PENDAHULUAN 1.1
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PENDAHULUAN 1.1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Sekitar tiga per empat
bagian dari tubuh manusia terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih
dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari
manusia, seperti masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan
masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.
Menurut data Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral, hingga tahun 2015,
diperkirakan pemenuhan kebutuhan air bersih di Indonesia baru mencapai 68,9 persen dari
total kebutuhan air bersih penduduk secara nasional. Sedangkan informasi Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, ketersediaan air bersih yang benar-benar
layak untuk dikonsumsi masyarakat, diperkirakan cadangannya hanya tersisa tinggal 18
persen dari total keseluruhan persediaan. (Kompas.com)
Dalam pemenuhan kebutuhan akan air, maka masyarakat akan mencari sumber lain,
salah satunya melalui sungai. Air sungai banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat,
baik yang berada di kota maupun masyarakat pedesaan. Terutama bagi masyarakat yang
berada di daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih. Padahal, air sungai
dirasa kurang memenuhi kualitas air bersih yang sehat karena banyak aktivitas keseharian
dilakukan di sungai, mulai memandikan kerbau, bebek, mencuci, buang air besar, buang
sampah dan sebagainya. Hal ini menyebabkan air sungai menjadi keruh.
Kekeruhan disebabkan karena adanya partikel koloid dan supensi dari suatu bahan
pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan industri,
rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang terkandung dalam perairan
(Suraiwira, 1993). Sebagian besar dari pabrik-pabrik dan industri membuang limbahnya juga
ke sungai. Secara fisika air yang layak dikonsumsi memiliki karakteristik tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa. Sedangkan air sungai yang memiliki warna keruh dan kadang
berbau tidak layak dikonsumsi karena dapat menyebabkan berbagai penyakit yang
mengganggu kesehatan seperti, gangguan pencernaan, mudah lelah, rasa sakit pada sendi.
Dalam rangka penyediaan air yang bersih dan sehat bagi penduduk yang belum
mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM, maka diperlukan alat pengolahan air
2
sederhana yang murah dan dapat dibuat oleh masyarakat sendiri dengan menggunakan bahan
yang ada dipasaran setempat. Secara umum, proses pengolahan air sederhana terdiri dari 2
tahapan, yaitu proses pengendapan dan proses penyaringan. Dari pengolahan ini akan
didapatkan air bersih guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih dan menjaga
kesehatan masyarakat.
Dalam mendesain alat pengolahan air sederhana guna mendapatkan hasil terbaik, yaitu
air bersih dan tidak keruh diperlukan suatu desain eksperimen yang dapat mengamati,
menilai, membanding sifat-sifat penting suatu produk dengan suatu bentuk baku, salah
satunya adalah desain eksperimen Taguchi. Desain eksperimen Taguchi merupakan salah satu
metode statistik yang digunakan sebagai salah satu alat untuk meningkatkan dan melakukan
perbaikan kualitas, sehingga perubahan-perubahan terhadap variabel suatu proses atau sistem
diharapkan akan memberi hasil (respons) yang optimal dengan cukup memuaskan. Dalam hal
ini adalah mengurangi tingkat kekeruhan pada air sungai.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang sebelumnya, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air pada pengolahan air sungai
sederhana?
2. Faktor dan level apa saja yang paling mempengaruhi tingkat kekeruhan air pada
pengolahan air sungai sederhana?
1.3 BATASAN MASALAH
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Air sungai yang digunakan sebagai penelitian berasal dari DAS Brantas.
2. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
3. Dalam sekali replikasi digunakan air sungai sebanyak 1 liter.
1.4 ASUMSI-ASUMSI
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua faktor yang tidak
dikendalikan dianggap tetap atau sama.
3
1.5 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air pada pengolahan
air sungai sederhana.
2. Mengetahui faktor dan level dari faktor yang paling mempengaruhi tingkat kekeruhan
air pada pengolahan air sungai sederhana.
1.6 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor dan level yang paling mempengaruhi tingkat kekeruhan air pada
pengolahan air sungai sederhana, sehingga didapatkan air bersih dengan tingkat
kekeruhan terendah.
2. Mendapatkan persediaan air bersih dari pengolahan air sungai sederhana dengan harga
yang relatif murah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN AIR
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per
empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih
dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci,
mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-
lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan
melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.
(Chandra, 2007)
Air bersih yang layak dikonsumsi oleh manusia memiliki beberapa kriteria, baik secara
fisik, kimiawi dan juga mikrobiologi. Secara fisik, air harus bersih dan tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak meninggalkan endapan. Secara kimiawi, pH
air harus di antara 6,5 – 8,5 dan tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya. Secara
mikrobiologi, air tidak mengandung kuman-kuman peyakit seperti disentri, tipus, kolera dan
bakteri patogen.
2.1.1 Pengertian Air Sungai
Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadang-kadang bercampur
dengan limbah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan.
Tingkat kekeruhan air sungai bisa menjadi sangat tinggi dan hal ini dapat diukur melalui TDS
meter yang menunjukkan skala ppm (part per milion) atau mg/l. Oleh karena itu, dalam
penggunaan sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang baik, mengingat
bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat kekeruhan yang tinggi sekali.
