Bahan Pendahuluan Metlit
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Bahan Pendahuluan Metlit
HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN INTERNAL PADA KUALITAS PELAPORAN
KEUANGAN
Laporan keuangan sebagai bentuk komunikasi akan keadaan
perusaahan terkait dengan keadaan keuangan perusahaan terkait
menjadi sebuah pemeran penting dalam keberlangsungan sebuah
perusahaan. Dalam terapannya, perusahaan-perusahaan go public
tentu diwajibkan dalam pembuatan laporan keuangan setiap
periodenya. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat
ini masih beragam namun pada prinsipnya pengertian kualitas
pelaporan keuangan dapat dipandang dalam dua sudut pandang.
Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan
berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang
tergambarkan dalam laba perusahaan. Informasi pelaporan
keuangan dikatakan tinggi (berkualitas) jika laba tahun
berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba
perusahaan di masa yang akan datang (Lev dan Thiagarajan,
1993) atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di
masa yang akan datang (Dechow dan Dichev, 2002). Implikasi
dari pandangan tersebut, menunjukkan bahwa fokus pengukuran
kualitas pelaporan keuangan perusahaan tersebut berkaitan
dengan sifat-sifat pelaporan keuangan yang tergambarkan pada
bagaimana penerapa pengendalian internal perusahaan
diterapkan.
Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas
pelaporan keuangan berkaitan dengan kinerja saham perusahaan
di pasar modal. Hubungan yang semakin kuat antara laba dengan
imbalan pasar menunjukkan informasi pelaporan keuangan
tersebut semakin tinggi (Lev dan Thiagarajan, 1993).
Penelitian kualitas pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan
dua pendekatan (Cohen, 2003; Francis et al. 2004, dan
Pagalung, 2006). Pendekatan pertama adalah penelitian yang
berkaitan dengan mengkaji faktor-faktor apa yang menyebabkan
pelaporan keuangan yang dihasilkan berkualitas, dan pendekatan
kedua sejauhmana kualitas pelaporan keuangan direspon oleh
para pemakai laporan keuangan. Pendekatan ini berkaitan dengan
kajian faktor-faktor penentu yang menghasilkan pelaporan
keuangan yang berkualitas. Fokus pendekatan ini berkaitan
dengan faktor-faktor internal perusahaan yang terkait dengan
faktor inheren atau faktor intrinsik yang melekat di
perusahaan itu sendiri, yang di berbagai penelitian memberikan
istilah dengan faktor spesifik atau karakteristik perusahaan
(firm spesifics or firm characteristics).
Pendekatan kedua berkaitan dengan faktor eksternal
yang merupakan respons pemakai informasi pelaporan keuangan,
yaitu sejauhmana informasi pelaporan keuangan direspon oleh
para pemakai laporan keuangan. Informasi pelaporan keuangan
yang berkualitas dapat meningkatkan kepercayaan investor (Gul
et al., 2003; Francis et al., 2004, 2005; dan Fanani, 2006).
Perlunya pengungkapan yang akurat serta memadai dalam
menyampaikan informasi keuangan membuat penyusun laporan
keuangan bekerja lebih keras dalam menghasilkan produk laporan
keuangan. Dalam hal ini, laporan keuangan yang berkualitas
akan berdampak pada keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh
pengguna laporan tersebut semakin akurat. Kualitas pelaporan
keuangan pun bergantung pada beberapa hal, termasuk bagaimana
suatu pengendalian internal perusahaan itu sendiri diterapkan.
Pengertian Pengendalian Internal
Secara umum, pengendalian internal merupakan
bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai
prosedur dan pedoman operasional perusahaan atau organisasi
tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan Sistem
Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. Untuk mendukung
kualitas pelaporan keuangan yang baik, diperlukan adanya suatu
sistem pengendalian yang baik dari pihak manajemen suatu
perusahaan.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Sistem
Pengendalian Internal, antara lain:
a) Menurut Mulyadi (2002 : 181), menyatakan bahwa, “Sistem
Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan yakni kendala pelaporan keuangan, kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan
efisiensi operasi”
b) Menurut Niswonger Warren Reeve Fees (2000:183),
“Pengendalian Internal (internal control) merupakan kebijakan dan
prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan,
memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan memastikan bahwa
perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana
mestinya.”
c) Dalam arti sempit yang di kemukakan oleh Zaki Baridwan
(1998:97), ”Pengendalian Internal merupakan pengecekan
penjumlahan, baik penjumlahan mendatar (cross footing) maupun
penjumlahan menurun (footing). Dalam arti yang luas,
pengendalian internal tidak hanya meliputi pekerjaan
pengecekan tetapi juga meliputi semua alat-alat yang
dipergunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan.”
d) Menurut AICPA (Baidaie, 2005 : 44), ”Pengendalian Internal
adalah suatu proses yang dipengaruhi (affected by) board of directors,
manajemen dan pegawai lainnya, yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang layak (reasonable insurance) dapat dicapainya
tujuan-tujuan yang berkaitan dengan : (1) dapat dipercayainya
laporan keuangan, (2) efektivitas san efisiensi operasi, dan
(3) ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”
e) Pengendalian Internal menurut Alvin A. Arens dan James K.
Loebecke dalam bukunya Auditing An Intergreted Appoach (2000 : 315)
adalah sebagai berikut: “internal control is a process designed to provide
reasonable insurancethe achievement of management’s objectives in the following
categories: (1) reliability of financial reporting; (2)effetiveness and efficiency of
operations; (3) compliance with applicable laws and regulation.”
f) Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO)
pada tahun 1992 mengeluarkan definisi tentang pengendalian
internal. Definisi COSO tentang pengendalian intern sebagai
berikut: Internal control is process, affected by entility’s board of directors,
management and other personnel, designed to provide reasonable assurance
regarding the achievement of objectives in the following categories:
Effectiveness and efficiency of operation,
Realibillty of Financial Reporting,
Compliance with Applicable laws and regulations.
Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal
diatas, dapat dipahami bahwa pengendalian internal merupakan
suatu proses yang terdiri dari kebijakan dan prosedur yang
dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk memberikan
keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu
yang saling berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian
intern dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, maka
diharapkan tidak akan terjadi tindakan-tindakan penyelewengan
yang dapat merugikan perusahaan, misalnya penggelapan (fraud),
baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Fungsi dan Tujuan Pengendalian Internal
James A. Hall (2007 : 182) mengemukakan fungsi
dari sistem pengendalian internal yaitu sebagai pelindung yang
melindungi aktiva perusahaan dari banyaknya peristiwa yang
tidak diinginkan yang menyerang perusahaan. Ini semua meliputi
usaha untuk akses secara tidak sah ke aktiva perusahaan,
penipuan yang dilakukan oleh orang dalam dan luar perusahaan,
kesalahan karena karyawan tidak kompeten, program komputer
salah data input yang rusak, dan lain sebagainya.”
