Bismillah. Pendahuluan

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran Primer Gunung Sari adalah saluran yang hulunya melintas di sepanjang jalan Banyu Urip Surabaya dengan panjang saluran 3 km yang pada saat hujan deras di jalan tersebut sering terjadi banjir dikarenakan kapasitas saluran tidak cukup menampung debit aliran sehingga air meluber ke jalan. Selain itu kondisi saluran Primer Gunung Sari banyak terdapat pengendapan sedimen dan di beberapa titik saluran ditumbuhi oleh tanaman liar sehingga mengganggu fungsi sebagai saluran pembuang. Jalan Banyu Urip merupakan salah satu titik di Kota Surabaya yang selalu mengalami banjir pada saat musim hujam dikarenakan kondisi saluran yang tidak bisa menampung debit hujan , apalagi jalan tersebut termasuk salah satu jalan yang dilewati oleh pengendara antar kota Gresik-Surabaya sehingga menimbulkan kemacetan. Hal diatas melatarbelakangi Pemkot Surabaya untuk merealisasikan suatu progam penanggulangan banjir berupa pemasangan box culvert di sepanjang jalan yang sisinya terdapat saluran primer tersebut. Alternatif pemasangan box culvert selain untuk menanggulangi banjir juga untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan itu. Dalam pelaksanaanya, proyek pembangunan box culvert sepanjang Banyu Urip ini mengalami keterlambatan terutama keterlambatan terjadi di kawasan Sukomanunggal-Raya Tandes. Berdasarkan pantauan di lapangan, proyek yang seharusnya selesai pada awal maret 2013 tersebut baru selesai 1 kilometer dari target penyelesaiannya 3 kilometer. Salah satu dampak yang terjadi apabila proyek ini tidak segera diselesaikan adalah datangnya banjir dikarenakan hujan dan tingginya permukaan air tanah pada saluran.Untuk itu dalam proposal tugas akhir ini akan dikaji mengenai metode pelaksanaan untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut. 1

Transcript of Bismillah. Pendahuluan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSaluran Primer Gunung Sari adalah saluran yang

hulunya melintas di sepanjang jalan Banyu Urip Surabayadengan panjang saluran 3 km yang pada saat hujan deras dijalan tersebut sering terjadi banjir dikarenakankapasitas saluran tidak cukup menampung debit aliransehingga air meluber ke jalan. Selain itu kondisi saluranPrimer Gunung Sari banyak terdapat pengendapan sedimendan di beberapa titik saluran ditumbuhi oleh tanaman liarsehingga mengganggu fungsi sebagai saluran pembuang.

Jalan Banyu Urip merupakan salah satu titik di KotaSurabaya yang selalu mengalami banjir pada saat musimhujam dikarenakan kondisi saluran yang tidak bisamenampung debit hujan , apalagi jalan tersebut termasuksalah satu jalan yang dilewati oleh pengendara antar kotaGresik-Surabaya sehingga menimbulkan kemacetan. Haldiatas melatarbelakangi Pemkot Surabaya untukmerealisasikan suatu progam penanggulangan banjir berupapemasangan box culvert di sepanjang jalan yang sisinyaterdapat saluran primer tersebut. Alternatif pemasanganbox culvert selain untuk menanggulangi banjir juga untukmengatasi kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan itu.

Dalam pelaksanaanya, proyek pembangunan box culvertsepanjang Banyu Urip ini mengalami keterlambatan terutamaketerlambatan terjadi di kawasan Sukomanunggal-RayaTandes. Berdasarkan pantauan di lapangan, proyek yangseharusnya selesai pada awal maret 2013 tersebut baruselesai 1 kilometer dari target penyelesaiannya 3kilometer. Salah satu dampak yang terjadi apabila proyekini tidak segera diselesaikan adalah datangnya banjirdikarenakan hujan dan tingginya permukaan air tanah padasaluran.Untuk itu dalam proposal tugas akhir ini akandikaji mengenai metode pelaksanaan untuk menanggulangikendala-kendala tersebut.