2.1.2 Pengolahan Air Sungai Sederhana
Pengolahan air sungai dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan alat dan
bahan yang ada dipasaran setempat. Secara umum, ada 2 tahap penting dalam melakukan
pengolahan air, yaitu proses pengendapan dan penyaringan. Namun, ada juga proses akhir
yang disebut proses penjernihan. Berikut adalah penjelasan mengenai 3 proses tersebut.
5
1. Proses Pengendapan
Pada proses ini, pertama-tama air sungai ditampung terlebih dahulu dalam sebuah
wadah (ember/tong). Kemudian dicampur dengan bahan koagulan untuk penggumpalan
dan pengendapan kotoran-kotoran dalam air. Setelah itu, air didiamkan beberapa waktu
sampai gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua. Setelah kotoran mengendap,
air akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul di dasar wadah dapat
dibersihkan. Sedangkan air hasil proses pengendapan dialirkan menuju proses
penyaringan.
2. Proses Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua.
Butiran gumpalan kotoran dnegan ukuran besar dan berat akan mengendap, sedangkan
yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk itu dilakukan
proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan ke dalam bak
penyaringan yang terdiri dari beberapa komponen yang telah disusun. Tidak ada standar
pasti untuk menyusun komponen pada proses penyaringan. Maka dari itu, dalam
penelitian ini digunakan urutan komponen yang disusun dari atas ke bawah adalah batu,
penyaring, arang, pasir, penyaring, batu.
3. Proses Akhir
Hasil dari proses akhir adalah air yang sudah bersih secara fisik. Namun, belum
dapat dipastikan apakah jumlah padatan dalam air telah berkurang secara maksimal dan
pH air telah mencapai nilai optimal. Untuk itu, terkadang ada penambahan bahan kimia,
seperti kaporit untuk meningkatkan nilai pH air bersih dan sebagai bahan penjernihan.
Namun, ada juga yang tidak melakukan proses ini.
2.1.3 Pengertian Kekeruhan
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu bahan
pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan industri,
rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang terkandung dalam perairan.
(Suraiwira, 1993 ). Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik yang
dihasilkan oleh buangan industri (Saeni, 1989). Kekeruhan dapat disebabkan bahan-bahan
tersupensi yang yang bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar, tergantung
derajat turbelensinya.(Saeni, 1989)
6
Kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan
tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa
oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya
sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya lihat organism akuatik, serta dapat
menghambat penetrasi cahaya kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat
mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses
penjernihan air. (Effendi,2003)
2.2 PENGERTIAN DESAIN EKSPERIMEN
Eksperimen merupakan serangkaian percobaan atau pengujian yang dilakukan dengan
mengendalikan beberapa faktor untuk menghasilkan hasil percobaan/pengujian yang terukur
(karakteristik yang sedang diteliti). Eksperimen adalah penyelidikan terencana untuk
mendapatkan fakta baru, untuk memperkuat atau menolak hasil-hasil percobaan terdahulu.
Desain eksperimen berperan penting dalam mengembangkan proses, dapat digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam proses agar kinerja proses
meningkat. Desain eksperimen dapat didefinisikan sebagai suatu uji dengan mengubah-ubah
variabel input (faktor) suatu proses sehingga bisa diketahui penyebab perubahan output
(respon) (Iriawan, 2006: 243).
Tujuan dari desain eksperimen adalah agar dapat menentukan variabel input (faktor)
yang berpengaruh terhadap respon. Menentukan variabel input yang membuat respon
mendekati nilai yang diinginkan. Dan juga menentukan variabel input yang menyebabkan
variasi respon kecil.
2.2.1 Desain Eksperimen Taguchi
Metode Taguchi diperkenalkan oleh Dr. Genichi Taghuci (1940) yang merupakan
metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan
proses serta dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin. Sasaran metode Taguchi
adalah menjadikan produk robust terhadap noise, karena itu sering disebut sebagai Robust
Design (Ishak, 2002: 10).
Metode Taguchi adalah suatu metodologi untuk merekayasa atau memperbaiki
produktivitas selama penelitian dan pengembangan supaya produk-produk berkualitas tinggi
dapat dihasilkan dengan cepat dan dengan biaya rendah. Metode Taguchi merupakan metode
perancangan yang berprinsip pada perbaikan mutu dengan memperkecil akibat dari variasi
7
tanpa menghilangkan penyebabnya. Hal ini dapat diperoleh melalui optimasi produk dan
perancangan proses untuk membuat unjuk kerja kebal terhadap berbagai penyebab variasi
suatu proses yang disebut perancangan parameter (Pramono, 2001: 25).
Orthogonal array merupakan suatu matriks faktor dan level yang tidak membawa
pengaruh dari faktor atau level yang lain (Ishak, 2002: 14). Ortognal array adalah matriks
faktor dan level yang disusun sedemikian rupa sehingga pengaruh suatu faktor dan level tidak
berbaur dengan faktor dan level lainnya.
Elemen-elemen matriks disusun menurut baris dan kolom. Baris merupakan keadaan
suatu faktor, sedangkan kolom adalah faktor yang dapat diubah dalam eksperimen. Notasi
ortogonal array adalah:
Ln (l)f
dimana :
f = banyaknya faktor (kolom)
l = banyaknya level
n = banyaknya pengamatan (baris)
L = rancangan bujur sangkar latin (Iriawan, 2006: 282).