Sedangkan menurut Carl S. Warren, James M. Reeve,
& Philip E. Fess, prusahaan-perusahaan menggunakan
pengendalian intern untuk :
mengarahkan operasi mereka,
melindungi aktiva,
mencegah penyalahgunaan sistem mereka.
Menurut Niswonger Warren Reeve Fees (2000 : 184),
tujuan dari pengendalian internal yaitu memberikan jaminan
yang wajar bahwa setiap bank melakukan suatu control yang
dapat meminimalisasi penyimpangan-penyimpangan yang akan
terjadi.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 178) terbagi atas
dua yaitu:
1) Menjaga kekayaan perusahaan.
Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem
otorisasi yang telah ditetapkan,
Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat
dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya.
2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah
ditetapkan,
Pencatatan transaksi yang terjadi tercatat dengan benar di
dalam catatan akuntansi perusahaan.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO,
“Tujuan sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut:
1) Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reliability
of financial reporting)
2) Menghasilkan operasi yang efektif dan efisien (effectiveness
and efficiency of operations).
3) Memenuhi hukum dan peraturan yang ditetapkan (compliance with
applicable laws and regulations).”
Sesuai COSO-ICIF, terdapat tiga kategori tujuan dari adanya
pengendalian internal, yaitu:
1) membantu organisasi dalam mencapai target kinerja dan
profitabilitas dan mencegah terjadinya kehilangan sumber daya
(resources);
2) membantu untuk memastikan penyajian laporan keuangan yang
dapat diandalkan;
3) membantu memastikan bahwa perusahaan telah patuh pada
hukum dan peraturan, menghindarkan perusahaan dari kerusakan
reputasi dan konsekuensi lainnya.
Tipe Pengendalian Internal
Dalam kegiatan pengendalian, terdapat 3 tipe pengendalian,
yaitu preventiv, detektif dan korektif. Perbandingan antara
ketiga tipe tersebut adalah sebagai berikut:
Pengendalian preventif, yaitu kegiatan pengendalian yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu permasalahan (error
condition) dari suatu proses bisnis, atau dengan kata lain
pengendalian yang dilakukan sebelum masalah timbul. Kegiatan
pengendalian ini relatif murah jika dibandingkan kedua tipe
pengendalian lainnya. Contoh pengendalian preventif: dibuatnya
standar operasional prosedur untuk suatu kegiatan entitas;
dibuatnya pemisahan fungsi dalam suatu entitas; dibuatnya
rentang otorisasi dalam suatu entitas.
Pengendalian detektif, yaitu kegiatan pengendalian yang
dilakukan dalam rangka mencari atau mendeteksi adanya suatu
permasalahan dan mencari akar permasalahan tersebut, atau
dengan kata lain pengendalian yang dilakukan dimana telah
terdapat suatu permasalahan. Kegiatan pengendalian ini lebih
mahal dari kegiatan pengendalian preventif. Contoh
pengendalian detektif: dilakukan rekonsiliasi kas.
Kegiatan korektif, yaitu kegiatan pengendalian yang
dilakukan untuk memperbaiki kondisi jika terdapat suatu
permasalahan yang menyebabkan resiko tidak tercapainya tujuan
organisasi, yang telah ditemukan pada kegiatan pengendalian
preventif maupun detektif. Kegiatan Korektif relatif lebih
mahal dari kegiatan peventif maupun detektif. Contoh kegiatan
korektif: dilakukannya perbaikan suatu sistem informasi atas
kesalahan data yang disebabkan adanya eror dalam sistem
informasi suatu entitas.
Komponen Pengendalian Internal
COSO memandang pengendalian internal merupakan
rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam
organisasi. Pengendalian internal berada dalam proses
manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan. Pengendalian bukanlah sesuatu yang ditambahkan
dalam proses manajemen tersebut, akan tetapi merupakan bagian
integral dalam proses tersebut. Komponen pengendalian intern
menurut COSO adalah :
a) Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor
lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan
kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya
operasi, cara manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab
serta mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian
dan pengarahan yang diberikan oleh board. Suasana organisasi
yang mempengaruhi kesadaran penguasaan (control consciousness) dari
seluruh pegawainya. Lingkungan pengendalian ini merupakan
dasar dari komponen lain karena menyangkut kedisiplinan dan
struktur.
b) Penaksiran risiko (risk assessment), adalah proses
mengidentifikasi dan menilai/mengukur resiko-resiko yang
dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi,
manajemen harus menentukan bagaimana
mengelola/mengendalikannya. Mekanisme yang ditetapkan untuk
mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko
yang berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi
beroperasi.
c) Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat
tercapai.
d) Informasi dan komunikasi (information and communication), dua
elemen yang dapat membantu manajemen melaksanakan tanggung
jawabnya. Manajemen harus membangun sistem informasi yang
efektif dan tepat waktu. Hal tersebut antara lain menyangkut
sistem akuntansi yang terdiri dari cara-cara dan perekaman
(records) guna mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisa,
mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi yang timbul
serta dalam rangka membuat pertanggung jawaban (akuntabilitas)
asset dan utang-utang perusahaan.
e) Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu
dipantau, proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja
sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan melalui aktivitas
pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau
kombinasi dari keduanya.
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang
terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara
dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan
aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif
apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur
perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial
dari perusahaan (organisasi).
Karakteristik dan Keterbatasan Pengendalian Internal
Pengendalian Internal yang baik memiliki karakteristik yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) suatu rencana organisasi yang memungkinkan adanya pemisahan
pertanggungjawaban fungsi secara tepat,
2) suatu sistem otoritas dan prosedur pencatatan yang tepat
untuk memungkinkan Accounting Control, yang memadai terhadap
aktiva, hutang, pendapatan dan biaya,
3) praktek yang sehat diikuti dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi dari setiap bagian organisasi,
4) kualitas pengamat yang cocok dengan tanggungjawabnya.
