Laporan GC
Transcript of Laporan GC
LAPORAN PELATIHAN INSTRUMENTASI
GAS CHROMATOGRAPHY
Kelompok 5 :
Dewangga Arif Pratama (4311412009)
Febri Siti Romdonah (4311409022)
Carolina Romawati (4311409030)
Didi Subagya (4311412032)
Nur Rachmi Idzati (4311412036)
Diana Isnaeni (4311412055)
Octavia Uriastanti (4311412064)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PENETAPAN KADAR ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL DENGAN
METODE KROMATOGRAFI GAS (GC)
Octavia Uriastanti, Nur Rachmi Idzati, Diana Isnaeni, Febri Siti R,Carolina Romawati , Didi Subagya, Dewangga Arif Pratama
Lab. Kimia Instrumen Jurusan Kimia Universitas Negeri SemarangGedung D8 Lt 1 Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Indonesia
[email protected], 085741977495
Abstrak
Kromatografi Gas merupakan metode pemisahan campuran menjadi
komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase gerak
yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam dalam
kolom. Pada percobaan ini dilakukan analisis kadar sampel pada
minuman berakohol dengan larutan standar etanol 1%, 2%, 3%, 5%,
dan 7%. Kadar etanol sampel ditentukan berdasarkan persamaan
regresi dari kurva kalibrasi area peak vs konsentrasi larutan
standar etanol .Dan diperoleh kadar etanol dalam sampel sebesar
4.49%(< ±4,9% pada label kemasan).
.Kata Kunci : GC, etanol, kurva kalibrasi
A. Pendahuluan
Menurut keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1516/A/SK/V/81, pasal 1:
“Anggur, arak dan sejenisnya
termasuk dalam jenis minuman
keras dan harus memenuhi
peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk minuman
keras”. Minuman keras menurut
menteri Kesehatan RI nomor
86/Menkes/Per/IV/77 adalah
“semua jenis minuman
beralkohol tetapi bukan obat,
meliputi minuman keras
golongan A, minuman keras
golongan B, dan minuman keras
golongan C”. Minuman anggur
termasuk dalam minuman keras
golongan B (kadar etanol 5 –
20 %v/v). Saat ini banyak
produk dengan campuran alkohol
yang beredar di pasaran
terutama pada produk minuman.
Permasalahannya adalah sering
munculnya para produsen ilegal
yang membuat minuman dengan
kadar alkohol yang
tinggi/rendah atau menyalahi
aturan batas kadar alkohol
yang telah ditentukan. Oleh
karena itu perlu dilakukan
pengujian untuk mengukur kadar
etanol dalam sample minuman
beralkohol dengan menggunakan
GC (Gas Chromatography ).
Alkohol merupakan istilah
umum dari etanol mempunyai
efek yang menguntungkan dan
merugikan bagi manusia. Etanol
pada kadar rendah dan sedang
berperan sebagai stimulan.
Konsumsi etanol dalam jumlah
sedang mempunyai efek
protektif terhadap penyakit
jantung iskemik. Konsumsi
etanol yang berlebihan bisa
menyebabkan kerusakan banyak
organ, terutama otak dan hati
(Anonim, 1999).
Etanol yang nama lainnya
alkohol, aethanolum, etil
alcohol, adalah cairan yang
bening, tidak berwarna, mudah
mengalir, mudah menguap, mudah
terbakar, higroskopik dengan
karakteristik bau spiritus dan
rasa membakar, mudah terbakar
dengan api biru tanpa asap.
Campur dengan air, kloroform,
eter, gliserol, dan hampir
semua pelarut organic lainnya.
Penyimpanan pada suhu 8-15°C,
jauh dari api dalam wadah
kedap udara dan dilindungi
dari cahaya, serta mempunyai
rumus struktur sebagai berikut
:
(Vogel,1979)
Kromatografi adalah cara
pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen
campuran tersebut diantaranya
dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase gerak
(mobile). Fase diam dapat
berupa zat padat atau zat
cair, sedangkan fase gerak
dapat berupa zat cair atau
gas. Dalam kromatografi fase
gerak dapat berupa gas atau
zat cair dan fase diam dapat
berupa zat padat atau zat cair
(Yuneka, 2012).