Berikut adalah beberapa contoh tabel Ortogonal Array pada desain eksperimen Taguchi:
Tabel 2.1 Ortogonal Array L4 (23)
Exp Faktor
A B C
1 1 1 1
2 1 2 2
3 2 1 2
4 2 2 1
Sumber : Ranjit, 1990: 211-212
Tabel 2.2 Ortogonal Array L8 (27)
Exp Faktor
A B C D E F G
1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 2 2 2 2
3 1 2 2 1 1 2 2
4 1 2 2 2 2 1 1
5 2 1 2 1 2 1 2
6 2 1 2 2 1 2 1
7 2 2 1 1 2 2 1
8 2 2 1 2 1 1 2 Sumber : Ranjit, 1990: 211-212
Tabel 2.3 Ortogonal Array L9 (34)
8
Exp Faktor
A B C D
1 1 1 1 1
2 1 2 2 2
3 1 3 3 3
4 2 1 2 3
5 2 2 3 1
6 2 3 1 2
7 3 1 3 2
8 3 2 1 3
9 3 3 2 1 Sumber : Ranjit, 1990: 211-212
Dari matrik diatas dapat disajikan sebuah tabel orthogonal Array untuk jumlah faktor
dan level tertentu yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.4 Ortogonal Array
Matrik Ortogonal Jumlah Faktor Jumlah Level
L4(23) 3 2
L8(27) 7 2
L12(211
) 11 2
L16(215
) 15 2
L32(231
) 31 2
L9(34) 4 3
L18(21,37
) 1 dan 7 2 dan 3
L27(313
) 13 3
L16(45) 5 4
L32(21,4
9) 1 dan 9 2 dan 4
L64(422
) 21 4 Sumber : Ranjit, 1990: 211-212
2.2.2 Analysis of Varians (ANOVA)
Analysis of Varians biasa disebut dengan analisis ragam, analisis ragam adalah suatu
metode untuk menguraikan keragaman total menjadi komponen-komponen yang mengukur
berbagai sumber keragaman. Di dalam analisis ini kita selalu mengasumsikan bahwa contoh
acak yang dipilih berasal dari populasi yang normal dengan ragam yang sama, kecuali bila
contoh yang dipillih cukup besar, asumsi tentang distribusi normal tidak diperlukan lagi.
Analisis ragam (Analysis of Variance, ANOVA) memperluas pengujian kesamaan dari dua
nilai rata-rata menjadi kesamaan beberapa nilai rata-rata secara simultan (Wibisono, 2005:
479).
Menurut Ritonaga (1987:216) analisis ragam adalah suatu metode yang membagi-bagi
eksperimen ke dalam beberapa bagian, bagian mana yang dapat dibagi berdasarkan sumber,
sebab atau faktor. Penggunaan ragam ini pertama kali dikembangkan oleh R.A Fisher dalam
9
laporannya tahun 1923, bila ragam dipahami sebagai kuadrat di simpangan baku dari suatu
variabel X, s 2 , analisis ragam dalam kenyataannya tidak membagi ragam ini kedalam bagian-
bagian, tetapi membagi jumlah kuadrat simpangan, dalam bagian-bagian tertentu. Bagian
bagian inilah yang digunakan dalam tes signifikansi data dalam penelitian (Mashitoh, 2005:
8).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN
Dalam pengambilan data, penelitian ini menggunakan data primer yang diambil dari
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian dengan pemberian perlakuan
atau treatment pada suatu objek yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian mengenai pengolahan air sungai ini berlangsung pada :
Tempat : JL Mayjend D.I. Panjaitan, Malang
Waktu : 4-16 Mei 2015
3.3 ALAT DAN BAHAN
Untuk membuat alat pengolahan air sungai sederhana, diperlukan alat dan bahan
sebagai berikut :
3.3.1 Alat
Alat yang diperlukan untuk pembuatan alat pengolahan air sungai sederhana adalah :
1. Ember, untuk menampung air sungai.
2. Botol, sebagai wadah dalam proses penyaringan
3. Penggaris dan spidol, untuk mengukur tinggi dan memberi tanda.
4. Label, untuk memberi nama.
5. Timbangan, untuk mengukur takaran bahan kimia.
6. Wadah hasil eksperimen, sebagai tempat air bersih.
7. TDS meter, untuk mengukur tingkat kekeruhan air.
3.3.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk pembuatan alat pengolahan air sungai sederhana adalah :
1. Air sungai.
2. Bahan-bahan kimia untuk proses pengolahan air.
3. Bahan-bahan untuk proses penyaringan (Batu, pasir, penyaring, dan arang).
11
3.4 DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian digambarkan dalam diagram alir sebagai
berikut:
Mulai
Survei Pendahuluan Studi Literatur
Perumusan Masalah
Tujuan Masalah
Menentukan Respon
Identifikasi Faktor yang Berpengaruh
Pemisahan Faktor Terkendali dan Tidak Terkendali
Penentuan Level Faktor dan Nilai Level Faktor
Identifikasi Interaksi Antar Faktor
Perhitungan Derajat Kebebasan
Pemilihan Orthogonal Array
Penugasan Faktor pada Orthogonal Array
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
12
3.5 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Penjelasan secara sistematis mengenai tahapan pendahuluan yang dilakukan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Survei Pendahuluan
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pengamatan awal untuk
mendapatkan gambaran dari kondisi sebenarnya obyek serta lingkungan yang akan
diteliti. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi peneliti karena dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang obyek penelitiannya.
