan bidang
kesehatan, faktor-faktor yang bersifat mencegah; dalam teori Herzberg, faktor
higienis adalah karyawan yang terhalang kepuasannya. Motivasi dan faktor
higienis sebagai teori motivasi dua faktor dari Herzberg.
8.12. Hubungan dengan Hierarki Kebutuhan Maslow
Teori Herzberg berhubungan dekat dengan hierarki kebutuhan Maslow.
Faktor higienis bersifat pencegah dan berhubungan dengan lingkungan
alamiah (lihat Tabel 8.2), dan faktor tersebut ekuivalen dengan kebutuhan
tingkat rendah Maslow (lihat Gambar 8.5). faktor higienis mencegah ketidak
puasan kerja karyawan, namun tidak menyebabkan kepuasan kerja terhadap
karyawan. Akibatnya faktor tersebut menaikkan motivasi sampai pada tingkat
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK100
nol teoritis dan sebagai “landasan” untuk mencegah ketidak puasan kerja
dan bertindak sebagai titik awal untuk memotivasi kerja karyawan. Faktor
higienis tidak dapat memotivasi dengan sendirinya. Menurut Herzberg, hanya
motivator yang memotivasi karyawan dalam pekerjaan. Memotivator ekuivalen
dengan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi dari Maslow. Menurut teori
Herzberg, individu karyawan harus memiliki pekerjaan dengan kepuasan yang
menentang agar benar-benar termotivasi dalam melaksanakan aktivitas kerja.
Tabel 8.2. Teori Dua-Faktor Herzberg
GAMBAR 8.5. Hubungan antara Teori ERG Alderfer, Hierarki Lima.
Tingkat Maslow dan Teori Dua Faktor Herzberg
Sumber : Fred Luthan (2005)
Dari poin-poin diatas maka diangkat hubungan antara teori –teori
motivasi yang dipaparkan pada gambar 8.5. dibawah ini
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 101
8.13. Kontribusi Terhadap Motivasi Kerja
Teori dua-faktor Herzberg memberikan pandangan baru mengenai
kepuasan motivasi kerja. Manajemen umumnya berkonsentrasi pada faktor
higienis. Jika membicarakan masalah semangat kerja karyawan, solusi
umumnya adalah gaji yang lebih tinggi, benefit dan kondisi kerja yang lebih
baik. Akan tetapi, seperti telah dijelaskan solusi sederhana tidak benar-
benar berhasil. Manajemen sering bingung karena mereka membayar gaji
dan upah yang tinggi, mempunyai paket benefit yang menarik, dan
menyediakan kondisi kerja yang baik, tetapi karyawan mereka masih tidak
termotivasi. Teori Herzberg menawarkan penjelasan atas masalah tersebut.
Dengan hanya berkonsentrasi pada faktor higienis, manajemen tidak benar-
benar dapat memotivasi karyawannya.
Mungkin terdapat sangat sedikit karyawan atau rekan kerja yang tidak
merasa bahwa mereka pantas mendapatkan kenaikan yang mereka peroleh.
Sebaliknya ada banyak karyawan dan manajer yang tidak puas dan merasa
tidak memperoleh kenaikan yang pantas. Pengamatan sederhana
menunjukkan bahwa faktor higienis tampaknya penting untuk mencegah
ketidak puasan, tetapi tidak menyebabkan kepuasan kerja karyawan.
Herzberg yang pertama kali mengatakan bahwa faktor higienis benar-benar
diperlukan untuk mempertahankan sumber daya manusia organisasi. Akan
tetapi, seperti menurut Maslow, sekali “perut penuh” dengan faktor higienis
yang merupakan kasus dalam organisasi paling modern dan karyawan tetap
tidak akan termotivasi walaupun disodorkan didepan mereka. Menurut teori
Herzberg, hanya pekerjaan menantang yang punya kesempatan untuk
prestasi/pencapaian penghargaan, tanggung jawab, kemajuan dan
pertumbuhan yang akan memotivasi karyawan.
8.14. Analisa Kritis Teori Herzberg
Teori dua faktor Herzberg tetap merupakan penjelasan motivasi kerja
yang sangat popular dan masuk akal bagi para praktisi, tetapi dari perspektif
akademis, teori tersebut terlalu menyederhanakan kompleksitas motivasi
kerja. Ketika para peneliti menyimpang dari metodologi kejadian kritis yang
digunakan Herzberg, mereka tidak memperoleh dua faktor tersebut. Namun,
timbul pertanyaan yang berkaitan dengan sampel yang digunakan oleh
Herzberg. Apakah karyawan akan memperoleh hasil dari pekerjaan dengan
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK102
kompleksitas rendah seperti sopir truk dan pekerja pabrik atau pesuruh yang
memiliki shift kerja tiga kali lebih banyak. Sepertinya faktor higienis dan
kepuasan kerja karyawan pada dasarnya berbeda yaitu pada saat kelompok-
kelompok kerja diperbandingkan. Hasil penelitian mencakup umur sampel
dan faktor lain yang tidak konstan atau dibawah kontrol. Dalam setting
internasional, pekerja yang lebih tua di Israeli kibbutz lebih menyukai
pekerjaan dengan kondisi fisik dan kenyamanan yang lebih baik. Karyawan
hotel Caribbean menyatakan tertarik pada gaji, kondisi kerja dan penghargaan
kerja sebagai motivator utama. Penemuan tersebut menyatakan bahwa
sampel dengan latar belakang berbeda akan mempengaruhi preferensi
motivator dan faktor higienis.
Jadi faktor-faktor pekerjaanlah seperti gaji yang menyebabkan
kepuasan dan ketidak puasan kerja karyawan. Sebagai contoh, gaji dapat
tidak memuaskan karyawan jika cukup tinggi, tetapi juga memuaskan
karyawan sebagai bentuk prestasi/pencapaian kinerja dan penghargaan atas
kinerja. Penemuan ini mengindikasikan bahwa interprestasi yang kuat dari
teori dua-faktor tidak menjamin terciptanya motivasi kerja karyawan tersebut.
Selain keterbatasan diatas, maka beberapa orang mempertanyakan
kontribusi Herzberg pada teori motivasi kerja. Herzberg juga fokus pada
pentingnya faktor kepuasan kerja dalam motivasi kerja, yang sebelumnya tidak
diperhitungkan dan dianggap remeh. Akan tetapi suasana dapat dibuat lebih
sesuai dengan orang yang bekerja. Misalnya, banyak bisnis Internet tidak pernah
secara langsung berinteraksi dengan pelanggan sehingga pakaian, penampilan
dan ruang kerja dapat bersifat informal dan dirancang menurut pilihan pribadi
8.15. Teori ERG Alderfer
Perluasan lebih lanjut dari Herzberg tentang teori kepuasan kerja dari
motivasi kerja Maslow dilakukan oleh Clayton Alderfer dan merumuskan
model kategori kebutuhan yang lebih sejalan dengan bukti empiris yang
sudah ada. Seperti Maslow dan Herzberg, menyatakan ada nilai dalam
mengkategorikan kebutuhan dan terdapat perbedaan mandasar antara
kebutuhan dengan urutan rendah dan kebutuhan dengan urutan lebih tinggi.
Alderfer mengidentifikasi terdapat tiga kelompok kebutuhan yaitu
pertama, eksistensi (existence), kedua, hubungan (relatedness), Ketiga,
perkembangan (growth), yang kemudian disebut teori ERG.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 103
Kebutuhan eksistensi berhubungan dengan kelangsungan hidup
karyawan (kesejahteraan fisiologis). Kebutuhan hubungan menekankan
pentingnya hubungan sosial karyawan atau hubungan antar pribadi karyawan.
Kebutuhan perkembangan berhubungan dengan keinginan intrinsik individu
karyawan terhadap perkembangan pribadinya. Gambar 8.5 menunjukkan
bagaimana kelompok kebutuhan karyawan tersebut berhubungan dengan
kategori Maslow dan Herzberg. Jelas semuanya berkaitan erat, tetapi
kebutuhan ERG tidak memiliki garis pemisah yang tegas.
Alderfer menekankan kebutuhan pada yang berkelanjutan daripada
kebutuhan utama dengan tingkat hierarkis atau two faktor. Berbeda dengan
pendapat Maslow dan Herzberg. Alderfer tidak berpendapat bahwa kebutuhan
tingkat rendah harus dipenuhi sebelum kebutuhan akan motivasi kerja pada
tingkat lebih tinggi, bukanlah satu-satunya cara untuk mengaktifkan
kebutuhan. Umpamanya, menurut teori ERG latar belakang orang atau
lingkungan budaya mungkin menyatakan bahwa kebutuhan akan hubungan
lebih diutamakan melebihi kebutuhan hidup yang belum terpenuhi, dan bahwa
semakin terpuaskan kebutuhan perkembangan, semakin meningkat juga
intensitas kebutuhan tersebut. Teori hierarki Maslow menyatakan sebuah
proses yang disebut progresi-kepuasan, karyawan yang naik ke hierarki lebih
tinggi setelah kebutuhnan yang lebih rendah terpenuhi secara rutin.
Pendekatan Alderfer menambahkan istilah regresi-frustrasi. Saat kebutuhan
perkembangan yang berada diurutan lebih tinggi ditekan atau tidak terpenuhi
karena berbagai penyebab, maka ia kembali ke kebutuhan kepuasan keurutan
lebih rendah dan lebih merasakan kebutuhan tersebut. Umpamanya hal ini
terjadi saat orang tidak dapat menaiki tangga perusahaan dan terjebak dalam
pekerjaan yang biasa saja. Menurut terori ERG Alderfer, individu akan
menekankan hubungan sosial pada pekerjaan maupun di luar pekerjaan dan
menjadi lebih terpikat dengan gaji dan benefit karena factor hubungan social
tersebut.
Teori ERG melibatkan beberapa poin penting dari teori kepuasan
sebelumnya (hiererki kebutuhan dan dua faktor). Fakta menyatakan bahwa
teori kepuasan secara umum kurang menjelaskan kompleksitas motivasi
kerja, tetapi menunjukkan pentingnya memenuhi kebutuhan kepuasan
tertentu dari karyawan, yang berupa upah financial yang cukup sehingga
pekerjaan dapat untuk asuransi kesehatan dan rencana pension
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK104
menentramkan hati karyawan dan berkaitan dengan aspek hidup lainnya.
Saat ini meningkatnya penggunaan tim kerja dan kelompok kerja dapat
memperluas sosialisasi pada pekerjaan misalnya program hari “kasual”.
Akhirnya semua teori kepuasan menegaskan para manajer untuk berbagi
tanggung jawab dan memperdayakan karyawan, selain memberikan
mengarahan manajer untuk prestasi karyawan.
8.16. Teori Proses dari Motivasi Kerja
Model kepuasan berusaha mengidentifikasi apa yang memotivasi
karyawan dalam pekerjaannya misalnya aktualisasi diri, tanggung jawab
dan perkembangan. Model tersebut berusaha menentukan hubungan perilaku
yang termotivasi. Sebaliknya teori proses lebih fokus pada anteseden-
anteseden kognitif yang membahas motivasi atau usaha. Dan fokus pada
cara anteseden tersebut berhubungan antara satu dengan lainnya. Seperti
ditunjukkan Gambar 8.2, pada teori kognitif, harapan memberi kontribusi
signifikan untuk memahami kompleknya proses motivasi kerja karyawan
8.17. Teori Harapan Vroom
Teori Harapan berakar dari konsep kognitif dari psikolog pelopor Kurt
Lewin dan Edward Tolman, seperti ditunjukan pada Gambar 8.2 dan dari
konsep perilaku pilihan dan utilitas dari teori ekonomi klasik. Yang
merumuskan pertama kali teori harapan ditujukan untuk memotivasi kerja
karyawan adalah Victor Vroom. Vroom menyatakan teori harapan sebagai
alternative untuk model kepuasan kerja. Ia menilai tidak ada penjelasan yang
memadai terhadap proses motivasi kerja yang kompleks.
Gambar 8.6 secara singkat merangkum model Vroom, model dibentuk
disekitar konsep valensi, instrumentalis, dan harapan dan umumnya disebut
teori VIE.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 105
GAMBAR 8.6. Teori Harapan Vroom tentang Motivasi Kerja atau VIE
Sumber : Fred Luthan (2005).
8.18. Pengertian Valensi
Arti valensi bagi Vroom adalah kekuatan preferensi individu untuk hasil
akhir Istilah lain yang digunakan adalah nilai, sikap dan utilitas yang
diharapkan. Agar valensi menjadi positif, karyawan harus lebih menyukai
memperoleh hasil daripada tidak memperoleh hasil sama sekali. Valensi nol
jika individu mengabaikan hasil; valensi negatif saat individu lebih suka tidak
memperoleh hasil daripada memperoleh hasil. Input utama dalam valensi
adalah instrument dari hasil level pertama untuk memperoleh hasil level kedua
yang diinginkan. Umpamanya karyawan akan termotivasi terhadap kinerja
superior karena keinginan untuk dapat dipromosikan. Kinerja superior (hasil
level pertama) dinilai sebagai instrument untuk memperoleh promosi (hasil
level kedua).
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK106
BAB. IXKINERJA KARYAWAN
(JOB PERFORMANCE)
9.1. Pengertian Kinerja.
Deal kennedy (1982 ) di kutip dari Ritchie “organizational Culture Model
“ ,dikatakan budaya organsasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja
karyawan. Kesuksesan kinerja akan menimbulkan rasa percaya diri,
penghargaan dan kemanjuran sendiri. Yang akhirnya akan meningkatkan
lebih tinggi kinerja dalam Ritchie ,(Mc Carty: 1986 ).
Kinerja menurut Bernqadin et al, di kutip dari Gomes (2000: 135)”
Catatan outcome yang dhasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan tertentu
akan kegiatan selama periode waktu tertentu”. Hasil penelitian menyatakan
adanya hubungan antara job satisfaction dengan job performance ( Al-
badayaneh et al ).
“ The principles of equity and equality also are fundamental to the
discussion of individual performance standard. Individual performance
standard are embedded in many institutional measures of quality”.
(Creamer:2000).
Prinsip equity an equality merupakan suatu yang fundamental dalam
mencapai performance indvidual standard. Pengukuran Standar indvidual
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 107
performance dilakukan pada lembaga-lembaga dengan mengukur kualitasnya
(Creamer:2000).
Kinerja merupakan kemampuan dalam menjalankan tugas dan
pencapaian standar keberhasilan yang ditentukan oleh instansi kepada
karyawan sesuai dengan job yang diberikan kepada masing-masing
karyawan.( Kartini kartono,1992:32).
Kinerja menurut Muhammad agus tulus (1995: 125) merupakan keadaan
atau semangat yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam mengerjakan
pekerjaanya. Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa
knerja merupakan suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dilihat dari kualitas dan
kuantitasnya serta efektifitasnya (berdasarkan hasil penelitian).
Demikian juga halnya dengan tenaga kesehatan pada puskesmas
dimana Kinerja tenaga kesehatan yang baik akan dapat menunjang kinerja
puskesmas sehingga penilaian kinerja terhadap tenaga kesehatan sangat
penting bagi pimpinan antara lain yaitu:
(1) Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang diperlukan untuk
promosi, demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa
menunjang.
(2) Mengukur sejauh mana tenaga medis dapat sukses dalam pekerjaanya
(3) Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan dalam
Puskesmas.
(4) Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan, keefektifan jadwal
kerja, struktur organisasi, kondisi kerja dan peralatan kerja.
(5) Sebagai alat pendorong atau membiasakan para pimpinan untuk
mengobservasi perilaku para bawahan supaya dapat mengetahui minat
dan kebutuhan bawahannya.dalam meningkatkan kinerja tenaga
kesehatan.
9.2. Beberapa Hal yang Diperhatikan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kinerja karyawan
pada pusat kesehatan masyarakat di Provinsi Riau yaitu :
(1) Disiplin kerja, dalam melaksanakan kegiatan di Puskesmas sangat
diperlukan keteraturan pelaksanaan tugas dan fungsi untuk setiap bagian
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK108
atau untuk setiap personil dengan memperhatikan disiplin waktu yang
harus ditaati.
(2) Tenaga kerja yang terampil / skill dalam hal peningkatan kualitas dan
kuantitas pelayanan jasa kesehatan seoptimalnya sehingga pekerjaan
yang dilaksanakan tenaga kesehatan sesuai dengan yang diharapkan
puskesmas dan pasien/masyarakat.
(3) Fasilitas kerja atau peralatan medis, pengunaan peralatan kerja yang
baik yang serba otomatis akan dapat memberikan hasil yang efektif
dan efisien.
(4) Pembiayaan merupakan faktor penting dalam mewujudkan sasaran
kesehatan pasien, biaya kesehatan dan pelaksanaan kegiatan sangat
menentukan dalam pemberian hasil pekerjaan (Moekiyat, 1995:139).
9.3. Manfaat Pengukuran Kinerja Tenaga Kesehatan
Manfaat dari pengukuran kinerja tenaga kesehatan adalah:
(a) Peningkatan prestasi kerja, dimana pimpinan maupun karyawan
kesehatan akan memperoleh umpan balik dan kesempatan mereka
untuk memperbaiki pekerjaanya.
(b) Kesempatan kerja tenaga kesehatan yang adil ,karena akan diperoleh
kesempatan untuk penempati posisi pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya.
(c) Kebutuhan akan pendidikan bagi tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dibawah standar kerja (Efendi,2002: 194).
Hasil penelitian Tommy Joesoef (2001) terdapat pengaruh positif antara
kemampuan tenaga kesehatan dan motivasi kerja tenaga kesehatan tersebut
terhadap kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit.
Tiga jenis kriteria kinerja :
(1) Kriteria penilaian yang berfokus pada karakteristik pribadi tenaga
kesehatan, loyalitas, keandalan, kemampuan komunikasi dan
keterampilan memimpin.
(2) Kriteria berdasarkan prilaku berfokus bagaimana pekerjaan dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan tersebut.
3) Kriteria berdasarkan hasil yang berfokus pada apa yang telah dicapai
(Schuler et al.,1996: 11).
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 109
9.4. Pengukuran Kinerja Karyawan
Ada beberapa unsur yang dipergunakan dalam mengukur kinerja
karyawan/ tenaga medis :
(1) Kecakapan dalam bekerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif
(2) Ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan
(3) Kemampuan dalam mengambil keputusan dalam keadaan-keadaan
tertentu.
(4) Intensif terhadap kemampuan tenaga kesehatan dalam meciptakan hal-
hal baru dalam mensukseskan pekerjaanya.
(5) Disiplin dalam mematuhi peraturan yang ada dalam mengerjakan
pekerjaan sesuai dengan instruksi
(6) Bertanggung jawab atas pekerjaan dan hasil kerja
(7) Kemampuan bekerjasama dengan rekan sekerja.
(8) Kesetiaan dalam pekerjaan dan jabatan.
(9) Kejujuran dalam pelaksanaan tugas.
(10)Kepemimpinan, kemampuan karyawan / tenaga medis dalam memimpin
dan memotivasi pekerja.
Keputusan MENPAN No 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa pimpinan
penyelengara pelayanan publik wajib secara berkala mengadakan evaluasi
terhadap kinerja penyelengara pelayanan di lingkungan secara berkelanjutan
dan hasilnya secara berkala dilaporkan pada pimpinan tertinggi penyelengara
pelayanan (Ratminto, 2005:30).
9.5. Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Karyawan
Menurut beberapa ahli terdapat berbagai pendapat tentang hubungan
job satisfaction dengan performance atau sebaliknya. Namun beberapa
pendapat ahli lebih berpihak pada hubungan job satisfaction dengan
performance individual, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Human Relation Theory : dikemukakan oleh penelitian
Hawthorne ( 1920an-permulaan 1930). Khususnya masyarakat
menganggap hubungan yang dikemukakan dalam human relation dimana
job satisfaction berhubungan positif dengan job performance. Dalam
kenyataanya human relation mencoba mengambarkan peningkatan
produktifitas disebabkan pemenuhan terhadap kepuasan karyawan.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Job satisfaction mempunyai hubungan moderat dengan job
performance didukung oleh Bray Field dan Crockett (1955).
3. Theory Organ ( 1977), berpendapat bahwa job satisfaction
menyebabkan job performance menurut organ theory perubahan sosial
dapat digunakan sebagai asumsi bahwa satisfaction menyebabkan
performance. Organ membantah performance menjadi bentuk pandangan
yang timbal balik yang tepat adalah perubahan satisfaction terhadap
pekerjaan yang diberikan karyawan ( Diah M.Al-Badayneh et al., 2004;
4 ).
Ketiga teori diatas dibantah oleh beberapa ahli yang menyatakan bahwa
Kinerja karyawan membawa pengaruh / berhubungan dengan kepuasan kerja
karyawan ini dikemukankan oleh :
1). Petty , Mc Gee & Cavender (1984 ) melalui empirical Studies dengan
mengunakan Job Discription Index Scale.
2). Vroom’s 1964 ), Dalam jurnal Applied Psychology, Organizational
Behaviour and Human Performance and Personal.
3). Lowler & Porter ( 1967) hasil penelitian di 5 organisasi ,mereka
berpendapat bahwa hubungan antara performance dan job satisfaction.
Demikian juga dengan Schwab & Cumings,(1970) serta Vroom ( 1964)
Hubungan antara perilaku dan sikap dapat dilihat dari kinerja karyawan
dalam kepuasan kerjanya (Fisher 1980) dikutip fari MC Guine (1968).
9.6. Hubungan Kinerja – Kepuasan Kerja.
Hubungan antara kinerja dan kepuasan kerja adalah moderat dalam
hal ini dikemukakan oleh beberapa pendapat ahli.
(1) Hasil penelitian; Petty, MC Gee & Cavender (1984 ), Schwab and
Cuming (1970). Menurut Lawler and Porter (1967) Performance
menciptakan reward dan reward menciptakan kepuasan.
(2). Satisfaction menciptakan performance.
Pendekatan human relation theori, dikemukakan :
a). Penelitian Hawthorne tahun 1920-an sampai permulaan permulaan
1930 yang berpendapat bahwa hubungan antara performance dan
satisfaction ( Schwab & Cummings,1970. Vroom, 1964 dikemukakan
sebagai berikut : khususnya masyarakat menganggap hubungan
110
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
human relation dimana job satisfaction berhubungan positif dengan
job performance. Dalam kenyataanya human relation mengambarkan
peningkatan produktivitas oleh pemenuhan terhadap kepuasan
karyawan2.
b). Satisfaction menyebabkan performance didukung oleh Brayfield &
Crockett, 1955, dan Vroom, 1964.
3). Theory Organ ( 1977), menggemukakan bahwa satisfaction
menyebabkan performance. teori perubahan sosial dapat digunakan
sebagai asumsi bahwa satisfaction menyebabkan pergformance,. Organ
membantah bahwa performance / produktivitas menjadi pandangan yang
berbentuk timbal balik yang tepat.
Dukungan organisasi mempunyai hubungan yang positif terhadap
pekerjaan yang ada dan job performance ( Eisenberger etal,1986; Eisenberger
, Fasolo, & Davis – La Mastro 1990 ), kecendrungan membantu kerja sama,
memberikan saran yang berguna untuk kemajuan organisasi dan
memepengaruhi komitmen organisasi. (Valeria La Mastro , 2003)
9.7. Kepuasan Kerja, Komitmen Kerja dan Kinerja Karyawan
Banyak teori yang menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan, akan
terlihat dari hasil kerja karyawan begiti juga dengan komitmen kerja karyawan
akan sangat membawa pengaruh terhadap hasil kerja karyawan ( Stephen
Robbins ). Ketiga faktor ini tentunya sangat membawa pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja manajemen. ini dibuktikan dengan beberapa
penelitian empiris antara lain yang dilakukan oleh Michael Richi (2000 ) dan
al-Badayneh et al., (2000) yang menyatakan terdapat hubungan yang moderat
antar kepuasan kerja perawat dengan kinerja pada rumah sakit di Jordania
dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rumah sakit pemerintah
dan swasta.
111
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK112
BAB XBUDAYA ORGANISASI
Budaya Organisasi pertama kali diluncurkan untuk dipelajari
dikemukakan oleh Hamons (1950) yang mengemukakan norma-norma yang
disusun dalam group untuk penetapan hari kerja yang adil dan pembayaran
yang adil.
Goffman (1959 & 1967) mengemukakan budaya organisasi sebagai
pengambaran sifat, perilaku beraturan dalam berinteraksi dengan masyarakat
yang didukung oleh Van Maanen (1979).
Schein (1968 & 1978) mengemukakan budaya organisasi sebagai
peraturan yang mengikat pendatang baru supaya dapat diterima oleh umum,
didukung oleh Van Maanen ( 1976,1979b) ; Ritti and Funkhouser (1982).
Budaya organisasi oleh Tagiuri and Litwin (1968) yaitu perasaan dan
suasana dimana karyawan berhubungan dengan konsumen atau outsider.
Ouchi (1981) mengemukakan budaya organisasi sebagai philosophy
petunjuk sebuah kebijakan organisasi terhadap karyawan dan ataupun
konsumen, pernyataan ini didukung oleh Pascale and Athos (1981).
Deal dan Kennedy (1982) mengartikan budaya organisasi sebagai nilai
yang dominan yang didukung oleh organisasi ( Schein, 1991; 6).
Pada awal tahun 1980-an Edgar.H. Schein seorang Psikolog sosial
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 113
mengembangkan apa yang telah menjadi satu teori yaitu budaya organisasi.
Budaya sebuah organisasi berasal dari kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan
cara umum melakukan segala sesuatu di sebuah organisasi yang berlaku
sekarang.
Para pendiri menetapkan kebudayaan awal dengan memproyeksikan
suatu gambaran bagaimana organisasi itu nantinya. Ukuran kecil dari
sebagian besar organisasi baru juga menolong para pendiri untuk
menanamkan visi mereka dalam setiap anggota organisasi tersebut.
Budaya organisasi disimpulkan sebagai “ruh” organisasi karena disana
bersemayam filosofi, misi dan visi organisasi yang akan menjadi kekuatan
penting untuk berkompetisi. Banyak peneliti organisasi mengatakan bahwa
budaya organisasional menjadi salah satu kekuatan organisasi yang paling
sulit ditiru oleh kompetitor karena terkait dengan proses interaksi dan proses
waktu.
Istilah budaya organisasi dipopulerkan setelah di publikasikan oleh
Peters & Waterman 1982 dalam “ In Search of Exelent” . Istilah budaya
secara teori digunakan dalam antropoligy sosial dan telah digunakan pertama
kali sebagai suatu cara untuk mengambarkan kualitas kelompok manusia
dari satu generasi kegenerasi berikutnya ( R.Maull, 2001: 2 ).
10.1. Pengertian Budaya Organisasi
Pada tingkat organisasional, budaya merupakan seperangkat asumsi-
asumsi, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang dimiliki para
anggota kelompok organisasi yang membentuk dan mempengaruhi sikap
dan perilaku kelompok yang bersangkutan (Schein, 1986 : Hofstede, 1980:
Sackman,1992: Meschi & Roger, 1995 ) di kutip dari Tjahjono (2003: 5 ).
Setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda. Masing-masing
memiliki filosofi yang prinsip bisnis, cara pemecahan permasalahan dan
pengambilan keputusan sendiri, serta memiliki keyakinan, perilaku dan pola
pemikiran, praktek bisnis dan kepribadian sendiri. Keyakinan dan praktek
yang ada dalam budaya suatu organisasi bisa berasal dari satu orang,
kelompok kerja, departemen, atau devisi yang berpengaruh.
Beberapa komponen budaya sering terkait dengan pendiri atau pemimpin
awal yang menyampaikan kultur tersebut sebagai filosofi, suatu rangkaian
prinsip dimana organisasi harus mematuhi kebijakan. Kekuatan Budaya ini
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK114
dalam waktu yang lama digunakan bersama oleh pimpinan dan bawahan,
dan bertahan dengan mendorong karyawan baru untuk mengunakan dan
mengikuti nilai dan praktek yang telah dijalankan (Thompson , 1998).
Edgar H. Shein di kutip dari Organizational Culture and Leadership (
1992, 12 ) mendefenisikan “ Culture of the group can now be defined as a
patern of shared basic assumptions that the group learened as it solved its
problems of external adaptation and internal integration, that as worked well
enough to be considered valid and, therefore, to be taught to news members
as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems”.
Artinya budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar
yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu
dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi
masalah-masalah yang timbul sebagai akibat adaptasi eksternal dan integrasi
internal yang sudah berjalan cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada
anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan
dan merasakan berkenaan dengan masalah masalah tersebut.
Jhon P. Kotter dan James L. Hesket di kutip dari Corporate Culture
and Performance (1992,4) : mendefenisikan culture : “ The totality of socially
transmitted behaviour pattern, arts, beliefs, institutions, and all other products
of human work and thought characteristics of a community or population “.
Organizational culture permeates organizational life in such a way as
to influence every aspect of the organization (Saffold, 1988) dikutip dari
Michael Ritchie (2000;1).
Kotter dan Hesket ( 1992), Sackman (1992), Hofstede(1994), Maschi
dan roger (1995) dikutip dari Kurnianto (2003,10), mengatakan bahwa budaya
organisasi merupakan seperangkat asumsi-asumsi keyakinan-keyakinan,
nilai-nilai dan persepsi-persepsi yang dimiliki para anggota kelompok dalam
suatu organisasi yang membentuk dan mempengaruhi sikap dan perilaku
kelompok tersebut.
Budaya organisasi dimanifestasikan pada praktek-praktek
organisasional yang membedakan antar satu kelompok dengan kelompok
organisasional lainnya ( Kotter & Heskett,1992 ).
Stoner et.al., (1995) mengatakan budaya organisasional sebagai suatu
cognitive framework yang meliputi sikap, nilai-nilai norma perilaku dan
harapan-harapan yang disumbangkan anggota organisasi.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 115
Kreitner dan Kinicky (1995) menambahkan bahwa budaya organisasi
berperan sebagai perekat sosial ( Social glue ) yang mengikat semua anggota
organisasisecara bersama-sama.
Luthan (1998) berpendapat budaya organisasi merupakan norma-norma
dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi.
Sifat-sifat yang dimiliki budaya organisasional secara mendasar
dikemukakan Hofstede ( 1991 ) meliputi :
(1). Menyeluruh dan menjangkau dimensi waktu yang panjang.
(2). Ditentukan atau Mencerminkan catatan historis perusahaan (historically
determined).
(3). Berhubungan dengan sesuatu yang bersifat ritual dan simbolik.
(4). Dihasilkan dan dipertahankan oleh kelompok-kelompok yang secara
bersama-sama membentuk organisasi ( social constructed).
(5). Halus.
(6). Sukar berubah ( Hard To Change).
Smircich (1983 ) menunjukan 4 fungsi penting budaya organisasional
yaitu :
1). Memberikan suatu identitas organisasional kepada para anggota
organisasi,
2). Memfasilitasi atau memudahkan komitmen kolektif;
3). Meningkatkan stabilitas sistem sosial;
4). Membentuk perilaku dengan membantu anggota organisasi memilih
sense terhadap sekitarnya.
Hofstede membagi budaya organisasional kedalam 6 dimensi
praktek :
1). Process oriented vs. Result oriented
2). Employee-Oriented vs. job-oriented
3). Parochial vs. Professional
4). Open system vs. Closed System
5). Loose Control vs. Tight Control
6). Normative vs.Pragmatic.
Budaya dapat dikatakan sebagai pemecahan stabil terhadap masalah
dan pola asumsi khusus yang merupakan pemecahan utama yang mendorong
kelompok memperlihatkan karakter khususnya. Meskipun budaya bisa dilihat
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
pada pola perilaku, namun budaya tidak dapat dicampur adukan dengan
pola perilaku tersebut. Budaya tidak terlihat tapi berwujud ( Schein, 1991).
Budaya organisasi akan mempengaruhi para manajer dalam mengambil
keputusan-keputusannya dalam aktifitas perusahaan baik yang berhubungan
dengan planning, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan atau
pengawasan. Budaya organisasi mempunyai dampak terhadap perilaku
tenaga kerja, budaya organisasi yang kuat akan mengurangi labor turn over
karyawan ( Schein,1991).
Ada kesepakatan yang luas bahwa budaya organisasi mengaju kesuatu
sistem, makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi itu dengan organisasi lainnya.
Sistem makna bersama ini jika diamati dengan lebih seksama
merupakan seperangkat karakteristik yang dihargai oleh organisasi tersebut
( Robbinns, 1996 ).
Beberapa penulis dan peneliti sebelumnya ( Schein,1991, Chatman &
Jehn 1994, Luthas 1995), mengunakan budaya organisasi untuk menjelaskan
budaya dalam organisasi publik maupun bisnis.
William M.Mercer ( dalam Dessler 1996) merumuskan budaya organisasi
sebagai “ suatu ekspresi kombinasi pengaruh dan keyakinan dasar organisasi
, nilai-nilai, harapan dan pola tindakan tertentu “.
Schein ( 1991) memberikan batasan terhadap budaya organisasi, yang
menyatakan “ budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar, diciptakan,
diketahui atau dikembangkan oleh suatu kelompok untuk mengatasi masalah
adaptasi eksternal dan integrasi internal, dan dianggap perlu untuk diajarkan
kepada para anggota baru sebagai sebagai cara yang benar dalam
memandang, berfikir, dan berperasaan mengenai masalah yang dihadapi”.
Budaya organisasi mengaju kepada pandangan hidup dalam suatu
organisasi.
Menurut Tichy ( 1982) dikutip dari Michael Ritchie organizational culture
has been defined as the “ normative glue” that holds an organization together.
Culture ia the set of characteristic that discribe an organization and
distingquishit from others ( Forehand et al ,1964 ).
Budaya organisasi sebagai norma yang melekat sebagai pegangan
kebersamaan organisasi.
116
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Schein (1991: Defines culture as value and behaviors that are believed
to lead to succcess and are thus taught to new members.
Defenisi budaya sebagai nilai dan perilaku yang dipercaya untuk
memimpin dengan sukses dan untuk anggota baru.
Central to the culture definition is the idea that culture must be learned
and shared (Titiev,1959).
Budaya Organisasi mencerminkan sistem nilai organisasi . Ia
mencerminkan sikap perusahaan terhadap konsumen, pemasok, pesaing,
lingkungan dan karyawannya (Schuler, 1997 ).
Michael Ritche ( 2000 ) mengemukakan hasil penelitiannya yang menguji
variabel accurate information, simple schema dan organization Reward yang
mempengaruh internalization dan pengaruh budaya organisasi itu sendiri
terhadap job satisfaction, job commitment dan konerja individual .
Budaya organisasi menembus kehidupan organisasi dalam berbagai
aspek organisasi (Saffold, 1988), beberapa pendapat mengatakan bahwa
komunikasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap budaya baik untuk
anggota organisasi maupun pihak-pihak diluar perusahaan.( Peter &
Waterman,1982; Rodgers,1969) (dalam Michael Ritchie,2000).
Budaya organisasi membawa efek terhadap outcome seperti
produktivitas, performance commitment, kepercayaan diri dan perilaku etika
( Deal & Kennedy,1982; Denison, 1984; Ouchi, 1981; Posner, Kouzes &
Schmidt, 1985 ;Pritchard & Karasick,1973; Sathe, 1985.) dikutip dari Michael
Ritche.
Forehand and Von Gilmer ( 1964 ) mengatakan budaya merupakan
satu set karakteristik yang mengambarkan suatu organisasi dan
membedakannya dengan organisasi lainnya.
10.2. Karakteristik Primer Budaya Organisasi
Budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dari
organisasi-organisasi lainnya. Sistem magna bersama ini bila diamati lebih
seksama merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh
organisasi itu.
Hasil riset mengemukakan tujuh karakteristik primer berikut yang
bersama-sama, menangkap hakikat dari budaya suatu organisasi menurut
117
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
J.A. Chatman dan K.A. John (1994). dikutip dalam Tunggal Widjaya 2002,1)
dan Robbin (1996 : 289) yaitu:
1. Inovasi dan pengambilan resiko, Sejauh mana para karyawan didorong
untuk inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian kerincian. Sejauh mana para karyawan diharapkan
memperlihatkan presisi ( kecermatan ), analisis, dan perhatian kepada
rincian.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokuskan pada hasil
bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil
itu.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan
efek hasil-hasil pada orang-orang didalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-
tim, bukannya individu-individu.
6. Keagresifan. Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan
bukannya santai-santai.
7. Kemantapan. Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Masing-masing ciri ini dalam sebuah kontinuum dari rendah sampai
tinggi. Oleh karena itu dengan menilai organisasi tersebut dari ketujuh dimensi
ini orang akan mendapatkan suatu gambaran majemuk tentang budaya
organisasi tersebut. Masing-masing ciri tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
118
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Gambar 10.1. Dimensi- Dimensi Budaya Organisasi.
Sumber: Amin Wijaya Tunggal, 2002
10.3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Budaya Organisasi
Ada tiga faktor lain yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi
yakni, ( Wijaya Tunggal, 2002):
1. Karakteristik Sosial Masyarakat
Karakteristik sosial masyarakat dimana perusahaan beroperasi
merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi pembentukan budaya
organisasi. Karakteristik sosial masyarakat Jepang umpamanya,
mempengaruhi pembentukan budaya perusahaan Jepang yang pada akhirnya
mempengaruhi pembentukan gaya manajemennya yang berbeda dengan
119
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
budaya di perusahaan Amerika Serikat dan Eropah. Karena karakteristik
masyarakat Jepang berbeda dibandingkan dengan karakteristik masyarakat
AS dan Eropah.
Kultur Amerika Serikat yang lebih menghargai kemampuan dan
pencapaian prestasi individual ketimbang senoiritas, kolektivitas dan
pencapaian konsensus yang terdapat dalam budaya perusahaan Jepang
yang berakar dari budaya masyarakatnya.
2. Tipe Masyarakat Bisnis
Tipe masyarakat bisnis juga mempengaruhi pembentukan budaya
organisasi. Perilaku perusahaan yang hidup ditengah masyarakat bisnisnya
sedikit banyak dipengaruhi karakteristik industri dan masyarakat bisnisnya.
Semakin homogen suatu masyarakat bisnis semakin besar pengaruhnya
terhadap pembentukan budaya organisasi.
3. Kapabilitas dan Kemampuan Kendali Perusahaan
Pembentukan budaya organisasi juga di pengaruhi oleh sejarah berdiri
dan berkembangnya perusahaan tersebut.
Para pendiri perusahaan misalnya memiliki peran penting dalam
meletakan pondasi perusahaan dengan menanamkan visi dan nilai-nilai serta
norma-norma yang harus diikuti oleh para pekerja agar mereka mampu
menjalankan dan memacu kegiatan usaha mereka dengan penuh gairah
sebagaimana yang diharapkan oleh para pendirinya.
Para eksekutif senior juga turut berperan dalam pembentukan budaya
perusahaan melalui pemilihan dan penyusunan sistem dan struktur
administrasi perusahaan yang baku dan menurut mereka paling tepat untuk
diimplementasikan di dalam mengarahkan dan mengendalikan jalannya
perusahaan.
Selain itu sistem reward dan punishment yang mereka terapkan juga
turut memberikan kontribusi dalam pembentukan budaya perusahaan mereka.
Semua sistem dan struktur ini pada akhirnya mempengaruhi pembentukan
kapabilitas dan daya kendali perusahaan.
Semakin tinggi kapabilitas dan daya kendali perusahaan, budaya
internal cendrung akan semakin koheren. Budaya yang koheran ini secara
langsung maupun tidak langsung turut memberikan kontribusi bagi
120
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
terbentuknya daya saing yang tinggi dan khas di medan persaingan bisnis.
Nilai-nilai yang dianut para senior eksekutif sebenarnya juga turut
berpengaruh pada pembentukan budaya. Nilai –nilai yang beragam ini akan
menghasilkan budaya perusahaan yang bersifat warna-warni, tidak khas dan
tidak koheren. Seberapa jauh pengaruh pribadi senior eksekutif, amatlah
bergantung pada seberapa lama eksekutif tersebut telah bekerja
diperusahaan.
Selain itu pengaruh dirinya juga dibatasi oleh kekuatan sistem dan
struktur yang berjalan. Semakin kuat dan mapan peran sistem dan struktur
yang berjalan, maka akan semakin kecil pengaruh pribadi senior eksekutif
dalam pembentukan budaya perusahaan.
Kuat lemahnya budaya sebuah organisasi tergantung pada faktor-faktor
seperti ukuran organisasi, lama organisasi berdiri berapa besar labor turn
over dan intensitas asal mulanya budaya tersebut.
Budaya organisasi yang kuat berarti nilai-nilai kunci dalam organisasi
dipegang teguh dan diikuti secara luas serta mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap karyawan dan keterlibatan karyawan dalam
perusahaan lebih besar sehingga berdampak meningkatkan kinerja lebih
tinggi. Sebaliknya ciri budaya organisasi lemah maka budaya kurang
mempengaruhi manajer.
Ivancevich et al., (1997;460) mendefenisikan budaya organisasi sebagai
suatu situasi kerja yang memungkinkan semua karyawan dapat
melaksanakan semua pekerjaan dengan cara yang terbaik dan dapat
melakukannya. Dapat memberikan kontribusi yang besar dalam
meningkatkan kualitas pelayanan bila organisasi memiliki budaya organisasi
yang bertype integrative sebagai mana yang dimaksud oleh Collins dan Mc
Laughlin (1996) di kutip dari Sethia dan Grinow dan birokrat-birokrat yang
ada dalam organisasi itu telah mengadopsi 6 semangat kewirahusahaan
sebagaimana yang dikemukakan Osborne dan Gaebler (1993:14) yaitu ;
antara lain:
1). Menyuntikan persaingan kedalam pemberian pelayanan.
2) Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi ketimbang peraturan.
3) Lebih berorientasi pada hasil bukan input.
4). Berorientasi kepada pelanggan bukan birokrasi.
5). Menciptakan Desentralisasi .
121
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
6). Berorientasi pada pasar.
10.4. Type Budaya Organisasi
Ada 4 type budaya organisasi dapat dipaparkan gambar sebagai berikut
:
122
Gambar 10.2
Sethia dan Glinow dikutip dari Ratminto (2005,138) membedakan 4
macam budaya organisasi :
1). Apathetic Culture yaitu perhatian anggota organisasi terhadap hubungan
antar manusia maupun perhatian terhadap kinerja pelaksanaan tugas
dua-duanya rendah.
2). Caring Culture yaitu rendahnya perhatian terhadap kinerja namun
perhatian terhadap hubungan antar manusia tinggi. Penghargaan lebih
didasarkan atas kepaduan tim dan harmoni dan bukan atas kinerja
pelaksanaan tugas.
3). Exating Culture yaitu perhatian terhadap hubungan manusia rendah tetapi
perhatian terhadap kinerja tinggi. Secara ekonomis penghargaan sangat
memuaskan tetapi hukuman atas kegagalan yang dilakukan juga sangat
berat sehingga tingkat keamanan pekerjaan menjadi sangat rendah.
4). Integrative Cukture yaitu perhatian terhadap hubungan dan kinerja tinggi.
10.5. Tingkatan Budaya.
Menurut Schein budaya ada dalam tiga tingkatan yaitu Artifact, nilai-
nilai yang didukung (espoused values) dan asumsi yang mendasari
(underlying assumptions). Untuk itu dipaparkan sebagai pada gambar sebagai
berikut:
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Gambar 10.3. Levels of Culture and Their Interaction
Artifact, Schein melihat budaya sebagai “ bawang” yang terdiri atas
lapisan-lapisan. lapisan pertama atau kulit luar disebut artifact.
Pada lapisan ini karakteristik budaya organisasional adalah semua
struktur dan proses organisasional yang tampak. Pada lapiasan ini akan
terlihat keunikan antar budaya pada berbagai organisasi. Artifact termasuk
produk, jasa dan tingkah laku anggota kelompok.
Kategori artifac meliputi objek-objek fisik yang digunakan oleh anggota-
anggota suatu budaya manisfestasi verbal yang dilihat dalam tulisan dan
bahasa lisan, ritual, upacara,dan manisfestasi perilaku lainnya.
123
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Anggota satu budaya dapat atau tidak dapat mengetahui artifak
budayanya sendiri, tetapi artifak itu sendiri dapat secara langsung diamati
oleh siapa saja.
Lapisan kedua Schein menyebutkan atau tingkat kedua yaitu espoused
values ,para anggota organisasi mempertanyakan “ apa yang seharusnya
dapat mereka berikan kepada organisasi “. Pada lapisan ini tuntutan strategi,
tujuan dan filosofi pemimpin organisasi adalah untuk bertimdak dan
berperilaku.
Menurut Schein, espoused values dapat ditelusuri kepada para
pembentuk organisasi terdahulu ( founders of the cultures) Para pendatang
baru dalam organisasi dapat belajar dari espoused values ini dan mempelajari
maknanya dalam konteks organisasi.
Lapisan terakhir adalah lapisan yang disebut basic underlying
assumptions, Lapisan ini berisi sejumlah keyakinan, yaitu bahwa para
anggota organisasi mendapat jaminan (take for granted ) bahwa mereka
diterima baik untuk melakukan sesuatu secara benar dengan cara yang
tepat. Asumsi-asumsi dasar tersebut mempengaruhi perasaan, pemikiran,
persepsi, kepercayaan dan fikiran bawah sadar para anggota organisasi.
Menurut Schein, kepercayaan dan asumsi membentuk inti budaya suatu
organisasi. Asumsi mempresentasikan apa yang dipercaya anggota-anggota
sebagai realitas dan mempengaruhi apa yang mereka fikirkan dan rasakan.
Asumsi dianggap sebagai sesuatu yang benar. Asumsi ada diluar
kesadaran biasa dan kebanyakan tidak dapat dimasuki dan dipercaya sebagai
kenyataan dan umumnya tidak terbuka untuk dibahas.
Kebenaran yang tidak diragukan ini menembus setiap aspek kehidupan
budaya dan mewarnai semua bentuk pengalaman yang disentuhnya.
10.6. Pengelompokan Asumsi Schein,
Schein menyatakan bahwa asumsi-asumsi inti yang memecahkan isu-
isu inti menemukan jalan kebanyak aspek pengorganisasian. Sehingga Schein
mengelompokannya menjadi 2 kategori yaitu :
1. Adaptasi eksternal seperti misi dan struktur, tujuan, alat, dan sistem
control.
2. Integrasi internal, seperti bahasa yang sama, definisi batas kelompok,
hadiah dan sanksi, status dan hubungan kekuasaan.
124
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Dari batasan-batasan diatas maka dapat dikatakan bahwa budaya
organisasi adalah kerangka kerja yang menjadi pedoman tingkah laku sehari-
hari, membuat keputusan untuk karyawan dan mengarahkan tindakan mereka
untuk mencapai tujuan organisasi.
Kotter dan Heskett mengatakan perubahan pada tingkat pertama yaitu
dalam pola tingkah laku dan gaya dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan perubahan dalam keyakinan yang lebih dalam dipegang.
Schema dapat dipaparkan pada gambar sebagai berikut :
125
Gambar 10. 4. Dua Tingkat Budaya Dari Kotter dan Heskett
Hasil penelitian Harvard menunjukan bahwa budaya mempunyai dampak
yang kuat- dan semakin besar terhadap prestasi kerja organisasi . penelitian
ini mempunyai 4 kesimpulan yaitu :
1. Budaya perusahaan dapat mempunyai dampak signifikan prestasi kerja
ekonomi perusahaan.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Budaya perusahaan bahkan munkin merupakan faktor yang lebih penting
dalam menentukan sukses atau gagalnya perusahaan dalam dekade
mendatang.
3. Budaya perusahaan yang menghambat prestasi keuangan yang kokoh
dalam jangka panjang adalah tidak jarang. Budaya itu berkembang
dengan mudah bahkan dalam perusahaan yang penuh dengan orang
yang bijaksana dan pandai.
4. Walaupun sulit untuk diubah, budaya perusahaan dapat dibuat untuk
lebih meningkatkan prestasi.
10.7. Budaya Perusahaan yang Dapat dan Tidak Dapat Disesuaikan
Kotter dan Heskett menemukan bahwa beberapa budaya perusahaan
baik untuk mengadaptasi perubahan dan melestarikan prestasi organisasi,
sementara yang lain tidak. Mereka membedakan antara budaya perusahaan
“adaptif” dan” tidak adaptif, dan mereka menentukan nilai-nilai inti dan tingkah
laku umum dalam setiap jenis budaya . Ringkasannya dapat dipaparkan
sebagai berikut :
126
Gambar 10.5. Budaya Perusahaan Yang Dapat Disesuaikan
dan Tidak Dapat Disesuaikan.
Sumber: John .P. Kotter dan James.L Heskett, dalam Amin wijaya Tunggal
2002.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Schein memberikan beberapa asumsi dasar yang membentuk budaya
organisasi. Asumsi dasar ini dapat dipergunakan sebagai alat untuk menilai
budaya suatu organisasi. Asumsi menunjukan apa yang dipercaya oleh
anggota sebagai kenyataan dan akan mempengaruhi apa yang mereka
pahami, pikirkan dan rasakan ( Hatch,1997 ).
Dimensi dan budaya organisasi pada tingkat asumsi dan believe dari
teori Schein adalan sebagai berikut :
1. Hubungan Dengan Lingkungan
Aspek ini mengamati asumsi yang lebih mendasar tentang hubungan
manusia dengan alam dan lingkungan . Dapat di nilai dengan bagaimana
anggota-anggota kunci organisasi memandang hubungan tersebut.
Terdapat 3 dimensi dari aspek ini , yaitu :
a. Bagaimana mereka memandang peran organisasi dalam masyarakat
yang mana hal ini dapat dilihat melalui jenis produk yang dihasilkan
atau cara pelayanan yang diberikan , atau dimana pasar utamanya,
atau segmentasi pelanggan yang dibidik.
b. Apa pandangan mereka terhadap lingkungan yang relevan dengan
organisasi, Apakah lingkungan ekonomi, politik, teknologi, sosial budaya
atau lainnya.
c. Bagaimana pandangan mereka tentang posisi organisasi terhadap
lingkungannya, apakah organisasi mendominasi, atau didominasi oleh
, atau seimbang dengan lingkungan tersebut.
2. Hakekat kegiatan manusia
Aspek ini menyangkut pandangan semua anggota organisasi tentang
hal-hal apa yang perlu dikerjakan oleh manusia atas dasar asumsi mengenai
realitas, lingkungan dan sifat manusia diatas, apakah ia harus aktif, pasif,
pengembangan pribadi atau lainnya. Apa yang dimaksud dengan kerja dan
apakah yang dimaksud dengan bermain. Dimensi utama dan aspek ini adalah
sikap mental manusia terhadap lingkungan, yaitu apakah proaktif, reaktif
ataukah harmoni.
3. Hakekat Realitas dan Kebenaran
Aspek ini menyangkut pandangan anggota-anggota organisasi tentang
kaidah linguistik dan keprilakuan yang menetapkan mana yang riil dan mana
127
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
yang tidak. Mana yang fakta, bagaimana kebenaran akhirnya ditentukan,
dan apakah kebenaran di ungkapkan atau ditemukan.
Terdapat 4 kriteria dimensi yaitu :
a. Realitas fisik yang menyangkut persoalan kinerja objektif atas fakta.
b. Realitas sosial yang mempersoalkan konsensus atas opini, kebiasaan
norma dan prinsip.
c. Realitas subjektif yang mempersoalkan pengalaman subjektif atas
pendapat, kecendrungan dan cita rasa pribadi.
d. Kriteria kebenaran yang berarti bagaimana kebenaran itu seharusnya
ditentukan, apakah oleh tradisi, norma, moral atau agama, pendapat
orang bijak atau yang berwenang, proses hukum, revolusi konflik, uji
coba atau pengujian ilmiah.
4. Hakekat Waktu
Aspek ini berkaitan dengan pandangan anggota organisasi tentang
orientasi dasar waktu. Pada aspek ini terdapat 3 dimensi yaitu :
a. Arahan fokus yang menyangkut masa lalu, kini dan masa yang akan
datang.
b. Apakah ukuran waktu yag relevan yang berlaku dalam organisasi tersebut
mempergunakan satuan detik, menit, jam, dan seterusnya.
5. Hakekat Sifat Manusia
Aspek ini menyangkut pandangan segenap organisasi tentang apa yang
dimaksud dengan manusia dan apa yang atribut yang dianggap intrisik atau
puncak. Aspek ini mempunyai 2 dimensi yaitu :
a. Tentang sifat dasar manusia ,yaitu apakah sifat manusia pada dasarnya
bersifat baik, buruk atau netral.
b. Mengenai perubahan sifat tersebut,yaitu apakah sifat manusia itu tetap
( tidak dapat berubah ) ataukah dapat berubah dan disempurnakan.
6. Hakekat Hubungan Antar Manusia
Aspek ini menyangkut pandangan manusia tentang apa yang dipandang
sebagai cara yang benar bagi manusia untuk saling berhubungan, untuk
mendistribusikan kekuasaan atau cinta. Apakah hidup ini kooperatif atau
kompetitif, individualistik, kolaboratif kelompok atau komunal. Pada aspek
128
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
ini terdapat 2 dimensi yaitu :
a. Struktur hubungan manusiawi yang memiliki alternatif kolateralitas atau
individualitas.
b. Struktur hubungan organisasi yang mempunyai variasi otokrasi,
paternalisme, konsultasi, partisipasi, delegasi, kolegalitas.
7. Homogencity vs Diversity
Aspek ini menyangkut apakah kelompok yang baik itu berada dalam
kondisi homogen atau berbeda, dan apakah individu dalam kelompok didukung
untuk berinovasi ataukah harus menyesuaikan diri.
Dari 7 dimensi asumsi dasar diatas maka jawabannya akan mengarah
kepada beberapa aspek dalam organisasi , yang terbagi dalam 2 kategori
(Schein dalam Hatch, 1997 ). Yaitu :
1. Adaptasi eksternal, meliputi misi dan strategi, tujuan, sistem arti dan
pengawasan.
2. integrasi internal, meliputi bahasa umum ,defenisi kelompok, reward
dan hukuman , status dan hubungan kekuasaan.
Berdasarkan kategori diatas hal yang penting dari asums dan beliefs
ini adalah pengaruhnya kepada norma dan artifak. Yang dapat dirumuskan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 10.1. Schein External Adaption vs Internal Integration Tasks
129
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
10.8. Fungsi Dan Pembentukan Budaya Organisasi
a. Fungsi budaya menurut Robbins ( 1996 ) adalah :
1. Menetapkan batas antara organisasi, yang berarti bahwa budaya
menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasi dengan
organisasi lainya.
2. Budaya dapat menjadi identitas bagi para anggota-anggota
organisasi.
3. Budaya dapat mempermudah timbulnya komitmen bersama terhadap
sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar mengutamakan
kepentingan pribadi.
4. Budaya dapat meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya
merupakan alat pemersatu bagi seluruh aspek organisasi dan
perusahaan.
5. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali
yang memandu dan membentuk sikap dan prilaku para karyawan
Disamping peranan fungsi budaya organisasi yang dipaparkan diatas
maka dapat dilihat aspek budaya yang potensial yang bersifat disfungsional,
terutama budaya yang kuat pada keefektifan suatu organisasi.
Robbin ( 1996 ) mengemukakan potensi disfungsional budaya organisasi
/ perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Budaya sebagai penghalang terhadap perubahan. Budaya akan menjadi
beban bagi perusahaan jika nilai-nilai bersama yang selama ini dianut
secara luas tidak sesuai kagi dengan jika diterapkan pada suatu kondisi
baru dimana perusahaan harus menyesuaikan diri demi terciptanya
efektifitas perusahaan
b. Budaya sebagai penghalang keanekaragaman, budaya yang kuat akan
merupakan beban jika budaya tersebut secara efektif dapat
menjingkirkan kekuatan-kekuatan unik yang dibawa oleh orang-orang
dengan latar belakang yang berlainan ke dalam organisasi. Dilema
terjadi di dalam organisasi, di satu sisi manajemen menginginkan semua
karyawan dapat menerima dan menerapkan budaya organisasi. Tetapi
disisi lain manajemen juga menginginkan dan mendukung adanya
perbedaan-perbedaan yang dibawa oleh para karyawan ke dalam
organisasi tersebut.
130
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
c. Budaya sebagai penghalang terhadap merger dan akuisisi. Berbagai
perusahaan mengalami pengaruh lingkungan internal maupun eksternal
perusahaan yang memaksanya melakukan merger atau akuisisi dengan
tujuan untuk meningkatkan synergi. Apapun bentuk pengabungannya
sudah pasti mempertemukan budaya yang berbeda. Kesuksesan
pengabungan aktivitas usaha tersebut sangat tergantung pada
kesesuaian antara budaya yang dipertemukan. Jadi kesesuaian budaya
merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pengabungan usaha.
Schein ( 1991 ) menyatakan bahwa dalam beradaptasi dengan
lingkungan eksternal dan mempertahankan kelangsungan hidupnya, serta
melakukan integrasi internal, budaya melakukan fungsi yaitu : Adaptasi
eksternal yang berupa misi, tujuan, cara, ukuran, dan koreksi. Sedangkan
fungsi Integrasi Internal yang berupa bahasa bersama, kategori konsep, batas
dan kriteria kelompok, kekuatan dan status, keakraban, imbalan dan sanksi,
Idiologi.
b. Pembentukan Budaya Organisasi
Umumnya budaya organisasi dibawa atau diciptakan oleh pendiri atau
oleh lapisan manajemen paling atas atau top manajemen, yang mendirikan
atau merintis organisasai tersebut, kemudian digunakan sebagai petunjuk
dan pedoman bawahan mereka / karyawan dalam melaksanakan aktivitas
perusahaan. Bila implementasi strategi itu berhasil dengan sukses dan
bertahan beberapa tahun, maka filosofi atau visi yang diyakini akan
berkembang menjadi budaya ( Widjaja Tunggal,2002 ).
Pendiri organisasi mempunyai pengaruh kuat bagi terbentuknya budaya
awal organisasi. Para pendiri menciptakan budaya organisasi yang berasal
dari pertimbangan sebelumnya tentang nilai-nilai yang akan dicapai organisasi,
tidak dibatasi kebiasaan idiologi yang pendahulunya .
Untuk memahami budaya organisasi maka terlebih dahulu perlu
diketahui bagaimana proses terbentuknya budaya organisasi tersebut.
Proses terbentuknya budaya organisasi tersebut dapat disajikan pada
gambar sebagai berikut :
131
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Gambar 10.6. Proses Pembentukan ‘ Budaya Organisasi “
132
Sumber : Robbin 1996 ; 302
Pada Gambar 10.6 terdapat proses pembentukan budaya organisasi
yang dimulai dengan para filsafat Pendiri organisasi memiliki asumsi, persepsi
dan nilai-nilai yang harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil
yang terbaik.
Seleksi tersebut dilakukan oleh sebuah tim yang bertujuan untuk
menentukan kriteria yang sesuai dengan organisasi tersebut. Hasil seleksi
tersebut akan menghasilkan suatu bentuk karakteristik budaya organisasi.
Setelah butir-butir penting tersebut ditentukan, maka manajemen puncak
akan menetapkan atau memilih mana yang sesuai untuk dilaksanakan.
Keberhasilan proses sosialisasi tergantung pada tingkat keberhasilan
mendapatkan kesesuaian dari nilai-nilai yang dimiliki oleh karyawan baru
terhadap organisasi dan metode sosialisasi yang dipilih manajemen puncak
dalam mengimplementasikannya.
Disamping itu juga tergantung pada relevansi kepercayaan filosofi para
pendiri terhadap kesempatan saat ini dan hambatan-hambatan yang
menghalangi organisasi. Oleh karena itu perilaku top level manajemen menjadi
simbol budaya baru organisasi ( Boss ,1998 dalam Shellyana ).
Dampak Budaya Organisasi terhadap kinerja dan kepuasan kerja di
kemukakan oleh Stephen P. Robbins (1996; 308), yang menyatakan bahwa
budaya organisasi sebagai suatu variabel. Para karyawan membentuk suatu
persepsi subjektif keseluruhan mengenai organisasi berdasarkan pada faktor-
faktor toleransi resiko, tekanan pada tim dan dukungan orang yang akhirnya
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 133
menjadi budaya atau kepribadian organisasi ini. Persepsi yang mendukung
atau tidak mendukung ini kemudian mempengaruhi kinerja dan kepuasan
karyawan, yang berdampak lebih besar pada budaya yang lebih kuat. Model
dampak budaya organisasi ini dapat diljelaskan pada Gambar 10.7 berikut
ini :
Gambar 10.7 : Model Budaya Organisasi
Sumber : Stephen P. Robbins, Prilaku Organisasi, 1996
Memperkerjakan individu yang nilai-nilainya tidak segaris dengan nilai-
nilai organisasi akan menghasilkan karyawan yang kurang motivasi dan
komitmen, serta yang tidak terpuaskan oleh pekerjaan mereka dan oleh
organisasi. Akibatnya Tingkat keluaran bagi karyawan yang tidak cocok
lebih tinggi dibandingkan individu yang merasa cocok.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK134
BAB XI PERAN BUDAYA ORGANISASI,
KEPUASAN KERJA, KOMITMEN KERJADAN KINERJA PEGAWAI
11.1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja.
Berdasarkan beberapa teori antara lain hasil penelitian Michael Ritchie
(2000) menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan kerja.
Organizational culture affects such outcomes as productivity,
performance, commitment ,self-confidence, and ethical behaviour( Deal et
al., 1982).
Budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap produkvitas, kinerja,
komitmen,etika perilaku.dikuti dari Michael Richie( 2000:7 )
Sedangkan model yang dikemukakan Ritchie (2000) “ Organization’s
culture will lead to such outcome behaviors as job satisfaction, job
commitment, and performance. “ Budaya organisasi akan mengarahkan
perilaku sebagai kepuasan kerja,komitmen kerja dan kinerja.
Hasil penelitian disejumlah perusahaan di Amerika mengatakan bahwa
budaya organisasi mempunyai hubungan secara signifikan dengan kepuasan
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 135
kerja ( job satisfaction), dan pandangan ini didukung oleh sejumlah riset
empiris Kreitner dan Kinicky ( 1995 ) serta beberapa ahli ilmu-ilmu sosial
dan manajemen organisasi seperti : Hofstede (1991), Sharplin (1995),
Wilhelm(1992), Martin (1992), Noe dan mody (1996), Sobirin (1997) dan
Luthans ( 1998).
11.2. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Kerja
Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
komitmen karyawan. Tentunya akan selaras dengan budaya Puskesmas
akan mempengaruhi secara signifikan terhadap komitmen tenaga kesehatan
tersebut.
Salancik (1977: 2) Suggests that the intensity of commitment is
determined by the binding behaviours enacted by the individual. Commitment
is important outcome of internalization ,as it helps ensure a stable population
that is likely to maintain and continiu the culture.
Budaya organisasi secara signifikan berhubungan dengan komitment
kerja karyawan dan didukung hasil riset Kreitner dan Kinicky( 1995) serta
para ahli manajemen organisasi,: hofstede( 1991), Sharplin (1995),
Wilhelm(1992), Martin (1992), Noe dan mody (1996), Sobirin (1997) dan
Luthans ( 1998).(Tjahjono: 2004;17 ).
Penelitian O’Reilly ( 1989 ) menunjukkan dukungan penting bagi proposisi
di atas bahwa budaya perusahaan mempunyai pengaruh terhadap keefektifan
suatu perusahaan terutama pada perusahaan yang mempunyai budaya yang
sesuai dengan strategi dan dapat meningkatkan komitmen karyawan
terhadap perusahaan.
11.3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Job Performance
Banyak teori yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja individual antara lain yang
dipaparkan dalam buku Robbins (1996) dan beberapa bukti empiris antara
lain hasil penelitian Ritchie (2000). dimana budaya organisasi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
Tentunya akan selaras dengan budaya Puskesmas akan mempengaruhi
secara signifikan terhadap kinerja individual tenaga kesehatan tersebut.
Hasil penelitian Supomo dan Indriantoro ( 1998) yang meneliti 79 manajer
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK136
dari berbagai departemen dalam perusahaan manufactur yang menemukan
bukti empiris adanya pengaruh positif budaya organisasional yang berorientasi
kepada orang terhadap keefektifan anggaran partisipatif dalam peningkatan
keefektifan manajerial ( Tjahjono ,2004;16)
Dalam Ritchie (2000) : “ Successful performance can create a feeling
of self-confidence, self-esteem,and self-efficacy.” (Jones & Gerard,1967).
These personality traits nay increace an individual’s expectations about higher
performance (McCarty,1986 ),in addition to increased performance ( Brocker
& Guare,1983; Eden & shani,1982 ).
Berdasarkan penelitian terhadap 207 perusahaan dari 22 jenis industri
di Amerika Serikat, Kottler dan Heskett menemukan bahwa budaya
organisasional mempunyai dampak yang signifikan terhadap keefektifan
ekonomi perusahaan untuk jangka panjang.
Secara lengkap 4 peran utama budaya organisasional berhasil di
eksplorasi dari penelitian tersebut meliputi :
1). Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keefektifan ekonomi
perusahaan.
2) Menjadi faktor yang lebih menentukan sukses atau gagalnya perusahan
dimasa datang.
3) Dapat mendorong keefektifan ekonomi jangka panjang, jika didalam
perusahaan terdiri dari orang-orang yang layak dan cerdas.
4) Dibentuk untuk meningkatkan keefektifan perusahaan (Tjahjono,2004;16).