1

1.2 Perumusan MasalahDengan berdasarkan latar belakang yang ada, penulis

akan meninjau dari segi teknis untuk hal – hal sebagaiberikut :

1. Berapa debit rencana yang mengalir pada saluranprimer Gunung Sari?

2. Bagaimana kondisi permukaan air tanah pada saluranGunung Sari?

3. Bagaimana metode pelaksanaan untuk mengatasi debitaliran dan permukaan air tanah yang terlalutinggi?

1.3 Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan penulisan Proyek Akhir ini adalah untuk:

1. Menghitung debit rencana periode ulang 10 tahunpada saluran primer Gunung Sari.

2. Mengetahui kondisi permukaan air tanah padasaluran primer Gunung Sari.

3. Merencanakan teknik pemasangan box culvertberdasarkan kondisi hidrologis.

1.4 Batasan Masalah / Ruang Lingkup1. Objek yang dilaksanakan adalah proyek box culvert

pada kawasan Sukomanunggal-Raya Tandes saja.2. Hanya mempertimbangkan permasalahan pada kondisi

hidrologis.

1.5 Peta Lokasi Proyek

2

Gambar 1.1. Peta Lokasi<sumber : googlemaps>

Gambar 1.2. Peta Situasi<sumber : Judul Tugas Akhir Metode PelaksanaanPemasangan Box Culvert Saluran Gunung Sari Avoor Simoo-Darmo Satelit, 2008

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam merencanakan pemasangan box culvert pada musimhujan diperlukan referensi-referensi terkait pengaruh debityang masuk (inflow) yang berasal dari tingginya curah hujandan permukaan air tanahyang nantinya akan dipakai sebagaidasar untuk pelaksanaan proyek akhir ini.

2.1 Analisa HidrologiAnalisa hidrologi merupakan analisa awal dalam

perencanaan konstruksi bangunan air yaitu untuk mengetahuibesarnya debit yang akan disalurkan sehingga dapatditentukan dimensi bangunan air tersebut secara ekonomis.

3

Untuk mengetahui besar debit rencana, diperlukan perhitungancurah hujan rata-rata yang datanya dapat diperoleh daristasiun pencatat hujan.

2.1.1 Menentukan Curah Hujan Rata-rata

2.1.1.1 Metode Aritmatik MeanMetode ini dipakai pada daerah yang datar dan

banyak stasiun penakar hujannya,dengan anggapanbahwa di daerah tersebut curah hujannya uniform.

R=r1+r2+r3+…+rn

n

DenganR = Tinggi curah hujan rata-rata (mm)r,r2..rn = Tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,….n (mm)n = Banyaknya pos penakar

2.1.1.2 Metode Poligon ThiessenCara ini berdasarkan rata-rata timbang (weight

average). Masing-masing penakar mempunyai daerahpengaruh yang di bentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung diantara dua buah penakar,(lihat gambar 2.1)

Gambar 2.1 Mengukur tinggi curah hujan dengan cara

Poligon Thiesen

4

R=A1A .R1+

A2A .R2+

A3A .R3+....+

AnA .Rn

atau

R=1n ∑

i=1

nAiRi

A = Luas areal (km2)R = Tinggi curah hujan rata-rata areal (mm)

R1,R2,R3,…Rn = Tinggi curah hujan di pos 1,2,3,…n (mm)A1,A2,A3,…An = Luas daerah pengaruh pos 1,2,3,…n (km2)

(Sumber :Ir. Saptarita, Kuliah Pengembangan Sumber Daya Air,2013)

2.1.1.3 Metode IsohyetDengan cara ini kita harus menggambar dulu

kontur tinggi hujan yang sama (isohyet), sepertiterlihat gambar pada gambar 2.2.

Gambar 2.2Mengukur tinggi curah hujan dengancaraIsohyet

(Sumber :Soemarto,1999:11)

Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyetyang berdekatan di ukur, dan nilai rata-ratanyadihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilaikontur, sebagai berikut :

d=

d0+d1

2A1+

d1+d2

2A2+…+

dn−1+dn

2An

A1+A2+…+An

5

¿∑i=1

n di−1+di2

Ai

∑i=1

nAi

=∑i=1

n di−1+di

2Ai

A

Ini adalah cara yang paling teliti untukmendapatkan hujan areal rata-rata, tetapimemerlukan jaringan pos penakar yang elativelebih padat yang memungkinkan untuk membuatisohyet. Pada waktu menggambar garis-garisisohyet sebaiknya juga memperhatikan pengaruhbukit atau gunung terhadap distribusi hujan (hujanorografik)

2.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana Curah hujan rencana adalah curah hujan terbesar tahunan

yang terjadi pada periode ulang tertentu yang di pakai sebagaiperhitungan Perencanaa Debit Banjir. Untuk perhitungan besarnyacurah hujan maximum rencana menggunakan beberapa metode antaralain :