2. Studi Literatur
Studi literatur digunakan untuk mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sumber literatur berasal dari
buku, jurnal, serta studi terhadap penelitian terdahulu dengan topik utama dalam
penelitian ini yakni Desain Eksperimen Taguchi. Sumber literatur diperoleh dari
perpustakaan dan internet.
3. Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah dengan seksama, tahap selanjutnya adalah
merumuskan masalah sesuai dengan kenyataan di lapangan. Perumusan masalah
merupakan rincian dari permasalahan yang dikaji dan nantinya akan menunjukkan
tujuan dari penelitian ini.
4. Penentuan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan
sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk menentukan batasan-batasan yang perlu dalam
pengolahan dan analisis hasil pengukuran selanjutnya.
5. Menentukan Respon (karakteristik kualitas) yang akan diukur dan Metode Pengukuran
Data respon yang didapatkan dari eksperimen harus diukur dengan alat ukur yang
valid dan dengan pengukuran yang benar.
6. Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh
Pada tahap ini akan diselidiki faktor mana saja yang akan di selidiki pengaruhnya.
Dalam eksperimen tidak seluruh faktor yang diperkirakan menpengaruhi respon
diselidiki. Hanya faktor yang dianggap penting saja yang diselidiki.
7. Pemisahan Faktor Terkendali dan Faktor Tidak Terkendali,
Hal yang perlu diperhatikan faktor tidak terkendali perlu dipisahkan antara yang
dapat diukur dan yang tidak dapat terukur.
13
8. Penentuan Jumlah Level dan Nilai Level Faktor,
Pemilihan jumlah level sangat penting karena berkaitan dengan ketelitian
eksperimen dan ongkos eksperimen. Level faktor dapat dinyatakan secara kualitatif
seperti halnya jenis koagulan yaitu dengan tawas atau biji kelor dan juga dapat
dinyatakan secara kuantitatif seperti waktu pengendapan.
9. Identifikasi Interaksi antar Faktor,
Interaksi muncul ketika dua faktor atau lebih memiliki perlakuan secara bersama
dalam memberikan hasil yang berbeda pada respon dibandingkan jika faktor
mengalami perlakuan sendiri, akan tetapi taguchi lebih mementingkan engineering
approach dengan cara mengamati pada penyebab utama (main effect), karena seringkali
interaksi sulit untuk dijelaskan.
10. Perhitungan Derajat Kebebasan,
Perhitungan derajat kebebasan digunakan untuk menghitung jumlah minimum
eksperimen yang harus dilakukan.
11. Pemilihan Orthogonal Array,
Dalam pemilihan orthogonal array haruslah memenuhi pertidaksamaan Cin
> Vp
dengan Vin
adalah jumlah trial dikurangi dengan 1 dan Vp
adalah jumlah total derajat
kebebasan.
12. Penugasan Faktor pada Orthogonal Array,
Penugasan faktor pada orthogonal array yang dipilih berdasarkan pada grafik linear
dan tabel tringuler. Kedua hal tersebut merupakan alat bantu yang dirancang oleh
Taguchi.
13. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan
dalam penelitian untuk mengungkap atau menjaring fenomena, informasi atau kondisi
lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian dan seluruh elemen populasi yang
dapat menunjang atau mendukung kegiatan penelitian. Data dan informasi yang
dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang diangkat. Data ini akan menjadi
input pada tahap pengolahan data.
14. Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan dan sudah relevan dengan persoalan
yang diangkat selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan metode yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi.
14
15. Kesimpulan dan Saran
Tahap kesimpulan dan saran merupakan tahap terakhir dari penelitian ini yang berisi
kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengumpulan, pengolahan dan analisa yang
menjawab tujuan penelitian yang ditetapkan.
3.6 RANCANGAN EKSPERIMEN
Dalam melakukan eksperimen pengolahan air sungai sederahana dilakukan
perancangan eksperimen terlebih dahulu untuk menentukan desain eksperimen.
3.6.1 Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh
Berdasarkan studi literatur dan brainstorming yang telah dilakukan, didapatkan
beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat kekeruhan pada pengolahan air
sungai sederhana. Berikut adalah faktor-faktor yang berpengaruh ditinjau dari lingkungan
sungai serta proses pengolahannya.
Tabel 3.1 Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejernihan Air
No Faktor Jenis Faktor
Lingkungan
1 Letak pengambilan air sungai Kontrol
2 Tingkat penggunaan air sungai Tidak Terkontrol
3 Tingkat kedangkalan sungai Tidak Terkontrol
Proses Pengendapan
4 Lama pengendapan Kontrol
5 Wadah pengendapan Kontrol
6 Kondisi pengendapan Kontrol
7 Jenis bahan kimia yang dicampurkan Kontrol
8 Takaran bahan kimia Kontrol
Proses Penyaringan
9 Wadah penyaringan Kontrol
10 Jenis bahan saringan per komponen Kontrol
11 Urutan atau susunan komponen saringan Kontrol
12 Tinggi susunan per komponen Kontrol
Proses Akhir
13 Penambahan bahan penjernihan Kontrol
14 Takaran bahan penjernihan Kontrol
15
3.6.2 Pemilihan Faktor dan Level yang Paling Berpengaruh
Dalam melakukan pemilihan faktor yang paling berpengaruh peneliti menggunakan
diagram pareto yang didapatkan dari menyusun prioritas dari ke 14 faktor sebelumnya.