Disamping itu juga penelitian Lako dan Irmawati (1997) menjelaskan
keberhasilan organisasi mengimplementasikan nilai-nilai ( value) budaya
organisasional dapat mendorong organisasi tumbuh dan berkembang
secara berkelanjutan.( Tjahjono,2004;16)
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 137
BAB. XIIREENGINEERING
Perkembangan dunia bisnis makin mengglobal, lingkungan dan teknologi
semakin berkembang dengan pesat kondisi ekonomi yang semakin tak
menentu, sehingga lingkungan bisnis menjadi penuh dengan ketidak pastian,
kompleks dan cepat berubah. Untuk menghadapi kondisi itu semua maka
perusahaan menghadapi perubahan dan harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan lajunya percepatan perubahan tersebut sehingga dapat
memenangkan persaingan dan ikut serta dalam lajunya perkembangan global.
Ditengah ketidak pastian lingkungan bisnis ini, formulasi jangka panjang
yang telah disusun bisa berubah dengan munculnya tindakan dadakan dari
perusahaan. Semua tindakan ini bertujuan untuk mengantisipasi segala
bentuk perubahan internal dan eksternal yang berlangsung secara cepat.
Perusahaan yang tidak siap mengantisipasi perubahan yang terjadi di
lingkungan bisnis, tidak akan mampu eksis dan survive dalam persaingan.
Namun disisi lain banyak perusahaan yang cendrung melupakan tujuan
mereka semula yaitu meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan untuk masa
dating, meskipun kadagkala organisasi perusahaan lebih cendrung
mengutamakan kepentingan menyelamatkan organisasi perusahaan dari
gejolaknya kondisi ekonomi yang sering terjadi.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK138
Dalam memasuki era millennium ketiga, yang merupakan masa transisi
bagi organisasi perusahaan dan saatnya mendapat peluang bagi organisasi
perusahaan untuk meninjau kembali praktek-praktek manajemen yang
diterapkan apakah telah relevan dan sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Praktek manajemen sa’at ini cendrung mengarah pada bentuk organisasi
yang ramping, datar dan fleksibel sehingga menjadikan organisasi bisa
bergerak lincah dan dapat mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi
(Walker: 1993 ).
Dalam menghadapi gejolak ekonomi, banyak perusahaan tanpa
perhitungan yang matang melakukan reengineering dengan penciutan
organisasi, pemangkasan jenjang organisasi dan pemutusan hubungan kerja.
Keadaan ini membawa akibat terhadap sumberdaya manusia yang terdidik,
terlatih, berpengalaman, professional dan kompeten yang merupakan
keunggulan kompetitif bagi organisasi dan, menjadi korban akibat keputusan
tergesa-gesa tersebut. Pemutusan hubungan kerja dalam jangka pendek
dapat menekan biaya, namun dalam jangka menengah dan jangka panjang
tindakan ini perlu dikoreksi kembali. Hal ini disebabkan perusahaan telah
banyak melakukan investasi terhadap Sumberdaya manusia sehingga
menghasilkan SDM yang mempunyai kompetensi yang merupakan sumber
keunggulan kompetitif dimasa datang.
Saat ini organisasi dituntut berubah, melaksanakan transformasi dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang semakin kompetitif.
Menyesuaikan diri terhadap perkembangan, menghadapi tantangan, maka
perusahaan dapat melakukan strategi perubahan total terhadap aktifitas
perusahaan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut melalui
proses reengineering dalam organisasi perusahaan.
Reengineering menjadi isu bisnis yang popular pada awal era 1990-an
dinegara asalnya Amerika Serikat. Pengakuan reengineering sebagai
paradigma baru.
Hammer (1990) dengan tulisannya berjudul “ Reengineering Work :
Don’t Automate Obliterate “ dipublikasikan pada Harvard Business Review
(1990), namun sebelumnya telah diterapkan oleh Markus dan Robey (1988).
Karya Michael Hammer dan James Champy yang menjadi best seller sejak
tahun 1994 dengan judul “ Reengineering The Corporation. Hammer
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 139
memprediki bahwa inisiatif reengineering akan mengalami kegagalan antara
50 % -70 %.
Riset empiris membuktikan dan ternyata penyimpangan 84 %
kegagalan ini disebabkan konteks aplikasi reengineering relative sempit dan
bersifat mikrosofis yang ditandai dengan aplikasi proses operasional seperti
Waktu (time), Biaya (cost) dan kualitas.
Khoong (1995) mengemukakan metode Revision yang dikenal dengan
metode “ Second Wave Reengineering” untuk memperbaiki kegagalan
reengineering dengan meninggalkan masalah microscopies menuju masalah
yang lebih makro sehingga menghasilkan nilai-nilai organisasi yang jauh
lebih besar.
Menurut Davidson (1993) Penerapan Reengineering sangat menjanjikan
perubahan secara dratis pada organisasi perusahaan dan proses bisnis serta
dapat meningkatkan kinerja organisasi dan karyawan secara menyeluruh.
Proses transformasi dilakukan melalui pelaksanaan transformasi
organisasi dan transformasi sumberdaya manusia. Transformasi organisasi
dilakukan agar organisasi menjadi lebih fleksibel, lebih kreatif dan lebih inovatif
serta efektif dan effisien tercapai secara optimal. Sedangkan transformasi
fungsi Sumberdaya Manusia dimaksudkan untuk mempersiapkan
Sumberdaya Manusia yang memiliki kapabilitas dan turut berpartisipasi dalam
proses perubahan organisasi.
12.1. Pengertian Reengineering
Beberapa pedapat ahli tentang Pengerian Engineering
1. Herbkersman (1994) menyatakan reengineering adalah perubahan secara
drastis bagaimana cara anggota organisasi menyelesaikan cara kerja
mereka dalam perusahaan.
2. Hammer mengetengahkan prinsip-prinsip reengineering yaitu :
a. Memfokuskan pada faktor-faktor hasil bukan pada tugas. Artinya
perusahaan hendaknya memiliki karyawan yang melaksanakan
tahapan dalam suatu proses kerja.
b. Perusahaan sebaiknya membentuk departemen-departemen yang
terspesialisasi untuk menangani proses yang terspesialisasi dalam
aktifitas organisasi.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK140
c. Mengelompokan pemrosesan informasi ke dalam fungsi yg
menghasilkan informasi yang dapat menciptakan inovasi dan
meningkatkan kreatifitas dalam aktifitas kerja.
d. Memperlakukan sumber—sumber yang terpisah seolah-olah
tersentralisasi.dalam aktifitasnya.
e. Mempersatukan aktifitas-aktifitas parallel serta mengintegrasikan
hasilnya, dengan tujuan untuk meningkatkan keterkaitan antar fungsi
parallel sehingga unit-unit yang terpisah dapat. melakukan satu fungsi
dengan tepat dan benar.
f. Menghubungkan aspek-aspek keputusan dalam menyelesaikan
tugas dan tanggung jawab serta membangun sistem pengendalian
dalam suatu prosess yang tepat.
g. Memperoleh informasi dari sumber yang berkompeten dan dapat di
percaya dalam menjalankan aktifitas kerja organisasi.
3. Hammer dan Champy (1993). Reengineering merupakan pemikiran ulang
fundamental dan perancangan ulang yang radikal terhadap proses-proses
dalam aktifitas bisnis organisasi yang membawa organisasi perusahaan
mencapai peningkatan yang dramatis dalam kinerja bisnisnya.
4. Reengineering juga diartikan sebagai inovasi dalam proses atau
perencanaan visi stratejik dan strategi kompetitif baru serta
pengembangan proses bisnis baru yang mendukung visi organisasi
perusahaan..
12.2. Reengineering dan Perubahan Lingkungan Bisnis
Dalam menghadapi turbulensi lingkungan bisnis dan dinamika
perubahan yang demikian berkembang dengan pesat, terdapat 2 pilihan yang
mendasar yang dapat dilakukan organisasi perusahaan untuk mengantisipasi
kondisi tersebut yaitu :
1. Organisasi mengadakan perubahan secara evolusi, bertahap dan
continuous improvement.
2. Organisasi melalui reengineering yang bersifat revolusioner, radikal dan
dramatis.
Yang terbaik dari kedua metoda diatas tergantung dari kemampuan
organisasi perusahaan dalam mengintegrasikan kedua paham yang
bertentangan tersebut. Pada akhirnya akan menghasilkan tindakan yang
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 141
mampu mengantisipasi dan beradaptasi dalam dinamika perubahan
lingkungan.
Bentuk struktur organisasi yang lebar dan kaku kemungkinan masih
dapat bertahan, dimana ;
a. Kondisi Lingkungan masih relative stabil.
b Perekonomian dalam keadaan under supply.
c. Jumlah pesaing dalam dunia bisnis masih relative sedikit
d. Tingkat ketidak pastian masih rendah.
Namun kondisi lingkungan yang bergejolak, dimana ;
a. Lingkungan penuh ketidak pastian dan kurang dapat diprediksi kondisi
masa datang.
b. Kondisi perekonomian yang over supply dan over capacity ( Hamer,
;1997 ).
c. Tingkat persaingan antar organisasi yang cukup ketat dan saling
mematikan.
d. Terjadinya krisis dan gejolak ekonomi yang berkepanjangan.
Dalam kondisi ini Organisasi perusahaan melakukan perubahan secara
drastis ( reengineering ). Banyak organisasi melakukan pemangkasan dan
mengubah organisasinya menjadi organisasi yang ramping namun kebijakan
ini dipandang tidak berprikemanusiaan jika dipandang dari sisi pemanfaatan
sumberdaya mausia yang harus dikorbankan atau di phk untuk mencapai
tujuan reengineering organisasi perusahaan tersebut.
Namun kebijakan dapat meningkatkan efisiensi dan keefektifan
organisasi, dan tindakan ini bukan merupakan cerminan budaya manusia
sebagai anggota perusahaan.
Pemangkasan dan penciutan, otomatis menyebabkan terjadinya
pemutusan hubungan kerja yang membawa dampak terhadap mengurangan
biaya operasional dan meningkatkan produktivitas kerja. Akibatnya karyawan
akan merasa terbebani karena tanggung jawab menjadi lebih berat dan kondisi
lingkungan kerja yang kurang mendukung. Kekecewaan dan ketidak puasan
atau ketidak nyamanan membuat karyawan menjadi frustasi dan cendrung
mengabaikan dimensi pengembangan manajemen sumberdaya manusia
dalam menghadapi strategi di masa datang. Reengineering bukan hanya
ditujukan untuk keuntungan pemilik dan karyawan melainkan untuk semua
pihak yang berkepentingan seperti supplier, distributor, dan masyarakat
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK142
pelanggan pada umumnya yang disebut dengan stakeholders.
Reengineering terjadi pada organisasi perusahan yang berada pada
kondisi antara lain sebagai berikut :
1. Perusahaan berada dalam kondisi sulit atau kontiniutas organisasi
perusahaan terganggu.
2. Perusahaan yang masih belum mengalami kesulitan, tapi berusaha untuk
mengantisipasi jika muncul kesulitan tersebut di masa datang.
3. Manajemen perusahaan sedang tidak mengalami kesulitan tapi justru
berada pada posisi puncaknya dalam aktifitas organisasi dan persaingan.
4. Dampak Pengaruh perkembangan teknologi membuat organisasi
perusahaan harus berusaha menyesuaikannya dengan perubahan
lingkungan yang terjadi.
12.3. Resiko Reengineering
Penerapan reengineering dapat menyajikan perubahan secara drastis
dalam proses bisnis organisasi perusahaan. Berbagai resiko yang dialami
perusahaan dapat terjadi ( Clemon ; 1995 ) antara lain ;
1. Resiko Teknis ( Technical Risk ), yaitu resiko yang terjadi karena
terbatasnya kapabilitas teknologi yang digunakan organisasi dalam tahap
proses reengineering.
2. Resiko financial (Financial Risk) yaitu resiko yang terjadi jika proyek
reengineering tidak berjalan sesuai dengan rencana baik waktu maupun
biaya yang telah direncanakan semula.
3. Resiko Politis ( Political Risk ), yaitu terjadi Resistance To Change
terhadap proyek-proyek reengineering yang sedang berjalan.
4. Resiko fungsional ( Functional Risk ), merupakan kesalahan sistem
disainer dalam memahami kebutuhan organisasi dan kurangnya
keterampilan SDM dan pengetahuan pelaksana, sehingga
mengakibatkan kapabilitas sistem yang dirancang kurang tepat dan tidak
efektif.
5. Resiko Proyek ( Proyect Risk ) adalah resiko yang terjadi jika personel
memproses data tidak memahami dan tidak familiar terhadap teknologi
baru, sehingga menimbulkan masalah-masalah yang kompleks yang
menganggu kelancaran aktifitas organisasi perusahaan.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 143
6. Resiko kegagalan perusahaan dalam melakukan reengineering terutama
disebabkan oleh kurangnya perimbangan terhadap aspek sumberdaya
manusia yang tersedia.
Suksesnya proses reengineering membuat organisasi perusahaan
dapat meningkatkan kinerja organisasi dan kinerja karyawan ( Davitson ;
1993). Namun bila reengineering mengalami kegagalan maka akan timbul
resiko yang akan dihadapi organisasi perusahaan dimasa datang yang
kurang dapt dihindari.
12.4. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Reengneering.
Reengineering merupakan program yang sulit untuk dilakukan dan
diterapkan oleh manajemen perusahaan, karena banyak faktor penghambat
yang terjadi dalam aplikasinya. Disini dikemukakan 4 faktor utama penyebab
terjadinya kegagalan reengineering yaitu :
1. Organisasi perusahaan maupun karyawan menolak untuk berubah
(Resistance To Change ) ( Roger, dkk, 1994; Cooper & Markus ,1995).
Hal utama yang mungkin terjadi pada organisasi dalam melakukan
reengineering baik terhadap organisasi perusahaan maupun para karyawan
menolak untuk berubah. Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh teknologi, tetapi
juga adanya faktor perilaku, nilai-nilai dan budaya organisasi serta
kemungkinan dilakukan rightsizing (Reger,1994).
Reengineering tidak hanya merubah proses dalam aktifitas organisasi
tetapi juga yang terpenting adalah merubah manajemen, memberdayakan
Sumberdaya Manusia, memupuk kreativitas dan human skill, sehingga
mereka tidak menolak untuk berubah dam memiliki komitmen terhadap
organisasi.
Dalam mewujudkan point-point diatas perusahaan dituntut melakukan
pendekatan tentang konsep dan teknik reengineering, mengkomunikasikan
visi dan misi, mengartikulasikan situasi kompetitif perusahaan serta
menanamkan pemahaman yang mendalam tentang budaya, nilai-nilai
organisasi dan masalah-masalah organisasional. Reengineering tidak akan
efektif dalam jangka panjang tanpa pengetahuan dan pemahaman terhadap
orang-orang yang terlibat dalam proses reengineering.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK144
Ada 2 hal penyebab utama terjadinya Resistance to change yaitu :
a. Menurut Grover ( 1995), penyebab utamanya terjadinya Resistance To
Change adalah peran Sumberdaya Manusia, sistem dan interaksi pada
berbagai pihak sehingga perlu dilakukan tindakan yang tepat untuk
membawa organisasi perusahaan lebih efektif dan berdaya guna serta
meningkatkan kinerja organisasi dimasa datang.
b. Menurut Hall (1993) untuk mengatasi Resitance to Change yaitu dengan
mengkomunikasikan secara terbuka dengan mengidentifikasikan
interaksi dan kerjasama antara pihak organisasi manajemen dan pihak
karyawan. Komitmen akan tercipta jika terjadi komunikasi yang efektif
dan memberikan pemahaman yang jelas tentang pentingnya
Reengineering dalam meningkatkan kinerja organisasi perusahaan
secara berkesinambungan dalam menghadapi tantangan masa datang.
2. Lack of Management Comittment ( lemahnya Komitmen
Manajemen ).
a. Hall, dkk (1993), berpendapat bahwa Reengineering harus didukung oleh
komitment manajemen, komitmen penuh pada pucuk pimpinan dalam
pengertian harus memahami peran pimpinan dalam suatu manajemen
organisasi yang sedang mengalami perubahan radikal dan membangun
konsensus pada seluruh tingkat hirarki organisasi perusahaan.
b. Para manajemen harus memiliki komitmen terhadap kesuksesan dan
keberhasilan proyek reengineering. Para eksekutif senior harus terlibat
secara aktif dalam jajaran manajemen dan memberi kesempatan untuk
menempatkan orang-orang terbaiknya menjadi anggota tim proyek.
Kadangkala seringkali peusahaan melakukan reengineering
menyerahkan sepenuhnya kepada konsultan yang ditunjuk oleh
perusahaan.
Hasil penelitian terhadap reengineering pada seratus perusahaan
menghasilkan bahwa kesuksesan reengineering sangat menuntut komitmen
seluruh jajaran menajemen untuk mengivestasikan 20 % sampai dengan 50
% pada tahapan pelaksanaan reengineering.
Pertemuan rutin harus dilakukan untuk memberikan informasi tentang
perkembangan pelaksanaan reengineering dan melakukan review secara
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK 145
komprehensif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pelanggan,
kondisi ekonomi, kecendrungan pasar dan lain sebagainya.
Dari paparan point-point diatas maka sebaiknya dilakukan beberapa
hal sebagai yang dapat membantu dalam pelaksanaan reengineering yaitu
sebagai berikut :
a. Melaksanakan evaluasi terhadap tingkat effisiensi yang terjadi pada
cara kerja yang lebih cepat dengan tingkat biaya yang lebih rendah
namun kualitas tetap terjaga dengan baik.
b. Melaskanakan evaluasi terhadap tingkat keefektifan, melakukannya
dengan lebih baik serta kemampuan menghasilkan kualitas kerja yang
lebih tinggi.
c. Melaksanakan evaluasi terhadap transformasi yaitu perubahan secara
mendasar pada cara kerja para pegawai maupun departemen dan
perubahan terhadap sifat bisnis itu sendiri baik pada masing-masing
jenjang fungsional maupun pada organisasi secara keseluruhan.
C. Sistem Informasi Yang Kurang Memadai
Ada 3 pendapat ahli yang menyatakan tentang sistem informasi yang
kurang memadai yaitu :
1. Martinez (1995), yang berpendapat bahwa sebagian besar perusahaan
yang gagal dalam melaksanakan proyek reengineering disebabkan
terdapatnya sistem informasi yang belum memadai dan kurang
mrnunjang serta menempatkan sistem informasi sebagai mitra kerja
yang benar.
Tanpa kemitraan yang bersifat membangun, kepemimpinan teknologi
yang tinggi dan fokus pada pengelolaan sistem informasi yang tepat
dan relevan maka semua ini akan menimbulkan kegagalan proses
reengineering. Martinez berpendapat bahwa pada sebagian besar
orgaisasi perusahaan dituntut sistem informasi yang memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi disain dan mengimplementasikan
teknologi yang dapat diterapkan dalam manajemen solusi yang berbasis
teknologi.
2. Mohad (1993) melakukan studi empiris terhadap CEO, hasil penelitian
menyatakan bahwa penyebab kegagalan engineering adalah karena
kurangnya dukungan manajemen dan sistem informasi yang tersedia.
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Davenport dan Soddart (1994), berpendapat bahwa sistem informasi
berperan penting dalam mengeliminasi faktor-faktor penghambat
keberhasilan proses reengineering. Kedudukan sistem informasi dapat
berperan sebagai mitra kerja ( partnership ) ataupun sebagai pendukung
( Supprot) dalam pelaksanaan proyek reengineering.
D. Kurangnya Keleluasaan dan Kedalaman Analisis Terhadap Faktor-
Faktor Kritis Reengineering
Kedangkalan dan kurangnya keleluasaan dalam mengidentiikasi faktor-
faktor kritis reengineering menyebabkan kegagalan dalam proyek
reengineering.
Kelelusaan berarti aktivitas –aktivitas yang perlu dilakukan manajer
untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang akan dan sedang didesain
kembali dalam menciptakan nilai dan unit bisnis dalam organisasi secara
keseluruhan.
Kedalaman menyangkut identifikasi seberapa besar unsur peran,
tanggung jawab, pengukuran dan insentif, struktur organsasi, Teknologi
informasi, nilai-nilai bersama dan skill keberhasilan reengineering.
12.5. Tahap-Tahap Rengineering
Dalam mendukung proses reengenireeng maka Khoong (1995) telah
mengembangkan teori ini berdasarkan hasil riset ekstensif, penyebaran
perubahan teknologi ( technology change deployment ), dan
mengkonsultasikan pengalaman ( Consulting experience ) yang menghasilkan
sebuah metodologi yang disebut REVISION.
Revision merupakan kebutuhan organisasi perusahaan untuk meninjau
(Revisit), menemukan kembali ( Reinvent) visi bisnis mereka. Methode
reengineering lama cendrung diarahkan pada aktivitas-aktivitas bisnis
mikroskopis sedangkan Revision merupakan metode second wave
reengineering yang menitik beratkan pada pandangan-pandangan
makroskopis yang lebih luas terhadap strategi bisnis.
146
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Adapun Metodologi Revision dapat di organisir dalam 7 tahap
utama yaitu :
Tahap 1 : Permulaan ( initiate)
Penerapan reengineering di picu oleh manajemen puncak, para
penasehat organisasi perusahaan atau para staf karyawan yang
berkepentingan dalam organisasi perusahaan tersebut. Seorang sponsor
eksekutif yang andal sangat diperlukan untuk melaksanakan reengineering
yang bertugas menjalankan envisioning (pembentukan visi ) dan perlu dibentuk
tim yang lebih besar yang terdiri dari tim inti, dan pihak-pihak eksternal yang
berperan sebagai peninjau. Dalam tahap prose engineering.
Tim inti berperan penting dan bertanggung jawab dalam menyusun
pernyataan visi organisasi, menjalankan koordinasi pada keseluruhan
pelaksanaan envisi, memberikan tuntutan terhadap kelompok kerja,
mengelola ketergantungan antar proses dan mengintegrasi output yang
dihasilkan oleh kelompok tim. Keseluruhan partisipan dilatih, diarahkan dan
ditanamkan pemikiran-pemikiran baru untuk mendukung pelaksanaan dan
kesuksesan reengineering.
Tahap 2 : Pembentukan Visi ( Envision )
Tahap pembentukan visi ini adalah tahap yang paling dalam pada pase
perencanaan yang merupakan lingkup bisnis dalam mencapai target
reengineering disamping penetapan tolok ukur dalam menilai hasil
pelaksanaan reengineering. Jika dalam tahap ini dapat mengidentifikaskan
bahwa organisasi siap untuk melakukan reengineering maka tim inti
merancang dan mengendalikan tahap selanjutnya harus dilakukan untuk
kesuksesan tujuan akhir.
Dalam melaksanakan visi bisnis dengan cermat maka metodologi
revision menyarankan langkah-langkah yang harus dilakukan organisasi yaitu
sebagai berikut :
a. Mendefinisikan pelanggan yang akan dilayani.
b. Mendefinisikan produk dan jasa yang disampaikan untuk pelanggan.
c. Mendefinisikan proses yang diperlukan organisasi dalam melaksanakan
tahap pada point a dan b .
147
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Beberapa hasil study organisasi menyatakan terdapatnya kesulitan
dalam menjalankan tahap a dan b diatas pada organisasi sektor publik dan
monopoli sektor swata.
Dalam proses envisioning maka ada beberapa pertanyaan yang perlu
untuk didefenisi ulang atas peran organisasi perusahaan tersebut yaitu :
Apakah perusahaan telah atau sedang melayani pelanggan yang tepat,
ataukah telah dan sedang menyampaikan produk dan jasa yang tepat pada
prioritas pelanggan, ataukah perusahaan telah menerapkan proses yang tepat
dan mana yang merupakan proses kunci.
Target-target yang longgar menantang tim reengineering untuk medobrak
cara lama dalam menjalankan aktifitas untuk mencapai kreatifitas dan
efektifitas.
Metodologi Revision menganjurkan agar organisasi melakukan check
terhadap kesiapan perubahan sebelum melakukan reengineering yang
sebenarnya.
Tahap 3 : Menganalisa ( Analyze )
Suatu kelompok kerja dibentuk untuk menjalankan tahap analisis dan
disain ulang setiap proses dan masalah-masalah pokok. Kelompok kerja
mempunyai anggota yang terdiri dari berbagai bidang fungsional dan tim inti
dituntut menerapkan keseimbangan optimal diantara kelompok sehingga
ketergantungan antar proses diharapkan bisa dikembangkan dan menunjukan
keterkaitan antar proses dalam organisasi perusahaan.
Pendekatan terperinci dilakukan dalam proses sumberdaya dan
masalah-masalah ownership di petakan dengan mengunakan flowchart.
Metodologi REVISION memiliki kelemahan yaitu :
1. Analisis tidak ditujukan untuk meningkatkan prosses yang telah ada ,
tetapi hanya untuk menyingkapikan kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Sehingga tidak terulang kembali penyimpangan-penyimpangan tersebut
dalam pembuatan pada desain yang baru.
2. Analisis dengan aplikasi reengineering dalam level makro, diarahkan
pada usaha untuk memecahkan akar-akar permasalahan reengineering
dalam proses bisnis yang dihadapi perusahaan.
148
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Tahap 4 : Redesign ( Desain Ulang )
Desain ulang adalah suatu proses mempermudah melihat bagian-bagian
tertentu yang dapat di otomatisasikan, disederhanakan dan lebih ditekankan
pada pengunaan sumberdaya-sumberdaya dan perhatian manajemen yang
lebih besar. Desain ulang bertujuan memperbaiki waktu, biaya dan nilai yang
dihasilkan oleh suatu proses reengineering,
Metodologi Revision mengharapkan pemikiran-pemikiran kreatif dan
inovatif dari tim reengineering dan dapat menemukan strategi teknologi baru
dalam memperbaiki atau menunjang proses reengineering. Seperti
penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan, pelayanan pelanggan yang
sebelumnya dianggap tidak memungkinkan organisasi buat berkembang dan
bersaing.
Tahap 5 : Blueprint
Blueprint merupakan strategi transsisi dan jadwal implementasi dalam
aspek perubahan. Tahap ini berada pada fase study dan fase implementasi
reengineering. Rekomendasi reengineering yang dikembangkan dari tahap
redesign dijadikan sebagai blueprint yang disyahkan oleh mmanajemen. Pihak
manajemen yang bertanggug jawab dalam implementasi harus
direkomendasikan pada tahap blueprint untuk menjamin kontiniutas
pelaksanaan tahap-tahap reenineering tersebut.
Tahap 6 : Implementasi .( Implement )
Dukungan terhadap aspek-aspek perubahan teknologi, perubahan
Sumberdaya manusia dan perubahan aspek lainnya sangat penting dalam
implementasi. Contohnya sebagian reengineering dipakai untuk
memperkenalkan sistem-sistem computer baru yang canggih. Reengineering
harus menyertakan study kelayakan yang teliti dalam perubahan teknologi.
Untuk tujuan ini metodologi revision dikombinasikan dengan suatu
metodologi penelitian study kelayakan yang telah dikembangkan
sebelumnya.
Tahap 7. : Memonitor ( Monitoring )
Jika perubahan-perubahan telah diimplementasikan maka organisasi
menetapkan indikator-indikator kinerja baru yang nantinya bisa mengukur
149
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
keefektifan perencanaan reengineering.dalam memberikan umpan balik untuk
perubahan dan mengidentifikasi kebutuhan reengineering dimasa datang.
Sinyal untuk siklus reengineering dimasa datang akan terjadi jika indikator-
indikator kinerja organisasi menunjukan bahwa organisasi mengalami suatu
hambatan.
Sementara lingkungan eksternal terus berubah melebihi kecepatan yang
dapat diiringi oleh efisiensi maksimum dari tim kerja.
Lingkungan eksternal tidak pernah berhenti berubah oleh sebab itu
metode revision harus secara cepat menginstitusionalisasikan suatu program
peningkatan kontiniu setelah reengineering membawa keruang lingkup dan
gaya operasi yang baru .
Revision merupakan metodologi dalam mendukung keberhasilan
reengineering untuk proses bisnis. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
REVISION dengan tepat tidak terlepas dari faktor –faktor kunci penopang
keberhasilannya. Kiat keberhasilan revision adalah komitmen manajemen.
Walaupun semua perencanaan dan pelaksanaan metodolologi telah
diencanakan dengan tepat. Disamping komitmen yang kuat maka kunci
keberhasilan reengineering selanjutnya adalah terdapatnya keterlibatan dan
perhatian seluruh karyawan yang berperan dalam menangani masalah
reengineering. Revision dalam pelaksanaanya membutuhkan ketekunan,
keuletan dan kesabaran yang berkaitan dengan proses reengineering.
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
pelaksanaan reengineering bergantung pada beberapa faktor kunci. Orang-
orang yang paling berpengetahuan dan berkuasa memutuskan harus
dilibatkan dalam proses pelaksanaan. Pelaksanaan dijalankan dengan skala
prioritas kecepatan, dan kejujuran yang paling tinggi. Banyak usaha
diinvestasikan untuk mengkomunikasikan, mendapatkan umpan balik dan
memperoleh dukungan dari seluruh para pelaksana. Setiap orang yang terlibat
harus dipersiapkan untuk perubahan dimasa datang.
12.6. Sifat Kepemimpinan Dalam Reengineering
Manajemen sumberdaya manusia terkait erat dengan proses
reengineering organisasi. Kepemimpinan ( leadership ) sangat menentukan
keberhasilan organisasi dalam melakukan reengineering. Untuk itu ada
beberapa pernyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
150
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
melaksanakan reengineering. Menurut Hilb (1996 )ada beberapa sifat yang
dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :
1. Mampu membangun hubungan yang erat dengan para bawahannya.
2. Mampu memimpin, mendukung dan menopang serta memotivasi para
bawahanya..
3. Mempunyai kepercayaan terhadap bawahan dan harus memperhatikan
pekerjaan para bawahannya.
4. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap para karyawan dan rekan.
5. Mempertahankan aspirasi bawahan dan tetap loyal terhadap tujuan
perusahaan.
6. Memiliki sifat visioner, dinamis, reflektif, percaya diri dan rendah hati.
Bila sifat -sifat dan kemampuan diatas dipunyai oleh seorang pemimpin
maka akan mendukung pengembangan manajemen sumberdaya manusia
dalam proses reengineering.
Pendapat lain menyatakan ada 4 tahap yang harus dilalui orgaisasi
perusahaan dalam melakukan proses reengineering ditinjau dari perspektif
sumberdaya manusia dan berhubungan dengan aspek manajemen
sumberdaya manusia. Yaitu :
1. Mendiagnosis Keadaan Sekarang
Tahap mengidentifikasikan keunggulan dan kelemahan kepemimpinan
yang sedang berjalan, mengidentifikasi strategi perusahaan, proses, struktur,
budaya dan manajemen sumberdaya manusia. Dalam tahap ini
pengembangan sumberdaya manusia harus diselaraskan dengan misi dan
strategi perusahaan. Struktur organisasi harus compatible terhadap
pengembangan Sumberdaya Manusia dalam organisasi perusahaan.
2. Mendesain Ulang ( Redesain ) Keadaan Masa Depan
Tahap merumuskan secara jelas visi holostik dan misi organisasi yang
akan mencapai target pengembangan manajemen sumberdaya manusia.
Disamping itu budaya kepercayaan, semua proses organisasi dan struktur
organisasi hendaknya dijadikan dasar dalam proses seleksi, penilaian
(appraisal ), penghargaan dan pengembangan entrepreneur yang menumbuh
kembangkan Sense of Belongging.
151
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Mengidentifikasi Berbagai Hambatan
Sasaran masa depan organisasi perusahaan dapat tercapai dan
terealisasi dengan baik jika hambatan potensial sewaktu perencanaan
konsep–konsep untuk masa depan teridentifikasi dengan baik. Hambatan-
hambatan yang teridentifikasi ini akan menimbulkan masalah individu, masalah
kelompok maupun masalah organisasi secara keseluruhannya.
4. Melakukan Rol-Out
Dalam mengatasi berbagai hambatan serta merealisasikan konsep masa
depan, berbagai sasaran tindakan harus dirumuskan dan dilaksasanakan
dengan tepat. Manajemen sumberdaya manusia yang tersedia dituntut untuk
mampu mengambil tindakan dalam meminimalkan hambatan dalam berbagai
perubahan yang ada sekarang dan masa depan.
Hilb (1996 ) mengetengahkan berbagai sasaran dan tindakan yang
sangat penting bagi manajemen Sumberdaya Manusia lain yaitu :
a. Sasaran Seleksi
Dalam melakukan seleksi untuk para karyawan dalam mengisi jabatan
atau posisi yang lowong banyak hal yang harus dipertimbangkan, apakah
posisi itu akan diisi atau dipertahankan tetap kosong atau dieliminasi
seluruhnya oleh teknologi informasi (Spencer :1995).
b. Sasaran Penilaian
Sasaran penilaian dilakukan untuk mengukur kinerja karyawan sebagai
dasar dalam penetapan imbalan. Imbalan merupakan nilai bagi para karyawan.
Menurut Hammer dan Champy ( 1993) menyatakan bahwa Titik berat ukuran
kinerja harus didasarkan pada pencapaian hasil dan nilai tambah yang
diciptakan bagi stakeholder.
c. Sasaran Imbalan atau sasaran reward atau sering juga disebut
dengan kompensasi, reward didasarkan pada pertumbuhan 3
aspek yaitu :
1. Performance Level ( individu, subsidiary, divisional, corporate ).
2. Time Horizon ( jangka panjang atau jangka pendek ).
152
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Value Added ( bagi Costomer, shareholders, process associates,
society).
Semakin tinggi tingkat tanggung jawab maka semakin tinggi value added
dan semakin tinggi kompensasi jangka panjang yang diterimanya. Artinya
karyawan akan menerima imbalan dan kompensasi yang sesuai dengan
kinerja dan prestasi yang dicapainya.
4. Sasaran Pengembangan Sumberdaya Manusia.
Proses Reengineering yang dilakukan oleh organisasi perusahaan yang
membutuhkan sasaran pengembangan Sumberdaya Manusia.
Hammer & Champy ( 1993 ) menyatakan beberapa karakteristik
perubahan manajemen sumberdaya manusia yaitu :
a. Beberapa jabatan tertentu dikombinasikan dalam tugas yang bersifat
multi dimensi.
b. Perencanaan, Pengembangan keputusan dan implementasi dapat
dijadikan satu bagian tugas.
c. Membangun Budaya Team.
Team ; together Everyone Achieve More ( team culture), pengembangan
sumberdaya manusia dapat melalui Off the job training ( karir berdasarkan
hirarki yang diterapkan ). Setiap karyawan dapat memilih salah satu bagian
dari jalur pengembangan karir dengan tujuan memperluas wawasan, sehingga
mampu menguasai banyak tantangan dimasa depan. Beberapa jalur
pengembangan karir dapat dilakukan antara lain job rotation, job enrichment,
promotion, realligment, outplacement, outsourcing dan project team activity.
Menurut pendapat Ellitan ( 1998 ), Jalur pengembangan karir dapat
dirahi karyawan secara simultan. Kegagalan reengineering yang paling
dominan adalah faktor Resistance To Change dan kurangnya komitmen
manajemen disamping faktor kepemimpinan juga menjadi penentu
keberhasilan organisasi dalam pelaksanaan reengineering tersebut.
153
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB. XIIIRESTRUKTURISASI
13.1. Pengertian Restrukturisasi
Krisis ekonomi dimulai dengan adanya krisis sub prime mortgage di
Amerika, yang membawa dampak secara tidak langsung ke berbagai Negara.
Meskipun dampaknya tidak langsung mempengaruhi terhadap perusahaan
di Indonesia. Namun sedikit banyak akan mempengaruhi perusahaan
Indonesia yang melakukan kegiatan eksport ke luar negri. Untuk mengatasi
kondisi tersebut maka organisasi perusahaan perlu melakukan restrukturisasi
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja perusahaan supaya tetap tumbuh
dan berkembang walaupun dalam kondisi sulit. Sebenarnya restrukturisasi
perusahaan tidak harus menunggu perusahaan menurun aktifitasnya, namun
dapat dilakukan setiap kali terjadi peubahan-perubahan bisnis agar
perusahaan dapat tumbuh dan bersaing dalam pasar yang global.
13.2. Tujuan Restrukturisasi
Restrukturisasi mempunyai berbagai tujuan baik bagi organisasi
perusahaan maupun bagi stakeholder yaitu antara lain :
1. Untuk membenah kinerja organisasi dan mengoptimalkan kinerja
organisasi perusahaan pada masa sekarang dan masa depan.
154
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Untuk menghadapi krisis yang terjadi dan pembenahan terhadap
organisasi perusahaan sehingga dapat lepas dari krisis yang melanda
organisasi perusahaan.
3. Untuk perbaikan portofolio perusahaan melalui antara lain perampingan
manajemen, perbaikan sisitem pengelolaan manajemen perusahaan
dan perbaikan sistem manajemen sumberdaya manusia dalam oganisasi
suatu perusahaan.
4. Perbaikan untuk kepentingan komisaris yang mewakili kepentingan
pemegang saham dan kepentingan para karyawan secara menyeluruh.
5. Agar perusahaan tumbuh dan berkembang serta terus unggul dalam
persaingan global.
13.3. Faktor-faktor Penyebab Restrukturisasi
Faktor-faktor yang menjadi penyebab perusahaan melakukan
restrukturisas terhadap manajemen oganisasi perusahaannya. Yaitu antara
lain :
a. Masalah Hukum / Monopoli
Masalah hukum monopoli artinya perusahaan yang telah masuk pada
daftar penjimpangan monopoli dan dinyatakan bersalah oleh Komisi
Pengawasa Persaingan Usaha (KPPU), harus melakukan restrukturisasi agar
terbebas dari masalah hukum. Contoh : Perusahaan harus melepaskan atau
memecah devisi supaya dikuasai pihak lain. Atau dapat juga dengan
melakukan penahanan terhadap lajunya produk yang masuk ke daftar
monopoli supaya pesaing bisa mendapatkan porsi yang adil.
b. Tuntutan Pasar
Dalam era perdagangan bebas produsen dari manca negara beraktifitas
di Indonesia, konsumen berhadapan dengan berbagai macam produsen
sehingga perusahaan dituntut harus memenuhi tuntutan konsumen. Tuntutan
tersebut antara lain: A). Kenyamanan dalam melakukan penbelian. B).
Kecepatan dalam mendapatkan pelayanan. C). Ketersediaan produk yang
dibutuhkan konsumen. D). Nilai tambah yang dirasakan konsumen dalam
menggunakan produk tersebut.
155
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Empat tuntutan ini dapat terpenuhi jika perusahaan dapat merubah
pola kerja, pembagian tugas dan sistem dalam aktifitas organisasi
perusahaan.
c. Tuntutan Geografis
Perusahaan yang melakukan ekspansi ke daerah yang sulit untuk
dijangkau, sebaiknya memberikan wewenang kepada anak perusahaannya
supaya dapat beroperasi secara efektif. Perusahaan harus
mempertimbangkan sistem keorganisasian dan hubungan induk dengan anak
perusahaan sehingga karyawan dan organisasi dapat bekerja dan
memberikan inovatif dan kreatifitas yang tinggi..
d. Perubahan Kondisi Perusahaan
Perubahan kondisi perusahaan sering menuntut manajemen untuk
mengubah iklim perusahaan supaya perusahan semakin inovatif dalam
menciptakan produk dengan cara kerja yang baru. Iklim ini dapat diciptakan
bila perusahaan memperbaiki aspek manajemennya, aspek-aspek
keorganisasian, kondisi kerja dan manajemen kinerja dalam organisasi
perusahaan.
e. Hubungan holding dan Anak Perusahaan
Perusahaan induk dapat ikut dalam mengambil keputusan pada anak
perusahaan, berarti induk peruahaan berfungsi sebagai operating holding
system. Semakin besar perusahaan maka holding berlaku sebagai supporting
holding. Supporting holding sifatnya hanya berperan dalam keputusan-
keputusan penting untuk mendukung anak perusahaan untuk berkinerja tinggi.
Kadangkala jika anak perusahaan semakin besar maka induk perusahaan
hanya bertindak sebagai investment holding yag hanya sebagai penyuntik
ekuitas dan pinjaman. Pertanggung jawaban Anak perusahaan pada akhir
tahun harus dilakukan dan menyetor deviden kepada induk perusahaan.
f. Kondisi Serikat Karyawan
karyawan berperan sebagai partner dan asset perusahaan serta
konsultan bagi perusahaan, maka keterbukaan manajemen semakin dituntut
dalam aktifitas organisasi perusahaan. Karyawan selalu menyuarakan hak
156
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
mereka oleh sebab itu diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan
antara organisasi perusahaan dengan karyawan. Kesuksesan perusahaan
berada di tangan para karyawan oleh sebab itu merekalah yang harus selalu
diperbaruhi untuk menghasilkan inovatif dan kreatifitas dalam memenangkan
persaingan.
g. Fleksibilitas Manajemen Perusahaan
Supaya organisasi bergerak lebih lincah dalam pengambilan keputusan
dengan cepat dan efektif maka manajemen perlu melakukan restrukturisasi.
Akibatnya terjadi perubahan job description, kewenangan pada tiap irarkhi
manajemen untuk mengambil keputusan. Contoh PT Kimia Farma melakukan
restrukturisasi organisasi dengan memisahkan unit apotik seingga
manajemen menjadi lincah bergerak dan fokus dalam beroperasi.
13.4. Kategori Restrukturisasi
Pada intinya restrukturisasi dapat dikategorikan pada tiga jenis yaitu :
1). Restrukturisasi Asset.
2). Restruktrisasi Modal.
3). Restrukturisasi Manajemen / Organisasi.
Namun yang kita bahas adalah point ke tiga yaitu restrukturisasi
manajemen dan organisasi. Restrukturisasi manajemen dan organisasi
merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur organisasi,
pembagian kerja, sistem operasional dan lain sebagainya yang berkaitan
dengan masalah manajerial dan organisasi. Tujuannya adalah perbaikan
kinerja organisasi dan kinerja karyawan dengan cara-cara yang inovatif
sehingga pelaksanaan pekerjaan dalam manajemen organisasi lebih efisien
dan efektif. Demikian juga halnya dengan pendistribusian tanggung jawab
dan wewenang lebih adil, keputusan dapat dilaksanakan dengan tepat dan
tidak berbelit-belit serta para karyawan mempunyai kompetensi yang mampu
menjawab tantangan permasalahan di setiap unit kerja. Sebelum
restrukturisasi dilakukan maka pihak manajemen perusahaan perlu
melakukan penilaian secara komprehensip terhadap semua permasalahan
yang dihadapi perusahaan, yang disebut dengan due diligence ( penilaian uji
tuntas perusahaan ).
157
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Hasil penilaian akan sangat bemanfaat untuk melakukan langkah kearah
restrukturisasi dengan dasar skala prioritas. Pelaksanaan restrukturisasi
harus melibatkan dan mendapatkan dukungan komitmen dari semua pihak
yang ada dalam manajemen organisasi perusahaan. Kerja sama, niat yang
baik dan semangat kerja yang tinggi harus didukung oleh semua jajaran di
dalam organisasi, baik karyawan, manajemen dan komisaris serta dukungan
dari stakeholders yang sanagt memberikan pengaruh dan dukungan untuk
mencapai keberhasilan dalam proses restrukturisasi organisasi.
Restrukturisasi biasanyan terjadi dalam kondisi perusahaan yang
sedang menurun dan dalam hal ini kebijakan perusahaan bisa berbentuk
downsizing atau delayering. David,F ( 1997 ). David.F. menyatakan bahwa
pengurangan skala perusahaan diperlukan untuk memperbaiki effisiensi dan
efektifitas organisasi perusahaan. Selain itu strategi restrukturisasi digunakan
untuk mencari jalan keluar bagi perusahaan yang kurang berkembang atau
adanya ancaman dari organisasi lain dalam aktifitas persaingan global.
Mintzberg & Quinn ( 1996 ) mengemukakan bahwa Pemilik perusahaan
harus melakukan perubahan dalam tim manajemennya, bisa berbentuk
perubahan strategi perusahaan ataupun masuknya teknologi baru dalam
manajemen perusahaan. Sedangkan makna lain menyatakan bahwa
restruturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
dan mengoptimalkan baik dari pihak kinerja karyawan maupun dari kinerja
perusahaan ( Djohan Putro & Bramantyo : 2004 ).
Contoh Restrukturisasi yang dilakukan oleh PT. Angkasa Pura I.
PT. Angkasa Pura I 23 juli 2010 merupakan “ The Tipping Point “ atau
tonggak sejarah baru, dimana Direksi yang dilantik langsung menganbil
langkah transformative, yaitu dengan melakukan Langkah reposisi dan
restrukturisasi bisnis perusahaan serta perubahan paradigma bisnis yang
terukur dan sistimatis.
Fokus utama dari konsep reposisi dan restrukturisasi adalah
membangun sumberdaya manusia yang lebih memiliki kompetensi dan
termotivasi dalam aktivitas kerja. Yang merupakan landasan perubahan yang
dilakukan secara terukur dan sistematis untuk mencapai hasil optimal dan
berkesinambungan dalam pengembangan sumberdaya manusia untuk
mencapai masa depan perusahaan yang lebih baik.
158
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Sejalan dengan upaya pengembangan SDM, Angkasa Pura Airport
melakukan berbagai inisiatif, diantaranya membangun Center for Exellemce
sebagai pusat pelatihan kebandarudaraan bertaraf internasional. Saat ini
telah melatih 2.400 karyawan melalui program pendidikan dan pelatihan yang
berjenjang. Selain itu juga dilakukan pengiriman manajemen staff untuk
mengikuti pelatihan dipusat Akademi Kebandarudaraan di dunia yaitu Incheon
Aviation Academy di Korea Selatan. Pada saat ini pelatihan tersebut telah
memasuki Batch III. Korps Pasukan Khusus ( Kopassus ) TNI-AD dalam
memberikan pelatihan dasar kepemimpinan bagi calon pegawai maupun bagi
tenaga aviation security Angkasa Pura Airport. Semua dilakukan sebagai
wujud kesungguhan dan komitmen perusahaan terhadap perkembangan
Sumberdaya manusia dan sebagai landasan keberhasilan program
transformasi yang tengah berjalan di Angkasa Pura.Airports.
Berbagai inisiatif telah dilakukan Angkasa Pura Airport yang mulai
menunjukan hasilya, kini terlihat perubahan paradigma bisnis di Angkasa
Pura Airport, semangat dan produktifitas Sumberdaya Manusia terus
meningkat. Dari sisi pendapatan, revenue non-aeronautika dari waktu kewaktu
bertumbuh diatas pertumbuhan trafik penumpang yang mencapai 12 %
pertahun.
Komitmen dan fokus pengembangan Sumberdaya Manusia mendapat
apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya penghargaan The Best For
Human Capital Initiative dan lainnya. Ini adalah hasil kerja keras seluruh
karyawan Angkasa Pura Airport dengan organisasi perusahaan sebagai
sebuah tim kerja yang solid. Saat ini phak manajemen perusahaan tengah
gencar mensosialisasikan struktur organisasi baru yang akan di
implementasikan ( 1 januari 2013 ).
Dari poin diatas maka dapat dikatakan kekuatan lingkungan
menyebabkan perubahan suatu organisasi, dari waktu kewaktu dari bisnis
yang satu ke bisnis yang lain.
Perubahan organisasi memiliki implikasi terhadap pengelolaan
sumberdaya manusia yaitu perubahan yang terus menerus kearah strategi
yang berfokus kepada keinginan konsumen dan kualitas secara menyeluruh.
Restrukturisasi organisasional terus berlangsung membawa dampak terhadap
perampingan perusahaan dan Pemutusan Hubungan Kerja. Perubahan
organisasi memerlukan persyaratan SDM masa depan yang harus diantisipasi
159
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
dan dipenuhi serta perlu nisiatif untuk merespon terhadap tuntutan angkatan
kerja yang semakin beragam.
Mengelola perubahan organisasi membutuhkan waktu karena
menggabungkan kemampuan Sumberdaya Manusia dengan kondisi
organisasi yang baru. Dengan mengadakan perubahan berarti kolaborasi &
kemitraan antar manajer lini, profesional Sumberdaya Manusia dan semua
karyawan dalam organisasi perusahaan
Perubahan organisasi terus berlanjut pada proses perencanaan,
aktivitas pelaksanaan, dan penilaian kembali Sumberdaya Manusia. Pada
fase perubahan organisasional dan perubahan perencanaan sumberdaya
manusia yang mengaju kepada kegiatan dan proses yg berhubungan dengan
pengabunggan, perancangan kembali, dan reposisi Sumberdaya Manusia
dalam organisasi perusahaan.
160
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB. XIVKOMPETENSI DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF
14.1. Kompetensi
Kinerja merupakan tantangan dunia usaha untuk tetap unggul. Kayawan
sebagai assets dan partner bisnis perusahaan selalu siap mendukung
tantangan dunia usaha tersebut disamping mereka sebagai faktor produksi
yang tidak pernah habis dipakai dalam proses produksi dan selalu harus
dikembangkan sesuai dengan perubahan lingkungan dan teknlogi sehingga
organisasi perusahaan memiliki kompetensi yang khusus yang sulit ditiru
oleh perusahaan lain.
Organisasi perusahaan akan unggul bila ia memiliki kompetensi yang
khusus. Kompetensi diartikan sebagai tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan, keahlian, bakat dan sifat positif yang harus ada dalam suatu
perusahaan, sehingga ia memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan
organisasi perusahaan saingannya dan selalu menang dalam persaingan
global.
14.2. Keunggulan Kompetensi
Dengan adanya kompetensi yang dimiliki organisai perusahaan maka
ada beberapa hal yang perlu di perhatikan antara lain yaitu :
161
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
1. Kompetensi akan membedakan Organisasi perusahaan yang satu dgn
organisasi perusahaan Saingannya.
2. Kompetensi harus dimiliki oleh tiap anggota organisasi perusahaan baik
dalam pekerjaan yang sifatnya berbeda dan juga pada tingkat mnajemen
yang berbeda dalam organisasi perusahaan.
3. kompetensi yang dimiliki suatu organisasi perusahaan susah ditiru
oleh organisasi perusahan lainnya.
14.3. 10 Pilar Keunggulan Kompetitif
Terdapat 10 Pilar keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh organisasi
perusahaan. Jika dilihat dari internal organisasi perusahaan maka untuk
mencapai keunggulan kompetitif tersebut maka perusahaa harus mempunyai
atau 7 dari 10 Pilar keunggulan yang harus dimiliki oleh organisasi
perusahaan yaitu :
1. Setiap karyawan mendapatkan kegembiraan itu penting dalam bekerja.
2. Selalu mempunyai keyakinan untuk memiliki yg terbaik dalam bidang
pekerjaan atau usahanya dalam organisasi.
3. Semua tenaga kerja dalam organisasi perusahaan harus kreatif dan
inovatif dan tidak takut gagal dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab dalam bekerja.
4. Semua tenaga kerja wajib memperhatikan hal-hal yang detail dari setiap
pekerjaannya.
5. Menganggap dan menyakini bahwa manusia penting sebagai individu
yang Sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam menunjang tujuan
organisasi perusahaan.
6. Karyawan harus mempunyai kualitas yang tinggi dalam bekerja sehingga
dapat menciptakan pelayanan yang unggul di setiap saat.
7. Sangat mendukung terciptanya hubungan informal untuk mencapai
terciptanya / memperbaiki alur komunikasi dalam organisasi perusahaan.
8. Sangat penting untuk mencapai pertumbuhan secara ekonomis dan laba
usaha.
9. Mempertahankan prinsip Hand –on management yaitu pentingnya
keterlibatan para atasan/ para manajer dalam aktifitas pelaksanaan
pekerjaan bukan hanya sebagai pembuat rencana dan pekerjaan
administrasi.
162
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
10. Adanya sebuah Falsafah: Organisasi yang dikenali dan dikembangkan
dan serta didukung oleh pimpinan puncak.
14.4. Pendekatan Boston Consulting Group
Untuk mengetahui posisi perusahaan dalam aktifitasnya dalam dunia
persaingan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan/ strateginya dalam memanage
sumberdaya manusia dilakukan beberapa pendekatan antara lain dengan
mengunakan pendekatan fortfolio ( Analisa Pendekatan Boston Consulting
Group (BCG). Pendekatan ini dilakukan dalam menganalisa manajemen
sumberdaya manusia dengan menggunakan 2 dimensi Yaitu :
1. Pendekatan dari Aspek Produktivitas / Kinerja karyawan.
Produktivitas kerja dapat di nilai dari hasil kerja karyawan yang sesuai
dengan job diskripsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang di
nilai pada saat ini. Garis vertical ( gambar 13.1. ) menunjukan kinerja
karyawan, yang semakin keatas semakin tinggi kinerjanya dan semakin
kebawah semakin rendah kinerjanya.
2. Potensi Pengembangan
Potensi pengembangan mengambarkan kemampuan karyawan untuk
dapat berkembang dimasa datang dalam menyonsong berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk tetap unggul dan dapat
memenangkan persaingan di masa datang. Garis horizontal ( Gambar
13.1 ). Menunjukan potensi pengembangan yang semakin kekanan
semakin besar potensi pengembangan karyawan dan semakin kekiri
semakin rendah potensi pengembangan karyawan tersebut dalam suatu
organisasi.
Dari dua dimensi point diatas maka posisi organisasi perusahaan berada
pada 4 posisi yang nantinya akan diketahui apa kelemahan yang terjadi
pada perusaahan dan strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk diterapkan
pada masa yang akan datang. Adapun empat posisi peusahaan tersebut
adalah sebagai berikut yaitu ;
· Kuda Kerja
· Dead Wood
· Problem Employment
· Star
163
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Di bawah ini dipaparkan gambar empat posisi yang terjadi pada
organisasi perusahaan yaitu sebagai berikut :
Gambar 15.1. 4 Posisi Perusahaan dalam Hubungannya dengan
Kinerja dan Potensi Pengembangan Karyawan
KUDA KERJA
Perusahaan yang berada pada posisi Kuda kerja dimaksudkan bahwa
posisi perusahaan berada pada kondisi yang sulit karena pada posisi ini
kinerja karyawan mempunyai hasil kerja yang tinggi namun jika ditinjau dari
pengembangan potensinya dimasa datang sangat rendah artinya karyawan
tersebut tidak dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga karyawan tidak dapat untuk diandalkan
dalam menghasilkan inovatif dan kreatif untuk memenangkan persaingan
dimasa depan.
Perusahaan yang berada pada kondisi Kuda Kerja mempunyai
beberapa ciri yang dapat dikemukakan sebagai berikut yautu :
a. Kinerja karyawan dalam perusahaan dapat dikatakan pada posisi tinggi.
b. Namun potensi pengembangan karyawan perusahaan dimasa datang
dapat dikatakan rendah, seperti kuda karyawan bekerja hanya sebagai
pengangkut beban. Kurang dapat di andalkan untuk menghadapi
tantangan persaingan global..
Strategi yang sebaiknya dilakukan perusahaan antara lain:
1. Tekankan Pada Pendidikan & Latihan pada hal-hal yg perlu saja.
164
POTENSI PENGEMBANGAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Penekanan pada penghematan biaya yang effektif.
3. Perencanaan Sumberdaya Manusia Jangka Panjang.
4. Karyawan seperti ini sulit untuk dikarirkan dimasa datang.
Apa kebijaksanaan atau strategi yang kurang tepat dilakukan
perusahaan?(Diskusi Kelas )
STAR
Posisi organisasi perusahaan yang berada pada posisi star menunjukan
kinerja karyawan tinggi dan potensi pengembangan karyawan juga besar.
Organisasi Perusahaan yang mempunyai karyawan berada pada posisi star
ini sangatlah menguntungkan karena karyawan dapat diarahkan untuk
pengembangan dimasa datang dalam menghasilkan inovasi dan kreatifitas
menghasilkan produk dan jasa yang unggul dan perusahaan akan dapat
memenang bersaing di pasar bisnis global.
Adapun ciri-ciri posisi perusahaan yang berada pada Star dapat
dipaparkan sebagai berikut :
1. Karyawan mempunyai kinerja yang tinggi.
2. Potensi pengembangan karyawan tinggi.
3. Kebijakan perusahaan adalah mempertahankan karyawan dengan
kompensasi yang sesuai dengan harga pasar atau diatas harga pasar
4. Siapkan karir karyawan yang sifatnya dapat memotivasi semangat kerja.
5. Pada fase ini hanya mempekerjakan karyawan professional yang tepat
dan terbaik, bila perlu banyak karyawan professional yang unggul.
6. Berikan Motivasi dengan cara memberikan tugas dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan yang sifatnya lebih menantang.
7. Keleluasaan dalam bekerja baik dalam hal cara kerja maupun dalam
hal waktu kerja.
8. Pengakuan atas prestasi kerja karyawan dengan reward yang dapat
memotivasi. .
Kebijaksanaan apa yg dilakukan perusahaan ini sehingga dapat tetap
mencapai keunggulan ? ( Diskusi Kelas )
165
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Dead Wood
Posisi perusahaan yang berada pada dead wood memperlihatkan kinerja
karyawan rendah demikian juga potensi pengembangannya karyawan dimasa
datang juga rendah. Kemungkinan perusahaan juga akan bigung mau
diapakan karyawan dengan kondisi seperti ini dalam menghadapi tantangan
masa depan perusahaan. Untuk dikembangkan tidak memungkinkan karena
potensinya tidak tercapai dan seterusnya. Kondisi ini akan membuat
perusahaan tidak pernah unggul, tidak pernah punya kinerja tinggi dan
akhirnya membawa peusahaan pada kebangkrutan. Jika kondisi perusahaan
seperti ini maka dapat dikatakan kebijakan rekrutmen yang dilakukan
perusahaan kurang berhasil dalam menghimpun orang-orang unggul yang
dapat mendukung keberhasilan perusahaan dimasa datang.
Mau diapakan perusahaan dalam kondisi seperti ini ? ( Diskusi Kelas)
Problem Employment
Kondisi perusahaan yang berada pada posisi problem employment
dimana karyawan berada pada kinerja karyawan rendah namun sebaliknya
potensi pengembangan karyawan tinggi. Perusahaan beruntung mendapatkan
karyawan seperti ini karena tidak terlalu sulit untuk membenahinya kembali
ke kinerja yang tinggi. Biasanya dengan beberapa penanganan konsultasi
yang terarah maka akan teratasi dengan baik yaitu kinerja kembali meningkat
tajam dan dapat mendukung organisasi perusahaan dalam menciptakan
inovatif dan kreatifitas sehingga mendorong perusahaan dalam memenangkan
persaingan.
Adapun ciri khas perusahaan yang karyawannya berada pada posisi
problem employement adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Kinerja karyawan dapat dikatakan Rendah.
2. Potensi Pengembangan karyawan untuk masa depan dapat
dikategorikan tinggi
Strategi yang diambil sebaiknya mengatasi hal tersebut adalah :
* Penekanan pada perencanaan yang telah di buat sebelumnya..
* Penempatan karyawan Berdasarkan : “The Right Man in The Right place”.
166
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
* Dilakukan kegiatan konsultasi bagi kayawan-karyawan yang mempunyai
problem seperti itu, umpamanya : Masalah karir yg tdk cocok,
penempatan yang belum sesuai dengan keahlian, atau ada masalah
dengan atasan dan para Pimpinan pada level yang lebih tinggi. Kondisi
ini menimbulkan dampak yang dapat memicu turunnya motivasi kerja
dan pada akhirnya menurunkan kinerja karyawan tesebut.
Dari kempat posisi perusahaan diatas maka dapat dikatakan kondisi
yang terbaik bagi perusahaan adalah berada pada posisi Star. Dimana posisi
ini akan dapat mendukung perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis,
yang para karyawannya selalu inovatif dan kreatif dan selalu unggul.
Pertanyaan muncul apakah perusahan ini akan selalu berada pada posisi
star. Untuk mempertahankan perusahaan pada posisi star tidaklah mudah
karena perusahaan harus selalu menditeksi dan mempelajari lingkungan dunia
usaha yang berada di luar perusahaan. Banyak perusahaan saingan yang
siap untuk membajak karyawan yang berkinerja tinggi dengan menawarkan
gaji yang lebih tinggi dengan berbagai fasilitas yang menarik. Maka
perusahaan harus berhati-hati dalam memelihara karyawannya dan
perusahaannya setiap saat.
167
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB XVKOMPENSASI BALAS JASA
15.1. Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan
terhadap para karyawan yang telah menyumbangkan tenaganya bagi
perusahan sehingga perusahaan dapat sukses dan unggul bersaing. Ada
pendapat menyatakan bahwa kompensasi dibagi dua yaitu kompensasi yang
dinilai dengan sejumlah uang dan kompensasi yang bersifat non uang. Atau
kompensasi juga dapat dibagi atas kompensasi langsung dan kompensasi
tidak langsung.
Kompensasi dalam bentuk non uang dapat dibagi atas dua bagian yaitu
kompensasi yang besarnya dipengaruhi jenjang karir dan kompensasi yang
besarnya dipengaruhi oleh faktor social.
Bentuk kompensasi yang dipengaruhi oleh jenjang karir dapat berupa
rasa aman, pengembangan diri, fleksibilitas karir dan peluang kenaikan
penghasilan. Bentuk kompensasi yang dipengaruhi oleh faktor social dapat
berbentuk symbol status, pujian dan pengakuan, kenyamanan tugas dan
persahabatan. Kompensasi dalam bentuk non uang ini sifatnya adalah
motivator atau mendorong semangat kerja sehingga karyawan bekerja dengan
semangat kerja yang tinggi.
168
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Kompensasi yang dinilai dengan sejumlah uang dapat berbentuk
kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung. Kompensasi tidak
langsung biasanya kompensasi yang berperan sebagai tunjangan yang
mendukung kompensasi langsung.
Kompensasi tidak langsung dapat berbentuk :
1. Perlindungan pribadi, yang berupa pensiun, tabungan, pesangon
tambahan dan asuransi.
2. Bayaran tidak masuk kantor, yang berupa pelatihan, cuti kerja, sakit,
liburan, acara pribadi dan masa istirahat.
3. Tunjangan siklus hidup berupa program kesehatan, konseling dan biaya
pindah.
Kompensasi Langsung adalah kompensasi yang berdasarkan
keterampilan,yang dapat berbentuk:
1. Gaji pokok termasuk pembayaran aplusan dan premi.
2. Pembayaran berdasarkan kinerja, yang termasuk bagian saham, bonus,
pembayaran tunjangan dan pembayaran insentif.
15.2. Tujuan Kompensasi ( Balas Jasa )
Kompensasi yang diberikan perusahaan terhadap para karyawan
tentunya mempunyai tujuan antara lain yaitu :
a. Menarik para calon karyawan yang potensial. Program kompensasi yang
menarik dapat merekrut dan menseleksi karyawan yang tepat, pada
waktu yang tepat dan pekerjaan yang tepat. Biasanya kebijakan ini
dapat menarik para karyawan yang unggul.
b. Karyawan yang berkinerja tinggi dapat bertahan diperusahaan dalam
jangka waktu yang lama. Kompensasi yang tidak adil secara internal
dan kompensasi eksternal tidak bersaing penyebab karyawan keluar
dari perusahaan. Hal ini perlu untuk dihindari perusahaan.
c. Memperbesar tingkat kinerja para karyawan. Kompensasi yang bersifat
uang dan non uang dapat menjadi motivator dalam meningkatkan kinerja
para karyawan, tentunya pada level-level tertentu dapat dibedakan alat
motivasinya.
d. Dapat merahi keunggulan kompetitif. Kompensasi yang adil dan
memotivasi akan mmotivasi karyawan untuk tetap berinovasi dan
berkreatif sehingga perusahaan tetap unggul dalam persaingan dunia
169
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
bisnis. Walaupun biaya tenaga kerja yang dibebankan terhadap
perusahaan berkisar antra 10 sampai 80 % dari biaya total aktivitas
perusahaan.
e. Pembayaran kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
program pembayaran.
f. Sasaran strategis akan mudah tercapai, karena perusahaan bisa
menciptakan budaya yang menguntungkan dan kompetitif. Bila karyawan
termotivasi maka organisasi lebih memungkinkan mencapai sasaran
strategis perusahaan. Jika pembayaran didasarkan pada nilai jabatan
atau keterampilan yang relevan dengan jabatan, organisasi memiliki
kemungkinana lebih besar untuk menarik, memotivasi dan
mempertahankan karyawannya.
g. Mengokohkan stuktur organisasi dan menentukan irarkhi status
organisasi perusahaan sehingga karyawan dalam posisi teknik dapat
mempengaruhi pra karyawan lain pada posisi lain.
15.3. Keputusan Strategis Dalam Sistem Kompensasi
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat keputusan
tentang kompensasi yaitu :
1. Strategi Bisnis
Keputusan dalam mendesain kompensasi sebagai aspek integral
strategi bisnis atau menganggap sebagai pendukung. Beberapa perusahaan
seperti Motorola, General Electric menemukan bahwa sistem kompensasi
dapat mendorong karyawan lebih besar dalam mengadakan perubahan
organisasi, dibandingkan dengan peningkatan kompensasi tahunan yang
secara otomatis berubah sesuai dengan perubahan kepangkatan dan
senioritas karyawani.
2. Struktur Pembayaran Internal
Setiap orang dibayar sesuai dengan apa yang mereka kerjakan,
karyawan melihat apa yang dihargai dan dinilai oleh perusahaan. Pekerjaan
dinilai sesuai dengan seberapa penting karyawan dalam inti kgiatan bisnis.