Karakteristik yang baik akan mendukung terciptanya
pengendalian internal yang efektif. Rencana organisasi, sistem
otoritas dan prosedur pencatatan yang tepat, praktek yang
sehat serta kualitas pengamat yang cocok harus terintegrasi
dengan baik dalam pelaksanaan tugasnya. Kelancaran pekerjaan
akan memudahkan pengendalian internal terlaksana dalam
mencapai tujuan.
Keterbatasan yang terdapat dalam pengendalian
internal dapat mengakibatkan tujuan dari pengendalian internal
tidak akan tercapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut
menurut Mulyadi (2002 : 181) adalah:
1) Kesalahan dalam pertimbangan
Kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil
atau dalam melaksanakan tugas rutin yang biasanya dilakukan
oleh manajemen atau personel lain. Kesalahan ini dapat
disebabkan oleh tidak memadainya informasi yang diterima,
keterbatasan waktu, dan tekanan lain.
2) Gangguan
Adanya kekeliruan dalam memahami perintah, terjadinya
kesalahan karena kelalaian dan perubahan yang bersifat
sementara atau permanent dalam personil atau dalam sistem dan
prosedur yang diterapkan.
3) Kolusi
Kerja sama antara pihak-pihak yang terkait, yang mana
seharusnya antara pihak-pihak tersebut saling mengawasi,
tetapi malah saling bekerja sama untuk menutupi kesalahan-
kesalahan yang dibuat baik secara sengaja maupun tidak
sengaja.
4) Pengabaian oleh manajemen
Manajemen mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah
diterapkan semata-mata untuk kepentingan pribadinya sehingga
pengendalian internal tidak berfungsi secara baik.
5) Biaya vs. manfaat
Biaya yang telah dikeluarkan untuk penerapan pengendalian
internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
adanya penerapan pengendalian internal tersebut.
Pengertian dan Fungsi Laporan Keuangan
Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
posisi dan kondisi keuangan, sangat membutuhkan informasi
keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Informasi
tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam bentuk neraca,
laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus
kas, serta laporan tambahan yang diperlukan. Informasi
tersebut sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang go public dalam
persiapannya untuk melakukan penawaran umum karena salah satu
syarat perusahaan yang go public adalah harus menyerahkan
laporan keuangannya selama dua tahun terakhir yang sudah
diperiksa oleh akuntan publik.
Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang
bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan
keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak
yang berkepentingan.
Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992
: 17): laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
dua tahun buku yang bersangkutan. Menurut Sundjaja dan Barlian
(2001 : 47) laporan keuangan adalah suatu laporan yang
menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan
sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan.
Sedangkan definisi laporan keuangan menurut
Munawir (1991 : 2): laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan.
Dapat disimpulkan laporan keuangan adalah laporan
akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi keuangan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut PSAK (2004) pihak-pihak yg memanfaatkan laporan
keuangan adalah (IAI2004) :
1) Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka
berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil
pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang
saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili
mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan
kesempatan kerja.
3) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4) Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor
usaha lain tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jumlah yg terhutang akan dibayar pada
saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada
pemberi pinjaman,kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka
tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama jika mereka
terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.
6) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di
bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya,
dan pemerintah menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7) Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam
berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan
kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah
orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal
domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan
terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut SAK
Tujuan Laporan Keuangan menurut SAK No. 1, sebagai berikut:
1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. Pemakai ingin menilai apa yang
telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, misalnya
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka pada
perusahaan tersebut.
Berdasarkan pemaparan antara pengendalian internal
dan bagaimana laporan keuangan itu sendiri dapat ditarik
kesimpulan untuk mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas
serta memenuhi keseluruhan karakteristik kualitatifnya maka
pengendalian internal perusahaan perlu disesuaikan dengan
standar kerangka kerja pengendalian internal yang baik.
pengendalian internal yang baik ada pengendalian internal yang
mampu mengurangi resiko-resiko yang mungkin terjadi serta
merupakan system yang dikembangkan secara berkelanjutan dan
direalisasikan dalam perusahaan dengan baik. Selain itu,
pengendalian internal adalah bagaimana mengoptimalkan sumber
daya yang ada pada perusahaan serta mampu menutupi
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh perusahan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens dan James K. Loebecke.2000. Auditing An Intergreted
Appoach. South Western - Cengage - Thomson Learning
Carl S. Warren, James M. Reeve, & Philip E. Fess. 2000. Accounting.
South Western - Cengage - Thomson Learning
Cohen, D.A. 2003. Quality of Financial Reporting Choice:
Determinants and Economic Consequences. Working Paper.
Northwestern University Collins
Dechow, P.M. dan I. Dichev. 2002. The Quality of Accruals and
Earnings: The Role of Accrual Estimation Errors. The Accounting
Review 77. Supplement: 35-59.
E-Library Universitas Komputer Indonesia. Diakses tanggal 24 Maret 2012 dari http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=34243
Fanani, Z. 2006. Manajemen laba: Bukti Dari Set Kesempatan
Investasi, Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar Pada
Pasar Yang Sedang Berkembang. Simposium Nasional Akuntansi IX. K-
AKPM 11. Padang.
Francis, J. R., R. LaFond, P. Olsson, dan K. Schipper. 2004.
Costs of Equity and Earnings Attributes. The Accounting Review.
Vol.79. No.4: 967-1010.
Francis, J. R.,R. LaFond, P. Olsson, dan K. Schipper. 2005. The
Market Pricing of Earnings Quality. Journal of Accounting and
Economics. 29: 295-327.
Gu. Z., C.J Lee. dan J.G. Rosett. 2002. Information Environment
and Accrual Volatility. Working Paper. A. B. Freeman School of
Business. Tulane University.
Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Bahan Kuliah Manajemen. Diakses tangggal 24 Maret 2012 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/laporan-keuangan-pengertian-dan-dasar.html
Komunitas Keuangan LSM. Diakses 23 Maret 2012 dari http://www.keuanganlsm.com/article/empat-kualitas-utama-sebuah-laporan-keuangan-bagian-22/
Komunitas Keuangan LSM. Diakses 23 Maret 2012 dari http://www.keuanganlsm.com/article/sistem-pengendalian-intern-spi/
Komunitas Keuangan LSM. Diakses 23 Maret 2012 dari http://www.keuanganlsm.com/article/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/
Lev, B. dan R. Thiagarajan. 1993.Fundamental Information
Analysis. Journal of Accounting Research. Vol 31. Autumn. 2: 190-215.
