LAPORAN EKSKURSI Galbera

22
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi 2013 BAB I PENDAHULUAN I.1 Maksud dan tujuan Maksud dilaksanakan ekskursi ini adalah untuk melakukan aplikasi secara langsung ilmu yang telah ddapat pada praktikum. Adapun tujuan penyelenggaraan fieldtrip kali ini adalah: 1. Agar praktikan mampu menganalisis suatu singkapan baik secara petrologi maupun paleontologi 2. Agar praktikan dapat merekonstruksi dan menganalisa data fosil yang diperoleh langsung dilapangan I.2 Alat dan Bahan Palu Geologi Kompas Lup HCL Kertas skala Tongkat Jacob Ponco Kolom MS Buku Catatan Lapangan Sepatu lapangan Alat tulis Pakaian lapangan 1 Luthfian Azmi Ibadi 111.110.104 PLUG 2

Transcript of LAPORAN EKSKURSI Galbera

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan tujuan

Maksud dilaksanakan ekskursi ini adalah untuk

melakukan aplikasi secara langsung ilmu yang telah ddapat

pada praktikum. Adapun tujuan penyelenggaraan fieldtrip

kali ini adalah:

1. Agar praktikan mampu menganalisis suatu singkapan

baik secara petrologi maupun paleontologi

2. Agar praktikan dapat merekonstruksi dan menganalisa

data fosil yang diperoleh langsung dilapangan

I.2 Alat dan Bahan

Palu Geologi

Kompas

Lup

HCL

Kertas skala

Tongkat Jacob

Ponco

Kolom MS

Buku Catatan Lapangan

Sepatu lapangan

Alat tulis

Pakaian lapangan

1 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

Pensil warna

Clip board

Plastik Sempel

I.3 Pencapaain Lokasi

Pencapain lokasi dilkaukan dengan menggunakan sepeda

motor dari kampus UPN "Veteran" Yogyakarta, perjalanan

dimulai pukul 09.00 WIB perjalanan melalu jalanan

beraspal dan baik hingga memasuki kawasan Kasihan,

2 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Peta indeks kecamaatan Kasihan, Kab. Bantul

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

Kabupaten Bantul, menuju Lokasi singkapan jalanan cukup

menanjak dan curam dengan lokasi jalan yang sedikit

rusak, pencapaian lokasi dilakukan selama + 1 jam

perjalanan.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Geologi Regional

II.1.1. Fisiografi Regional

Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian

dari zona Jawa Tengah bagian selatan maka daerah Kulon

Progo merupakan salah satu plato yang sangat luas yang

terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen,

1948). Daerah ini merupakan daerah uplift yang memebentuk

dome yang luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi

3 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

panjang dengan panjang sekitar 32 km yang melintang dari

arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km

pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut

diberi nama Oblong Dome.

Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten

Kulon Progo dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi

antara lain, yaitu :

A. Satuan Pegunungan Kulon Progo

Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian

berkisar antara 100 – 1200 meter diatas permukaan laut

dengan kemiringan lereng sebesar 150 – 160. Satuan

Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari utara

ke selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah

Istimewa Yogyakarta, meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo

dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon Progo ini sebagian

besar digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah

dan tegalan.

B. Satuan Perbukitan Sentolo

Satuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran

yang sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan

wilayah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul.

Ketinggiannya berkisar antara 50 – 150 meter diatas

permukaan air laut dengan besar kelerengan rata – rata 15

4 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

0. Di wilayah ini, satuan perbukitan Sentolo meliputi

daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.

C. Satuan Teras Progo

Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan

perbukitan Sentolo dan disebelah timur satuan Pegunungan

Kulon Progo, meliputi kecamatan Nanggulan dan Kali

Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo

D. Satuan Dataran Alluvial

Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari

barat ke timur, daerahnya meliputi kecamatan Temon,

Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Daerahnya

relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan

untuk pemukiman dan lahan persawahan.