Perbedaan pembayaran terjadi berdasarkan tingkat keterampilan karyawan,
170
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
karena keleluasaan dalam merancang irarkhi bayaran akan berbeda dalam
organisasi dengan teknologi yang sama.
Contoh perusahaan Bonneville International, mempunyai struktur
pembayaran tunggal untuk semua karyawan tetap untuk semua devisi di
perusahaan. Sedangkan pesaingnya mengunakan pendekatan pembayaran
desentralisasi dan masing-masing devisi mempunyai struktur dan rating
pembayaran sendiri-sendiri. Perbedaan pembayaran sering dijumpai pada
perusahaan dan akan di evaluasi oleh karyawan dan dinilai sesuai dengan
struktur pembayaran internal adil dan masuk akal.
3. Keadilan Eksternal
Keadilan eksternal mengacu pada posisi kompensasi suatu perusahaan
dibandingkan dengan penentuan posisi kompensasi perusahaan pesaingnya.
Bayaran yang menonjol adalah gaji pokok dengan tunjangan. Dalam
lingkungan yang sangat kompetitif sa’at ini beberapa perusahaan secara
kreatif mengabungkan beberapa bentuk pembayaran.
Gaji pokok sudah tidak lagi merupakan poin yang berarti, misalnya
untuk mendukung kinerja yang tinggi maka tenaga penjual suatu perusahaan
menetapkan gaji pokok yang lebih rendah dengan potensi bonus yang lebih
tinggi. Program kebijakan pembayaran kompensasi seperti ini merupakan
pemindahaan sebagian besar resiko kepada karyawan. Adakalanya
penetapan gaji pokok karyawan yang tinggi dengan tingkat program potensi
bonus yang rendah, merupakan program kebijakan pembayaran kompensasi
lebih besar bagian resiko kepada perusahaan.
4. Fokus Kinerja
Merancang sistem kompensasi yang berfokus pada kinrja. Proporsi
pembayaran yang ditempatkan pada resiko, tingkat perbedaaan bayaran
diantara karyawan yang mempunyai kompetensi yang berbeda, dan
penekanan relative dinilai berdasarkan kinerja individu versus tim versus
perusahaan. Semuanya mempunyai implikasi strategis bagi organisasi
perusahaan dan perkembangan karir karyawan dimasa datang untuk tetap
inovatif dan unggul dalam pasar global.
171
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
15.4. Peran Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal membentuk keputusan tentang kompensasi yaitu
berupa peran pasar tenaga kerja, undang-undang atau peraturan tentang
balas jasa terhadap karyawan dan peran serikat pekerja sangat mendukung
tingkat kesejahtaraan karyawan.
a. Peran Pasar Tenaga Kerja Dalam Penetapan Kompensasi.
Peran Pasar tenaga kerja dapat mempengaruhi sistem kompensasi
dalam dua hal yaitu :
Tingkat Persaingan Tenaga Kerja.
Manajemen Perusahaan adakalanya menentukan tingkat pembayaran
terlalu rendah sehingga kurang menarik bagi calon karyawan yang memenuhi
syarat untuk bekerja diperusahaan tersebut. Pasar tenaga kerja baik pasar
internal maupun eksternal hendaknya memberi kesempatan kepada calon
karyawan yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan yang tersedia dengan
memberikan peluang dalam merundingkan syarat-syarat ketenaga kerjaan
sehingga terjadi keputusan yang lebih baik.
Permintaan mendorong harga tenaga kerja naik. Harga tenaga kerja
yang tinggi pada gilirannya menarik lebih banyak karyawan masuk kepasar
tenaga kerja.
Mencari alternatif dengan mengunakan tenaga kerja asing yang harganya
lebih rendah, atau dengan mengunakan teknologi dan mengurangi
kebutuhan akan tenaga kerja.
b. Peran Serikat Pekerja
Peran serikat pekerja dalam perusahan dapat meningkatkan upah 10
% sampai 15 % dan menaikan tunjangan sebesar 20 % sampai dengan 30
%. Beberapa peneliti berpendapat bahwa dengan memperbaiki kepuasan
karyawan dapat menurunkan tingkat turn over karyawan serta mengurangi
absensi dan serikat pekerja mempunyai efek positif terhadap produktifitas
netto.
15.5. Peran Lingkungan Internal
Dalam lingkungan internal ada empat aspek yang perlu dipaparkan yaitu
sebagai berikut :
172
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
a. Daur Hidup Organisasi
Perkembangan tingkat kompensasi dari suatu perusahaan dipengaruhi
oleh tahap perkembangan organisasi tersebut atau yang biasa disebut dengan
daur hidup organisasi. Organisasi perusahaan yang tumbuh pesat mempunyai
beberapa tahap daur hidup organisasi.
Adapun tahap-tahap daur hidup organisasi yang dapat di kategorikan
adalah sebagai berikut :
I. Tahap Permulaan
Pada tahap ini organisasi perusahaan lebih menekankan pada
pengembangan produk dan perluasan pasar. Menarik kontributor terbesar
dan memudahkan tercapainya inovasi adalah persoalan yang terpenting dalam
pengelolaan sumber daya manusia. Pada tahap ini memungkinkan terjadiya
resiko yang tinggi, pertumbuhan penjualan lamban karena pasar belum luas
dan masayarakat belum mengenal produk baru tersebut. Akibatnya laba
yang didapat rendah, sehingga perusahaan menawarkan gaji pokok dan
tunjangan kepada para karyawan tentunya di bawah pasar. Namun untuk
mengimbangi hal-hal ini ditawarkan insentif jangka pendek dan jangka panjang
secara luas, yang dirancang untuk merangsang inovasi dan kreatifitas seluruh
karyawan dalam perusahaan tersebut.
II. Tahap Pertumbuhan
Pada tahap pertumbuhan ini penjualan berkembang pesat, dengan
peningkatan pendapatan atau keuntungan yang cukup besar bagi
perusahaan. Dalam memenuhi keinginan permintaan produk dan jasa yang
meningkat, organisasi perusahaan harus inovatif dan kreatif tumbuh
berkembang dengan pesat sesuai dengan permintaan pasar.
Fokus sumber daya manusia di titik beratkan pada rekrutmen yang
efektif dan pengadaan pelatihan dalam mengembangkan modal yaitu
mengembangkan tenaga kerja.
Bonus bisa diberikan bagi karyawan yang memberikan inovasi dan
dampaknya terhadap pertumbuhan penjualan. Selain bonus pilihan saham
(stock option) juga bisa diberikan guna mendorong karyawan memikirkan
pertumbuhan perusahaan dimasa datang.
173
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
III. Tahap Dewasa
Pada tahap dewasa terjadi pertumbuhan lebih lamban di bandingkan
tahap sebelumnya dan lebih teratur karena pasar telah penuh dengan berbagai
macam produk. Tingginya biaya masuk dan terjadinya hambatan untuk keluar
dari pasar persaingan membuat jumlah pesaing tetap rendah, sehingga
organisasi itu dapat memfokuskan diri terhadap pencapaian profitabilitas.
Pada tahap ini terjadi konsistensi terhadap kinerja karyawan. Untuk
mempertahankan karyawan yang berkinerja super merupakan persoalan yang
muncul dalam pengelolaan sumber daya manusia. Pembagian keuntungan
dapat berupa bonus tunai, atau hadiah berupa saham yang dikaitkan dengan
pertumbuhan jangka pendek atau jangka panjang yang dapat diberikan untuk
mempertahankan kontributor kunci, bersama dengan gaji pokok dan tunjangan
yang kompetitif.
IV. Tahap Penurunan
Pada tahap penurunan ini fokus sumber daya manusia beralih ke
pengurangan tenaga kerja karena pangsa pasar untuk produk dan jasa telah
menurun permintaannya. Kebijakan penetapan Gaji pokok dan tunjangan
sangat kompetitif sifatnya, dan kemungkinan kompensasi karyawan merosot
sampai dibawah harga pasar karena manajemen berusaha membuat
kebijakan yaitu kebijakan mengurangi pengeluaran perusahaaan.
Daur hidup organisasi telah mendapat perhatian luas sebagai sarana
penuntun untuk merancang sistem kebijakan besarnya tingkat kompensasi
yang diberikan terhadap para karyawan. Tetapi adakalanya lebih dari satu
perangkat kebijakan kompensasi kemungkinan dapat sesuai untuk digunakan
pada tahap daur hidup tertentu. Organisasi yang mempunyai jenis produksi
lebih dari satu produk, masing-masing mempunyai tahap daur pengembangan
yang berbeda-beda sifatnya. Kompleksitas ini kemungkinan membuat orang
tak mungkin mengklasifikasikan dalam perusahaanya satu bauran
kompensasi saja, tentunya disesuaikan dengan tahap pengembangan daur
produk tersebut.
Untuk lebih jelasnya bauran pembayaran yang potensial untuk tahap
daur hidup organisasi dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.
174
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Gambar 15.1. Perkembangan Daur Hidup Organisasi
175
I
II
III IV
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
tTabel 15.1. Strategi Pembayaran Untuk Tahap Daur Hidup Organisasi
Sumber : Susan & Randall ( 1996).
b. Budaya Organisasi
Budaya Organisasi selalu berbeda antara yang satu perusahaan dengan
perusahaan yang lainnya. Budaya organisasi biasanya ditentukan oleh nilai-
nilai, norma-norma, dan harapan yang membentuk budaya tersebut. Budaya
organisasi yang kuat akan memperkuat kinerja karyawan. oleh sebab itu
budaya organisasi perlu di pelihara dengan baik-baiknya baik bagi karyawan
ataupun organisasi perusahaan.
176
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Sistem kompensasi mencerminkan nilai-nilai organisasi. Sistem
kompensasi menciptakan loyalitas dan menumbuhkan komitmen jangka
panjang organisasi yang terdapat pada diri individu karyawan. Alokasi imbalan
didasarkan pada evaluasi kualitatif dan subjektif penyelia terhadap para
karyawannya. Budaya organisasi merupakan cerminan para anggotanya
dalam memiliki rasa kebanggaan yang sama terhadap jalinan persaudaraan
dalam organisasi.
Budaya pasar (market culture) mengaitkan imbalan secara objektif dan
eksplisit dengan kinerja. Kewajiban karyawan berdasarkan kontrak yang
ditentukan sebelumnyan antara individu dan organisasi. Budaya pasar tidak
didasarkan pada loyalitas, kerjasama atau rasa ikut memiliki. Para karyawan
merasa tidak begitu terhalang oleh norma-norma, nilai-nilai, atau kesetiaan
pada cara melakukan pekerjaan yang bisa diterima. Budaya pasar mendorong
adanya inisiatif pribadi, rasa kepemilikan, dan rasa tanggung jawab.
c. Keragaman Budaya
Keragaman budaya tenaga kerja dan masalah operasi internasional
mulai mempengaruhi desain sistem kompensasi. Nilai uang merupakan harga
pengakuan organisasi terhadap keprofesional dan rasa hormat dari rekan,
serta tugas yang menantang (David Jamieson,& Julie O’mara). Imbalan
sangat penting bagi individu dan sangat mempengaruhi motivasi kerja
karyawan, meningkatkan produktivitas, dan kepuasan para karyawan. Lebih
beragamnya imbalan jelas diperlukan dalam era yang semakin beragam
budaya.
Keragaman budaya diantara karyawan di A.S. sangat besar sekali
namun, adakalanya perusahaan tidak mampu mengenali pentingnya nilai-
nilai budaya dan pengaruhnya terhadap sistem kompensasi, loyalitas dan
komitmen.
Karena keragaman budaya maka organisasi perusahaan menghadapi
tugas yang sulit dalam mengelola imbalan dalam budaya majemuk, yang
masing-masing menekankan nilai-nilai dan prioritas imbalan yang berbeda-
beda.
Sistem kompensasi di Republik Rakyat China mengambarkan
karyawan dengan karakter yang baik, bekerja sama dalam kelompok dan
memperlihatkan perilaku (altruisme, pelayanan, dan kesadaran) yang
177
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
menguntungkan kelompok, dibandingkan kesuksesan yang ingin dicapai
individu. Dalam memperkokoh budaya organisasi, semua pekerja, tanpa
memandang tingkat atau jabatan, menerima upah dasar yang sama
(misalnya, empat puluh yuan sebulan). Para pekerja memperoleh subsidi
sewa rumah, transportasi, makanan, sanitasi, pensiun, pendidikan dan
kesejahteraan umum. Walaupun tanggung jawab pekerjaan dan senioritas
yang berbeda. Sistem Bayaran berdasarkan kinerja, yang besarnya sepertiga
total bayaran sesuai dengan kegiatan-kegiatan organisasi, sedangkan di
negara-negara Barat berlawanan sistem bayaran kurang bersifat kolektif.
d. Strategi Organisasi
Dua pertiga dari perusahaan yang menerapkan sistem penggajiannya
berdasarkan perubahan-perubahan fundamental dalam cara mereka
memandang dan mendefinisikan pasar. Berarti pemilihan bauran kompensasi
yang tepat sangat tergantung dari harapan perusahaan terhadap
karyawannya, dan menyesuaikan diri dengan inisiatif srategi organisasi
perusahaan, yaitu strategi pengembangan kewirausahaan, pertumbuhan yang
dinamis, perolehan keuntungan, likuidasi atau penutupan, dan perubahan
haluan.
General Dynamics mengikuti perubahan strategi. Pada kondisi pasar
yang menurun, porganisasi perusahaan melakukan pengurangan karyawan,
secara drastis memangkas pengeluaran pabrik. dan menjual beberapa anak
perusahan. Untuk mendukung strategi ini, eksekutif puncak diberi insentif
jangka pendek maupun jangka panjang yang dikaitkan dengan harga saham.
Akibatnya keterlibatan karyawan ditingkat puncak terasa tinggi dan pada
tingkat karyawan yang lebih rendah, upah dibekukan dan jabatan dihilangkan.
sistem kompensasi dipertahankan sampai seminimal mungkin, penghasilan
tambahan dibatasi, dan diberikan paket pesangon standard dan tetap, tanpa
insentif terhadap karyawan.
Tandem Computers memakai strategi kewirausahaan yang mendorong
karyawan berinovasi, mengambil resiko lebih besar, dan memiliki tanggung
jawab yang besar. Praktek-praktek sistem kompensasinya fleksibel, terdapat
penghasilan tambahan, dan insentif jangka panjang. ( saham dan kenaikan
nilai saham) yang mendorong tingginya partisipasi karyawan. Filosofi
178
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kompensasi adalah penetapan penghargaan terhadap karyawan secara adil
namun tidak harus sepadan.
Saham sama-sama diberikan kepada semua karyawan, bonus tunai
hanya dihadiahkan terhadap karyawan pada posisi kinerja puncak. kontribusi
karyawan berkinerja puncak yang dipilih penyelia dan rekan sejawat mereka
setiap tahun mendapat hadiah istimewa berupa liburan di suatu tempat.
e. Mendukung Manajemen Mutu Total
Semyuman dan ucapan “Terimakasih atas kunjungannya” dari kasir
merupakan layanan yang berorientasi pelanggan yang bermutu. Untuk itu
masyarakat konsumen besrsedia membayar lebih mahal untuk membeli
barang-barang ditoko tersebut.
Nordstrom, yang mempunyai wiraniaga yang menampilkan perillaku
sopan santun dan ramah, dimana kegiatan seleksi dan pelatihan semuanya
dapat membantu memastikan bahwa karyawan akan mampu dan mau
berpenampilan demikian. Maka sistem kompensasi memberikan struktur
pendukung yang memotivasi karyawan dalam berperilkaku sekalipun dalam
lingkungan yang paling berat.
Hasil studi terhadap 41 perusahaan besar menyatakan sistem penggajian
memudahkan strategi mutu. Sistem kesamaan gaji dicirikan oleh perbedaan
pembayaran yang relative lebih kecil antara karyawan tingkat bawah dengan
karyawan ekselon atas. Kondisi ini memperlihatkan diperlakukan karyawan
secara adil.
Kalau perbedaan pembayaran naik, karyawan lebih kecil
kemungkinannya merasa diperlakukan secara adil. Pada waktu yang sama,
perhatian mereka terhadap kualitas menurun. Maka, daam studi ini, penilaian
pelanggan, terhadap kualitas produk adalah lebih rendah untuk unit-unit
dengan struktur penggajian yang tidak sama.
Begitu pentingnya persepsi karyawan terhadap keadilan internal
sehingga telah dkembangkan teknik-teknik yang canggih untuk
memudahkan desain struktur pengajian secara internal adil.
179
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
15.6. KEADILAN INTERNAL : MENENTUKAN NILAI RELATIF
PEKERJAAN
Evaluasi jabatan terhadap job karyawan selalu melibatkan penilaian
yang sistematis dan rasional yang dibutuhkan untuk menentukan nilai internal
relatifnya, Nilai jabatan internal mencerminkan pentingnya peran suatu
pekerjaan atau besarnya kontribusi terhadap pencapaian sasaran orgaisasi
perusahaan. Evaluasi jabatan berfokus kepada internal perusahaan. Dalam
penilaiam jabatan karywan tidak ada efek kekuatan pasar dan kinerja individu.
Penilaian ini dilakukan untuk mencapai keadilan eksternal dan keadilan
karyawan.
Evaluasi jabatan berhubungan erat dengan analisis jabatan, namun
keduanya tidak dapat dikatakan indentik. Perbedaannya dapat dipaparkan
sebagai berikut :
1. Pada aspek sasaran
Jika dilihat pada aspek sasaran maka Analisis jabatan merupakan
aktivitas penentuan isi jabatan: tugas-tugas yang akan diemban, tanggung
jawab yang akan diberikan terhadap karyawan, dan keterampilan serta
kemampuan yang harus dimiliki karyawan. Perolehan informasi ini merupakan
tahap penting sebelum melakukan kegiatan terhadap evaluasi jabatan.
Evaluasi jabatan selanjutnya mengetengahkan “point yang menjadi nilai
relative suatu jabatan dengan berbagai isi dan tanggung jawab serta
wewenang yang melibatkan berbagai keterampilan dan kemampuan.
2. Pada Aspek Prosedural
Sebagaimana hal nya dengan prosedur administrasi, evaluasi jabatan
mengundang orang untuk memberi dan menerima. Pembentukan konsensus
sering dituntut antara orang-orang berkepentingan seperti : pemegang jabatan,
manajer, perwakilan SDM, pejabat serikat pekerja dan sebagainya untuk
menyelesaikan konflik yang muncul dan tidak bisa dihindari tentang nilai
“relative” jabatan terhadap suatu organisasi. Penggunaan penilaian dalam
kelompok, seluruh proses evaluasi jabatan membantu memastikan bahwa
konflik telah teratasi, dan menghasilkan struktur pembayaran yang lebih
selaras dengan nilai-nilai organisasi, dari pada struktur yang didasarkan
semata-mata pada fokus pasar eksternal terhadap nilai.
180
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
15.7. Pemilihan Proses Evaluasi Jabatan
Pemilihan terhadap proses evaluasi jabatan tergantung pada beberapa
variabel antara lain :
latar Belakang Hukum dan Sosial : pilihan metode evaluasi jabatan
mungkin dibatas oleh rencana tawar menawar kolektif atau oleh apa
yang bisa diterima berdasarkan hukum.
Ukuran dan Struktur Organisasi : di perusahaan kecil, sistem yang
sederhana seperti rangking mungkin cocok. Diperusahaan yang
mempunyai banyak pabrik, dibutuhkan metode yang lebih kompleks.
Gaya Manajemen : gaya manajemen dapat bervariasi, dari otokratis
sampai demokratis. Gaya manajemen terutama akan mempengaruhi
ruang lingkup terhadap partisipasi pekerja dalam merancang dan aplikasi
rencana evaluasi jabatan sekarang dan masa datang.
Hubungan Tenaga Kerja dengan para Manajemen. Rencana evaluasi
jabatan akan berhasil jika para pekerja menerimanya dengan baik.
Kadangkala hasil program evaluasi jabatan ditolak sepenuhnya oleh
oposisi serikat pekerja. Untuk mencegah hal ini tidak terjadi maka
organisasi bisa memilih rencana yang dapat memberi keleluasaan
kepada para pekerja kesempatan untuk berpartisipasi.
Biaya Waktu dan Uang : evaluasi jabatan, seperti kegiatan SDM lainnya,
perlu biaya waktu dan uang. Biaya awal ditanamkan untuk
mengembangkan program pendahuluan. Program-program lanjutan
mugkin juga mahal dalam bentuk dollar.
Biasanya evaluasi jabatan membutuhkan waktu enam sampai dua belas
bulan bagi perusahaan bagi karyawan yang lebih dari lima ratus orang.
Sebagaimana terdapat pada point diatas, penetapan sistem evaluasi
jabatan melibatkan beberapa keputusan besar. Beberapa keputusan tersebut
antara lain dapat dikemukakan empat keputusan besar yaitu : 1.Mengenai
akan digunakannya rencana tunggal atau rencana majemuk, 2. Metode
evaluasi jabatan yang akan diikuti atau akan digunakan. 3. Rencana
pembayaran berdasarkan keterampilan, dan 4. Penyusunan proses untuk
mendorong rencana tersebut dapat terlaksana dengan baik.
181
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB XVIPENILAIAN KINERJA
Para karyawan sebenarnya dapat memahami dan mengetahui seberapa
besar kinerja mereka melalui sarana informal, seperti komentar yang baik
dari mitra kerja namun penilaian kinerja selalu harus mengacu pada suatu
sistem formal yang terstruktur yang mengukur dan menilai serta membawa
pengaruh terhadap sifat-sifat yang berkaitan dengan pekarjaan, perilaku dan
hasil kerja, termasuk tingkat ketidak hadiran. Karyawan bisa mempunyai
kinerja yang sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga
baik karyawan maupun organisasi,dan masyarakat semuanya akan
memperoleh manfaat dari penilain kinerja tersebut (performance appraisal)
dan evaluasi kinerja (performance evaluation) dapat di laksanakan secara
bergantian dan terus menerus sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan
teknologi.
Penilaian kinerja melukiskan suatu sistem yang mengkaji ulang
komponen-komponen suatu sistem kinerja yang efektif, dan juga mengkaji
faktor-faktor penentu penilaian kinerja serta membahas lebih rinci agar seluruh
sistem manajemen kinerja berjalan guna memaksimumkan kinerja.
182
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
16.1. Pentingnya Penilaian Kinerja
Penelitian menemukan berbagai macam tujuan informasi kinerja yang
berbeda-beda dan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori : (a)
Evaluasi menekankan perbandingan terhadap para karyawan, (b)
Pengembangan bertitik tolak pada perubahan-perubahan terhadap diri
karyawan sesuai dengan berjalannya waktu, (c) Pemeliharaan terhadap
sistem (d) Dokumentasi tentang keputusan-keputusan penilaian terhadap
sumber daya manusia (lihat Peraga) 16,1).
(e) Mensejajarkan penilaian kinerja terhadap kebutuhan bisnis. Hal ini
di gambarkan di “ AuBon Pain.” ( Lihat bab Kasus ).
16.2. Menyatukan Penilaian Kinerja dengan Bisnis.
Penilaian kinerja secara efektif dapat mencapai dua puluh tujuan (peraga
16.1) tergantung pada kesuksesan organisasi mensejajarkan dan
mengintegrasikan penilaan kinerja dengan sasaran bisnis strategis yang akan
dilaksanakan organisasi.
Penilaian kinerja di integrasikan dengan sasaran-sasaran strategis, ada
beberapa alasan yang dapat dikemukakan yaitu :
Pertama, Penilaian kinerja strategis dalam bisnis harus disejajarkan
tujuan individu dengan tujuan organisasi dengan menambahkan deskripsi
tindakan yang di perlihatkan karyawan dan hasil-hasil yang harus mereka
capai agar suatu strategis bisa terlaksana dengan baik.
Kedua, Penilaian kinerja merupakan sarana untuk mengukur kontribusi
masing-masing unit kerja dari masing-masing karyawan dalam satu organisasi.
Ketiga: Evaluasi kinerja memberikan kontribusi terhadap tindakan
dan keputusan-keputusan administratif yang dapat mempertinggi dan
mempermudah strategi, umpamanya dengan melakukan penilai terhadap
tingkat keterampilan karyawan. Membuat rencana dan menyiapkan tenaga
kerja untuk masa datang. Informasi kinerja sangat bermanfaat jika proses
transformasi strategis menghasilkan campuran keterampilan baru dengan
keterampilan yang berbeda.kondisi ini diperlukan pada saat terjadinya
pergeseran strategi.
183
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
PERAGA 16.1. Manfaat Informasi Penilaian Kinerja
Pemanfaatan Rating Peringkat
Evaluasi Antar-karyawanAdministrasi gaji 5,6 2Pengakuan kinerja individu 5,0 5Identifikasi kinerja yang buruk 5,0 5Keputusan dalam promosi 4,8 8Keputusan retensi dan pemutusanKontrak kerja 4,8 8Pemberhentian Karyawan 3,5 13
Pemgembangan Dalam Diri KaryawanUmpan balik kinerja 5,7 1Identifikasi kekuatan dan kelemahanIndividu 5,4 3Penetuan transfer dan penugasan 3,7 12Identifikasi kebutuhan pelatihan individu 3,4 14
Pemeliharaan SistemPengembangan tujuan korporasi dari karyawa 4,9 7Evaluasi pencapaian sasaran oleh karyawanTim dan unit usaha strategis 4,7 10Perencanaan sumber daya manusia 2,7 15Penentuan kebutuhan pelatihan organisasi 2,7 15Pengokohan struktur kewenangan 2,6 17Identifikasi kebutuhan pengembanganOrganisasi 2,6 17Audit sistem sumber daya manusia 2,0 20
DokumentasiDokumentasi keputusan-keputusan manajemenSumber daya manusia 5,2 4Pemenuhan persyaratan legal manajemenSumber daya manusia 4,2 11Kriteria untuk pengujian validasi 2,3 19
Rating berdasarkan pada skala 7 angka yang mengukur efek penilaian terhadap berbagaikeputusan dan tindakan organisasi.1 : tidak ada efek, 4: efek sedang, 7: factor Penentu Utama.Sumber : didasarkan pada J.N.Cleveland, K.R. Murphy, dan R.E Williams.” Multiple use ofPerformance Appraisal Prevalence and correlaties. “ Jurnal of Applied Psychology 74february 1989: 130-135.
184
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Untuk memenuhi keinginan diatas maka dibutuhkan para insinyur yang
sudah pernah mengalami sistem pemrosesan dan elektronik untuk
melaksanakan sasaran perusahaan yang baru dan mendorong perusahaan
itu memasuki pasar-pasar baru. Alternatif strategis kodak bervariasi dari
pengembangan keterampilan karyawan dan memperoleh insinyur-insinyur
dari luar, merekrut insinyur- insinyur dari luar tampaknya menarik. Suatu
analisis yang efektif menyatakan lebih efektif melatih karyawan yang ada
misalnya, ahli-ahli kimia yang tidak di latih dan mereka mempunyai
pengetahuan yang rinci mengenai industri pemrosesan foto dan mempunyai
komitmen yang sangat mengakar pada kodak. Perusahaan kodak
menyelenggarakan pelatihan teknis yang di sponsori oleh korporasi. Suatu
kesepakatan di buat dengan sebuah universitas yang ada di sekitar
perusahaan tersebut, agar para ahli kimia memperoleh gelar insinyur. Bagi
perusahaan kodak keputusan strategis ini lebih mudah di buat karena proses
penilaiannya menghasilkan informasi yang tersedia dengan memperlihatkan
kompetensi karya yang ada sekarang.
Alasan ke empat yaitu mengaitkan penilaian dengan kebutuhan bisnis
adalah potensinya untuk mengidentifikasi kebutuhan bagi strategi bisnis dan
program-program baru. Di pepsi-Cola International tujuan bisnis secara
keseluruhan yaitu mempercepat pertumbuhan perusahaan yang mendahului
pertumbuhan pasar global. Dalam mencapai sasaran tersebut perusahaan
seharusnya mengadakan evaluasi ke atas atau sebaliknya secara teratur.
Informasi tentang kinerja karyawan memperlihatkan kondisi defisiensi dalam
pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk itu perusahaan
multinasional ini membentuk suatu organisasi penaung guna menyampaikan
program-program pelatihan ke seluruh dunia. Data kinerja juga menjadi katalis
pengembangan pepsi-Cola Internasional’s Designate Program. Program ini
membawa warga non-As ke Amerika serikat untuk mendapat minimum
delapan belas bulan pelatihan dalam sistem pepsi dalam negeri. Program
tersebut di kembangkan untuk memberikan pelatihan mendalam yang bersifat
pengalaman yang akan membangun basis keterampilan diantara karyawan
ekspratriat, karena penilaian tersebut dapat menunjukkan efisiensi
keterampilan. Mendapatkan tenaga kerja yang berpengetahuan cukup di
pandang oleh perusahaan untuk pencapaian seluruh sasaran pertumbuhan
pepsi-Cola Internasional serta tujuan bisnis yang melandasinya, yaitu
185
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
mengembangkan orang-orang berbakat guna mendorong pertumbuhan pada
merek-merek pepsi.
16.3. Hambatan Penilaian Kinerja Dalam Bisnis
Pemanfaatkan penilaian kinerja secara strategis pada bisnis yang di
geluti organisasi kadangkala tidak selalu berhasil. Alasannya antara lain
adalah Pertama: para manejer lini kurang memahami nilai-nilai dalam
penilaian kinerja. Keterampilan dapat membantu para manejer dalam
meningkatkan kecakapan teknis misalnya dalam bidang akunting,
pemasaran, manajemen dan sebagainya. Penanganan penilaian kinerja
secara terampil dapat membantu para manejer lini mewujudkan amanat
korporasi agar segala sesuatu terlaksana melalui para karyawan.
Hambatan Kedua dalam penggunaan penilaian kinerja secara efektif
adalah bahwa para manejer tidak mampu melihat hasil pelaksanaannya.
Suatu kajian memperlihatkan bahwa sebagian besar organisasi tidak
memberikan insentif organisasi yang nyata terhadap para manejer untuk
melaksanakan tugas dengan baik dalam melakukan penilaian kinerja
karyawan. Secara kenyataannya, biasanya para manejer sangat tidak
menyukai penilaian yang berlebihan yang dapat membawa efek pertentangan
terhadap karyawan dan tidak menyenangkan.
Untuk mendapatkan hasil dari penilaian prestasi kerja yang efektif
maka tiga serangkai seharusnya dapat bekerja sama dengan baik. Tiga
serangkai tersebut adalah manajer lini, professional SDM dan Karyawan.
Untuk itu semua maka dipaparkan dibawah ini tugas dari masing-masingnya
untuk mendukung tujuan prestasi kerja karyawan.
186
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Peraga 16.2.
Tiga Serangkai Kemitraan Dalam Penilaian Kinerja Penentu
Kesuksesan
Manajer lini Profesional SDM karyawan
Manajer Lini Bekerja sama dengan Bekerja dengan manejer lini Bekerja dengan manejer lini
Para Profesional SDM dan dan karyawan untuk mengem dan profesional SDM untuk
Karyawan untuk mengembangkan bangkan kriteria penilaian mengembangkan kriteria
penilaian.Penilaian yang relevanMengkordinasikan aspek - Diperkenankan menilaidengan bisnisnya.aspek administratif Proses pekerjaaan karyawan lain.
penilaian.
Mengembangkan Pemahaman Melatih setiap karyawan Diperkenankan menilai kinerja
Terhadap kesalahan dalam pemberi informasi seperti pribadi
Penilaian Presta Kerja yang teman sejawat bawahan dan Diperkenankan menilai
Dapat dihindarkan pimpinan.
Penyelia untuk menghindari
kesalahan Penilaian
Mencari dan menerima umpan
Melatih manejer lini untuk balik yang membangun, jujur
mencari dan menerima umpan
Mengisi formulir penilaiaan balik.
secara seksama dan sungguh-
sungguh.
Memberi umpan balik yang
Membangun dan jujur mnedukung manejer ini Mencari dan menerima um-
Kepada karyawan. Dalam upaya menjaga agar pan balik yang membangun
Sistem manjemen kinerja dan jujur.
Tetap jalan.
Mencari dan menerima umpan
Balik yang membangun kinerja Sungguh-sungguh memper-
Pribadi. baiki kinerja pribadi.
Memanfaatkan informasi kinerja
Untuk mengambil keputusan.
Akibat dilakukannya penilaian terhadap prerstasi kerja /kinerja
menimbulkan konfrontasi yang tidak menyenangkan dengan karyawan
sehingga mereka mencoba menghindari proses tersebut secara keseluruhan
hal ini tentu saja tidak baik bagi kelangsungan hidup perusahaan..
Hambatan ketiga yaitu penilaian kinerja terhadap karyawan kurang
dapat mencapai sasaran strategi yaitu ambiguitas mengenai siapa yang
memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya manusia. Apakah
manjemen kinerja termasuk dalam bidang sumber daya manusia atau
187
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
merupakan bagian-bagian lini, sebenarnya yang bertanggung jawab keluar
dari permasalahan adalah kerja sama dari 3 serangkai yaitu para manejer
lini, profesional SDM, dan para karyawan semuanya perlu bekerja dalam
kemitraan untuk memastikan agar penilaian bersifat efektif dan adil bagi
setiap orang yang terkait dalam penilaian kinerja. Ketika penilaian di
sejajarkan dengan bisnis, maka setiap pengetahuan karyawan akan sangat
bermanfaat. Dan tidak di ragukan lagi setiap orang akan mempunyai
pengetahuan mengenai proses penilaian dan mengambil bagian dalam suatu
sistem praktik manajemen kinerja.
16.4.Beberapa Pertimbangkan Dalam Penilaian Kinerja
Informasi kinerja dapat menentukan besarnya pengajian, promosi,
pemutusan hubungan kerja, transfer dan bentuk-bentuk keputusan kunci
lain yang mempengaruhi kesejahteraan karyawan maupun produktivitas
perusahaan ( peraga 16.1.). Dengan demikian organisasi mempunyai
kepentingan besar untuk menjaganya agar informasi bermutu tinggi di
manfaatkan untuk keputusan-keputusan penting. banyak keputusan
pengadilan dan perundang-undangan memberikan tuntunan dalam
mengumpulkan dan memanfaatkan informasi kinerja yang menyajikan hal-
hal bisnis yang sah sekaligus melindungi hak-hak karyawan seperti Undang-
undang ketenaga kerjaan, Peraturan Jam Kerja dan Penentuan tingkat
Kompensasi bagi pekerja.
Ketika perusahaan membuat keputusan ketenaga kerjaan berdasarkan
penilaian kinerja, berarti organisasi melakukan penilaian tersebut sebagai
kriteria seleksi.
Jika sejumlah Karyawan tak proposional dari kelompok yang di lindungi
di berhentikan dengan alasan penilaian kinerja karyawan rendah. Persoalan
kritisnya adalah bahwa angka kinerja didasarkan pada penilaian dan pendapat
terbaik dari atasan, dan bukan berdasarkan komponen-komponen penting
dalam pelaksanaan job diskripsi. Cara terbaik untuk menentukan kriteria
pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan wewenang dengan melakukan
analisis jabatan, dengan menggunakan argumen yang valid, karyawan dapat
menentukan bahwa sistem penilaian kinerja di rancang untuk memastikan
agar angka-angka nilai kinerja mencerminkan komponen-komponen penting
pekerjaan bagi para pekerja tentunya disesuaikan dengan job diskripsinya.
188
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Jika criteria kinerja sudah tepat, maka di buat standar untuk menentukan
tingkat kinerja karyawan pada masing-masing kriteria pekerjaan. Seluruh
aspek kinerja pekerjaan harus di nilai untuk itu di butuhkan beberapa kriteria
dengan menetapkan standar kinerja terhadap masing-masing kriteria.
Pembuatan standart berperan penting untuk pertimbangan hukum, dan
selaras dengan prinsip-prinsip manajemen sumberdaya manusia untuk
memastikan kinerja pekerjaan yang layak. Sebagai contoh tidak mungkin
mengharapkan seorang karyawan mencurahkan tenaganya dan lembur untuk
mencapai standar kinerja.
Jika karyawan tidak mengetahui standar kerja yang diharapkan harus
dicapainya maka tentunya perusahaan akan sangat mudah memecat
karyawan tersebut. Contoh : Karyawan yang pengunaan standart kinerja
yang tidak pernah diberi tahukan kepada pemegang jabatan sebelum masa
penilaian di mulai. Ini terjadi pada Donaldson v.Pillsbury Company (1997),
seorang karyawan yang di pecat bebas dari tuntutan karna ia tidak pernah di
beri uraian pekerjaannya yang mempunyai kriteria kinerja tertentu.
Proses penilaian kinerja pada beberapa perusahaan merupakan
pengunaan formulir penilaian tertulis. isi formulir mencerminkan komponen-
komponen pekerjaan yang kritis, misalnya jika kuantitas output merupakan
kriteria kinerja yang kritis, formulir penilaian yang meminta atasan
menunjukkan kesannya terhadap kinerja karyawan tersebut, seperti seberapa
“menarik” atau “bernilai” karyawan tersebut mungkin mengarah ke penilaian
negatif yang tidak selayaknya. Jika hasil penilaian penilaian tersebut di
gunakan untuk membenarkan keputusan tentang ketenaga kerjaan yang
negatif, maka karyawan yang terkena akibatnya akan mempunyai cukup
bukti untuk mengajukan kasus utama berupa diskriminasi ilegal.
16.5.Sistem Penilaian Kinerja
Sistem Penilaian Dapat Dilaksanakan sebagai berikut :1. Melakukan Analisis jabatan yang berfungsi untuk mengidentifikasi tugas
dan kewajiban pekerjaan dan tugas penting yang mendahului sistempengembangan kinerja.
2. Sistem penilaian kinerja di bakukan dan formal sesuai denganstandarisasi yang telah ditetapkan.
189
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Standart kinerja harus di sampaikan kepada setiap karyawan sebelummasa penilaian kinerja dilakukan.
4. Data yang objektif digunakan dalam setiap situasi yangmemungkinkan.
5. sifat seperti keandalan, dorongan ataupun sikap harus di hindarkan ataudi jalankan dalam pengertian perilaku.
6. Karyawan harus di evaluasi menurut dimensi kerja yang telah ditentukandan bukan menurut satu ukuran secara global atau keseluruhan.
7. Jika yang harus di evaluasi adalah perilaku kerja dan bukan hasilnya,maka penilaiannya harus mempunyai kesempatan yang cukup luasmengamati kinerja orang-orang yang sedang di nilai kinerjanya.
8. Untuk meningkatkan keandalan rating, lebih dari satu penilaiindenpenden maka dilakukan penilaian kapan saja bila kondisimemungkinkan untuk melakukannya.
9. Dokumentasi perilaku harus di siapkan untuk rating yang ekstrim.10. Karyawan sebaiknya di berikan kesempatan meninjau kembali penilaian
terhadap mereka, sehingga menjadi masukan bagi seluruh karyawan.11. Sistem naik banding formal harus disiapkan jika terjadi ketidak
kesepakatan terhadap penilaian kinerja karyawan.12. Penilai kinerja rating harus di latih mencegah terjadinya diskriminasi
dan dapat mengevaluasi kinerja secara konsisten.13. Penilaian harus dilakukan per-periode sekali 6 bulan, atau di lakukan
paling tidak sekali dalam setahun.
Sumber : Disadur dr H.J.Bernardin dan W.F. Carcio. “ Performance Appraisal and The Law“. Dalam Reading in Personal and Human Resource Management edisi ke 3, editor R.S.Shuler.
S.A. youngblood dan V.L. Huber ( St. Paul. West Publishing Co. 1988;239).
Formulir penilaian mengambarkan sifat-sifat kepemimpinan, sikap
terhadap orang lain, atau loyalitas seluruh karyawan penilaian ini seringkali
disebut sebagai formulir subyektif. Sebaiknya formulir-formulir di evaluasi
melibatkan perilaku yang terdefinisikan secara spesifik seperti tingkat output,
tingkat pencapaian sasaran tertentu, atau jumlah absen-sering disebut dengan
formulir obyektif. meskipun undang-undang tidak melarang penggunaan
formulir subyektif (Roger v. Internatioal Paper Company ,1975), karena
mungkin tidak menghasilkan penilaian adil atau akurat. Konsekuensinya,
pengadilan memutuskan bahwa ketika di temukan dampak berlainan semua
prosedur penilaian kinerja obyektif maupun subyektif harus membuktikan
berkaitan dengan pekerjaan ((whatson v.Fort Worth Bank and Trust,1988).
190
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Sistem penilaian secara legal dapat di laksanakan secara rinci seperti
dalam peraga 16.2 yang criteria nya semua konsisten dengan pengembangan
suatu sistem manajemen kinerja efektif yang mempunyai kaitan strategis
dengan sasaran bisnis organisasi
16.6. Proses Sistem Manajemen Kinerja.
Sistem Manajemen Kinerja merupakan Seluruh kegiatan yang
mendukung pengembangan dan pemanfaatan penilaian kinerja. Dalam sistem
manajemen kinerja terdapat tahap-tahap yang umum yang di uraikan secara
rinci dalam peraga 16.3 peraga 16.4.
Peraga 16.3.
Tahap Pengembangan Dalam Sistem Manajemen Kinerja
Pilih metode
penilaian kinerja
yang tepat &valid
� Tetapkan
personal yang
akan melakukan
peninjauan
� Tetapkan
format
penilaian
kinerja yang
akan digunakan
Kembangkanproses untukmemenuhituntutan pekerjaan
� Ciptakan sistem
umpan balik yang
berkaitan dengan
sasaran kinerja
pekerjaan.
Evaluasi sistem
manajemen kinerja
dan kaitkan
dengan sasaran
yang telah
ditentukan
sebelumnya.
Putuskan Kegiatan
yang harus
di evaluasi:
� Tentukan
kebutuhanstrategisbisnis.
� Kaitkanperencanaanpenilaian kinerjadengan perencanaan
organisasi.� Lakukan analisis
Jabatan untukmengidentifikasikriteria- kriteria:
o Kriteria individu,tim, atau unit
o Kriteriasifat,perilaku,atau hasil
o Bobot kriteriao Penetapan
waktu kriteria
Poin diatas mengambarkan komponen-komponen pendekatan Global
Communications System AT&T terhadap manajemen kinerja, yang disebut
Performance Excellence Partnership (PEP/Kemitraan Keunggulan Kinerja).
Berperannya sistem tersebut tentunya tergantung pada personal yang bekerja
sama ketika memutuskan tentang apa yang harus dievaluasi, kapan harus
melakukan penilaian, dan siapa yang harus mengevaluasi kinerja harus tepat
dan jelas. Untuk lebih jelasnya diambil contoh perusahaan GBCS sebagai
berikut :
191
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
16.7. Point-point Evaluasi
Kriteria kinerja dapat dikembangkan lebih luas jika pekerjaan dan tugas-
tugas jabatan penting telah digambarkan. Kriteria merupakan dimensi yang
digunakan untuk pengevaluasian kinerja seorang pemegang jabatan, suatu
tim ataupun suatu unit kerja. Contoh sebagai berikut:
Peraga 16.4
Kemitraan Menciptakan Keunggulan Kinerja di GBCS
192
H
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Poin-poin diatas merupakan harapan kinerja yang seharusnya dapat
dicapai individu dan tim guna merealisasikan strategi organisasi. Jika
pekerjaan telah dirancang dengan baik, disesuaikan dengan tuntutan jabatan
dan kebutuhan bisnis, maka pelaksanaan analisis jabatan mengambarkan
penilaian kinerja yang mencerminkan masalah-masalah strategis organisasi.
Analisis jabatan mencakup harapan bagi para anggota organisasi. Kinerja
atau peran yang diharapkan ini seringkali lebih didasarkan pada perilaku
anggota organisasi daripada kinerja jabatan itu sendiri, tapi penting untuk
diukur dan berusaha ditingkatkan. Contoh:
• Sukarela melaksanakan tugas yang secara formal yang bukan bagian
dari beban jabatan.
• Selalu antusias dan berupaya ekstra ketika dibutuhkan oleh organisasi
dalam menyelesaikan tugas dengan baik.
• Selalu ingin membantu dan bekerja sama dengan para anggota organisasi
dalam menyelesaikan pekerjaan.
• Selalu mengikuti aturan dan prosedur organisasi meskipun kurang
menyenangkan.
• Selalu menyetujui, mendukung dan membela sasaran organisasi”.
16.8. Bentuk Kriteria Kinerja Karyawan
Terdapat Tiga bentuk dasar kriteria kinerja yaitu :
Pertama, Kriteria berdasarkan sifat yang menitik beratkan pada
karakteristik pribadi seorang karyawan. Seperti : loyalitas para karyawan,
keandalan, kemampuannya berkomunikasi, dan keterampilannya dalam
memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian.
Kriteria ini lebih menitik beratkan pada karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya, bukan pencapai seseorang dalam pekerjaannya yang dinilai.
Instrumen-instrumen penilaian yang berdasarkan sifat dengan mudah
dapat diciptakan, namun instrumen ini bukan indikator kinerja pekerjaan
yang valid untuk dinilai sebagai kinerja dan mempunyai kaitan langsung
dengan pekerjaan. Gabungan penilaian antara sifat dan kinerja seringkali
kurang mendukung dan sulit ditetapkan dengan jelas karena sifat sulit
didefinisikan dengan tepat. Kadangkala keandalan bisa bermakna datang
bekerja tepat waktu setiap hari; namun bisa pula bermakna mau bekerja
sampai larut bila pimpinan memintanya; dan bagi yang lain bisa bermakna
193
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
sangat rajin sehingga jadwal istirahatpun masih bekerja meskipun dalam
kondisi sakit. Ukuran kinerja berdasarkan sifat umumnya tidak dapat
diandalkan di pengadilan.
Mungkin kualitas potensial dan kualitas personal yang berkembang
melampaui ketrampilan pekerjaan. Namun kualitas pribadi yang sulit diukur
boleh dievaluasi sebagai bagian dan proses penilaian kinerja,asalkan kualitas-
kualitas itu bisa dimasukkan jika perusahaan mampu bergeser dari fokus
sifat ke fokus perilaku.
Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada pekerjaan yang dilaksanakan.
kriteria ini sangat penting bagi pekerjaan yang mempunyai hubungan antar-
personal, contoh pada perusahaan Au Bon Pain, karyawan kasir ramah dan
menyenangkan bagi para pelanggan. Hal ini berperan penting dalam
meningkatkan citra perusahaan ini dalam benak pelanggan. Untuk itu semua
sebaiknya, perusahaan membuat daftar perilaku anggota organisasinya yang
harus diikuti oleh para karyawan, dan perilaku ini diukur oleh para pembeli
secara diam-diam.
Organisasi berusaha untuk menciptakan suatu budaya di mana
keragaman dihargai dan dihormati, kriteria keperilakuan terbukti bermanfaat
untuk memantau para manajer dalam mencurahkan potensinya untuk
mengembangkan dirinya dalam organisasi tersebut. Kemungkinan terdapat
kesulitan dalam mengevaluasi apakah seorang manajer mencapai kriteria
yang mirip dengan sifat seperti “Menghargai keragaman bawahan.”
Kriteria kinerja berdasarkan keprilakuan memberi sedikit sekali tuntunan
bagi manajer tentang yang harus dilakukannya, dan kesulitan bagi atasan
para manajer untuk mengevaluasi meskipun para bawahan bersedia
menyatakan pendapat mereka. Untuk tujuan manajemen kinerja, kriteria yang
lebih efektif adalah perilaku-perilaku spesifik. Umpamanya menilai akuntabilitas
para anggota organisasi terhadap keragaman:
• Rencana bisnis mencakup strategi keragaman.
• Anggota kelompok berfokus pada keragaman dan dibutuhkan komite
pengarahan.
• Anggota organisasi mengikuti lokakarya atau seminar tentang keragaman
dalam satu tahun terakhir.
• Pengembangan diri karyawan secara individu dalam menghadapi
persaingan masa datang.
194
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
• Organisasi membentuk kelompok yang berfokus pada keragaman.
• Keluhan diskriminasi ataupun pelecehan telah terdata selama setahun
terakhir ini.
• Pemecahan dilakukan terhadap masalah tersebut.
Kriteria perilaku, sangat bermanfaat untuk pengembangan karir karyawan
di masa datang jika dikombinasikan dengan hasil umpan balik terhadap
kinerja karyawan. Perilaku karyawan yang teridentifikasi dengan jelas, akan
membawa karyawan ke puncak karir kinerjanya. Kinerja yang efektif dapat
dicapai dengan menggunakan berbagai macam perilaku. Identifikasi perilaku
berfungsi sebagai penuntun dalam perbuatan karyawan. Karena perilaku
tersebut mempunyai hubungan spesifik dengan apa yang dilakukan karyawan
dalam pekerjaan, kriteria perilaku secara hukum cenderung dapat
dipertahankan dalam mencapai standar produktifitas karyawan.
Tingkat produktivitas dan daya saing internasional merupakan hal yang
menjadi tujuan utama oleh sebab itu kriteria berdasarkan hasil semangkin
menjadi prioritas utama. Kriteria ini berfokus pada hal yang telah dicapai
bukan bagaimana dapat dicapai hasil tersebut. Namun kurang tepat bagi
pekerjaan lain. karena hasil pekerjaan yang penting adalah kualitas, yang
sulit untuk dikuantifikasikan. umpamanya seorang dokter yang menangani
penyakit pasien hasilnya sulit untuk dinilai secara kuantitatif. Contoh lain,
menghitung jumlah kesalahan pengetikan kata yang dibuat seorang tata
usaha sangat sulit karena mengerjakannya sambil melakukan pelayanan
terhadap mahasiswa dan para pengajar.
Hasil berdasarkan biaya mengganggu terhadap penilaian berdasarkan
hasil. Misalnya, agen penagih menggunakan kriteria berdasarkan hasil,
sukses dalam menagih banyak uang kepada si pengutang. apakah ini
sebagai ukuran kinerja. Walaupun dibali itu semua si pegawai dituntut karena
mengunakan kekerasan dalam menagih piutang yang merupakan tugasnya.
16.9. Hubungan Penilaian Kinerja Dengan Sasaran Organisasi.
Pengukuran proses penilaian tidak memandang tipe criteria yang
digunakan, namun sistem manajemen kinerja menjadi strategis jika kriteria-
kriteria yang digunakan dihubungkan dengan jelas terhadap sasaran
organisasi. Hubungan yang terjadi ini membutuhkan lompatan inferensial
195
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
yang bersifat keputusan. Contoh : seorang manajer penjualan, Kriteria perilaku
jabatannya adalah adalah” menelpon atau menghubungi klein untuk
meningkatkan penjualan. Kriteria berdasarkan hasil mungkin adalah
“Menghasilkan $20 juta penjualan tiap bulan.” Bagi kedua kriteria tersebut,
hubungan strategis mengasumsikan bahwa agregasi kinerja-kinerja individu
ini berkaitan dengan seluruh profitabilitas perusahaan untuk tahun tertentu.
Manajer lini harus mengevaluasi apakah asumsi semacam ini masuk akal.
Jika tidak, para manajer harus memastikan dikembangkannya kriteria yang
lebih baik dan efektif dimasa datang.
16.10. Penilaian Kinerja Berdasarkan Kriteria Tunggal atau Majemuk.
Tugas yang diemban karyawan terdiri dari berbagai tanggung jawab
dan pekerjaan yang berkaitan. Umpamanya jabatan wakil direktur bagian
penjualan suatu perusahaan riset pasar dimana tanggung jawab utama berupa
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pasar yang disertai tanggung jawab
yang lainnya seperti tetap mengamati kejadian dalam pasar sehari-hari. Tugas
analisis jabatan adalah mengidentifikasi semua tanggung jawab, yang harus
diukur dengan instrumen penilaian kinerja.
Formulir dianggap tidak effisien (defisien) jika formulir yang dipakai
dalam penilaian kinerja karyawan tidak meliputi perilaku jabatan dan hasil-
hasil yang penting dan relevan dengan jabatan. Banyak formulir penilaian
kinerja yang digunakan dalam organisasi saat ini termasuk defisien dan
terkontaminasi ( kurang tepat dan tidak sesuai dengan criteria-kriteria jabatan).
Ada teori kinerja yang menganjurkan bahwa sekumpulan bidang kinerja
yang terbatas dapat digunakan untuk seluruh aspek hampir semua jabatan.
Teori ini mendefinisikan kinerja sebagai apa yang dilakukan orang, bukan
apa yang dihasilkan. Delapan domain pemikiran yang mencakup semua
aspek kinerja adalah:
• Criteria dalam Kinerja yang merupakan tugas khusus suatu jabatan.
• Criteria dalam Kinerja yang merupakan non-tugas khusus jabatan
(termasuk tugas yang dilaksanakan oleh setiap orang dalam suatu
kelompok besar jabatan atau keluarga jabatan).
• Komunikasi yang dilakukan dapat terlaksana secara tertulis dan lisan.
• Upaya dilakukan secara konsisten, sering, dan bahkan terjadi pada
kondisi berlawanan.
196
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
• Disiplin, tidak melakukan pelanggaran berat dan selalu mengikuti aturan.
• Pemberian kemudahan bagi rekan sejawat dan kinerja tim (misalnya,
memberi dukungan terlaksananya pelatihan, bertindak sebagai model
peran yang baik)
• Penyeliaan dan kepemimpinan (yang secara positif mempengaruhi kinerja
bawahan)
• Manajemen dan administrasi (misalnya, mengutarakan tujuan bagi
perusahaan, memantau pencapaian tujuan, mengalokasikan sumber
daya)
tidak semua jabatan dapat mencakup seluruh criteria penilaian dalam
kegiatan tersebut. Meskipun demikian, taksonomi umum ini dapat berfungsi
sebagai acuan yang bermanfaat pada jenis-jenis kriteria yang mungkin relevan
dengan suatu jabatan tertentu.
16.11. Pembobotan Kriteria.
Satu pekerjaan yang lebih dari satu tanggung jawab, maka aspek-
aspek kinerja sebaiknya dikombinasikan ke dalam suatu nilai gabungan
yang memudahkan perbandingan untuk para pemegang jabatan. Dalam hal
ini dilakukan dengan cara memberi bobot yang sama untuk seluruh kriteria.
Pendekatan paling sederhana adalah menggunakan bobot yang dihasilkan
melalui analisis jabatan. Regresi majemuk (multiple regression) dapat
digunakan untuk penentu bobot yang tepat tiap dimensi, dengan pemberian
bobot yang lebih besar pada dimens yang paling kuat dan disertakan dalam
evaluasi kinerja.
16.12. Penetapan Waktu Pengukuran Kinerja.
Pengukuran kinerja sebaiknya mencerminkan pertimbangan yang
strategis. Seperti dalam penetapan waktu lamanya siklus penilaian dan
tanggal penilaian terhadap jabatan tersebut.
Pada organisasi di butuhkan sesi-sesi peninjauan kembali terhadap
kinerja formal yang dilakukan secara periodic seperti enam bulan sampai
satu tahun sekali. Tipe siklus reguler ini masuk akal karena sesuai dengan
ritme alami organisasi.
Beberapa pakar berpendapat, periode evaluasi harus berhubungan
dengan rentang waktu pekerjaan yang secara ril terjadi, yaitu lama waktu
197
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
yang dibutuhkan untuk mengenali tingkat kinerja seseorang yang sedang
melaksanakan pekerjaan. Untuk jabatan rendah dan sederhana, rentang
waktu mungkin saja hanya beberapa menit; namun jabatan manajemen senior,
periode waktu yang pas mungkin beberapa tahun. Dalam sebuah agen
periklanan, account executive menerima umpan balik evaluasi setelah
masing-masing melakukan presentasi. Di perusahaan penelitian yang mencari
seseorang yang mempunyai bakat turunan, periode waktunya mungkin jauh
lebih lama.
Menilai kinerja dalam siklus yang secara kasar memperkirakan
karakteristik jabatan bisa menguntungkan. Jika kinerja dinilai sebelum dapat
diukur secara logis, kesalahan penilaian akan terjadi. Jika periode waktunya
terlalu lama, motivasi dan kinerja kemungkinan tidak akan baik . tentunya
akan mempengaruhi bagi pekerja yang kinerjanya buruk, dan kemungkinan
tidak akan dapat memperbaiki kinerja sampai akhirnya waktunya sudah
terlambat.
Periode evaluasi mungkin juga tergantung pada tujuan penilaian. Untuk
tujuan komunikasi dan evaluasi, fokus penilaian kinerja karyawaan dilakukan
selama satu periode kinerja. Untuk keperluan keputusan promosi jabatan
dan pelatihan terhadap karyawan, maka pengujian kinerja dilakukan selama
beberapa periode penilaia ini sangat mendukung penilaian dan mungkin
sangat bermanfaat. Jika kinerja yang dihasilkan meningkat dengan mantap
atau tetap tinggi maka dukungan promosi dapat dilaksanakan. Tapi
sebaliknya Jika kinerja tetap rendah maka tentunya diperlukan pelaksanaan
pelatihan bagi karyawan tersebut.
16.13. Beberapa Pendekatan Penilaian Kinerja Terhadap Karyawan.
Pendekatan terhadap penilaian kinerja karyawan dapat dilakukan
dengan pendekatan Model Tahun Baru. Yaitu organisasi melaksanakan
penilaian kinerja di mulai dari awal karyawan bergabung atau diterima di
organisasi dan penilaian seperti ini sangat popular pada banyak organisasi.
Model ini lebih baik karena beban kerja telah dilakukan dari semula agar
tugas penilaian tidak menumpuk. Namun, model ulang tahun ini biasanya
mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
Pertama tidak mengikat kinerja individu atau tim terhadap keseluruhan
dari kinerja organisasi dan dengan demikian mengurangi manfaat strategis
198
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
dari proses penilaian. Kelemahan Kedua yaitu, penelitian menunjukkan
bahwa rating yang diberikan kepada karyawan pada awal tahun lebih tinggi
atau lebih rendah daripada rating yang diberikan sesudahnya. Hal ini sangat
dimungkinkan jika para pemberi rating atau penilai harus menggunakan suatu
“kurva” sehingga mereka hanya dapat mengalokasikan angka-angka spesifik
berupa rating tinggi dan rendah saja.
Kelemahan ketiga adalah organisasi tidak mengetahui seperti apa
penyelia menilai kinerja dan karena itu tidak dapat menentukan seberapa
baik kinerja yang dimiliki keseluruhan organisasi sampai berakhir tahun itu
dan seluruh evaluasi terselesaikan.
Pendekatan yang kedua disebut dengan pendekatan dengan sistem
titik fokus. Dalam sistem ini, seluruh karyawan dinilai pada waktu yang
kira-kira bersamaan, biasanya pada akhir tahun fiskal atau tahun kalender.
Keuntungan utama sistem ini adalah penyelia dapat bertemu dengan seluruh
individu memberi tahu para karyawan, dan memahami seperti apa
perbandingan kinerja mereka dalam periode waktu yang sama. Sama halnya,
manajemen puncak dapat membandingkan kinerja berbagai SBU (unit bisnis
strategis) untuk menilai seberapa baik mereka memenuhi sasaran
perusahaan. Informasi perbandingan semacam ini sangat penting jika
informasi kinerja digunakan untuk mengambil keputusan mengenai
kompensasi. Karena hubungan dengan kompensasi merupakan titik sentral
bagi Lincoln Electric company, para manajer lininya menghabiskan waktu
dua minggu melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan.
Bagian SDM organisasi menggunakan beberapa minggu untuk
melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan yang sebelumnya manajer
lini harus menyiapkan data yang lengkap yang lam penilaian kinerja
karyawan, misalnya, tingkat absensi dan produktivitas para pekerja yang
akan dinilai prestasi kerjanya.
Pendekatan penilaian kinerja dengan mengunakan pendekatan titik fokus
adalah bahwa tinjauan ini menghasilkan beban kerja yang sangat besar dalam
satu waktu tertentu. Pendekatan yang menghasilkan beban kerja yang besar
ini dapat dikurangi dengan dua alternative cara yaitu: pertama, dengan
mengunakan kriteria yang jelas tentang kriteria penilaian kinerja mana yang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja, dan yang kedua, dengan memastikan
bahwa bawahan dan penyelianya sama-sama mempunyai tanggung jawab
199
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
untuk mendefinisikan kriteria kinerja dan mendokumentasikan pencapaiannya
yang berkaitan dengan standar kinerja yang telah dicapai.
Kelemahan utama lainnya tinjauan titik fokus adalah bahwa tinjauan ini
dapat menciptakan siklus produktivitas artifisial yaitu yang semata-mata
mencerminkan waktu penilaian. Misalnya, jika sebuah lembaga organisasi
mengukur kinerja tahunan pada pertengahan bulan Desember guna
memutuskan pembagian bonus, pada jam-jam yang terjadwal seorang
karyawan mungkin mulai memuncak kinerjanya pada minggu-minggu
menjelang penilaian dan kemudian turun kembali di bawah normal karena
tentunya setiap orang mempunyai siklus waktu untuk kembali rendah dari
tinggi demikian seterusnya.
16.14. Evaluasi Terhadap Kinerja Karyawan.
Terdapat beberapa sumber data tentang penilaian kinerja yaitu
bersumber dari penyelia, karyawan sendiri, rekan sejawat atau anggota tim,
bawahan, pelanggan, dan pantauan komputer. Relevansi masing-masing
sumber data penilaian tersebut perlu untuk dipertimbangkan dalam pemberian
rating.
Sebagai penentu penilaian adalah jumlah dan jenis hubungan kerja
yang dimiliki penilai dengan orang yang dievaluasi. Kuantitas dan kualitas
pengetahuan tugas akan bervariasi sesuai dengan tingkat organisasi,
demikian juga dengan kedekatan pekerja dan pemberi rating. Anggota - tim,
pelanggan, dan bawahan melihat perilaku tugas seorang individu dari sisi
yang berbeda dengan penyelia. Sebagai contoh, seorang pelanggan
kemungkinan besar mengamati perilaku seorang sales representative
misalnya, menyapa pelanggan atau melakukan penjualan dari pada seorang
penyelia tingkat pertama. Sama halnya, pelanggan merupakan salah satu
pengamat paling baik terhadap karyawan di Au Bon Pain, dan oleh sebab
itu perlu adanya unsur pembeli misterius dalam penilaian. Gagasan
pentingnya adalah bahwa tidak seorangpun baik itu karyawan sekalipun dapat
-mempunyai informasi lengkap. Seorang pekerja dapat melakukan sesuatu
yang tidak ia sadari dan akibat perilaku tersebut terhadap reaksi pelanggan.
Disamping itu penyelia mempunyai akses lebih besar ke informasi hasil
dan kinerja penjualan dibandingkan dengan karyawan atau pelanggan.
Tentunya akan terjadi beraneka ragam dalam pemberi rating pada proses
200
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
evaluasi yang merupakan pendekatan terbaik. Jika evaluasi penyelia,
bawahan, rekan sejawat, dan karyawan sendiri digunakan, evaluasi-evaluasi
itu sering disebut penilaian 360-derajat. Penilaian semacam ini bermanfaat
khususnya untuk memberikan umpan balik demi tujuan pengembangan
karyawan dan organisasi dimasa datang.
16.15.Beberapa Cara Penilaian Terhadap Kinerja Karyawan
Penilaian kinerja terhadap karyawan dapat dilakukan oleh :
1. Para Atasan. Istilah atasan dalam konteks ini mengacu pada pimpinan
langsung bawahan yang sedang dievaluasi. Banyak perusahaan
beranggapan, atasan lebih mengetahui pekerjaan dan kinerja bawahan
daripada siapapun, dan karena itu perusahaan memberikan seluruh
tanggung jawab penilaian kepada si pejabat atasan langsung tersebut.
Namun, system penilaian dari atasan kadang kala mempunyai
kelemahan. Seperti Pertama, karena atasan biasanya punya kekuasaan
untuk memberikan imbalan dan hukuman, bawahan mungkin merasa
terancam. Kedua, evaluasi sering merupakan proses satu arah yang
membuat bawahan defensif. Ketiga, atasan mungkin tidak mempunyai
kemampuan interpersonal yang diperlukan untuk memberikan umpan
batik yang baik terhadap karyawan. Oleh sebab itu sedikit sekali terjadi
pengarahan terhadap bawahan yang di nilai ; kadang kala karyawan
cendrung tidak sungguh – sungguh mendengarkan umpan balik negatif
yang di berikan oleh atasan kepada para bawahan sehingga timbullah
pembenaran tindakan dari karyawan atas hasil kinerjanya.
Adanya potensi pertanggung jawaban hukum dan keinginan untuk
memiliki data penilaian yang terbaik terhadap kinerja karyawan yang di lakukan
oleh atasan langsung memungkinkan organisasi dan mengundang orang
lain untuk ikut dalam memberikan penilaian. Cara ini menciptakan
keterbukaan lebih luas dalam sistem penilaian terhadap kinerja karyawan
dan mempertinggi kualitas hubungan antara atasan dan bawahan. System
ini tentunya membutuhkan biaya. Evaluasi terhadap kinerja yang di peroleh
dari sumber-sumber lain seringkali melangkahi jalur-jalur kekuasaan atau
Hierarki organisasi atau membalikan struktur kekuasaan biasa yaitu evaluasi
ke atas dan mungkin di larang oleh kesepakatan kontrak, contoh kontrak
organisasi perusahaan terhadap serikat pekerja .
201
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Penilaian Diri Sendiri.