Pagalung, G. 2006. Kualitas Informasi Laba: Faktor-Faktor Penentu Dan Economic
Consequencesnya. Disertasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Respository Universitas Bina Nusantara. Diakses 24 Maret 2012 dari http://thesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00026-aksi%20bab%202.pdf
Respository Universitas Sumater Utara. Diakses tanggal 24 Maret 2012 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21052/3/Chapter%20II.pdf
Romney dan Steinbart. 2006. Accounting Information Systems.
Prentice Hall
Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009.
Pengaruh Penerapan Peran Komite Audit, Peran Dewan Pengawas Syariah, Dan Efektivitas Pengendalian Intern Atas Pelaporan Keuangan Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
JudulPengaruh Penerapan Peran Komite Audit, Peran Dewan Pengawas Syariah, Dan Efektivitas Pengendalian Intern Atas
Pelaporan Keuangan Terhadap Kualitas Pelaporan KeuanganPenulisRini PenerbitUnpad BahasaIndonesia Hak CiptaUnpad Kata Kunciefektifitas pengendalian intern atas pelaporan keuangan, kualitas pelaporan keuangan., peran dewan pengawas syariah, peran komite audit
Penelitian ini menguji pengaruh peran komite audit, peran dewan pengawas syariah dan efektifitas pengendalian intern atas pelaporan keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Data diperoleh dengan kuesioner dari 173 pegawai (kepala grup,kepala divisi dan internal auditor), anggota komite audit dan anggota dewan pengawas syariah dari 33 bank syariah di Indonesia. Hasil penelitian yang menggunakan analisis jalur menunjukkan terdapat korelasi positif antara peran komite audit, peran dewan pengawas syariah dan efektifitas pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Korelasi yang paling kuat adalah antara peran dewan pengawas syariah dengan efektifitas pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Perankomite audit, peran dewan pengawas syariah dan efektifitas pengendalian intern atas pelaporan keuangan berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan secara simultan. Secara parsial peran komite audit dan efektifitas pengendalian internatas pelaporan keuangan berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan, namun peran dewan pengawas syariah secara statistik tidak signifikan.
This study examines the effect of audit committee role, shari’a supervisory board role, and internal control over financial reporting effectiveness, on financial reporting quality. The data was taken by questionnaire from 173 employees (group head, division head, and internal auditor), audit committee members, and shari’a supervisory board members of 33 Islamic banking in Indonesian. Research results that used path analysis, show that a positive correlation exists between audit committee role, shari’a supervisory board role, and internal control over financial reporting effectiveness. There is strongest relationship between shari’a supervisory board role with internal control over financial reporting effectiveness. Furthermore, audit committee role, shari’a supervisory board role, and internal control over financial reporting effectiveness influence financial reporting quality simultaneously.Partially audit committee role, and internal control over financial reporting
effectiveness influence financial reporting quality, but statistically shari’a supervisoryboard role was not significant.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi http://cisral.unpad.ac.id
Pustaka Terkait
Pengaruh Lingkungan Eksternal Dan Internal Perusahaan Terhadap Strategi Penetapan Tarif, Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Industri Telekomunikasi Di Indonesia (Survey Pada Perusahaan Penyelenggara Jasa Internet Di Indonesia)
Pengaruh Lingkungan Eksternal Dan Lingkungan Internal Terhadap Strategi Bersaing Dan Strategi Kemitraan Serta Dampaknya Pada Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Pada Kinerja Industri Kecil Dan Menengah Di Sumatra Barat
TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL KAS PADA PT. INDONESIA POWER UBP SAGULING PERIODE 2012
Privatisasi Bumn-Persero Dihubungkan Dengan Kepemilikan Golden Share Oleh Negara Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Ekonomi Indonesia
Fungsi Dan Kewenangan Dewan Pengawas Syariah Dalam Penerapan Prinsip Syariah Dikaitkan Dengan Fatwa Nomor 48Dsn-mui Ii/ 2005 Tentang Pejadwalan Kembali Tagihan Murabahah
Download: disertasi_rini_pengaruh_penerapan_peran_komite_audit
Pustaka Terkait
Pengaruh Lingkungan Eksternal Dan Internal Perusahaan Terhadap Strategi Penetapan Tarif, Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Industri Telekomunikasi Di Indonesia (Survey Pada Perusahaan Penyelenggara Jasa Internet Di Indonesia)
Pengaruh Lingkungan Eksternal Dan Lingkungan Internal Terhadap Strategi Bersaing Dan Strategi Kemitraan Serta
Dampaknya Pada Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Pada Kinerja Industri Kecil Dan Menengah Di Sumatra Barat
TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL KAS PADA PT. INDONESIA POWER UBP SAGULING PERIODE 2012
Privatisasi Bumn-Persero Dihubungkan Dengan Kepemilikan Golden Share Oleh Negara Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Ekonomi Indonesia
Fungsi Dan Kewenangan Dewan Pengawas Syariah Dalam Penerapan Prinsip Syariah Dikaitkan Dengan Fatwa Nomor 48Dsn-mui Ii/ 2005 Tentang Pejadwalan Kembali Tagihan Murabahah
InformasiUntuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami menggunakan halaman kontak
pengertian objektivitas, independensi dan laporan audit
Pengertian Audit
Pada dasarnya audit merupakan kegiatan yang membandingkan
kondisi aktual yang ada dengan kriteria yang telah dibuat.
Kondisi yang dimaksud disini merupakan keadaan yang seharusnya
dapat digunakan oleh auditor sebagai pedoman untuk
mengevaluasi informasi dalam lingkup akuntansi dan keuangan.
Pengertian Audit menurut Mulyadi (2002;9) adalah sebagai
berikut:
“Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi buktisecara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentangkegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkantingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebutdengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Sedangkan pengertian Audit menurut Henry Simamora
(2002;4) adalah sebagai berikut:
“Suatu proses sistematik pencarian dan pengevaluasian secaraobyektif bukti mengenai asersi tentang peristiwa dan tindakanekonomik untuk meningkatkan kadar kesesuaian antara asersitersebut dengan kriteria yang ditetapkan, danmengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yangberkepentingan”.
Dari definisi diatas dapat diketahui unsur-unsur penting
dalam audit yaitu audit merupakan suatu proses sistematik yang
bersifat logis, terstruktur, dan terorganisir. Proses
sistematis yang dilakukan tersebut merupakan proses untuk
menghimpun bukti-bukti yang mendasari asersi-asersi yang
dibuat oleh individu maupun entitas yang kemudian dievaluasi
oleh auditor.