Berikut adalah diagram pareto dari faktor yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air.
Gambar 3.1 Diagram Pareto
Berikut adalah faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan berdasarkan urutan dalam
diagram pareto. Peneliti melakukan pembatasan dengan mempertimbangkan faktor yang
memiliki persentase lebih dari sama dengan 9%. 1. Faktor Jenis Bahan Saringan per Komponen
Faktor ini merupakan faktor yang dapat dikontrol dengan 4 jenis bahan saringan, yaitu
batu, penyaring, pasir dan arang. Maka masing-masing bahan dapat diubah dengan
jenis yang berbeda. Dari faktor ini didapatkan 4 faktor yaitu faktor jenis batu, faktor
jenis penyaring, faktor jenis pasir, dan faktor jenis arang.
2. Faktor Penambahan Bahan Penjernihan
Faktor ini merupakan faktor yang dapat dikontrol, namun dengan penambahan bahan
penjernihan sudah dapat dipastikan akan mempengaruhi tingkat kekeruhan secara
signifikan. Maka peneliti tidak memasukkan faktor ini.
3. Faktor Lama Pengendapan
Faktor ini merupakan faktor yang dapat dikontrol dan hasilnya belum dapat dipastikan
apakah semakin lama semakin baik atau sebaliknya.
16
4. Faktor Jenis Bahan Kimia yang dicampurkan dalam Pengendapan
Faktor ini merupakan faktor yang dapat dikontrol dan hasilnya belum dapat dipastikan
apakah jenis yang berbeda dapat menghasilkan hasil yang berbeda.
5. Faktor Kondisi Pengendapan
Faktor ini merupakan faktor yang dapat dikontrol dan hasilnya belum dapat dipastikan
apakah kondisi pengendapat dalam keadaan terbuka (dibawah sinar matahari) dan
tertutup (tanpa sinar matahari) dapat mempengaruhi tingkat kekeruhan.
Sehingga, didapatkan 7 Faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat kekeruhan air
hasil pengolahan.
Tabel 3.2 Faktor Penelitian Tingkat pH Air
Faktor Simbol
Jenis Batu A
Jenis Penyaring B
Jenis Pasir C
Jenis Arang D
Lama Pengendapan E
Jenis Bahan Kimia untuk Pengendapan F
Kondisi Pengendapan G
Dalam penelitian ini, digunakan 2 level untuk masing-masing faktor.
Tabel 3.3 Level Faktor
Faktor Level 1 Level 2
A Kerikil Zeolit
B Ijuk Kain Katun
C Pasir silika Green Sand
D Arang Kayu Karbon Aktif
E 45 menit 90 menit
F Tawas Biji Kelor
G Terbuka
(dengan sinar matahari)
Tertutup
(tanpa sinar matahari)
17
3.6.3 Perhitungan Derajat Kebebasan
Berdasarkan penentuan level dan faktor sebelumnya didapatkan 7 faktor dengan
masing-masing faktor 2 level sehingga derajat kebebasannya didapatkan dari total
jumlah level yang dikurangi dengan 1 tiap faktornya. Berikut adalah perhitungannya
Faktor Level – 1 Derajat kebebasan tiap faktor
A 2-1 1
B 2-1 1
C 2-1 1
D 2-1 1
E 2-1 1
F 2-1 1
G 2-1 1
Total 7
3.6.4 Penentuan Orthogonal Array
Berdasarkan derajat bebas, faktor, dan juga level faktor yang akan diteliti
maka Matriks Orthogonal Array yang digunakan pada penelitian ini adalah
Orthogonal Array L8 (27) dengan 7 faktor, 2 level, 8 percobaan/eksperimen, dan 3
kali replikasi.
Tabel 3.1 Tabel Orthogonal Array L8 (27)
No. A B C D E F G
1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 2 2 2 2
3 1 2 2 1 1 2 2
4 1 2 2 2 2 1 1
5 2 1 2 1 2 1 2
6 2 1 2 2 1 2 1
7 2 2 1 1 2 2 1
8 2 2 1 2 1 1 2
Sumber : Kartika, Hayu (2008)
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tahap Pelaksanaan Eksperimen Taguchi
4.1.1 Eksperimen Taguchi
Penelitian dilakukan di DAS Brantas (JL Mayjend D.I. Panjaitan, Malang) pada tanggal
4 – 16 Mei 2015. Berikut merupakan data tingkat kekeruhan air hasil pengolahan air sungai
sederhana dalam tabel Ortogonal array.
Tabel 4.3 Hasil Eksperimen Taguchi
Trial A B C D E F G Hasil
1 1 1 1 1 1 1 1 119 120 122
2 1 1 1 2 2 2 2 127 129 125
3 1 2 2 1 1 2 2 120 119 120
4 1 2 2 2 2 1 1 122 124 130
5 2 1 2 1 2 1 2 141 138 140
6 2 1 2 2 1 2 1 110 115 107
7 2 2 1 1 2 2 1 120 129 124
8 2 2 1 2 1 1 2 147 138 147
4.1.2 Analisis Hasil Percobaan Terhadap Nilai Rata – Rata Jumlah Error
a. Analisis Pengaruh Faktor Terhadap Nilai Rata – Rata Jumlah Error
1) Menghitung nilai rata-rata seluruh percobaan.