2.1.2.1 Metode Distribusi Normal

1. Nilai rata – rata

X = 1n∑i=1

nXi

6

Dimana : X = Nilai rata – rata (mm)Xi = Nilai pengukuran dari suatu variant

(mm)n = Jumlah data

2. Koefisien Kemencengan (Cs)

Cs =nx∑

i=n

n(Xi−X)ᶾ

(n−1) (n−2).Sdᶾ

(Soewarno, 1995, Hal. 81)

Dimana :Cs = Koefisien kemencenganSd = Standart Devisiasi dari sample X = Rata – rata hitung dari sample Xi = Data ke-in = Jumlah data

3. Koefisien Kurtosis

Ck= n²x∑

i=1

n(Xi−X)ᶾ

(n−1)x (n−2 )−(n−3)xSd⁴

(Soewarno, 1995,Hal.89)Dimana :Ck = Koefisien KurtosisSd = Standart Deviasi dari sampelX = Rata – rata hitung dari sample Xi = Data ke-in = Jumlah data

7

2.1.2.2 Metode Distribusi GumbelDalam Perhitungan rumus yang di pakai untuk metode

distribusi Gumbel adalah :

X=X+ SSn

(Y−Yn)

X=1n∑

i=1

nXi

S=√∑i=1

n (Xi−X )2

n−1

Y=−ln⌊−ln T−1T

Keterangan :

X= Nilai variat yang di harapkan(mm)X= Nilai rata-rata hitung variat (mm)S = Standart DeviasiSn = Deviasi standar dari reduksi variat

(standartdeviation of the reduced variat),nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan dapat dilihat pada tabel 2.3

Y = Nilai reduksi variat yang di harapkan terjadi pada periode ulang tertentu (hubungan antara periodeulang T dengan Y dapat di lihat pada tabel 2.1), atau dapat di hitung dengan rumus diatas.Untuk T ≥ 20, maka Y = ln T

Yn= Nilai rata-rata dari reduksi variat (mean of reduced variate) nilainya tergantung dari jumlah data(n) dan dapat dilihat pada tabel 2.1

8

Tabel 2.1 Hubungan Periode Ulang (T) dengan ReduksiVariat dari Variabel (Y)

Peluang Periode Ulang(Th) Y

0.10 1.11 -0.838

0.20 1.25 -0.476

0.25 1.33 -0.332

0.30 1.43 -0.184

0.40 1.67 0.091

0.50 2.00 0.367

0.60 2.50 0.672

0.70 3.33 1.030

0.75 4.00 1.246

0.80 5.00 1.500

0.90 10.00 2.250

0.95 20.00 2.970

0.98 50.00 3.902

0.99 100.00 4.600

(Sumber : Soewarno,1995:127)

9

Tabel 2.2 Hubungan Reduksi Variat Rata-rata (Yn)dengan Jumlah Data (n).

(Sumber : Soewarno,1995:129)

10

Tabel 2.3 Deviasi Standar dari Reduksi Variat (Sn)dengan Jumlah Data (n).

11

(Sumber : Soewarno,1995:130)

2.1.2.3 Metode Distribusi Log pearson Tipe IIIDistribusi Log Pearson Tipe III banyak digunakan

dalam analisa hidrologi, terutama dalam analisis datamaksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilaiekstrim. Bentuk distribusi Log Pearson Tipe III merupakanhasil transformasi dari distribusi Pearson Tipe III denganmenggantikan variat menjadi nilai logaritmik. Persamaanfungsi kerapatan peluangnya adalah:

P (X )= 1(a )τ(b) [ X−C

a ]b−1

e−[X−C

a ]

Keterangan :P (X ) = Fungsi kerapatan peluang Person tipe III

12

X = Variabel acak kontinyua,b,c = Parameterτ = Fungsi gamma

Bentuk kumulatif dari distribusi Log Pearson TipeIII dengan nilai variatnya X apabila digambarkan padakertas peluang logaritmik (logarithmic probability paper) akanmerupakan model matematik persamaan garis lurus.Persamaan garis lurusnya adalah :

Y=Y−kSKeterangan :

Y = Nilai logaritmik dari XY= Nilai rata-rata dari YS = Deviasi standar dari Yk = Karekteristik dari distribusi log person tipe III

(dapat dlihat dalam tabel 2.4 pada lampiran)