Pengertian Audit Internal
Audit internal hanya terdapat dalam perusahaan
yang relatif besar. Dalam perusahaan ini, pimpinan perusahaan
membentuk banyak departemen, bagian, seksi, atau suatu
organisasi yang lain dan mendelegasikan sebagian wewenangnya
kepada kepala–kepala unit organisasi tersebut.
Pengertian Audit Internal menurut Hiro Tugiman
(2006;11) adalah sebagai berikut:
“Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen
yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji
dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang
dilaksanakan”.
Dari definisi diatas audit internal merupakan suatu
kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi organisasi.
Informasi yang dihasilkan, ditujukan untuk manajemen
organisasi sendiri.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan audit
internal, terdapat istilah yang disebut auditor internal yang
harus kita ketahui untuk dapat membedakan antara audit
internal dengan auditor internal.
Pengertian dari auditor internal menurut Siti KurniaRahayu dan Ely Suhayati (2009:14) adalah sebagai berikut:“Pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang bekerja diorganisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentinganmanajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untukmembantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan parapelaksana operasional organisasi terhadap kebijakan danprosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan”.
Auditor sering disebut auditor internal dan merupakankaryawan organisasi tersebut. Auditor internal bertanggung
jawab terhadap pengendalian intern perusahaan demi tercapainyaefisiensi, efektifitas dan ekonomis serta ketaatan padakebijakan yang diambil oleh perusahaan.
Fungsi Audit InternalFungsi audit internal dijelaskan oleh Hery (2010:93)
menyatakan bahwa:
“Auditor internal memiliki fungsi untuk memeriksa dan menilaibaik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasilainnya, Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksanaterhadap kebiijakan, rencana dan prosedur yang telahditetapkan, Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaandipertanggungjawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentukkerugian, Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yangdihasilkan oleh perusahaan,Menilai prestasi kerja parapejabat/ pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yangtelah ditugaskan”.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa fungsi
audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang
terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara
memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain. Untuk
memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung
jawab mereka. Dengan cara menganalisis, penilaian,
rekomendasi, dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan
manajemen, auditor internal menyediakan jasa tersebut. Audit
internal berhubungan dengan semua kegiatan perusahaan,
sehingga tidak hanya terbatas pada audit catatan-catatan
akuntansi.
Definisi 0bjektivitas
Pengertian objektivitas menurut Lawrence B. Swyer,mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner yangditerjemahkan oleh Desi Anhariani (2006:103) adalah :“Objektivitas adalah suatu hal yang langka dan hendaknya tidakdikompromikan. Seorang audior hendaknya tidak pernahmenempatkan diri atau ditempatkan dalam posisi di manaobjektivitas mereka dapat dipertanyakan. Kode etik dan standarauditor internal telah menetapkan aturan-aturan tertentu yangharus diikuti agar terhindar dari kemungkinan pandangan akankurangnya objektivitas atau munculnya bias. Pelanggaran atasaturan-aturan ini akan menyebabkan munculnya kritikan danpertanyaan mengenai kurangnya objektivitas yang dimiliki olehaudit internal.”
Selain itu pengertian objektivitas menurut Siti Kurnia
Rahayu dann Ely Suhayati (2009:52) adalah :
“Harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest)dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (materialmisstatement) yang dketahuinya atau mengalihkan pertimbangannyakepada pihak lain. Dengan memprtahankan integritas auditorakan bertindak jujur,, dan tegas, dengan mempertahankanobjektivitasnya, auditor akan bertindak adil, tidak memihakdalam melaksanakan pekerjaannya tanppa dipengaruhi tekananatau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi”.
Laporan hasil yang memiliki kriteria objektivitas menurut
Hiro Tugiman (2006:191) adalah :
“Suatu laporan pemeriksaan yang objektif membicarakan pokokpersoalan dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedural atauhal-hal lain yang diperlukan dalam proses pemeriksaan.Objektivitas juga harus dapat memberikan uraian mengenai duniaauditee dengan tidak menunjuk pada pribadi tertentu dan tidakmenyinggung perasaan orang lain.”
Untuk memperoleh sikap seorang auditor yang objektif
menurut Lawrence B. Swyer, mortimer A. Dittenhofer dan James
H. Scheiner yang diterjemahkan oleh Desi Anhariani (2006:11)
adalah :
“Objektivitas dipastikan melalui struktur organisasi,
pelatihan, dan penugasan personel dengan pertimbangan yang
seksama.”
Objektivitas auditor internal menurut Standar Profesi
Audit Internal yang dikutip oleh Konsersium Organisasi
Profesional Audit Internal (2004:8) adalah sebagai:
“Audior internal harus memiliki sikap mental yang obyektif,
tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya
pertenangan kepentingn (conflict of interest)”.
Dalam standar1120 digariskan bahwa auditor internal harus
memiliki sikap yang tidak memihak, tidak bias, dan menghindari
konflik kepentingan. (auditorinternal.com:2010). Lebih lanjut
IIA memberikan panduan sebagai berikut:
1. Dengan objektivitas individual dimaksudkan auditor
internal melakukan penugasan dengan keyakinan yang jujur
dan tidak membuat kompromi dalam hal kualitas yang
signifikan. Auditor internal tidak boleh ditempatkan
dalam situasi-situasi yang dapat mengganggu kemampuan
mereka dalam membuat penilaian secara objektif
profesional.
2. Objektivitas Individual melibatkan kepala eksekutif
audit (CAE) untuk memberikan penugasan staf sedemikian
rupa sehingga mencegah konflik kepentingan dan bias, baik
yang potensial maupuna ktual. CAE juga perlu secara
berkala mendapatkan informasi dari staf audit internal
mengenai potensi konflik kepentingan dan bias mereka,
serta bila memungkinkan, memberlakukan rotasi tugas.
3. Review terhadap hasil pekerjaan audit internal sebelum
komunikasi/laporan penugasan diterbitkan, akan membantu
memberikan keyakinan yang memadai bahwa pekerjaan auditor
internal yang bersangkutan telah dilakukan secara
objektif.
4. Objektivitas auditor internal tidak terpengaruh secara
negatif ketika auditor merekomendasikan standar
pengendalian untuk sistem tertentu atau melakukan review
terhadap prosedur tertentu sebelum
dilaksanakan. Objektivitas auditor dianggap terganggu
jika auditor membuat desain, menerapkan, mendrafkan
prosedur, atau mengoperasikan sistem tersebut.