Nilai rata-rata seluruh percobaan adalah rata-rata dari semua data percobaan.
�̅� =∑𝑦
𝑛
Contoh perhitungan nilai rata-rata trial 1 sebagai berikut:
�̅� =∑𝑦
𝑛
𝑌 =
𝑌 = 120,33
Rekap hasil perhitungan rata-rata setiap percobaan dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut ini:
19
Tabel 4.3 Hasil Eksperimen Taguchi dengan Nilai Rata - Rata
Trial A B C D E F G Hasil
Ŷ R1 R2 R3
1 1 1 1 1 1 1 1 119 120 122 120.33
2 1 1 1 2 2 2 2 127 129 125 127.00
3 1 2 2 1 1 2 2 120 119 120 119.67
4 1 2 2 2 2 1 1 122 124 130 125.33
5 2 1 2 1 2 1 2 141 138 140 139.67
6 2 1 2 2 1 2 1 110 115 107 110.67
7 2 2 1 1 2 2 1 120 129 124 124.33
8 2 2 1 2 1 1 2 147 138 147 144.00
2) Menghitung nilai rata-rata setiap level faktor.
Perhitungan nilai rata-rata setiap level faktor menggunakan rumus sebagai
berikut:
�̿� =∑ �̅�
𝑛
Dengan:
�̿� : nilai rata-rata faktor j level k
�̅� : nilai rata-rata eksperimen ke-i untuk faktor j level k
𝑛 : jumlah eksperimen faktor j level k
Contoh perhitungan nilai rata-rata faktor A level 1 sebagai berikut:
�̿� =∑ �̅�
𝑛
�̿� =
�̿� =
Rekap hasil perhitungan rata-rata setiap faktor dan level dapat dilihat pada
Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Tabel Respon untuk Nilai Rata-rata Eksperimen Taguchi
A B C D E F G
LEVEL 1 123.08 124.42 128.92 126.00 123.67 132.33 120.17
LEVEL 2 129.67 128.33 123.83 126.75 129.08 120.42 132.58
DIFFERENCE 6.58 3.92 5.08 0.75 5.42 11.92 12.42
RANK 3 6 5 7 4 2 1
Berdasarkan karakteristik kualitas yang diinginkan yaitu Smaller the Better
yang berarti semakin kecil nilai yang ditunjukkan pada TDS meter (alat yang
20
digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan) maka kualitas air semakin baik.
Berdasarkan rank pada tabel respon di tabel 4.4, dapat diambil kesimpulan
sementara (hipotesis) bahwa faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor G
(kondisi pengendapan) dengan level 1 (terbuka atau dengan sinar matahari) dan
selanjutnya seperti faktor F dengan level 2, faktor A dengan level 1, faktor E dengan
level 1, faktor C dengan level 2, faktor B dengan level 1 dan yang terakhir faktor D
dengan level 1.
b. Perhitungan Analysis Of Variance Nilai Rata-Rata Jumlah Error
Berikut ini merupakan analysis of means untuk mencari faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai rata-rata respon. Analysis of means merupakan metode yang
digunakan untuk mencari setting level optimal yang dapat meminimalkan
penyimpangan nilai rata-rata. Langkah-langkah dalam perhitungan analisis variansi
(mean), yaitu:
1) Menghitung nilai total Sum of Squares
𝑜𝑡 = ∑𝑌
𝑜𝑡 =
𝑜𝑡 =
2) Menghitung Sum of Squares Due to Mean.
𝑛 = 𝑛�̅�
𝑛 = (
)
𝑛 = .
3) Menghitung Sum of Squares Due to Factors.
= 𝑛 ̅̅̅̅ 𝑛 ̅̅̅̅
= . . .
= .
= 𝑛 ̅̅̅̅ 𝑛 ̅̅̅̅
= . . .
= .
= 𝑛 ̅̅̅̅ 𝑛 ̅̅̅̅
= . . .
= 155.0416667
21
= 𝑛 ̅̅ ̅̅ 𝑛 ̅̅ ̅̅
= . . .
= .
= 𝑛 ̅̅̅̅ 𝑛 ̅̅̅̅
= . . .
= .
= 𝑛 ̅̅̅̅ 𝑛 ̅̅̅̅
= . . .
= .
= 𝑛 ̅̅̅̅ 𝑛 ̅̅̅̅
= . . .
= .
4) Menghitung sum of squares due to error.
= 𝑜𝑡 𝑛 ∑
= 𝑜𝑡 𝑛
= . . . . . . . .
=
5) Menentukan derajat bebas sumber-sumber variansi.
Misal faktor A:
DFa = jumlah level-1
DFa = 2-1 = 1
6) Menghitung mean sum of squares.
Mean sum of squares adalah pembagian antara sum of squares dengan derajat bebas.
Misal untuk faktor A:
=
= .
= .
7) Menghitung nilai F ratio.
Nilai F ratio merupakan pembagian antara mean sum of squares dengan error sum of
squares. Misal untuk faktor A:
22
=
= .