E. Satuan Dataran Pantai

Subsatuan Gumuk Pasir

Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di

sepanjang pantai selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah

dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai selatan ini

adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material

berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses

pengangkutan dan pengikisan, batuan tersebut menjadi

batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan

5 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

aktivitas angin, material tersebut diendapkan di dataran

pantai dan membentuk gumuk – gumuk pasir.

Subsatuan Dataran Alluvial Pantai

Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di

sebelah utara subsatuan gumuk pasir yang tersusun oleh

material berukuran pasir halus yang berasal dari

subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan

ini tidak dijumpai gumuk - gumuk pasir sehingga digunakan

untuk persawahan dan pemukiman penduduk.

II.1.2. Struktur Geologi Regional

Struktur ini dapat dikenali dengan adanya kenampakan

pegunungan yang dikelilingi oleh dataran alluvial. Secara

umum struktur geologi yang bekerja adalah sebagai berikut

:

1. Struktur Dome

Menurut Van Bemellen (1948), pegunungan Kulon Progo

secara keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai

diameter 32 km mengarah NE – SW dan 20 km mengarah SE –

NW. Puncak kubah lonjong ini berupa satu dataran yang

luas disebut jonggrangan plateu. Kubah ini memanjang dari

utara ke selatan dan terpotong dibagian utaranya oleh

6 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

sesar yang berarah tenggara – barat laut dan tertimbun

oleh dataran magelang, sehingga sering disebut oblong

dome. Pemotongan ini menandai karakter tektonik dari zona

selatan jawa menuju zona tengah jawa. Bentuk kubah

tersebut adalah akibat selama pleistosen, di daerah

mempunyai puncak yang relative datar dan sayap – sayap

yang miring dan terjal. Dalam kompleks pegunungan Kulon

Progo khususnya pada lower burdigalian terjadai penurunan

cekungan sampai di bawah permukaan laut yang menyebabkan

terbentuknya sinklin pada kaki selatan pegunungan Menoreh

dan sesar dengan arah timur – barat yang memisahkan

gunung Menoreh denagn vulkan gunung Gadjah. Pada akhir

miosen daerah Kulon Progo merupakan dataran rendah dan

pada puncak Menoreh membentang pegunungan sisa dengan

ketinggian sekitar 400 m. secara keseluruhan kompleks

pegunungan Kulon Progo terkubahkan selama pleistosen yang

menyebabkan terbentuknya sesar radial yang memotong

breksi gunung ijo dan Formasi Sentolo, serta sesar yang

memotong batu gamping Jonggrangan. Pada bagian tenggara

7 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

kubah terbentuk graben rendah.

Skema blok diagram dome Pegunungan Kulon Progo yang digambarkan Van Bemmelen (1945,

hlm. 596).

2. Unconformity

Di daerah Kulon Progo terdapat kenampakan

ketidakselarasan (disconformity) antar formasi penyusun Kulon

Progo. Kenampakan telah dijelaskan dalam stratigrafi

regional berupa formasi andesit tua yang diendapkan tidak

selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan

diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit

Tua, dan formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak

selaras diatas formasi Jonggrangan.

II.1.3. Stratigrafi Regional

Berdasarkan system umur yang ditentukan oleh penyusun

batuan stratigrafi regional menurut Wartono Rahardjo

dkk(1977), Wirahadikusumah (1989), dan Mac Donald dan

partners (1984), daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4

formasi, yaitu :

8 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

1. Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari

batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu

lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff,

kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan

300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya

didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah

sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah

Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo.

Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu :

Axinea Beds

Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40

m, terdiri dari abut pasir, dan batu lempung dengan

sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena

bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.

Yogyakarta beds

Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan

secara selaras denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri

dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu

lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung

banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.

Discocyclina beds

9 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras

diatas Yogyakarta beds denagn ketebalan sekitar 200m.

Terdiri dari batu napal yang terinteklasi dengan batu

gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi

dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada

discocyclina beds adalah discocyclina.

2. Formasi Andesit Tua

Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi

andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat,

dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap

di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara

tidak selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan

660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur

oligosen – miosen.