5. Pelaksanaan tugas sesekali di luar audit oleh auditor
internal, bila dilakukan pengungkapan penuh dalam
pelaporan tugas itu, tidak serta merta mengganggu
objektivitas. Namun, hal tersebut membutuhkan
pertimbangan cermat, baik oleh manajemen maupun auditor
internal untuk menghindari dampak negatif terhadap
objektivitas auditor internal.
Dalam standar11 0 0 digariskan bahwa aktivitas auditor
internal harus bersikap independensi, dan auditor internal
harus bersikap objektif dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
Objektivitas dalam standar 1100 (auditorinternal.com:2010)
adalah :
“Sikap mental yang tidak bias yang memungkinkan auditorinternal untuk melakukan penugasan dengan sedemikian rupasehingga mereka meyakini hasil pekerjaan mereka dan meyakinitidak ada kompromi. Objektivitas mensyaratkan bahwa auditorinternal tidak menundukkan penilaian mereka dalam masalah-masalah audit terhadap orang lain. Ancaman terhadapobjektivitas harus dikelola pada masing-masing tingkatauditor, penugasan, fungsional, dan tingkat organisasi.”
Dilihat dari pengertian dari para ahli mengenai
objektivitas, penulis mengambil kesimpulan bahwa audit
internal diharuskan bersikap objektif dalam melaksanakan
proses dan pelaporan audit pada perusahaannya. Objektivitas
juga merupakan kebebasan sikap mental yang seharusnya
dipertahankan oleh audit internal dalam melakukan audit, dan
auditor internal tidak boleh membiarkan pertimbangan auditnya
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat auditor tesebut
bekerja atau bahkan tidak boleh membiarkan pertiimbangan
auditnyya dipengaruhi oleh orang lain walaupun orang lain itu
mempunyai kekerabatan yang sangat erat oleh auditor internal
tersebut. Sehingga objektivitas mengharuskan auditor internal
melakukan audit dengan objektif sehingga kejujuran atas hasil
audit mereka dapat diyakini dan bukan merupakan hasil kompromi
yang dapat menimbbulkan konflik di dalam perusahaan itu
sendiri.
Definisi Independensi
Menurut Herry (2010:73) yang dimaksud dengan independensi
seorang auditor adalah sebagai berikut :
“Auditor internal harus mandiri dan terpisah dari berbagaikegiatan yang diperiksa. Auditor internal dianggap mandiriapabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas danobjektif. Kemandirian auditor internal sangat penting terutamadalam memberikan penilaian yang tidak memihak (netral)”.
Pengertian Independensi menurut siti Kurnia Rahayu dan
Ely Suhayati (2009:51) adalah sebagai berikut :
“Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidakmemihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasilpemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap mentalindependen tersebut harus meliputi Independece in fact danindependence in appearance”.
Independence in fact menurut siti Kurnia Rahayu dan Ely
Suhayati (2009:51) adalah sebagai berikut :
“Independen dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataanauditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihaksepanjang pelakksanaan auditnya. Artinya sebagai suatukejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakanpendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkanfakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberiaan pendapat,auditor harus objektif dan tidak berprasangka”.
Independence in appearance menurut siti Kurnia Rahayu dan
Ely Suhayati (2009:51) adalah sebagai berikut :
“Independen dalam penampilan adalah hasil interpretasi pihaklain mengenai independensi ini. Auditor akan dianggap tidakindependen apabila auditor tersebut memiliki hubungan tertentu(misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapatmenimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihakkliennya atau tidak independen”.
Sedangkan pengertian Independensi menurut Sukrisno Agoes
dan I Cenik Ardana (2009:146) adalah :
“Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak
dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil
keputusan dan tindakan.”
Sehingga penulis menarik kesimpulan dari pengertian
diatas tentang Independensi, yaitu seorang auditor pada saat
pelaporan hasil pemeriksaan audit kepada managemen senior dan
dewan atau pada setiap periode pelaporan audit haruslah
memperhatikan tanggung jawabnya sebagai seorang auditor, yaitu
dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif.
Selain itu sifat utama seorang auditor adalah tidak memihak
(netral) untuk menghasilkan laporan audit yang independen.
Mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam
memenuhi tanggung jawab mereka adalah sangat penting, namun
yang lebih penting lagi adalah bahwa pemakai laporan keuangan
memiliki kepercayaan atas independensi itu sendiri.
Independensi memiliki penilaian apabila auditor mengamati
hasil audit,sehingga klien dapat menilai apakah auditor
tersebut bersifat independensi atau justru sebaliknya terhadap
kualitas audit yang diperiksanya.
Laporan Audit
Tahap akhir dari aktivitas audit internal adalah membuat
laporan audit yang diperoleh dari pelaksanaan penugasannya.
Laporan tersebut merupakan alat tugas dan wewenang bagiannya.
Laporan audit menurut Lawrence B. Sawyer yang
diterjemahkan oleh Desi Anhariani (2006:11) adalah sebagai
berikut:
“Laporan audit termasuk ringkasan eksekutif, dirancang
untuk mengkomunikasikan perbaikan-perbaikan yang disarankan
dan rencana-rencana manajemen operasional untuk melaksanakan
perbaikan tersebut”.
Sedangkan laporan auditor dalam Standar Profesi Akuntan
Publik (2009:73) yang ditulis oleh Siti Kurnia Rahayu dan Ely
Suhayati adalah sebagai berikut:
“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat ataslaporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi,bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jikapendaapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan makaalsannya harus dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkandengan laporan keuangan, maka laporan audit harus memuatpetunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yangdilaksanakan jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikuloleh auditor”.
Laporan audit merupakan satu-satunya dari produk unit
audit internal yang secara teratur dilaporkan kepada manajemen
senior, dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit.
Karena merupakan satu-satunya produk audit yang sampai kepada
mereka, pembaca cenderung mengasosiasikan kualitas laporan
dengan kinerja dan kemampuan profesional unit audit internal.
Sebagai profesi yang sudah mapan, auditor internal
memiliki Standar Profesi Audit Internal sebagai suatu sistem
untuk menjamin diterbitkannya laporan audit internal yang
berkualitas.
Menurut Hiro Tugiman (2006:70) menyatakan bahwa:
“Laporan audit haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif
dan tepat waktu”.