.
= .
8) Menghitung pure sum of squares.
Misal untuk faktor A:
=
= . – (1 x . )
= 248.7916667
9) Menghitung percent contribution.
Misal untuk faktor A:
=
= .
.
= .
Rekap hasil perhitungan SS, DF, MS, Fratio, SS’ dan Ratio % dalam ANOVA dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Analysis Of Variance
Sumber SS DF MS Fratio SS' Ratio % Ftabel
A 260.0416667 1 260.0416667 23.11481481 248.7916667 9.41% 4.49
B 92.04166667 1 92.04166667 8.181481481 80.79166667 3.06% 4.49
C 155.0416667 1 155.0416667 13.78148148 143.7916667 5.44% 4.49
D 3.375 1 3.375 0.3 -7.875 -0.30% 4.49
E 176.0416667 1 176.0416667 15.64814815 164.7916667 6.23% 4.49
F 852.0416667 1 852.0416667 75.73703704 840.7916667 31.80% 4.49
G 925.0416667 1 925.0416667 82.22592593 913.7916667 34.57% 4.49
e 180 16 11.25 1 258.75 9.79%
SSt 2643.625 23 110.1510417
2643.625 100.00%
Mean 383295.375 1
Sstotal 385939 24
Berdasarkan tabel ANOVA di tabel 4.5, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a) Karena Fratio faktor A (23,115) > Ftabel (4,49), maka Faktor A berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kekeruhan air.
23
b) Karena Fratio faktor B (8,181) > Ftabel (4,49), maka Faktor B berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kekeruhan air.
c) Karena Fratio faktor C (13,781) > Ftabel (4,49), maka Faktor C berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kekeruhan air.
d) Karena Fratio faktor D (0,3) ≤ Ftabel (4,49), maka Faktor D tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kekeruhan air.
e) Karena Fratio faktor E (15,648) > Ftabel (4,49), maka Faktor E berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kekeruhan air.
f) Karena Fratio faktor F (75,737) > Ftabel (4,49), maka Faktor F berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kekeruhan air.
g) Karena Fratio faktor G (82,226) > Ftabel (4,49), maka Faktor G berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kekeruhan air.
10) Pooling up of insignificant faktor
Selanjutnya dilakukan pooling up terhadap faktor - faktor yang memiliki MS
terkecil dan juga yang memiliki Fhitung
< dari Ftabel
pada tingkat kepercayaan 95%.
Faktor tersebut yaitu Faktor D yang perlakuannya tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah error.
SS (pooled e) = Se + SSD
SS (pooled e) = 183.375
DF (pooled e) = ve + vD
= 16 + 1
= 17
= 𝑝𝑜𝑜
𝑝𝑜𝑜
=
= 10,787
Berikut adalah tabel 4.6 yang merupakan tabel ANOVA setelah dilakukan
pooled pada faktor D yang tidak signifikan.
24
Tabel 4.6 Analysis of Variance Setelah Pooling Up
Sumber Pooled SS DF MS Fratio SS' Ratio %
A 260.0416667 1 260.042 24.11 249.25 9.43%
B
92.04166667 1 92.042 8.53 81.25 3.07%
C
155.0416667 1 155.042 14.37 144.25 5.46%
D Y 3.375 1
E
176.0416667 1 176.042 16.32 165.25 6.25%
F 852.0416667 1 852.042 78.99 841.25 31.82%
G
925.0416667 1 925.042 85.76 914.25 34.58%
e 180 16
pooled e 183.375 17 10.787 248.10 9.38%
SSt 2643.625 23
2643.63 100.00%
Mean 383295.375 1
Sstotal 385939 24
Selain itu, juga dilakukan pooling up terhadap faktor - faktor yang memiliki Ratio
(%) terkecil atau yang berarti memiliki kontribusi kecil dalam mempengaruhi tingkat
kekeruhan air pada tingkat kepercayaan 95%. Faktor tersebut yaitu Faktor B, C, dan E.
SS (pooled e) = Se + SSD + SSB + SSC + SSE
SS (pooled e) = 606,5
DF (pooled e) = ve + vD + vB + vC + vE
= 16 + 1 + 1 + 1 + 1
= 20
= 𝑝𝑜𝑜
𝑝𝑜𝑜
=
= 30,325
Berikut adalah tabel 4.7 yang merupakan tabel ANOVA setelah dilakukan
pooled pada faktor D yang tidak signifikan serta faktor B, C, dan E yang
memiliki kontribusi terkecil.
25
Tabel 4.7 Analysis of Variance Setelah Pooling Up
Sumber Pooled SS DF MS Fratio SS' Ratio %
A 260,0416667 1 260,042 8,575 229,717 8,689%
B Y 92,04166667 1
C Y 155,0416667 1
D Y 3,375 1
E Y 176,0416667 1
F 852,0416667 1 852,042 28,097 821,717 31,083%
G
925,0416667 1 925,042 30,504 894,717 33,844%
e 180 16
pooled e 183,375 20 30,325 697,475 26,383%
SSt 2643,625 23
2643.63 100.00%
Mean 383295,375 1
Sstotal 385939 24
Sehingga didapatkan 3 faktor paling dominan dan yang memiliki kontribusi terbesar,
yaitu faktor A, F dan G.