Management by objectives yaitu manajemen berdasarkan sasaran di
sebut MBO. Penilaian diri sendiri khususnya melalui partisipasi bawahan
dalam menetapkan tujuan, yang merupakan komponen bawahan yang
berpatisipasi dalam proses evaluasi dan mempunyai komitmen terhadap
tujuan organisasi. partisipasi bawahan diperlukan dalam membantu dan
menjelaskan peran karyawan dan dapat mengurangi konflik peran.
Perusahaan biasanya menggunakan system penilaian diri sendiri
karena merupakan perangkat efektif untuk menetapkan program yang
berfokus pada tujuan organisasi. Namun penilaian terhadap diri sendiri menjadi
sasaran bias dan distorsi yang sistematis. Rating pribadi seringkali bias
dari pada rating yang di peroleh dari penyelia, meskipun lebih berkaitan
dengan rating penyelia ketika pemegang jabatan tahu bahwa rating mereka
akan di cek dengan menggunakan kriteria yang lebih obyektif dari atasan.
Suatu varian penilaian diri sendiri adalah penilaian dengan inisiatif
pribadi. Roger Flax, seorang direktur utama motivasional systems, suatu
perusahaan pelatihan manajemen dan penjualan di New Jersey, menyatakan
bahwa di perusahaan kecil karyawannya akan termotivasi sehingga tidak
banyak penilaian secara formal. Pada perusahaan seperti ini karyawan boleh
mengajukan penilaian kinerja dan meminta manajernya untuk meninjau
kembali penilaian terhadap kinerja tersebut. Flax menyarankan agar karyawan
meminta peninjauan kembali kinerjanya bila di rasakan perlu bagi karyawan
tersebut.
Pertanyaan yang sebaiknya di tanyakan terhadap diri karyawan dan
manejernya tentang inisiatif diri sendiri yaitu :
• Berapa rating penilaian terhadap kinerja karyawan itu saya. ( jika skala
1 sampai 10 merupakan pilihan alternative).
• Unsur-unsur apa yang paling kuat untuk dinilai dalam tugas yang
diberikan kepada saya
• Apa unsur yang paling lemah untuk dinilai dalam penilaian prestasi
kerja saya?
• Apa factor yang menyebabkan saya tidak memperoleh angka 10(rating
yang tertinggi) ?
• Ke mana arah jabatan atau karier yang harus saya tekuni delapan belas
bulan sampai empat tahun mendatang ?
202
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
• Keterampilan dan pelatihan atau pendidikan seperti apa yang sangat
saya perlu di tekuni untuk mencapai nilai tertinggi tersebut ?
• Apa yang bisa di sepakati secara khusus dan bisa saya lakukan mulai
besok untuk mendukung karir saya dimasa datang?.
Meskipun penilaian diri sendiri makin banyak di gunakan di perusahaan
Amerika Serikat, perusahaan ini harus dapat menafsirkannya secara terlatih
hasil penilaian tersebut sehingga memberikan hasil yang baik dan tidak bias.
Pemanfaatan Data Penilaian.
Perbedaan Budaya
Evaluasi diri sendiri terhadap kinerja selalu bersifat lunak, pekerja yang
berada dalam budaya kolektif, tidak di anjurkan menonjolkan prestasi
individu, mengevaluasi kinerja dengan cara yang di lakukan pekerja Amerika.
Bias semata-mata merupakan hasil penekanan budaya barat pada
individualitas. karena ekonomi dunia menjadi global dan menjadi banyak
perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara. Jumlah tenaga kerja
AS yang terus bertumbuh mencakup orang-orang dengan latar belakang
budaya non-barat. Keragaman ini mempengaruhi evaluasi kinerja yang di
lakukan perusahaan untuk mengambil keputusan-keputusan penting ?
Dalam budaya barat, bawahan cendrung mengevaluasi diri sendiri lebih
positif dari pada penyelia yang melakukannya. Penilaian ini terjadi pada
berbagai tipe karyawan seperti bagian administrasi, level manejer dan level
para pekerja kasar. Pada berbagai tipe skala rating, penilaian ini di lakukan
untuk berbagai tujuan. Kelunakan rating pribadi selaras dengan pendapat
bahwa orang memandang dirinya secara positif. Kecendrungan mempunyai
citra diri positif dan memproyeksikan citra diri positif kepada orang lain adalah
hal biasa dalam budaya barat, yang menekan kan pada prestasi individu,
swasembada, dan penghormatan diri. Sebaliknya budaya kolektif mendorong
keselarasan interpersonal, saling ketergantungan antar personal karyawan,
rasa solidaritas, dan keeratan dalam kelompok kerja. Para pekerja tidak
memfokuskan diri pada pencapaian prestasi individu demi kepentingan
keselarasan interpersonal dalam mencapai tujuan strategis organisasi.
203
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Para pekerja dalam budaya kolektif lebih rendah hati dari pada pekerja
Amerika ketika sampai pada penetapan rating kinerja jabatan mereka sendiri
secara individu. Penelitian yang dilakukan pada sebuah tim peneliti
internasional yang mengkaji rating kinerja terhadap lebih dari sembilan ratus
penyelia dan bawahannya rating orang yang bekerja di Republik cina (Taiwan)
di bandingkan dengan rating penyelia Amerika. Dalam menjalankan penelitian
lintas budaya ini ,maka beberapa pernyataan dari mereka dapat dikemukakan
sebagai berikut yaitu :
Para pekerja cina mengevaluasi pekerja jabatan dan hasrat untuk
bekerja bagi para pekerja dan mereka memberi rating lebih rendah dari pada
yang di berikan oleh para penyelianya sendiri. Rating mereka juga lebih
rendah dari pada rating yang di berikan oleh rating Amerika terhadap dirinya
sendiri. Selaras dengan munculnya kepercayaan budaya kolektif bahwa sifat
bijaksana muncul bersamaan dengan umur, para pekerja yang lebih muda
memberi rating terhadap dirinya sendiri lebih rendah dari pada rating yang di
berikan oleh para penyelia mereka sendiri, dan rating pribadi para karyawan
yang lebih muda lebih rendah dari pada rating para pekerja yang lebih tua.
Para peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan rating pribadi oleh
perusahaan-perusahaan multi nasional mungkin menciptakan bias terhadap
karyawan cina serta karyawan lain dalam budaya kolektif. Karyawan dengan
budaya ini memberikan rating dirinya lebih rendah dari pada karyawan Anglo-
Amerika yang kinerjanya sepadan. Demikian juga dengan karyawan cina
mungkin enggan menampilkan kesan manajemen perilaku dan mempromosi
diri sendiri. Umpamanya mereka memastikan penyelia tahu prestasi mereka.
Akibatnya penyelia kemungkinan memberikan rating lebih rendah dari pada
yang sepantasnya dapat mereka terima. Bila hasil rating ini mereka gunakan
untuk tujuan evaluasi terhadap kinerja mereka maka bisa hasilnya akan
menimbulkan diskriminasi yang tidak di inginkan dan perlakuan yang tidak
adil dalam penilaian terhadap kinerja, demikian juga semangat menjadi lebih
rendah serta tidak efektifnya pemanfaatan terhadap bakat para pekerja dalam
organisasi tersebut.
Pemanfaatan data untuk penilaian diri akan sangat dipengaruhi oleh
factor perbedaan budaya bagi para anggota organisasi tersebut.
204
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Penilaian Rekan Sejawat atau Anggota Tim.
Penilaian yang dilakukan oleh anggota tim mulai meningkat saat
memasuki abad Ke- 21. Partisipasi karyawan, kerja sama tim dan pemberian
wewenang salah satu alasan bahwa penilaian rekan sejawat terlihat sebagai
alat prediksi kinerja masa mendatang yang sangat bermanfaat untuk
mendukung organisasi. Penilaian kinerja secara individu tidak memberikan
kontribusi terhadap upaya pembinaan tim yang merupakan unsur penting
dalam gaya manajemen partisipatif.
Berperannya Anggota Tim dalam proses penilaian terhadap kinerja
para pekerja dalam berbagai level bisa di lakukan dalam berbagai bentuk.
Jamestown Products Incorporated, yang merupakan sebuah perusahaan
industri logam kecil yang sedang menghadapi persoalan keterlambatan
karyawannya. Menurut penilaian anggota tim terhadap masalah tersebut
adalah jika satu orang yang terlambat maka akan merusak jadwal semua
orang dan mengurangi kinerja tim, akhirnya konsenkuensinya adalah
menurunkan tingkat bonus yang bakal diterima perperiodenya. Secara
tradisional seorang karyawan yang terlambat akan kehilangan sebagian
upahnya, tetapi masih bisa menerima bonus kinerja tiga bulanan. Para anggota
tim menganggap perlakuan ini dianggap tidak adil. Untuk itu kerja sama tim
didorong untuk menetapkan standar kinerja para anggotanya dan untuk
mengidentifikasi konsekuensinya jika pencapaian kinerja rendah. Persoalan
berapa besar keterlambatan atau berapa banyak ketidak hadiran bisa di
tolerir dan bagaimana hukumannya nanti terhadap para karyawan. Tim ini
telah mencapai kesepakatan yaitu karyawan diperbolehkan terlambat namun
didefinisikan sebagai terlambat satu menit atau malah tidak hadir tanpa
keterangan tidak lebih dari lima kali dalam jangka waktu tiga bulan.lebih dari
itu maka para karyawan akan kehilangan seluruh bonusnya.
Kinerja yang di lakukan oleh anggota-anggota tim Jamestown yang
biasanya bertindak sebagai penilai yang merupakan mitra kerja yang selalu
berada di sisi karyawan sepanjang hari mempunyai peluang yang sangat
baik untuk mengamati perilaku individu dari pekerja tersebut. Dimensi kinerja
yang dievaluasi oleh anggota-anggota tim mencakup sebagai berikut :
• Kehadiran dan ketepatan waktu dalam menghadiri rapat kelompok yang
telah terjadwal.
205
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
• Kemampuan antarpersonal misalnya Bersedia memberi dan menerima
persoalan, tidak keras kepala.
• Sikap yang selalu mendukung terhadap kelompok misalnya memberikan
gagasan atau saran bagi kelompok untuk di gunakan dalam proyek dan
mendukung keputusan kelompok.
• Dukungan terhadap Perencanaan dan terlaksananya koordinasi.
Memberikan masukan guna membantu anggota tim lainnya
melaksanakan tugas yang diembankan kepada mereka masing-masing.
Perusahaan semacam Jamestown membawa para anggota tim
memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi seberapa baik
tim tersebut sebagai keseluruhan dalam menjalankan perannya.. Seberapa
baik tim tersebut sebagai keseluruhan memberikan dorongan dan
produktivitas. Ukuran ini lambat laun dapat di bandingkan satu sama lain
atau kelompok yang sama dapat di bandingkan dalam berbagai hal. Para
manejer lini dan profesional HRD dapat menggunakan penilaian anggota
maupun penilaian keseluruhan guna membantu karyawan menganalisa tim
untuk memperbaiki efektivitas tim dimasa datang.
4.Penilaian Ke Atas atau Terbalik.
Organisasi seperti Johson and Johson dan Sears telah mensurvei
karyawan selama beberapa tahun untuk mengetahui opini para pekerja tentang
manajemen, tetapi secara umum tipe penilaian ini terbalik namun tetap
populer digunakan. Seperti perusahaan Amoco Corporation, Crysler, Cigna
dan Dupont. Perusahaan-perusahaan ini menggunakan Rating bawahan untuk
mengetahui bagaimana level pimpinan mereka menjalankan manajemen
dalam memperbaiki operasi usahanya sehingga merampingkan hirarki
organisasi mereka menjadi pilihan dalam mengembangkan para manejer
menjadi lebih baik.
Sebagai contoh karyawan meminta Amoco cepat memakai sistem
penilaian ke atas.
Kalimat-kalima penilaian Representatif untuk mengukur
keeratan,semangat ,dan produktivitas yang di peroleh Tim.
Gambaran tingkat persetujuan terhadap hal berikut ini.
206
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
A. Penilaian Terhadap Keeratan dalam tim Kerja.
1. Para anggota dalam tim kerja saling bahu-membahu dan saling
menolong.
2. Para anggota dalam tim kerja tidak bergaul erat antara satu dengan
yang lainnya.
3. Para anggota dalam tim kerja menaruh perhatian antara satu
sama lainnya.
4. Para anggota tim kerja sama-sama mempunyai semangat kerja
tim yang besar, baik dan terarah.
5. Para anggota tim kerja memandang satu sama lain sebagai teman
yang siap selalu mendukung.
6. Para anggota tim kerja sangat kooperatif satu sama lainnya .
7. Para anggota tim tahu bahwa mereka saling menggandalkan satu
sama lain.
8. Para anggota tim satu sama lain saling member masukan dan
memberikan dukungannya.
9. Para anggota tim bekerja bersama sebagai suatu tim yang solid
dan kuat.
B. Penilai Terhadap Semangat Kerja karyawan Dalam Tim
10. Anggota tim mengerjakan tugas dengan sangat antusias.
11. Anggota tim tempat bekerja tidak mau berusaha dengan baik.
12. Anggota tim penuh dengan kekuatan dan semangat kerja yang
besar.
13. Pekerjaan anggota tim kelihatannya berjalan lamban.
14. Anggota tim bekerja keras dalam tugas apa saja yang dilaksanakan
dan ditugaskan.
15. Anggota tim menunjukkan semangat besar dan antusiasme yang
kuat.
C. Penilaian Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Dalam Tim.
16. Anggota tim menyelesaikan lebih banyak pekerjaan daripada
kebanyakan kelompok lain dalam organisasi perusahaan ini.
17. Anggota tim menyelesaikan pekerjaan sebesar yang diharapkan
penyelia.
207
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
18. Anggota tim mempunyai rekor produksi yang sangat baik.
19. Anggota tim mengusahakan pekerjaan yang di bebankan
terlaksana tepat waktu sesuai dengan standar.
20. Anggota tim kerja punya rekor produksi yang baik sekali dimata
para penyelia
Catatan: Setiap butir dinilai dengan skala 1 sampai 7, dengan 1 adalah Sangat Tidak Setujudan 7 adalah sangat Setuju. Pernyataan-pernyataan yang diberi tanda (B) harus dibaliknilainya.SJMBER: Didasarkan pada R.M. Stogdill, Group Productivity, Drive and Cohesiveness
(Columbus, OH: Bureau of Business Research, 1965): hal. 65-75.
Pengisian kuesioner dengan sukarela dilakukan karyawan dalam
mengumpulkan umpan balik mengenai kepemimpinan partisipatif, kreativitas
penyelia dan manajemen kinerja penyelia. Kuesioner proses pengembangan
sipemimpin sudah terkomputerisasi yang memungkinkan karyawan menjawab
secara anonim dari pihak mereka sendiri. Hasil umpan balik diberikan
pelatihan wajib selama seminggu bagi manajer tingkat menengah.
Bawahan kadangkala tidak punya akses ke informasi tentang hasil
seluruh dimensi penilaian kinerja penyeliaan, mereka sering memiliki akses
ke informasi mengenai interaksi penyelia-an. Ketika ditanya misalnya,
bawahan biasanya mengeluh mereka tidak memperoleh cukup umpan batik
dari penyelia terhadap hasil kinerja mereka.
Kelemahan umpan balik terhadap bawahan tidak selalu mengevaluasi
kinerja secara obyektif atau jujur, khususnya jika rating mereka tidak anonim
Untuk melindungi keanoniman, evaluasi perlu dibuat paling sedikit tiga atau
empat bawahan dan digilir kepada orang lain kecuali penyelia yang sedang
dievaluasi.
5.Penilaian Pelanggan.
Penilaian dari pelanggan terhadap karyawan dalam berbagai konteks
adalah sangat tepat. Misalnya, suatu klinik kesehatan di Billings, Montana,
secara rutin meminta pasien memberi rating penjaga meja pasien dan tenaga
perawat mengenai perilaku mereka seperti sopan santun, kecepatan, dan
kualitas perawatan. Domino’s Pizza mempekerjakan pelanggan misterius
yang memesan pizza dan kemudian mengevaluasi kinerja operator telepon
208
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
dan karyawan bagian pengiriman. Doyle Ripley, pemilik perusahaan karpet
di Utah, menggunakan daftar yang diisi oleh pelanggan untuk memantau
kinerja pemasang karpet di tempat. Menurut Ripley, Ketika Anda menyuruh
pemasang bekerja di mana saja, mustahil mengecek pekerjaan mereka.
Kelebihan instrumen penilaian kita adalah bahwa alat itu mendidik pelanggan
memperhatikan apa yang dicari dalam pekerjaan pemasangan yang
berkualitas. Secara bersamaan, instrumen ini memberi kita umpan balik
kinerja murah. Dan sudut pandang pemasang, sistem tersebut berjalan baik
karena segala permasalahan dapat dipecahkan segera tanpa dipanggil bekerja
kembali. Untuk mendorong pelanggan mengembalikan survei tersebut, Ripley
mengadakan undian bulanan pencucian karpet secara cuma-cuma. Para
pemasang dengan rating tertinggi diberi penghargaan uang dan diberi pujian
kata-kata.
6.Pemantauan Komputer.
Dengan perkembangan teknologi baru, semakin mudah mengumpulkan
data-data kinerja dengan menggunakan komputer.
Survei menyatakan terhadap 301 pengusaha A.S, yang memperkirakan
20 juta warga Amerika menjadi sasaran pemantauan elektronik disamping
pemantauan telepon. Pengusaha memantau karyawan untuk mengecek
alur kerja, menyelidiki pencurian, melihat kembali kinerja jabatan, mencegah
pelecehan, mencegah penggunaan perangkat lunak untuk kepentingan
pribadi, dan menyelidiki spionase industri yang dikeluarkan oleh Organisasi
Perburuhan Intemasional (ILO). Para pekerja A.S. paling mudah dipantau,
apalagi tidak ada undang- undang di Amerika Serikat yang melarang
pengusaha menggunakan praktek seperti ini. Austria, Belgia, Jerman,
Belanda, dan Swedia melarang penggunaan perangkat teknis untuk
memantau perilaku dan kinerja karyawan. Jika dilakukan pemantauan harus
disetujui karyawan, atau harus dikonsultasikan sebelum pengawasan
elektronik dimulai.
Pemantauan komputer membuat banyak karyawan cukup prihatin
sehingga merasa hak privasinya terganggu serta mengajukan beberapa
pertanyaan legal dan etik, yaitu Apakah karyawan punya hak privasi? dan
Apakah etis memantau tempat karyawan berada terus-menerus? Keadaan
ini meningkatkan stres dan sakit kepala, pengawasan elektronik dapat
209
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
menghasilkan pekerjaan yang pesat namun apati, berkurangnya dukungan
sosial dan rekan sejawat, ketakutan kehilangan pekerjaan, dan kurangnya
kontrol terhadap tugas.
16.16.Format Penilaian Kinerja.
Secara sistematis format rating harus sesuai dengan analisis jabatan,
identifikasi kriteria dan penilai yang tepat serta ketepatan dalam penetapan
waktu penilaian. Ukuran penilaian kinerja tersedia bagi beberapa jabatan
dan format yang paling banyak digunakan bersifat menghakimi. Klasifikasi
paling sederhana adalah standar absolut yang punya referensi norma, dan
format berdasarkan output serta masingnya ditambah dengan pertanyaan
dalam bentuk esai.
Peraga 16.6
Contoh Formulir Evaluasi Pelanggan untuk Pencucian Karpet
_____________________________________________________________
Nama____________________________ tanggal_____________________
Alamat___________________________
Bisnis dan kepuasan Anda adalah hal yang terpenting bagi kami. Untuk
memastikan kualitas layanan yang kami berikan, Anda lengkapi formulir
evaluasi yang telah diberi perangko dan mengembalikannya ke perusahaan
kami. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kemampuan karyawan kami dalam
memberikan pelayanannya dalam kualitas pencucian. Formulir evaluasi yang
sudah terisi akan di undi secara bulanan, dan berhadiah pencucian karpet
gratis satu tahun.
Lingkari huruf Y jika pemasang sesuai dengan pernyataan atau T jika
pemasang tidak sesuai dengan yang terjadi..
1. Y T Pemasang karpet berkonsultasi lebih dulu dengan pelanggan
mengenai lokasi seluruh lipitan dan menempatkannya pada lokasi
yang paling diinginkan konsumen.
2. Y T Seluruh lipitan ditempatkan pada daerah yang jarang dilewati selain
dilokasi pintu.
3. Y T pemasang karpet menempatkan Lipitan sedemikian rupa sehingga
tidak terlihat.
210
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4. Y T Lipitan berada pada kondisi yang tidak menganggu dan terasa
aman.
5. Y T Pemasang karpet menghindari terjadinya kerusakan bangunan
seperti papan dasar, dinding atau pintu tergores atau kotor sewaktu
memasang karpet dilakukan.
6. Y T Pemasang karpet meregangkan karpet dengan cukup kencang
untuk menghindari terjadinya kerutan, gelombang, dan gelembung
sehingga tidak membahayakan.
7. Y T Pemasang karpet merapikan dan menyelipkan semua sisi ujung
karpet pada dinding atau mencopot logam atau keduanya.
8. Y T Pemasang karpet membersihkan seluruh lokasi dan tidak
meninggalkan sisa-sisanya jika pekerjaannya selesai.
9. Y T Pemasang karpet memeriksa hasil pekerjaannya bersama
pelanggan dan menjamin kepuasannya.
.
Komentar Tambahan (gunakan halaman belakang formulir ini jika
masukan tidak terkaper oleh pernyataan diatas):
untuk keperluan perusahaan saja
NILAI _____________
(Y = 3, T = 0)
I.Penilaian Kinerja Berdasarkan Norma
Pertanyaan pada poin diatas digunakan dalam memanage sumberdaya
manusia dan membuat keputusan bagi karyawan yang berkinerja paling bagus
dalam tim. Jika terjadi pengurangan tenaga kerja karyawan mana yang harus
dipertahankan. Karyawan mana yang harus diberi tugas khusus. Untuk
keputusan tersebut format kinerja yang mengacu pada norma-norma diatas
diharapkan dapat mendukung dengan tepat. Penilaian lainnya sebagai berikut
:
1. Rangking dapat dipaparkan langsung dan mengurutkannya dari rangking
anggota tim yang terbaik sampai rangking yang terburuk. Demikian juga
Atasan mengurutkan para pemegang jabatan, dari yang terbaik sampai
yang terburuk, yang biasanya berdasarkan kinerja secara keseluruhan.
211
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pemegang jabatan juga diranking dengan memperhatikan hal-hal
dibawah ini.
a. Pemantauan Karyawan Dengan Alat Elektonik
Pemantauan secara elektronik terhadap karyawan mempunyai beberapa
bentuk. Seperti komputer dapat mengukur output, Operator mesin, jumlah
pembicaraan telepon yang dilakukan seorang .;telemarketer, atau jumlah
ketukan atau entri yang dibuat operator komputer. Percakapan telepon
layanan pelanggan selalu dapat dicatat atau dipantau secara langsung oleh
perusahaan.
Pemantauan kinerja karyawan adalah merupakan awal turnbuhnya
kontroversi. Para pendukung hak-hak privasi tidak hanya keberatan karena
persoalan-- persoalan privasi. tetapi juga menunjukkan hal-hal yang
mernbuktikan bahwa pemantauan elektronik di tempat kerja tersebut
meningkatkan stres dan mengurangi motivasi kerja dan sebagainya.
b. Pertimbangam Hak Privasi
Meskipun Konstitusi A.S. tidak menyampaikan jaminan privasi apapun
kepada karyawan sektor swasta, pengadilan di beberapa negara bagian.
berpendapat bahwa konstitusi negara bagian mereka memberikan
perlindungan privasi tertentu bagi karyawan-karyawan tersebut. Tetapi apakah
perlindungan semacam ini berlaku di tempat kerja, di mana seorang pekerja
mempunyai hak yang sah untuk memantau kinerja, sejauh ini masin belum
jelas. Kunci utama dari kontraversi ini adalah adanya keterbukaan antara
karyawan dengan perusahaan akan maksud dan tujuan dilakukannya
pemantauan secara langsung dengan mengunakan komputerisasi. Dengan
kejelasan ini tentunya karyawan tidak akan merasa hak privasinya terganggu
dan system ini akan dapat berjalan dengan baik dan efektif. Contoh dapat di
paparkan dibawah ini :
Pada prakteknya, jaksa privasi Bradd Siegel, menyarankan kepada
para pengusaha untuk selalu rnemberi tahu karyawan setiap rnaksud
memantau percakapan karyawan. Bila pengusaha Sudah berbuat demikian,
seorang karyawan tidak bisa lagi mengharapkan percakapan telepon tempat
kerja dilindungi oleh hak-hak privasi karyawan demikian kata Siegel. Seorang
212
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
karyawan yang Telah diberi peringatan semacam ini tidak punya lagi harapan
akan privasi yang dapat diterima.
Manajer harus melaksanakan penilaian yang baik saat memantau
percakapan karyawan. Dengan memperingatkan karyawan bahwa penilai
akan memantau percakapan telepon, manajer tidak diberi kekuasaan penuh.
Jika seorang pangusaha rnendengarkan percakapan pribadi selama lima
belas menit karena yakin bahwa rahasia perdagangan atau informasi pemilik
perusahaan akan dibocorkan si karyawan maka pemantauan telepon seperti
ini dianggap sah dan benar.
c. Alasan yang dikemukakan
Pengusaha sebaiknya menjelaskan alasan-alasan program pamantauan
telepon yang dilakukannya, sehingga karyawan memahami bahwa
per-cakapan teleponnya dipantau dan kondisi ini tidak rnenjamin setiap
karyawan akan senang dengan progra tersebut. kemungkinan program ini
membuat banyak karyawan yang tidak puas dan tidak senang. Pengusaha
yang mangukur kinerja karyawannya melalui sarana elektronik menempuh
risiko menciptakan stres yang dapat.meningkatkan biaya kompensasi bagi
karyawan yang harus dikeluarkan pengusaha.
Para ahli menyatakan bahwa para manajer organisasi perlu menjaga
keseimbangan yang tepat antara keinginan mengukur kinerja karyawan dan
keinginan mempertahankan karyawan dan tingginya tingkat produktivitas
karyawan.
d. Peringatan bagi Pengusaha.
Jika pemantauan elektronik digunakan untuk mengevaluasi kinerja
pengusaha harus memantau seluruh karyawan untuk kategori jabatan yang
sama. Jika Anda memantau sebagian karyawan dan yang lain tidak, Anda
menempuh resiko adanya tuntutan diskriminasi khususnya jika karyawan
yang sedang dipantau masuk datar kelompok yang dilindungi.
Pada tugas-tugas khusus. Ranking semacam ini hanya cocok dalam
organisasi kecil. Kalau jumlah pemegang jabatan bertambah akan sulit
melihat perbedaan-perbedaan dalam kinerja mereka terutama untuk
pemegang jabatan tingkat rata-rata. Dalam hal ini ranking altematif bisa
membantu.
213
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Ranking Alternatif.
Dalam ranking altematif dilakukan penempatan karyawan paling bagus
di daftar bagian atas dan karyawan paling buruk di bagian paling bawah
daftar. Atasan memilih yang terbaik dan yang terburuk dari para karyawan
yang terdata di rangking baik dan terburuk sampai semua bawahan diranking.
Posisi tengah pada daftar adalah yang paling akhir diisi.
3.Perbandingan Berpasangan.
Pendekatan ini melibatkan perbandingan tiap pemegang jabatan dengan
pemegang jabatan lainnya, dua orang sekaligus, dengan standar tunggal
untuk menentukan siapa yang lebih baik. Urutan ranking individu ini dapat
diperoleh dengan menghitung berapa kali masing-masing individu terpilih
sebagai yang lebih baik untuk sebuah pasangan. Keunggulan pendekatan
ini adalah mengatasi masalah perangkat evaluasi. Pendekatan penilaian ini
mendorong penilai membandingkan kinerja tiap pemegang jabatan dengan
kinerja semua pemegang jabatan lainnya.
Penilaian dengan pendekatan ini mempunyai kelemahan yaitu Jika
jumlah pemegang jabatan banyak jumlahnya maka penilaiansecara
keseluruhannya sulit tertangani. Untuk dua puluh lima pemegang jabatan,
harus dilakukan tiga ratus perbandingan jika kinerja keseluruhan harus
dievaluasi. Kelemahan lainnya adalah terjadinya ketidak akuratan penilaian.
Hal ini terjadi jika pemegang jabatan A dinilai lebih baik daripada B, dan B
lebih baik daripada C, sedangkan C lebih baik daripada A.
4.Metode Distribusi Paksaan.
Distribusi paksaan dirancang untuk mengatasi kelemahan pendekatan
yang dipaparkan sebelumnya. Istilah distribusi paksaan digunakan untuk
menggambarkan format penilaian di mana seorang atasan dipaksa
mendistribusikan pekerjaanya terhadap bawahan pada beberapa kategori
kinerja.
Skala distribusi paksaan yang umum bisa dibagi menjadi lima kategori
dengan suatu persentase tetap semua bawahan dalam kelompok yang masuk
ke dalam tiap kategori. Distribusi paksaan yang dapat dipaparkan sebagai
berikut:
214
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Terendah Mendekati Menengah Mendekati Tertinggi
Terendah Tertinggi
10% 20% 40% 20% 10%
Jumlah
karyawan 5 10 20 10 5
Namun masih dirasa adanya kelemahan metoda ini yaitu menciptakan
masalah bagi penyelia yang percaya bahwa pola kinerja orang yang sedang
dievaluasi tidak sesuai dengan persentase yan ditetapkan.
5.Komentar tentang Metode yang Mengacu pada Norma.
Metode yang mengacu pada norma biasanya didasarkan pada anggapan
bahwa kinerja paling baik dan diukur dengan satu criteria kinerja keseluruhan.
Kriteria tunggal ini merupakan ukuran global dan tidak diberi bobot dalam
indeks obyektif manapun, seperti unit yang terjual, hasilnya dapat dipengaruhi
secara subyektivitas. Konsekuensinya ranking tersebut tidak punya
ketegasan tentang perilaku dan mungkin menjadi sasaran tantangan hukum.
Perbandingan rekan sejawat digunakan dalam Watkins u. Scott Paper
Company (1976), Albemarle Paper Company u. Moody (1975), dan Brito v.
Zia Company (1973). Pengadilan mengambil tiga keputusan untuk
mengalahkan perusahaan ini, yang mengatakan perbandingan tersebut tidak
berdasarkan pada kriteria kinerja yang obyektif atau perusahaan tidak bisa
membuktikan bahwa perbandingan mempunyai dasar yang jelas.
Hal lainnya yang dihadapi penilai rating adalah tidak terdapatnya
informasi tentang tingkat absolut kinerja yang ada. Karena metode ini
menghasilkan data berurutan dan bukan data interval maka para manajer
tidak mengetahui yang berkinerja terbaik dalam suatu kelompok itu benar-
benar luar biasa, rata-rata atau buruk kinerjanya, atau jika dua individu
mempunyai ranking yang berdekatan itu sebenarnya sama atau berbeda.
Sistem penilaian seperti ini kurang memberikan informasi tentang kinerja
dengan tepat dan bermanfaat bagi pemegang jabatan untuk bertindak lebih
luas dalam mengembangkan karyawan dan karir untuk tujuan organisasi.
215
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
16.17.Format Standard Absolut
Metode evaluasi yang berorientasi pada norma yang berlaku,
memungkin penilai untuk mengevaluasi secara individu, dengan tim ataupun
dengan mengunakan unit strategis dalam kaitannya dengan individu, tim
atau unit strategis lain yang sama. Kelemahannya adalah format yang
menggunakan standar absolut memberikan kemungkinan penilai
mengevaluasi kinerja dalam kaitannya dengan kriteria tertentu. Tentunya
system penilaian ini dapat memberikan rating yang sama persis kepada
dua orang atau dua unit dalam organisasi tersebut.
1.Skala Rating Grafik.
Sistem ini diperkenalkan pada dekade 1920-an. System ini sangat
bermanfaat karena ukuran output langsung tidak diperlukan dan penilai bebas
melakukan penilaian yang jujur sebagaimana diharapkan tim dan organisasi.
Skala ini, seperti pada awal pengembangan dan penggunaannya terdiri dari
deskripsi kinerja dan garis tidak putus-putus dengan berbagai angka yang
diletakkan di sepanjang garis dan kadang-kadang disekitar deskripsi sifat di
bawahnya.
Pada Peraga 16.7, dikemukakan skala rating grafik yang bervariasi
dan menggambarkan dimensi kinerja, jumlah rating yang dikategorikan dan
kekhasan pembobotan yang diasosiasikan sebagai kategori rating. Pada
skala A sampai C menuntut penilai menentukan criteria dimensi penilaian
kinerja. System ini dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda pada
penilai yang berbeda-beda pula. Pada skala D dan E adalah skala yang
terbaik dalam mendefinisikan kualitas kedua-keduanya namun masih terdapat
kelemahan pada ketidak sepakatan tentang kategori penetapan penilaian.
Skala F bersisi problematis dalam segi yang berbeda meskipun memberikan
definisi mengenai kualitas kerja. Penilai sebaiknya mempertimbangkan lebih
dari satu aspek kualitas kinerja. Selain itu skala F memberikan bobot hanya
pada tiga kelompok umum nilai skala, meskipun dua puluh lima nilai skala
yang berbeda-beda dapat digunakan. Kelebihan utama format skala grafik
adalah kesederhanaannya. Kelemahan utama adalah kurangnya kejelasan
dalam definisi. Sekalipun penilai sudah terlatih, namun masih belum
mendefinisikan suatu sifat tertentu dengan cara yang sama dan pengertian
yang sama pada level pekerjaan yang berbeda.
216
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2.Skala Rating dengan Pembobotan Berdasarkan Perilaku.
Kelemahan dan Ketidak puasan terhadap skala rating grafik membawa
dampak terhadap pengembangan format standar absolut dengan kriteria
perilaku yang lebih spesifik. Pendekatan paling sistematis adalah dengan
mengandalkan kejadian-kejadian yang sangat penting, untuk menggantikan
bobot skala grafik yang bermakna ganda dengan menciptakan skala rating
yang diberi bobot menurut perilaku (behaviourally unchored rating scales =
BARS). Skala ini memberikan hasil yang digunakan bagi karyawan dalam
meningkatkan kinerjanya dan memungkinkan para atasan mudah
memberikan umpan balik terhadap karyawannya. Peraga 16.7. dipaparkan
system penilaian tersebut.
Peraga 16.7.
Contoh Skala Rating Grafik untuk Kuantitas Kerja
A. Kuantitas Tinggi √ rendah
B. Kuantitas Tinggi √ rendah
5 4 3 2 1
C. Kuantitas Tinggi √ rendah
5 4 3 2 1Jauh diatas diatas rata-rata dibawah jauh dibawah
Rata-rata rata–rata rata-rata rata-rata
D.Dimensi
Jabatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
√Kuantitas Selalu
rendah
Dapat
Diterima
Rata-rata Kadang-kadang Selalu hebat
E. Kuantitas kerja adalah jumlah pekerjaan yang dilakukan individu selama satu hari kerja
X
Tidak memenuhi cukup melaksanakan rajin & tekun mempunyai
persyaratan memenuhi pekerjaan mengerjakan lebih rekor produksi
minimum persyaratan dengan jumlah dari yang kerja
minimum yang memuaskan di syaratkan yang sangat bagus
sumber : Schuler and Jackson , 1996.
F. Kuantitas. Dalam menetapkan rating kuantitas kerja, pertimbangan
seksama dalam bentuk jumlah kinerja yang dihasilkan pada jabatan
tertentu, tingkat lamaran karyawan terhadap jabatan tersebut, pengaruh
karyawan terhadap alur kerja umum dan kemampuan menangani tugas-
tugas tertentu bagi penyelia. Kuantitas kerja dapat berupa kemampuan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Nilai dapat dikategorikan
buruk 1 sampai 6 poin; kategori rata-rata 7 sampai 18 poin; kategori
bagus 19 sampai 25 poin.
217
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pengembangan dengan pendekatan BARS berhubungan dengan tahap
pertama dalam metode analisis jabatan dan merupakan hal penting seperti
kejadian yang menggambarkan perilaku yang baik, rata-rata, tidak baik untuk
masing-asing kategori jabatan. Kejadian ini dikelompokkan dalam kategori
atau dimensi kinerja keseluruhan secara lebih luas.
Masing-masing dimensi berfungsi sebagai kriteria untuk mengevaluasi
kinerja. Kelompok individu lainnya mencatat kejadian-kejadian penting yang
berhubungan dengan masing-masing kategori. Contoh salah satu kriteria
kinerja dalam melakukan transaksi pinjaman dan kejadian yang berhubungan
dengan kriteria atau kategori tersebut. Dalam hal ini pemberian nilai atau
bobot dari tiap kejadian dalam kaitan dengan kontribusinya pada kriteria
tersebut. Kejadian dengan bobot yang lebih tinggi mempunyai arti kinerja
yang lebih tinggi. Format ini dikembangkan berdasarkan pekerjaan.
Seperangkat kriteria diberi bobot menurut perilaku, atasan menilai rating
karyawannya pada formulir yang tidak bermakna ganda. dapat dipahami,
dibenarkan dan mudah digunakan. Sebagian besar formulir BARS
menggunakan kriteria kinerja yang terbatas. Pemberi rating tidak
menemukan kategori yang tepat untuk menggambarkan perilaku atau kejadian
penting karyawannya. Kejadian yang relevan kata-katanya disusun sehingga
sipemberi rating tidak dapat mencocokan perilaku yang diamati dengan
dimensi dan bobot rujukan yang ada diformulir.
Seorang pemegang jabatan dapat menampilkan secara bersamaan
perilaku yang berkaitan dengan kinerja yang tinggi dan rendah. Misalnya
seorang asisten pinjaman perusahaan bisa mempersiapkan dekomentasi
lanjutan tepat pada waktunya dan juga menerima keluhan pemohon pinjaman
mengenai sikap kasar dan pertanyaan yang tidak semestinya. Dalam situasi
seperti ini sulit bagi sipemberi rating menentukan apakah rating harus tinggi
atau rendah.
3. Skala Standar Campuran.
Skala Standar Campuran (mixed standard scales = MSS) ini
dikembangkan untuk menghindarkan kelemahan yang terdapat pada BARS.
Skala MSS ini menghimpun kejadian-kejadian penting dan hal inilah yang
mendasari pengembangan skala tersebut. Format skala ini terdiri tiga
pernyataan yang menggambarkan tingkat kinerja tinggi, menengah, dan
218
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
rendah untuk suatu dimensi penilaian kinerja. Contoh-contoh perilaku untuk
dimensi-dimensi tersebut disusun secara acak pada pemberian rating,
dimana nilai skalanya tidak diketahui. MSS tidak mempunyai nilai yang
dibubuhkan pada penilaian. Penilai justru memberikan salah satu dan tiga
tanggapan (seperti +, 0, dan -) untuk setiap penilaian kriteria. Peraga 16.9
memperlihatkan sebuah contoh pemakaian skala standard campuran yang
dikembangkan untuk mengevaluasi kinerja para bagian pemeriksa di toko
grosir.
Terkumpulnya rating dalam Peraga 16.8 akan dituliskan bagian sumber
daya manusia, biasanya dengan komputer ke dalam rating angka. Lebih
banyak nilai diberikan untuk + daripada 0 dan untuk 0 daripada- Sebagai
contoh, seorang pemeriksa yang menerima rating + untuk tiga butir
pemeliharaan toko yang secara keseluruhan mungkin mendapatkan rating 9
(tiga angka untuk tiap +) pada dimensi itu; seorang pemeriksa yang menerima
dua 0 dan satu + mungkin mendapatkan rating 7 (dua angka untuk tiap 0
dan tiga angka untuk satu +) pada dimensi yang sama.
System skala standar campuran ini mempunyai kelemahan yaitu nilai
skala tidak diketahui dengan jelas, maka informasi yang diharapkan
kemungkinan hilang. Namun kelebihannya format MSS ini yaitu pemberi
rating tidak berhubungan dengan angka-angka. Sehingga sebagian kesalahan
yang paling umum menyertai pemberian rating bisa teratasi dengan baik. Di
samping itu analisis pola-pola tanggapan penilai dapat mengidentifikasi para
penilai yang menggunakan skalanya secara sembarangan. Akhimya, bila
system ini telah dikembangkan, maka MSS relatif lebih mudah digunakan
dalam penilaian kinerja karyawan.
4.Skala Pengamatan Perilaku.
Skala Pengamatan Perilaku (behavioral observation scale atau
disingkat BOS), Skala yang berasal dari kejadian-kejadian penting pada
perilaku pekerjaan para karyawan. Namun, BOS berbeda karena diajukan
kepada para pakar pekerjaan bukan mengenai tingkat kinerja pemegang
jabatan, namunnya sering para pemegang jabatan menampilkan perilaku
yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Nilai tiap perilaku diberi angka
penilaian dari frekuensi yang terjadi. Nilai ini dapat dijumlahkan untuk
mendapatkan score rating secara keseluruhan. Peraga 16.10 memrupakan
219
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
contoh BOS. Kinerja yang tidak efektif diberi nilai berkebalikan sehingga
semua pernyataan dapat disajikan dengan cara yang sama dan sesuai.
Keunggulan system BOS meliputi hal-hal berikut yaitu :
(1) Penilaian dengan system ini memberikan suatu analisis jabatan yang
sistematis,
(2) Butir-butir dan bobot perilaku dapat dipaparkan dengan jelas,
(3) BOS memungkinkan karyawan ikut serta dalam proses penilaian, dalam
pengembangan dimensi melalui identifikasi kejadian-kejadian penting
dalam analisis jabatan yang memudahkan pemahaman dan penerimaan,
(4) Bermanfaat bagi umpan balik dan peningkatan kinerja karena sasaran-
sasaran tertentu dapat dikaitkan dengan nilai dalam angka (rating)
berdasarkan bobot perilaku yang relevan (kejadian perilaku untuk kriteria
atau dimensi kinerja yang relevan, (5) Tampaknya memuaskan Unif
Guidelines dalam hal validitas (keterkaitan pekerjaan) dan reliabilitas.
Gambar 16.9.Cont oh: Poin2 Penilaian Pada Skala Standar Campuran untuk Pemeriksa Toko Grosir
Nama Penilai
Toko ________________________________ _ Tanggal _____________________
Berilah tanda untuk pernyataan dibawah ini dengan memilih salah satu dari tiga tanda berikut:
+ menunjukkan pemeriksa berkinerja lebih ba ik dibandingkan pernyataan ini.
0 menunjukkan pemeriksa berkinerja sama persis dengan pernyataan ini. ( - ) menunjukkan
pemeriksa berkinerja lebih buruk daripada pernyataan ini.
1. Terlambat datang bekerja satu shift per minggu (L)
2. Dapat menyelesaikan rata-rata dua puluh tiga jenis barang per menit saat memeriksa barang
dilakukan (P)
3. Ketika bisnis seret, Saya bergerombol di sekitar tempat pemeriksaan dan bercakap cakap dengan
pemeriksa lainnya. (M)
4. Datang kerja terlambat sekali dalam sebulan (L)
5. Ketika bisnis seret, saya membersihkan tempat pemeriksaan, membantu m engisi persediaan
yang telah menipis, atau mengerjakan tugas -tugas lain yang mendukung aktifitas kerja (M)
6. Dapat menyelesaikan rata-rata delapan belas jenis barang per menit saat memeriksa barang (P)
7. Datang kerja terlambat dua shift dalam seminggu (L)
8. Menyelesaikan rata-rata tiga puluh enam jenis barang permenit bila memeriksa barang
berlangsung. (P)
9. Ketika bisnis seret, Saya membersihkan tempat pemeriksaan (M)
Catatan: (L) = Keterlambatan, (P) = Pemeriksaan, (M) = Pemeliharaan.
Sumber : schuler and Jackson, 1996 : 28
220
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BOS mempunyai beberapa kelebihan, Meskipun orientasi perilaku pada
BOS tampaknya merupakan metode bagus. bukti menunjukkan bahwa penilai
tidak menanggapi skala dalam perilaku, tetapi menggunakan evaluasi
subyektif untuk menuntun rating karyawan. Bukti menunjukkan kebanyakan
penilai tidak mempunyai waktu, keterampilan yang memadai untuk menilai
secara akurat frekuensi munculnya perilaku. Keakuratan yang dituntut dalam
memberikan rating. BOS yang efektif kemungkinan tercapai melalui
pemantauan komputer.
5.Komentar Terhadap Format Standar Absolut.
Penggunaan format standar absolut dapat digunakan karena dua hal
yaitu : Pertama Sektor jasa ekonomi tumbuh pesat. Keberhasilan pekerjaan
dipandang sebagai cara untuk meraih keunggulan kompetitif dan mempunyai
standar perilaku yang jelas bagi karyawan. Kedua, pengembangan terhadap
karyawan menjadi aspek terpenting. Format perilaku yang mengacu pada
norma dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengubah
perilaku karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Disamping itu format standar absolut sulit dan menghabiskan waktu
untuk dikem-bangkan. Kecuali format rating grafik, yang mudah untuk
dikembangkan tetapi umumnya tidak dapat dipertahankan secara legal. Di
pandang dari sudut biaya- dan manfaat dan pengembangan format perilaku
yang dibatasi pada pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai banyak pekerjaan
atau bidang yang proses pekerjaannya sangat penting bagi keberhasilan
pekerjaan. Mengandalkan format perilaku semata-mata bisa berarti bahwa
essensi riil banyak pekerjaan, khususnya pekerjaan manajerial dan sangat
rutin, output aktual yang dihasilkan tanpa memandang perilaku
memperolehnya. Pada kondisi ini format berdasarkan outputlah yang terbaik.
221
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
16.18. Format Berdasarkan Output
Format berdasarkan output terpusat pada hasil pekerjaan sebagai kriteria
utama yaitu mengacu pada norma dan standar absolut. Pendekatan analisis
jabatan ini digunakan dalam mengidentifikasi tanggung jawab dan tugas
jabatan. setelah teridentifikasi maka ditentukan kemahiran karyawan.
Peraga 16.9Contoh Kriteria Skala Pengamatan Perilaku bagi Seorang Mekanis Pemeliharaan
Dalam mengerjakan formulir i ni, lingkarilah
0— Jika Anda tidak tahu mengenai perilaku karyawan
1— Jika karyawan menampilkan perilaku pada 0 sampai 64 persen dari waktu yang tersedia
2— Jika karyawan menampilkan perilaku pada 65 sampai 74 persen dari waktu yang tersedia
3— Jika karyawan menampilkan perilaku pada 75 sampai 84 persen dari waktu yang tersedia
4— Jika karyawan menampilkan perilaku pada 85 sampai 94 persen dari waktu yang tersedia
5— Jika karyawan menampilkan perilaku pada 95 sampai 100 persen dari waktu yang tersedia
Hubungan Pelanggan
1. Bersumpah di depan pelanggan (misalnya, operator dan penjual) (B)
2. Menyalahkan pelanggan karena malfungsi (B)3. Menyapa pelanggan dengan namanya atau menanyakan namanya
ketika pertama kali berkenalan
4. Meminta operator memperlihatkan apa yang akan di lakukan pada
waktu malfungsi
Kerja sama Tim
1. Menunjukkan perilaku kasar yang dikeluhkan teman kerja (B)
2. Secara verbal berbagi pengetahuan teknis dengan teknisi lain
3. Bila perlu, berkonsultasi dengan rekan sekerja untuk mendapatkan ide
tentang cara-cara memecahkan masalah tertentu
4. Bila diberi penugasan yang tidak lengkap, meninggalkan pesan tertulis dan
jelas untuk dipakai aplusan keesokan harinya
5. Mengerjakan tugas lemburnya
Perencanaan
1. Memperkirakan waktu perbaikan secara akurat
2. Menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan tepat waktu
3. Mampu menetapkan prioritas pekerjaan harian atau mingguan
4. Sekalipun pekerjaan belum selesai, membersihkan tempat pada
akhir aplusan
5. Mengidentifikasi masalah atau masalah-masalah potensial yang mungkin
mempengaruhi keberhasilan perbaikan atau waktu penyelesaian
Reparasi Pemeliharaan Terencana
1. Melaksanakan reparasi pemeliharaan terencana, dan tidak
membutuhkan tindak lanjut
2. Menyesuaikan peralatan menurut tingkat tol eransi yang telah
ditentukan; berkomitmen untuk tidak membuat kesalahan
3. Mengganti komponen pada saat diperlukan dan bukan ketika
memungkinkan atau mudah
4. Membutuhkan waktu lebih banya k daripada yang disediakan untuK
menyelesaikan reparasi pemeliharaan terencana (R)
Catatan: "B" menyatakan item yang diberi nilai kebalikan.SUMBER: Disadur dari V.L. Huber, Validation Study for Electronics Maintenance Technical Positions (Washington, DC:Human Resource Development Institute, AFL -CIO, 1991); dibuat sesuai dengan Grant No. 99 -9-0264-98-090-02 dari
Administrasi Ketenagakeriaan dan Pelatihan, Departemen Perburuhan A.S.
Frekwensi Tingkah Laku
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
222
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Empat jenis format penilaian berdasarkan output digunakan dalam
manajemen berdasarkan sasaran, pendekatan standar kinerja, pendekatan
indeks langsung, dan catatan prestasi. Tanpa memandang formatnya, kriteria
output yang efektif harus mencakup komponen-komponen yang tertera pada
peraga 16.9.
1.Manajemen Berdasarkan Sasaran.
Manajemen berdasarkan sasaran (management by objectives / MBO)
digunakan dalam sektor swasta maupun pemerintah. MBO merupakan
penetapan tujuan pada periode kinerja dimasa datang. Para manajer dan
para bawahan membuat strategi yang tepat untuk mencapai sasaran tersebut.
Manajer yang berpengalaman dan mempunyai kinerja tinggi dapat
mengembangkan sendiri strateginya. Kebebasan melaksanakan pekerjaan
dengan cara yang terbaik menurut para manajer akan membuat karyawan
kuat. Bagi pemegang jabatan yang kurang berpengalaman dan berkinerja
rendah maka penyelia perlu turun memperbaikinya.
Pengembangan strategi dilakukan dengan membuat tahapan secara
rinci untuk mencapai setiap sasaran, sehingga hambatan yang menghalangi
pencapaian sasaran dapat ditentukan tanggung jawab para pemegang jabatan
dan penyelia.
Kinerja aktual di evaluasi yang disesuaikan dengan sasaran yang telah
ditentukan. Hal ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan suatu algoritma
pemberian nilai yang tepat. Karena para penilai tidak mensintesakan data
multi dimensi secara baik, karena tiap sasaran diberi nilai terpisah.
Pemberian nilai mengambarkan sasaran terpenuhi yang menandakan
kinerja aktual melebihi kinerja sasaran. Setelah dievaluasi atasan dan
bawahan secara bersama-sama maka perlu dipelajari penyebab sasaran
tidak tercapai ataupun kinerja yang melebihi sasaran.
Peraga 16.10.Kriteria Kinerja Berdasarkan Output yang Efektif
o Parameter spesifik:mengidentifikasi seberapa baik perilaku yang harus
dicapai atau seberapa besar output yang dianggap bisa diterima.
Kespesifikan pekerjaan mengurangi keragaman kinerja dan rating.
223
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
o Batas waktu: menentukan batas waktu yang dibutuhkan dalam
penyelesaian tugas atau pencapaian tingkat output yang di standarkan
harus dicapai.
o Kondisi: Gambarkan kualifikasi yang harus dicapaian dalam standar
kerja seperti, jadwal produksi ditempelkan - karena banyak keadaan
yang ada di luar kendali pemegang jabatan yang dapat menghambat
pencapaian sasaran yang telah di tentukan.
o Prioritas: Pastikan pemegang jabatan memahami standar mana yang
paling penting. Penyelia dan pemegang jabatan dapat memberi bobot
pada standar tersebut, atau bobot dapat dimunculkan dari deskripsi
pekerjaan.
o Konsekuensi: Tentukan secara spesifik konsekuensinya jika seseorang
dapat mencapai atau tidak mencapai sasaran kinerja yang ditentukan.
o Sasaran yang selaras: Bagi karyawan yang melaksanakan pekerjaan
pada bidang yang sama, berikan sasaran yang sebanding.
Poin- poin diatas merupakan penentu kebutuhan pelatihan terhadap
karyawan ataupun ke-mungkinan pengembangan yang diberikan terhadap
karyawan.
Sasaran baru dan strategi baru yang akan dicapai bagi sasaran-sasaran
kinerja yang belum dapat tercapai sebelumnya merupakan langkah terakhir.
Keterlibatan para bawahan dan para atasan dalam menetapkan sasaran
kemungkinan akan berubah. Bawahan yang berhasil mencapai sasaran
kinerja yang ditetapkan kemungkinan akan diperkenankan berpartisipasi
lebih banyak dalam proses penetapan sasaran kinerja di masa mendatang.
Manajemen harus mempunyai komitmen yang jelas terhadap proses
penilaian kinerja agar sistem MBO berjalan efektif. Jika organisasi
manajemen punya komitmen dan sasaran kerja mengalir dari atas ke bawah,
maka keluhan penyelia akan berkurang lebih dari 20 persen dan kepuasan
karyawan akan meningkat. Selain itu, produktivitas mencapai rata-rata 56
persen. Tanpa komitmen manajemen dan visi bersama, produktivitas
mencapai rata-rata sebanyak 6 persen. Meskipun demikian, manajemen
harus mengakui bahwa sistem MBO tidak membawa kepada peningkatan
produktivitas secara langsung. Rata-rata sistem MBO membutuhkan waktu
dua tahun sesudah penerapannya dapat berjalan dengan lancer dan efektif.
224
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pada dasarnya sasaran kinerja merupakan penuntun dalam
memudahkan komunikasi dua arah. Sasaran kinerja dapat berubah jika
pekerjaan berubah ataupun situasi berubah. Dalam organisasi para atasan
dan para bawahan bekerja secara bersama-sama untuk menetapkan sasaran
organisas. Para atasan menetapkan sasaran kelompok kerja individu.
Sasaran dipaparkan dalam studi gerak-dan-waktu. Sasaran mengarah pada
hasil yang ingin dicapai dan sarana untuk mencapai hasil tersebut. Sasaran
tersebut dikaitkan dengan kegiatan rutin yang merupakan tugas sehari-hari
dengan identifikasi dan pemecahan masalah yang dapat menghambat
efektivitas individu dan organisasi, sasaran-sasaran tersebut dapat bersifat
inovatif atau mempunyai tujuan yang khusus.
2.Pendekatan Standar Kinerja.
Pendekatan Standar Kinerja mirip dengan dengan pendekatan MBO,
pendekatan standar kinerja menggunakan lebih banyak ukuran langsung,
dengan penekanan pada pengujian kinerja. Standar umumnya lebih banyak
dan lebih rinci daripada sasaran. Peraga 16.9 memaparkan beberapa standar
kinerja untuk seorang perancang grafis. Perhatikan sebagai berikut :
Peraga 16.11.
Standar Kinerja yang di evaluasi bagi Seorang Perancang Gratis
Pencapaian Ukuran dan Standar Kinerja
Logo Produk 1. Batas waktu yang disepakati terpenuhi.
2. Biaya penjualan masuk dalam anggaran yang
disepakati.
3. Lama waktu perancang ada dalam plus atau minus 10
persen dari anggaran yang disepakati.
4. Penyelia puas bila logo tersebut
a. Diproduksi dengan baik dalam berbagai ukuran dan
dengan tiga dimensi
b. Dapat digunakan dalam satu warna, dan versi cetak
plat
225
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
c. Menyampaikan fungsi produk
d. Punya identitas yang kuat dan terbaca dengan baik
e. Menggunakan huruf cetak yang unik
f. Punya seni berkualitas tinggi
5. Klien puas jika
a. Citra yang disampaikan kepada publik adalah citra
yang ingin disampaikan oleh klien
b. Pesannya jelas
c. Logo mudah dikenali
d. Tampilannya cocok dengan kepribadian produk atau
program
6. Perancang melampaui harapan. Ini terjadi bila satu
atau lebih dari kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi:
desain logo memenangkan hadiah; pelanggan
mengatakan mereka senang menggunakan logo itu;
logo itu digunakan selama sepuluh tahun; grafis logo
memperoleh pengakuan umum tanpa menyertakan
teksnya.
SUMBER: Disadur dari J. Zigon, “Making Performance Appraisal Work for Teams,” Training
(Juni 1994): 62. Digunakan dengan ijin.
Kriteria diatas adalah standar yang mencakup indikator-indikator kinerja
pada seorang karyawan Grafis yang diharapkan kinerja yang akan dicapainya.
3.Pendekatan Secara Indeks Langsung.
Pendekatan indeks langsung dilakukan dengan mengukur kinerja
karyawan melalui kinerja kriteria impersonal obyektif, umpamanya tingkat
produktivitas yang terjadi, tingkat absensi karyawan dan keluar-masuknya
karyawan. Ini adalah pengukuran evaluasi kinerja terhadap seorang manajer.
Namun sebaliknya bagi karyawan yang bukan manajer atau para karyawan
biasa kinerjanya akan dievaluasi berdasarkan produktivitas yang
dihasilkannya. ukuran produktivitas kerja karyawan mungkin lebih tepat.
Ukuran-ukuran seperti ini bisa dipecah menjadi ukuran kualitas dan ukuran
kuantitas dan effisiensi. Ukuran kualitas meliputi tingkat pertikaian, jumlah
226
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
keluhan pelanggan, dan jumlah unit atau bagian rusak yang dihasilkan.
Ukuran kuantitas meliputi unit output per jam, jumlah pesanan pelanggan
baru, dan volume penjualan dan sebagainya. Sedangkan untuk ukuran
effisiensi diperhitungkan pemakaian biaya antara actual dan standarisasi
yang telah ditetapkan dengan kualitas dan kuantitasnya.
Peraga 16.12
Contoh : Indeks langsung penilaian kinerja untuk beberapa pekerjaan dalam
organisasi
Jabatan Pekerja Indeks Langsung
Wiraniaga
Manajer
Perwira Polisi
Ilmuwan
Ilmuwan komputer
Asisten Administrasi
nilai dolar volume penjualan selama periode
tertentu Jumlah pelanggan baru.
Jumlah tunggakan yang terkumpul
Penjualan bersih per bulan dalam
wilayahnya penetrasi pasar
Jumlah keluhan karyawan
Pengurangan biaya
Keluar -masuknya anggota unit kerja
Absensi
Catatan keamanan unit kerja
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan penilaian
Kepuasan karyawan terhadap penyelia
Produktivitas divisi
Keragaman karyawan yang baru direkrut
Jumlah penahanan untuk serangan tindakan kejahatanberat
Jumlah tembakan yang dilakukan dalam tugas
Jumlah keluhan
Tingkat perijinan
Rata-rata waktu tanggapan
Jumlah paten
Jumlah dana bantuan
Jumlah artikel teknik yang ditulis sendirian atau bersama
orang lain
Jumlah naskah yang dikarang sendiri
Jumlah penyandian akhir
Waktu tanggapan atas permintaan
Jumlah baris kode yang ditulis
Jumlah byte kode yang terkumpul
Jumlah surat yang disiapkan Kecepatan pemrosesankata
Jumlah k esalahan pengarsipanJumlah pekerjaan yang dikembalikan untuk diprosesulangJumlah telepon yang diterima
227
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
16.19.Catatan Prestasi.
Tipe penilaian berdasarkan output adalah catatan prestasi. Penilaian
ini cocok bagi para profesional. Mereka tidak dapat menulis standar
peker-jaannya sendiri karena setiap hari pekerjaanya selalu. Dengan
pendekatan ini, para profesional meng-gambarkan prestasinya dalam
kaitannya dengan dimensi pekerjaan yang tepat pada suatu formulir catatan
prestasi. Penyelia menguji keakuratan prestasi para professional ini dengan
tim pakar dari luar organisasi yang mengevaluasi prestasi kerja mereka
untuk menentukan nilai keseluruhan. Meskipun memakan waktu dan biaya
namun pendekatan ini dapat memprediksikan keberhasilan kerja para
professional tersebut. Pendekatan ini juga mempunyai validitas tampang
(face validity) karena para profesional meyakininya evaluasi kinerjanya yang
tepat dan valid.
16.20.Komentar Tentang Format Berdasarkan Output.
Dengan peningkatan kinerja penggunaan penilaian berdasarkan output
terus meningkat. Keunggulan utama format ini bila digunakan secara benar
akan memberikan arah yang jelas dan tidak ambigu kepada karyawan
mengenai hasil pekerjaan yang diinginkan. Ketika kinerja luar biasa juga
ditentukan (Peraga 16.13), skala- ini bisa memotivasi karyawan rata-rata
dan juga karyawan luar biasa potensinya.
Peraga 16.13
Catatan Prestasi dengan menggunakan Pengetahuan
Penggunaan Pengetahuan
Penafsiran dan sintesis informasi untuk menciptakan strategi, pendekatan,
dan arah argumen; pengembangan konfigurasi baru pengetahuan, pendekatan
inovatif, solusi, dan strategi pemilihan teori hukum yang tepat penggunaan
arah argumen yang tepat, pembobotan alternatif dan penarikan kesimpulan
yang logis.
Periode waktu: 1996
Pernyataan umum apa yang Anda capai:
228
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Saya mengembangkan tiga teori hukum baru yang dapat digunakan untuk
membenarkan yurisdiksi dalam bidang-bidang yang sebelumnya dianggap
tertutup sebagai hasil keputusan Mahkamah Agung, mengenai
ketenagakerjaan serupa.
Deskripsi apa yang tepat untuk Anda lakukan:
Saya menemukan dan menganalisa setiap pertimbangan hukum yang
membahas yurisdiksi “ketenagakejaan yang adil”, dan memperlihatkan
bahwa argumen-argumen hukum yang masuk akal dapat dikembangkan
untuk mendukung tindakan perusahaan tersebut.
Penghargaan atau pengakuan resmi:
CEO menyampaikan kepada saya ucapan terima kasih atas usaha saya.
lnformasi diperiksa oleh: Lou DeCaro, Direktur Rating: 4,5
Dengan skala 6,0
SUMBER: Disadur dari L. Hugh, “Development of the Accomplishment Record Method of
Selecting Promoting Professionals,” Journal of Applied Psychology 69 (1984): 135-146.
Penelitian menunjukkan bahwa kriteria kinerja diatas digunakan dalam
format rating. berdasarkan ouput spesifik, variabel-variabel yang tidak ada
hubungannya seperti evaluasi sebelum karyawan yang dinilai, perintah
evaluasi, gaji, dan bahkan karakteristik pribadi, jenis kelamin, kecil
kemungkinannya dinilai dengan berat sebelah. Apabila standard gagal
menentukan tingkat kinerja yang tepat atau suatu periode waktu, variabel-
variabel membuat rating kinerja melenceng.
Format berdasarkan output ini mempunyai kelemahan yaitu format ini
membutuhkan waktu, uang, dan kerja sama untuk dikembangkan. Format
output mencakup essensi kinerja pekerjaan, sehingga perilaku kinerja yang
penting akan terabaikan dalam proses evaluasi. Pembuatan produk atau
output yang diinginkan akan menimbulkan terjadinya persaingan antar
karyawan. Kondisi ini dapat teratasi jika sistem penilaian berdasarkan
output dirancang secara teliti dengan mengunakan analisis jabatan dan
memanfaatkan pelatihan bagi para penilai. Format berdasarkan output
229
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
merupakan perangkat yang sangat bermanfaat dalam mengambil keputusan.
Hasilnya bermanfaat untuk memperbandingkan kinerja antar karyawan dan
juga untuk pembinaan terhadap para karyawan serta mendokumentasikan
tindakan tersebut.
16.21.Menciptakan Format Penilaian Kinerja Baru.
Organisasi berperan untuk mengidentifikasikan persoalan-persoalan
unik dari karakteristik para karyawan oleh sebab itu perlu dilakukan pemilihan
terhadap format penilaian kinerja. Manajemen dapat melaksanakan dan
memastikan agar format penilaian kinerja cocok dengan yang dilakukan
organisasi dan hal ini penting bagi perusahaan. Sebagian besar organisasi
memilih tipe format rating baru yang sesuai jika manajemen puncak ingin
menangani urusan tersebut. Format yang dipilih seringkali kalah penting
dari proses yang digunakan dalam memilih dan menyesuaikannya dengan
organisasi. Itulah sebabnya banyak manajer sekarang membicarakan sistem
manajemen kinerja dan menerima keterlibatan dan pengertian para karyawan.
16.22.PENILAIAN UNTUK MEMPREDIKSI KINERJA MASA DEPAN
Manfaat penilaian terhadap para karyawan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan maka di masa mendatang salah seorang dari para karyawan akan
mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan oleh perusahaan.
Metode pusat penilaian digunakan dalam menentukan potensi
manajerial karyawan, mengevaluasi individu yang ikut ambil dalam kegiatan
yang dilaksanakan di lingkungan yang relatif terisolasi. Dalam suatu pusat
penilaian yang khas, seorang karyawan mungkin menghabiskan dua atau
tiga hari menjalani serangkaian kegiatan penilaian kinerja, termasuk
permainan manajemen, diskusi kelompok tanpa pemimpin, evaluasi rekan
sejawat, dan latihan kelompok. Keunggulan pusat penilaian adalah validitas
dan kemampuannya untuk membuka proses, dan dengan proses tersebut
organisasi mengidentifikasikan manajer-manajer untuk masa depan,
memberikan kepada lebih banyak karyawan kesempatan agar potensi mereka
diuji dan diakui oleh organisasi.