Prosedur untuk menentukan kurva distribusi Log Pearson Tipe III, adalah :

1) Tentukan logaritma dari semua nilai X.2) Hitung nilai rata-ratanya :

logX=∑ logXn

n = jumlah data

3) Hitung nilai deviasi standarnya dari log X :

SlogX=√∑ (logX−logX )2

n−1

4) Hitung nilai koefisien kemencengan

Cs=n∑ (logX−logX)3

(n−1) (n−2 )¿¿¿

Sehingga persamaan diatas dapat ditulis :

13

logX=logX+k(SlogX¿)¿

5) Tentukan anti log dari log X, untuk mendapatkan nilaiX yang diharapkan terjadi pada tingkat peluang atauperiode tertentu sesuai dengan nilai Cs nya.

Apabila nilai Cs = 0, maka distribusi Log Pearson TipeIII identik dengan distribusi Log Normal, sehinggadistribusi kumulatipnya akan tergambar sebagai garis luruspada kertas grafik Log Normal.

(Sumber : Soewarno, 1995:141-143)

14

2.1.3 Uji Distribusi DataUntuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi

frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluangyang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusifrekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter.Pengujian parameter yang akan di sajikan dalam masalah ini

saya menggunakan:1. Chi-Kuadrat (Chi-Square)2. Smirnov – Kolmogorov.

2.1.3.1 Uji Chi-KuadratUji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakahpersamaan distribusipeluang yang telah dipilih dapatmewakilidari distribusi statistik sampel data analisis.Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2,oleh karena itu disebut Chi-Kuadrat. Parameter X2 dapatdihitung dengan rumus :

Xh2=∑

i=1

G (Oi−Ei )2

Ei

keterangan :

Xh2 = Parameter uji chie kuadrat

G = Jumlah sub kelompok (minimal 4 data pengamatan)Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-1Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-1

Parameter Xh2 merupakan variable acak. Peluang untuk

mencapai nilai Xh2 sama atau lebih besar dari pada nilai Chi-

Kuadrat yang sebenarnya (X2) dapat dilihat pada (able 2.5pada lampiran 2).Prosedur uji Chi-Kuadrat adalah :

15

1) Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atausebaliknya)

2) Kelompokkan data menjadi G subgroup, tiap-tiap subgroupminimal 4 data pengamatan

3) Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap subgroup;4) Tiap-tiap subgroup hitung nilai :

(Oi−Ei )2dan(Oi−Ei )2

Ei

5) Jumlah seluruh G subgroup nilai (Oi−Ei)2

Ei untuk

menentukan nilai Chie kuadrat6) Tentukan derajat kebebasan dk = G – R – 1 (nilai R = 2),

untuk distribusi Normal dan Binomial, dan nilai R = 1,untuk distribusi Poisson)

Interprestasi hasilnya adalah :1. Apabila peluang lebih besar dri 5% maka persamaan distribusi

teoritis yang digunakan dapat diterima,2. Apabila peluang lebih kecil dari 5% maka persamaan

distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat diterima,3. Apabila peluang lebih kecil dari (1 – 5)% maka tidak dapat

diambil kesimpulan,dengan kata lain perlu tambahan data.

(Sumber :, Soewarno,1995:194-195)

Tabel 2.4 Nilai Kritis Do Untuk Uji Chi-Square

16

(Sumber :, Soewarno,1995:196)

2.1.3.2 Uji Smirnov-KolmogorovUji kecocokan Smirnov – Kolmogorov, sering juga disebut

uji kecocokan Non Parametric (non parametric test), karenapengujianya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.Prosedurnya adalah sebagai berikut:1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan

tentukan besarnya peluang dari masing – masing datatersebut ;X1 P(X1)X2 P(X2)

17

Xm P(Xm)Xn P(Xn)

2. Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis darihasil penggambaran data (persamaan distribusinya)X1 P(X1)X2 P(X2)Xm P(Xm)Xn P(Xn)

3. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisihterbesarnya antara peluang pengamatan dengan peluangteoritis.D maximum [ P(Xm) – P’(Xm)].

4. Berdasarkan table nilai kritis (Smirnov Kolmogorov Test) tentukan harga Do (lihat table 2.6 )Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi teoritisyang digunakan untuk menentukan persamaan distribusidapat diterima, apabila D lebih besar dari Do makadistribusi teoritis yang di yang di gunakan untukmenentukan persamaan distribusi tidak dapat di terima.