4.2 Prediksi Rata-Rata Kondisi Optimum
Berikut ini adalah prediksi rata-rata kondisi optimum dari desain eksperimen taguchi
pengolahan air sungai sederhana untuk menurunkan tingkat kekeruhan air.
Tabel 4.8 Rata-Rata Taraf Faktor
A B C D E F G
LEVEL 1 123.08 124.42 128.92 126.00 123.67 132.33 120.17
LEVEL 2 129.67 128.33 123.83 126.75 129.08 120.42 132.58
DIFFERENCE 6.58 3.92 5.08 0.75 5.42 11.92 12.42
RANK 3 6 5 7 4 2 1
Setelah diperoleh faktor yang optimal beserta tarafnya pada suatu eksperimen
selanjutnya dihitung prediksi nilai rata-rata untuk kondisi optimum. Diketahui bahwa taraf
faktor optimum untuk mendekati standar kekeruhan air adalah level 1,1,2,1,1,2, dan 1 untuk
masing-masing faktor A,B,C,D,E,F, dan G. Sedangkan, faktor yang paling berpengaruh
berdasarkan hasil pooling up merupakan faktor G level 1, faktor F level 2 dan faktor A level
1. Berikut merupakan perhitungan rata-rata untuk eksperimen taguchi:
𝜇𝑝𝑟 𝑖 𝑠𝑖
= 𝑌 𝑌 𝑌 𝑌
𝜇𝑝𝑟 𝑖 𝑠𝑖
= . . . . . .
. =
26
𝑛 𝑓𝑓 = 𝑢𝑚 ℎ 𝑡𝑜𝑡 𝑠𝑝 𝑟𝑖𝑚 𝑛
+ 𝑢𝑚 ℎ 𝑟 𝑏 𝑏 𝑠 𝑛 𝑟 𝑡 −𝑟 𝑡 =
4
+ + + =
𝐿 = ± √ 𝑥 𝑥
𝑛 𝑓𝑓
𝐿 = ± √
= ±
𝐿 = ±
Jadi, nilai prediksi apabila memenuhi kondisi optimum adalah 112,25 ± 4,689 atau
bernilai 107,561 ≤ µ prediksi ≤ 116,939.
4.3 Uji Konfirmasi
Uji konfirmasi merupakan proses akhir dari proses perancangan eksperimen, dimana
pengujian ini dilaksanakan dengan melakukan suatu eksperimen yang menggunakan
kombinasi tertentu (setting level optimal) dari faktor-faktor dan level-level hasil evaluasi
sebelumnya. Tujuan dari eksperimen konfirmasi yaitu untuk memvalidasi terhadap
kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen tahap awal dengan menggunakan minimal 10
replikasi.
Berikut ini hasil tinggat kekeruhan air pada eksperimen uji konfirmasi yang dipaparkan
pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji Konfirmasi
Eksperimen
(Replikasi)
Tingkat Kekeruhan Air
(ppm)
1. 122
2. 118
3. 116
4. 121
5. 118
6. 122
7. 123
8. 124
9. 119
10. 120
Rata-Rata 120,3
Setelah mendapatkan hasil dari tabel 4.9, selanjutnya yaitu menghitung nilai selang
kepercayaan guna dibandingkan dengan selang kepercayaan kondisi optimal. Berikut ini
selang kepercayaan eksperimen konfirmasi:
27
𝐿 = ± √ |
𝑛 𝑓𝑓
𝑟|
𝐿 = ± √ |
| = ±
𝐿 = ±
Jadi, nilai prediksi apabila memenuhi kondisi optimum adalah 120,3 ± 5,931 atau
bernilai 114,369 ≤ µ konfirmasi ≤ 126,231.
Gambar 4.1 Perbandingan Selang Kepercayaan Nilai Rata-Rata
Berdasarkan Gambar 4.1, menunjukkan bahwa hasil eksperimen konfirmasi untuk nilai
rata-rata dapat diterima dengan pertimbangan selang kepercayaan karena pada gambar 4.1
menjelaskan bahwa hasil eksperimen konfirmasi berada dalam interval hasil optimal.
- Optimal
- Konfirmasi
107,561 116,939
114,369 126,231
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari desain ekperimen taguchi pada pengolahan
air sungai sederhana untuk mengurangi kekeruhan air adalah sebagai berikut:
1. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kekeruhan air adalah Jenis Batu,
Jenis Penyaring, Jenis Pasir, Jenis Arang, Lama Pengendapan, Jenis Bahan Kimia untuk
Pengendapan dan Kondisi Pengendapan.
2. Faktor dan Level yang paling berpengaruh pada tingkat kekeruhan air yang diukur
dengan TDS meter adalah Faktor G, kondisi pengendapan pada level 1 yaitu dalam
keadaan terbuka atau terkena sinar matahari, Faktor F, jenis bahan kimia yang dicampur
untuk proses pengendap pada level 2 yaitu menggunakan serbuk biji kelor, dan Faktor A,
jenis batu pada level 1 yaitu penggunaan batu kerikil dalam penyusunan komponen
penyaringan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk penelitian sejenis, disarankan melakukan pembersihan lebih lama terhadap semua
alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan eksperimen untuk mendapat
hasil yang lebih maksimal dalam mengurangi tingkat kekeruhan air.