Lebih lanjut kriteria-kriteria tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Objektif
Laporan yang objektif adalah laporan yang faktual, tidak
berpihak dan terbebas dari distorsi. Berbagai temuan,
kesimpulan dan rekomendasi haruslah dilakukan tanpa ada suatu
prasangka.
Jelas
Laporan yang jelas dan mudah dimengerti. Kejelasan suatu
laporan dapat ditingkatkan dengan cara menghindari penggunaan
bahasa teknis yang tidak diperlukan dan pemberian berbagai
informasi yang cukup mendukung.
Singkat
Laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok
permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak
diperlukan. Laporan tersebut disusun dengan menggunakan kata-
kata secara efektif.
Konstruktif
Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi
dan sifatnya akan membantu pihak yang akan diperiksa dan
organisasi serta menghasilkan berbagai perbaikan yang
dibutuhkan.
Tepat Waktu
Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang penerbitnya tidak
memerlukan penundaan dan mempercepat kemungkinan pelaksanaan
berbagai tindakan efektif.
Dari pengertian diatas menurut beberapa ahli, penulis
mengambil kesimpulan bahwa Laporan audit yang berkualitas
sebaiknya akurat, objektif, jelas, singkat, konstruktif,
lengkap, dan tepat pada waktunya
Diposkan oleh helena rizqia di 21.39 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
pentingnya objektivitas dan independensi terhadap laporan audit
Pada masa globalisasi seperti sekarang ini, pemerintah dan
pihak-pihak swasta sedang giat melaksanakan pembangunan
terutama dalam bidang ekonomi. Sehingga mendorong timbulnya
perusahaan untuk berkembang lebih pesat. Pembangunan dalam
bidang ekonomi sangat penting bagi peningkatan taraf hidup
masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang
tertuang dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
yaitu menciptakan masyarkat yang adil dan makmur. Dalam
keadaan persaingan bidang ekonomi ini tidak sedikit perusahaan
mengalami penurunan dalam kemampuan usahanya dan bahkan tidak
menutup kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan karena
kalah dalam persaingan dunia bisnis.(Noviana:2008)
Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
dalam masa yang akan datang, ilmu dan teknologi akan sangat
membantu bagi pengusaha dalam mempertahankan perusahaannya,
ditunjang dengan tata kelola perusahaan yang baik. Target
perusahaan dapat juga dicapai dengan didukung manajemen yang
baik. Selain itu juga diperlukan pengawasan yang dilakukan
oleh internal audit yang bersikap objektiv dan independen
supaya laporan audit yang dihasilkan pada perusahaan dapat
mencapai target.(Noviana:2008)
Internal Audit adalah suatu unit organisasi kantor
perusahaan yang diberi peran untuk menjalankan fungsi
penyelenggaraan salah satu fungsi corporate support, yang dipimpin
dan dikendalikan oleh Head of Internal Audit. Tugas Internal
Audit adalah penentuan strategi, kebijakan, program dan
pelaksanaan internal audit serta perumusan rekomendasi kepada
auditee, serta penentuan kebijakan, program dan pelaksanaan
monitoring tindak lanjut atas hasil audit.(Telkom:2010)
Pengelolaan Unit IA PT. TELKOM senantiasa mengacu
kepada Standar dan ketentuan yang berlaku secara
Internasional, oleh karena itu sebagai acuan utama
dilakukannya Penilaian Berkala atas Kualitas Internal adalah
sesuai dengan International Standard for the Professional Practice of Internal
Auditing Attribute Standard 1310 – Quality Program Assessment dan Attribute
Standard 1311 - Internal Assessment yang mengamanatkan untuk
dilakukannya Penilaian Berkala atas Kualitas Internal setiap 1
(satu) tahun sekali. Tujuan dilakukannya Penilaian Berkala
atas Kualitas Internal ini, pertama untuk mengetahui secara
real tentang pengelolaan Unit Internal Audit pada periode 1
Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2009, sehingga
diperoleh gambaran Kualitas Pengelolaan Unit IA dan tingkat
kepatuhannya (Compliances) terhadap Standar Internasional, Kode
Etik, Charter, Prosedur dan Kebijakan lainnya yang telah disusun
oleh Unit IA. Dengan dilakukannya Penilaian Berkala atas
Kualitas Internal ini, merupakan proses Continues Improvement
pengelolaan Unit IA.(Telkom:2010)
Dalam hal ini penulis mendapatkan suatu fenomena dalam
unit internal audit PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Yaitu
Tidak ada penambahan jumlah personil yang memiliki sertifikasi
nasional (QIA) sejak tahun 2007.Sejak posisi 31 Desember 2008,
Internal Audit sampai posisi 31 Desember 2009 belum mempunyai
personil dengan kualifikasi internasional (Certified Internal
Auditor/CIA) dan Certified Information System Audit(CISA). Agar
diintensifkan program sertfifikasi. Selain itu, Training
Profesional (CISA, CIA) memerlukan konsentrasi yang baik sehingga
disarankan untuk mengambil personil dengan mempertimbangkan
usia, waktu preparation yang memadai, bebas penugasan rutin,
dan sistem kaderisasi Unit IA.(Telkom:2010)
Selain itu dalam Unit Internal audit PT Telekomunikasi
Indonesia saat ini juga sedang melaksanakan program quality
assesment (QA) yang dilaksanakan oleh Tim Quality Assesment Internal
guna menilai efektivitas Unit Internal Audit dalam memenuhi
fungsinya sebagai Assurance dan Consulting, menilai tingkat
kesesuaian antara kegiatan internal audit dengan Standar
Profesi Internal Auditing dan standar/ketentuan lainnya yang
berlaku, mengidentifikasikan kelemahan dan peluang perbaikan
dalam rangka meningkatkan performansi Unit Internal Audit
kedepan khususnya pada proses dan pelaporan audit. Selain itu
dalam profesionalisme staff auditor juga diperlukan sikap
objektivitas dan independensi oleh setiap auditor internal.