3. Formasi Jonggrangan

Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa

tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit

didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari

batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan

batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter.

Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit

tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen.

Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera,

pelecypoda dan gastropoda.

10 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

4. Formasi Sentolo

Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa

batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian

bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini

sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan

formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar

miosen bawah sampai pleistosen.

Sedang menurut Van Bemellen Pegunungan Kulon Progo

dikelompokkan menjadi beberapa formasi berdasarkan batuan

penyusunnya. Formasi tersebut dimulai dari yang paling

tua yaitu sebagai berikut :

1. Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari

batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu

lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff,

kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan

300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya

didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah

sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah

Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo.

Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu

Axinea Beds

Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40

m, terdiri dari abut pasir, dan batu lempung dengan

11 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena

bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.

Yogyakarta beds

Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan

secara selaras denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri

dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu

lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung

banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.

Discocyclina beds

Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras

diatas Yogyakarta beds denagn ketebalan sekitar 200m.

Terdiri dari batu napal yang terinteklasi dengan batu

gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi

dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada

discocyclina beds adalah discocyclina.

2. Formasi Andesit Tua

Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi

andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat,

dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap

di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara

12 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

tidak selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan

660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur

oligosen – miosen.

3. Formasi Jonggrangan

Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa

tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit

didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari

batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan

batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter.

Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit

tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen.

Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera,

pelecypoda dan gastropoda.

4. Formasi Sentolo

Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa

batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian

bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini

sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan

formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar

miosen bawah sampai pleistosen

5. Formasi Alluvial dan gumuk pasir

Formasi ini iendapan secara tidak selaras terhadap

lapisan batuan yang umurnya lebih tua. Litologi formasi

ini adalah batu apsr vulkanik merapi yang juga disebut

13 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

formasi Yogyakarta. Endapan gumuk pasir terdiri dari

pasir – pasir baik yang halus maupun yang kasar,

sedangkan endapan alluvialnya terdiri dari batuan

sediment yang berukuran pasir, kerikir, lanau dan lempung

secara berselang – seling.

Dari seluruh daerah Kulon Progo, pegunungan Kulon

Progo sendiri termasuk dalam formasi Andesit tua. Formasi

ini mempunyai litologi yang penyusunnya berupa breksi

andesit, aglomerat, lapili, tuff, dan sisipan aliran lava

andesit. Dari penelitian yang dilakukan Purmaningsih

(1974) didapat beberapa fosil plankton seperti

Globogerina Caperoensis bolii, Globigeria Yeguaensis”

weinzeierl dan applin dan Globigerina Bulloides blow.

Fosil tersebut menunjukka batuan berumur Oligosen atas.

Karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada

bagian terbawah gunung berumur eosin bawah, maka oleh Van

bemellen andesit tua diperkirakan berumur oligosen atas

sampai miosen bawah dengan ketebalan 660 m.

II.2. Geologi Lokal

Daerah telitian termasuk dalam Formasi Sentolo.

Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian bawah,

terdiri dari Aglomerat dan Napal, semakin ke atas berubah

menjadi Batugamping berlapis dengan fasies neritik.

Batugamping koral dijumpai secara lokal, menunjukkan umur

yang sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa

14 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

tempat umur Formasi Sentolo adalah lebih muda (Harsono

Pringgoprawiro, 1968, hal.9).

Berdasarkan penelitian fosil Foraminifera yang

dilakukan Darwin kadar (1975) dijumpai beberapa spesies

yang khas, seperti : Globigerina insueta CUSHMAN & STAINFORTH,

dijumpai pada bagian bawah dari Formasi Sentolo. Fosil-

fosil tersebut menurut Darwin Kadar (1975, vide Wartono

Rahardjo, dkk, 1977) mewakili zona N8 (Blow, 1969) atau

berumur Miosen bawah. Menurut Harsono Pringgoprawiro

(1968) umur Formasi Sentolo ini berdasarkan penelitian

terhadap fosil Foraminifera Plantonik, adalh berkisar

antara Miosen Awal sampai Pliosen (zona N7 hingga N21).

Formasi Sentolo ini mempunyai ketebalan sekitar 950 meter

( wartono rahardjo, dkk, 1977).

BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Stratigrafi Lokal

Daerah telitian termasuk kedalam Formasi Sentolo yang

memiliki dominasi litologi berupa batugamping pasiran.

15 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

Foto singkapan dengan arah azimuth N350°E

Melalui hasil pembuatan Profil di Lapangan

didapatkan 7 Lapisan dengan litologi Kalkarenite, yang

anatar lapisannya hanya dibedakan oleh ukuran butirnya

dan komposisi serta warna.

Deskripsi Litologi

16 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

Foto parameter lapisan 6 azimuth N338°E

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik

Warna : Putih kekuningan (segar), Oranye

kekuningan - kuning kehitaman

(lapuk)

Struktur : Perlapisan Sejajar

Tekstur : Ukuran Butir : Arenite (0,062

–2 mm)

Derajat Pembundaran : Membundar

Derajat Pemilahan : Terpilah Baik

Kemas (fabric) : Tertutup

Komposisi Mineral : Allochem : Interclast, Skeletal

17 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

Sparit : Kalsit, Dolomit

Nama Batuan : Kalkarenite

III.2 Hasil Analisa

Berikut adalah hasil analisa dari sampel lapisan 6 :

1. Analisa Ratio Plankton dan Bentos

Lebar analisa ( Terlampir )

Pada hasil analisa rasio plankton dan bentos didapatkan

nilai 33,8 % dengan dominasi foraminifera bentos dengan

lingkungan pengendapan neritik tengah

2. Anlisa Umur Relatif

Lembar analisa ( terlampir )

Lapisan 6

Pada lapisan ini terdapat fosil :

Planktonik:

1. Globorotalia lenguaensis yang berumur Miosen tengah - akhir

(N14 - N16).

2. Globorotalia fohsi yang berumur Miosen tengah (N12).

3. Globorotalia mayeri yang berumur Miosen tengah (N9 - N14).

4. Globorotalia lobata yang berumur Miosen tengah (N11 - N12).

18 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

5. Globorotalia plesiotumida yang berumur Miosen akhir - Pliosen

awal (N17 - N18).

6. Globigerina seminula yang berumur Miosen - Pliosen (N8 -

N20).

7. Globigerinoides diminutus yang berumur Miosen awal - tengah

(N7 - N9).

8. Globoquadrina dehiscens yang berumur Miosen - Pliosen (N4 -

N19).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa umur relatif dari

batuannya berdasarkan Blow, 1969 adalah sekitar Miosen

Tengah (N12).

3. Analisa Zona Bathimetri

Lembar analisa ( terlampir )

Fosil foram bentos yang terdapat pada lapisan 6, yaitu

1. Peneroplis carinalus (11 ft)

2. Spirolina arietina (16-25 ft)

3. Lagena favoso-punctata (17ft)

4. Discorbis australis (18 ft)

5. Pielolina australensis (2-10 ft)

19 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

6. Pyrgo denticulata (8 ft)

Sehingg dapat ditarik kesimpulan bahwa lapisan ini berada

pada zona bathimetri berada di neritik tepi dengan

kisaran 14 - 45 m.

20 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

BAB III

KESIMPULAN

21 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2

Laporan Ekskursi Mikropaleontologi

2013

Singkapan yang ditemukan termasuk kedalam Formasi

Sentolo dengan litologi batugamping. Pada lapisan 6

didapatkan litologi berupa kalkarenite dengan komposisi

allochem interclast, dan skeletal yang berupa cangkang

Pelecypoda, dan sparit yang berupa kalsit dan dolomit

Penentuan umur relatif berdasarkan foram plankton

didapatkan umur relatif Miosen Tengan (N12), sedangkan

untuk zona bathimetri deigunakan foram bentos dan

didapatkan pada lingkungan neritik tepi dengan kisaran

kedalaman (14 - 45 m). Pada perhitungan rasio didapatkan

33,8 % yaitu termasuk neritik tengah.

22 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104

PLUG 2