18

Tabel 2.5 untuk menentukan besarnya nilai peluang teoritis

(Sumber :, Soewarno,1995:199)

19

Tabel 2.6 Nilai Kritis Do Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov

(Sumber :, Soewarno,1995:199)

20

2.1.4 Distribusi Curah Hujan EffektifHujan efektif adalah besarnya hujan total yang

menghasilkan limpasan langsung (direct run – off), yang terdiri darilimpasan permukaan (subdirect run off) dan limpasan bawah (sub surfacerun – off)

Reff=C∗RDimana :R = Curah Hujan Rencana (mm)C = Koefisien PengaliranReff = Hujan Effektif (mm)

2.1.4.1 Distribusi Curah Hujan Effektif Jam – JamanUntuk memperkirakan besarnya aliran atau debit maksimum

yang lebih mendekati kenyataan didasarkan pada curah hujan tiapjamnya didasarkan pada curah hujan terpusat selama 6 (enam) jamtiap harinya, karena hasil pengamatan di Indonesia hujanterpusat tidak lebih dari 7 jam, maka dalam perhitungan inidiasumsikan hujan terpusat maksimum adalah 6 jam sehari.Dikarenakan tidak adanya pencatatan hujam jam-jaman di daerahstudi, maka sebaran hujan jam-jaman dihitung dengan menggunakanrumus Mononobe:

Rt=R24

T∗(Tt )

23

21

Rt=t∗Rt−(t−1 )R(t−1)

Dimana :Rt = Rata-rata hujan sampai ke – t (mm)

R24 = Curah hujan harian maksimum (mm/hari)Rt = Besarnya hujan pada jam ke – t (mm) T = Lamanya waktu hujan terpusat = 6 jam

t = Waktu hujan (jam)(Sumber: Suripin,2003:47)

2.1.4.2 Perhitungan Debit Banjr Rencana

2.4.3 Metode Satuan Hidrograf NakayasuNAKAYASU dari Jepang telah menyelidiki satuan

hidrograf pada beberapa sungai di Jepang. Ia membuatrumus hidrograf satuan sintetik dari hasilpenyelidikannya. Rumus tersebut kemudian dikembangkan danbanyak dipakai para ahli hidrologi dalam perencanaantugas, khususnya untuk memperkirakan besarnya debitbanjir. Rumus umum yang dipakai dalam metode Nakayasu adalah

sebagai berikut :

Metodologi Perhitungan :

Qp=C.A.Ro

3.6(0.3Tp+T0.3)

Dimana : Qp = Debit puncak banjir (m3/detik)A = Cathcment Area (km2)C = Koefisien PengaliranRo = Hujan satuan (mm)Tp = Tenggang waktu dari awal hujan sampai puncak

banjir (jam)T0,3= Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit,

dari debit puncak sampai menjadi 30% daridebit puncak (jam)

Bagian lengkung naik (rising limb)Bagian lengkung naik hidrograf satuan oleh Nakayasudiberi persamaan sebagai berikut :

22

Qa : Limpasan sebelum mencapai debit puncak(m3/detik)

Bagian lengkung turun (decreasing limb)

Qd>0,3Qp:Qd=Qp.0,3pangkatt−TpT0.3

0,3Qp>Qd>0,32Qp:Qd=Qp.0,3pangkatt−Tp+0,5T0,3

1.5T0,3

0,32Qp>Qd:Qp.0,3pangkatt−Tp+1,5T0,3

2T0,3

Tenggang waktu ( Tp )

Tp = tg + 0,8 t r

dengan ketentuan :- untuk L < 15 km, makatg = 0,21 L0.7

- untuk L > 15 km, makatg = 0,4 + 0,058 L

keterangan :L = Panjang alur sungai (km)tg = Waktu konsentrasi (jam)tg = 0,5 tg sampai tg (jam)T0,3 = α tg

Dimana :

untuk daerah pengaliran biasa α = 2 bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang

cepat α =1,5. bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang

lambat α = 3

23

Gambar 2.3 Hidrograf Satuan Nakayasu(Sumber : Soemarto,1999: 100-101)

Koefisien Pengaliran Koefisien pengaliran (C) sebenarnya merupakan

perbandingan antara jumlah hujan yang jatuh dengan jumlahhujan yang melimpas dan tertangkap di titik yang ditinjau.Koefisien pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi

topografi tiap daerah antara lain:

Kondisi hujan Luas dan bentuk daerah pengaliran Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar sungai Daya infiltrasi dan perkolasi tanah Kebesahan tanah Suhu udara, angin dan evaporasi Tata guna lahan

Untuk daerah pengaliran yang terdiri atas beberapajenis tata guna lahan, maka nilai C diambil harga rata-ratanya sesuai dengan bobot luasannya dengan rumus:

Cr=C1.A1+C2.A2+C3.A3+…+Cn.An

A1+A2+A3+…+An

Dimana:Cr = Rata-rata koefisien pengaliran

24

Q p0,5 Q p

0,3 Q p2

tr

0,8 tr tg

Tp T0,3 1,5 T0,3

Lengkung Naik Lengkung turun

Q

t

An = Luas daerah pengaruh pos penakar hujan (km2)Cn = Koefisien aliran pada tata guna lahan yang berbedaA = Luasan total DAS

Pada kenyataannya koefisien pengalirannya (air larian) biasanya lebih besar dari 0 dan kurang dari 1

Adapun angka koefisien air larian untuk berbagai tata guna lahan pada tabel dibawah ini.

Tebel 2.7 koefisien Nilai C dibawah ini ;

No Kondisi DAS AngkaPengaliran

12345678

PegununganPegunungan TersierTanah berelief berat & hutanDaerah pertaniandaerah sawah irigasiSungai di pegununganSungai di dataran rendahSungai besar yang sebagian alirannya berada didataran rendah

0,75 - 0,900,70 - 0,800,50 - 0,750,45 - 0,600,70 - 0,800,75 - 0,850,45 - 0,750,50 - 0,75

(Sumber: Sosrodarsono.1981:38)

25

2.2 Analisa Hidrolika

2.2.1 Perhitungan kapasitas saluranAnalisa hidrolika diperlukan untuk merencanakan dimensi

saluran drainase yang dapat menampung limpasan baik ditinjauhidrolis maupun dari elevasi lapangan. Tinjauan hidrolisdimaksudkan untuk melakukan evaluasi kapasitas tampungansaluran dengan debit rencana periode tertentu. Evaluasilapangan adalah pengamatan langsung di lapanganyang bertujuanuntuk melihat kondisi saluran secara langsung.

Apabila dalam pengamatan di lapangan terjadi genangan, makanormalisasi menjadi salah satu solusi.tetapi bila kondisilapangan sebaliknya, maka perlu dikaji kembali apakah masihrelevan dipertahankan sampai tahun proyeksi. Dari hasilidentifikasi maka perencanaan saluran drainase menggunakanbatasan : Dalam aliran, luas penampang lintang aliran, kecepatan aliran

serta debit selalu tetap setiap penampang melintang. Garis energi dan dasar saluran selalu sejajar.

26

mxb

t

w

h

Bentuk penampang saluran drainase dapat berupa saluranterbuka autau tertutup.Rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan rata-rata

pada perhitungan dimensi saluran adalah Rumus Manning. RumusManning digunakan karena mempunyai bentuk sederhana. RumusManning :

V=1n.R

23.I

12

Q=A.V

A=(b+m.h)h

P=b+2h√1+m2

R=AP

Gambar 2.4Dimensi Eksisting Saluran

Dimana :Q = Debit saluran ( m3/det )V = Kecapatan aliran ( m/det )A = Luas basah saluran ( m2 )P = Keliling basah saluran ( m )R = Jari-jari hidrolis ( m )n = Koefisien kekasaran ManningI = Kemiringan dasar saluran ( mm/jam )h = Tinggi air dalam saluran ( m )b = Lebar dasar saluran ( m )m = Kemiringan dinding saluran

Tabel 2.8 Nilai Koefisien Kekasaran Manning

27

No Tipe Saluran nA. Saluran tertutup terisi sebagian

1 Gorong-gorong dari beton lurus dan bebas kikisan

0.010 –0.013

2 Gorong-gorong dengan belokandan sambungan

0.011 –0.014

3 Saluran pembuangan lurus dari beton

0.013 –0.017

4 Pasangan batu dilapisi dengan bata

0.011 –0.014

5 Pasangan batu kali disemen 0.015 –0.017

B. Saluran dilapisi atau disemen6 Pasangan bata disemen 0.012 –

0.0187 Beton dipoles 0.013 –

0.0168 Pasangan batu kali disemen 0.017 –

0.0309 Pasangan batu kosong 0.023 –

0.035( Sumber : Van Te Chow, 1985 )

28

29

30