Gas chromatography (GC),
adalah metoda yang digunakan
dalam kimia analitik untuk
memisahkan dan menganalisis
senyawa yang dapat menguap.
Kelebihan dari GC adalah GC
dapat melakukan pengujian
kemurnian suatu zat tertentu,
atau memisahkan berbagai
komponen campuran (jumlah
relatif dari komponen tersebut
juga dapat ditentukan). Dalam
beberapa situasi, GC dapat
membantu dalam
mengidentifikasi senyawa.
Namun kelemahan teknik
Kromatografi gas terbatas
untuk zat yang mudah menguap,
kromatografi gas tidak mudah
dipakai untuk memisahkan
campuran dalam jumlah besar,
fase gas dibandingkan sebagian
besar fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan
zat terlarut.. (Arfiyah,
2012).
Gambar 2. Diagram Alat
Kromatografi Gas
Mekanisme kerja
kromatografi gas adalah
sebagai berikut. Gas dalam
silinder baja bertekanan
tinggi dialirkan melalui kolom
yang berisi fasa diam.
Cuplikan berupa campuran yang
akan dipisahkan, biasanya
dalam bentuk larutan,
disuntikkan ke dalam aliran
gas tersebut. Kemudian
cuplikan dibawa oleh gas
pembawa ke dalam kolom dan di
dalam kolom terjadi proses
pemisahan. Komponen-komponen
campuran yang telah
terpisahkan sati persatu
meninggalkan kolom. Suatu
detektor diletakkan di ujung
kolom untuk mendeteksi jenis
maupun jumlah tiap komponen
campuran. Hasil pendeteksian
direkam dengan rekorder dan
dinamakan kromatogram yang
terdiri dari beberapa peak.
Jumlah peak yang dihasilkan
menyatakan jumlah komponen
(senyawa) yang terdapat dalam
campuran. Sedangkan luas peak
bergantung pada kuantitas
suatu komponen dalam campuran.
(Sumar Hendayana, 1994)
Data-data yang dihasilkan
dari kromatogram selanjutnya
dianalisis untuk keperluan
analisis kualitatif dan
kuantitatif.
Analisis kualitatif
Untuk mengidentifikasi tiap
peak kromatogram dapat
dilakukan berbagai metode
analisis, yaitu:
1. Membandingkan waktu
retensi analit dan
standar
2. Waktu retensi standar
dibandingkan dengan waktu
retensi analit
3. Ko-kromatogram
Standar ditambahkan
kepada cuplikan kemudian
dilakukan kromatografi
gas. Jika salah satu luas
peak bertambah maka peak
analit yang mengalami
pertambahan luasnya
identik dengan standar.
4. Metode spektrometri
Spectrometer massa/IR
langsung disambungkan
kekolom kromatografi gas.
Setiap peak dapat direkam
spektranya secara
menyeluruh.
Analisis kuantitatif
1. Pendekatan tinggi peak
Tinggi peak kromatografi
diperoleh dengan membuat
base line pada suatu peak
dan mengukur tinggi garis
tegak lurus yang
menghubungkan base line
dengan peak. Pendekatan
ini dilakukan jika lebar
peak standard dan analit
tidak jauh.
Gambar 3. Menentukan
Tinggi Peak
2. Pendekatan area peak
Pendekatan area peak
dapat memperhitungkan
lebar peak sehingga lebar
peak yang berbeda antara
standard analit tidak
masalah. Pendekatan ini
lebih baik dari
pendekatan tinggi peak,
dengan % kesalahan 0,44 –
2,6 %.
Gambar 4. Menentukan Area
Peak
3. Metode kalibrasi
Kita harus mempersiapkan
sederet larutan standar,
kemudian tiap larutan
standar diukur dengan
kromatografi. Area
peak/tinggi peak diplot
terhadap konsentrasi
hingga diperoleh
persamaan garis, kemudian
kita bisa menentukan
konsentrasi sampel.
Gambar 5. Kurva
Kalibrasi untuk
Menentukan Konsentrasi
Sampel
4. Metode Normalisasi area
Metode analisis
kuantitatif ini
dimaksudkan untuk
mengurangi kesalahan yang
berhubungna dengan
injeksi cuplikan. Dengan
metode ini dapat
diperlukan elusi yang
sempurna semua komponen
campuran harus keluar
dari kolom, area peak
yang muncul di ditung.
Kemudian area – area peak
tersebut dikoreksi
terhadap respon detector
untuk Janis senyawa yang
berbeda. Selanjutnya
konsentrasi analit
ditentukan dengan
membandingkan area eak
terhadap total semua
komponen. (Anonim, 2012)
B. Material dan Metode
Alat :
1. GC Agilent Cerity 6820
2. pipet ukur 1 ml,
3. botol cokelat 7 buah,
4. botol sampel
5. labu ukur 5 ml
6. ball pipet
7. beker gelas
Bahan :
1.Etanol standar 1%, 2%,
3%, 5%, dan 7%
2. Akuades
3. Sampel minuman berakohol
Metode Penelitian
a. Preparasi larutan
standar etanol dan
sampel
Sebelum menganalisis
menggunakan GC kami
terlebih dahulu membuat
larutan standar etanol
yaitu mengencerkan
etanol absolute 99,8%
menggunakan akuades,
dengan konsentrasi
etanol standar masing-
masing 1%, 2%, 3%, 5%,
dan 7%. Sedangkan untuk
sampel minuman yaitu
anker(4,9%) tidak perlu
diencerkan lagi.
b. Instrument
Diawali dengan
menyalakan air
compressor. Kemudian
kran tabung gas
heliumdan hidrogen
dibuka. Sambungkan kabel
power ke sumber tegangan
dilanjutkan dengan
menekan tombol switch
on/off. Setelah layar
instrument muncul power
on OK, nyalakan
computer.
c. Persiapan operasi
Jalankan program cerity
QA-QC pda layar desktop
computer, jalankan
metode,. Kemudian
download metode warm
kemudian klik ok. Tunggu
sampai layar program
muncul status ready.
Setelah itu, download
metode hot. Setelah
status menjadi ready,
mulai nyalakan FID
dengan cara membuka kran
gas (air, hydrogen, aux
gas) pada instrument
putar kebalikan arah
jarum jam, kemudian
tekan FID ignitor sambil
ditiup diatas FID
d. Analisis Sampel
Diawali dengan membuka
menu methode kemudian
pilih general dan klik
tombol create dan member
nama methode yang akan
dibuat pada kolom
Methode’s Name. kemudian
mensetting methode yang
diawali dengan mengatur
suhu inlet yaitu suhu
100oC kemudian atur
kolom 1100C, atur suhu
injector 1500C, dan suhu
FID 2000C, atur setpoint
informasi kemudian tekan
save. Setelah itu pilih
output kemudian pilih
report lalu pilih
pencetakan hasil pada
destination. Setelah itu
masuk ke menu sampel
kemudian memasukkan ID
sampel (memasukkan
methode yang telah
disimpan, pada
instrument pilih GC1,
pada operator pilih
administrator, dan
masukkan catatan lai
pada note. Kemudian atur
informasi sampel,
kemudian klik log
sampel. Setelah itu
melakukan run sampel
dengan menekan tombol
pada keybord
instruments, kemudian
mengambil sampel dengan
syringe ±0,5µL, kemudian
sampel diinjeksikan
kedalam injector/inlet
setelah layar instrument
menunjukkan pesan ready
for inject. Kemudian
tekan tombol start pada
keybord instrument dan
tunggu hingga analisis
selesai. Jika pada layar
instrument muncul pesan
instrument ready atau
lampu prerun menyala
maka run sampel telah
selesai.
e. Melihat Hasil Analisis
Sampel
Masuk software pada menu
tab sample kemudian klik
result untuk melihat
hasil.
f. Analisis Data/Integresi
Sampel
Masuk pada tab reproses
kemudian pilih data yang
akan diintegrasi,
kemudian atur integrasi,
edit analisis dan atur
kromatogram. Kemudian
atur grafik luaran
dengan klik tombol
kemudian atur informasi
yang akan keluar pada
grafik pada menu display
option, lalu atur lebar
grafik pada menu,
kemudian klik save
setiap melakukan
perubahan, kemudian atur
output lalu klik tombol
reproses lalu simpan
hasil integrasi.
g. Mematikan Instrumen
Untuk mematikan FID
dengan menutup kran gas
(air,hydrogen, aux gas)
pada instrument putar
kebalikan arah jarum
jam. Setelah itu matikan
software cerity QA-QC
dengan mengarahkan pada
tab instrument lalu
pilih status, kemudian
klik download method
pilih cooling kemudian
klik OK dan matikan
software agilent cerity.
Untuk mematikan
instrument GC Agilen
Cerity 6820, diawali
dengan cek suhu font
inlet, font detector,
dan oven dengan menekan
tombol oven, inlet,
detector, pada keybord
instruments, pastikan
suhu detector/font det
dan injector/font inlet
dibawah 100 setelah itu
tekan oven kemudian
tekan off. Setelah itu
mematikan Air Conpressor
dengan membuka valve
tabung kompresor
dibagian bawah untuk
membuang sisa angin agar
tidak terjadi kondensasi
kemudian lepaskan
kompresor dari sumber
tegangan. Setelah itu
menutup kran tabung gas
helium dan hydrogen
dengan memutar kran
utama tabung dengan
memutar searah jarum
jam.
C. Hasil dan PembahasanTabel 1. Area Peak Etanol
Standar
Konsentrasi
etanol
Area peak
1% 10440.659232% 18568.809863% 22926.734775% 29879.382227% 51878.92373
Tabel 2. Area Peak Sampel
Minuman Berakohol
Sampel
Minuman
Area peak
Anker
( 4,9%)
32416.72853
0 1 2 3 4 5 6 7 80.0
10,000.020,000.030,000.040,000.050,000.060,000.0
f(x) = 6362.39763594828 x + 3834.27047258619R² = 0.949776807333079
Kurva Kalibrasi Area Peak vs Konsentrasi Etanol
luas areaLinear (luas area)
Konsentrasi Etanol
Area
peak
Gambar 6. Kurva Kalibrasi Konsentrasi vs Area Etanol
Persamaan regresi
Y = 6362x(%)+3834
Area peak sampel = 6362x(%)+3834
32416.72853 = 6362x(%)+3834
X = 4.4927 %
Gambar 12. Sampel Anker
D. Pembahasan
Pada praktikum ini
dilakukan analisis etanol
dalam minuman dengan
kromatografi gas. Dalam setiap
analisis kuantitatif suatu
senyawa dengan metode
kurvakalibrasi selalu
digunakan standar dalam
variasi konsentrasi. Dalam
percobaan ini digunakan etanol
absolut yang dibuat dalam variasi
konsentrasi 1, 2, 3, 5, 7%(v/v).
Untuk analisis kuantitatif
dengan menggunakan instrument
Gas Chromatography diperlukan
optimasi alat berupa pemilihan
kolom maupun detector yang
tepat agar diperoleh hasil
yang maksimal. Kolom yang
sering digunakan adalah kolom
stainless steel, glass,
quartz, nikel, dan poly tetra
fluor ethylene (PTFE).
Pemilihan kolom didasarkan
pada interaksi yang terjadi
antara uap sampel
dengandinding kolom.
Selektivitas GC didasarkan
pada interaksi molecular
antara molekul yang dipisahkan
dengan molekul pada fasa diam.
Pada percobaan ini komponen
yang akan dianalisis adalah
non polar, maka kolom yang
dipilih adalah kolom non
polar.
Sedangkan detektor yang
dipilih adalah Flame
Ionization Detector (FID. Pada
umumnya, senyawa organik
ketika dipirolisis
menghasilkan intermediet ionik
dan elektron yang terlibat
dalam mekanisme, dimana
spesies yang bermuatan ini
akan tertarik dan dikumpulkan
dalam collector dan aliran ion
yang dihasilkan akan terbaca.
Detector FID adalah detektor
yang sering digunakan karena
sensitivitasnya tinggi
(sekitar 10-13 g/ml ), range
responnya besar ( sekitar
107 ), tidak berisik, dan satu
kekurangannya adalah bahwa
detector ini merusak sampel.
Larutan etanol-air diambil
0,5l untuk diinjeksikan ke
dalam GC. Area peak etanol
dibuat grafik versus persen
etanol sebagai kurva
kalibrasi. Sehingga diperoleh
persamaan regresi y=6362x+3834
dengan R2 = 0,949 . Semakin
tinggi konsentrasi etanol,
harga area yang diberikan juga
semakin meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan peak yang
semakin tinggi. Sampel minuman
anker 0,5l juga diinjeksikan
dan diperoleh area peaknya.
Kemudian area peak sampel dan
persamaan regresi digunakan
untuk menghitung kadar etanol
sampel. Dengan interpolasi
pada grafik akan diketahui
persen etanol dalam sampel.
Dari data percobaan dan
perhitungan diketahui persen
etanol dalam sampel anker
adalah 4,49 % ( kadar pada
label adalah< ± 4,9% ). Hal
ini menunjukan kandungan
etanol dalam sampel minuman
tidak sesuai dengan kadar yang
tercantum dalam label kemasan.
Dimana kemungkinan produsen
melakukan manipulasi kadar
etanol dengan mengurangi
etanol dalam minumannya.
Gambar 11. Fishbone
ketidakpastian pengukuran.
Fishbone menunjukkan
ketidakpastian pengukuran
kromatografi gas dimana
terdapat 4 aspek yang
mempengaruhi yaitu:
1. Personality
Aspek personaliti
bersumber pada Analis
yang mengoperasikan
diantaranya proses
injeksi. Proses injeksi
yang kurang baik akan
menyebabkan distribusi
sampel kedalam kolom
tidak serentak, karena
sampel masuk secara
berkala sehingga
menyebabkan peak yang
terbentuk kurang tajam.
2. Equipment
Aspek equipment terdiri
atas peralatan yang
digunakan yaitu syringe.
Kondisi syringe yang
digunakan dalam
pengambilan sampel
mempengaruhi proses
injeksi sehingga
dimungkinkan sampel yang
diinjeksikan tidak tepat
0,5µL.
3. Management
Waktu Injeksi yang tidak
spontan menyebabkan
kesalahan pada peak yang
terbentuk.
4. Material
Penggunaan satu syringe
untuk tiga sampel, dapat
menyebabkan sampel
terkontaminasi.
E. Kesimpulan
Kromatografi Gas adalah
proses pemisahan campuran
menjadi komponen-komponennya
dengan menggunakan gas sebagai
fase gerak yang melewati suatu
lapisan serapan (sorben) yang
diam. Kadar etanol dalam
sampel dapat dihitung
berdasarkan persamaan regresi
kurva kalibrasi standar etanol
dan area peak. Kadar etanol
sampel anker yaitu 4.49% ( < ±
4.9%).
F. Daftar Pustaka
Anonim. 1999. Etanol .
Didownload di
http://sribd.com// pada
15 Desember 2014.
Anonim. 2012. Analisis Kromatografi
Gas. Didownload di
http://scribd.com// pada
17 Desember 2014.
Arfiyah. 2012. Laporan Praktikum
GC. Didownload di
http://academia.edu.com//
pada 17 Desember 2014
Sumar Hendayana. 1994. Kimia
Analisis Instrumen. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yuneka. 2000. Teknik
Kromatografi. Jakarta : PT
Kalman Pustaka.