LAPORAN TUTORIAL

23
LAPORAN TUTORIAL I. IDENTITAS PASIEN Nama : tn.Za Umur : 49 tahun Jeniis kelamin : laki – laki Alamat : setiabudi Pekerjaan : mantan supir taxi ( sekarang tidak bekerja ) II. ANAMNESA (Autonamnesis dilakukan di poliklinik puskesmas setiabudi tanggal 5 agustus 2014) Keluhan Utama Luka pada kaki kanan Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan luka di kaki kanannya sejak 1,5 bulan yang lalu. Awalnya luka hanya berupa lubang kecil pada kaki terutama jari manis dan telapak kaki kanan. lama-lama luka menjadi lebih besar, lebih dalam, membengkak dan bernanah. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada luka. Pasien mengaku kaki tidak terkena barang tumpul maupun tajam sebelumnya. Pasien mencoba mengobati lukanya dengan betadine tapi luka tidak kunjung sembuh. Sebelumya pasien sering merasakan kesemutan pada kedua kakinya, kemudian pasien juga merasakan baal sehingga sering mengalami luka, Pasien juga mengeluh sering demam, demam dirasakan terus menerus, terkadang disertai adanya mengigil, mual, namun tidak muntah. Apabila timbul demam pasien merasakan nafasnya semakin cepat, jantung berbar – debar disertai rasa lemas. Pasien mengaku 5 tahun yang lalu pernah mengeluhkan keadaan seperti BAK pada malam hari sebanyak 4x/semalam, rasa lapar yang meningkat disertai rasa

Transcript of LAPORAN TUTORIAL

 LAPORAN TUTORIAL

I. IDENTITAS PASIEN Nama : tn.ZaUmur : 49 tahun Jeniis kelamin : laki – laki Alamat : setiabudiPekerjaan : mantan supir taxi ( sekarang tidakbekerja )

II. ANAMNESA (Autonamnesis dilakukan di poliklinikpuskesmas setiabudi tanggal 5 agustus 2014)

Keluhan Utama Luka pada kaki kanan

Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke puskesmas dengan keluhan luka di kakikanannya sejak 1,5 bulan yang lalu. Awalnya luka hanyaberupa lubang kecil pada kaki terutama jari manis dantelapak kaki kanan. lama-lama luka menjadi lebih besar,lebih dalam, membengkak dan bernanah. Pasien tidakmengeluhkan nyeri pada luka. Pasien mengaku kaki tidakterkena barang tumpul maupun tajam sebelumnya. Pasienmencoba mengobati lukanya dengan betadine tapi lukatidak kunjung sembuh. Sebelumya pasien sering merasakankesemutan pada kedua kakinya, kemudian pasien jugamerasakan baal sehingga sering mengalami luka,

Pasien juga mengeluh sering demam, demam dirasakanterus menerus, terkadang disertai adanya mengigil,mual, namun tidak muntah. Apabila timbul demam pasienmerasakan nafasnya semakin cepat, jantung berbar –debar disertai rasa lemas.

Pasien mengaku 5 tahun yang lalu pernah mengeluhkankeadaan seperti BAK pada malam hari sebanyak4x/semalam, rasa lapar yang meningkat disertai rasa

haus terus menerus, penurunan berat badan disangkalpasien kemudian pasien memeriksakan diri ke puskesmasdikatakan pasien menderita gula dan dianjurkan untukmeminum obat gula secara rutin. Namun pasien hanyamengkonsumsi obat gula sesekali atau tidak rutinmelakukan kontrol dan meminum obat. 1 tahun terakhirini keluhan pasien semakin bertambah baik BAK padamalam hari,nafsu makan, rasa haus serta penurunan beratbadan dari 80 kg menjadi 60 kg. Hingga sekarang pasienmerasa terganggu dengan keluhan luka pada kakikanannya, serta adanya demam yang muncul hingga saatini.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat dengan gejala yang sama sebelumnya :

disangkal

- Riwayat Diabetes Mellitus : (+) sejak tahun 2006,

tidak rutin minum obat dan kontrol

- Riwayat Hipertensi : disangkal

- Riwayat Penyakit jantung : disangkal

- Riwayat asma : disangkal

- Riwayat Penyakit maag : disangkal

- Riwayat luka sukar sembuh : disangkal

- Riwayat Alergi obat : disangkal

- Riwayat operasi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini

- Riwayat Diabetes Mellitus : diakui, bapak pasien

- Riwayat Hipertensi : disangkal.

- Riwayat Asma : disangkal

- Riwayat Penyakit jantung : disangkal

Riwayat Pengobatan

- Os sudah pernah berobat ke poliklinik 1,5 bulan yang

lalu namun keluhan tidak membaik

- Os minum obat diabetes namun tidak secara rutin

Riwayat Alergi

Alergi makanan, obat-obatan, dan cuaca disangkal

Riwayat kebiasaan :

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat minum alkohol : disangkal

- Riwayat olahraga : disangkal

- Makan makanan yang manis : sering

- Riwayat makan : sehari 3 (tiga) kali, konsumsi

makanan manis dan asin (+)

- Riwayat memakai sandal : diakui

- Riwayat menggunting kuku : 2 minggu sekali

Sebelum sakit, pasien mengaku makan tidak teratur

tiga hingga empat kali sehari dengan nasi, sayur,

tahu, dan tempe, terkadang daging, telur dan ikan.

Jarang mengkonsumsi buah-buahan. Beberapa hari

terakhir, sejak sakit nafsu makan pasien menurun,

makan dalam jumlah sedikit. Pasien sering

mengkonsumsi makanan asin dan manis, pasien belum

menjaga pola makannya.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan seorang supir taxi namun semenjak 1

bulan - 1,5 bulan keluhan luka pada kaki disertai

dengan demam terus menerus pasien sudah tidak bekerja

lagi.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak lemas

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : T : 130/ 70 mmhg

N : 88 x/menit isi dan tegangan

cukup

R : 20 x/menit

S : 37,9 C

Tinggi badan : tidak dilakukan

Berat badan : 60kg

Kepala : Mesocephal, distribusi rambut merata,

tidak mudah rontok

Mata : Conjunctiva Palpebra Anemis (+/+),

Sclera Ikterik (-/-), pupil isokor

diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)

Telinga : discharge (-), napas cuping hidung (-)

Hidung : secret (-)

Mulut : lidah kotor (-), pernapasan mulut (-)

Kulit : hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)

Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran

kelanjar getah bening (-), deviasi trakea

(-)

Thorak

i. Jantung

Inspeksi : ictus codis tampak

Palpasi : kuat angkat, teraba 2 jari, ictus

cordis teraba di ICS 5 linea

midclavikul, pulsus parasternal (-),

pulsus epigastrium (-)

Perkusi

Kanan jantung : ICS 4 linea

parasternalis dextra

Atas jantung: ICS 2 linea parasternal

sinistra

Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis

sinistra

Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea

midclavicula sinistra

Auskultasi : BJ I-II regular,murni,

Kesan : normal

Paru-paru

Depan Dextra

I: Simetris, retraksi

dinding dada (-)

Pal : fremitus kanan =

kiri

Sinistra

I: Simetris,

retraksi dinding

dada (-)

Pal : fremitus kanan

Per: Sonor di kedua

lapangan paru

Aus: suara dasar

vesikuler, suara

tambahan : wheezing

(-), ronchi(-)

Suara dasar

Vesikuler

= kiri

Per: Sonor di kedua

lapangan paru

Aus: suara dasar

vesikuler, suara

tambahan : wheezing

(-), ronchi(-)

Abdomen

Inspeksi : datar

Auskultasi : BU (+) N

Palpasi : Supel, nyeri tekan disangkal,

Perkusi : Timpani,

1. Ekstremitas

Superior InferiorAkral dingin

Edema

Sianosis

Ulkus

Pulsasi arteri

dorsalis pedis

Pucat

(-/-)

(-/-)

(-/-)

(-/-)

-

(-/-)

(-/-)

(-/-)

(-/-)

(-/+)

(+N /↓)

(-/-)

Status lokalis

Inspeksi : terdapat dua buah luka terbuka di kaki

kanan, luka pertama pada telapak kaki dengan panjang 8

(delapan) sentimeter lebar 4 (empat) sentimeter.

Terdapat jari nekrose berwarna hitam pada jari

kelingking pasien, mengenai lapisan dermis, epidermis,

tidak mencapai tendo kaki dan tulang. Luka bernanah.

Luka kedua pada punggung kaki kanan dengan panjang 7

(tujuh) sentimeter lebar 4 (empat) sentimeter, luka

mengenai epidermis, dermis dan tendo. Luka

bernanah.kulit menghitam dari pertengahan betis hingga

kebawah.

Palpasi : perabaan hangat pada kulit (+), krepitasi

(-), pulsasi arteri dorsalis pedis melemah pada kaki

kanan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

o gula darah puasa dan 2 jam post prandial

o A1c

o Profil lipid pada keadaan puasa

o Albuminuria

o Keton, sedimen dan protein dalam urin

o Elektrokardiogram

o Foto sinar x data

RESUME

Sejak 5 tahun sebelum pemeriksaan dilakukan pasien

mengaku pertama kali merasakan BAK terutama pada malam

hari sering ±4x/semalam, nafsu makan yang meningkat,

rasa haus yang meningkat, kemudia pasien memeriksakan

diri dan didiagnosa dengan penyakit gula dengan saran

pengobatan rutin dan kontrol. 1 tahun yang lalu pasien

merasakan keluhan semakin menganggu tidur dan

aktifitas, bertambah berat hingga 1,5bulan yang lalu

pasien datang kembali kontrol saat dilakukan

pemeriksaan pasien mengaku tidak rutin konsumsi obat

maupun kontrol, keluhan yang dialami pasien tidak hanya

BAK yang meningkat, makan yang bertambah dan rasa haus

yang bertambah namun disertai adanya penurunan berat

badan dari 80 kg menjadi 60 kg, timbul luka pada kaki

kanan yaitu pada jari manis kaki dengan luka terbuka,

basah, dan berbau, kemudian luka pada telapak kaki

kanan dengan jenis luka yang sama, pasien tidak

mengetahui kapan luka pertama kali muncul dikarenakn

sudah lama mengeluhkan kaki yang awalnya kesemutan

menjadi baal tidak merasakan benda dan nyeri pada luka.

Semanjak timbul luka tersebut pasien mengaku menjadi

sering demam, demam terus menerus terkadang disertai

mengigil, mual namun tidak muntah, nafas yang cepat dan

jantung berdebar apabila demam melanda. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/70 mmHg. Nadi 88

x/ menit, RR 20x/menit, dengan suhu axila 37,9 celcius.

Diagnosa kerja

Sepsis dengan ulkus diabetikum

Rencana penatalaksanaan

1. edukasi

2. kebutuhan gizi

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan

energi.

Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan

Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang

berserat tinggi.

Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang

diabetes

dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain

Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti

gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian

(Accepted-Daily Intake)

Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan

karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat

diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai

bagian dari kebutuhan kalori sehari.

Lemak

Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.

Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak

tidak jenuh tunggal.

Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak

mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:

daging berlemak dan susu penuh (whole milk).

Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.

Protein

Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.

Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan,

udang,cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk

susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein

menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan

energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

Natrium

Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan

anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg

atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.

Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg.

Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,

dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

Serat

Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes

dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah,

dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena

mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik

untuk kesehatan.

Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.

Pemanis alternatif

Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis

tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula

alkohol dan fruktosa.

Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,

mannitol,

sorbitol dan xylitol.

Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan

kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori

sehari.

Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes

karena efek samping pada lemak darah.

Pemanis tak berkaloriyang masih dapat digunakan antara lain

aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose,dan

neotame.

Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman

(Accepted Daily Intake / ADI)

Kebutuhan kalori

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan

memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30

kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada

beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat

badan, dll.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :

Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria.

Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria

sebesar 30 kal/ kg BB.

Umur

Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori

dikurangi 5% untuk dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi

10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%, di

atas usia 70 tahun.

Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

- Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan

intensitasaktivitas fisik.

- Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan

pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas

ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan

aktivitas sangat berat.

Berat Badan

- Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada

tingkat kegemukan

- Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan

kebutuhan untuk meningkatkan BB.

- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang

diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk

wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di

atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),siang

(30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan. Untuk

meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan

dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang diabetes

yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan

dengan penyakit penyertanya.

3. Farmakologis

Klasifikasi Ulkus DM

Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, lesi

pada kaki harus dinilai berdasarkan sistem klasifikasi

yang dapat membantu dalam keputusan terapi dan

menentukan prognosis penyembuhan atau risiko amputasi.

Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menilai gradasi

lesi, salah satunya yang banyak dianut adalah

klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas

Classification System. Sistem klasifikasi ini menilai lesi

bukan hanya faktor dalamnya lesi, tetapi juga menilai

ada tidaknya faktor infeksi dan iskemia. Lesi semakin

berat dan semakin besar risiko dilakukan amputasi bila

sifat lesi semakin ke bawah dan ke arah kanan (tabel

3).

Status Infeksi

Infeksi merupakan ancaman utama amputasi pada penderita

kaki diabetik. Infeksi superfisial di kulit apabila

tidak segera di atas dapat berkembang menembus jaringan

di bawah kulit, seperti otot, tendon, sendi dan tulang,

atau bahkan menjadi infeksi sistemik. Tidak semua ulkus

mengalami infeksi. Adanya infeksi perlu dicurigai

apabila dijumpai peradangan lokal, cairan purulen,

sinus atau krepitasi. Menegakkan adanya infeksi pada

penderita DM tidaklah mudah. Respons inflamasi pada

penderita DM menurun karena adanya penurunan fungsi

lekosit, gangguan neuropati dan vaskular. Demam,

menggigil dan lekositosis tidak dijumpai pada 2/3

pasien dengan infeksi yang mengancam tungkai.Menentukan

ada/tidak infeksi dan derajat infeksi merupakan hal

penting dalam perawatan ulkus DM. Elemen kunci dalam

klasifikasi klinis infeksi ulkus DM disingkat menjami

PEDIS (perfusion, extent/size, depth/tissue loss, infection,

and sensation).

Infeksi dikatagorikan sebagai derajat 1 (tanpa

infeksi), derajat 2 (infeksi ringan: melibatkan

jaringan kulit dan subkutis), derajat 3 (infeksi

sedang: terjadi selulitis luas atau infeksi lebih

dalam) dan derajat 4 (infeksi berat: dijumpai adanya

sepsis). Secara praktis derajat infeksi dapat dibagi

menjadi dua, yaitu infeksi yang tidak mengancam

kaki/non–limb-threatening infections (derajat 1 dan 2), dan

infeksi yang mengancam kaki/limb-threatening infections

(derajat 3 dan 4).

Pada ulkus kaki terinfeksi dan kaki diabetik terinfeksi

(tanpa ulkus) harus dilakukan kultur dan sensitifitas

kuman. Metode yang dipilih dalam melakukan kultur

adalah aspirasi pus/cairan. Namun standar kultur adalah

dari debridemen jaringan nekrotik. Kuman pada infeksi

kaki diabetik bersifat polimikrobial. Staphylococcus dan

Streptococcus merupakan patogen dominan.

Hampir 2/3 pasien dengan ulkus kaki diabetik memberikan

komplikasi osteomielitis. Osteomielitis yang tidak

terdeteksi akan mempersulit penyembuhan ulkus. Oleh

sebab itu setiap terjadi ulkus perlu dipikirkan

kemungkinan adanya osteomielitis. Diagnosis

osteomielitis tidak mudah ditegakkan. Secara klinis

bila ulkus sudah berlangsung >2 minggu, ulkus luas dan

dalam serta lokasi ulkus pada tulang yang menonjol

harus dicurigai adanya osteomielitis. Spesifisitas dan

sensitivitas pemeriksaan rontgen tulang hanya 66% dan

60%, terlebih bila pemeriksaan dilakukan sebelum 10–21

hari gambaran kelainan tulang belum jelas. Seandainya

terjadi gangguan tulang hal ini masih sering sulit

dibedakan antara gambaran osteomielitis atau artropati

neuropati. Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan karena

di samping dapat mendeteksi adanya osteomielitis juga

dapat memberikan informasi adanya osteolisis, fraktur

dan dislokasi gas gangren, deformitas kaki. Uji probe to

bone menggunakan probe logam steril dapat membantu

menegakkan osteomielitis karena memiliki nilai prediksi

positif sebesar 89%. Untuk lebih memastikan

osteomielitis pemeriksaan MRI sangat membantu

karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih

dari 90%. Namun diagnosis pasti osteomielitis tetap

didasarkan pada pemeriksaan kultur tulang.

Penatalaksanaan Keperawatan Ulkus Kaki Diabetik

Penatalaksanaan ulkus diabetik dilakukan secara

komprehensif melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid,

menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga

luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi,

debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif,

profilaktik, kuratif atau emergensi.

Penyakit DM melibatkan sistem multi organ yang akan

mempengaruhi penyembuhan luka. Hipertensi,

hiperglikemia,hiperkolesterolemia, gangguan

kardiovaskular (stroke, penyakit jantung koroner),

gangguan fungsi ginjal, dan sebagainya harus

dikendalikan.

Debridemen

Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting

pada kasus ulkus diabetika. Debridemen dapat didefinisikan

sebagai upaya pembersihkan benda asing dan jaringan

nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih

didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,

fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah

dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan

garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing

(kompres).

Ada beberapa pilihan dalam tindakan debridemen, yaitu

- debridemen mekanik, enzimatik, autolitik, biologik,

debridement bedah.

- Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka

cairan fisiolofis, ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam

rangka untuk membersihkan jaringan nekrotik.

- Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian

enzim eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim

tersebut akan menghancurkan residu residu protein.

Contohnya, kolagenasi

akan melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis

debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan

fibrinolisin.

Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila

seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag

dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan

melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat

hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan kondisi

lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak

sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta

memacu proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang

disterilkan sering digunakan untuk debridemen biologi.

Belatung menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan

jaringan nekrotik.

Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling

cepat dan efisien. Tujuan debridemen bedah adalah untuk :

1. mengevakuasi bakteri kontaminasi,

2. mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat

penyembuhan,

3. Menghilangkan jaringan kalus,

4. mengurangi risiko infeksi lokal.

Mengurangi beban tekanan (off loading)

Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban

yang besar. Pada penderita DM yang mengalami neuropati

permukaan plantar kaki mudah mengalami luka atau luka

menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun

iritasi kronis sepatu yang digunakan.

Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini

tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik

adalah mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off

loading).

Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat

mempercepat kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering

digunakan adalah: mengurangi kecepatan saat berjalan kaki,

istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker,

total contact cast, walker, sepatu boot ambulatory.Total contact cast

merupakan metode off loading yang paling efektif dibandingkan

metode yang lain. Berdasarkan penelitian

Amstrong TCC dapat mengurangi tekanan pada luka secara

signifikan dan memberikian kesembuhan antara 73%-100%.

TCC dirancang mengikuti bentuk kaki dan tungkai, dan

dirancang agar tekanan plantar kaki terdistribusi secara

merata. Telapak kaki bagian tengah diganjal dengan karet

sehingga memberikan permukaan rata dengan telapak kaki sisi

depan dan belakang (tumit).

Tehnik Dressing pada luka Diabetikum

Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan

metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan

lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat

dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak

lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan

permeabel terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu

komponen penting

dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah

bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga

dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Ada beberapa

faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dressing yang

akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat,

ada

tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya. Ada

beberapa jenis dressing yang sering dipakai dalam perawatan

luka, seperti:

hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam, kompres anti mikroba,

dan sebagainya.

Ovington memberikan pedoman dalam memilih dressing yang tepat

dalam menjaga keseimbangan kelembaban luka:

- Kompres harus mampu memberikan lingkungan luka yang lembab

- Gunakan penilaian klinis dalam memilih kompres untuk luka

luka tertentu yang akan diobati

- Kompres yang digunakan mampu untuk menjaga tepi luka tetap

kering selama sambil tetap mempertahankan luka bersifat lembab

- Kompres yang dipilih dapat mengendalikan eksudat dan tidak

menyebabkan maserasi pada luka

- Kompres yang dipilih bersifat mudah digunakan dan yang

bersifat tidak sering diganti

- Dalam menggunakan dressing, kompres dapat menjangkau rongga

luka sehingga dapat meminimalisasi invasi bakteri.

- Semua kompres yang digunakan harus dipantau secara tepat.

Pengendalian Infeksi

Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur

kuman.

Namun sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia

antibiotika harus segera diberikan secara empiris pada kaki

diabetik yang terinfeksi. Antibiotika yang disarankan pada

kaki diabetik terinfeksi. Pada ulkus diabetika ringan/sedang

antibiotika yang diberikan di fokuskan pada patogen gram

positif. Pada ulkus terinfeksi

yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat

polimikrobial (mencakup bakteri gram positif berbentuk coccus,

gram negatif berbentuk batang, dan bakteri anaerob)

antibiotika harus bersifat broadspectrum, diberikan secara

injeksi. Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening infection

dapat diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti:

ampicillin/sulbactam, ticarcillin/clavulanate, piperacillin/

tazobactam, Cefotaxime atau ceftazidime + clindamycin,

fluoroquinolone + clindamycin. Sementara pada infeksi berat yang

bersifat life threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif

antibiotika seperti berikut: ampicillin/sulbactam +aztreonam,

piperacillin/tazobactam + vancomycin, vancomycin + metronbidazole+ceftazidime,

imipenem/cilastatin atau fluoroquinolone + vancomycin + metronidazole. Pada

infeksi berat pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu

atau lebih.

Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih

lama dan sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di

samping pemberian antibiotika juga harus dilakukan reseksi

bedah. Antibiotika diberikan secara empiris, melalui

parenteral

selama 6 minggu dan kemudain dievaluasi kembali melalui foto

radiologi. Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi

sampai bersih pemberian antibiotika dapat dipersingkat,

biasanya memerlukan waktu 2 minggu.