Jika karyawan merasa dirinya ditempatkan pada pekerjaan atau bagian
organisasi yang kurang terlihat oleh manajemen puncak dan dibarengi dengan
ketidak mampuan penyelia dalam melakukan evaluasi yang adil terhadap
230
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kinerja karyawannya maka akan mengakibatkan beberapa karyawan akan
terbenam dalam organisasi tanpa ada hasil dari penilaian tersebut. Suatu
program pusat penilaian, membuat karyawan dapat terlibat secara sukarela,
akan membantu mengurangi potensi penguburan dini ini.
Metode pusat penilaian yang mempunyai keterbatasan potensi akan
menciptakan persaingan daripada kerja sama, dan biayanya. Dengan
penciptaan suatu kelas karyawan yang khusus yang berada di bawah
suatu program pada pusat-pusat penilaian dinominasi penyelianya secara
sukarela. Sifat dasar kegiatan di pusat penilaian, termasuk kerja sama atau
daya sains diatur agar sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
lingkungannya. Tingginya biaya pendekatan pada pusat penilaian organisasi
harus mengidentifikasi dengan jelas manfaatnya, seperti nilai yang didapat
dari sekelompok manajer potensial yang lebih bagus, lebih beragam dan
lebih besar.
Organisasi dapat memanfaatkan hasil-hasilnya jika potensi kinerja telah
teridentifikasi untuk mengisi peta penggantian (replacement chart) atau
kelompok karyawan yang berbakat. Dengan menggunakan informasi yang
sama, organisasi dapat juga menyusun perencanaan karier dan program-
program pelatihan untuk menghilangkan kesenjangan antara keterampilan
yang dimiliki dengan yang dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan
perusahaan.
16.23.PROSES DALAM PENETAPAN RATING
Organisasi dan karyawan masih khawatir menggunakan penilaian kinerja
yang secara potensial efektif lazim dipakai. Hal ini disebabkan : Pertama,
Kekhawatiran terpusat pada kerentanan ukuran-ukuran terhadap system
penilaian prestasi kerja sehingga terjadi bias yang disengaja maupun tak
sengaja, Kedua mengancam keakuratan hasil akhir. Kesalahan kognitif yang
tak disengaja sering terjadi karena manusia adalah pemproses informasi
yang tidak sempurna. Ketiga, kekhasan latar belakang sosial dan lingkungan
organisasi mungkin mulai berperan.
Kemampuan pemproses informasi atau strategi pengambil keputusan
sangat mempengaruhi Kualitas keputusan kinerj. Proses Penilai kinerja
(Peraga 16.12 ) yaitu penilaian kinerja pertama kali mencari, mengenali
informasi yang relevan, dikumpulkan dan disimpan dalam memori jangka
231
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
pendek oleh penilai. Proses penilaian membutuhkan waktu yang lama maka
informasi selanjutnya disimpan dalam memori jangka panjang. Penilaian
kinerja perlu dilakukan dan informasi yang relevan dengan kategori yang
dinilai dikeluarkan dari memori. Informasi mengenai perilaku dan output
tersebut dibandingkan dengan standar penilai. Evaluasi dilakukan berdasarkan
kumpulan data yang dikeluarkan dari memori dan informasi tambahan yang
digunakan oleh penilai. Akhirnya, sebelum resmi dicatat, evaluasi direvisi
tergantung pada reaksi yang mungkin timbul dan pemegang jabatan atau
para manajer yang lebih tinggi tingkatnya, sasaran yang ingin dicapai penilai
melalui proses penilaian, dan bahkan norma-norma organisasi.
Peraga 16 14 .Proses Rating Penilaian Kinerja
Berikan kode
Simpan Informasi
Integrasi informasi
Lakukan Evaluasi
Catat Rating
Kinerja Akhir
Amati Perilaku
Secara selektif
Informasi mengenai
perilaku
Buka kembali
InformasiKesalahan
kognitif
Konteks sosial
Dan situasional
16.24. Kesalahan Dalam Metode Rating
Jika kriteria tidak ditentukan dengan jelas dan tidak ada rangsangan
yang dikaitkan dengan keakuratan rating maka akan terjadi berbagai
kesalahan rating. Akibat kesalahan terjadi bias pada semua tahap proses,
sebagaimana Peraga 16.12, namun efeknya akan terlihat jelas pada tahap
akhir, setelah rating benar-benar dicatat. Kesalahan rating tersebut antara
lain :
232
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
a. Halo dan Horn. Kesalahan halo dan horn terjadi pada menilai kinerja
seseorang secara umum kurang lebih baik atau buruk. Salah satu kasus,
penilai tidak membuat perbedaan yang berarti ketika mengevaluasi
dimensi-dimensi kinerja tertentu. sehingga kinerja negatif suatu dimensi
mengalahkan kinerja positif karena adanya beberapa hal yang diabaikan
dalam penilaian kinerja. Kesalahan penilaian seperti ini disebut kesalahan
horn. Jika kesalahannya terletak pada pemberian rating yang
menguntungkan terhadap karyawan pada semua dimensi, ini disebut
kesalahan halo.
b. Kelunakan. Kesalahan rating lain yang sengaja dilakukan disebut
kelunakan. Kelunakan terjadi untuk menghindari konflik, seorang
manajer menilai rating semua karyawan dalam suatu kelompok kerja
tertentu lebih tinggi daripada yang semestinya jika dinilai secara obyektif.
Ini dimungkinkan terutama apabila rating tinggi tidak dibolehkan oleh
organisasi dan penghargaan bukan merupakan bagian dari penilaian.
c. Kekakuan.
Jika dilihat dari faktor ekstemal kelunakan adalah kesalahan karena
kekakuan. Karyawan dinilai kinerjanya dengan rating yang sesuai tanpa
memperhatikan tingkat kinerja. Ini biasanya dilakukan oleh penilai yang
belum berpengalaman dan kurang memahami kendala lingkungan
terhadap kinerja. Contoh penilai yang mempunyai harga diri rendah,
dan penilai yang dirinya menerima rating rendah kemungkinan besar
memberikan rating dengan kaku. Pelatihan terhadap penilai yang
mendukung peran penyelia-pemegang jabatan dalam pembentukan
kepercayaan diri akan dapat mengurangi kesalahan ini.
d. Kecenderungan Menengah.
Penilai kinerja kadang kala cenderung memberikan evaluasi terhadap
karyawannya dengan nilai rata-rata, walaupun kinerjanya bervariasi. Bias
ini disebut kesalahan kecenderungan menengah. Penilai mempunyai
rentang pengawasan luas dan kesempatan yang kecil dalam mengamati
perilaku akan menilai karyawannya dengan skala menengah yaitu tidak
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dikatakan strategi “bermain aman.”
233
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Kecenderungan menengah merupakan akibat sampingan metode
penetapan rating. Format distribusi paksaan menuntut agar sebagian
besar karyawan dinilai rata-rata.
f. Keutamaan dan Kebaruan Kejadian.
System penilaian dengan metode ini terhadap kinerja karyawan
dilakukan perperiode biasanya enam bulan sampai setahun. Penilai
kinerja terlalu lama untuk mengingat semua informasi yang relevan
dengan kinerja karyawan. Penilai kemungkinan menggunakan informasi
awal untuk menggolongkan para karyawan yang dinilai sebagai pelaksana
dengan kinerja baik atau buruk. Selanjutnya, informasi yang mendukung
penilaian awal dikumpulkan, dan informasi yang belum pasti diabaikan.
Kesalahan ini disebut bias keutamaan.
Sebaliknya penilai mengabaikan kinerja karyawan sepanjang kurun waktu
penilaian sampai mendekati saat wawancara penilaian. Maka penilaian
dilakukan terhadap kinerja karyawan dengan mencari petunjuk tentang
kinerja dan perilaku atau output terakhir yang paling menjadi penilaian,
sehingga kejadian-kejadian yang baru mendapatkan bobot lebih besar
daripada semestinya. Kesalahan kebaruan kejadian bisa berakibat serius
bagi karyawan yang berkinerja baik selama enam bulan atau setahun
tetapi membuat kesalahan serius atau merugikan selama seminggu
atau dua minggu terakhir sebelum dia dievaluasi.
g. Efek Kontras.
Jika kriteria yang digunakan tidak jelas dan sistem ranking yang
digunakan juga tidak jelas, maka terjadi efek kontras. Contoh melakukan
perbandingan kinerja karyawan yang lemah dengan karyawan yang
kinerjanya dikategorikan rata-rata maka karyawan yang lemah akan
kelihatan hebat kinerjanya. Sebaliknya evaluasi kinerja berdasarkan
karyawan yang sangat baik maka karyawan kategori rata-rata akan
dipandang berkinerja rendah. Solusinya adalah dengan mempunyai
kriteria kinerja spesifik yang ditetapkan sebelum berlangsung periode
pengevaluasian untuk setiap karyawan yang mempunyai kinerja yang
memadai memperoleh rating yang bisa diterima.
234
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
h. Penaikan Komitmen.
Kesalahan fatal menaikan komitmen terjadi ketika manajer tidak mampu
mengurangi kerugiannya. Contoh Seorang manajer baru level menengah
dalam organisasi bergabung dengan bagian yang Anda pimpin. Anda
mengharapkan kinerja yang sangat bagus, namun laporan awal
menyatakan ia tidak bekerja dengan baik. Haruskah Anda memecatnya?
Bagaimanapun, Anda tidak bisa mem-pekerjakan orang yang kinerjanya
rendah. Di sisi lain, Anda telah melakukan investasi pelatihan baginya,
namun ia belajar sedikit. Hasil penelitian menyatakan jika Anda
mengambil keputusan rekrutmen awal, Anda kemungkinan menaikkan
komitmen Anda dan melakukan investasi lebih lama untuk dia. atau
memberinya pelatihan tambahan sehingga dia bisa berhasil. Namun
jika tidak mengambil keputusan awal, investasi Anda lebih rendah dan
Anda lebih mungkin menyarankan pemberhentian segera. Menurut para
ahli keputusan, ketika dihadapkan pada umpan balik negatif mengenai
keputusan terdahulu, pengambil keputusan merasa perlu menegaskan
kembali kebijaksanaannya menginvestasikan waktu dan uang.
Komitmen lebih tinggi dilakukan terhadap sumber daya dengan
membenarkan keputusan awal. Beberapa konsekuensi menguntungkan
dapat dilakukan dengan menetapkan terlebih dulu batas-batas
keterlibatan dan komitmeterhadap karyawan tersebut.n
i. Penetapan Pembobotan Dan Penyesuaian.
Informasi kinerja dan pemberian pembobotan terhadap penilaian kinerja
dengan membuat rating yang memungkinkan menyimpangan lebih kecil
dari rating sebelumnya. Kecenderungan menggunakan informasi
sebelumnya dan tidak semestinya untuk penilaian saat ini disebut bias
pembobotan dan penyesuaian. Bias ini dapat dikurangi dengan
membatasi akses ke informasi rating sebelumnya dan dengan memiliki
standar kinerja yang jelas dan ringkas serta data output kinerja yang
tersedia untuk digunakan dalam menilai kinerja saat ini.
j. Ramalan Pemenuhan-diri.
Bias pembobotan dan penyesuaian dapat terjadi dan menyebabkan
fenomena ramalan pemenuhan diri dan kandidat yang dinilai positif
235
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
cenderung berkinerja lebih baik di masa mendatang daripada yang pada
awalnya dinilai rendah. Penilaian semacam ini telah terbukti
mempengaruhi interaksi penyelia dan pemegang jabatan. Karyawan yang
berkinerja tinggi menerima lebih banyak umpan balik positif dan lebih
yakin akan kemampuan dirinya daripada karyawan yang berkinerja
rendah. Konsekuensinya, mereka berkinerja lebih baik dan mendapatkan
penilaian lebih tinggi.
16.25. Strategi untuk Meningkatkan Keakuratan Penilai
Sistem manajemen kinerja yang paling baikpun mungkin tidak efektif
apabila banyak variabel yang tidak terkait dimasukkan dalam proses penilaian
kinerja. Oleh karena itu, sangat bijaksana jika pengusaha menerapkan
strategi-strategi yang meminimumkan kesalahan penilaian. Yaitu sbb:
1. Rancangan Sistem Penilaian yang Efektif.
Proses penilaian sebaiknya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
o Setiap dimensi kinerja ditujukan pada satu aktivitas saja bukan pada
sekelompok aktivitas.
o Setiap dimensi kinerja dilakukan penilaian rating secara terpisah, dan
angka penilaian tersebut dijumlahkan untuk menentukan rating secara
keseluruhan.
o Penilai dilakukan dengan mengamati perilaku karyawan yang dinilai
secara teratur pada saat pekerjaan sedang dilakukan dan diselesaikan.
o Istilah penilaian kinerja seperti rata-rata tidak dapat digunakan pada
skala rating karena penilai yang berbeda akan mempunyai tanggapan
yang berbeda terhadap istilah tersebut.
o Penilai tidak perlu menilai sekelompok besar karyawan, khususnya
semuanya pada waktu yang bersamaan karena terjadi bias dalam
penilaian kinerja.
o Penilai dilatih menghindari kesalahan-kesalahan seperti halo dan horn,
kelunakan, kekakuan, kecenderungan pusat, serta keutamaan dan
kebaruan kejadian.
o Penilai dilatih untuk memiliki kerangka acuan umum.
236
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Rating kinerja cenderung lebih akurat apabila kriteria rating, catatan
pencapaian kinerja, dan skala ratingnya tepat. Penelitian menunjukkan bila
ketiga unsur ini ada dalam penilai kinerja maka penilaian tidak hanya lebih
akurat dalam memberikan rating tetapi juga lebih yakin dengan rating yang
mereka berikan.
2.Berikan Bantuan Ingatan.
Catatan harian perilaku dan arsip kejadian penting adalah bantuan
ingatan yang bermanfaat. Penekanan yang terjadi pada pencatatan perilaku
yang membawa hasil baik atau buruk yang berkaitan dengan kinerja karyawan
atau sekelompok pekerja. Perilaku ini kemudian dibahas pada waktu penilaian
kinerja dilaksanakan. Proses ini memastikan bahwa penilai menggunakan
semua informasi yang ada dan relevan sangat bermanfaat jika periode
penilaian waktu enam bulan sampai setahun. Konsultasi catatan perilaku
atau arsip kejadian, penting sebelum penentuan rating akan mengurangi
kesalahan kebaruan dan keutamaan, yang menghasilkan ukuran kinerja yang
lebih akurat. Sebuah perusahaan yang telaten malah sudah menciptakan
suatu paket perangkat lunak penyimpanan diary elektronik. Sistem program
ini dirancang untuk membantu para manajer memantau kejadian-kejadian
kunci dan menggunakan informasi ini secara sistematis dan analitis dalam
melakukan penilaian. Dengan menggunakan menu dan dimensi-dimensi
kinerja yang mungkin relevan dengan susunan pekerjaan yang luas, program
itu mengarahkan para manajer melalui suatu evaluasi yang mirip dengan
BARS, lengkap dengan contoh-contoh perilaku tertentu yang relevan dengan
masing-masing dimensi, dan kemudian menghasilkan suatu deskripsi naratif
kinerja karyawan.
3.Berikan Pelatihan Untuk Para Penilai.
Akurasi rating ditingkatkan melalui pelatihan yang terfokus pada
peningkatan keterampilan pengamatan bagi penilai. Pelatihan untuk
penetapan kerangka -acuan merupakan pendekatan yang bermanfaat untuk
melatih penilai yang komprehensif bisa meliputi tahap-tahap berikut:
1. Penilai diberikan uraian pekerjaan dan diinstruksikan untuk
mengidentifikasi kriteria yang tepat untuk mengevaluasi pekerjaan.
237
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Jika sudah tercapai kesepakatan, penilai melihat rekaman seorang
karyawan yang melaksanakan pekerjaan.
3. Secara independen, penilai mengevaluasi kinerja yang direkam dengan
videotape dan menggunakan sistem penilaian organisasi tersebut.
4. Evaluasi penilai dibandingkan satu sama lain dan dibandingkan dengan
pakar pekerjaan.
5. Dengan seorang pelatih sebagai fasilitator, penilai menyajikan dasar
pemikiran ratingnya dan menantang dasar pemikiran penilai lainnya.
6. Pelatih membantu penilai mencapai konsensus dengan memperhatikan
nilai perilaku- pekerjaan tertentu secara keseluruhan terhadap kinerja.
7. Sebuah videotape baru diperlihatkan, yang diikuti dengan pemberian
rating yang independen.
8. Proses tersebut berlangsung terus sampai tercapai kesepakatan
Organisasi yang tidak mampu mengembangkan videotape atau yang
menggunakan standar kinerja MBO dapat mencapai hasil serupa dengan
menggunakan catatan kinerja tertulis sebagai ganti videotape perilaku.
3.Meningkatkan Kemampuan-Diri (Self Efficacy).
Penilai harus dilatih menjadi kritis, untuk mencapai hal tersebut maka
diperlukan usaha untuk meningkatkan kemampuan-diri penilai itu sendiri dan
mempunyai keyakinan bahwa mereka sanggup memberi rating secara akurat
dan sanggup menangani akibat yang timbul dari pemberian umpan balik
negatif terhadap diri karyawan. Kemampuan diri penilai dapat ditingkatkan
dengan melalui pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dalam
menangani proses penilaian, mempraktekkan perilaku, dan menerima
pengarahan dan umpan balik jika melakukannya dengan lebih baik.
4. Penghargaan untuk Penilaian yang Akurat dan Tepat Waktu.
Ketidak akuratan rating terutama di sebabkan pada kelunakan adalah
kurangnya motivasi penilai. Tanpa penghargaan penilai lebih mudah
memberikan rating tinggi daripada memberikan rating yang akurat. Dalam
meningkatkan motivasi penilai didasarkan pada peningkatan gaji, promosi
dan pemindahan sebagian kinerjanya sebagai penilai ke posisi kunci.
Pemberian rating yang dilakukan tepat waktu dan adil harus diberi
238
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
penghargan. Audit sumber daya manusia dapat dilaksanakan, dimana sampel
acak dan rating penyelia diperiksa ketelitian, kelengkapan, dan ketepat waktu
nya.
5.Berbagi Tanggung Jawab.
Seringkali karyawan yang dinilai yakin bahwa penilai bertanggung jawab
penuh atas evaluasi yang buruk dan kerugian dalam penghargaan dan penilai
mempercayai hal tersebut. Penelitian menunjukkan kesalahan menimbulkan
efek negatif yang dapat diminimalisasi dengan mengandalkan penilaian
beragam dan pembagian tanggung jawab yang membebaskan tiap penilai
untuk mengevaluasi lebih akurat. Seorang pemegang jabatan, kecil
kemungkinan untuk mengabaikan informasi negatif bila melibatkan beragam
penilai. Sebuah penelitian mengemukakan beragam penilai yang bertindak
sebagai satu kelompok bisa efektif khususnya dalam menghasilkan rating
yang akurat hal ini disebabkan terdapatnya diskusi antara anggota kelompok
untuk membantah sehingga kesalahan dan bias-bias individu dapat diatasi.
16.26. PENILAIAN KINERJA
Perusahaan yang berfokus pada mutu total, dasar penilaiannya dimulai
dengan merefleksikan kriteria yang berorientasi pada tim dan bukan kriteria
yang beriorentasi hanya pada individu. Kriteria berjangka panjang ditambahkan
untuk melengkapi kriteria jangka pendek yang sifatnya lebih tradisional.
Ulasan rekan sejawat dan evaluasi pelanggan dibutuhkan untuk melengkapi
penilaian kinerja tradisional.
Pada umumnya perubahan ini tidak merupakan perubahan secara
radikal. Perubahan ini terjadi secara bertahap yang dapat memberikan
waktu bagi karyawan untuk menyesuaikan diri dengan cara baru. Untuk itu
organisasi perlu bereksperimen dengan apa yang sedang mereka lakukan.
Cara yang baru mengerjakan sesuatu umumnya harus disesuaikan dengan
kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan. Dalam hal penilaian kinerja
perusahaan mungkin mencapai suatu titik dalam proses perubahan ketika
mereka ditanya, “Apakah kita membutuhkan penilaian kinerja?”
Perusahaan yang sudah lama menggunakan sistem penilaian kinerja.
Akan bertanya Mengapa mereka melakukan penilaian. Pada saat
239
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
menghadapi pertanyaan ini, perusahaan mungkin melakukannya untuk
pengendalian daripada mengembangkan atau memperbaiki kinerja karyawan
dan melakukannya karena menganggap penilaian itu penting. Jika sasaran
karyawan berbeda dengan sasaran organisasi, maka perusahaan harus
memantau dan mengendalikan apa yang dikerjakan karyawan. Dalam
beberapa kasus perusahaan karyawan mempunyai sasaran yang sesuai
dengan sasaran organisasi. W. Edwards Deming, bapak bidang manajemen
mutu dan kendali proses statistik, bertindak dengan asumsi bahwa karyawan
akan berusaha jika manajemen memperlakukannya sesuai dengan asumsi
tersebut. Kenyataannya, ia berpendapat bahwa, dalam permasalahan kinerja,
manajemen bukan karyawan sangat bertanggung jawab atas masalah yang
berhubungan dengan kinerja.
Kondisi ini membawa perubahan dramatis dalam hal segi organisasi
mengukur kinerja. Sebagian besar perusahaan akan terus menggunakan
bentuk penilaian kinerja individu, bahkan perusahaan yang mengikuti
manajemen mutu total (TQM), sebagian dikarenakan penilaian semacam ini
memberi dasar-dasar pengambilan keputusan tentang system penggajian
terhadap karyawan, siapa yang akan dipromosikan, ke mana orang
dipindahkan, dan sebagainya.
16.27.KESIMPULAN.
Manajemen sumber daya manusia banyak membahas keragaman
kinerja dalam organisasi perusahaan. Organisasi mengelola keragaman
kinerja dan memanfaatkan keragaman itu sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang ketenagakerjaan.
Penilaian kinerja secara strategis berguna sebagai bahan untuk
memastikan bahwa ukuran kinerja mencerminkan sasaran bisnis yang
diharapkan perusahaan dapat tercapai. Ketika perusahaan mulai memahami
manfaat penilaian kinerja dalam mempertinggi efektivitas organisasi.
Karyawan cenderung melakukan apa yang diharapkan dan apa yang mereka
yakini dihargai oleh suatu sistem sebagaimana umumnya didefinisikan oleh
sistem penilaian kinerja. Perusahaan mengembangkan kriteria penilaian
kinerja dan menyatukan persoalan perusahaan dengan kerjasama tim dalam
mencapai kepuasan pelanggan dan organisasi perusahaan akan
mendapatkan kerja sama tim dan kepuasan pelanggan dari karyawan
240
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
mereka. Oleh sebab itu perusahaan yang ingin menghasilkan mutu total
atau kepuasan pelanggan total atau keduanya, seperti Au Bon Pain dan
Chrysler dan lain-lainnya. Kriteria seperti ini harus terdapat dalam penilaian
kinerja seluruh karyawan.
Kegiatan penilaian kinerja merupakan sistem manajemen kinerja yang
berkembang sesuai dengan berjalannya waktu. Sistem ini dilandasi pada
kepercayaan terhadap kinerja individu yang bervariasi dan sejalan dengan
berlalunya waktu dan para individu dapat mempengaruhi kinerja organisasi
perusahaan. Terdapat dua tujuan sistem manajemen kinerja yang efektif yaitu:
Pertama, tujuan evaluasi yang membiarkan karyawan tahu di mana posisi
mereka dalam penilaian kinerja. dan Kedua, tujuan pengembangan terhadap
karyawan yang berprestasi yang memberikan informasi dan arahan tertentu
terhadap setiap individu karyawan tersebut. Sehingga para individu karyawan
dapat memperbaiki kinerjanya sesuai dengan informasi dan arahan yang
diterima para karyawan tersebut. Penilaian kinerja akan mempengaruhi
kegiatan sumber daya manusia lainnya seperti kompensasi, promosi,
perencanaan, pengembangan dan pelatihan, serta validasi sistem seleksi
untuk ketaatan hukum.
Analisis jabatan sebagai sarana dalam mengembangkan kriteria kinerja
yang berkaitan dengan pekerjaan penting untuk dilakukan. Makin subyektif
pendekatan penilaian kinerja maka semakin rentan sistem penilaian kinerja
tersebut terhadap tantangan hukum. Terdapat beberapa pendekatan terhadap
penilaian kinerja yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori besar yaitu
mengacu pada norma, standar absolut, dan berdasarkan output yang terjadi.
Pendekatan yang terbaik adalah merupakan fungsi dengan beberapa criteria
yaitu tujuan sistem penilaian kinerja seperti evaluasi atau pengembangan
atau keduanya, biaya pengembangan dan penerapan sistem, sampai
kesalahan penilai dapat diminimalkan dan penerimaan terhadap sistem
tersebut.
Meskipun rencana yang disusun sangat baik untuk sistem manajemen
kinerja namun para profesional sumber daya manusia sering frustrasi karena
masih terdapat kegagalan manajer- lini dalam melaksanakan penilaian kinerja
secara konsisten. Para manajer kemungkinan tidak punya kesempatan
mengamati kinerja bawahan karena mereka tidak punya standar kinerja
yang ditentukan dengan jelas untuk digunakan dalam penilaian kinerja
241
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
karyawan. Para manajer sadar akan kesalahan yg mungkin terjadi dan
konsekuensinya terhadap kehidupan para bawahannya. Kadangkala mereka
memandang penilaian kinerja sebagai kegiatan yang menimbulkan konflik
dan karena itu perlu dihindari. Karena alasan ini maka perlu mengkaji mengapa
dan bagaimana data penilaian kinerja dikumpulkan dan bagaimana
memanfaatkannya untuk tujuan pencapai tujuan organisasi perusahaan.
16.28 Pertanyaan Diskusi
1. Jelaskan peran penilaian kinerja dalam mendukung keberhasilan
organisasi perusahaan.
2. Bagaimana formulir penilaian kinerja dapat dikembangkan untuk
meminimumkan kesalahan penyeliaan?
3. Mengapa kinerja karyawan bervariasi bahkan setelah karyawan berhasil
melewati prosedur seleksi dan penempatan yang ketat dalam organisasi?
Bagaimana sistem manajemen kinerja menghadapi keragaman kinerja
ini?
4. Anggaplah secara bergantian Anda memangku jabatan-jabatan orang-
orang berikut: bawahan, atasan, dan profesional sumber daya manusia.
Jawablah pertanyaan ini untuk masing-masing jabatan: “Apa tujuan yang
dapat diberikan penilaian kinerja kepada saya?” Apakah tujuan--tujuan
yang diberikan penilaian kinerja untuk ketiga orang ini selaras atau
bertentangan? Jelaskan.
5. Mengapa analisis jabatan esensial bagi pengem-bangan penilaian
kinerja?
6. Apa saja tiga pendekatan utama pada penilaian kinerja? Berikan contoh
masing-masing pende-katan.
7. Bagaimana pendekatan penilaian kinerja yang disebut BARS berfungsi?
BOS? Standar cam-puran? Keunggulan apa yang ditawarkan masing-
masing pendekatan ini? Apa kele-mahannya?
8. Pendekatan-pendekatan penilaian kinerja se-ringkali berbeda sesuai
dengan apakah perilaku atau akibat perilaku dievaluasi. Berikan contoh
organisasi yang Anda kenal, di mana salah satu pendekatan mungkin
lebih disukai daripada pendekatan lainnya. Jelaskan mengapa.
9. Para pengajar sering mengeluh, siswa-siswa tidak seharusnya tidak
242
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
diminta mengevaluasi kinerja guru. Berilah alasan posisinya mengapa
siswa perlu diminta mengevaluasi. Kesalahan apa yang mungkin
dilakukan oleh siswa sebagai penilai? Bagaimana kesalahan itu dapat
diminimalkan? Apakah kesalahan-kesalahan ini mirip dengan jenis
kesalahan yang para guru lakukan ketika mengevaluasi kinerja siswa?
Jelaskan.
Proyek dalam Kelas
1. Uraikan hal-hal berikut :
a. Sasaran penilaian kinerjanya
b. Sampai tingkat mana sasaran ini menjalan-kan fungsi bisnis dan sasaran
SDM pada Chrysler
c. Kriteria penilaian kinerja
Proyek Lapangan
1. Anggaplah Anda ingin meyakinkan manajemen puncak bahwa penilaian
kinerja perusahaan Anda secara strategis harus dikaitkan dengan seluruh
rencana bisnis. Argumen apa yang Anda gunakan untuk meyakinkan
manajemen puncak agar menggunakan informasi kinerja secara
strategis? Argumen apa yang Anda gunakan untuk membangun
keterkaitan strategis?
2. Anggaplah Anda seorang wakil direktur utama operasi perusahaan yang
mempunyai seribu karyawan yang menghasilkan dan memasarkan papan
sirkuit komputer khusus. Anda diminta mengembangkan suatu sistem
penilaian kinerja untuk para profesional pembuat lima ratus lebih
perangkat lunak dan perangkat keras di perusahaan itu. Jenis-jenis
penilaian apa yang Anda sarankan, dan mengapa? Argumen apa yang
dapat Anda beri untuk meyakinkan CEO dan dewan direksi untuk
memakai sistem penilaian baru Anda?
3. Anggaplah perusahaan Anda, sebuah peru-sahaan konsultansi
internasional, menempatkan Anda sebagai penanggung jawab
pengem-bangan penilaian kinerja berdasarkan output. Kembangkanlah
sebuah peta kerja, termasuk urutan waktu, yang merinci tahap-tahap
yang akan dipakai dan keputusan yang diperlukan untuk
mengembangkan ukuran baru tersebut.
243
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4. Anggaplah sebuah jaringan makanan cepat saji mengundang Anda
memberikan saran-saran guna memperbaiki kualitas layanan
pelang-gannya. Manajemen puncak yakin perbaikan layanan berarti
harga dapat ditingkatkan. Meskipun para manajer ini mema-hami bahwa
hal-hal semacam tipe makanan dan penampakan fisik restoran mungkin
perlu diubah guna memperbaiki kualitas layanan, mereka menginginkan
Anda memberi tahu mereka implikasi sumber daya manusianya. Apa
saran sdr dan apa implikasinya terhadap SDM organisasi.
244
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB XVIIPENILAIAN KINERJA
DALAM MEMAKSIMUMKAN HASIL
Organisasi perusahaan menemukan bahwa peluang terbaik dalam
mencapai kinerja puncak pada tingkat individu, tim dan organisasi terletak padastrategi sistem manajemen kinerja. Sistem manajemen kinerja yang di buat
dan dijajarkan secara strategis serta memberi karyawan umpan balik secepat
mungkin mengenai seberapa baik karyawan bekerja sesuai dengan job diskripsi
yang diberikan kepadanya. Sistem manajemen kinerja secara individual sama
dengan tujuan dan sasaran organisasi, untuk sukses tujuan tersebut maka
para karyawan sebaiknya menghubungkan aspek-aspek kunci organisasi denganpengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Pengukuran kinerja mencerminkan masa lalu bukan tujuan yang harus
dicapai tetapi sarana untuk memasuki masa depan yang lebih produktif.
Agar penilaian kinerja mencapai potensinya maka karyawan harus bekerja
sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebagai standar.
Atasan mempunyai tanggung jawab mengkomunikasikan hasil penilaiankepada para karyawannya dan membantu karyawan tersebut memperbaiki
potensinya dalam pelaksanaan pekerjaan dimasa datang. Para bawahan
mempunyai tanggung jawab untuk mendapatkan umpan balik yang jujur
dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerjanya. Para profesional
245
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
sumber daya manusia membantu kelancaran pemanfaatan penilaian
terhadap kinerja tersebut secara efektif dengan melatih atasan dalam seni
umpan balik dan memberikan sumberdaya pengembangan keterampilan dan
pengetahuan terhadap para karyawan atau bawahannya.
Prinsip dalam system manajemen kinerja kelihatannya sangat tepat,namun sedikit sekali organisasi dapat menyempurnakan sistem manajemen
kinerjanya. Banyak rintangan dalam memaksimalkan kinerja yang melekat
dalam kehidupan organisasi. Beberapa rintangan dan saran dalam
menghadapinya, komponen proses penilaian yang membangkitkan kinerja
puncak. dan memberikan perhatian khusus terhadap wawancara penilaian
dan memaparkan serta mendiagnosa masalah-masalah kinerja danmeningkatkan kinerja.
17.1. TANTANGAN DALAM PENILAIAN KINERJA.Penilaian kinerja merupakan kegiatan yang sarat secara emosional,
penilaian terhadap kontribusi karyawan terhadap organisasi dan sinyal
yang diterima karyawan tentang penilaian terhadap dirinya akanmempengaruhi harga diri (self-esteem) dan kinerja karyawan tersebut.
Jika penilaian terhadap kinerja karyawan berjalan lancar maka penilaian
akan mudah.
Para atasan dan bawahan selalu ingin memberikan dan nemperoleh
umpan balik yang menyatakan kesuksesan pekerjaannya. Namun kondisi
berkembang terus yang mengharuskan karyawan melakukan peningkatanterhadap kinerjanya. Perbaikan selalu berjalan dengan lambat, ini sebagian
disebabkan konflik yang melekat dalam proses penilaian. Konflik akan
mengganggu pengumpulan data secara baik dan jujur. Penilaian kinerja
sering mendapatkan angka rendah dan karyawan, pengusaha, dan para
pakar dan angka rendah ini mencerminkan masalah sistemik yang lebih
besar. Masalah ini akan mencerminkan preferensi normal interaksi sosialyang positif.
17.2. Lemahnya Integrasi Strategis.Proses penilaian terhadap kinerja karyawan sering mengarah pada
konflik karena tujuannya tidak disejajarkan dengan sasaran organisasi secara
keseluruhan. Penyebabnya antara lain secara tradisional sumber dayamanusia tidak diberi prioritas yang sama dengan sumber- daya lainnya dalam
246
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
perencanaan strategis. Akibatnya sistem manajemen kinerja berkembang
terpisah dengan inisiatif strategis ketimbang sebagai antisipasi terhadap
inisiatif yang terjadi. Dalam membangun hubungan bawahan dan atasan
dibutuhkan waktu dan sumber-sumber daya lainnya.
Metropolitan Property and Casualty Insurance Company di Warwick,Rhode Island, memutuskan untuk mengevaluasi sistem penilaian
kinerjanya sebagai bagian dari upaya perubahan korporat yang lebih besar.
Pada awalnya perusahaan membentuk kelompok inti karyawan untuk
mengkaji ulang dan mengevaluasi sistem yang telah digunakan. Diskusi
kelompok inti menyatakan ketidak puasan jauh lebih besar daripada yang
diperkirakan sebelumnya. Dalam mendukung strategi organisasi parakaryawan yang berkepentingan justru memandang proses penilaian dapat
menurunkan motivasi kerja. Karyawan sangat membenci penilaian sebagai
sesuatu yang dilakukan manajer terhadap para karyawan. Para karyawan
melihat bahwa peni-laian sebagai suatu kemunduran, yang memusatkan
diri pada masa lampau dibandingkan memberikan arahan dan masukan
dalam menghadapi masa depan. Penetapan waktu penilaian dilakukanperperiode seperti setiap enam sampai dua belas bulan, dianggap sebagai
hal yang mengada-ada dan tidak semestinya demikian. Situasi ini
mendorong Metropolitan Property and Casualty mengadakan pengamatan
lingkungan guna menemukan strategi perusahaan-perusahaan panutan
memanfaatkan penilaian kinerja terhadap para karyawan agar jauh lebih
efektif dimasa datang.Dengan dibekali informasi internal dan eksternal, suatu tim karyawan-
manajemen menciptakan sebuah sistem manajamen kinerja baru. Program
baru yang berfokus Pencapaian (Focus on Achievement) dibentuk sesuai
dengan misi organisasi seperti menyediakan lingkungan tempat individu
karyawan secara efektif bekerja dengan memanfaatkan keterampilan dan
kreativitas para karyawannya dan menerima pengakuan atas kontribusi parakaryawan tersebut.
Peraga 17.1 memaparkan perbedaan antara sistem lama dan sistem
baru yang disejajarkan dengan peran strategis. sistem baru mendapat
pergeseran tekanan, dari evaluasi masa lampau ke pengembangan masa
depan yang harus menjadi target organisasi.
Manajemen kinerja adalah proses menajemen yang bergerak secaraterus-menerus, meluncurkan program yang fokus terhadap pencapaian sasaran
247
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
dan meninjau kembali sasaran dan strategi organisasi secara bersama dengan
seluruh karyawan pada organisasi tersebut, ini dilaksanakan setiap awal tahun
dan setiap karyawan mengembangkan rencana pencapaian kinerjanya masing-
masing yang merupakan visi individu. Tanggung jawab pekerjaan ditinjau kembali
dan mengidentifikasi kegiatan yang tidak perlu dalam meningkatkan efektivitas.Para karyawan mengembangkan rencana kegiatan mereka dan mengidentifikasi
tujuan pekerjaanya sesuai dengan indikator yang berperan sebagai kriteria
penilaian dalam mencapai efektivitas. Karyawan membahas rencana yang
diusulkannya kepada atasannya dan melakukan pertemuan pemeriksaan yang
diselenggarakan oleh karyawan dan manajer. Para karyawan menerima
penghargaan atas prestasinya pada akhir tahun. Karyawan yang membuatrencana ambisius tetapi belum tercapai sepenuhnya mungkin menerima
pengakuan yang lebih besar daripada karyawan yang melampaui rencana yang
sifatnya lebih sederhana.
Peraga 17. 1Komponen Sistem Manajemen Kinerja Metropolitan Property andCasualty
Komponen Penilaian Kinerja Fokus Pencapaian
TujuanManajerKaryawanPandanganHasilWaktuHubunganPenghargaanTemaKriteria
PelangganRencanaPengembanganVisi individu
EvaluasiPengendalianProgramOrang pasifKaca spionRating kinerjaSekali setahunTidak adaBerdasarkan ratingPengendalianDitentukan manajer
Tdk ada masukanKadang2dimasukanTidak dibahasSering penuhkonfrontasi
PencapianDitentukan mitraPenuh inisiatifProspekKinerja meningkatTerus menerusTujuan korporasiBerdasarkankontribusiBerbagi
Disarankan danditentukan bersamadengan karyawanMasukanMerupakan elemenesensial
Dasar bagi rencanasuportif
Sumber : disadur dari “ A New Focus on achievement” Personal Journal (Februari 1991:
73-75).
248
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
17.3.Kekuasaan dan Politik
Suatu sistem penilaian kinerja mempunyai kekuasaan dalam
mempengaruhi karyawan yang memegang jabatan. Karyawan dengan ranking
lebih tinggi biasanya mengevaluasi karyawan yang punya ranking lebih rendah
dan kurang berkuasa. Hasil penilaian kinerja mengarah pada konsekuensi
formal seperti penghargaan berbentuk uang, promosi dan pemecatan serta
konsekuensi informal seperti kritik dan hak-hak lainnya. Kondisi ini
membawa pengaruhi terhadap karyawan yang dinilai ratingnya. Namun hasil
penilaian mempunyai konsekuensi bagi organisasi dan bagi penilai rating.
Jika penilaian dicampur adukkan dengan kepentingan pribadi penilai, jika
hasil penilaian tersebut dipakai sebagai dasar tindakan pada masa mendatang
maka informasi akan menyimpang dan tidak akurat. Dinamika semacam ini
mengurangi nilai strategis informasi penilaian dan tindakan-tindakan yang
didasarkan pada informasi tersebut.
Peraga 17.2 memberikan contoh factor yang mengakibatkan perilaku
pemberian rating menyimpang. Perilaku tersebut dikategorikan defensif atau
asertif, dan taktis atau strategis. Perilaku taktis berusaha mengamankan
tujuan politik jangka pendek dan bersifat sementara. Sebagai perbandingan,
perilaku strategis membutuhkan rentang waktu yang lebih panjang dan
digunakan untuk mengembangkan karakteristik yang akan memberikan hasil
jangka panjang.
Alasan utama para manajer melakukan distorsi rating adalah untuk
menghindari konflik yang terjadi dengan bawahan. Pemberian rating yang tinggi
akan mendapat balasan penilaian ke atas. Secara politis para manajer yang
termotivasi memberi rating kepada bawahannya lebih tinggi daripada yang
sepantasnya diterima agar kelihatan berhasil, untuk mencatat kerja sama
bawahan pada pekerjaan yang akan datang, untuk meningkatkan popularitas
mereka, atau untuk mendapatkan perbandingan yang menguntungkan dengan
atasan lainnya. Sebaliknya, manajer mungkin memberikan rating yang ketat
untuk menciptakan citra sebagai pemberi tugas, untuk menandakan suatu
perubahan kepemimpinan, atau juga untuk memotivasi karyawan agar bekerja
lebih keras lagi.
Pemberian rating yang rendah mempunyai konsekuensi negatif seperti
mutasi, pemecat atau penurunan jabatan atau demosi bagi karyawan.
249
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Konsekuensi yang tidak ingin dipertanggungjawabkan para manajer secara
pribadi. Sebagaimana dikatakan perwira karier militer:
Lingkungan politik di Angkatan Bersenjata seorang perwira wajib
mempunyai seluruh rating atasan jika tidak maka tidak akan naik pangkat.
Ketidak teraturan pada rating Anda, Anda akan keluar atau tidak maju.
Oleh karena itu, semua harus ikut dalam permainan ini. Perwira komandan
saya memberi saya rating yang tinggi dan saya melakukan hal yang sama
kepada anak buah saya baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun militer
telah mencoba mengubahnya, namun diperlukan revolusi budaya sebelum
diperoleh kemajuan yang berarti.
17.4. Konflik Organisasi
Konflik yang terjadi dalam organisasi yang mempunyai kepentingan
yang berbeda dalam proses penilaian dapat menghambat upaya
memaksimalkan kinerja. Dari sasaran organisasi dan sasaran individu akan
memuncul dua kelompok konflik yang berupa sasaran evaluasi dan
pengembangan organisasi. Jika sasarannya adalah evaluasi maka seorang
atasan membuat penilaian yang mempengaruhi secara langsung karier dan
imbalan bawahan.
Dalam mengkomunikasikan penilaian yang menciptakan hubungan yang
pertentangan dan saling kurang percaya antara atasan dan bawahan dan
pada akhirnya menghalangi atasan bertindak dalam pemecah masalah dan
pelatih yang berperan penting membantu tercapainya sasaran
pengembangan.
250
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Peraga 17.2.
Contoh Motivasi Pemberian Rating Penilaian Kinerja
Motif taktis Motif strategis
Rating Menurun� Menghubungkan kinerja unit yang buruk
dengan masalah-masalah individu bawahan� Memberikan alasan bagi kinerja unit yang
buruk yang sudah diketahui sebelumnya� Menjaga karyaw an yang berharga agar tidak
dipromosikan atau ditrans fer� Mengontrol proporsi dana kebijak sanaan yang
lebih besar dengan membatasi pemberian jasa
Rating Naik� Menghindari keluhan mengenai supervisi yang
buruk atau proses penilaian kinerja yang buruk� Menghindari pertentangan pribadi dengan
bawahan atas rating yang lebih rendah daripada yang diharapkan
Rating Menurun� Menghubungkan kinerja unit yang buruk
selama beberapa periode dengankurangnya kemampuan ba wahan
� Meratakan jalan guna meningkatkanevaluasi unit di masa mendatang danmenuntut tanggung jawab pribadi yang lebihbesar terhadap efektivitas di masamendatang
Rating Naik� Menyelesaikan tanggung jawab supervisi
lain dengan menghindari keluhan potensialdengan bawahan yang berkaitan denganpenilaian
Rating Menurun� Menaati tuntutan atasan terhadap standar kerja
yang tinggi� Menaati tuntutan informal atasan ter hadap dis
tribusi rating yang normal� Meningkatkan kekuatan koersif (paksaan) yang
dirasakan dari penyelia, yaitu persepsi yangmengurangi hukuman atau imbalan yang lebihsedikit
Rating Naik� Meningkatkan citra efektivitas unit kerja
sebagai bentuk peningkatan-diri� Memotivasi karyawan agar mem balas dengan
kinerja yang lebih tinggi� Mendorong individu -individu yang merepotkan
keluar dari unit kerjanya� Menaikkan rating kepemimpinan atau
kecakapan supervisi dari bawahan,
Ranting Menurun� Meningkatkan persepsi terhadap
penghargaan diri dan kecakapan atasandengan mempertahankan standar yangtinggi
Rating Naik� Meningkatkan atau mempertahankan rasa
suka bawahan� Menuntut pengakuan terhadap baik nya
kinerja keseluruhan, dengan memahamisyarat-syarat kriteria yang membingungkan
� Meningkatkan pengaruh imbalan yangdiberikan penyelia, yaitu gagasan bahwa
kerja keras diberi imbalan finansial� Meningkatkan prestise orang yang dinilai,
dengan cara membuat mereka berhakmenerima peningkatan jasa yang lebih besar
Sumber: Schuler dan Jackson,1996
Berbagai konflik muncul dari berbagai sasaran karyawan yang sedang
dievaluasi. Para karyawan secara individu menghendaki umpan balik yang valid
dan memberikan informasi mengenai perbaikan diri dan di mana posisi mereka
dalam organisasi. Di samping itu mereka ingin membuktikan citra diri mereka
dan mendapatkan imbalan yang berharga. Para penyelia harus sungguh-sungguh
251
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
terbuka dan protektif, guna membantu karyawan memenuhi kedua kelompok
tujuan itu.
17.5.Penilaian Fokus Terhadap Persepsi
Menggunakan penilaian kinerja secara efektif adalah perspektif yang
berbeda- yang dibawa semua pihak ke dalam proses. Bagi penyelia sebagai
pengamat, fokus persepsi terdapat pada bawahan serta motivasi dan
kemauannya. Perbedaan ini dapat menimbulkan konflik, khususnya ketika
sampai pada identifikasi sebab buruknya kinerja karyawan. Rendahnya
situasi kinerja mengungkapkan kecenderungan alami yang dimiliki bersama
menyebabkan kinerja mengabdi untuk diri sendiri. Untuk melindungi egonya,
karyawan menghubungkan kinerja mereka yang buruk dengan lingkungan
luar seperti sulitnya tugas, tidak jelasnya instruksi, kurangnya perlengkapan
yang diperlukan dalam bekerja dan situasi-situasi lain yang sering melibatkan
penyelia. Para penyelia juga ingin melindungi egonya dengan mengingkari
tanggung jawab terhadap buruknya kinerja bawahan dan malah
menghubungkan sebab-sebab defisiensi karyawan sendiri.
Perspektif pengamat yang mementingkan diri sendiri membuat
mereka memendam keberhasilan karyawan disebabkan oleh semacam
kesempatan atau keberuntungan dan dukungan yang diterima dari orang
lain. Tambahkan pada pikiran umum karyawan bahwa pelaksananya
adalah yang lebih hebat dari rata-rata, dan keadaannya diatur untuk
melahirkan siklus yang secara potensial tidak berfungsi. Karyawan
meyakini kinerja mereka bagus dan layak memperoleh pengakuan karena
telah berbuat sebaik mungkin. Penyelia sering mengevaluasi kinerja
mereka secara kurang menyenangkan, dan dirasakan tidak adil. Ketika
penyelia mengakui kinerja yang baik, karyawan mungkin merasakan
pengakuan itu sendiri sudah sepantasnya bagi karyawan, namun penyelia
bertanya- mengapa bawahannya tidak berterima kasih.
Tentu saja tidak semua bawahan atau semua karyawan sama rentannya
terhadap bias-bias persepsi ini, tetapi beberapa di antaranya benar-benar
kebal. Maka semuanya mengalami sebagai konsekuensi negatif. Dan semua
dapat memperbaiki diri dengan memahami dinamika ini.
252
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
17.6. Konsekuensi Terhadap Konflik
Beberapa konsekuensi dan konflik yang melekat dalam penilaian kinerja
adalah ambivalensi, penghindaran, sikap defensif, dan resistensi atau sikap
menolak. Organisasi menuntut agar atasan bertindak sebagai hakim dan
juri dalam menetapkan posisi bawahan, dan bawahan pun mengharapkannya.
Namun penyelia mungkin merasa tidak yakin dengan penilaiannya dan cemas
bagaimana bawahan nanti memberi reaksi pada umpan balik negatif yang
terjadi. Ketika atasan belum dilatih memberikan umpan balik umpan balik
yang jujur, tetapi mereka juga ingin menerima penghargaan, dan
mempertahankan citra dirinya. Jika karyawan terbuka terhadap atasan dalam
mengidentifikasi potensi yang terpendam, mereka mungkin dapat
memberanikan diri mengambil peluang yang mungkin dimanfaatkan atasan
untuk mengevaluasi mereka secara negatif.
17.7. Strategi Meraih Kinerja Maksimum.
Dalam sistem penilaian ada beberapa strategi yang digunakan untuk
meminimalkan konflik penilaian dalam memperoleh kesesuaian persepsi dan
memaksimalkan kinerja di antara para pekerja secara individu dan dengan
tim kerja yaitu sebagai dibawah ini.
17.7.1.Manfaatkan Data Kinerja.
Dalam mengurangi konflik dan perbedaan-perbedaan persepsi maka
dibutuhkan memanfaatkan data kinerja yang terfokus pada tujuan atau
perilaku tertentu. Data kinerja yang terfokus pada sifat atau karakteristik
pribadi dapat mendorong sikap defensif, karena atasan sulit memberi alasan,
dan karena mereka mempengaruhi citra diri bawahan. Marilyn Moats Kennedy,
salah seorang manajer di Career Strategies, perusahaan konsultan
manajemen di Wilmette, Illinois, berkata:
Mengkritik perilaku seorang karyawan adalah penting, namun bukan
mengkritik karyawannya itu sendiri dengan bicara keras, bearti Anda punya
sikap buruk kepada resepsionis Anda. misalnya, Anda mungkin akan
menghadapi karyawan yang sangat defensif. Anda mungkin akan
mendapatkan hasil yang lebih bagus bila Anda berkata, Bilamana seseorang
singgah ke meja Anda, saya ingin mereka memperoleh kesan yang berbeda,
sehingga Anda senang. melihatnya.
253
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Informasi tentang kinerja membutuhkan penyampaian pada waktu yang
tepat. Hasil penilaian kinerja perlu dikomunikasikan pada awal periode
penilaian dan didukung dengan umpan balik dan umpan balik langsung adalah
yang paling bermanfaat. Penundaan perlu dilakukan jika bawahan belum
siap menerima informasi kinerja. Umpan balik juga harus mengandung
sejumlah informasi yang dapat digunakan oleh penerimanya dan bukan yang
akan diberikan penilainya. Karyawan dengan informasi kinerjanya dapat
memungkikan ia memanfaatkannya secara efektif. Seorang penilai yang
memberikan lebih banyak data daripada yang dapat digunakan kemungkinan
besar memuaskan kebutuhan pribadi misalnya, kebanggaan dalam
menyembunyikan sesuatu daripada membantu karyawan.
17.7.2. Umpan Balik
Makin banyak perusahaan yang menyimpulkan bahwa umpan balik yang
tepat adalah umpan balik 360-derajat, yaitu umpan balik dari berbagai sumber
yang mencerminkan aneka perspektif, terutama bagi karyawan manajerial, dan
khususnya umpan balik karyawan terhadap pimpinannya. Penggunaan evaluasi
ke atas merupakan komponen penting, umpan balik 360 derajat di gunakan
perusahaan terbaik. majalah Fortune(1993) melakukan survai terhadap
perusahaan-perusahaan ranking pertama dalam industrinya sesuai dengan daftar
tahunan Most Admired dari majalah Fortune. Dan tiga puluh tujuh perusahaan,
yang mewakili tiga puluh tujuhan Industri, dua puluh di antaranya dilaporkan
menggunakan evaluasi ke atas, dan sebagian besar di antaranya
menggunakan hasil evaluasi yang diperoleh untuk menentukan penggajian
dan promosi. Dengan menggunakan pendekatan penilaian ini, UPS
menyadari perlunya memberi para manajer lebih banyak pelatihan tentang
mengembangkan keterampilan karyawan di organisasi mereka.
Pada eksekutif tingkat tinggi, umpan balik 360-derajat dapat mendorong
perusahaan melakukan investasi dalam pengarahan profesional secara
individu.
Dalam menentukan Posisi organisasi dalam menghadapi globalisasi,
Manajemen Kinerja secara menyeluruh menunjukkan bahwa perusahaan
memberikan pertimbangan yang kuat terhadap pemanfaatan umpan balik
360-derajat tersebut.
254
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
17.7.3. Pastikan Keadilan
Dalam meminimumkan emosional dalam proses penilaian kinerja,
para manajer perlu mengambil langkah guna memastikan bahwa proses
penilaian dirasakan wajar dan adil. Program penilaian terhadap kinerja
dipandang adil jika program ini bersifat:
1. Konsistensi, yaitu standar kinerja diterapkan secara konsisten bagi
semua pemegang jabatan. Tidak ada keringanan diberikan pada pekerja
yang mempunyai masalah khusus dan juga karyawan yang berkinerja
tinggi tidak mengemban lebih banyak dari bebannya sendiri.
2. Keakraban: Penggunaan buku harian untuk mencatat output para
pekerja, sering pengamat kinerja dan manajemen berkeliling untuk
meningkatkan pengetahuan terhadap tugas penyelia. Konsekuensinya
menciptakan kesan bahwa penyelia dan penilaian dilakukan secara adil.
3. Pengumpulan Masukan: Informasi yang memperhatikan standar kinerja,
begitu pula strategi untuk mencapainya, perlu dikumpulkan sebelum
evaluasi. Yang lebih penting, informasi ini harus digunakan secara
konstruktif
17.8.Manajemen Kinerja Secara Menyeluruh
Kesuksesan organisasi perusahaan tercapai dalam penilaian kinerja
jika pengelola kinerja para karyawannya dapat menggantikan evaluasi
karyawan secara tradisional dengan sistem umpan balik 360-derajat,
demikian ditegaskan Mark. R. Edwards, direktur utama perusahaan
konsultan TEAMS Incorporated di Tempe, Arizona.
17.8. 1. Alat Diagnose.
Dalam menentukan rating kinerja karyawan oleh penyelia, sistem
multi-sumber memungkinkan evaluasi dilaksanakan oleh sebuah
kelompok kolega dan pelanggan internal yang membentuk suatu kalangan
di lingkungan karyawan. Menurut Edwards karyawan jauh lebih mungkin
menanggapi secara konstruktif saran-saran kelompoknya mengenai usaha
meningkatkan kinerja mereka. Hasilnya, proses evaluasi lebih menjadi
perangkat diagnostik bagi pengembangan karyawan dan sedikit sekali
menjadi instrumen untuk menilai dan mendisiplin-kan karyawan.
255
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Penelitian di beberapa perusa-haan terbesar termasuk DuPont, Dow
Chemical, dan Disney, membuktikan bahwa sistem evaluasi multi-sumber
jauh lebih adil daripada pendekatan sumber tunggal, demikian Edwards
menambahkan. Sistem 360-derajat bahkan telah dipandang lebih andal
daripada evaluasi sumber-tunggal dalam beberapa tuntutan hukum yang
melanggar UU, demikian dikatakan. Proses evaluasi itu mendatangkan
hasil yang lebih absah karena melibatkan sekelompok orang yang
berinteraksi dengan karyawan melalui berbagai cara. Karena alasan yang
sama, proses tersebut telah terbukti tidak rentan terhadap bias jenis
kelamin dan etnis dibanding dengan evaluasi sumber-tunggal.
17.8.2. Merancang Sistem Evaluasi.
Organisasi menjadi lebih baik dan beralih menuju struktur manajemen
berbasis tim. sistem evaluasi multi-sumber mempunyai peran untuk
memudahkan partisipasi karyawan dan mempertinggi produktivitas,
demikian kata Edwards. Unsur-unsur penting dalam sistem umpan balik
360-derajat yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan kriteria umpan balik. Mengembangkan sistem penilaian
multi-sumber dilakukan dengan menyeleksi kriteria evaluasi dan
mengembangkan profil perilaku, sehingga karyawan dapat dinilai dalam
kaitannya dengan sebuah model, dan bukan mitra kerja. Proses
penentuan kriteria evaluasi harus bersifat partisipatif. Agar sistem tersebut
berjalan efektif, orang-orang yang berkepentingan dalam organisasi
tersebut diberi peluang terlibat di awal proses.
2. Seleksi tim evaluasi. Tim evaluasi jangan dibatasi terhadap rekan
terdekat karyawan. Untuk memperoleh penilaian dari multi-sumber
kelompok tersebut harus men-cerminkan pelanggan internal karyawan.
Tim terdiri dari lima sampai delapan anggota, termasuk karyawan yang
sedang dievaluasi. Karyawan mempunyai peluang membandingkan
evaluasi- diri mereka dengan penilaian kelompok.
3. Lakukan evaluasi, Formulir evaluasi dapat berbentuk lembaran jadi
atau alat elektronik. Dengan sistem elektronik ini yang merupakan
metode yang sangat efisien dalam melaksanakan proses penilaian. Ini
merupakan hal yang penting untuk menetapkan prosedur guna
memastikan anonimitas penilai dan kerahasiaan tanggapan penilai.
256
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4. Buat laporan ringkas, Setelah formulir evaluasi terkumpul, data ikhtisar
harus ditabulasikan dan dimasukkan ke dalam format yang mudah
di-pahami karyawan.
5. Analisa hasil, Bersama hasil mentah dari evaluasi, berikan karyawan
suatu analisis data yang akan membantu menjelaskan dan memusatkan
bidang-bidang yang menjadi kekuatan dan kelemahan kinerja mereka.
6. Lakukan intervensi untuk memperbaiki perilaku. Langkah terakhir
adalah menggunakan hasil- evaluasi untuk memperbaiki kinerja
karyawan. Berusahalah mengidentifikasi hamba-tan-hambatan struktural
peningkatan, dan upayakan mengubah hambatan tersebut. Umpamanya
karyawan yang sudah mengikuti pelatihan dan mempunyai peringkat
yang sesuai untuk melaksanakan pekerjaan, prosedur internal
dikomunikasikan dengan jelas.
7. Peluang untuk Menantang atau Membantah Evaluasi.
Dalam pemecahan masalah terhadap karyawan perlu memiliki
kemampuan untuk menantang atau merebut evaluasi. Prosedur proses
pasti akan sangat bermanfaat. Hasil proses penilaian harus dibagikan
secara adil. Sebagai contoh, dalam sistem berdasarkan jasa, rating
perlu mencerminkan tingkat kinerja yang dicapai, dan rekomendasi
kenaikan gaji dan promosi perlu berdasarkan rating ini.
17.8.3.Berdayakan Karyawan
Mengumpulkan dan memanage informasi tentang semua karyawan
dalam proses penilaian adalah sulit. Kalau rentang kendali seorang manajer
luas maka tugas bertambah sehingga tak dapat ditangani dengan baik.
Pemindahan tanggung jawab untuk membuat catatan kinerja kepada
pemegang jabatan akan membantu memecahkan masalah ini, sekaligus
meningkatkan persepsi tentang keadilan. Untuk melaksanakan tanggung
jawab tersebut penilai kinerja perlu diberi pelatihan menuliskan standar kinerja
dan mengumpulkan serta mendokumentasikan informasi kinerja tersebut.
Pemegang jabatan harus merasa bebas menegosiasikan kembali standar
kinerja yang telah usang atau yang tidak bisa dicapai karena adanya
hambatan. Untuk itu diperlukan komunikasi terbuka dua arah dalam iklim
saling percaya.
257
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pendelegasian tanggung jawab manajemen kinerja mempunyai
keunggulan pertama, para karyawan bawahan tidak lagi merupakan partisipan
pasif melainkan bereaksi terhadap arahan penyelia. Kedua, para karyawan
bawahan mengidentifikasi rintangan kinerja dan membawanya ke para
manajer sehingga sikap defensifnya akan berkurang. Ketiga, para penyelia
bebas mengatur dan memberi pengarahan ketimbang melakukan
pengawasan dan penjagaan. Terakhir, bawahan merasa ikut memiliki proses
tersebut.
Di Southwest Texas Methodist Hospital, karyawan diberi wewenang
mengadakan rapat kilat, kapan saja ada masalah yang perlu dipecahkan. Rapat
kilat adalah rapat pemecahan masalah yang singkat dan mendadak yang
dirancang untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien, meningkatkan
produktivitas, dan melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan.
Ketika dijalankan, rapat kilat harus terpusat hanya pada perawatan pasien atau
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan dapat
diselenggarakan hanya dengan mengumumkannya. Karyawan yang terlibat
terlebih dahulu menyelesaikan seluruh pekerjaan yang tidak dapat ditunda dan
kemudian mengikuti rapat kilat. Orang yang menyelenggarakannya bertindak
sebagai pemimpin menyatakan permasalahan, memimpin diskusi, dan
memastikan bahwa rapat kilat itu berlangsung singkat kurang dan lima menit.
Pemimpin harus memberi tahu seorang penyelia tentang permasalahan dan
solusinya. Rapat kilat juga bisa berupa forum pengambilan kebijakan dan
mungkin menghasilkan perubahan kebijakan dan prosedur tertulis.
17.8.4. Tujuan yang Saling Berhubungan.
Untuk memecahkan masalah konflik tujuan antara karyawan yang
berkepentingan, tujuan baru akan mengintegrasikan kebutuhan semua pihak
yang dapat ditetapkan. Sebagai contoh para pengusaha eceran dalam
sejarahnya mempunyai sistem manajemen kinerja yang berbeda bagi pembeli
dan manajer. Pembeli biasanya dievaluasi menurut marjin kotor, sedangkan
manajer menurut penjualan dan manajemen seperti pemanfaatan
keterampilan tenaga kerja, layanan, dan sebagainya.
Di Neiman Marcus Group, kedua sistem tersebut disatukan untuk
memberi pembeli dan manajer suatu patokan pada kedua tujuan usaha
258
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
eceran. Menurut Craig Innes, wakil presiden senior sumber daya manusia di
Neiman Marcus:
Para pembeli dan manajer menerima Laporan Kontribusi X$-3 Laba
Dasar bulanan. Laporan pembeli memuat semua komponen marjin kotor,
termasuk penanganan dan penyiapan barang dagangan. Pembeli dapat
menggunakan informasi ini untuk bemegosiasi dengan manajer. Laporan
manajer memuat semua biaya yang dikeluarkan dalam penjualan seperti
undian vs. pembayaran komisi. Informasi ini memungkinkan manajer
menentukan agar produktivitas penjualan mencakup biaya penjualan. Sistem
pelaporan kontribusi laba bisa berjalan karena tujuan pembeli dan manajer
disatukan dan mereka dipaksa melihat bisnis secara lebih menyeluruh.
Tujuan yang saling bertentangan antar karyawan yang berkepentingan
menjadi sangat mencolok dalam organisasi yang menggunakan tim lintas
fungsi untuk menyelesaikan proyek-proyek jangka pendek maupun jangka
panjang. Bagi tim seperti ini, anggota yang beraneka macam berasal dari
berbagai bagian organisasi. Untuk kasus tertentu, anggota timnya bisa
berasal dari organisasi lain. misalnya perusahaan Bell Labs, karyawan
insinyurnya bekerja di laboratorium penelitian dan merangkap sebagai
anggota tim proyek dan juga merupakan pelanggan untuk produk - yang
mereka rancang sendiri.
Bagi para anggota tim lintas fungsi yang sukses harus melakukan
terobosan yang secara tradisional memisahkan bagian-bagian, divisi-
divisi, dalam organisasi dan beroperasi sebagai suatu unit yang kompak.
Tantangan mereka adalah mengelola kinerja tim. Organisasi perusahaan
akan membentuk tim yang bertanggung jawab terhadap produk akhir.
Anggota tim mengelola kegiatan yang menghasilkan produk akhir.
Sebagian besar Tugas manajemen sebagian besar membutuhkan
penciptaan tujuan yang saling bertautan bagi anggota--anggotanya. Setiap
individu tim perlu memahami tanggung jawab dan tujuannya sendiri, dan
kaitan tujuan yang saling bertautan dalam tim dengan kemampuan tim
untuk menyerahkan produk akhir tepat pada waktunya.
17.8.5.Wawancara Dalam Pelaksanaan Penilaian Kinerja.
Proses manajemen kinerja berlangsung secara terus-menerus yang
ditandai dengan penilaian formal. Wawancara dalam penilaian kinerja
259
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
merupakan inti penilaian formal. Dalam wawancara penyelia dan bawahan
bertukar informasi, termasuk evaluasi kinerja dan gagasan dalam
meningkatan kinerja dan penetapan tujuan untuk masa mendatang. Jika
dimanfaatkan dengan baik, wawancara bisa menjadi perangkat efektif untuk
meminimalkan atau mengatasi konflik yang terjadi antara anggota dan
organisasi.
17.9. KRITERIA PENTING DALAM PENILAIAN KINERJA.
Criteria dalam penilaian kinerja terdiri atas :
1. Persiapan. Wawancara perlu dijadwal sebelumnya untuk memberi
isyarat kepada karyawan tentang pentingnya kinerja. untuk penyusunan
wawancara, manajer dan karyawan harus sepakat mengenai tujuan dan
visinya. Misalnya, bawahan mempunyai peluang mengevaluasi kinerja
penyelia, evaluasi itu satu arah. Wawancara dibatasi pada evaluasi
kinerja masa lalu atau pada perencanaan strategi kinerja masa
mendatang, atau wawancara terbuka bagi kedua tugas tersebut. Dengan
mendiskusikan persoalan-persoalan ini sebelum wawancara yang
sebenamya, kedua belah pihak punya waktu mempersiapkan diri. Jika
bawahan diberdayakan, pemberitahuan sebelumnya akan memberi
mereka cukup waktu untuk memperbaharui catatan kinerjanya dan
mengerjakan penilain diri sendiri
2. Isi Wawancara. Memprakarsai dan melaksanakan pertemuan
wawancara yang efektif membutuhkan keterampilan dalam memberikan
pengarahan dan konseling. Para penyelia perlu mendengarkan dan
merefleksikan kembali apa yang dikatakan bawahan dengan
memperhatikan kinerja bawahannya, sebab dan hasilnya. Jika proses
wawancara macet dan penyelia mengakhirinya dan menyatakan pada
karyawan tersebut baik atau buruk mereka bekerja dan memasukan
karyawan tersebut dalam penetapan tujuan perbaikan tertentu. Ini
mungkin terlihat efisien bagi penyelia, tetapi bagi bawahan akan frustrasi
dan mencoba meyakinkan atasannya untuk mendengarkan penjelasan
tingkat kinerjanya. Akhirnya mengabaikan umpan balik dan terpaku
terhadap perilaku yang lalu.
260
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pendekatan yang lebih efektif adalah menggunakan system wawancara
penilaian berdasarkan pemecahan masalah. Pendekatan ini terpusat
pada persepsi bersama dan identifikasi solusi terhadap permasalahan.
Dialog aktif dan terbuka dikembangkan penyelia dan bawahan. Tujuan
perbaikan disusun bersama oleh penyelia dan bawahan. Tipe wawancara
ini sulit bagi penyelia namun diperlukan pelatihan sebelumnya da-lam
memecahkan masalah dan memberikan dan menerima umpan balik.
3. Tindak Lanjut yang Tepat. Pentingnya tindak lanjut dalam memastikan
kesepakatan perilaku yang dirundingkan selama wawancara terpenuhi.
Mengubah perilaku adalah pekerjaan yang sulit, penyelia dan bawahan
cenderung mengesampingkan kesepakatan perilaku. Konsekuensinya,
penyelia harus menguji apakah bawahan tahu apa yang diharapkan,
mempunyai strategi untuk memberikan kinerja sebagaimana diinginkan,
dan menyadari konsekuensi perilaku yang baik atau buruk. Mereka juga
harus memantau perilaku, memberikan umpan balik, dan segera
mendorong perilaku baru yang cocok dengan sasaran yang diinginkan.
Dengan tidak adanya umpan balik dan dorongan (remprement) perilaku-
perilaku baru mungkin tidak akan menjadi kebiasaan (habit). Dorongan
bisa sederhana seperti tepukan di punggung atau pujian dengan kata
pekerjaan yang bagus, Bob, atau bisa nyata seperti catatan yang
dimasukkan dalam arsip karyawan. Untuk beberapa perilaku, diperlukan
pemantauan secara terus-menerus.
Seorang Bankir Berusia Empat Puluh Sembilan Tahun.
Merancang sistem manajemen kinerja dengan seluruh karakteristik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kinerja tidak akan menjamin kinerja yang
sempurna dalam beberapa hal individu karyawan mungkin tidak mempunyai
kemampuan menjalankannya tetapi sistem tersebut harus memperbaiki
kinerja. Kepuasan dengan sistem tersebut mungkin akan bertambah.
17.10. MENGANALISIS KINERJA
Wawancara memberikan suatu mekanisme dengan informasi kinerja yang
dapat dipertukarkan. Wawancara merupakan sistem manajemen kinerja yang
efektif. Agar sistem tersebut berjalan dengan baik dan kinerja menjadi maksimal,
261
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
informasi wawancara harus akurat dan penyebab segala defisiensi harus
ditunjukkan dengan tepat.
1. Kesenjangan dalam Kinerja
Tujuan dan standar perilaku absolut dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan kinerja dengan menentukan seberapa baik
seorang karyawan bekerja dalam kaitannya
Peraga 17.3
Contoh Identifikasi Masalah Kinerja
Bacalah tiap pertanyaan dan hubungkan dengan pengetahuan Anda tentang
penilaian kinerja. Jika Anda berpendapat “ya” sebagai jawaban suatu
pertanyaan, berikan tanda centang di sebelah nomor tersebut. Jika tidak,
biarkan kosong.
Apakah Rekan Sekerja Mengeluh bahwa organisasi______ 1. la tidak memperlakukan karyawan dengan adil?______ 2. la tidak mempunyai pengaruh?______ 3. la kasar?______ 4. la suka berdebat dan konfrontasi?______ 5. la bicara saja dan tidak bertindak?
Apakah Para Pelanggan______ 1. Selalu meminta seseorang membantunya?______ 2. Mengeluhkan tingkah lakunya?______ 3. Mengeluh bahwa ia telah membuat janji tetapi tidak pernah
menepatinya?______ 4. Mengatakan ia bicara negatif kepada Anda, organisasi, atau
produk-produk organisasi?______ 5. Mengeluh bahwa ia terlalu lancang?
Apakah Saudara______ 1. Kesulitan menyelesaikan pekerjaan sendiri karena
menghabiskan begitu banyak waktu dengannya atau denganmasalah dan kesalahannya?
262
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
______ 2. Khawatir dengan apa yang akan ia katakan kepada pelanggandan klien?
______ 3. Sering memeriksa pekerjaannya karena Anda takut salah?______ 4. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang semestinya Anda
delegasikan kepadanya?______ 5. Menugaskan pekerjaan kepada orang lain karena mereka
mengerjakannya lebih cepat dan lebih balk daripada dia?______ 6. Mendengar kesalahannya dari pimpinan Anda atau orang lain?______ 7. Kadang-kadang mendapati dia berbohong kepada Anda atau
melebih-lebihkan?______ 8. Jarang memikirkan dia ketika Anda memutuskan siapa yang
seharusnya menerima tugas penting?
Apakah Karyawan______ 1. Jarang menyelesaikan tugas tepat waktu?______ 2. Sering datang kerja terlambat atau tidak masuk sama sekali?______ 3. Selalu punya alasan mengenai kinerjanya yang buruk?______ 4. Menunggu diberi tugas tambahan dan bukan meminta lebih
banyak pekerjaan ketika suatu penugasan diselesaikan?______ 5. Jarang menyelesaikan tugas dengan cara yang Anda inginkan?
______ 6. Mengabaikan saran-saran perbaikan?
Dengan tujuan dan standar pada poin diatas maka seorang karyawan
mempunyai tujuan kinerja untuk mengurangi tingkat pekerjaan yang tersisa
sebesar 10 persen tetapi menguranginya hanya 5 persen, terdapat
kesenjangan kinerja. Metode ini valid jika tujuan dan standar tidak berlawanan
dan jika dapat dikuantifikasi, serta jika kinerja bawahan dapat diukur dengan
ketentuan yang sama.
Beberapa organisasi mengidentifikasi kesenjangan dengan
membandingkan tingkat kinerja individu, unit, atau bagian. Contoh, organisasi
yang mempunyai beberapa divisi mungkin mengukur keseluruhan kinerja
masing-masing divisi dengan membandingkannya dengan keseluruhan kinerja
divisi-divisi lainnya, dengan divisi-divisi tingkat bawah yang diketahui
mempunyai kesenjangan kinerja. Ini bukan strategi yang efektif untuk
mendiagnosa kesenjangan kinerja. Unit-unit di tingkat bawah mungkin telah
memenuhi sasaran yang mereka tetapkan, dan sebaliknya mereka yang
ada di puncak mungkin belum memenuhi sasaran.
263
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Terakhir, kesenjangan dapat ditandai dengan melengkapi daftar gejala-
gejala, seperti yang ada dalam Peraga 17.3. Meskipun daftar semacam ini
tidak mengidentifikasi sebab-sebab ketidak sesuaian kinerja.
Tanpa memandang metode yang digunakan untuk menemukan
kekurangan suatu kinerja. Jika kekurangan ditemukan maka para manajer
harus memeriksa sebab-sebab yang mendasari terjadinya kekurangan
tersebut.
2. Faktor Penyebab Kekurangan Kinerja
Untuk menemukan alasan-alasan kekurangan kinerja, sejumlah
pertanyaan dapat diajukan, yang didasarkan pada suatu model penentu
perilaku karyawan dalam organisasi. Model ini memungkinkan para profesional
SDM dan manajer lini mendiagnosa kekurangan kinerja dan mengoreksinya
secara sistematik. Secara umum, model tersebut mengatakan karyawan
berkinerja bagus jika fasilitator-fasilitator berikut ini ada:
o Kemampuan dalam bekerja.
o Minat untuk menjalankan pekerjaan
o Peluang untuk bertumbuh dan maju
o Tujuan yang dapat didefinisikan dengan jelas.
o Kepastian tentang apa yang diharapkan.
o Umpan balik mengenai seberapa baik karyawan mengerjakan tugasnya
sebagai Imbalan bagi yang berkinerja baik.
o Hukuman bagi karyawan yang berkinerja buruk.
o Kekuasaan dalam mendapatkan sumber daya guna menjalankan
pekerjaan.
Peraga 17.4 memperlihatkan sebagian besar faktor penentu sebab-
sebab kekurangan kinerja. Dengan diketahuinya sebab-sebab kekurangan
kinerja maka rencana tindakan perbaikan dapat dikembangkan.
Proses yang menjelaskan perilakunya dan perilaku orang lain disebut
atribusi (pensifatan). Pemahaman terhadap atribusi membantu seseorang
meramalkan penyebab dan tanggapan yang mungkin diberikan para manajer
lini terhadap kekurangan kinerja bagi karyawan atau bawahannya. Perilaku
berfungsi sebagai dasar dalam memutuskan mengubah perilaku. Jika
penjelasan salah, rencana untuk mengubah perilaku mungkin tidak akan
efektif.
264
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Peraga 17.4
Contoh Faktor Penentu Kinerja
Periksalah faktor -faktor penentu kinerja atau perilaku yang berlaku bagi situasi yang sedang Anda analisa.I. Pengetahuan, Keterampilan, dan Kemampuan Ya Tidak
A. Apakah pemegang jabatan mempunyai keterampilan
melaksanakan tugas sebagaimana diharapkan?
B. Sudahkah pemegang jabatan berkinerja sebagaimana
diharapkan sebelumnya?
C. Apakah pemegang jabatan yakin mempunyai kemam-
puan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
diharapkan?
D. Apakah pemegang jabatan punya minat melaksanakan
tugas sebagaimana diharapkan?
II. Tujuan Pemegang Jabatan
A. Apakah tujuan ini dikomunikasikan kepada pemegang
jabatan sebelum periode penilaian kinerja?
B. Apakah tujuan tersebut spesifik?
C. Apakah tujuan itu sulit tapi bisa dicapai?
III. Kepastian bagi Pemegang Jabatan
A. Sudahkah kinerja yang diharapkan dispesifikasikan
dengan jelas?
B. Sudahkah imbalan atau konsekuensi kinerja yang baik
atau buruk ditentukan?
C. Apakah pemegang jabatan memahami tingkat wewe -
nangnya dengan jelas?
IV. Umpan Balik kepada Pemegang Jabatan
A. Apakah pemegang jabatan tahu kapan ia
melaksanakan tugas dengan benar atau tidak?
B. Apakah umpan balik bersifat diagnostik sehingga
pemegang jabatan dapat berkinerja lebih baik di
masa mendatang?
C. Adakah penundaan antara kinerja dan diterimanya
umpan balik?
D. Dapatkah umpan balik kinerja ditafsirkan dengan mudah?
V. Konsekuensi untuk Pemegang Jabatan
A. Apakah pelaksanaan tugas sebagaimana yang diharapkan
bersifat menghukum?
B. Apakah kegagalan pelaksanaan justru lebih mendapat
penghargaan?
C. Apakah pelaksanaan tugas merupakan hal yang diharapkan?
D. Adakah konsekuensi positif bagi pelaksanaan tugas
sebagaimana yang diharapkan?
VI. Kekuasaan Pemegang Jabatan
A. Dapatkah pemegang jabatan memobilisasi sumber -
sumber daya agar pekerjaan terlaksana?
B. Apakah pemegang jabatan punya alat dan sarana
untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang diharapkan?
265
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Para manajer lini mempertalikan kekurangan bawahan dengan
sebab-sebab internal (bawahan) ataupun sebab-sebab ekstemal
(lingkungan bawahan). Atribusi internal meliputi penjelasan-penjelasan
semacam rendahnya usaha /motivasi atau rendahnya kemampuan. Atribusi
eksternal meliputi gangguan tugas, nasib buruk, kurangnya penghargaan
dari organisasi, dan buruknya penyeliaan. Para manajer lebih mungkin
melakukan atribusi internal sampai pemegang jabatan (1) berkinerja buruk
pada tugas-tugas lain, (2) berkinerja buruk ketika pemegang jabatan
lainnya berkinerja baik pada tugas yang sama, dan (3) berkinerja buruk
pada tugas yang sama di masa lampau. Lebih jauh, para manajer mungkin
lebih memusatkan diri pada motivasi daripada kemampuan jika seorang
pemegang jabatan telah melaksanakan tugas secara memadai di masa
lampau tetapi sekarang tidak.
Apakah manajer melakukan atribusi internal atau eksternal, keduanya
akan berpengaruh pada strategi perbaikan kinerja yang dipilih manajer
tersebut. Jika atribusi internal dilakukan, manajer tersebut lebih mungkin
memilih strategi yang dimaksudkan untuk mengubah bawahan, misalnya
pelatihan kembali atau teguran. Jika atribusi ekstemal dilakukan, manajer
tersebut kemungkinan besar akan memilih strategi yang mengubah
lingkungan, seperti mengubah desain pekerjaan atau melibatkan lebih banyak
penghargaan dan hukuman.
17.11. KARYAWAN MENINGKATKAN KINERJA
Para manajer lini dan profesional HRD dapat melakukan banyak hal
untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Mereka dapat menggunakan saran
dalam mengambil tindakan berdasarkan sebab-sebab kekurangan yang
teridentifikasi dalam Peraga 17.5, kecuali kemampuan. Jika tidak adanya
kemampuan merupakan sebab, maka diperlukan pelatihan.
Beberapa cara yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja karyawan yaitu:
Dorongan Positif (Positif Reinforcement)
Sistem Dorongan Positif dirancang berdasarkan prinsip-prinsip teori
dorongan. Dorongan positif melibatkan penggunaan penghargaan positif untuk
meningkatkan terjadinya kinerja yang diinginkan. Dorongan ini didasarkan
pada dua prinsip fundamental yaitu: (1) orang berkinerja sesuai dengan cara
266
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
yang mereka pandang paling menguntungkan.(2). Memberikan penghargaan
yang semestinya. Program dorongan Positif berfokus pada perilaku kerja
yang membawa hasil yang diinginkan.
Peraga 17.5. Tahap Program Dorongan Positif
Audit
kinerja
Tetapkan
standar atau
tujuan kinerja
umpan balik
langsung
kepada
karyawan
Pujian atau
dorongan lain dari
penyelia dan rekan
sejawat
Program tersebut menggunakan penghargaan ketimbang hukuman atau
ancaman hukuman yang mempengaruhi perilaku dan upaya yang
menghubungkan perilaku- spesifik dengan penghargaan spesifik. Model ini
berjalan sesuai dengan hukum efek, yang menyatakan bahwa perilaku yang
membawa hasil positif cenderung diulang, sedangkan perilaku yang membawa
hasil netral atau negatif cenderung tidak diulang. Upaya dilakukan untuk
menghubungkan perilaku dengan konsekuensinya. Program dorongan positif
dibangun dengan empat tahap yaitu dalam Peraga 17.5.
1. Audit Kinerja.
Audit kinerja mengkaji seberapa baik pekerjaan dilaksanakan. Tanpa
audit banyak manajer yakin bahwa operasi mereka berjalan lebih baik.
Misalnya, Emery Air Freight Corporation menjalankan audit kinerja dengan
melihat cara perusahaan dalam mengirimkan barang. Biaya angkutan
berkurang banyak jika semua barang kecil dimasukkan dalam suatu peti
kemas. Para manajer yang terlibat di bagian operasi ini memperkirakan bahwa
peti- kemas yang digunakanhanya 90 %. Audit menunjukkan frekuensi hanya
45 persen. Untuk itu maka para pekerja harus dilibatkan dalam audit kinerja
karena mereka lebih mengetahui pekerjaan mereka daripada orang lain.
2. Standar Kinerja.
Standar adalah tingkat minimum kinerja yang diterima; tujuan adalah
tingkat kinerja yang ditargetkan. Keduanya harus ditetapkan setelah audit
267
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kinerja dan harus dikaitkan langsung dengan pekerjaan. Tujuan dan standar
harus dapat diukur dan dapat dicapai. Tujuan harus menantang tetapi tidak
mustahil untuk diraih, kesempurnaan tidak pernah mungkin. Tujuan dan
standar dibentuk paling bagus dengan dasar pengamatan dan akal sehat,
dan keduanya harus ditetapkan setepat mungkin.
Para pekerja harus membantu menetapkan tujuan mereka sendiri.
Di Emery Air Freight, karyawan di bagian layanan pelanggan Chicago
menetapkan dan meraih standar yang lebih tinggi daripada standar yang
ditetapkan oleh manajemen.
3. Umpan Balik Terhadap Karyawan.
Pada tahap ketiga program dorongan positif dilakukan dengan memberi
pekerja data dasar yang dibutuhkan untuk memantau pekerjaannya sendiri.
Standar kinerja untuk kebanyakan pekerjaan tidak dinyatakan secara jelas.
Seorang wanita di perusahaan asuransi menggambarkan rutinitasnya sebagai
berikut: Saya memeriksa sekilas formulir untuk melihat apakah sudah terisi
penuh. Kemudian saya memisahkan salinan berwama biru dan yang kuning
dan menaruhnya di tumpukan yang berbeda tapi karyawan itu sendiri tidak
mengetahui untuk apa itu dilakukannya. Dan tidak tahu konsekuensinya
jika formulir tersebut tidak diisi lengkap atau salah. Satu-satunya yang ia
tahu adalah bahwa tiap baris formulir itu harus diisi atau dokumen harus
dikembalikan ke bagian lain.
Standar kinerja tidak efektif tanpa ukuran dan umpan balik terus-
menerus. Umpan balik harus netral dan bahan evaluatif atau bersifat menilai
dan harus disampaikan langsung kepada karyawan, bukan kepada penyelia.
Umpan balik langsung yang tepat memberi pengetahuan yang dibutuhkan
pekerja untuk dipelajari. Umpan balik memungkinkan pekerja mengetahui
apakah kinerja mereka meningkat, tetap sama, atau bertambah buruk. Ketika
para manajer dan karyawan di Emery Air Freight memahami bahwa hanya
45 persen dari seluruh kiriman barang kecil untuk suatu lokasi dikirimkan
dengan peti kemas, dan umpan balik serta pendorong positif diberikan, para
pekerja segera mencapai standar 95 persen. Perubahan tersebut
menghasilkan penghematan kurang lebih $65.000 setahun.
268
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
4. Pujian dan Imbalan Dalam Kinerja.
Tahap keempat program dorongan positif memberi karyawan pujian atau
penghargaan lain yang berkaitan dengan kinerja adalah merupakan hal yang
penting. Penghargaan berupa pujian, dinyatakan dalam bentuk kuantitatif
dan spesifik. Seperti “Neni, saya menyukai imajinasi yang Anda gunakan
dalam mengepak produk. Anda bekerja cukup konsisten dengan 97 persen
dari standar. Setelah menyaksikan Anda, saya bisa memahami sebabnya.”
Dan lain-lainnya.
Salah satu penghargaan adalah uang. Meskipun uang sangat efektif
sebagai motivator, banyak organisasi sering tidak mampu menggunakannya.
Mereka memasukkan pujian dan pengakuan berkaitan dengan perilaku
pekerjaan spesifik, peluang untuk memilih kegiatan, peluang untuk mengukur
perbaikan kerja secara pribadi, dan peluang untuk mempengaruhi mitra kerja
dan manajemen.
Penghargaan untuk kinerja tertentu harus diberikan sesegera mungkin
setelah perilaku itu berlangsung. Dorongan harus sering diberikan pada awal
perubahan, dan bisa menjadi kurang dapat diramalkan setelah tingkat kinerja
yang diinginkan tercapai.
Beberapa macam tipe program pemberian penghargaan telah
dikembangkan, di antaranya dorongan kontinu dan dorongan parsial. Jika
karyawan diberi penghargaan setiap kali terjadi kinerja yang tepat ini disebut
dorongan kontinu. Bilamana program ini digunakan maka kinerja akan
meningkat cepat, tetapi dapat mengalami kemunduran bila dorongan tersebut
dihilangkan. Oleh karena para manajer sulit untuk memberi penghargaan
secara terus-menerus. Maka para manajer harus menggunakan penguatan
parsial yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang benar hanya sekali-
sekali dan memilih rencana dorongan parsial yang paling efektif yaitu rencana
rasio variabel. Pada kebanyakan organisasi, pembayaran terjadi pada
program interval yang pasti, seperti sekali seminggu atau sekali sebulan
seperti kenaikan gaji dan promosi dilakukan menurut program interval variabel
dan pujian, pengakuan serta penghargaan yang serupa diberikan berdasarkan
program dorongan parsial.
Apapun program yang digunakan, para manajer harus memberikan
dorongan positif
269
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
pada saat karyawan mendekati standar, dan barangkali bergeser
dari program dorongan kontinu ke program dorongan parsial ketika mereka
sudah sangat dekat dengan standar. Para manajer mungkin harus mencari
dengan cermat perubahan-perubahan perilaku yang kecil sekalipun guna
memberikan dorongan positif, jika tidak diberikan maka perilaku tidak akan
menjadi lebih baik.
Enam aturan dasar untuk menggunakan dorongan yaitu:
1. Jangan berikan penghargaan kepada setiap karyawan dengan
cara yang sama. Penggunaan sasaran atau standar yang sudah
didefinisikan memberikan lebih banyak penghargaan kepada mereka
yang berkinerja lebih baik.
2. Akuilah bahwa kegagalan memberikan respon mempunyai
konsekuensi yang bersifat mendorong. Para manajer mempengaruhi
bawahan melalui pekerjaan yang tidak mereka lakukan demikian juga
melalui pekerjaan yang mereka lakukan. Kurangnya penghar-gaan dapat
mempengaruhi perilaku karyawan. Para manajer seringkali sadar bahwa
tugas membeda-bedakan antar karyawan dan tidak menyenangkan tetapi
perlu dilakukan. Salah satu cara untuk melakukan pembedaan adalah
dengan memberi penghargaan kepada sebagian karyawan dan tidak
memberi penghargaan kepada karyawan lainnya.
3. Beritahukan kepada karyawan pekerjaan yang harus mereka
lakukan untuk mendapat penghargaan. Jika karyawan mempunyai
standar yang dipakai untuk mengukur pekerjaan, mereka bisa menata
sendiri sistem umpan balik agar mereka memperoleh kesempatan
melakukan penilaian sendiri tentang pekerjaannya. Para karyawan
seterusnya akan dapat menyesuaikan pola kerjanya masing-masing.
4. Informasikan kepada karyawan tentang pekerjaan yang keliru
mereka lakukan. Sebagian besar karyawan ingin memperoleh
penghargaan positif. Seorang manajer yang tidak memberi penghargaan
kepada bawahan harus menjelaskan mengapa penghargaan itu tidak
diberikan. Selanjutnya karyawan dapat menyesuaikan perilakunya dan
bukan membuang-buang waktu untuk mencoba menemukan perilaku
yang akan mendapat penghargaan.
270
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
5. Jangan jatuhkan hukuman terhadap pekerja di depan karyawan
lain. Kritik yang membangun bermanfaat untuk menghilangkan perilaku
yang tidak diinginkan. Namun hukuman dan kritik diberikan terhadap
karyawan jangan di depan karyawan lainnya. Hal ini menurunkan rasa
hormat dan harga diri karyawan tersebut. Akibatnya Anggota kelompok
kerja lainnya akan bersimpati kepada karyawan yang mendapat hukuman
dan membenci penyelia yang menjatuhkan hukuman.
6. Bersikaplah adil. Sesuaikan konsekuensi dengan perilaku karyawan.
Jangan memberikan penghargaan yang tidak adil terhadap karyawan
jika karyawan tersebut adalah pekerja yang baik. Misalnya Sebagian
manajer mengalami kesulitan untuk memuji; yang lainnya kesulitan
menasihati karyawan bahwa yang dikerjakannya itu salah. Orang yang
terlalu banyak dihargai mungkin merasa bersalah dan orang yang kurang
dihargai mungkin menjadi marah
17.12. Program Disiplin Positif
Penggunaan disiplin positif atau disiplin yang tidak menghukum banyak
dipergunakan organisasi untuk memperbaiki kinerja karyawan. Aspek-aspek
esensial program disiplin positif dapat dipaparkan sebagai berikut:
Kalau diskusi disiplin gagal menghasilkan perubahan yang diinginkan,
manajemen membiarkan individu mengambil cuti satu hari untuk mengambil
keputusan namun perusahaan tetap membayar karyawan tersebut. Ini untuk
menunjukkan bahwa organisasi tetap memandangnya sebagai anggota
organisasi dan menghilangkan kebencian dan permusuhan yang ditimbulkan
oleh tindakan dalam memberi hukuman.
Program seperti ini memberi tanggung jawab terhadap perilaku karyawan
itu sendiri. Program ini memberitahu karyawan bahwa perusahaan peduli
dan akan tetap mempekerjakan karyawan selama ia berkomitmen untuk
bekerja dengan baik. Jika karyawan membuat komitmen maka perusahaan
mempunyai karyawan yang baik. Jika karyawan memutuskan untuk keluar
maka ia tidak punya alasan riil untuk menyalahkan perusahaan. Jenis
program seperti ini tampaknya berhasil.
271
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
17.13. Program Bantuan Karyawan
Program bantuan karyawan (PBK) menolong karyawan mengatasi
masalah-masalah kronis pribadi yang menghambat kinerja dan kehadiran
karyawan di tempat kerja.
Program bantuan karyawan (Employee Assistance Programs-EAP) yang
berhasil mempunyai sifat-sifat berikut ini:
o Mendapat Dukungan dari manajemen puncak
o Mendapat Dukungan dari karyawan ataupun serikat pekerja
o Kerahasiaan tetap terjaga
o Selalu Tercipta akses yang mudah
o Selalu Terdapat Penyelia yang terlatih
o Terdapatnya Pengurus serikat pekerja yang terlatih.
o Tersedianya Asuransi
o Ketersediaan layanan bantuan dan referensi
o Terdapatnya Kepemimpinan yang profesional dan terampil
o Berperannya Sistem sebagai pemantau, penilai, dan perevisi
Program Bantuan terhadap karyawan dirancang untuk memberikan
bantuan yang bemilai terhadap karyawan namun banyak karyawan yang
membutuhkan bantuan tapi gagal dalam memanfaatkannya jika tidak
dihadapkan dengan altematif dipecat. Tingkat keberhasilan karyawan dengan
mengikuti Program Bantuan Karyawan adalah tinggi. Kesuksesan dapat
terwujud dengan memperoleh tingginya kinerja karyawan dan pengurangan
tingkat absensi yang jauh melampaui biaya Program Bantuan Karyawan .
17.14. Manajemen Pribadi
Manajemen pribadi (self-management) adalah suatu pendekatan
yang relatif baru untuk mengatasi ketidak sesuaian kinerja terhadap para
karyawan. Poin ini digunakan untuk mengajari karyawan menjalankan
kendali terhadap perilakunya sendiri. Manajemen pribadi, dimulai ketika
orang menilai permasalahannya sendiri dan menetapkan tujuan yang tinggi
dan spesifik (tetapi individual) dalam kaitannya dengan permasalahan
yang dihadapi karyawan. Seterusnya para karyawan membahas cara-
cara untuk memudahkan atau menghalangi pencapaian tujuan.
272
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Tantangannya berupa mengembangkan strategi yang menghilangkan
hambatan terhadap keberhasilan kinerja. Manajemen pribadi mengajari
orang mengamati perilakunya sendiri. Membandingkan outputnya dengan
tujuannya, dan memberikan dorongan untuk menopang komitmen terhadap
tujuan dan kinerja yang ingin dicapainya.
Meskipun manajemen pribadi efektif untuk berbagai masalah kinerja,
implementasi yang terjadi bisa rumit terutama bagi manajer. Manajer sering
merasakan ancaman kehilangan kekuasaan dan akhimya gengsi ketika sadar
bahwa bawahannya mengungguli manajernya sendiri. Manajer segera menyadari
bahwa khazanah kemampuan mereka paling tidak sebagian sudah usang.
Menurut Jim Kouzes, direktur utama Tom Peters Group, manajemen pribadi
memerlukan pengarahan dari pihak manajer. Jika sebagai pimpinan
menginginkan karyawan melakukan yang benar, ajarilah mereka dengan
yang benar dan kemudian tunjukkan kepada mereka melalui perilaku para
manajer itu sendiri.
17.15. Program Bantuan Karyawan Mendukung Kesuksesan.
Program bantuan karyawan (PBK) berhasil pada awal dekade 1990-
an, semakin banyak perusahaan mempunyai program-program yang
berhasil, tetapi program tersebut memperhatikan lebih banyak jenis
masalah dan menghemat uang perusahaan lebih banyak daripada
sebelumnya.
Secara keseluruhan, perusahaan di Amerika menanamkan modal
sebanyak $798. setahun dalam Program Bantuan Karyawan. Untuk setiap
dolar yang diinvestasikan, kerugian diperkirakah sebesar $5. Dalam
setahun ada $3,9 milyar yang diperoleh kembali dari kerugian, demikian
menurut statistik yang dikumpulkan Employee Assistance Professional
Association (EAPA), yang bermarkas di Arlington, Virginia. Pemulihan
kerugian adalah uang yang bila tidak terpakai akan dikeluarkan untuk
tingkat absensi, tunjangan sakit, dan kecelakaan kerja.
Sebuah survei terhadap lima perusahaan yang dimuat dalam
American Man-agement Magazine menunjukkan bahwa Program Bantuan
terhadap Karyawan menyebabkan pengurangan biaya yang sangat besar,
termasuk penurunan 33 persen peng-gunaan tunjangan sakit, 65 persen
273
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kecelakaan kerja, 30 persen klaim kompensasi pekerja, dan 74 persen
waktu yang dihabiskan penyelia untuk memberi teguran. Ketidak hadiran
karyawan yang disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol turun sebanyak
66 persen.
17.16. BPK Disesuaikan Dengan Kebutuhan.
Program Bantuan Karyawan mula-mula diciptakan untuk memerangi
alkoholisme tetapi meluas kepada masalah- keluarga, keuangan, dan
hukum. Dengan demikian, demografi dan geografi, memainkan peran besar
dalam menentukan tipe Program Bantuan Karywan yang digunakan
perusahaan. Carpenter Technology Corpo-ration di Reading, Pennsylvania,
misalnya, pemah berlokasi sekitar seratus mil dari Atlantic City, New
Jersey. Kedekatan jarak memungkinkan semua karyawan ikut berjudi di
kasind Dan East-ern Pennsylvania telah meraup kekayaan dari pacuan
kuda tempat sebagian besar karyawan menghabiskan banyak uang dan
waktu, kata Gregory DeLapp, karyawan PBK yang menangani tiga ribu
enam ratus karyawan perusahaan tersebut. Untuk tujuan finansial,
organisasi telah memperoleh segalanya dari masalah-masalah yang
berkaitan dengan pembiayaan praktis untuk tujuan lain, yaitu memberikan
uang kepada orang-orang yang salah, yaitu untuk menutupi pembayaran
hutang-hutang judi para karyawan. PBK perusahaan itu membantu
karyawan menghentikan pencarian solusi jangka pendek seperti kas bon
atau pinjaman dan mencapai solusi jangka panjang melalui konseling
atau penyerahan diri.
17.16.1.MASALAH PERKAWINAN
Perkawinan dan hubungan keluarga cenderung menjadi masalah
paling umum yang dibawa karyawan ke Program Bantuan Keluarga,
walaupun penyalah gunaan obat makin berpengaruh pada kinerja dan
makin banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan.
Kenya-taannya masalah perkawinan dan keluarga berjumlah 40 sampai
50 persen dari pengaduan yang diterima PBK, demikian kata Keith
McClean, direktur utama Employee Assis-tance Society of North America
(EASNA), yang bermarkas di Oak Park, Ilinois.
274
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
5. Tetapi meskipun PBK telah berkembang selama bertahun-tahun,
program-program ini tidak menyimpang. Seorang wiraniaga yang baik yang
diserahkan kepimpinannya karena minum alkohol terlalu banyak. Susan
Swan-Granger, seorang direktur eksekutif Employee Assistance of Central
Virginia, mencerca pimpinan dan wakil direktur utamanya. Namun
keesokan harinya, ia tidak ingat tentang hal tersebut. Para pimpinan bisa
saja memecatnya karena hal tersebut namun tidak melakukannya sebagai
gantinya mereka mendesak agar karyawan tersebut mengutarakan
masalah yang terjadi padanya ke Program Bantuan Karyawan. Kejadian
tersebut menunjukkan dengan jelas cita-cita Program Bantuan Karyawan.
Mereka merehabilitasi dan bukan menghukum karyawan.
17.16.2. Pekerja Jarak Jauh.
Pada era sekarang pekerja jarak jauh merupakan suatu kemajuan,
konsekuensinya peran manajemen pribadi dalam sistem manajemen
kinerja keseluruhan juga menjadi tumbuh dan berkembang.
Di Arizona dan California karyawan bekerja jarak jauh. Ini dilakukan
sebagai suatu cara untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh
karyawan yang pulang-pergi jarak jauh. Namun secara praktek cara ini
cepat menyebar karena berbagai alasan antara lain termasuk kebutuhan
karyawan akan fleksibilitas. Berdasarkan informasi 6,6 juta warga Amerika
tahun 1996 adalah pekerja jarak jauh.
Namun demikian beberapa kajian menunjuk-kan dan mengejutkan
manajer bahwa para bekerja jarak jauh produktivitasnya meningkat.
Keberhasilan tatanan bekerja jarak jauh memperlihatkan bahwa karyawan
mempunyai kecakapan dalam manajemen pribadinya. Di lain pihak, para
manajer karyawan yang bekerja jarak jauh sering menyadari bahwa mereka
tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola karyawan
manajemen pribadi dengan efektif. Menurut Carol Nolan, sebagian masalah
manajer karyawan yang bekerja jarak jauh Pacific Be di Los Angeles, adalah
pandangan mereka terhadap perannya sendiri dan mereka telah melakukan
pekerjaan bagus untuk meyakinkan para manajer bahwa mereka harus
mendatangi karyawannya untuk memastikan para karyawan melaksanakan
pekerjaan mereka.
275
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Cara yang terbaik adalah mengganti supervisi langsung dengan
manajemen berdasarkan hasil. Keterampilan ini mengharuskan
pembelajaran dan pengembangan pada tingkat kepercayaan di antara
karyawan. Sebagaimana dikatakan penanggung jawab dari dua puluhan
orang yang bekerja jarak jauh di Apple Computer yang menyatakan hal
Ini merupakan langkah maju yang penting sebagai manajer untuk lebih
memusatkan diri pada sasaran daripada cara pekerjaan itu dilaksanakan.
17.16.3.Hukuman
Meskipun sebagian besar karyawan ingin menjalankan pekerjaannya
sendiri dengan cara yang bisa diterima oleh organisasi dan rekan kerjanya,
masalah absensi, kinerja, dan pelanggaran terhadap peraturan meningkat.
Ketika diskusi informal atau pengarahan gagal menetralisir perilaku
menyimpang ini, diperlukan tindakan disiplin formal.
Sasaran hukuman adalah mengurangi frekuensi perilaku yang tidak
diinginkan. Hukuman bisa meliputi konsekuensi material, seperti pemotongan
gaji, skorsing disipliner, Tanpa gaji, penurunan jabatan, atau akhirnya,
pemberhentian. Hukuman yang lebih umum bersifat interpersonal dan
mencakup teguran lisan dan petunjuk-petunjuk non verbal, seperti kerut di
dahi, dan bahasa tubuh agresif.
Hukuman sering digunakan organisasi untuk dapat mencapai hasil yang
relatif langsung. Hukuman memberi dorongan kepada para penyelia karena
mereka merasa telah mengambil tindakan. Hukuman merupakan perangkat
manajemen yang efektif karena hal-hal berikut:
o Meningkatkan disiplin supaya mengingatkan karyawan marjinal bahwa
kinerja yang rendah tidak dapat diterima dan perlu adanya perubahan
perilaku. mempunyai daya penguat yang seolah-olah dipahami sendiri.
Ketika karyawan dihukum, disiplin itu memberi isyarat kepada karyawan
lain mengenai kinerja dan perilaku yang diharapkan dari para karyawan
tersebut.
o Disiplin bagi karyawan dianggap dapat meningkatkan motivasi dan
semangat kerja serta kinerja para karyawan.
Hukuman ( punishment) membawa efek samping yang tidak diinginkan.
Misalnya, seorang karyawan yang ditegur karena kinerjanya rendah mungkin
276
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
menjadi defensif dan marah kepada penyelia dan organisasi tersebut.
Sebagaimana terlihat dari banyak berita pers, kemarahan ini bisa
mengakibatkan sabotase (menghancurkan peralatan, menjual rahasia) atau
pembalasan (menembak penyelia). Hukuman seringkali juga hanya membawa
tekanan jangka pendek perilaku yang tidak diinginkan, tetapi tidak
menghapuskannya. Persoalan lain adalah bahwa kontrol perilaku yang tidak
diinginkan akhimya tergantung pada pemberi hukuman. Sebagai contoh,
suatu organisasi dengan prosedur disipliner yang progresif mungkin
merumahkan seorang karyawan tanpa gaji karena terlalu sering terlambat.
Jika ini terjadi pada permulaan musim memancing, karyawan tersebut
mungkin senang tidak masuk kerja.
Efek negatif hukuman dapat dikurangi dengan memasukkan beberapa
prinsip, yang meliputi hal-hal berikut:
* Berikan peringatan secukupnya dan jelas. Banyak organisasi
mendefinisikan tahapan-tahapan disipliner dengan jelas. Misalnya
pelanggaran pertama mungkin menerima peringatan lisan, pelanggaran
kedua peringatan tertulis pelanggaran ketiga, skorsing disipliner dan
pelanggaran keempat pemecatan.
* Jalankan disiplin sebaik dan secepat mungkin. Jika sudah lama berlalu
perilaku tidak efektif dan disiplin susah untuk ditegakkan.
* Jalankan disiplin yang sama bagi perilaku untuk setiap karywan pada
setiap saat. Disiplin harus dilaksanakan dengan adil dan konsisten.
* Jalankan disiplin dengan tidak pandang bulu. Disiplin harus didasarkan
pada perilaku tertentu, bukan pada orang tertentu.
Penyelia atau manajer langsung memainkan peran integral dalam
melaksanakan disiplin, departemen sumber daya manusia harus mendidik
para manajer dan penyelia tentang kebijakan disipliner organisasi, dan melatih
mereka menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.
17.16.4. Memperbaiki Kinerja
Membantu karyawan khususnya yang bermasalah dalam memperbaiki
kinerja karyawan adalah tugas yang berat. Tugas ini mudah membuat
frustrasi dan cemas jika hanya dengan apa adanya. Bahkan ketika pimpinan
menginginkan upayanya jalan namun tidak jalan. Ketika memutuskankan
277
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
bahwa tidak ada lagi jalan lain, pimpinan sebenamya mengatakan tidak
berguna lagi waktu dan tenaga kita membantu karyawan tersebut dalam
memperbaiki dirinya. Kesimpulan ini tidak boleh dibuat secara tergesa-gesa,
karena organisasi telah menginvestasikan banyak sekali waktu dan uang
dalam memilih dan melatih karyawannya. Meskipun demikian, beberapa
situasi mungkin menuntut langkah- drastis, termasuk ketika:
Kinerja secara aktual menurun dan memburuk.
Perilaku karyawan berubah sedikit sekali sehingga tidak cukup untuk
mendukung kinerja.
Perilaku karyawan bermasalah tetap tidak menglami berubah.
Perubahan perilaku secara drastis terjadi segera, tetapi perbaikan tidak
terjadi.
Jika kinerja tidak juga meningkat walaupun telah diberi peringatan dan
konseling berulang-ulang, maka ada empat alat penolong terakhir yang dapat
dimanfaatkan yaitu sebagai berikut :
1. Rotasi Karyawan.
Kadangkala karyawan sangat tidak sesuai dengan pekerjaannya. Jika
karyawan mempunyai keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan,
mungkin memindahkannya akan efektif. Pemindahan dirasakan tepat jika
kekurangan kinerja mempunyai sedikit sekali efek atau tidak ada sama sekali
pada posisi baru. Persoalannya, adalah harus tersedia pekerjaan bagi
karyawan yang bermasalah tetapi tetap berpegang pada kualitas.
2. Restrukturisasi.
Sebagian pekerjaan sangat tidak menyenangkan atau berat, sehingga
karyawan berperilaku seolah-olah ia juga tidak senang dan berat
melaksanakannya. Untuk persoalan ini, solusinya mungkin adalah
mendesain ulang peker-jaan dan bukan mengganti karyawan. Mungkin masuk
akal juga mendesain ulang suatu posisi guna memanfaatkan kekuatan-
kekuatan karyawan tertentu. Misalnya, jika seorang karyawan mempunyai
keahlian teknik yang luar biasa, desain ulang pekerjaan mungkin
menambahkan tugas-tugas yang dapat memanfaatkan keahlian karyawan
tersebut.
278
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
3. Pemutusan Hubungan Kerja.
Pemecatan umumnya dibenarkan karena sikap tidak jujur, absensi yang
menjadi kebiasaan, pelanggaran berat, dan pembangkangan, termasuk
penolakan mentah-mentah untuk melakukan hal-hal tertentu yang diminta,
dan produktivitas yang terus-menerus rendah dan tidak dapat dikoreksi melalui
pelatihan. Sayangnya, pemecatan, bahkan dengan alasan yang dibenarkan,
tidak menyenangkan. Di samping merepotkan administrasi, dokumentasi,
dan kertas kerja terkait, para penyelia seringkali merasa bersalah. Berpikir
untuk duduk di depan seorang karyawan dan menyampaikan berita buruk
membuat sebagian besar penyelia cemas. Akibatnya, mereka menunda
pemecatan dan membenarkan penundaan dengan mengatakan bahwa mereka
tidak akan mampu mencari seorang pengganti yang lebih baik dari karyawan
tersebut. Walaupun demikian, ketika karyawan memikirkan konsekuensi
suatu kesalahan, mabuk, atau sedang di bawah pengaruh obat waktu bekerja,
pemecatan mungkin efektif dari segi biaya. Untuk memastikan bahwa proses
itu kelihatan adil, diperlukan waktu yang lama agar tampak sebanding dengan
keputusan yang tidak menyenangkan yang harus dilakukan pimpinan.
4.Netralisasi.
Netralisasi seorang karyawan bermasalah membutuhkan restrukturisasi
pekerjaan karyawan itu dengan cara tertentu sehingga perbaikan yang
dibutuhkannya mempunyai efek sesedikit mungkin. Memberikan tugas
penting terhadap karyawan bisa lebih produktif. Karena semangat kelompok
bisa rusak bila karyawan yang tidak efektif diberi perlakuan khusus. Netralisasi
harus dihindarkan kapan saja bila memungkinkan. Namun netralisasi temporer
mungkin dirasakan praktis dan bahkan menolong karyawan seperti
mendekati pensiun atau mengalami masalah pribadi yang tidak biasa karena
sakit atau masalah keluarga.
5.Arbitrasi
Arbitrasi digunakan dalam lingkungan yang mempunyai serikat pekerja
dalam organisasinya. Penggunaan arbitrasi semakin populer dan meluas
dikalangan organisasi perusahaan. Konferensi Nasional Komisaris
Penyeragaman Hukum Negara Bagian menyarankan sebuah statuta ketenaga
kerjaan yang membiarkan sebagian besar karyawan yang dipecat membawa
279
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kasusnya ke arbitrasi yang netral. Beberapa perusahaan telah memprakarsai
arbitrasi intern mereka di mana suatu kelompok panel yang tersusun dan
rekan-rekan sejawat.
Arbitrasi dipandang sebagai alternatif efektif tuntutan hukum yang
berbiaya mahal yang sering berkembang mengikuti langkah terakhir dalam
proses disipliner pemberhenti. Dengan menggunakan arbitrasi seorang
karyawan mungkin sungguh- sungguh menyerah untuk menggunakan
proteksi yang secara legal dikandung dalam beberapa kasus, seperti yang
ditawarkan oleh Undang-undang Diskriminasi Umur dalam Ketenagakerjaan.
Bagaimanapun, pengalaman Marriott Hotel Corporation mengesankan bahwa
dengan memasuki arbitrasi, seorang karyawan punya kemungkinan yang
hampir sama dengan pemilik perusahaan untuk menang.
Pepsi-Cola International
Komunikasi di lingkungan internasional sulit terjadi dalam keadaan yang
paling baik. Komunikasi memberikan peluang besar tersedianya kesalah
pahaman dalam hal bahasa dan, sebagaimana diketahui setiap diplomat. Di
Pepsi-Cola Inter-national, hamparan 150 budaya yang secara potensial
berbeda memungkinkan tingkat kesalah pahaman pada hampir setiap topik
terjadi secara terus-menerus. Masalah pemahaman kinerja seperti apa yang
diharapkan dan seorang individu tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada
pernyataan nilai-nilai.
Pada awal 1980-an, setiap manajer di Pepsi-Cola International
mempunyai harapan terhadap standar kinerja individu yang bervariasi dari
negara yang satu dengan negara lain, dan semuanya sering pula tergantung
pada maksud baik manajer. Misalnya, di Eropa Timur, bisa diterima seorang
manajer memenuhi kuota dan sesudahnya mengambil libur yang tersisa,
tetapi di Jerman, peningkatan terus-menerus output dan efisiensi diharapkan.
Maka, perangkat yang sederhana tapi langsung dan secara kultural fleksibel
diperlukan untuk mengembangkan lebih banyak konsistensi dalam mengatur
kinerja yaitu umpan balik yang cepat.
Umpan Balik Cepat. Umpan balik cepat ada di puncak rantai sistem
umpan balik yang dirancang untuk memperbaiki dan mempertahankan tingkat
kinerja pribadi (lihat Peraga 17.6).
280
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pepsi-Cola International secara fundamental adalah organisasi yang
digerakkan umpan balik. Umpan balik merupakan bagian dan setiap alat
yang digunakan untuk mengukur dan meningkatkan kinerja. Prinsip umpan
balik menyatakan bahwa jika karyawan punya masalah atau ide tentang
aspek bisnis apa saja atau tentang kinerja seorang individu, maka organisasi
menuntut karyawan mengangkat isu tersebut dengan tepat dan
mendiskusikannya secara matang.
Tetapi barangkali aspek paling menarik dan umpan balik cepat adalah
bahwa umpan balik ini telah berjalan di setiap kebudayaan, dengan beberapa
modifikasi. Amerika menggunakannya karena sesuai dengan cara mereka
menjalankan bisnis dengan langkah cepat.
Peraga 17.6
Rantai Mekanisme Urnpan Balik di PCI
Apa Frekuensi
Aktifitas umpan balik dilaksanakan dengan cepat Harian
Aktivitas Pelatihan untuk manajemen kinerja Per peristiwa
Penilaian kinerja berdasarkan tanggung jawab Tahunan
Pelaksanaan Umpan balik untuk pengembangan karir Tahunan
Pelaksanaan Rencana Sumber Daya Manusia secara kontiniu Tahunan
Bangsa Kanada mengatakan bahwa bangsa Amerika terlalu lugu, dan
sebagian bangsa Eropa mungkin mengatakan bangsa Amerika terlalu
menuntut dan cerewet. Pada sebagian besar kebudayaan Asia, banyak
kepala yang mengangguk terjadi selama umpan balik seketika, yang
dianggap bangsa Amerika menunjukkan persetujuan tetapi sebenamya hanya
menandakan bahwa pesan itu sudah didengar. Beberapa bangsa Latin akan
berargumen dengan keras jika mereka tidak setuju dengan umpan balik itu,
dan sebagian orang India dan negara-negara lain akan menuntut kejelasan
dan hal-hal yang spesifik lainnya. Dalam konteks budaya manapun, pesan
kinerja umpan balik cepat tersampaikan dan perdebatan sehat bisa terjadi.
Fokus umpan balik cepat adalah meningkatkan kinerja bisnis. Sebagian
orang berpendapat bahwa metode ini sangat komunikatif dan efektif tetapi
hal itu hanya benar sebagian.
281
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Empat mekanisme manajemen kinerja individu lainnya yang dipakai
Pepsi-Cola International juga tercantum dalam Peraga 17.6. Maksud
masing-masing alat ini adalah untuk memperbaiki kinerja individu
berhadapan dengan sasaran bisnis. Sebagai contoh, Pepsi-Cola
International mempunyai suatu lokakarya manajemen kinerja yang
dirancang untuk membantu manajer dan karyawan memahami bagaimana
dan mengapa manajemen kinerja merupakan keunggulan kompetitif dan
mengapa manajemen kinerja dapat membantu memastikan keberhasilan
individu. Lokakarya ini disampaikan oleh staf setempat, mengambil konsep
umpan balik cepat sebagai titik awal dan menghubungkan alat-alat umpan
balik satu sama lain. Maksudnya adalah untuk memastikan bahwa
manajemen kinerja terjadi senetral mungkin sesuai dengan budaya.
Lokakarya manajemen kinerja bisa disampaikan dalam bahasa setempat,
dan peserta didorong untuk mencari cara-cara untuk menerapkan prinsip-
prinsip bersama dengan adat-istiadat dan budaya setempat.
17.18. Perbandingan Internasional
Aspek-aspek budaya yang mendasari sistem manajemen A.S. Tiga
puluh enam orang merasa, komitmen yang kuat pada filosofi meritokrasi
adalah nilai khas masyarakat Amerika. Meritokrasi menekankan keadilan,
yaitu mengevaluasi orang menurut kontribu-sinya berkaitan dengan pekerjaan.
Para manajer juga mencatat orientasi jangka pendek di Amerika yang
ditekankan pada penilaian tahunan yang semata-mata didasarkan pada kinerja
saat ini.
Dalam budaya lainnya, meritokrasi tidak begitu kuat dikembangkan sebagai
prinsip penuntun. Gantinya ialah lebih banyak penekanan pada persoalan status,
ikatan keluarga, dan kesetiaan kepada penyelia atau organisasi. Kinerja kini
tidak selalu menjadi kriteria terpenting. Perilaku dalam perjalanan waktu dan
potensi untuk masa depan yang lebih ditekankan.
Bukti menyatakan bahwa para manajer A.S. yakin akan sudut pandang
penguasa. jika seseorang bekerja keras dan mempunyai kemampuan serta
motivasi untuk bekerja dengan baik, karirnya bisa maju dan berkembang di
perusahaan. Pandangan yang lebih fatalistis lebih menonjol di banyak negara
lain. Yaitu, orang-orang yang dilahirkan dalam suatu kelas tertentu, sehingga
tidak peduli apa pun yang mereka kerjakan, mereka tidak akan mampu
282
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
memperbaiki posisinya. Dalam budaya semacam ini, sistem manajemen kinerja
mungkin tidak diperlukan.
Bangsa Amerika juga mempunyai gagasan-gagasan sangat spesifik
mengenai kriteria penilaian kinerja. Misalnya, pakar manajemen Peter Drucker
menulis: “Seorang majikan tidak ada urusannya dengan kepribadian seseorang.
Ketenagakerjaan adalah kontrak tertentu yang menghendaki kinerja tertentu
dan bukan hal lainnya.
Negara-negara Palung Pasifik.
Kebanyakan perusahaan Palung Pasifik menggunakan proses penilaian
formal dan informal untuk mengembangkan dan memberi penghargaan atas
kinerja karyawan. Namun, mereka tampaknya kurang mengandalkan diri
pada sistem. formalistik canggih seperti di perusahaan Amerika. Sebagian
besar dialog mengenai kinerja terjadi secara informal dari orang ke orang
atau dalam kelompok, dan bukan dalam pertemuan-pertemuan formal.
1. Korea.
Di Korea, sistem penilaian kinerja berlangsung pada seluruh perusahaan
besar dan sebagian besar perusahaan kecil. Karena promosi didasarkan terutama
pada senioritas, penilaian kinerja dilaksanakan terutama untuk konseling dan
pengembangan. Cakupan penilaian kinerja bervariasi antar perusahaan, dengan
sebagian perusahaan melakukan pendekatan kepada proses formal, hampir
ritualistis, sedangkan yang lainnya melakukan pendekatan secara sangat
informal.
Salah satu alasan praktek penilaian yang bervariasi cakupannya adalah
pada karyawan Korea yang percaya sifat kerja yang kooperatif membuatnya
mustahil membedakan tingkat kinerja antar karyawan dengan tingkat akurasi
manapun. Akibatnya, variabel-variabel semacam senioritas, loyalitas, sikap yang
pantas, dan inisiatif paling tidak sama pentingnya dengan kinerja jabatan aktual.
Praktek-praktek di Sunkyong adalah contoh pendekatan yang lebih formal
penilaian di Korea. Proses penilaian dimulai dengan inventarisasi penilaian diri
sendiri secara panjang lebar yang diselesaikan oleh karyawan. Hasil didiskusikan
bersama penyelia langsung terhadap karyawan tersebut dan selanjuttnya
bersama penyelia dari penyelia langsung. Penilaian rekan sejawat secara
283
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
ekstensif juga digunakan di perusahaan- lain, pembahasan penilaian tidak lebih
dan pertemuan-pertemuan konseling individu yang bersifat informal.
2.Republik Rakyat Cina.
Sejak Revolusi Budaya 1978, praktek-praktek manajemen di Republik
Rakyat Cina (RRC) telah mengalami perubahan yang berarti. Yang paling
menonjol adalah pergeseran sistem manajemen industri Stalinis (dengan
sentralisasi, rencana terperinci, dan prosedur operasi standar) ke sistem
motivasional baru yang menekankan tanggung jawab dan kinerja. Sejak 1984,
hal terpenting ialah menghitung keuntungan sebelum bertindak, dan bukan
melakukan hal yang sebaliknya.
Pada tingkat perusahaan, perubahan ini disertai peralihan dari
manajemen partisipatori dalam tradisi Yan’an (dengan pengambilan
keputusan yang pluralistik dan kontrol yang ketat) ke struktur
kepemimpinan kolektif baru. Sesuai dengan Dokumen Keputusan RRC
tahun 1984, Perusahaan-perusahaan modem harus mempunyai divisi kecil
perburuhan, tingkat kontinuitas produksi yang tinggi, tuntutan teknologi
yang ketat dan tingkat kerja sama yang tinggi. Dokumen ini juga
mengharuskan perusahaan menentukan secara eksplisit persyaratan tiap
pos pekerjaan dan tugas masing-masing pekerja dan staf.
Akibat reformasi ini, kinerja di perusahaan-perusahaan Cina telah
mendapat penekanan yang semakin meningkat. Pada waktu lalu,
keuntungan langsung kembali kepada negara (bagian). Semenjak Revolusi
Budaya itu, sebagian keuntungan dapat ditahan dan dibagikan kepada
karyawan. Bahkan dengan standar Barat, bonus kinerja bahkan untuk
pekerja tingkat rendah adalah tinggi, rata-rata sepertiga gaji tahunan
seorang karyawan. Namun, alokasi penghargaan ini didasarkan pada
kinerja organisasi ketimbang kinerja individu.
Dengan memperhatikan pergeseran nilai, sebuah studi baru-baru ini
menemukan bahwa kinerja obyektif merupakan faktor penentu terpenting
rating kinerja, baik dari pengambil keputusan A.S. maupun Cina. Namun,
bangsa Cina sangat terpengaruh oleh loyalitas dan tanggung jawab karyawan
ketika melakukan penilaian kinerja. Tampaknya, nilai-nilai budaya tradisional
Cina dalam mendefinisikan kinerja dalam pengertian luas masih tetap hidup.
284
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Evaluasi kinerja di Cina juga mencakup satu sisi: kritik pribadi. Format
pertemuan yang diadakan untuk memberikan kritik pribadi, yang disebut
pertemuan Hsiao-tsu, dianjurkan oleh komite pusat pemerintah nasional.
Sasaran resminya adalah untuk menciptakan kelompok-kelompok yang lebih
kompak melalui identifikasi perilaku yang tidak sensitif dan perilaku-perilaku
lain yang menyimpang. Pertemuan-pertemuan itu terlihat berfungsi sebagai
pertemuan penilaian ke atas di mana karyawan dengan peringkat lebih rendah
bisa membuat perlakuan salah dalam benak maupun rill dan itu diketahui
manajemen.
3.Jepang.
Penilaian kinerja akan terlihat sebagai mekanisme pengendalian yang
tidak diperlukan perusahaan Jepang, yang menekankan rotasi jabatan
promosi yang lamban, dan loyalitas kelompok, ketimbang loyalitas individu.
William Ouchi, pakar manajemen lintas budaya mengemukakan bahwa
karyawan Jepang dikendalikan secara tidak langsung dan cerdik yang sangat
berlawanan dengan sistem pengendalian formal dan eksplisit yang digunakan
di Amerika Serikat.
Semakin meningkat jumlah perusahaan Jepang yang menggunakan
penilaian formal untuk mengevaluasi kontribusi karyawan dan untuk
mengembangkan merek menjadi karyawan yang lebih baik. Namun, konsep
kinerja di Jepang memiliki makna yang berbeda dari negara-negara Barat.
Sebagai contoh, penilaian berkala didasarkan pada pencapaian pendidikan
dan karakteristik kemampuan pekerjaan, seperti keterampilan berkomunikasi,
kerja sama, dan rasa tanggung jawab, ketimbang pada hasil kerja. Konsep
Jepang mengenai kinerja tidak hanya mencakup pencapaian hasil tetapi
juga pelaksanaan usaha-usaha yang jujur.
17.9.KESIMPULAN
Kinerja karyawan yang tidak efektif mewabah di seluruh organisasi,
paling tidak untuk beberapa waktu. Agar sistem manajemen kinerja berjalan
efektif, sistem ini memudahkan pengumpulan data penilaian kinerja dan
memungkinkan manajer memanfaatkan informasi tersebut. Organisasi yang
telah mengembangkan sistem manajemen kinerja yang efektif memperoleh
imbalan berupa meningkatnya produktivitas, kondisi kerja yang baik dan
285
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
bermutu, dan ketaatan terhadap hukum.
Karena tujuan ganda evaluasi dan pengembangan, konflik dalam sistem
penilaian tidak bisa dihindari. Konflik-konflik ini jika tidak diperhatikan akan
melumpuhkan efektivitas sistem manajemen kinerja manapun.
Sistem manajemen kinerja yang efektif dapat menghindari konflik yang
melekat dengan cara :
(1) memusatkan diri pada perilaku dan bukan pada sifat-sifat subyektif.
(2) menggunakan aneka sumber informasi penilaian untuk meningkatkan
keandalan dan validitas serta sekaligus memastikan bahwa proses
yang terjadi adil.
(3) Mendelegasikan tanggung jawab penilaian terhadap karyawan.
(4) Menetapkan sasaran yang mengintegrasikan kebutuhan semua pihak.
(5) Melaksanakan wawancara penilaian dalam pemecahan masalah secara
efektif.
Meskipun banyak teori motivasi menjelaskan kinerja manusia dalam
organisasi, satu kerangka diagnostik yang dapat digunakan untuk membantu
para penilai mendapatkan akar penyebab suatu permasalahan yang terjadi
terhadap kinerja. Dengan menggunakan kerangka ini dapat dipahami
kesenjangan yang terjadi terhadap kinerja karyawan, yang dapat merupakan
dasar untuk memilih strategi yang berbeda-beda guna meningkatkan kinerja.
Dari sudut pandang pengembangan, strategi yang melibatkan partisipasi
dan kejelasan tugas mendorong perbaikan yang diarahkan untuk diri sendiri.
Akhirnya, karyawan-karyawan yang bermasalah mungkin membutuhkan
bantuan dari luar melalui konseling atau Program Bantuan Karyawan. Kontrol
perilaku juga dapat dicapai dengan menghubungkan penghargaan dengan
perilaku atau dengan menggunakan norma-norma kelompok atau organisasi.
Dalam beberapa kasus untuk menetralisir perilaku negatif atau dalam kasus-
kasus ekstrem untuk memecat karyawan mungkin perlu dilakukan, tetapi
strategi ini dapat digunakan jika semua strategi yang telah dilakukan gagal.
Pertanyaan Diskusi
1. Bagaimana membuat sistem umpan baliknya bersifat impersonal tetapi
bisa sangat membantu kebijakan organisasi.
286
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Sumber-sumber konflik apa yang melekat pada penilaian kinerja?
Bagaimana sumber-sumber itu dapat dikelola?
3. Apa yang harus dipertimbangkan organisasi dalam merancang proses
untuk memastikan kinerja puncak?
4. Factor apa yang menyebabkan kemerosotan kinerja? Strategi apa yang
digunakan dalam memperbaiki - masing-masing kemerosotan kinerja
tersebut?
5. Apa keunggulan dan kelemahan sistem umpan balik 360-derajat?
6. Umpamanya sdr sekarang sedang menyelia karyawan- yang masuk
dalam salah satu dari tiga kategori: (1) karyawan dengan kinerja efektif
yang punya banyak potensi untuk maju; (2) karyawan dengan kinerja
efektif yang tidak punya motivasi atau kemampuan, atau keduanya,
untuk maju; dan (3) karyawan dengan kinerja yang tidak efektif. Saat ini
adalah waktu untuk melakukan penilaian kinerja, dan Anda harus
merencanakan wawancara dengan bawahan dalam kategori seperti di
atas. Dalam segi apa wawancara tersebut dapat sdr bedakan? Dalam
segi apa wawancara tersebut dapat sama?
7. Apa saja keunggulan manajemen pribadi bagi organisasi dan juga bagi
individu?
8. Diskusikan bagaimana pengaruh netralisasi terhadap kinerja kar-yawan.
9. Uraikan sistem umpan balik yang digunakan oleh PCI di seluruh dunia.
Bagaimana sistem itu bisa bervariasi sesuai dengan budaya?
10. Uraikan beberapa perbedaan dalam umpan balik penilaian kinerja di berbagai
negara di dunia.
Proyek dalam Kelas
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut untuk Lincoln Electric:
a. Tingkat konflik apa yang melekat dalam sistem penilaian kinerjanya?
b. Faktor-faktor apa yang mungkin menjadi sumber kemerosotan
penilaian kinerja?
c. Strategi seperti apa yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja karyawan?
d. Bagaimana strategi yang dapat sdr gunakan dalam memperbaiki
program-program umpan batik dalam perbaikan organisasi?
287
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut untuk AAL:
a. Tingkat konflik seperti apa yang melekat dalam sistem penilaian
kinerjanya?
b. Faktor-faktor apa yang mungkin menjadi sumber kemerosotan dalam
penilaian kinerja?
c. Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawan?
d. Bagaimana sdr memperbaiki program-program umpan balik untuk
perbaikan organisasi?
Proyek Lapangan
1. Margarita Rodriguez ketahuan merokok di mobilnya sekitar empat puluh
menit sebelum waktunya pulang kerja. Carl Otto, seorang karyawan
juga, pada saat yang sama terlihat duduk di dalam mobilnya. Margarita
mencoba menjelaskan kepada penyelianya mengapa ia berada di
mobilnya pada saat itu, tetapi penjelasannya tidak pemah didengarkan;
ia dipecat. “Tidak adil memecat saya sementara Carl menerima skorsing
sehari untuk pelang-garan yang sama,” jerit Margarita. “Carl punya
catatan kerja jauh lebih bagus dari kamu,” jawab penyelia dengan ketus.
“Ia tidak pemah punya masalah absensi. Kamu diskors karena
pelanggaran absensi lain dua bulan sebelumnya dan tahu bahwa kejadian
berikutnya akan mengakibatkan pemecatan. Oleh karena itu kamu
dipecat.”
Apakah pemecatan ini adil, atau haruskah Margarita diterima kerja
kembali?
2. Omar DiPalma adalah wakil direktur pemasaran berusia empat puluh
tahun pada sebuah perusahaan besar. Ia baru-baru ini mem-promosikan
seorang manajer penjualan wilayah yang masih muda dan menjanjikan,
Linda Thomas, untuk membantu wakil direktur penjualan di negara-negara
bagian di barat. Meskipun Linda dipandang menjanjikan secara riil dalam
organisasi, Omar merasa ia akan terlalu banyak memfokuskan diri pada
pemenuhan kuota bulanan pada saat seharusnya melihat dalam gambaran
yang luas. Omar ingin membawanya pada jarak-antara yang tepat tetapi
tidak yakin apa yang harus dilakukannya. Uraikan rencana tindakan yang
spesifik baginya.
288
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Perusahaan Anda telah memutuskan untuk go international dan
membuka kantor di beberapa negara asing. Anda berencana
mempekerjakan warga negara setempat untuk semua posisi kecuali
beberapa posisi puncak. Sebelum menerapkan suatu. sistem manajemen
kinerja, pertanyaan apa yang akan Anda ajukan? Apa yang akan menjadi
komponen kunci sistem Anda?
289
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
BAB XVIIIKASUS MSDM
1. Menilai Kinerja Kurir di AAP
Atlantic Association of Pathologists (AAP) didirikan tahun 1992 sebagai
laboratorium patologi regional untuk mencari laba. Sejak permulaan AAP
telah memperoleh kontrak dengan lima dari enam rumah sakit di wilayah
Atlanta dan telah mengembangkan lingkup sampai dengan Amerika Serikat
bagian Tenggara. Dengan mensentralisasikan operasi laboratorium, yang
menggunakan penilaian melalui komputer paling akhir, dan mencapai omset
dengan cepat, AAP telah meraih skala ekonomis. Akibatnya AAP telah tumbuh
menjadi empat kali ukuran awalnya dan sekarang mempunyai 321 karyawan.
Salah satu kebutuhan utama AAP adalah mengangkut bahan percobaan
dari lokasi pengambilan ke operasi pusat. Untuk memenuhi kebutuhan ini
AAP memperkejakan kurir yang mengambil dan mengantar bahan percobaan
dan barang-barang lain antara AAP dan kliennya. Posisi kurir adalah posisi
awal masuk yang membutuhkan kemampuan untuk memenuhi batas waktu
yang ketat dan catatan pengantaran yang aman.
Sejak bergabung, kebutuhan akan kurir telah meningkat enam kali dan
sekarang jumlah kurir ada tiga puluh. Sayangnya keluar masuknya juga tinggi.
Bukan tidak lazim kurir tidak masuk kerja untuk suatu aplusan. AAP juga
telah memecat sepuluh kurir karena kinerja yang rendah dalam tiga tahun
290
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
terakhir. Karena pengambilan harus berlangsung pada jadwalnya, AAP harus
mengandalkan lembur, dengan beberapa kurir bekerja lebih dari enam puluh
jam seminggu. Ketidak konsistenan layanan telah mengakibatkan AAP
kehilangan salah satu kontraknya dengan rumah sakit. Keluhan lain mengenai
layanan yang lamban, sikap yang kasar dan kurangnya pengetahuan di pihak
kurir telah diterima dari dokter pribadi dan dokter hewan yang dilayani.
Karena keunggulan bersaing AAP terletak pada kemampuannya
menyediakan layanan laboratorium di luar lokasi dengan cepat dan efisien,
Kyra Burns, manajer sumber daya manusianya telah mentargetkan layanan
kurir sebagai salah satu prioritas utamanya. Sejak direkrut dua bulan lalu, ia
telah menulis kembali dan membakukan uraian pekerjaan, kurir. Selanjutnya
ia berencana menangani sistem penilaian kinerja AAP. Namun, pejabat-
korporasi menolak rencananya. Komentar berikut ini merupakan ciri khas
pandangan manajemen: “Ini posisi ‘murahan’ dengan kete-rampilan rendah.
Yang dilakukan kurir hanyalah mengantar, dan jika mereka tidak
mengerjakannya, perusahaan dapat menggantinya.”
Kyra telah menemukan bahwa biaya lembur kurir AAP adalah $100.000
tahun lalu, atau sekitar 25 persen dari total penggajian kurir. Seleksi kurir
baru memerlukan lebih dari 250 jam dan biayanya lebih dari $50.000. Masalah
peningkatan kinerja kurir menjengkelkan karena 70 persen waktu kurir
dihabiskan untuk naik kendaraan dari dan ke AAP tanpa sepengetahuan
penyelia. Oleh karena itu, sulit mendapatkan gambaran yang jelas apa
sebetulnya yang terjadi pada lokasi klien. Masalah potensial lainnya adalah
bahwa kurir mempunyai lebih dari satu penyelia. Selain penyelia langsung,
mereka juga melapor kepada pejabat teknologi administrasi dari bagian kurir
tersebut dan kepada seorang dokter ntedis yang mengkoordinir layanan
medis.
Intl permasalahan kinerja adalah sistem penilaian kinerja AAP saat ini,
termasuk formulir kinerja saat ini. . Sebagian penyelia mengeluh bahwa
umpan balik tidak spesifik pada pekerjaan karyawan. Mereka juga
menunjukan, banyak tingkatan daftar tingah laku tidak saling terpisah,
sehingga mereka terpaksa mengecek dua karakteristik perilaku dalam satu
bidang. Misalnya, ketika mengevaluasi tanggung jawab, penilai kadang-
kadang terpaksa mengecek karakteristik 1 dan 2.
291
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Sistemnya juga menjadi masalah dengan adanya bias penilai. Bagi
dua puluh kurir yang dinilai ratingnya selama periode penilaian kinerja terakhir,
skor rata-ratanya adalah 3,8, yang secara signifikan di atas skor rata-rata
yang diharapkan yaitu 3,0. Tidak seorang kurir pun mendapatkan skor di
bawah 2,0. Meskipun skor tinggi mungkin telah diberikan penjelasannya
dalam beberapa kasus, skor itu bahkan diberikan kepada karyawan yang
ingin dipecat. Ini membuat kesulitan membenarkan pemberhentian individu
karena kemerosotan kinerja. Namun, kurir sebagai suatu kelompok menerima
skor individu yang lebih rendah daripada semua karyawan lainnya sebagai
suatu kelompok, yang rata-rata 4,1. Kurir yang menerima rating tinggi pada
satu dimensi cenderung menerima rating yang tinggi untuk semua dimensi
lainnya.
Hal yang membuat persoalan bertambah buruk, anggaran sumber daya
manusia dibatasi, dan sedikit sekali uang tersedia untuk merevisi sistem
penilaian kinerja atau untuk melatih penilai.
Dilengkapi dengan pengetahuan yang suram ini, Kyra duduk di
bangkunya, merenungkan apa yang harus is lakukan.
Pertanyaan Diskusi
1. Bias-bias rating apa yang menyertai format penilaian saat ini?
2. Apakah mengubah format penilaian akan mengurangi masalah kinerja
kurir? Mengapa ya atau mengapa tidak?
3. Dengan mengasumsikan bahwa sistem penilaian saat ini perlu diubah,
tipe format rating apa yang Anda sarankan?
4. Siapa yang seharusnya mengevaluasi kinerja kurir?
5. Apa yang dapat dilakukan untuk mening-katkan komitmen para manajer
AAP terhadap penilaian kinerja?
6. Diskusikan hubungan antara seleksi, penilaian, dan pelatihan, serta
implikasinya bagi peningkatan kinerja kurir.
2. Merck and Company
Merck and Company Inc, merupakan pembuat obat – obatan terbesar
di dunia, dengan 37.000 karyawan di seluruh dunia dan pendapatan lebih
dari $8,5 miliar. Merck tidak seluruhnya menggunakan sumber dayanya,
tetapi menggunakan sumber daya perusahaan lain yang lebih menguasai
292
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
bidangnya dengan lebih baik. Merck telah menawarkan sumber dayanya
demi perusahaan lain demi pertumbuhannya.
Dimulai tahun 1990 ketika Merck bergabung dengan DuPoint yang
memiliki bisnis farmasi senilai $700 juta. DuPoint tidak memiliki keahlian
untuk mengembangkan produksi kimia yang dibutuhkan Merck, namun ia
memiliki 300 ilmuwan dan data penelitian yang cukup. Dengan membentuk
usaha patungan. Merck dapat membantu mengembangkan dan memasarkan
produk hasil penelitian DuPoint.
Kemitraan tersebut berhasil dari perusahaan patungan ini, DuPoint
Merck Pharmaceutical Company, merupakan salah satu dari perusahaan
Fortune 500 yang bernilai lebih dari milliar dolar.
Keberhasilan aliansi ini membuahkan lagi aliansi yang lain. Johnson &
Johnson Merck Consumer Pharmaceutical Co dibentuk ketika beberapa
paten luar negeri Merck hampis habis dan Merck ingin memodifikasi
produknya untuk penjualan bebas yang merupakan keahlian Johnson &
Johnson. Dua dari perusahaan besar Merck juga telah dibentuk di luar negeri
: Astra Merck Group merupakan aliansi strategis antara Merck dan
perusahaan Swedia AB Astra, dan Pasteur Merieux, Serums, et Vacoins
merupakan aliansi dari Perancis. Walaupun tiap bisnis ini dibentuk untuk
strategi yang berbeda, semua dilakukan sehingga perusahaan yang terlibat
dapat mencapai hasil yang diinginkan lebih cepat dan dengan biaya yang
lebih rendah daripada dilakukan sendiri.
Sejak awal, perusahaan patungan tersebut sudah melibatkan SDM.
Fungsinya harus dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi akibat
penggabungan dua perusahaan ini, seperti menyatukan dua budaya, dua
sistem kompensasi yang berbeda, dan dua strategi bisnis yang berbeda,
dan dua strategi bisnis yang berbeda. “Terdapat tantangan besar dalam aliansi
menyatukan budaya dan strategi serta saya piker, SDM memainkan peran
kunci dalam membantu perusahaan menyelesaikan masalah ini. “kata Eric
Marquardt, direktur kompensasi eksekutif untuk Merck. Ketika Merck
bergabung dengan aliansi Perancis-nya, salah satu tantangan SDM terbesar
ialah mengembangkan sistem penghargaan untuk karyawan. Merck
mempromosikan kepemilikan perusahaan dan memiliki program profit-sharing.
Karena konsep ini bukan merupakan konsep dari budaya Perancis, suatu
sistem dikembangkan untuk memuaskan kedua pihak.
293
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Tantangan lain yang ditangani SDM ialah berhubungan dengan Staffing.
SDM telah terlibat pada proses ini dalam menentukan siapa yang akan
menjadi pimpinan perusahaan patungan. Apakah CEO akan berasal dari
perusahaan induk atau dari luar dan dalam mengembangkan intensif untuk
menarik orang – orang ini, juga karyawan dari dua perusahaan induk, untuk
tugas yang baru. Pelayanan yang ditawarkan SDM dalam aliansi strategis
ini membuatnya menjadi sebuah unsure penting bagi keberhasilan mereka.
3.SHERWIN-WILLIAMS COMPANY : KEKUATAN LINGKUNGAN
Sherwin-Williams pernah mengklaim bahwa ia sudah menjual cukup
banyak cat untuk menutupi seluruh bumi. Penjualan hanya merupakan satu
bagian dari perusahaan yang bernilai $3 miliar dan memiliki 18.000 karyawan.
Unit bisnis terbesarnya adalah Stores Group yang mengoperasikan sekitar
2.000 toko cat di seluruh Amerika. Toko – toko ini menjual kepada pelanggan
seperti pelukis professional dan pelanggan industrial. Toko tersebut
merupakan jalur distribusi eksclusive untuk Sherwin-Williams. Costings Group
bertanggung jawab mengembangkan produk dan produksinya dan juga
menjual merek cat lain untuk pelanggan eceran utama seperti toko hardware,
home centers, dan penjual missal. Automotive Division merupakan pemain
utama dalam pasar otomotif, menyediakan berjenis – jenis pelapis khusus
untuk membuat peralatan orisinil.
Sherwin Williams merasa pengaruh lingkungan eksternal di tahun 1977,
yang merupakan tahun pertama ia merugi dari 111 tahun keberadaannya.
Setelah itu, Walker Spencer, CEO, mengundurkan diri dan untuk pertama
kalinya Sherwin Williams menerima CEO baru John G. Breen yang
mengadakan perubahan organisasional dan budaya. Mulai tahun 1979 sampai
dengan 1980 an, budayanya berubah tajam dari paternalistik menjadi
berdasarkan kinerja. Gaya manajemen menjadi lebih agresif dan menuntut.
Struktur yang sentralisasi diganti menjadi desentralisasi dan otonom.
Perubahan ini terjadi ketika perusahaan mengadakan dua strategi utama :
pertama strategi turnaround : bisnis harus diselamatkan. Isu bisnis saat itu
adalah survival dan digambarkan dengan slogan “Uang Kas adalah Raja”.
Penekanan manajemen pada pengendalian biaya, manajemen modal kerja,
system dan control keuangan, dan pembubaran bisnis yang tidak
menguntungkan. Jangka waktu perencanaan adalah satu kali satu hari.
294
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Setelah tercapai keseimbangan keuangan, dilakukan strategi kedua :
menekankan pertumbuhan. Dari pertengahan tahun 1980 an, strategi ini
menetapkan sasaran pertumbuhan yang menguntungkan, pengembangan
penjualan dan pangsa pasar, mutu produk, akuisisi dalam bisnis inti, dan
perencanaan jangka panjang. Slogannya adalah : “Cat adalah Raja”
Perubahan bisnis ini akhirnya mempengaruhi fungsi SDM. Semua ini
disebabkan oleh budaya dan struktur perusahaan yang baru serta kebijakan
SDM dan prakteknya dibuat. Berikut ini merupakan contoh bagaimana praktek
SDM berubah.
• Perencanaan SDM berubah dari hanya untuk bertahan ke pengembangan
jangka panjang.
• Penempatan karyawan berubah, yang semula banyak dari luar ke
penerimaan karyawan pada semua tingkat.
• Kriteria penilaian kinerja berubah dari penekanan jangka pendek, hasil
akhir ke focus pada isu jangka panjang seperti pengembangan
kepemimpinan dan umpan balik.
• Kompensasi untuk manajemen puncak berubah dari resiko tinggi,
penghargaan tinggi menjadi gaji di atas rata – rata untuk kinerja yang
tinggi.
Hal yang konstan selama waktu – waktu tersebut ialah keyakinan
dan nilai perusahaan. Hal ini termasuk keyakinan dasar bahwa manajer
digaji untuk melakukan perbaikan dan bahwa orang yang pandai dan bekerja
keras akan menghasilkan sukses. Nilai lain yang diyakini Sherwin-Williams
adalah :
• Menang lebih baik daripada kalah
• Kebenaran ialah fakta
• Masalah harus dipecahkan bukan dihindari
• Integritas pribadi di atas segalanya
Selama ini, separtemen SDM harus menangani strukturnya sendiri.
Kunci dari efektivitas strategi SDM pada Sherwin Williams adalah kemitraan
yang efektif antara professional SDM dengan manajer operasionalnya.
Tanggung jawab SDM diteruskan ke manajemen lini dan divisi sementara
staf SDM perusahaan menjadi lebih kecil dan merupakan kelompok
professional SDM yang berkeahlian tinggi dan menyediakan keahliannya
untuk staf divisi dalam bidang seperti hokum ketenagakerjaan, kompensasi,
295
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
tunjangan, hubungan karyawan, pengembangan manajemen dan
perencanaan SDM, serta konsultasi.
Perubahan ini yang dibuat sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan
(kompetisi dalam tingkat dan strategi bisnis baru, budaya, dan struktur pada
tingkat SDM) mengalami kesuksesan, namun Sherwin-Williams dan
perusahaan lainnya tidak akan pernah dapat mengasumsikan bahwa
perusahaan akan menjadi lebih konstan. Sampai hari ini, Sherwin-Williams
terus melakukan perubahan dan penyesuaian operasi SDM nya, karena
perubahan lingkungan dan manajer lini akan menjadi mitra sejati dengan
mengambil alih tanggung jawab banyak kegiatan SDM.
Pertanyaan diskusi :
1. Selain perubahan kepemimpinan dan strategi bisnis, kekuatan apalagi
di lingkungan yang mungkin mempengaruhi kegiatan SDM pada Sherwin-
Williams selama tahun 1980 an ke awal tahun 1990 an?
2. Dalam cara apa perusahaan seperti Sherwin Williams memonitor
lingkungan mereka untuk mengantisipasi apabila perubahan SDM
diperlukan?
3. Jika Sherwin Williams melakukan bisnis secara global, isu SDM apa
yang tampaknya akan dihadapi?
4. GILLETTE
Roma tidak dibangun dalam satu hari. Demikian pula tim manajemen
internasional Gillette. Menurut ketua dan CEO Gillette, Alfred M. Zeien,
dibutuhkan paling sedikit 25 tahun membangun korp manajemen internasional
yang memiliki keterampilan, pengalaman, dan kemampuan untuk membawa
suatu organisasi global dari satu tingkat keberhasilan ke tingkat berikutnya.
Gillette, melalui tim manajemen seniornya, telah belajar bahwa
mengembangkan manajer melalui tugas – tugas internasional membantu
bisnis untuk tumbuh. Program pelatihan internasional perusahaan merupakan
salah satu strategi kunci perusahaan untuk membangun korps manajemen
perusahaannya di seluruh dunia. Strategi staffing internasional, yang
merupakan kunci lainnya adalah menyewa dan mengembangkan kebangsaan
asing untuk memimpin operasinya secara global. Banyak di antara para
296
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
manajer ini telah menjadi bagian dari korps expatriate Gillette yang terus
tumbuh.
Yang menarik, lebih sedikit dari 15 persen dari expatriate perusahaan
adalah warga Negara AS ; sekurang – kurangnya 85 persen berasal dari
satu diantara 27 negara lainnya di mana ia memiliki operasi.
Untuk sebagian besar, Gillette menyewa warganegara asing untuk
menempati posisi manajemen di Negara – Negara selain AS. Namun,
seringkali organisasi pertama kali mengidentifikasi individu ini sementara
mereka belajar di Universitas AS untuk memperoleh MBA mereka. Pegawai
baru khususnya bekerja di kantor pusat Gillette Boston selama setahun,
kemudian kembali ke Negara asal mereka, mirip dengan peserta latihan
dalam Program Peserta Latihan internasional.
Setelah para manajer ini bekerja di Negara asal mereka selama kira –
kira 4 tahun, Gillette memindahkan mereka ke Negara lain dan tugas – tugas
lain. Sementara manajer Gillette membangun pengalaman internasional
mereka, mereka juga mengajarkan dan mengembangkan manajer potensial
lainnya dalam organisasi.
Seringkali para manajer ini dengan pengalaman internasional merupakan
calon utama untuk suatu jabatan bila perusahaan memasuki perusahaan
baru atau Joint Venture. Demikianlah keadaannya dengan Joint Venturenya
yang baru pada musim gugur tahun 1992 dengan suatu perusahaan di Cina.
Karena Gillette pertama kali mulai merencanakan Joint Venture di Cina lebih
dari 3 tahun sebelum melaksanakannya. Ia mulai mengidentifikasi manajer
individual yang tepat untuk tugas – tugas dalam bisnis baru tersebut.
Sebagaimana dikemukakan expatriate Gillette, Bob McCusker,” Gillette
memiliki banyak sumber daya yang dapat kita terapkan pada venture baru
kita”. McCusker mengatakan bahwa ia menganggapnya memuaskan bila
individu – individu yang bekerja dalam perusahaan Gillette yang baru di satu
daerah, terus melanjutkan untuk membantu mengembangkan perusahaan –
perusahaan baru di daerah lainnya.
Kebijakan Gillette member manajernya pengalaman internasional
menarik individu – individu pencari karir internasional. Para manajer Gillette
selalu mencari orang yang menunjukkan perhatian dan harapan untuk maju
dalam organisasi Gillette di seluruh dunia. Salah satu tanggung jawab saya
adalah mencari orang yang dapat dipromosikan secara internasional”, kata
297
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Jorgen Wedel. Presiden Braun Amerika Serikat dan warganegara Denmark.
“kita membutuhkan orang – orang yang memiliki pengertian yang lebih global
dari usahanya, dan kita membutuhkan manajer yang dapat mengelola usaha
tersebut. Saya pikir ini merupakan salah satu tanggung jawab kunci
manajemen sekarang ini.”
Dieu Eng Seng setuju. Seng adalah wakil presiden daerah tersebut
dari oral-B,Asia Pasifik. Seorang warganegara Singapura, jasa seng di masa
lalu pada Gillette meliputi tugas – tugas di Australia, Singapore, Cina, Hong
Kong, Malaysia, dan AS. “Salah satu tujuan kunci adalah mengidentifikasi,
merekrut dan mengembangkan manajer yang kompeten. Saya percaya bahwa
dari orang – orang yang baik ini akan dihasilkan suatu arus pertumbuhan
bisnis dan laba di kemudian hari”.
Tim manajemen internasional dengan jelas tidak dibangun dalam sehari.
Mereka bahkan tidak dibangun dalam setahun. Pada kasus Gillette,
perencanaan yang teliti dan perhatian yang tetap pada perkembangan
internasional dapat menghasilkan pegawai – pegawai yang mendukung dan
membantu bisnis tumbuh secara berhasil dari satu dasawarsa ke dasawarsa
berikutnya.
5. AT & T’s GLOBAL BUSINESS COMMUNICATIONS SYSTEMS
Pada pertengahan tahun 1980an orang-orang bertanya-tanya apakah
AT &T dapat berhasil dalam kompetisi yang ketat. Dalam telah pertengahan
tahun 1990an orang kembali bertanya-tanya apakah AT&T yang akan menjadi
pemenang dalam kontes global dunia komunikasi dan komputerisasi seperti
yang digariskan dalam strateginya untuk menjadi pemimpin jaringan
komunikasi dunia. Tahun 1994 AT&T dengan 300.000 karyawan, 50.000
diantaranya diluar negeri, merupakan perusahaan yang sukses. AT&T telah
memiuliki jaringan yang selalu siap melayani8 tuntutan pelanggannya
terhadap informasi. AT&T melakukan riset, pengembangan pemproduksian,
penjualan dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan konsumennya.
Dalam kurun waktu 10 tahun, AT&T telah berubah dari lembaga
monopolistic menjadi perusahaan yang kompetitif. Pada kesempatan ini kita
akan membahas salah satu unit bisnis AT&T ,yakni, unit Global Business
Communication System (GBCS) yang didukung oleh 26.000 karyawan yang
terorganisir kedalam lebih dari 20 unit bisnis. Seperti unit bisnis AT&T lainnya,
298
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
perubahan GBCS menjadi competitor yang tangguh sangat dibantu oleh
tindakan departemen Sumberdaya Manusianya. Dua konstribusi kuncinya
berkaitan dengan kebutuhan strategi bisnisnya dan repositioning departemen
SDM-nya.
GBCS dibentuk tahun 1992 melalui penggabungan 2 unit bisnis AT&T.
Businis Communication Systems (BCS) yang menjual system dan pelayanan
telekomunikasi kepada klien-klien utama, dan General Business Systems
(GBS) yang melayani pelanggan yang lebih kecil. Jerre Stead diangkat oleh
pimpinan AT&T Robert E. Allen untuk memimpin GBCS. Stead dipandang
sebagai pemimpin bisnis dengan pengalaman yang telah terbukti diluar AT&T
yang akan dapat menanamkan filosofi strategi darahan manajemen baru
kedalam AT&T.
Tugas pertama dalam bisnis tersebut ialah mengembangkan
serangkaian prinsip bisnis strategic. Prinsip-prinsip ini merupakan cerminan
dari arahan keseluruhan prinsip-prinsi arah manajemen supaya berhasil
mencapai sasaran bisnisnya, dan prinsip-prinsip ini akan menjadi pedoman
bagi tugas-tugas harian, dari menangani permintaan pelanggan sampai
dengan memproduksi system. Terdapat 5 prinsip bisnis :
• Menjadikan manusia sebagai perioritas utama
• Menggunakan pendekatan Total Quality Management untuk menjalankan
bisnis.
• Memperbesar keuntungan dengan menjadi pelopor dalam aplikasi
teknologi yang berorientasi pada pelanggan.
• Mengglobalisasikan bisnis dengan cepat dan menguntungkan.
• Menjadi supplier yang paling dihargai.
Prinsip ini menjadi pedoman penghubung karyawan dengan kebutuhan
bisnis.
Manajemen juga mengidentifikasi tujuh nilai yang menjadi dasar
keputusan dan perilaku :
• Hormat terhadap tiap individu
• Berusaha keras menolong pelanggan.
• Standar integritas tertinggi
• Inovasi
299
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
• Kerja team
• Pertimbangan untung rugi (Accountability)
• Prima (excellence)
Nilai-nilai ini mendukung visi dan misi GBCS. Visi tersebut menyatakan
tujuan organisasi8"Partner pilihan Anda; mengutamakan mutu mendukung
kesuksesan Anda “.
Misi menjelaskan rencana tindakan dalam lingkup umum: Menjadi
pelopor diseluruh dunia dalam menyediakan produk, pelayanan dan
pemecahan masalah komuniukasi bisnis paling bermutu “.
Mengaitkan Sumberdaya Manusia Dengan Kebutuhan Bisnis Strategi
GBCS
Ketika Presiden Jerre Stead menunjuk Fred Lane ketika itu sebagai
manajer lini yang berpengalaman, untuk menjabat ketua organisasi SDM
pada musim gugur 1991, ia meminta Lane untuk” memeriksa kembali tiap
aspek dimensi manusia.”. Stead menekankan perlunya”melibatkan tenaga
kerja” dan menciptakan lingkungan yang “mendukung para karyawan kita
menjadi satu-satunya keunggulan bersaing yang berkesinambungan dapat
diperbaharui.”.
Lane dan stafnya kemudian melaksanakan tugas pengembangan
rencana strategic dan system manajemen sujmber daya yang dapat
memenuhi sasaran tersebut. Hasilnya ialah Model Perencanaan dan Strategi
SDM. Model ini memberikan pandangan menyeluruh untuk melihat hubungan
dan kaitan yang muncul dalam bisnis tersebut dan bahkan berlanjut selama
bisnis tersebut melakukan proses transformasinya.
Langkah penting dalam pengembangan rencana strategic ialah
menciptakan pernyataan “misi SDM: Untuk menciptakan lingkungan tempat
pencapaian sasaran bisnis dilakukan melalui penerimaan terhadap
accountability individual dan terhadap kesungguhan menciptakan kinerja
yang prima”.
REPOSISI ORGANISASI SDM
Penerapan rencana strategic SDM memerlukan peran bartu, kompetensi
baru, hubungan baru, sumber daya tambahan, dan cara-cara operasi baru
baik, rekanan GBCS maupun sumber daya manusia. Sebelum reorganisasi,
300
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
kelompok SDM dalam GBCS menyediakan administrasi penggajian, system
informasi SDM, dukungan staf dan pelayanan administrasi terkait lainnya.
SDM harus mengubah dirinya dari perannya sebagai penyedia pelayanan
SDM dasar menjadi fungsi strategic yang akan dilihat sebagai nilai bagi
organisasi secara keseluruhan.
Dengan dukungan dari Jerre Stead, GBCS mereposisi SDM sebagai
anggota utama tim manajemen senior dengan tanggung jawab melaksanakan
kepemimpinan dalam masalah SDM strategic. Semenjak adanya
penggabungan dan reposisi dua unit bisnis ini, pendapatan (revenue) dan
return on Investment selalu meningkat dan sasaran kepuasan pelanggan
tetap dipertahankan.
6. EATON CORPORATION
Eaton Corporation di Cleveland , Ohio, merupakan Perusahaan Fortune
500 dan pembuat ribuan produk dalam 6 industri termasuk di dalamnya
komponen truk, mesin dan otomotif serta pengendalian alat – alat listrik,
perdagangan dan militer, pengendalian industri dan komponen distribusi listrik,
produk hidrolik dan umum serta perlengkapan semi konduktor yang tersebar
di penjuru dunia. Sebesar 80 persen produk mereka adalah produk nomor
satu atau nomor dua di dalam pasar mereka. Selama awal tahun 1990,
produktivitas rata – rata karyawan yang berjumlah 50.000 meningkat sebesar
lebih dari 4 persen per tahun, menghasilkan produk berharga $5,5 miliar
dalam penjualan.
Dengan kompetitif bisnis industry yang digeluti Eaton, keberhasilan
dan survival perusahaan tergantung pada penyampaian produk berkualitas
tinggi artinya memberikan mutu kelas dunia dengan harga yang kompetitif.
Untuk melakukan hal ini, sebagian besar perusahaan seperti Eaton,
melakukan strategi mutu total dan dengan cepat menyadari bahwa
keberhasilan gugus mutu tergantung pada keberhasilan dalam mengelola
SDM.
Pada Eaton Corporation, keberhasilan mengelola SDM bukanlah
kebetulan semata. Hal ini dimulai dari manajemen atas dan terus ke bawah.
Eaton mempercayai nilai pemberdayaan pada semua tingkat, sehingga divisi
– divisi diberikan kepercayaan untuk desentralisasi. Semua divisi melakukan
manajemen mutu total dengan kebebasan melakukan pendekatan untuk
301
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
melaksanakan dengan baik. Berdasarkan kerangka inilah, Nickolas L.
Blauwiekel, manajer divisi SDM untuk Automotive and Appliance Controls
Operations (AACO) dan sekelompok manajer kunci menggunakan Eaton
Philosophy Audit Process yang dikembangkan sendiri oleh perusahaan untuk
mendukung kegiatan perbaikan mutu.
Blauwiekel memulai program AACO pada tahun 1992 untuk membantu
mendukung program Quality 1st. Program Quality 1st dirancang membantu
AACO salam memenuhi dan melampaui sasaran divisi yang dinyatakan dalam
misinya yaitu : “Menyediakan kepuasan pelanggan dengan menciptakan
pertumbuhan dan nilai melalui kinerja mutu dalam semua aspek bisnis
.”Quality 1st menjelaskan semua kegiatan dalam perbaikan system bisnis,
pengurangan daur waktu dan perbaikan proses serta memperbaiki
pengelolaan karyawan. AACO masuk dalam kategori terakhir ini. Delapan
nilai yang termasuk dalam filosofi Eaton “Excellence Through People” adalah
• Pusatkan perhatian pada perilaku karyawan yang positif.
• Rangsanglah keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan.
• Adakan komunikasi dengan karyawan dalam cara dan waktu yang tepat,
dengan penekanan pada komunikasi langsung.
• Berikan penghargaan pada karyawan dengan cara yang kompetitif dalam
system yang menghargai prestasi.
• Sediakan pelatihan untuk keberhasilan individu dan organisasi.
• Pertahankan system penilaian kinerja yang efektif.
• Tekankan konsep promosi internal dalam organisasi.
• Pilih manajer dan supervisor yang menunjukkan campuran keahlian
teknikal dan hubungan antar manusia.
Setiap divisi di 15 pabrik tersebut diperiksa tiap 2 atau 3 tahun. Selama
pemeriksaan, seorang team pemeriksa yang diketuai Blauwiekel,
mengunjungi pabrik untuk sehari dan setengah hari. Anggota tim melakukan
wawancara terstruktur dengan berbagai kelompok karyawan pada semua
tingkat organisasi, yang meliputi 50 – 100 persen karyawan pabrik
bersangkutan. Sebelum pergi, kelompok tersebut memberikan ringkasan
awal dari penemuan mereka pada manajer pabrik. Setelah beberapa minggu,
manajer pabrik menerima laporan formal tertulis dan diminta untuk
meneruskannya ke karyawan pabrik lainnya. Dalam waktu dua bulan, manajer
pabrik diminta mengirimkan kembali kepada Blauwiekel sebuah rencana
302
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
tindakan untuk menimbang tingkat pelaksanaan filosifi Eaton. Rencana
tindakan ini berfungsi sebagai Benchmark ketika kelompok pemeriksa lainnya
mengunjungi pabrik tersebut.
7. COCA COLA DAN PEPSI
Dibanding produk-produk minuman ringan sebenarnya hanya sedikit
produk-produk lain yang tampak serupa Meskipun demikian “perang cola”
antara Coca Cola dan Pepsi menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki
banyak kesaaan ini pun dapat dibedakan menurut strategi bisninya.
DOINASI COKE
Coke adalah merek dagang paling terkenal. Coke yang pertama kali
dipasarkan sekitar tujuh puluh tahun sebelum Pepsi, secara literal adalah
bagian dari budaya dan sejarah Amerika Pada Perang Dunia I misalnya
perusahaan minuman botol Coca Cola menyebar ke Eropa bersama angkatan
bersenjata Amerika Serikat. Dengan pengenalan dan penguasaan pasar yang
begitu luas, strategi bisnis Coca Cola dipusatkan pada pemeliharaan posisi
dan citra secara hatihati. Dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang
setara , Coca Cola memiliki dan mengoperasikan lebih sedikit perusahaan
patungan khususnya akhir-akhir ini setelah kerjasama singkatnya dengan
Columbia Picture berakhir dan memiliki relative sedikit perusahaan wara
laba minuman botol yang dapat diajak kerja sama. Bahkan perusahaan wara
laba terbesar yang menguasai 45 persen pasar di Amerika Serikat, dimiliki
oleh Coca Cola sendiri.
Dengan dominasinya tersebut, merek dagang Coca Cla aaknya dapat
disamakan dengan kepemilikan teknologi, sedangkan strategi bisnisnya
berkisar pada keputusan-keputusan pemasaran yang rapi yang dibangun
diatas reputasi merek dagangnya. Hal ini tidak berarti menyatakan bahwa
menjalankan strategi bisnis Coca Cola adalah mudah. Bahka keputusan-
keutusannya justru banyk terganggu oleh kerangka praktek-praktek atau
kebiasaan masa lalu. (Satu alas an kegagalan New Coke adalah- ini masih
bisa diperdebatkan- karena New Coke keluar dari keranka yang telah
diwariskan oleh tradisi Coke).
Oleh karena itu dalam mengelola CcaCola diperlukan suatu pemahaman
dan perasaan yang khusus- kuat dan mendalam terhadap merek dagang,
303
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
yang tak dapat diperoleh diluar dan bahkan dari dalam perusahaan Coca-
Cola sendiri dengan seketika. Apa yang kemudian dilakukan oleh Coca-
Cola adalah menajarkan kultur tersebut dan bergantung padanya. Biasnya
Coke mempekerjakan lulusan perguruan tinggi- seringkali dari bidang studi
Liberal Art dan jarang dari lulusan MBA- dengan sedikit atau bahkan sama
sekali tanpa penalaman dan member mereka pelatihan yang intensif .
Pekerjaan atau job di Coca-Cola memang sangat ama, dan sesungguhnya
jabatan seumur hidup untuk karyawan yang memiliki kinerja memadai. Sistim
promosi dari dalam dan kenaikan gaji berdasarkan senioritas, memkat
karyawanya untuk tetap setia bekerja dari hari kehari. Kultur perusahaannya
sering kali digambarkan bergaya kekeluargaan dengan tingkat loyalitas
karyawan yang tinggi. Pegambila keputusannya sangat terpusat, sedangkan
sisi manajemen sumberdaya mausianya mejamin bahwa hanya anajer karir
di Coke yan sudah sangat tersosialisasi untuk selalu memikirkan perusahaan
sebagai keseluruhn, yang dapat mengambil keputusan berdampak positih
pada perusahaan. Perusahaan hanya memberikan otonomi tebatas dan
toeransi yang rendah utuk memperkaya diri sendiri. Tidak seorangpun
menghendaki adanya keputusan tingkat rendah yang tak terkendali dan
memukul balik merek dagangnya. Untuk meperkuat model terpusat, evaluasi
kinerja dilakukan pada tinga perusahaan atau divisi.
TANTANGAN DARI PEPSI
Pepsi bukanlah Coke. Pepsi telah berhasil baik, dengan mencari pasar
baru dimana pasar Coke tidak dominan, dan selanjutya membedakan dirinya
dari Coke. Dari posisi awalnya sebagai pemimpin harga (dua kali lipat lebih
banyak untuk satu Nickel) sampai upaya-upaya kontemporernya untuk
mendapatkan konsumen Generasi Baru, Pepsi berusaha mengejar
ketinggalannya dari Coke.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Pepsi adalah dengan menemukan
pasar baru lewat diversifikas yang sangat beraneka. Kegiatan restoran-
restoran cepat sajinya- Teco Bell, Pizza Hut, dan Kentucky Fried Chicken-
menyediakan outlet khusus untuk minuman ringan Pepsi.
Dibandingkan Coke yang lebih memusatkan perhatian pada pembeli
perorangan, Pepsi lebih agresif memasarkan produknya pada hotel-hotel,
restoran-restoran dan sejenisnya. Pepsi juga memiliki lebih banyak usaha
304
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
waralaba (franchise) minuman botol yang beroperasi dengan sejumlah
otonom.
Dengan stratei pemasarannya tersebut, Pepsi menghadapi tantangan
manajemen yang jauh lebih rumit dan beraneka ragam. Pepsi lebih banyak
memerlukan gagasan inovatif untuk mengenali asar-pasar barunya, dan
memerlukan kemampuan untuk bergerak cepat. Sistim Manajemen
Sumberdaya Manusianya memungkinkan hal itu. Pepsi menerima aryawan
yang elah berpengalaman dan lulusan dengan stata yang lebih tinggi,
berkinerja tingi dan dan memiliki banyak gagasan. Lebih khusus lagi, Pepsi
juga menerima mereka yang memiliki keterampilan teknis yang tinggi..
Didalam perusahaan Pepsi mendorong kompetisi individu dan menggunakan
pendekatab jalur cepat untuk mereka yang berhasil dalam kompetisitersebut.
Perusahaan beroperasi dalam gaya yang lebih terdesentralisasi, dimana
masin-masing divisi diberi hak otonomi yang besar, dan kinerjanya dievaluasi
pada tingkat individu dan operasi. Restrukturisasi pada tahun 1990-an
menggerakkan perusahaan kearah yang lebih terdesentalsasi dan
memperkenalkan program stock option yang diranang untuk meningkatkan
perilaku kewirausahaan karyawan secara pribadi.
Para karyawan Pepsi memiliki tingkat jamnan kerja yang relative lebih
rendah. Perusahaan kurang memiliki kebijasanaan emberikan promosi dari
dalam. Salah seorang pejabat Peps mengatakan, sewaktu seseorang telah
berumur 40 tahun atau telah menduduki suatu jabatan di Pepsi selama
lebih dari empat atau lima tahun, dia akan mulai merasa bosan. Hal ini
antara lain disebabkan adana tingkat turn over (pegunduran diri karyawan)
yang tinggi da karena rendahnya kesetiaan karyawan Pepsi terhadap
perusahaan disbanding karyawan Coke. Sedangkan masalah utama yang
mempersatukan mereka, menurut pendapat sejumlah kalangan, sebenarnya
adalah keinginan mereka untuk mengalahkan Coke.
Apa yang diperoleh Pepsi dari sistim in adalh menalirnya gagasa-
gagasan baru (misalnya dari karyawan baru yang berpengalaman),
kemampuan untuk berubah secara cepat ( misalnya dengan penerimaan
karyawan baru dan pemecatan), dan sarana untuk menyerang berbagai pasar
dengan berbagai cara ( misalnya dengan pembuatan keputusan yang
didesentralisasi dengan memerikan otonomi kepada pejabat tertentu).
305
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Pertanyaan: Strategi apa yang digunakan kedua perusahaan tersebut
dalam kesuksesannya mengelola SDM perusahaan. Jelaskan.
8. CHRYSLER CORPORATION
Pada awal dekade 1980-an Chrysler, corporation hampir kehabisan
akal. Melalui upaya-upaya terkoordinasi Lee A. Iacocca, tim manajemennya,
dan karyawan serta serikat pekeria United Automobil Workers (UAW), dan
dengan sedikit bantuan pemerintah federal, Chrysler melakukan perubahan
haluan yang agak dramatis. Pada tahun. 1994, dengan penjualan global
sebesar $35 milyar,. yang menjadika.nnya organisasi industri nomor sebelas
terbesar di dunia, perusahaan itu mampu menjadikan kembali dirinya sebagai
salah satu Tiga Besar pembuat mobil di A.S. Sejalan dengan keberhasilan
perubahan haluan itu, ketergantungen Chrysler pada banyak hal berjalan
dengan baik.. Perusahaan itu menuntut dedikasi pekerja untuk bertahan
hidup dan berkembang, dan rupanya banyak mernbantu jika.semua karyawan
merasa dirinya bagian tim. Pada akhir. tahun 1988 Chrysler mernulai proses
penilaian terbalik, Untuk melaksanakan proses ‘tersebut perusahaan itu
membentuk komite pengarah yang mewakili manajernen puncak dan
memimpin UAW. Hal ini dilakukan untuk mamastikan bahwa manajemen
maupun nonmanajemen terlibat sejek dari permulaan program tersebut tidak
untuk dipandang sebagai sesuatu yang dibedakan oleh manajemen.
Karena merupakan program baru Chryaler memutuskan untuk mula-
rnula mengernbangkan dan .mengujinya pada dua unit Divisi Rekayasa
Kendaraan. Dengan cara seperti itu, proses tersebut dapat dikerjakan,
disempurnakan, dan kemudian digunakan dalarn bidang-bidang lain. Untuk
membantu memastikan proses perubahan berlangsung seobyektif mungkin—
dan berjalan seefektif mungkin—Debra Dubow, spesialis pengembangan
manajernen dryisi Chrysler lainnya; minta ikut mengelolanya. Proses
tersebut meliputi pengembangan instrumen.penilaian baru. Proses ini
mem.butuhkan pengumpulan data untuk menentukan kriteria apa yang harus
digunakan untuk menilai pimpinan; selaniutnya, setiap orang akan dilatih
menggunakan penilaian baru itu; “Dubow menyatakan bersama karyawan
lintas seksi dari dua kelompok percontohan yang berasal dari wakil direktur
utama dan manajernen serikat pekerja hingga penyelia lini pertama serta
mekanik. Melalui. sampel yang terdiri dari kira-kira 50 orang, ia mampu
306
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
mengumpulkan masukan bernilai dari berbagai tingkatan manajer dan
karyawan, dan juga mengenali dan menghadapi penolakan terhadap :proyek
baru. yang mungkin muncul seterusnya. Hasil diskusi Dubow dari sampel
awalnya, adalah bahwa. Chrysler akan membuat sendiri formulir penilaian
kinerjanya, tidak menerirna yang sudah ada dari organisasi lain: Kategori-
kategori kriteria yang diputuskan Dubow dan timnya untuk dipertimbangkan
penggunaannya semula telah digunakan untuk `mangevaluasi, karyawan
dalam proses tradisional :pimpinan--bawahan: Formulif penilaian yang:
mereka kembangkan, setelah melewati beberapa babak diskusi revisi,
memasukkan sejumlah besar kategori-kategori itu. Namun, tim tersebut harus
menulis definisi masing-masing kategori agar sesuai dengan penilaian
terhadap Contoh-contoh definisi ini meliputi :
• Kerja sama Tim. “Penyelia saya mendorong kerja sama dan kerja sama
tim dalam kelompok kerja kami”
• Komunikasi: “Penyelia saya m.empelajari informasi bisnis terbaru dan
rnerryampaikannya kepada ‘kelempok kerja kami”
• Kualitas “Penyelia saya nnemperlihatkan komitmen yang berarti
terhadap upaya-upaya yang bermutu
• Kepernimpinan: ‘Penyelia saya memperlihet-kan konsistensi melalui
kata-kata maupun tindakan
• Perencanaan “ penyelia saya memberikan jadwal yang masuk akal
sehingga .komitmen saya dapat terpenuhi”
• Pembinaan tenaga kerja: “Penyelia saya mendelegasikan tanggung
jawab dan memberi saya wewenang untuk ‘menjalankan pekerjaan saya.
Ditentukan bahwa tiap kategori akan diavaluasi dengan skala 1 sampai
5 (Hampir -Tidak-Pernah hingga Hampir-Selalu.
Menjelang musim panas tahun 1989, dua kelompok percontohan
Manajernen puncak menjadi sukarelawan pertama dengan meminta karyawan
mereka menilai kinerjanya, data-data terkumpul pada formulir penilaian, dan
hasilnya dibaca oleh scan komputer, Data tersebut diubah oleh komputer
guna memberi para manajer laporan perorangan. Para manajer selanjutnya
bertemu dengan karyawan untuk membahas hasil--hasilnya dan
mengembangkan rencana tindakan perbaikan. Keseluruhan proses ini
dimaksudkan untuk memfokuskan diri pada perilaku-perilaku yang dapat
diubah oleh para manajer Bila manajemen puncak sudah melewati babak
307
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
pertama ini proses tersebut turun ke bawah, yang mencerminkan filosoti
“Kerjakan sebagaimana saya kerjakan,” daripada “Kerjakan sebagaimana
saya katakan.” Pada tiap tingkat, rencana tindakan perbaikan menjadi ukuran
pertanggungjawaban pada babak selanjutnya, para manajer akan diminta
membahas bersama karyawannya seberapa baik tindakan yang.telah mereka
lakukan berdasarkan rencana.
Karena besarnya perubahan ini, implemen-tasinya masih berlangsung.
Namun hal ini, telah dilaksanakan oleh lebih dari enam ribu karyawan. divisi
itu. Dan divisi-divisi lain secara sukarela melaksanakan program itu. Dalam
menilai seluruh keberhasilan program tersebut, Dubow secara jujur mengakui
bahwa perubahan itu lebih bersifat. anekdot daripada kultural. Dalam bidang-
bidang tertantu, para pekerja melaporkan penilaian yang lebih baik dalam
hal komunikasi, dan para manajer melaporkan kesadaran yang lebih baik
mengenai bagairmana perubahan--perubahan itu mempengaruhi kelompok
mereka. Secara pribadi, mereka lebih tahu bidang-bidang interpersonal dan
perkembangan karier dari menjadi lebih baik dalam memberi pangarahan
kepada karyawan.
Dubow mengakui bahwa program penilaian terbalik Chrysler terlalu baru
sehingga mempunyai dampak bagi organisasi yang besar. Oleh karena itu,
terlalu sulit mengaitkannya dengan produk. Dubow mengatakan, “Babak
kedua proses tersebut harus lebih berpengaruh.”
9.PENILAIAN KINERJA Dl ESSEX
Percy Sharp duduk di mejanya, memeriksa formulir penilaian kinerja
yang baru saja is selesaikan untuk Bob Maxwell, salah seorang pe-nanggung
(underwriter) asuransinya. Bob sedang dalam perjalanan ke kantor Percy
untuk menghadiri pertemuan penilaian tahunan mereka. Percy takut dengan
rapat-rapat penilaian ini, bahkan ketika dia tidak perlu menghadapkan
karyawan dengan umpan balik negatif.
Dua tahun sebelumnya, Essex Insurance Ltd., yang telah mengalami
pertumbuhan sangat pesat, memutuskan untuk menerapkan penilaian formal.
Semua penyelia telah diberi formulir penilaian baru, yang mencakup lima
subkategori berbeda sebagai tambahan pada rating keseluruhan. Para
penyelia diminta menilai rating karyawan pada tiap-tiap dimensi yang berskala
dari 1 (tidak dapat diterima) sampai 5 (luar biasa). Mereka juga dianjurkan
308
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
mengelola arsip tiap karyawan di mana mereka dapat membubuhkan catatan
mengenai kejadian-kejadian tertentu kinerja yang balk atau buruk sepanjang
tahun itu untuk digunakan sebagai “dokumentasi” ketika mengisi formulir
penilaian. Mereka diberi tahu bahwa mereka hanya dapat memberi rating
keseluruhan “1” atau “5” jika punya dokumentasi yang “substansial” untuk
men-dukungnya. Percy tidak pernah memberikan satupun rating ekstrem
ini karena dia tidak rajin mencatat kejadian-kejadian tertentu dalam arsip
karyawan; dia yakin terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menuliskan
semto dokumen yang diperlukan untuk mendukung rating semacam ini. Ada
sepasang karyawan di bagiannya yang berhak memperoleh rating “5”, menurut
pendapat Percy, tetapi sejauh ini tidak ada orang yang mengeluhkan penilaian
yang mereka terima dari Percy.
Bob adalah salah seorang pekerja “luar biasa” Percy. Percy mempunyai
tiga atau empat contoh khusus kinerja luar biasa dalam arsip Bob tet
memeriksa formulir itu, dia tidak dapat mengidentifikasi dengan jelas pada
kategori mana mereka termasuk. “Oh, baiklah,” kata Percy kepada sendiri,
“Saya hanya akan memberinya rating 3 4. Saya tidak perlu memberi alasan
angka-an itu, dan Bob tidak pernah mengeluh sebelumnya Salah satu kategori
adalah “Menganalisis Bahan-bahan Pekerjaan.” Percy tidak pernah paham
kalimat itu atau apakah kategori itu relevan bagi pekerjaan penanggung
asuransi. Dia telah memberi tanda centang pada angka “3” (memuaskan)
bagi Bob, sebagaimana dia lakukan pada semua evaluasi yang dia buat. Dia
memahami makna kategori-kategori lain—Kualitas Kerja, Kuantitas Kerja
Perbaikan Metode Kerja dan Hubungan den Mitra Kerja—meskipun bingung
apa ditunjukkan dengan angka “3” dan “4” pada kategori.
Bob mengetuk pintu Percy dan masuk. P memandangnya dan
tersenyum. “Hai, Duduklah. Mari kits selesaikan hal ini sehingga bisa kembali
kerja, oke?”
Pertanyaan Kasus:
1. Apakah Percy merasa sangat senang me Bob penilaian kinerjanya?
2. Masalah apa yang Anda lihat dengan s penilaian yang digunakan Percy?
3. Reaksi apa yang mungkin timbul dari Bo diberi tahu Percy bahwa nilainya
3 meskipun is merupakan salah seorang p Percy yang dikecualikan?
4. Saran-saran apa yang Anda miliki memperbaiki penilaian kinerja di Essex
309
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
5. Apa yang mungkin merupakan manfaat yang lebih baik bagi Bob, bagi
Percy, dan bagi perusahaan?
10.FIELD INCORPORATED.
Saat itu pukul 8.00 pagi di Park City, Utah, sebuah kawasan bermain
ski, tiga puluh mil sebelah barat daya Salt Lake City. Debra J. Fields, pendiri
dan CEO Mrs. Fields Incorporated, baru saja tiba di kantornya. Sambil
rnenghirup teh tubruk dan mencicipi sepotong kue Mrs. Fields, ia
meng-hidupkan komputer desktop, menekan beberapa huruf dan memanggil
sistem Retail Operations Intelligence (ROI) dari pusat penjualan kue.
Perangkat lunak terbaru tersebut rnenghubungkan semua gerai eceran ke
kantor pusat perusahaan dan memungkinkan pejabat-pejabat korporat
berkomunikasi dengan semua manajer toko dan sebaliknya. Secara
sederhana, perangkat lunak itu memungkinkan pare manajer toko, manajer
distrik, dan direktur regional di seluruh Amerika Serikat melakukan kontak
sehari-hari dengan Fields dan staf administratif puncak lainnya,
Dengan menekan beberapa menu, Fields mendapatkan apa yang ia
cari-cari angka penjualan kemarin untuk seluruh 650 gerai pusat penjualan,
termasuk gerai yang ada di Hongkong, Tokyo, Singapura, dan Sydney. Karena
sistem ROI memantau penjualan melalui mesin kas secara kontinu, suatu
ikhtisar .hasil tes kerja kinerja hari sebelumnya muncul di layar dalam beberapa
detik. Karena dengan menekan beberapa huruf lagi di komputer, Fields
dapat rnenyebutkan toko mana yang terbaik dan toko mana yang terburuk,
atau toko mana yang memenuhi proyeksi panjualannya dan toko mana
yang tidak. Karana dilengkapi dengan informasi demikian, Fields memulai
tugas--tugas pagi yang menjadi kegemarannya -menelepon para manajer
toko untuk mengucapkan selamat atas kinerjanya.
Paul Quinn, wakil direktur bidang sistem informasi manajemen: “ orang
tidak akan percayaia begitu cepat mengetahui bagaimana keria mereka
kemarin. Hal ini membuat mereka merasa seolah-olah diawasi dan
diperhatikan .”
Dua puluh modul atau aplikasi sistem R01 juga memungkinkan filosofi
manajemen danketerampilan yang dimiliki Fields untuk menyaring seluruh
perusahaan penjualan kue. Pada saat perusahaan mulai beroperasi di Palo
Alto, California, Fields menetapkan sendiri kuota penjualan per jam dan
310
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
persediaan hari itu berdasarkan pengalaman sehari-hari. Kebijakarnya dan
sekarang masih berjalan) ialah tidak menjual suatu produk yang sudah lebih
dua jam. Melalui modul perencanaan produksi sistem ROI para manajer
toko tahu berapa banyak unit kue tertentu yang mereka harapkan bisa terjual
guna memenuhi proyeksi dari jam ke jam, berapa banyak adonan harus
disiapkan, dan kapan memasak untuk me-maksimalkan penjualan dan
meminimalkan kerugi-an. Sistem tersebut juga merencanakan
perkem-bangan per jam proyeksi yang di tetapkan dan memberikan saran-
saran begaimana tetap bisa menjual kue.
Informasi yang di peroleh melalui sistem ROI juga dapat digunakan
mernotivasi para manajer dan staf. Sebagai contoh, Janet oskinski, manajer
sebuah toko Mrs. Fields di Costa Mesa, California, memberi karyawannya
laporan bonus harian satu per satu supaya mereka tahu. seberapa dekat
mereka dengan pencapaian sasaran mereka. Komputer itu bahkan
rnernberikan dorongan dengan pesan –pesan seperti selamat , anda
melakukan sesuatu yang hebat, ketika karyawan mencapai puncak inerja
Sisterm tersebut merupakan alat Bantu pengambilan keputusan dan
dapat membantu mendiagnosa penyakit-kinerja serta memajukan karyawan
yang berpotensi tinggi. Sistem ini dibuat secara strategik dengan memadukan
semua fungsi sumber daya manusia melalui ROI. Sebagai contoh, setelah
seorang manajer toko menyeleng-garakan wawancara penyaringan
pendahuluan, wawancara komputer selama setengah jam dilaksanakan bagi
tiap pelamar dan selanjutnya dianalisa oleh komputer. Dengan
mengotomatisasi dan membakukan proses seleksi melalui komputer,
perusahaan dapat memilih karyawan yang mempunyai kemungkinan
keberhasilan paling besar.
Apabila sudah dipekerjakan, karyawan berpartisipasi dalam penilaian
keterampilan ROI. Modul ini menguji karyawan guna meyakinkan bahwa
mereka memenuhi kualifikasi untuk menjalankan pekerjaan mereka.
Penentuan tingkat langsung dengan tutorial on-line disediakan untuk
pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan keliru. Komputer itu juga
memberikan kursus penyegaran bagi karyawan yang sudah .bekerja.
Misalnya, ketika seorang karyawan tidak mernper-lihatkan kinerja efektif,
sebagaimanta dilakukan sebelumnya, manajer toko Oskinski mengarahkan
mereka untuk bekerja pada komputer yang ada di bagian belakang toko
311
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
selama.beberapa jam. “Pada waktu mereka kembali, kinerjanya meningkat,”
papar Oskinski, yang menambahkan bahwa Anda bisa memberi tahu
karyawan bahwa mereka perlu menjual lebih banyak, tetapi jika tidak tahu
bagaimana melakukannya-mereka tidak akan bisa memberikan kinerja
sebagaimana yang diharapkan. “Pelatihan komputer menjamin peserta
pelatihan tahu resep penjualan, demikian pula aspek-aspek bisnis kue
demikian kata Osinski.
Menurut Randy Fields, direktur utama perusahaan induk Mrs. Fields
(suami Debra Fields), sistem ROI dirancang untuk menjaga perusahaan
secara administratif tetap ramping dater. Nanette Mathieu, direktur operasi,
dipromosikan dan manajer toko ke posisinya yang sekarang hanya dalam
waktu empat tahun. Banyak pengetahuan yang dimilikinya sekarang diperoleh
melalui sistem ROI. Sistem tersebut juga memberinya kebebasan melakukan
apa yang terbaik yang ia lakukan dalam manajemen personel. “Kalau Anda
pakar dan manajer yang akan membangun penjualan, hal terakhir yang harus
selalu Anda lakukan adalah duduk di meja Anda mengerjakan angka-angka,”
kata Mathieu. “Anda harus rnengembangkan tim Anda.”
Sejak menerapkan sistem baru tersebut pada tahun 1985, penjualan di
Mrs. Fields terus meningkat. Juga, keluar-masuknya karyawan secara
mendasar lebih rendah daripada per-usahaan-perusahaan lain dalam industri
makan cepat saji di semua tingkatan.
Pertanyaan : Apa yang menjadi Fokus pada perusahaan diatas, jelaskan
dan gunakan teori untuk membahasnya.
11. AU BON POIN COMPANY
Mistery Shopper (pembeli misterius)! Dibenak anda mungkin terbayang
gambaran seorang detektif yang mencicipi produk suatu perusahaan dengan
cermat sekali atau mengamati melalui kaca pembesar untuk mencari bahan-
bahan rahasia. Tetapi pembeli Au Bon Poin Company tidak sepert ini. Pembeli
misterius ini adalah orang-orang normal yang dibayar $10 sekali berkunjung,
dan menjadi bagian dari program penilain kinerja berbasis tim jaringan restoran
yang bermarkas di Boston. Menurut Ron M. Shaich salah satu direktur
utama Au Bon Pain, program tersebut dirancang untuk memastikan
perusahaan memenuhi amanat korporasinya mencapai keunggulan produk,
312
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
ligkungan dan layanan.
“ Kalau sudah mendapatkan pelanggan , Anda harus melihat apa yang
Anda lakukan dari sudut pandang pelanggan.” Demikian pendapatnya.
Dengan 1.250 orang pekerja tetap dan 3.000 pekerja paruh waktu
dalam daftar gaji, evaluasi kinerja bukanlah tugas yang mudah bagi
perusahaan beromset $135 juta -ditambah 225 toko- sehingga perusahaan
tu melaksanakan program pebelanja misteriusnya. Saat ini, pelanggan-
pelanggan anonym yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan yang
direkrut melalui iklan disurat kabar, membeli makanan dan mengisi penilaian
terhadap restoran, makanan dan layanan mereka. Sebelum melakukan
evaluasi kinerja yang sesungguhna, semua pembeli menerima pelatihan
selama tiga jam mengenai filosofi layanan pelanggan perusahaan itu, dan
diberi sampel makanan yang harus dipersiapkan sehingga mereka dapat
mengevaluasi secara efektif bagaimana makanan itu dipersiapkan.
Para pembeli misterius mengunjungi tiap toko paling sedikit tiga
kaliselama emat minggu, pada waktu sarapan makan siang, dan makan
malam. Mereka menghabiskan waktu paling sedikit duapuluh menit selama
kunjungannya rata-rata 30 menit selama kunjungannya. Kunjungan dilakuka
lebih banyak jika seorang menejer distrik merasa prihati terhadap layanan
atau kebersihan suatu unit tertentu. Perusahaan lain yang ementingkan
keramah tamahan lebih atau sedikit lebih sering berbelanja dibandingkan Au
Bon Pain, ha terpenting seperti dikatakan oleh Shaich, “adalah bahwa
penilaian itu sistematis dan secara statistic cukup signifikan “.
Memikirkan apa yang harus djadikan sasaran dalam bidang makanan,
lingkungan dan layanan tidaklah mudah. Sat ini, jumlah pertanyaan daam
formulir penilaian telah dkurangi dari dua ratus menjadi enam puluh. Beberapa
pertanyaan seperti “ Apakah jeruji didepan kasa ada coretannya?” telah
dicabut untuk menuruti instruksi yang lebh kritis terhadap pengukuran kualitas
dan layanan seperti” Perhatikan sampah-sampah kecil (sedotan, tisu dan
sebagainya ) atau daerah-daerah yang penuh dengan rema-remah atau
tumpahan-tumpahan kecil lainnya dilantai. Berilah tanda centang pada n
tidaklah mudah. Sat ini, jumlah pertanyaan daam formulir penilaian telah
dkurangi dari dua raus menjadi enam puluh. Beberapa pertanyaan seperti “
Apakah jeruji didepan kasa ada coretannya?” telah dicabut untuk menuruti
instruksi yang lebh kritis terhadap pengukuran kualitas dan layanan seperti”
313
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Perhatikan sampah-sampah kecil (sedotan, tisu dan sebagainya ) atau
daerah-daerah yang penuh denga rema-remah atau tumpahan-tumpahan kecil
lainnya dilantai. Berilah tanda centang pada Ya jika dipersihkan dalam 10
menit.”
Penilaian kinerja juga melibatkan bidang-bidang yang tidak dapat
dievaluasi oleh pelanggan-pelanggan misterius. Para menejer distrik
memeriksa hal-hal yang seperti apakah ayam yang sudah matang
dihangatkan dengan suhu 140 derajat Fahrenheit, dan para menejer rumah
tangga memantau kinerja pemasak , orang-orang yang dibagian penyiapan
dan tenaga kebersihan.
FORMULA PEGS
Sistem penilaian Au Bon Pain diberi nama PEGS- Product (produk),
Environment (Lingkungan) dan Great Service Layanan Yang Memuaskan
dan terfokus pada dua belas criteria spesifik yang dirasakan Au Bon Pain
palng penting untuk mencapai misi korporasinya. Pertanyaan-pertanyaan
yang disusun menilai segala sesuatu dari ketersediaan makanan, lama
waktu tunggu, sampai apakah pelayan menyebutkan kembali pesanan yang
diminta ketika pesanan tersebut diserahkan kepada pelanggan. Skor PEGS
yang diperoleh (misalnya sepuluh dari dua belas criteria terpenuhi
ditransformasikan kedalam suatu peringkat perseratus (percentile ranking)
misalnya 83,3 persen.
Menurut Joy Pomeroy, manajer toko pertama dan saat ini kepala Retail
Quality Control diperusahaan itu, progam tersebut secara signfikan telah
memperbaiki layanan pelanggan karena karyawan kini tahu apa yang
diharapkan dari mereka dan menerima umpan balik seberapa besar mereka
memenuh harapan. Skor k inerja ditempat itu secara keseluruhan telah
meningkat dari rata-rata 72 persen menjadi 82 persen. Kira-kira dua puluh
orang dari toko menerima ulasan hangat tiap minggu, kurang lebih sama
dengan angka pada saat program tersebut diluncurkan.
314
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
12. MICROSOFT
Microsof corporation merupakan salah satu kisah sukses terbesar di
AS dewasa ini. Presiden komisaris sekali gus direktur eksekutuf microsof,
William H. Gates, telah berhasil menumbuhkan perusahaan ini sejak didirikan
pada tahun 1975, menjadi berkembang dan memperkerjakan tak kurang
dari 15.000 karyawan, dengan rata rata usia karyawan 31,2 tahun pada
tahun 1995. Perusahaan yang bermarkas di Redmond Washington ini
berhasil mempertahankan peringkatnya diantara perusahaan perusahaaan
yang paling dikagumi dan sering kali terpilih sebagai perusahaan paling
inovatif di AS. Tidaklah mengherankan jika perusahaan tersebut
mengeluarkan produk sampai 50 macam dalam setahun, termasuk versi
versi internasi onalnya. Sukses microsof berhasil mengubah banyak karyawan
dimasa lalu maupun saat ini menjadi jutawan, termasuk gates, yang
dikabarkan memiliki 78% saham microsof.
Menurut banyak pengamat dan vice president microsof jeff raikes,
perusahaan ini memiliki daya kuda besar dan energy tinggi. gates digambarkan
sebagai seorang brilian dan memusatkan perhatian sepenuhnya pada
perusahaan. ia mengharapkan hal yang sama dari para karyawan lain dan
berperan sebagai model peran bagi mereka. Sebagai direktur eksekutuf (CEO),
ia tidak hanya mengikuti apa yang terjadi di microsof melainkan secara
teratur juga mencari kesempatan untuk bekerja erat dengan perusahaan
manufaktur lainnnya. sebagai contoh, microsof dengan Xerox bersama sama
mengembangkan suatu printer dan mesin faks generasi baru. Microsof juga
bekerja sama dengan para klien nya. Menurut Dorothy cooney, direktur
teknologi informasi dari AETNA yang juga salah satu konsumen microsof,”
Komitmen bersama kami dengan microsof penting artinya bagi kami. Ini
merupakan bagian utama mengenai cara membuat langkah besar dalam
pengggunaan teknologi secara efektif guna meningkatkan pelayanan terhadap
konsumen dan mengurangi pengeluaran biaya, sekaligus meningkatkan
tuntutan terhadap teknologi, ysng semuanya memberikan keuntungan
mendasar bagu nasabah, pengguna, serta pemegang saham kami.
Untuk mencapai sukses tersebut dan mewujudkan keterlibatan
dalam industry yang semua ini produknya akan menjadi kadaluarsa dalam
lima tahun, microsof memerlukan keryawan yang berbobot dalam jumlah
banyak. gates, yang bertindak atas dasar premis bahwa perusahaan bias
315
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
sukses karena karyawannya, melibatkan diri dalam rekrutmen di microsof.
Jika ditanya apa yang paling penting dilakukan pada tahun lalu, jawabnya,
sanya banyak merekrutmen orang orang cerdas. Tidak mengherankan jika
microsof banyak melakukan rekrutmen dan penerimaan karyawan.
Dewasa ini, dengan pendapatan sekitar lima milliard dollar AS,
microsof menerima hampir seratus karyawan baru setip minggunya. Mencari
dan menerima karyawan karyawan terbaik merupakan priorotas nomor satu
Microsoft. Mocrosoft merekrut karyawan baru dari 137 kampus empat kali
tahun, menerima 120.000 surat lamaran setahun, mewancarai 7.400 pelamar
dan akhirnya menerima 2000 orang diantaranya. Dan Microsoft tetap berhasil
melakukan sekalipun sebenarnya memiliki reputasi sebagai perusahaan yang
menggaji keryawannya dibawah harga pasar.
Di microsof, mendapatkan orang yang tepat untuk perusahaan yang
begitu pentingnya sehinggga presiden komisaris merasa perlu turun tangan
dan terlibat dalam proses rekrutmen dan seleksi calon karyawan, tentu saja,
ini akan membuat para manajer puncak lainnya melakukan hal yang sama.
Bersama sama, para pemimpin puncak ini meluangkan waktu serta perhatian
mereka dalam proses rekrutmen dan seleksi. Mereka yakin bahwa hal itu
sangat penting artinya bagi kelansungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang dan sekaligus keberhasilan perusahaan.
13. SAMSUNG
1. SEJARAH SINGKAT SAMSUNG
Perusahaan Samsung didirikan pada tahun 1938 di Daegu, Korea Selatan
oleh Lee Byung-chull. Bisnis awalnya berfokus pada perdangangan ekspor
yang menjual ikan kering Korea, sayur,dan buah ke Manchuria dan Beijing.
Namun sejak tahun 1983 Samsung yang berarti “tiga bintang” dalam bahasa
Korea – memliki pabrik tepung terigu dan mesin confectioney sendiri, produksi
dan operasi penjualan sendiri. Dari awal yang bersahaja, Samsung akhirnya
berkembang menjadi korporasi global modern dan masuk ke bidang industry
yang membutuhkan sumber daya manusia yang berintelegensia tinggi. Tahun
2012, Samsung berhasil menjadi produsen handphone no 1 di dunia,
menggeser Nokia sebelumya yang merai penjualan handphone di seluruh
dunia sejak tahun 1998.
316
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
2. Visi dan Misi Samsung
Visi
“Memimpin pergerakan konvergensi digital”
(Samsung) menyakini bahwa melalui inovasi teknologi saat ini, akan
menemukan solusi yang di perlukan untuk menghadapi tantangan hari esok.
Teknologi membuka kesempatan bagi bisnis untuk tumbuh, bagi warga
Negara dipasar yang sedang berkembang untuk hidup sejahtra dengan
memasuki tahap ekonomi digital,dan agar masyarakat dapat menemukan
peluang baru.
Misi
Menjadi “ digital –eCompany “ yang terbaik.
Samsung tumbuh menjadai perusahaan global dengan menghadapi
tantangan secara langsung. Dalam tahun-tahun kedepan, orang-orang kami
yang brdedikasi akan terus menghadapi banyak tantangan dan memberikan
ide-ide kreaktif untuk mengembangkan produk dan layanan yang memimpin
pasr. Kecerdasan mereka akan terus menjadi Samsung sebagai perusahaan
global yang menguntungkan dan bertanggung jawab.
Tujuan
1. Maket leader number one in sales, volume, and market share. Yakin
menjadi pemimpin pasar dalam bisnis elektonik dengan volume penjualan
nomor satu.
2. Best distribution network, yakni memiliki jaringan distribusi yang luas
3. Mengembangkan teknologi yang inovatif dan proses efesien yang
menciptakan pasar bar uterus menjadikan Samsung pemimpin digital
yang terpecaya.
3. FILSAFAT DAN SASARAN SAMSUNG
Berbasis Subr Daya Manusia & Teknologi
• Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia dan keunggulan
teknis dengan prinsip-prinsip manajemen
• Meningkatkan efek sinergi atas keseluruhan sistem manajemen melalui
sumber daya manusia dan teknologi
317
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Unsur-unsur inti manajemen
Menciptakan Produk dan Jasa Terbaik
• Menciptak produk dan jasa yang memberikan kepuasan terbaik bagi
pelanggan
• Meraih posisi nomor 1 di dunia dalam lini bisnis yang sama
Dan berperan terhadap Masyarakat
• Berperan terhadap kepentingan bersama dan kemakmuran
• Melaksanakan pernyataan misi melalui anggota masyarakat
Sasaran Perusahaan
4. PRINSIP BISNIS SAMSUNG
“Samsung berjanji untuk berbuat dengan rasa tanggung jawab
sebagai perusahaan global yang termuka. “ Samsung berkomitmen untuk
mematuhi berbagai undang-undang dan peraturan setempat serta
menerapkan pedoman perilaku global yang ketat pada semua karyawan.
Sansung menyakini bahwa manajemen yang beretika bukan hanya alat untuk
membangun kepercayaan pada para pihak yang berkempentingan, termasuk
pelanggan, pemengang saham, karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat
setempat. Dengan tujua menjadi salah satu perusahaan yang paling beretika
di sunia, Samsung terus melatih para karyawan dan menjalankan sistem
pemantauan, sekaligus mempraktikkan manajemen perusahaan yang jujur
san transparan.
Prinsip Bisnis Samsung
Dalam mengekspresikan komitmennya pada tanggung jawab social
korporat sebagai perusahaan termuka di dunia, Samsung Electronic
mengumumkan “ Lima Prinsip Binis Samsung “ pada tahun 2005. Prinsip-
prinsip ini berlaku sebagai fondasi bagi pendoman perilaku globalnya sesuai
dengan standar etika dan serta memenuhi tanggung jawab sosialnya sebagai
korporat.
1. Mematuhi Stndar Etika Dan Undang-Undang
• Menghormati harga diri dan perbedaan setiap orang. Yaitu menghormati
hak asasi semua orang. Kerja paksa, eksploitsi uopah dan perbudakan
318
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
anak-anak tidak diperbolehkan dalm keadaan apa pun. Kami tiak
membeda-bedakan kebangsaan, ras, jenis, agama, dll. Dan
memperlakukan sama semua pihak yang berkepentingan, seperti
pelnggan atau karyawan.
• Bersaing dengan jujur sesuai dengan etika bisnis dan undang-undang
yaitu mematuhi semua peraturan Negara lain dan masyarakat regional,
menghormati aturan persaingan pasar, dan bersaing dengan cara yang
jujur. Kami tidak mencari untung secara curang dengan melanggar hukun
dan etika dagang yang buruk. Kami tidak member maupun menerima
pemberian kompensasi, suap, atau mentraktir orang saat melakukan
aktivitas bisnis.
• Menjaga akuntasi yang transparan melalui catatan akuntasi yang akurat.
Yaitu mencatat dan mengelola semua transaksi secara akurat untuk
membuat semua pihak yang berkepentingan dengan jelas memahami
aktivitas bisnis kami sesuai dengan standar akuntsi yang digunkan
secara internsional, serta peraturan akuntansi setiap Negara. Sesuai
ketetapan hokum, kami bersikap transparan dalam hal informasi
perusahaan dan aspek utama manajemen, seperti halnya perubahan
keuangan di perusahaan.
• Tidak melibatkan diri dalam urusan politik dan menjaga netralitas. Yaitu
menghormati hak-hak politik dan keputusan politik setiap orang, dan
tidak melakukan aktivitas politik di perusahaan. Kami tidak menggunakan
dana, sumber daya manusia, fisilitas perusahaan, dll, untuk tujuan politik.
2. Memelihara Budaya Organisasi Yang Bersih
• Memisahkan dengan ketat kehidupan pribadi dan umum setiap orang
dari semua aktivitas bisnis. Yaitu jika terjadi konflik antara perusahaan
dan orang, kami memprioritaskan kepentingan hukum perusahaan.kami
tidak mendukung kepentingan pribadi menggunakan kekeyaan
perusahaan dan jabatan sendiri, dan tidak terlibat dalam aktivitas tidak
pantas seperti penyalah gunaan atau seperti jual beli saham dengan
menggunakan informasi yang diperoleh secara resmi.
• Melindungi dan menghormati kekayaan intelektual milik perusahaan dan
orang lain. yaitu kekayaan intelektual dan informs konfidensial tiak boleh
keluar ari perusahaam tanpa ixin atau persetujuan yang sesuai. Kami
319
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
menghormati kekayan intelektual pihak lain dan tiak terlihat dalam
tindakan pelanggaran seperti menggunkan tanpa izin, memperbanyak,
menyebarkan, mengubah, dll.
• Menciptakan suasa yang sehat. Yaitu tidak memnggunakan kata-kata
yang dapat merusak hubungan sehat sesame rekan seperti pelecehan
seksual, transaksi uang, atau kekerasan. Kami tidak membentuk klik
yang dapat menyebabkan ketidak cocokan didalam kelompok atau tiak
membantu kelompok-kelompok tertutup.
3. Menghormati Pelanggan, Pemengang Saham, Dan Karyawan
• Memberikan prioritas tertinggi pada kepuasan pelanggan. Yaitu
menyediakan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan. Kami memiliki sikap yang tulus an ramah pada pelanggan
serta menerima saran dan keluhan dari pelanggan dengan sopan. Kami
juga menghormati serta melindungi kehormatan dan informs pelanggan.
• Berusaha mewujudkan manajemen yna berorientasi pada nilai
pemengang saham. Yaitu memberikan manfaat jangka panjang kepada
pemengang saham melalui investasi yang pantas dan peningkatan
efisiensi operasional. Kami menciptakan menfaat yng stabil melalui
aktivitas manjemen yang teratur dan meningkatkan nilai pasar atas
perusahaan. Selain itu,kami menghormati hak-hak, permintaan yang
beralasan, an ide-ide dari pemengang saham.
• Berupaya melakukan peningkatan ‘kualias hidup’ para karywan kami.
Yaitu kami menyediakan kesempatan yang sama bagi semua karyawan
dan memperlakukan mereka dengan adil sesuai dengan kemampuan
dan kinerja mereka. Kami merekomendasikan pengembangan diri
karyawan yang terus-menerus dan mendukung peningkatan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas, selain itu, kami membuat
lingkungan yang dapat bekerja secara otonom dan kreaktif.
4. Peduli Dengan Lingkungan, Keselamatan. Dan Kesehatan
• Berusaha mewujudkan manajemen yang ramah lingkungan. Yaitu
mematuhi standar internasional menyangkut perlindungan lingkungan,
tindakan terkait, dan undang-undang di bawahnya, serta peraturan
internal. Kami terus melakukan upaya perlindungan lingkungan dalam
320
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
semua aktivitas bisnis seperti pengembangan, produksi, penjualan, dsb.
Kami mempelopori penggunaan sumber daya yang efektif, seperti daur
ulang sumber daya.
• Mengutumakan keselamatan dan kesehatan orang. Yaitu mematuhi
stadar internasioanal menyangkut keselamtan, tindakan terkait, dan
undang-undang di bawahnya,serta peraturan internal. Kami mematuhi
peraturan keselamatan, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman,
dan mencengah kecelakaan akibat kecerobohan.
5. Warga Korporat Yang Bertanggung Jawab Secara Social
• Senantiasa melaksanakan kewajiban dasar sebagai warga korporat yaitu
berupaya menumbuhkan kesetian dalam tanggung jawab dan kewajiban
perusahaan sebagai anggota masyarakat regioanal. Kami bekerja keras
untuk mewujudkan ketenaga kerjaan yang aman dan benar-benar
memahami kewajiban membayar pajak
• Menghormati karakteristik social budaya yang ada dan memiliki
manajemen yang kooperatif (kemakmuran bersama/kerja sama)
yaitumenghormati undang-undang, budaya, dan nilai-nilai pada
masyarakat regioanal dan berperan terhadap peningkatan kualitas hidup.
Kami memperhatikan pengembangan masyarakat yang sehat melalui
berbagai aktivits untuk kepentingan umum seperti studi intelektual dan
artistic, budaya, aktivitas olahraga,dsb. Kami aktif terlibat dalam
berbagai aktivitas pelayanan social seperti sukarelawan, penanganan
bencana,dsb.
• Membina hubungan di antara mitra bisnis dan koeksistensi, dan
kesejahteraan bersama yaitu membentuk hubungan timbale balik ats
dasar kemitraan bisnis dan saling percaya serta menganggap mitra bisnis
sebagai mitra strategis. Kami memperkuat daya saing perusahaan
rekanan melalui dukungan legal dan mengupayakan pengembangan
bersama.
5. POLA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
A. POLA PENDIDIKAN SDM
Tahun 2013, Samsung memiliki sekitar 427.000 orang karyawan di
seluruh dunia. Samsung memperkenalkan sistem manajemen yang disebut
321
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
“manajamen Carilah”. Maksudnya adalah Samsung harus mencari orang-
prang genius untuk bekerja bersama Samsung. Hal ini berangkat dari
kesadaran bahwa penurunan kinerja perusahaan jepang sebagian diakibatkan
ketidak mampuan memburu orang-orang yang memiliki telenta. Kategori orang
genius yang dicari Samsung adalah, pertama, tidak memandang
kewarganegaraan orang tersebut. Kedua mereka memiliki kemampuan
intelektual kuat secara global. Ketiga mengutamakamn mahasiswa teknik
atau eksakta.
Samsung Electonics membuat pusat penelitian pengembangan
kemampuan orang genius. Criteria orang genius adalah, pertama, mampu
menciptakan produk yang belum ada di perusahaan dan melalui produk
tersebut mampu permintaa dan dapat memimpin pasar dalam jangka waktu
menengah. Kedua, memiliki kemampuan inovasi, yaitu mendorong trciptanya
ide-ide kreaktif di luar streotif. Ketiga, bersifat profesisioanal serta mampu
berorganisasi. Keempat, memiliki rasa kemanusiaan.
Samsung membuat beberapa level tingkatan orang genius, yaitu level
S,H, dan A. orang genius level S(Super), memiliki kemampuan super yang
tersembunyi dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan hasil
mengagumkan dan merupakn calon orang yang akan memimpin Samsung
di masa depan. Level H ( High Potensial ), yaitu yang tidak cukup dinilai
berdasarkan hasil kerja, tapi memiliki bakat tersembunyi yang
memperlihatkan kemungkinan (probalitits) super. Level A tidak sebagus levwl
S, tetapi harus memperlihatkan kemungkinan level kemampuan super
tersembunyi.
Samsung memiliki lebih dari seribu orang dewan peneliti berlevel S
yang bergaji tahunan tiga kali lipat disbanding paraeksekutif. Diantara mereka
ada yang menjalankan yayasan Samsung Fellao,yang merupakan kamtor
kehormatan terbaik bagi orang-orang genius yang memiliki standar teknis
terbaik di dunia. Mereka menbuat program untuk meningkatkan jumlah orang
genius yang bergelar master atau doctor sebanyak seribu orang per tahun.
Selain itu, merek juga mengirim orang-orang genius yang memiliki ilmu
pengetahuan dasar dari china, rusia dan lain-lain. untuk melanjutkan kuliah
di universitas di Korea serta merancang tempat penelitian berbasis di Amerika,
Uni Eropa, Jepang, China.
322
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
B. MANAJEMEN KREATIF
Pada saat Samsung mulai berkembang mereka meminjam teknologidan
cara mengelola perusahaan dari perusahaan lain, seperti melakukan
benchmarking dengan sistem pengelola SDM perusahaan Sony dan general
electric. Namum sejak Samsung menjadi perusahaan nomor satu dunia,
presiden direktur Lee Kun Hee menyadari tidak ada lagi perusahaan yang
akan mau meminjamkan atau mengajari teknologinya kepada Samsung.
Oleh sebab itu, Presiden Lee mengatakan mereka harus percaya diri untuk
mengembangkan teknologi dan sistem manajemen yang dibuat sendiri.
Mereka harus menjalankan manajemen kreatif. Kunci untuk mendukung
manjemen kreaktif adalh manajemen SDM.
Satu sistem pendidikan yang dijalankan Samsung adalah “spesialis
local”. Sistem ini merupakan kursus untuk perkembang SDM global dengan
cara mengirimkan pegawai ke luar negeri, yang bekerja selama lebih dari 3
tahun melalui penelitian tentang bahsa dan lingkungan social serta budaya
setempat. Pengawai tersebut bekerja dan berjalan-jalan seamunya di aerah
tempatnya bekerja dan mengabadikan pengalamannya nantinya akan keluar
di intrnet sehingga bias dibaca oleh yang lain.
Untuk pegawai baru, Samsung juga membuat pendidikan melalui camp
training selam empat minggu. Materi pembelajaran bermacam-macam, antara
lain pendidikan SVP (Samsung Shared Value Program), SLP (Program
pengembangan manajer tingkat tinggi) dan SGP (Program Pengembangan
SDM global ).
C. SDM “Tipe T”
Samsung mencari SDM yang berkualitas tipe T, yaitu pekerja yang
menguasai pekerjaan di bidangnya dan memiliki kemampuan dan
pengetahuan yng luas. Kualitas tipe T memili tiga arti, pertama, baerpikir
solidm meliki pngertian dalam mengeuasai seluruh pekerjaan. Tugas apapun
yang diberikan kepada SDM tipe T, hasilnya berkualits lebih bagus. Kedua,
bila diperlukan ide kreaktif dalam bisnis baru seta berkombinasi dengan
teknologi yang berbeda, maka SDM berkualitas tipe T akan lebih dibutuhkan.
Ketiga, SDM berkualits tipe T memiliki sistem manajemen untuk menghadapi
lingkungn global. Istilah lain untuk SDM tipe T adalah SDM yang menguasi
bidang spesialis, tapi juga mengetahui berbagai bidang yang luas (spesialis-
323
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
generalis).
SDM berkualitas tipe “T” adalah SDM yang memiliki 4C, yaitu
Compassion, Conception, Controversy dan Commitment. Memiliki
Compassion maksudnya bahwa orang tersebut memiliki kemampuan untuk
mengerti keinginan dan memikirkan kenyamanan konsumen. Conception,
adalah kemampuan untuk mengkombinasikan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki secara apapun. Controversy adalah dimana personil tersebut
menikmati munculnya kontroversi kreatif dengan saling berbagai ide sehingga
muncul ide baru yang berguna bagi keberlangsungan bisnis. Commitment,
adalah setelah menyampaikan idenya, SDM tersebut berusaha dengan
sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Dia akan berusaha sendiri bila tidak
ada yang mendukungnya dan terus berkarya.
D. SISTEM MBA (Master Of Business Adminitration) SAMSUNG
SDM berkualitas tipe T yang diinginkan Samsung dapat dibentuk dengan
adanya pengembangan SDM dalam sistem MBA (Master Of Business
Administration) Samsung. Samsung mempromosikan dan menggali bakat
berkualitas generasi penerusnya di antara pegawainya sendiri. Sistem MBA
Samsung dilakukan dengan menyeleksi pegawai dari jajaran kepal bagian
dan wakil kepal bagian,lalu membinanya menjadi pemimpin atau CEO
Perusahaan.
KESIMPULAN
Pengelolaaan terhadap sumber daya dengan baik dan benar sangat
mempengaruhi kemajuan dari suatu Organisasi Perusahaan, terbukti dari
Samsung yang hanya berawal dari sebuah perusahaan pengekspor barang
harian, mampu mengubah posisinya menjadi perusahaan nomor satu di
dunia. Melalui Visi, Misi, Tujuan, Serta penerapan prinsip bisnis serta
menerapakanpola pengembangan SDM dengan benar, Samsung mampau
menjadi perusahaan raksasa di dunia. Oleh karena itu, tidak dapat di pungkiri
bahwa peran SDM dalam suatu organisasi sangat penting guna mencapai
tujuan organisasi prusahaan.
324
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
14. GARUDA
Pilot-pilot PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di bawah Asosiasi (APG),
Kamis(28/7/2011) berencana melakukan mogok karena gaji yang diterima
lebih kecil daripada gaji pilot asing yang dikontrak manajemen Garuda
Indonesia.
Direktur Operasi Garuda Indonesia, Ari Sapari mengatakan manajemen
Garuda akan memenuhi tuntutan para pilot yang meminta penyesuaian gaji
dengan pilot asing yang dipekerjakan Garuda.
Manajemen Garuda Indonesia lalu mengeluarkan ilustrasi simulasi
penggajian penerbang garuda. Dalam ilustrasi itu disebut penerbang lokal
mendapatkan gaji perbulannya Rp 47,7 juta sedangkan penerbang asing
USD 8.100 setara Rp 68,8 juta per bulan.
Flight allowance yang diterima penerbang lokal Rp10 juta (dengan
asumsi 60 jam terbang), sedangkan penerbang asing tidak mendapatkan
karena termasuk di gaji. Benefit cash seperti THR hingga insentif-bonus
yang diterima penerbang lokal sebesar 3,5 dikali gaji per tahun atau sebesar
Rp13,9 juta per bulan. Sedangkan penerbang asing sama sekali tidak
mendapatkannya.
Sementara total uang yang diterima bagi penerbang lokal per tahun
mencapai Rp 860 juta sedangkan penerbang asing Rp 826 juta. Dengan
demikian, selisih gaji yang bagi penerbang lokal Rp12,3 juta per bulan
sedangkan penerbang asing hanya Rp2,25 juta per bulan.Penerbang lokal
tidak mendapatkan housing allowance, sedangkan penerbang
mendapatkannya sebesar USD1.200 atau setara dengan Rp10 juta per bulan.
Pilot lokal mendapatkan medical allowance, personal accident assurance,
lost of flying licence,iuran pensiun, Jamsostek, kesehatan pensiun,
penghargaan pensiun. Sedangkan pilot asing tidak,”
Saat ini, Garuda Indonesia memperkerjakan sebanyak 43 pilot kontrak
dan 34 diantaranya pilot asing. Direktur Operasi Garuda Indonesia, Ari Sapari,
menjelaskan, status pilot asing di Garuda hanya bersifat kontrak dengan
perjanjian kerja selama 12 bulan. Selama masa kerja tersebut, pilot asing
tersebut menerima pendapatan dalam mata uang dolar Amerika Serikat.
PT Garuda Indonesia Tbk mengklaim jumlah gaji yang didapatkan oleh
pilot-pilot lokalnya lebih besar ketimbang gaji pilot asing yang dikontraknya.
Dalam sebulan gaji pilot lokal mencapai Rp 71 juta, sementara pilot asing
325
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Rp 68,8 juta/bulan.
Demikian disampaikan oleh Vice President Corporate Communication
Garuda Pujobroto
Namun deputi Teknik Asosiasi Pilot Garuda Isays U. Sampesulse pernah
mengungkapkan bahwa kapten pilot asing yang bekerja pada tahun pertama
mendapat gaji US$ 9.000 atau sekitar Rp 77 juta per bulan. Gaji itu masih
ditambah biaya akomodasi US$ 1.200 atau sekitar Rp 10,3 juta.
Adapun first officer asingmenerima biaya akomodasi US$ 7.200 atau
sekitar Rp 64,8 juta.
Adapun kapten pilot lokal, yang sama-sama bekerja pada tahun pertama,
mendapat gaji total Rp 43 juta. “Gaji pilot asing itu setara dengan pilot lokal
yang sudah punya masa kerja 20 tahun,” kata Isays.
Diskriminasi upah ini terjadi karena Garuda menggunakan standar
internasional ketika mengontrak pilot asing. Sementara untuk pilot lokal,
tidak digunakan standar itu.
Salah satu penyebab terjadinya aksi mogok ini, kata Presiden Asosiasi
Pilot Garuda, Stephanus, karena selama ini telah terjadi sikap diskriminasi
yang dilakukan Manajemen Garuda Indonesia terkait soal pendapatan antara
pilot lokal dan asing yang menyebabkan kesenjangan di antara mereka.
Selain itu, terus bertambahnya jumlah pesawat tidak diimbangi dengan
jumlah penerbang yang memadai menyebabkan sangat padatnya jadwal
terbang bagi pilot. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kelelahan yang
kemudian dapat membahayakan keselamatan penerbangan.
Penanggulangan Dampak Masalah
Untuk mengatasi jadwal penerbangan yang terganggu, Direktur
Operasional Garuda Indonesia Ari Safari mengatakan, Garuda akan
menyiapkan para penerbang yang selama ini bertugas sebagai instruktur
dan tergabung dalam struktural manajemen sebagai salah satu upaya
antisipatif agar jadwal penerbangan berlangsung normal. Garuda
menggabungkan beberapa penerbangan karena tujuan yang sama dan waktu
yang relatif berdekatan, seperti penerbangan ke Medan, Denpasar, dan
Palembang. Ada pula yang mengalihkan calon penumpang ke pesawat
maskapai lainnya, seperti di Yogyakarta.
326
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Penyelesaian Manajemen Garuda akhirnya menyetujui usulan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Jacob Nuwa Wea untuk
mengalokasikan dana sebesar 35% dari pos gaji untuk memperbaiki
sistempenggajian para pilot. Persetujuan tersebut disampaikan Deputi Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Logistikdan
Pariwisata Ferdinand Nainggolan di lantai 21 Gedung Garuda Indonesia,
kemarin. Pernyataan setuju tersebut disampaikan Ferdinand di depan para
wartawan setelah melakukan pertemuan dengan para direksi dan perwakilan
10 forum pekerja yang ada di lingkungan maskapai penerbangan Garuda.
Yaitu, Serikat Karyawan Garuda (Sekarga), Forum Komunikasi Teknis, Ikatan
Teknisi Pesawat Udara, Forum Komunikasi Garuda Aviation Training &
Education, Forum Komunikasi Garuda Sentra Medika, Forum Komunikasi
Sistem Informasi, Forum Komunikasi Keuangan, Ikatan Profesi Niaga, Ikatan
Awak Kabin Garuda, dan Forum Komunikasi Flight Engineer.
Karyawan nonpenerbang Garuda rela bila kenaikan gajinya yang semula
diusulkan 27% menjadi hanya 25%. Mereka menganggap semua posisi di
Garuda itu penting. Menurut Ferdinand, karyawan nonpenerbang rela
menerima penurunan usulan kenaikan gaji demi kelangsungan hidup
perusahaan. Karena saat itu Garuda sedang mengalami berbagai tekanan.
Selain krisis keuangan akibat utang masa lalu, Garuda juga harus
menanggung akibat dari penurunan jumlah penumpang internasional sebagai
dampak tragedi Bali. Dengan kesepakatan tersebut, komposisi gaji minimal
kopilot menjadi Rp6,7 juta dan maksimalnya Rp11,6 juta. Sementara gaji
minimal pilot Rp13,47 juta dan maksimal Rp23,3 juta.
Komposisi tersebut sedikit lebih besar dari yang diusulkan manajemen
sebelumnya. Untuk gaji minimal kopilot Rp6,5 juta dan maksimal Rp11,3
juta. Sementara gaji pilot minimal Rp13,1 juta, maksimal Rp22,7
juta.Menanggapi keputusan manajemen Garuda tersebut, anggota Tim
Collective Agreement Asosiasi Pilot Garuda (APG) Nanang Rido mengaku
lega. Meski begitu, Nanang menganggap keputusan manajemen
tersebut baru langkah awal dari upaya para pilot Garuda untuk
memperjuangkan sistem penggajian sejak 1956. Kesan belum maksimalnya
keputusan manajemen tersebut memang wajar. Pasalnya, bila perbaikan
sistem penggajian yang diusulkan APG dikabulkan dengan mengalokasikan
pos gaji sebesar 39%, gaji minimal kopilot akan mencapai Rp6,9 juta,
327
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
maksimal Rp11,9 juta. Sedangkan gaji
pilot minimal Rp13,8 juta, dan maksimal Rp24,06 juta. Sebelumnya,
dalam pertemuan di kantor Menakertrans, Kamis (13/2), manajemen Garuda
menolak usul Menakertrans untuk mengalokasikan 35% dari pos gaji
karyawan Garuda bagi para pilot. Alasan manajemen, hal itu akan
menimbulkan kecemburuan karyawan lain. Menakertrans sempat kecewa
dengan penolakan itu dan mengganggap alasan yang dikemukakan
manajemen terlalu dicari-cari. Jacob menilai sudah sepantasnya pilot
mendapat jatah lebih besar karena tanggung jawab mereka juga besar.
Kekecewaan saat itu juga diungkapkan Presiden APG Ari Sapari.
Kendati demikian, atas permintaan Menakertrans, mereka
mengurungkan niat mogok yang pernah dilontarkan. Para pilot akan terbang
dengan keprihatinan hingga ada keputusan pasti atas usul perbaikan sistem
gaji,. Beberapa pilot bahkan sudah melirik maskapai penerbangan asing
sebagai tempat berlabuh mereka. Awalnya, para pilot menuntut jatah 39%
dari pos gaji karyawan, tapi akhirnya menyetujui angka 35% yang diusulkan
Menakertrans. Angka ini pulalah yang akhirnya disetujui manajemen.
sepantasnya pilot mendapat jatah lebih besar karena tanggung jawab mereka
juga besar.
Kekecewaan saat itu juga diungkapkan Presiden APG Ari Sapari. Kendati
demikian, atas permintaan Menakertrans, mereka mengurungkan niat mogok
yang pernah dilontarkan. Para pilot akan terbang dengan keprihatinan hingga
ada keputusan pasti atas usul perbaikan sistem gaji,.
Beberapa pilot bahkan sudah melirik maskapai penerbangan asing
sebagai tempat berlabuh mereka.
Awalnya, para pilot menuntut jatah 39% dari pos gaji karyawan, tapi
akhirnya menyetujui angka 35% yang diusulkan Menakertrans. Angka ini
pulalah yang akhirnya disetujui manajemen.
15. PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA (PT. CPI)
PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI) adalah perusahaan modal asing (PMA)
yang melakukan kontrak kerja dengan Pemerintah Indonesia dalam bidang
eksplorasi dan produksi minyak bumi. Kegiatan CPI di Indonesia dimulai
tahun 1934. CPI berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Dari sekitar 1,374 juta
barrel minyak per hari yang dihasilkan di Indonesia tahun 1993, sebanyak
328
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
670.000 barrel berasal dari ladang minyak CPI. Minyak bumi yang dihasilkan
sebagian digunakan untuk keperluan dalam negeri, sedangkan sisanya
diekspor ke Jepang, Australia, Amerika dan berbagai negara lainnya. Untuk
meningkatkan efisiensi di dalam eksplorasi minyak, CPI memanfaatkan
teknologi baru. CPI saat ini menggunakan teknik injeksi air dan teknik injeksi
uap. Teknologi ini diperlukan agar perolehan minyak bisa ditingkatkan.
Walaupun CPI berbentuk Perseroan Terbatas (PT), namun 100% saham
perusahaan ini dimiliki oleh Chevron dan Texaco yang pusat kegiatannya
berada di Amerika Serikat. Saat ini kepemilikan sahamnya 50% dipegang
oleh Chevron dan 50% dimiliki oleh Texaco. Pembagian keuntungan
perusahaan didasarkan pada rasio pembagian keuntungan 88% untuk
Pemerintah Indonesia dan 12% untuk Caltex. Caltex hanya melaporkan pada
Pemerintah Indonesia hal-hal yang akan dia lakukan. Pada sistem kontrak
karya pembagian adalah keuntungan 65% untuk Pemerintah Indonesia dan
35% untuk Caltex. Pada tahun 1983 kontrak kerja berubah menjadi kontrak
Production Sharing. Pada sistin kontrak ini manajemen tidak lagi menjadi
prerogatif Caltex tetapi menjadi hak Pemerintah Indonesia, yang dalam hal
ini diwakili oleh Pertamina. Demikian pula dengan kekayaan perusahaan
menjadi milik Pertamina.
PT. CPI menghadapi permasalahan dalam pengembangan SDM yaitu
penyiapan tenaga ahli. Selama kurun waktu 2 sampai 5 tahun terdapat sekitar
51.42% karyawan yang berlatar belakang sarjana berhenti bekerja dan pindah
ke perusahaan lainnya. Perpindahan tenaga kerja ini sangat mempengaruhi
jalan operasi perusahaan.
Dimata karyawan apa yang diberikan oleh perusahaan tidak
memuaskan. Misalnya ada karyawan yang menuntut agar gaji karyawan
yang langsung bekerja di bidang eksplorasi dan produksi diberikan dalam
proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan di bidang
administrasi. Selain itu gaji, tunjangan dan fasilitas untuk karyawan jauh di
atas apa yang diperoleh karyawan domestik. Keluhan lainnya adalah
perbedaan perlakuan atas karyawan yang berasal dari konsorsium Pertamina
yang bekerja di PT. CPI. Mereka mendapat peluang yang lebih baik untuk
ikut training bagi kenaikan karir dibandingkan dengan karyawan yang bukan
berasal dari konsorsium Pertamina. Selain itu sebagian karyawan tunjangan
hari tuanya relatif rendah. Karyawan merasa apa yang mereka terima tidak
329
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
sesuai dengan pengorbanan mereka yang harus bekerja di lingkungan kerja
jauh dari kota besar.
PT. CPI mempunyai 600 karyawan yang terdiri atas 150 di Kantor Pusat,
160 di Kantor Rumbai, 140 di Kantor Duri, dan 150 di Kantor Dumai. PT. CPI
adalah suatu perusahaan modal asing, maka karyawannya pun terdiri atas
orang pribumi dan orang asing. Karyawan asing mendapat perlakuan yang
lain daripada perlakuan terhadap karyawan Indonesia, dalam arti fasilitas
yang mereka peroleh jauh lebih baik. Pada umumnya para karyawan asing
adalah para teknisi di bidang perminyakan yang tenaga kerja mereka sangat
dibutuhkan.
1. Status dan Penggolongan Pegawai
Pegawai PT. CPI terdiri atas pegawai tetap yang diangkat setelah
mereka lulus masa percobaan selama 3 bulan. Perusahaan memerlukan
tenaga yang sifatnya untuk sementara (misalnya tenaga medis) ada pegawai
tidak tetap yang dikontrakkan untuk masa kerja tertentu. Pegawai tetap
dikategorikan ke dalam 13 klasifikasi. Klasifikasi 1 adalah yang terendah
sedangkan klasifikasi 13 adalah tertinggi. Berdasarkan klasifikasi yang dimiliki
masing-masing pegawai seperti berikut :
a) Pegawai MCP (Management Compensation Program), adalah pegawai
yang termasuk klasifikasi 11 ke atas
b) Pegawai SCP (Staff Compensation Program), memiliki klasifikasi 7-10
c) Pegawai Associate Staff, memiliki klasifikasi 5 dan 6
d) Pegawai Non-Staff, pegawai dengan klasifikasi 1-4
Selain pegawai golongan di atas ada pegawai tidak tetap yang bekerja
berdasarkan kontrak. Pegawai kelompok terakhir ini dalam bekerja dipimpin
oleh penyelia PT. CPI dan bertanggung jawab kepadanya. Walaupun demikian,
pegawai kontraktor tidak menerima gaji dari PT. CPI melainkan dibayar oleh
pihak kontraktor.
Terjadinya perbedaan perlakuan antar lulusan S1 disaat mereka pertama
kali diterima sebagai karyawan di perusahaan. Lulusan ilmu sosial hanya
memperoleh klasifikasi 7 sedangkan lulusan ilmu eksakta mendapat
klasifikasi 8. Kenaikan dari klasifikasi 7 ke 10 tidak tergantung pada posisi
yang tersedia, tetapi tergantung pada prestasi kerja masing-masing
karyawan. Kenaikan dari klasifikasi 10 ke 11 mulai sulit karena dikaitkan
dengan posisi kerja yang tersedia. Posisi klasifikasi 11 ke atas adalah posisi
330
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
ahli senior yang jumlah posisinya relatif sedikit. Seseorang baru dipromosikan
ke klasifikasi 11 hanya bila ada posisi yang terbuka. Karyawan banyak
mengeluh karena sulitnya kenaikan klasifikasi karena dikaitkan dengan posisi
yang tersedia.
2. Kompensasi
Kompensasi yang diberikan kepada karyawan atas tenaga dan pikiran
yang dicurahkan pada pekerjaan terdiri atas gaji, tunjangan dan berbagai
fasilitas.
a. Gaji
Gaji yang diberikan didasarkan gaji pokok setiap tahun sekali. Dalam
10 tahun terakhir, kenaikan gaji sebesar 5%. Karyawan juga memperoleh
tambahan kenaikan gaji yang didasarkan prestasi kerja yang dibatasi oleh
ketentuan gaji maksimal untuk masing-masing klasifikasi dapat menimbulkan
masalah bagi karyawan yang tidak naik klasifikasi karena tidak tersedianya
posisi kerja untuk klasifikasi lebih tinggi menyebabkan jumlah gaji tambahan
yang didasarkan prestasi kerja semakin mengecil dari tahun ke tahun. Ini
dilakukan agar gaji yang diterima tidak melampaui ketentuan jumlah gaji
maksimum untuk setiap klasifikasi. Ini menjadi faktor yang kurang
menggairahkan karyawan untuk bekerja. Karyawan yang mencapai usia
tertentu akan berhenti bekerja dan mendapat uang penghasilan dari pensiun.
b. Tunjangan
Perusahaan memberikan tunjangan uang tunai pada karyawan yang
bekerja di daerah terpencil. Selain itu, memberikan tunjangan perumahan
dan transportasi untuk yang tidak menempati perumahan yang disediakan
oleh perusahaan. Tunjangan perumahan berupa kesempatan untuk
membangun rumah atas bantuan perusahaan.
Tunjangan lain adalah tunjangan cuti dan hari libur. Karyawan dapat
menikmati hari libur dengan gaji tetap dibayarkan. Hari libur meliputi hari
libur resmi pemerintah, cuti tahunan, dan beberapa hari libur yang diberikan
kepada karyawan oleh perusahaan untuk berbagai urusan seperti pernikahan,
kelahiran anak, naik haji.
Cuti tahunan tergantung golongan karyawan. Karyawan Non Staff dan
Associate Staff masa kerjanya kurang dari 20 tahun dan memperoleh cuti
331
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
28 hari. Masa kerja yang di atas 20 tahun dan memperoleh cuti 35 hari.
Karyawan Staff dengan klasifikasi 7-10 mendapat cuti 35 hari dan yang di
atas klasifikasi 10 mendapat tambahan 6 hari. Tambahan 6 hari adalah bagian
dari Program “Rest & Relaxation”.
Karyawan yang mengambil cuti memperoleh tunjangan cuti jumlahnya
berdasarkan golongan dan klasifikasi karyawan. Non Staff menerima biaya
cuti 150% dari gaji pokok sedangkan Associate Staff klasifikasi 7-10
menerima biaya cuti 200% dari gaji pokok. Sedangkan klasifikasi 11 ke atas
memperoleh 250% dari gaji pokok.
Karyawan menerima tunjangan bagi yang sakit berkepanjangan,
melahirkan anak dan kematian. Tunjangan memberi peluang kepada
karyawan yang sakit berkepanjangan untuk mendapat gaji penuh. Selain
itu, sejumlah uang tunai juga diberikan kepada karyawan yang tidak
meneruskan pekerjaannya karena penyakit yang serius. Besarnya uang tunai
didasarkan masa kerja karyawan. Tunjangan juga diberikan yang meninggal
dunia. Keluarga yang ditinggalkan memperoleh sejumlah uang akibat
kehilangan anggota keluarga yang menjadi sumber penghasilan.
c. Fasilitas
Berbagai fasilitas disediakan untuk kesejahteraan karyawan. Bagi
karyawan yang ber-rumah tangga disediakan perumahan sedangkan bagi
karyawan yang lajang disediakan kamar penginapan disertai pelayanan
makan dan cucian. Air dan listrik disediakan secara cuma-cuma oleh
perusahaan untuk perumahan karyawan.
Untuk memperlancar pendidikan anak para karyawan, perusahaan
menyediakan beasiswa dan membangun sekolah TK, SD, SMP, SMA dan
SLB. Beasiswa diberikan kepada anak yang berprestasi. Bentuk beasiswa
bervariasi, mulai dari pembayaran uang sekolah sampai pemberian biaya
penuh untuk sekolah di luar negeri selama 5 tahun. Perusahaan juga
menyediakan transportasi berupa bus untuk mengantar dan menjemput anak
sekolah.
Fasilitas kesehatan disediakan dengan membuat Rumah Sakit Pusat
di Rumbai dan beberapa rumah sakit pembantu di masing-masing daerah
operasi (Minas, Duri, dan Dumai). Rumah sakit digunakan oleh karyawan
dan keluarganya (satu istri dan tiga anak di bawah usia 21 tahun). Bila
332
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
penyakit karyawan membutuhkan fasilitas kesehatan yang lebih canggih,
maka perusahaan menyediakan biaya untuk mengirimkan karyawan atau
keluarganya ke rumah sakit di Padang, Jakarta atau Singapura dengan
fasilitas kelas satu.
Fasilitas olah raga dan rekreasi disediakan dalam berbagai bentuk yaitu
staff-club, restoran, lapangan golf, bowling centers, lapangan tennis, fitness
center, kolam renang, lapangan atletik, perpustakaan dan gedung bioskop.
Perusahaan menyediakan biaya yang besar untuk merawat fasilitas ini.
Fasilitas lain adalah pendirian rumah ibadah (masjid, gereja) dan supermarket.
Supermarket dikelola oleh kontraktor untuk menyediakan berbagai kebutuhan
karyawan dengan harga yang dikontrol oleh perusahaan.
KESIMPULAN
Status kepegawaiannya PT. CPI menggunakan klasifikasi dari klasifikasi
1 (terendah) sampai 13 (tertinggi). Gaji pegawai PT. CPI didasarkan pada
gaji pokok yang jumlahnya ditinjau setiap tahun sekali. Karyawan juga
memperoleh tambahan kenaikan gaji yang didasarkan pada prestasi kerja
masing-masing karyawan. Tetapi ketentuan gaji ini juga didasari pada
klasifikasi yang dimiliki oleh masing-masing karyawan. Tunjangan pegawai
PT. CPI adalah memberikan tunjangan uang tunai yang bekerja di daerah
terpencil, memberikan tunjangan perumahan dan tunjangan transportasi untuk
yang tidak menempati perumahan, tunjangan cuti dan hari libur. Fasilitas
PT. CPI antara lain: karyawan yang sudah ber-rumah tangga disediakan
perumahan sedangkan karyawan yang lajang disediakan kamar penginapan
disertai pelayanan makan dan cucian termasuk air dan listrik, menyediakan
beasiswa dan membangun sekolah TK, SD, SMP, SMA dan SLB,
menyediakan transportasi berupa bus untuk mengantar dan menjemput anak
sekolah, fasilitas kesehatan digunakan oleh karyawan dan keluarganya (satu
isteri dan tiga anak dibawah usia 21 tahun). Jika karyawan atau keluarganya
membutuhkan pengobatan yang lebih canggih, maka perusahaan
menyediakan biaya pengobatan ke rumah sakit yang mumpuni dengan
fasilitas kelas satu. Fasilitas olah raga dan rekreasi antara lain: staff-club,
restoran, lapangan golf, bowling centers, lapangan tennis, fitness center,
kolam renang, lapangan atletik, perpustakaan dan gedung bioskop. Fasilitas
lain adalah pendirian rumah ibadah (masjid, gereja) dan supermarket.
333
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
KELEMAHAN YANG TERJADI
PT. CPI tidak membeda-bedakan mana karyawan pribumi dan asing
dengan menggunakan klasifikasi 1 (terendah) sampai 13 (tertinggi) baik itu
melalui status atau penggolongan pegawai dan kompensasi yang terdiri dari:
gaji, tunjangan, dan fasilitas karena dimata karyawan itu tidaklah adil maka
banyak yang keluar bukan karena PT. CPI sebagai batu loncatan tetapi karena
ketidakadilan dalam kompensasi baik itu gaji maupun tunjangan.
KODAK
Mengelola SDM unuk Menghadapi Abad ke-21 di Kodak
Mendekati penghujung tahun 1980an, gambaran masa depan sedemikian
kaburnya bagi divisi flim hitam-putih di Rochester, unit usaha Kodak yang
berbasis di New York. Divisi ini, yang menghasilkan 7.000 produk dari 250
lini produknya, oleh karyawan dianggap sebagai tempat paling buruk untk
bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan ini mengalami kekurangan
anggaran, penumpukan barang inventaris dalam jumlah besar, pemborosan,
pengiriman yang mengecewakan, dan keterlambatan pengiriman produk.
Keadaan demikian sebenarnya merupakan kerugian besar bagi perusahaan.
Pada bulan Agustus 1989, “induk” perusahaan Kodak member waktu 18
bulan kepada divisi ini untuk memiliki memulihkan kinerja keuangannya,
atau menghentikan produksinya.
Tantangan ini ternyata dipenuhi. Dipimpin oleh sebuah tim
beranggotakan lima orang yang terdiri dari para manajer dari divisi tersebut,
(di mana manajer SDM memainkan peran penting), kelima belas ribu karyawan
divisi flim hitam-putih merekayasa ulang tempat kerja mereka dari proses
manufaktur tradisional yang diorganisasikan oleh fungsi-fungsi, beralih ke
proses yang dipandu oleh tim yang diorganisasikan oleh alur kerja (work
flow). Sistem alur meratakan atau meluruskan organisasi dan menghilangkan
mentalitas fungsi yang mementingkan diri sendiri. Diciptakan suatu proses
tampa sambungan untuk pembuatan flim dan kertas foto dari bahan mentah
di satu ujung ke barang jadi ujung lain.
Dewasa ini, divisi hitam-putih yang di kenal dengan sebutan Tim Zebra
merupakan salah satu unit usaha Kodak paling terkemuka dalam hal kualitas
produknya, kepuasan pelanggan serta efisiensi operasi secara keseluruhan.
Dengan bekerja dalam tim, para karyawan mampu meningkatkan waktu
334
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
pengiriman barang sampai 95 persen. Mereka juga mengurangi barang
inventaris sampai hampir separuhnya dalam kurun waktu dua tahun sejak
dilakukannya reorganisasi dan berhasil melakukan penghematan sebesar
$50 juta AS. Mereka juga mengurangi pemborosan sampai 75 %,
menghasilkan penghematan sebesar $40 juta AS dalam kurun waktu dua
tahun, tanpa memotong jumlah barang yang di produktivitas antara 25 sampai
20 persen per tahun.
Hasil dari perubahan yang dilakukan di bagian ini sungguh sangat besar,
antara lain caranya menangani perubahan haluan menjadi perusahaan yang
berdasarkan tim dengan pemberian otonomi pada karyawan, membutuhkan
transformasi budaya dan kerangka piker secara menyeluruh. Stephen
J.Frangos, yang menjabat manajer divisi flim hitam-putih Kodak saat
berlangsungnya reorganisasi, menyatakan bahwa strategi sumber daya
manusia yang aktif merupakan kuncinya.
Strategi ini lebih banyak tergantung pada sumber daya manusia yang
ada dalam perusahaan dari pada investasi pada peralatan baru dan program-
program teknis, atau pemotongan biaya dan pemotongan lini produksi. Ini
menuntut keberanian pengambilan risiko yang lebih besar, degan
menggunakan penguatan (reinforcement) positif pada kreativitas yang longgar
dan menciptakan lingkungan yang diberdayakan. Ini juga menuntut perbaikan
praktek yang meningkatkan kemampuan perusahaan di bidang seleksi calon
karyawan, memberikann hadiah dan penghargaan, kemampuan, dan
komunikasi.
Martha Britt, manajer SDM divisi flim hitam-putih pada saat
berlangsungnya reorganisasi, menyatakan, “Kita harus bersama-sama
meletakkan suatu strategi yang akan menghasilkan kemampuan pemahaman
dan keinginan 15.000 orang mitra kerja untuk memainkan peran kunci dalam
memulihkan kineraja perusahaan
PENYEBAB BANGKRUTNYA KODAK
Kalau kita lahir di tahun 1990an, bisa jadi masih ingat dengan merek
satu ini. Sisa-sisa kejayaan Kodak masih dapat juga kita temukan di studio
foto jadul atau kios kios yang menawarkan jasa cetak foto. Biasanya merek
Kodak terpampang di toko mereka. Kodak adalah contoh perusahaan yang
gagal karena tidak berani memulai sebuah perubahan. Perusahaan yang
335
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
didirikan tahun 1888 oleh George Eastman ini sangat terkenal di tahun
1980an.Bahkan di Indonesia kodak masih tetap populer hingga pertengahan
tahun 1990an. Namun, tanda tanda kejatuhan Kodak sebenarnya sudah
terlihat saat Kodak mengumumkan penurunan laba sebesar 73% pada triwulan
I-1983.. Sebenarnya, Kodak sudah punya teknologi untuk membuat kamera
digital pada 1975.Namun, karena takut membunuh bisnis roll film fotonya
produk digital tersebut sengaja tidak diluncurkan. Pada tahun 2009, Kodak
mengumumkan penghentian produksi roll film fotonya setelah dipasarkan
selama 74 tahun.
Kodak yang didirikan oleh Goerge Eastman pada 1892 ini sejak awal
mendirikan perusahaan yang memproduksi kamera Analog. Bahkan kamera
buatan perusahaan ini dalam sejarah tercatat sebagai kamera yang
digunakan oleh astronot pertama yang mendaratkan kakinya di bulan Neil
Amstrong untuk mempotret objek-objek di permukaan bulan pada tahun 1969.
Dan 6 tahun kemudian kodak mulai memproduksi kamera digital. Artinya
perusahaan inilah yang pertama kali memproduksi kamera digital. Namun
setelah teknologi kamera digital mulai berkembang, kodak bukannya
mengembangkan kamera digitalnya, tapi kodak terus berpacu untuk
memproduksi secara besar-besaran kamera analognya yang memang saat
itu menjadi andalan perusahaan ini. Justru rivalnya seperti Casio, Nikon dan
Canon mengembangkan produk kamera digital.
Oleh karenanya perusahaan ini berfokus pada pengembangan kamera
digital. Akhirnya ketika dunia memasuki era kamera digital, Kodak kelabakan
oleh terjangan rivalnya dari Asia. Bisnis film kamera pun berakhir dan Kodak
kesulitan menghasilkan uang. Kamera digital generasi pertama mereka juga
kurang diminati karena miskin inovasi. Perkembangan media penyimpanan
tidak diikuti oleh Kodak.
Penyebab kebangkrutan Kodak, antara lain
a) Ketidaksiapan perusahaan ini mengantisipasi trend perkembangan
teknologi.
b) Inovasi teknologi yang lambat, sehingga tidak mampu bersaing dengan
perusahaan baru.
c) Kodak terlambat membaca peluang bisnis di segmen kamera digital.
d) Kodak tidak berhasil menangkap peluang emas dengan kebesaran nama
yang dimilikinya untuk meraih pasar yang lebih luas.
336
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
e) Kodak tak segera mencium potensi pasar tersebut dan tak fokus pada
high-end kamera bagi pasar niche.
f) Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut
melewatkan peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas
tahunan pekan lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera
baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan
posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget
mengatakan kamera baru tidak bisa terhubung ke web tanpa
membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi.
g) Penyebab kebangkrutan Kodak adalah tidak mampu menghadapi
persaingan dnegan kemunculan produsen kamera digital
Kodak sebagai sebuah organisasi seharusnya terus melakukan
pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan suatu oraganisasi untuk terus
menerus melakukan proses pembelajaran sehingga organisasi tersebut
memiliki kecepatan berfikir dan bertindak dalam merespon perubahan yang
muncul untuk menghadapi pesaing-pesaingnya.
Menurut sejumlah pengamat, seperti perusahaan pelopor fotografi
tersebut tak sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap
tahun. Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang sukses menciptakan arus
pendapatan baru saat bisnis mereka menurun. Mereka menilai kesalahan
Kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan
investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York,
yang membutakan perusahaan untuk berinovasi pada teknologi lain.
Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial
jika telah berhasil meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online
untuk menyimpan, berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Sebaliknya, Kodak
berfokus terlalu banyak pada perangkat dan kalah dalam pertempuran online
untuk jaringan sosial seperti Facebook.(MEL)
Dari pernyataan di atas dapat kita lihat dan ketahui cara melakukan
inovasipada Kodak tersebut agar tetap eksis .
TEMPLATES
Pengurangan : dimana pengurangan adalah menghapus komponen
penting dan hanya menjaga apa yang tersisa.
Misalnya : - Tidak memakai film lagi dan seharusnya membuat inovasi seperti
337
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Canon hanya menggunakan batre dengan di cas ulang.
Perkalian : membuat salinan dari komponen tapi mengubahnya dalam
beberapa cara.
Misalnya: - membuat inovasi tanpa harus menggunakan film tetapi
dengan memory card.
Divisi : membagi komponen dari produk dan menciptakan kembali dari
tempat lain.
Misalnya : - tidak hanya focus pada kamera tetapi ada baiknya
membuat video.
- Bisa disambungkan pada computer atau perangkat lainnya seperti pada
kemera lainnya,dll.
Daftar Komponen Kodak
Batre
LCD
Lensa
Rel catridge
Rol Penari film atau karet penarik kertas
Timing Disk
Encorder Strip
Sensor Kertas
Purge Unit
Dll
Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat kita ambil hikmat dengan melakukan
inovasi yang baik dan benar seperti : antisipasi, mengantisipasi perubahan,
jangan merasa puas, dan jangan puas pada kejayaan masa lalu. Dan langkah
yang tepat adalah : Bacalah situasi pasar , berinteraksilah dengan pelanggan,
perhatikan gerak-gerik pesaing, selalu melakukan update, dsb.
338
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Chandra Yoga, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, PenerbitUniversitas Indonesia UI-Press, Jakarta, 2003
Al Badayneh, Diab.M., and Subhash R.Sonnad, An Analysis of The Self-Rated Job Performance and Job Satisfaction Relationship inJordanian Hospitals, Western Mchigan University, Kalamazo,1981.
Adikoesoemo, Suparto, 1995, Manajemen Rumah Sakit, Pustaka SinarHarapan, Jakarta.
As’ad ,Moh., 2000, Psikologi Industri, Liberty,Yogyakarta.Astuti, Juni dan Rita Manzona, Peran Pimpinan Rumah Sakit dalam Customer
Focus, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDMKesehatan, Departemen Kesehatan ,Jakarta.
Aswar, 1993, Pengantar Administrasi Kesehatan,Binarupa aksara , EdisiKetiga, Jakarta
Bacal, Robert, Performance Management, Alih Bahasa Surya Dharma,Ph.D& Yanuar Irawan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, 2002
Budiarso,A.W., Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan DampaknyaKepada Pelayanan Rumah Sakit, Seminar Sehari IDI TentangPerlindungan Konsumen Pelayanan Kesehatan 13 Nopember 1999,Jakarta.
Balthazard, Pierre A. And Robert A.Cooke.(2004) Organizational Cultureand Knowledge
Bramantyo Djohanputro,MBA,Ph.D. Restrukturisasi Perusahaan, BerbasisNilai. Strategi Menuju Keunggulan Bersaing. 2004
Management Success: Assessing The Behavior-PerformanceContinuum. Hawaii International Conference on System Sciences.
Blau, Gary, Early-Career Job Factors Influencing The ProfessionalCommittment Of Medical Technologists, Academy of ManajementJournal
Chatman. J. A. And Karen. A.J (1994), Assesing The Relationship Betweenof Industry Characteristics and Organizational Culture. HowDifferent Can You Be ? Academy Of Management Journal.
Choki,Yio (1996), Budaya Perusahaan Ching. Management UsahaIndonesia No.07 Th XXV.
Creamer, Elizabeth G, Quality, Equality And Equity In IndividualPerformance Measures , Paper Preseted at The InternationalConference on Quality in Higher Educaton Mansfield College OxfordUniversity, Virginia Tech, Blackburg,2000
Croninn,J.J. dan Taylor, S.A., Measuring service quality a reexaminationand extension, Journal of Marketing, Vol. 56.
339
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Denison, D.R., 1996, What is The Difference Between Organizational Cultureand Organizational Climate?A Native’s Point of View on A Decade ofParadigm Wars, Academy of Manajement Review, Vol.21 No.3, pp619-654.
Dessler,Gary, How to Earn Your Employees’ Commitment, Jurnal Academyof Management Executve Vol.13 No.2,1999.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., Pedoman Kerja Puskesmas,Jakarta, 1992
Departemen Kesehatan Republik Indonesia , Profil Kesehatan Tahun 2001Menuju Indonesia Sehat 2010, 2002
Departemen Kesehatan Republik.Indonesia., 2003, Indikator Indonesia Sehat2010, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2007, Manajemen Kesehatan,Yahoo Search, Depkes RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Healthy Indonesia 210as Joint Effort, Yahoo Search, Depkes RI,Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Profil Kesehatan Provnsi Rau, 2002, 2003& 2004 dan 2004. Pekanbaru.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Strategi UtamaPembangunan Kesehatan, Yahoo Search Depkes RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003, Penanganan Limbah MedisTajam pada Pelayanan Kesehatan, Yahoo Search Kesehatan, YahooSearch Depkes RI, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003, KebijaksanaanPembangunan Kesehatan, Yahoo Search, Depkes RI, Jakarta
Ernawan, Erni R. 2004, Pengaruh Budaya Organisasi dan Orientasi Etikaterhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur, Majalah UsahawanNo.09TH XXXIII September 2004, hal. 17-55.
Efendi, Sofyan, 2002, Pemerataan dalam Pelayanan Publik di Indonesia, ,LP3ES, Jakarta.
Floot,A.B., dan Scott,W.R., Hospital Structure and Performance, TheJohns Hopkins University Press, Baltimore,M.D, 1987
Gapersz, Vincent, Balance Scorecard Dengan Six Sigma UntukOrganisasi Bisnis Dan Pemerintah, Penerbit PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta, 2003.
Goldstein, M., 1997a, Client Service Culture, The CPA Journal, June, P.13.Hamid, T Bahdar J., Elemen Pelayanan Minimum Farmasi di Rumah
Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,Berita Informasi /Lain-lain, Jakarta, 14 Januari 2005.
Hartline, Michael D. and Ferrell, O.C. 1996, The Management of Customer-Contact Service Employees: An Empirical Investigation, Journal ofMarketing, Vol.60 pp.52-70.
340
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Han, Chin-Hua, Phylis M Cornolly., and Daryl Canham, (2003),A MeasuringPatient Satisfaction as an Outcome of Nursing Care at a TeachingHospital of Southern Taiwan, Journal of Nursing Care Quality.
Harris,JH., and Arendt, LA. 1999, Stress Reduction and The Small Business:Increasing Employee and Customer Satisfaction, Sam Advanced,Manajemen Journal, Winter, pp. 27-34.
Hatch, MJ., 1997, Organizational Theory: Modern Symbolic and PostmodernPerspective, Oxford University Press.
Heckman,James J. Heinrich, Carolyn and Smith, Jeffrey, The Performanceof Performance Standards, The Journal of Human Resources, Vol 37,pp.779845.
Hurle, R.F., and Hult,GT.M., 1998, Innovation Market Orientation, andOrganizational Learning: An Integration and Empirical Examination,Journal of Marketing, July, pp.42-52.
Heroe Wibowo Nogroho., Drs. MM., Reengineering Organisasi : Suatutinjauan Manajemen Sumberdaya Manusia.
Hope dan Muhlemann, Service Operation Management: Strategy,Design and Delivery, Prentice Hall, 1997
Ivancevich, Lorenti, Skinner and Crosby, 1997, Managent Quality andCompetitiveness, (Second Edition), Chicago, Irwin. Kesehatan diKabupaten/Kota.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1202/MENKES/VIII/ 2003 Tentang Indikator Indonesia Sehat, 2010.
Kotter and Heskett (1992), Corporate Culture and Performance.Kotler, Philip, 1994, Kualitas Manajemen Produk dan JasaLado. A.A and Wilson.M.C. (1994) Human Resources Systems and
Sustained Competitive Advantage. A Competency – BasedPerspective. Academy of Management Review. Vol. 19. No. 4
LaMastro, Valerie, 2003, Commitment And Perceived Organizational Support,, National Forum Journal Home Page, Rowan University.
Jerome, Paul J, Mengevaluasi Kinerja Karyawan, Seri Panduan PraktisNo.14, Penerbit PPM, Jakarta, 2001
Judge, T.A. and Cable, D.M., 1997, Applicant Personality, OrganizationalCulture, and Organizational Attraction, Personal Psychology, Vol.50Summer, pp.359-394.
Judge,T.A, An Empirical Investigation of The PredictorsJudge, T.A. and Amir Erez., Dispositional Source of Job Satisfaction: The
Role of Self-Deception., Working Paper, Cornell University Ithaca, NY.Jurnal Manajemen dan Bisnis” Utilitas” Vol.12 No.2 Juli 2004.Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki, 2003,Perilaku Organisasi, Diterjemahkan
oleh Erty Suandy, Penerbit Salemba Empat.Lena Ellitan., Reengineering Proses Bisnis : Tinjauan Konseptual dan
Metodologi, Jurnal Manajemen Kewirausahaan Vol I No I , September1999 .
341
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Mangkunegara, Anwar Prabu 2000, Manajemen Sumber Daya ManusiaPerusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Maull, R. and Brown,P. and Cliffe, R., Organizational Culture and QualityImprovement, Internastional; Journal of Operations & ProductionManagement (IJOPM),Vol.21 No.3, pp.302-325.
Mastro, La Valeria , Commitment and Perceived Organizational Support,2003.
Mc.Mahon,Rosemary,Elizabett Barton,Maurice Piot, ManajemenKesehatan Primer Pedoman Manajemen Menengah DalamUpaya Kesehatan Primer, Penerjemah Harsono dkk. ,Diterbtkanoleh PERDHAKI, Jakarta, 1987.
Media Pengembangan SDM Kesehatan Vol.1 No.1 Januari 2005Milkovich, George T dan John W. Boudreau,1997, Human Resource
Management, Eight Edition, Richard D. Irwin.Moeljono, Djokosantoso, 1982, Budaya Korporat Dan Keunggulan Korporasi,
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.Munandar,Ashar Sunyoto, 2001, Psikologi Industri dan Organisasi, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.Moekiyat, 1995,Ndraha, Taliziduhu,2005, Teori Budaya Organisasi, Rineka Cipta, Jakarta.Nuswantari, Asih Tri Rahmi, Analisis Pengaruh Komitmen Manajemen,
Kompetensi Karyawan dan Proses Pelayanan Internal TerhadapKualitas Pelayanan , Kinerja, Kepuasan Internal dan KepuasanEksternal Puskesmas Di Jawa Timur, Tesis tidak dipublikasikan,Pascasarjana Univesitas Brawijaya Malang, 2004.
Nur Aisyah , 2006, Penilaian Kinerja Puskesmas Bangkinang Barat, DinasKesehatan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Parasuraman , A.,Zeithaml, Valarie A. dan Berry,Leonard L. A ConceptualModel of Service Quality and its Implications For FutureResearch, Journal of Marketing, Vol. 49, 1985.
P.K., Suma’mur, 1967, Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, PenerbitToko Gunung Agung, Jakarta.
Quintanilla,S. Antonio Ruiz, During The Early Career a LongitudinalMulti-Country Study.
Ramayah, T.,Aizzat Mohd Nasurdin. Job Satisfaction and OrganizationalCommitment: Differential Effects For Men and Women
Ratminto danWinarsih, 2005, Manajemen Pelayanan:Pengembangan ModelKonseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar PelayananMinimal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Richie, Michael,2000, Organizational Culture : An Examination of its Effecton the Internalization Process and Member Performance, SouthernBusiness Review
Robins, Stephen P., Perilaku Organisasi, Edsi Indonesia, Jilid 1 dan 2,Alih Bahasa HadyanaPujaatmaka,,Penerbit PT.Prenhallindo,Jakarta,1996.
342
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Robins, Stephen P., Organizational Behavior; Concepts, Contraversiesand Applications, International Edition, Eight Edition, Prentice –Hall,Inc., Upper Seddle River, New Jersey, 1998.
Ritche, Michael, Organizational Culture : An Examination of its Effecton the Internalization Process and Member Performance,,Southern Business Review, Spring, 2000.
Surya Dharma,2005, Manajemen Kinerja : Falsafah Teori dan Penerapannya,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sabarguna, Boy S, Organisasi Manajemen Rumah Sakit, KonsorsiumRumah Sakit Islam Jateng-DIY, Yogyakarta, 2004.
Sabarguna dan Listiani, 2004 Organisasi dan Manajemen Rumah SakitKonsorsium Rumah Sakit Islam Jawa Tengah Yogjakarta CetakanKedua Oktober 2004.
Sabarguna, Boy S., 2004, Manajemen Operasional Rumah Sakit, KonsorsiumRumah Sakit Islam Jateng-DIY.
Sabarguna, Boy S., 2004, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit,Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.
Sabarguna, Boy S., 2004, Organisasi Manajemen Rumah Sakit, KonsorsiumRumah Sakit Islam Jateng-DIY.
Schuler, Randall S dan Susan E.Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia:Menghadapi Abad Ke-21,
Edisi Keenam, Alih Bahasa Nurdin Sobari SE dan Dwi Kartini Yahya PenerbitErlangga, Jakarta, 1997.
Hasibuan, Malayu SP, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta.
Sri Indrastuty.S dan Amries Rusli Tanjung, Budaya Organisasi dan kualitasPelayanan :Secara Teoritis dan empiris, UIR Press, Peknbaru, 2008.
Sheellyana, 2000, Teaching Organization; transformasi Budaya OrganisasiUntuk Mencapai Keunggulan Kompetitif, Jurnal Bisnis dan EkonomiKinerja,Volume 4 No.2
Shipton , Helen., Michael A West, Carole Parkes & Jeremy F Dawson.(2004)Aggregate Job Satisfaction, HRM And Organizational Innovation., Asian Business School, Aston Univesity, Birmingham.
Siagian, Sondang P., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. BumiAksara, Jakarta
Sulastomo, Manajemen Kesehatan Penerbit PT. Gramedia.PustakaUtama,Jakarta, 2004
Suhartati, Mengenal Pengembangan manajemen dan Kinerja (PMK)Perawat dan Bidan , Badan Pengembangan dan PemberdayaanSDM Kesehatan :News, Jakarta, 27 Maret 2005.
Suyudi A, dan Sumartini, Pengendalian Mutu Rumah Sakit, Tesis tidakdipublikasikan , Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 1995.
Schein, Edgar H., Organizational Culture and Leadership, Jossey BassPublishers, San Francisco, 1991.
343
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA STRATEJIK
Schuler, Randall S. , Susan E.Jackson, Manajemen Sumber DayaManusia Menghadapi Abad 21, Jilid 1 dan 2, Alih Bahasa NurdinSobari dkk., Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997.
Schuster, Frederick E. Organization Culture and Performance: A Cross-Cultural Study
Sturman, Michael, Do Employee make effective Health Care Choices ?Tjahyono, Heru Kurnianto,2004, Budaya Organisasional& Balanced Scorecard
Dimensi Teori dan Praktik, Unit Penerbitan FE UMY, Yogyakarta.
344