Berikut ini merupakan data laporan periodic Internal Quality Assessment
Unit Internal Audit 2010 yang di dapat dari hasil survey yang
dilakukan oleh unit internal audit PT Telekomunikasi
Indonesia,Tbk dengan data responden kuisioner eksternal
(Customer Audit) 1634 responden dari total 3492 populasi survey
pada posisi struktural dengan Band Posisi 1 sampai dengan IV,
yang dilakukan untuk meningkatkan performansi PT
Telekomunikasi Indonesia,Tbk :
Gambar 1.1Laporan Periodic Internal Quality Assesment Unit Internal Audit
Tabel 1.1Laporan Periodic Internal Quality Assesment Unit Internal Audit
Good Fair Poor ExcellentRelasi Bagi Managemen 40,50% 6,3% 1,6% 51,6%Profesionalisme StaffAuditor 67,3% 19,6% 1,4% 11,7%Lingkup Audit 72,4% 9,5% 0,6% 17,6%Proses Audit &Pelaporan 71,8% 14% 0,5% 13,7%Managemen InternalAudit 52,5% 16,9% 2,6% 27,9%Nilai Tambah IA bagiManagemen 69,6% 9% 0,6% 20,9%
Sumber : PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk
Grafik diatas menggambarkan bahwa, nilai tertinggi
untuk kriteria:
1. “Excellent” adalah : “Relasi dengan Manajemen” yaitu 51,6%2. “Good” adalah : “Lingkup Audit” yaitu
72,4%3. “Fair” adalah : “Profesionalisme staff auditor
yaitu 19,6%, dan4. “Poor” adalah : “Manajemen Internal Audit yaitu
2,6%.Sedangkan aspek “Proses audit dan pelaporan” dan “Nilai
Tambah IA Bagi Managemen” saat ini belum mencapai kriteria
“excellent” nilai tertingginya baru pada kriteria “Good” yaitu
sebesar 71,48% untuk “Proses Audit & Pelaporan” dan 69,6%
untuk “Nilai Tambah IA Bagi Manajemen”.(Telkom:2010)
Dalam grafik atau tabel di atas yang berasal dari PT
Telekomunikasi Indonesia, penulis mendapatkan fenomena yang
terdapat dalam perusahaan yaitu Proses Audit dan Pelaporan
pada Unit Internal Audit belum mencapai “excellent”, nilai
tertingginya baru pada kriteria “good” yaitu sebesar 71,48%
untuk “Proses Audit dan Pelaporan”. Dalam hal ini Unit
Internal Audit PT Telekomunikasi di tuntut untuk memperbaiki
proses audit dan pelaporan audit itu sendiri, sehingga dapat
mencapai target perusahaan, yaitu “excellent”. Dalam hal ini
penulis mencoba meneliti, faktor-faktor apa saja yang
diperlukan untuk meningkatkan laporan audit sehingga dapat
mencapai target perusahaan.
Selain itu dalam grafik atau tabel di atas yang berasal
dari PT Telekomunikasi Indonesia, penulis mendapatkan fenomena
yang terdapat dalam perusahaan selain tentang pelaporan audit,
yaitu Profesionalisme staff auditor pada Unit Internal Audit
belum juga mencapai “excellent”, nilai tertingginya baru pada
kriteria “fair” yaitu sebesar 19,6% untuk “Profesionalisme staff
auditor”. Dalam hal ini Unit Internal Audit PT Telekomunikasi
di tuntut untuk memperbaiki profesionalisme auditor yang
termasuk di dalamnya adalah objektivitas dan independensi oleh
setiap auditor. Sehingga profesionalisme Auditor PT
Telekomunikasi dapat mencapai target perusahaan, yaitu
“excellent”. Dalam hal ini penulis mencoba meneliti, faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi profesionalisme audit yang
termasuk di dalamnya sifat objektivitas dan independensi
sehingga dapat mencapai target perusahaan yang diharapkan
apabila auditor bekerja secara profesional.
Berikut ini juga merupakan data laporan periodic Internal QualityAssessment Unit Internal Audit 2010 yang di dapat dari hasil
survey yang dilakukan oleh unit internal audit PTTelekomunikasi Indonesia,Tbk dengan data responden kuisionerinternal (Staff Audit) 110 responden dari total 137 populasiseluruh personil di Unit Internal Audit PT Telekomunikasi
Indonesia,Tbk yang dilakukan untuk meningkatkan performansi PTTelekomunikasi Indonesia,Tbk :
Tabel 1.2
Laporan Periodic Internal Quality Assesment Unit Internal AuditGood Fair Poor Excellent
Strategic Direction ofIA
40,90% 1,9% 40,9% 56,7%
Organization & people 58,6% 15% 3,7% 22,8Implementation IAFuntion
46,9% 7,4% 2% 43,7%
Profesional Development 39,7% 30% 13,7% 16,7%Tools 38,5% 0,5% 0,5% 60,5%Sumber : PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk
Dalam tabel dan grafik d atas, yang diperoleh dari
ikhtisar hasil survey yang dilakukan oleh unit internal audit
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dapat diperoleh fenomena yang
dapat diteliti oleh penulis yaitu, Tingkat kepuasan/opini dari
responden internal adalah 69,08%. Sehingga secara rata-rata
dari kedua responden adalah 70,27%. Padahal unit internal
audit menginginkan secara keseluruhan, kemampuan profesional
di bidang auditor menapai nilai 90,6% atau di tahapan nilai
“exellent”. Sehingga dalam hal ini juga di perlukan penyaluran
yaitu mengakomodasi dan memberikan kesempatan yang memadai
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing personil atau
seluruh jajaran di Unit IA. Dalam hal ini, sikap seorang
auditor yang objektivitas dan independen juga sangat di
perlukan perusahaan untuk mendapatkan pelaporan audit yang
diharapkan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
sehingga tidak ada masyarakat yang memandang sinis terhadap
integritas perusahaan.(Telkom:2010)
Selain itu, dalam melaksanakan kegiatan usahanya,
Perusahaan dan anak Perusahaan telah menjadi tergugat dalam
berbagai kasus hukum yang terkait dengan perselisihan tanah,
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan
estimasi manajemen mengenai kemungkinan hasil penyelesaian
dari kasus-kasus tersebut, Perusahaan dan anak Perusahaan
mencadangkan sebesar Rp 63.795 juta pada tanggal 31 Desember
2010.
Dalam hal ini, untuk menghadapi kasus-kasus tersebut
sangat diperlukan performa auditor yang sangat maksimal,
khususnya pada Unit internal Audit. Para auditor di tuntut
untuk menjadi seorang yang profesional dan memiliki sifat
objektivitas dan independensi yang tinggi. Karena praktik
kecurangan sekecil apapun akan merugikan perusahaan.
Penggunaan sampel pada internal auditor PT. Telekomunikasi
Indonesia,Tbk yang merupakan salah satu perusahaan BUMN
didasarkan pada alasan bahwa internal auditor PT.
Telekomunikasi Indonesia,Tbk diharapkan dapat mewakili
perusahaan BUMN di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan