Laporan Langgeng

26
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes adalah sebagai alat ukur. Analisis tes adalah salah satu kegiatan dalam rangka mengkonstruksi tes untuk mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap buutir soal/tugas. Analisis dilakukan setelah tes disusun dan dicobakan kepada sejumlah subyek dan hasilnya menjadi umpan balik untuk perbaikan/peningkatan mutu tes bersangkutan. Oleh karena itu kegiatan analisis tes merupakan keharusan dalam keseluruhan proses mengkonstruksi tes. Soal yang baik akan mampu mengevaluasi sejauh mana peserta didik menguasai indikator yang sudah ditentukan oleh pengajar. Untuk itu, kemampuan menganalisis soal setelah melakukan tes sangatlah dibutuhkan oleh pendidik untuk melakukan evaluasi apakah alat ukur yang digunakan tersebut sesuai apa tidak dengan apa yang diinginkan antara lain dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang 1

Transcript of Laporan Langgeng

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi

serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal

yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur

suatu aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi

tes adalah sebagai alat ukur.

Analisis tes adalah salah satu kegiatan dalam

rangka mengkonstruksi tes untuk mendapatkan gambaran

tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu

tiap buutir soal/tugas. Analisis dilakukan setelah tes

disusun dan dicobakan kepada sejumlah subyek dan

hasilnya menjadi umpan balik untuk

perbaikan/peningkatan mutu tes bersangkutan. Oleh

karena itu kegiatan analisis tes merupakan keharusan

dalam keseluruhan proses mengkonstruksi tes.

Soal yang baik akan mampu mengevaluasi sejauh mana

peserta didik menguasai indikator yang sudah ditentukan

oleh pengajar. Untuk itu, kemampuan menganalisis soal

setelah melakukan tes sangatlah dibutuhkan oleh

pendidik untuk melakukan evaluasi apakah alat ukur yang

digunakan tersebut sesuai apa tidak dengan apa yang

diinginkan antara lain dapat menentukan peserta didik

mana yang sudah atau belum menguasai materi yang

1

diajarkan guru dan juga bisa membantu meningkatkan tes

melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif,

serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa

apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah

diajarkan (Aiken, 1994: 63)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis validitas

tes?

2. Bagaimana cara atau teknik menguji dan

menganalisis validitas dari seperangkat soal

tes?

3. Apa yang dimaksud dengan analisis reliabilitas

tes?

4. Bagaimana cara mengukur dan menganalisis

reliabilitas dari seperangkat soal?

5. Apa yang dimaksud dengan daya pembeda, tingkat

kesukaran dan distraktor?

6. Bagaimana cara menganalisis setiap item soal

dari aspek daya pembeda, tingkat kesukaran dan

distraktor?

2

BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Analisis Validitas Tes

3

1. Pengertian validitas

Menurut Azwar (1986) validitas berasal dari kata

validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Menurut Arikunto (1999) validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes.

Menurut Nursalam (2003) validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian

validitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan

ketepatan dan kesahihan suatu instrumen.

Menurut Arikunto (1999) suatu tes dikatakan valid

apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.

Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai

dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara

tes dan kriteria.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek

kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak

hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi

juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai

data tersebut.

Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat

memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-

kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain.

4

Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik,

bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas

maka kita harus menggunakan alat penimbang berat emas

agar hasil penimbangannnya valid, yaitu tepat dan

cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur

berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang

berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat

kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat

ukur berat badan.

Demikian pula kita ingin mengetahui waktu tempuh

yang diperlukan dalam perjalanan dari satu kota ke kota

lainnya, maka sebuah jam tangan biasa adalah cukup

cermat dan karenanya akan menghasikan pengukuran waktu

yang valid. Akan tetapi, jam tangan yang sama tentu

tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai

waktu yang diperlukan seorang atlit pelari cepat dalam

menempuh jarak 100 meter dikarenakan dalam hal itu

diperlukan alat ukur yang dapat memberikan perbedaan

satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik yaitu

stopwatch.

Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk

mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat

memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan

menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid

akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga

5

angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka

yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan

sebenarnya.

2. Jenis-jenis dan teknik dalam menentukan validitas

Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis

validitas, antara lain:

a. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional

Validitas rasional adalah validitas yang

diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas

yang diperoleh dengan berpikir secara logis.

a) Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi dari suatu tes hasil

belajar adalah validitas yang diperoleh

setelah dilakukan penganalisisan,

penelususran atau pengujian terhadap isi yang

terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.

Validitas isi adalah yang ditilik dari segi

isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur

hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil

belajar sebagai alat pengukur hasil belajar

peserta didik, isisnya telah dapat mewakili

secara representatif terhadap keseluruhan

materi atau bahkan pelajaran yang seharusnya

diteskan (diujikan).

b) Validitas konstruksi (Construct Validity)

6

Validitas konstruksi dapat diartikan

sebagai validitas yang ditilik dari segi

susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun

secara terminologis, suatu tes hasil belajar

dapat dinyatakan sebagai tes yang telah

memiliki validitas konstruksi, apabila tes

hasil belajar tersebut telalh dapat dengan

secara tepat mencerminkan suatu konstruksi

dalam teori psikologis.

b. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik

Validitas empirik adalah ketepatan

mengukur yang didasarkan pada hasil analisis

yang bersifat empirik. Dengan kata lain,

validitas empirik adalah validitas yang

bersumber pada atau diperoleh atas dasar

pengamatan di lapangan.

a) Validitas ramalan (Predictive validity)

Validitas ramalan adalah suatu kondisi

yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes

telah dapat dengan secara tepat menunjukkan

kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal

terjadi pada masa mendatang.

Kriteria: 0,800 – 1,00 : sangat tinggi 0,600 – 0,79 : tinggi 0,400 – 0,59 : cukup 0,200 – 0,39 : rendah 0,000 – 0,19 : sangat rendah

7

b) Validitas bandingan (Concurrent Validity)

Tes sebagai alat pengukur dapat

dikatakan telah memiliki validitas bandingan

apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang

sama dengan secara tepat mampu menunjukkan

adanya hubungan yang searah, antara tes

pertama dengan tes berikutnya.

B. Analisis Reliabilitas Tes

1. Pengertian reliabilitas

Menurut Sugiono (2005) Pengertian Reliabilitas

adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat

ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang

dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara

berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan

(konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes

dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg,

relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi

yang berbeda-beda. Menurut Sukadji (2000) reliabilitas

suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur

secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas

dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai

koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas

tinggi. Menurut Nursalam (2003) Reliabilitas adalah

kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

8

atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali –

kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur

atau mengamati sama – sama memegang peranan penting

dalam waktu yang bersamaan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian

reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa reliabilitas adalah suatu keajegan suatu tes

untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi

objek ukur.

2. Jenis-jenis dan teknik dalam menentukan

reliabilitas

Ada tiga teknik pengujian realibilitas instrument

antara lain :

a. Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate

Form)

Teknik paralel disebut juga tenik ”double

test double trial”. Sejak awal peneliti harus

sudah menyusun dua perangkat instrument yang

parallel (ekuivalen), yaitu dua buah instrument

yang disusun berdasarkan satu buah kisi-kisi.

Setiap butir soal dari instrument yang satu

selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari

instrumen kedua. Kedua instrumen tersebut

diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba

terlaksana, maka hasil instrumen tersebut

9

dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus

product moment (korelasi Pearson).

b. Teknik Ulang (Test Re-test)

Disebut juga teknik ”single test double

trial”. Menggunakan sebuah instrument, namun

dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan

kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui

besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan

yang digunakan sama dengan yang digunakan pada

teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.

Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas tes-

retest adalah seberapa besat derajat skor tes

konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas

diukur dengan menentukan hubungan antara skor

hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok

yang sama, pada waktu yang berbeda.

Metode pengujian reliabilitas stabilitas

yang paling umum dipakai adalah metode

pengujian tes-kembali (test-retest). Metode

test-retest menggunakan ukuran atau “test” yang

sama untuk variable tertentu pada satu saat

pengukuran yang diulang lagi pada saat yang

lain. Cara lain untuk menunjukkan reliabilitas

stabilitas, bila kita menggunakan survai,

adalah memasukkan pertanyaan yang sama di dua

bagian yang berbeda dari kuesioner atau

10

wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic

Personality Inventory (MPPI) mengecek

reliabilitas test-retest dalam satu

kuesionernya dengan mengulang pertanyaan

tertentu di bagian-bagian yang berbeda dari

kuesioner yang panjang.

Kesulitan terbesar untuk menunjukkan

reliabilitas stabilitas adalah membuat asumsi

bahwa sifat/ variable yang akan diukur memang

benar-benar bersifat stabil sepanjang waktu.

Karena kemungkinan besar tidak ada ukuran yang

andal dan sahih yang tersedia. Satu-satunya

faktor yang dapat membuat asumsi-asumsi ini

adalah pengalaman, teori dan/atau putusdan

terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi ini

selalu ditantang dan sulit rasanya

mempertahankan asumsi tersebut atas dasar

pijakan yang obyektif.

c. Teknik Belah Dua (Split Halve Method)

Disebut juga tenik “single test single

trial”. Peneliti boleh hanya memiliki

seperangkat instrument saja dan hanya

diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya

dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh

instrument menjadi dua sama besar. Cara yang

diambil untuk membelah soal bisa dengan

11

membelah atas dasar nomor ganjil-genap, atas

dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.

Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas ini

diukur dengan menentukan hubungan antara skor

dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang

disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu

saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili

reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya,

rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk

mengoreksi koefisien yang didapat.

C. Analisis Item Soal

1. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan item tes untuk

membedakan peserta pandai dan peserta yang kurang

pandai. Kemampuan peserta tes menyelesaikan suatu soal

dengan benar memberikan gambaran akan kepandaiannya

yang tentu saja berbeda dengan peserta yang tidak mampu

menjawabnya dengan benar.

Apakah dapat membedakan siswa kelompok tinggi (U)

dan rendah (A)?

DP=BU−BANX

BU : jumlah jawaban benar kelompok unggul

BA : jumlah jawaban benar kelompok assor

Nx : jumlah siswa kelompok atas atau bawah

12

Seberapa baik sebuah butir soal mampu membedakan

kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada besar

kecilnya indeks diskriminasi item (discriminatory power

disingkat D) sebagai berikut:INDEKS D KLASIFIKASI INTERPRETASI

0,70 – 1,00 Excellent Memiliki daya pembedayang sangat baik

0,40 – 0,70 Good Memiliki daya pembedayang baik

0,20 – 0,40 Satisfactory Memiliki daya pembedayang cukup/sedang

Kurang dari0,20 Poor Memiliki daya pembeda

yang lemah

Negatif - Kelompok atas banyakyang menjawab salah.

2. Tingkat Kesukaran

Soal yang ideal adalah soal yang sesuai dengan

kemampuan peserta tes. Dengan demikian soal yang

terlalu sulit bukan merupakan soal yang baik karena

hanya dapat dikerjakan oleh sedikit peserta, khususnya

kelompok atas (upper group) atau bahkan tidak ada

seorangpun yang mampu menyelesaikannya. Demikian pula

soal yang terlalu mudah sehingga dapat dikerjakan

dengan benar oleh seluruh peserta, sehingga tidak mampu

membedakan peserta yang pandai dan yang tidak pandai.

Kesimpulannya soal yang baik adalah yang berada pada

level sedang. Kondisi soal sebagaimana telah dijelaskan

disebut dengan tingkat kesukaran soal (difficulty

13

level). Tingkat kesukaran (TK) soal pada dasarnya

adalah perbandingan antara banyaknya peserta yang

menjawab benar dengan jumlah seluruh peserta, dan

dinyatakan dalam bentuk kuantitatif.

Beberapa ahli penilaian memberikan skala tingkat

kesukaran (TK) yang berbeda, namun yang banyak dipakai

di kalangan pendidikan adalah skala yang dikemukakan

oleh Thorndike dan Hagen (Measurement and Evaluation in

Psychology and Education) sebagai berikut :TINGKAT KESUKARAN (TK) atau

p

0,71 -1,00 : MUDAH (MD)

0,30 -0,70 : SEDANG (SD) 

0,00 -0,29 : SUKAR (SK)  

Sedangkan rumus untuk mencari derajat tingkat kesukaran

adalah :

TK = PB : JP

Ket :

TK = Tingkat kesukaran JP = Jumlah seluruh

peserta

14

PB = Peserta yang menjawab benar

Setelah setiap butir soal dianalisis pada tahap

ini, kita akan mengetahuii adanya tiga kelompok soal,

yaitu soal yang sukar (indeks kurang dari 0,30), soal

sedang (indeks 0,30 – 0,70) dan soal mudah (indeks 0,71

– 1,00). Tindak lanjut terhadap tiap-tiap kelompok soal

ini adalah :

INDEKS SOAL TINDAK LANJUT

Sukar

(0,00 – 0,29)

- Didrop (tidak digunakan pada tes mendatang)

- Dikaji ulang untuk menemukan penyebab soal

dianggap sukar (redaksi,pertanyaan, dll)

- Digunakan untuk tes tingkat tinggiSedang

(0,30 – 0,70)

- Dicatat pada bank soal dan dikeluarkan lagi

pada tes di waktu yang akan datang

Mudah

(0,71 – 1,00)

- Didrop (tidak digunakan pada tes mendatang)

- Dikaji ulang untuk menemukan penyebab soal

terlalu mudah dijawab

- Digunakan untuk tes yang tidak terlalu ketat

3. Distraktor (Pengecoh)

Distraktor adalah Setiap tes pilihan ganda yang

memiliki satu pertanyaan serta beberapa pilihan

jawaban. Diantara pilihan jawaban yang ada, hanya satu

yang benar. Selain jawaban yang benar tersebut, adalah

jawaban yang salah. Efektifitas distraktor adalah

seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat

mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci

15

jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang

memilih distraktor tersebut, maka distaktor itu dapat

menjalankan fungsinya dengan baik.

BAB 3

HASIL ANALISIS TES

A. VALIDITAS

1. Teknik Validitas Yang Digunakan

Teknik yang digunakan Validitas isi atau content

validity yaitu suatu tes yang mempermasalahkan seberapa

jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi

suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai

dengan tujuan pengajaran. Tujuan dari teknik ini yaitu

unntuk menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau

butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili

secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel

16

yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan

keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang

seharusnya dikuasai secara proporsional.

2. Hasil Pengujian Validitas

Untuk melihat validitas item soal dapat diperoleh

dengan menggunakan rumus:

rpbis= (mp−mt)

st x√pq

Dari hasil penafsiran uji validitas setiap butir

soal maka ada 7 butir soal yang tidak signifikan atau tidak

valid sehingga item soal no 83, 90, 92, 93, 94, 95, dan

96 harus direvisi karena termasuk kategori sangat buruk.

*Data Uji Validitas

B. RELIABILITAS

1. Teknik Reliabilitas Yang Digunakan

17

Teknik yang digunakan teknik reliabilitas split-half

method (metode belah dua). Teknik ini digunakan untuk

mengetahui korelasi antara soal ganjil dan genap. Dalam

teknik ini tes dibelah dua sehingga data memperoleh dua

macam skor, yakni skor yang diperoleh dari skor soal –

soal bernomor ganjil dan skor soal – soal bernomor

genap. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan skor

ganjil dan genap. Selanjutnya skor ganjil dikorelasikan

dengan skor genap yang menghasilkan koefisien korelasi

rgg, atau koefisien korelasi ganjil-genap.

2. Hasil Pengujian Reliabilitas

Rumus untuk mencari korelasi antara soal ganjil dan

genap :

rxy = N(∑xy)–(∑x)(∑y)

√{N(∑x2)−(∑x)²}{N (∑y2 )−(∑y)² }

Setelah dihitung diperoleh :

N : 513 ∑ X : 2767 ∑ Y : 2559

∑ X2 :

16689∑ Y2 :

14431 ∑ XY :

14799

rxy = 513(14799)–(2767)(2559)

√{513(16689)−(2767)²}{513 (14431 )−(2559)²}

Jika menggunakan rumus dalam Microsoft Excel

yaitu =CORREL(Y6:Y518,AA6:AA518) yang menghasilkan

korelasi sebesar 0.58. Ini berarti reliabilitas skor

18

ganjil dan genap menunjukan korelasi sedang. Setelah

diketahui koefisien ganjil genap maka dicari

koefisien reliabilitasnya dengan menggunakan rumus:

rtt = 2rxy

1+rxy

Sehingga dihasilkan rtt = 1,74 Tinggi

Sehingga diketahui t hitung = 32,82

Sedangkan, t tabel = 1,965

Jadi, dapat disimpulkan bahwa t hitung > t

tabel = 32,82 > 1,965 maka signifikan atau

reliabel. Selanjutnya menghitung rentang rata-rata

dengan menggunakan rumus SEM atau sgp, yaitu:

SEM = st √1−rtt

Hasilnya SEM= 1.44 Kemudian dengan rata-rata

total 3,4 kita dapat menghitung rentang nilai rata-

rata:

Mt – sem mt +sem

3,4 – 1,44 3,4 + 1,441,80 4,68

Jadi, dapat ditafsirkan bahwa hasil analisis

susah untuk dipertanggung jawabkan karena rentangnya

19

jauh, yaitu rentang nilai rata-ratanya adalah antara

1,80 4,68.

C. ANALISIS ITEM SOAL

1. Daya Pembeda

Cara menghitung daya pembeda dicari terlebih

dahulu untuk 27% kelompok unggul dan assor setelah itu

baru menghitung uji daya pembedanya. Uji daya pembeda

ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin besar nilai

daya pembeda pada soal, maka dapat dikatakan soal

semakin mampu untuk membedakan antara peserta didik

yang sudah menguasai dengan rumus kompetensi peserta

didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi.

Adapun rumusnya:

DPn=∑ Bu−∑BaNuatauNa

20

Adapun hasil dari perhitungan uji daya pembeda

yang dihitung tiap butir soal dapat dihasilkan dan

diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Uji daya pembeda butir soal nomor 77: 0,36 = 36%

menunjukkan kriteria baik.

b. Uji daya pembeda butir soal nomor 78: 0,25 = 25%

menunjukkan kriteria agak baik.

c. Uji daya pembeda butir soal nomor 79: 0,73 = 73%

menunjukkan kriteria sangat baik.

d. Uji daya pembeda butir soal nomor 80: 0,29 = 29%

menunjukkan kriteria agak baik.

e. Uji daya pembeda butir soal nomor 81: 0,46 = 46%

menunjukkan kriteria baik.

f. Uji daya pembeda butir soal nomor 82: 0,01 = 1%

menunjukkan kriteria sangat buruk.

g. Uji daya pembeda butir soal nomor 83: 0 = 0%

menunjukkan kriteria sangat buruk.

21

h. Uji daya pembeda butir soal nomor 84: 0,20 = 20%

menunjukkan kriteria buruk.

i. Uji daya pembeda butir soal nomor 85: 0,67 = 67%

menunjukkan kriteria sangat baik.

j. Uji daya pembeda butir soal nomor 86: 0,12 =12%

menunjukkan kriteria buruk.

k. Uji daya pembeda butir soal nomor 87: 0,31 = 31%

menunjukkan kriteria baik.

l. Uji daya pembeda butir soal nomor 88: 0,29 = 29%

menunjukkan kriteria agak baik.

m. Uji daya pembeda butir soal nomor 89: 0,12 = 12%

menunjukkan kriteria buruk.

n. Uji daya pembeda butir soal nomor 90: 0 = 0%

menunjukkan kriteria sangat buruk.

o. Uji daya pembeda butir soal nomor 91: 0,22 = 22%

menunjukkan kriteria agak baik.

p. Uji daya pembeda butir soal nomor 92: 0,4 = 4%

menunjukkan kriteria sangat buruk.

q. Uji daya pembeda butir soal nomor 93: 0,01 = 1%

menunjukkan kriteria soal sangat buruk.

r. Uji daya pembeda butir soal nomor 94: 0,02 = 2%

menunjukkan kriteria soal sangat buruk.

s. Uji daya pembeda butir soal nomor 95: 0.02 = 2%

menunjukkan kriteria soal sangat buruk.

t. Uji daya pembeda butir soal nomor 96: 0,01 = 1%

menunjukkan kriteria sangat buruk.

22

2. Tingkat Kesukaran

Untuk menguji TK (tingkat kesukaran) soal, yang

dihitung dengan menggunakan rumus:

TK=Bu+BaNu

x100%

Kita dapat menganalisis tingkat kesukaran seriap

butir soalnya dengan melihat kriteria yang telah

ditetapkan, semakin tinggi indeks tingkat kesukaran

maka semakin mudah soalnya dan sebaliknya, semakin

rendah tingkat kesukaran maka akan semakin sulit

soalnya. Adapun kriteria TK tersebut adalah:

1. 0 % - 15% : SS (Sangat Sukar) = sebaiknya

dibuang

2. 16% - 30% : SKr (Sukar)

3. 31% - 70% : SD (Sedang)

4. 71% - 85% : MD (Mudah)

5. 85% - 100% : SM (Sangat Mudah) = sebaiknnya

dibuang

Adapun hasil dari perhitungan (terlampir) TK

tersebut dapat diinterpretasikan:

a. TK butir soal nomor 77: 1.56 = 158% yang

menunjukkan kriteria soal memiliki tingkat

kesukaran soal Sukar (SKr)

23

b. TK butir soal nomor 78: 1.72 = 13% yang

menunjukkan kriteria soal memiliki tingkat

kesukaran soal Sangat Sukar (SS)

c. TK butir soal nomor 79: 0.75 = 37% yang

menunjukkan kriteria soal memiliki tingkat

kesukaran Sedang (SD)

d. TK butir soal nomor 80: 0,30 = 0.30% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

e. TK butir soal nomor 81: 0,48 = 48% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sedang (SD)

f. TK butir soal nomor 82: 0.01 = 1% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

g. TK butir soal nomor 83: 0 = 0% yang menunjukkan

kriteria soal yang memiliki tingkat kesukaran

Sangat Sukar (SS)

h. TK butir soal nomor 84: 0,20 = 20% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

i. TK butir soal nomor 85: 0,86 = 86% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Mudah (SM)

24

j. TK butir soal nomor 86: 0,14 = 14% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

k. TK butir soal nomor 87: 0.31 = 31% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sedang (SD)

l. TK butir soal nomor 88: 0.30 = 30% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sukar (SS)

m. TK butir soal nomor 89: 0,12= 12% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

n. TK butir soal nomor 90: 0 = 0% yang menunjukkan

kriteria soal yang memiliki tingkat kesukaran

Sangat Sukar (SS)

o. TK butir soal nomor 91: 0.22 = 22% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sukar (SKr)

p. TK butir soal nomor 92: 0.04 = 4% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

q. TK butir soal nomor 93: 0.01 = 1% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

25

r. TK butir soal nomor 94: 0,02 = 2% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

s. TK butir soal nomor 95: 0.02 = 2% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

t. TK butir soal nomor 96: 0.01 = 1% yang

menunjukkan kriteria soal yang memiliki tingkat

kesukaran Sangat Sukar (SS)

26