LAPORAN TUTORIAL
Transcript of LAPORAN TUTORIAL
LAPORAN TUTORIAL
I. IDENTITAS PASIEN Nama : tn.ZaUmur : 49 tahun Jeniis kelamin : laki – laki Alamat : setiabudiPekerjaan : mantan supir taxi ( sekarang tidakbekerja )
II. ANAMNESA (Autonamnesis dilakukan di poliklinikpuskesmas setiabudi tanggal 5 agustus 2014)
Keluhan Utama Luka pada kaki kanan
Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke puskesmas dengan keluhan luka di kakikanannya sejak 1,5 bulan yang lalu. Awalnya luka hanyaberupa lubang kecil pada kaki terutama jari manis dantelapak kaki kanan. lama-lama luka menjadi lebih besar,lebih dalam, membengkak dan bernanah. Pasien tidakmengeluhkan nyeri pada luka. Pasien mengaku kaki tidakterkena barang tumpul maupun tajam sebelumnya. Pasienmencoba mengobati lukanya dengan betadine tapi lukatidak kunjung sembuh. Sebelumya pasien sering merasakankesemutan pada kedua kakinya, kemudian pasien jugamerasakan baal sehingga sering mengalami luka,
Pasien juga mengeluh sering demam, demam dirasakanterus menerus, terkadang disertai adanya mengigil,mual, namun tidak muntah. Apabila timbul demam pasienmerasakan nafasnya semakin cepat, jantung berbar –debar disertai rasa lemas.
Pasien mengaku 5 tahun yang lalu pernah mengeluhkankeadaan seperti BAK pada malam hari sebanyak4x/semalam, rasa lapar yang meningkat disertai rasa
haus terus menerus, penurunan berat badan disangkalpasien kemudian pasien memeriksakan diri ke puskesmasdikatakan pasien menderita gula dan dianjurkan untukmeminum obat gula secara rutin. Namun pasien hanyamengkonsumsi obat gula sesekali atau tidak rutinmelakukan kontrol dan meminum obat. 1 tahun terakhirini keluhan pasien semakin bertambah baik BAK padamalam hari,nafsu makan, rasa haus serta penurunan beratbadan dari 80 kg menjadi 60 kg. Hingga sekarang pasienmerasa terganggu dengan keluhan luka pada kakikanannya, serta adanya demam yang muncul hingga saatini.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat dengan gejala yang sama sebelumnya :
disangkal
- Riwayat Diabetes Mellitus : (+) sejak tahun 2006,
tidak rutin minum obat dan kontrol
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat Penyakit maag : disangkal
- Riwayat luka sukar sembuh : disangkal
- Riwayat Alergi obat : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini
- Riwayat Diabetes Mellitus : diakui, bapak pasien
- Riwayat Hipertensi : disangkal.
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal
Riwayat Pengobatan
- Os sudah pernah berobat ke poliklinik 1,5 bulan yang
lalu namun keluhan tidak membaik
- Os minum obat diabetes namun tidak secara rutin
Riwayat Alergi
Alergi makanan, obat-obatan, dan cuaca disangkal
Riwayat kebiasaan :
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Riwayat olahraga : disangkal
- Makan makanan yang manis : sering
- Riwayat makan : sehari 3 (tiga) kali, konsumsi
makanan manis dan asin (+)
- Riwayat memakai sandal : diakui
- Riwayat menggunting kuku : 2 minggu sekali
Sebelum sakit, pasien mengaku makan tidak teratur
tiga hingga empat kali sehari dengan nasi, sayur,
tahu, dan tempe, terkadang daging, telur dan ikan.
Jarang mengkonsumsi buah-buahan. Beberapa hari
terakhir, sejak sakit nafsu makan pasien menurun,
makan dalam jumlah sedikit. Pasien sering
mengkonsumsi makanan asin dan manis, pasien belum
menjaga pola makannya.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang supir taxi namun semenjak 1
bulan - 1,5 bulan keluhan luka pada kaki disertai
dengan demam terus menerus pasien sudah tidak bekerja
lagi.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : T : 130/ 70 mmhg
N : 88 x/menit isi dan tegangan
cukup
R : 20 x/menit
S : 37,9 C
Tinggi badan : tidak dilakukan
Berat badan : 60kg
Kepala : Mesocephal, distribusi rambut merata,
tidak mudah rontok
Mata : Conjunctiva Palpebra Anemis (+/+),
Sclera Ikterik (-/-), pupil isokor
diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)
Telinga : discharge (-), napas cuping hidung (-)
Hidung : secret (-)
Mulut : lidah kotor (-), pernapasan mulut (-)
Kulit : hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran
kelanjar getah bening (-), deviasi trakea
(-)
Thorak
i. Jantung
Inspeksi : ictus codis tampak
Palpasi : kuat angkat, teraba 2 jari, ictus
cordis teraba di ICS 5 linea
midclavikul, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrium (-)
Perkusi
Kanan jantung : ICS 4 linea
parasternalis dextra
Atas jantung: ICS 2 linea parasternal
sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis
sinistra
Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea
midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular,murni,
Kesan : normal
Paru-paru
Depan Dextra
I: Simetris, retraksi
dinding dada (-)
Pal : fremitus kanan =
kiri
Sinistra
I: Simetris,
retraksi dinding
dada (-)
Pal : fremitus kanan
Per: Sonor di kedua
lapangan paru
Aus: suara dasar
vesikuler, suara
tambahan : wheezing
(-), ronchi(-)
Suara dasar
Vesikuler
= kiri
Per: Sonor di kedua
lapangan paru
Aus: suara dasar
vesikuler, suara
tambahan : wheezing
(-), ronchi(-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) N
Palpasi : Supel, nyeri tekan disangkal,
Perkusi : Timpani,
1. Ekstremitas
Superior InferiorAkral dingin
Edema
Sianosis
Ulkus
Pulsasi arteri
dorsalis pedis
Pucat
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
-
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/+)
(+N /↓)
(-/-)
Status lokalis
Inspeksi : terdapat dua buah luka terbuka di kaki
kanan, luka pertama pada telapak kaki dengan panjang 8
(delapan) sentimeter lebar 4 (empat) sentimeter.
Terdapat jari nekrose berwarna hitam pada jari
kelingking pasien, mengenai lapisan dermis, epidermis,
tidak mencapai tendo kaki dan tulang. Luka bernanah.
Luka kedua pada punggung kaki kanan dengan panjang 7
(tujuh) sentimeter lebar 4 (empat) sentimeter, luka
mengenai epidermis, dermis dan tendo. Luka
bernanah.kulit menghitam dari pertengahan betis hingga
kebawah.
Palpasi : perabaan hangat pada kulit (+), krepitasi
(-), pulsasi arteri dorsalis pedis melemah pada kaki
kanan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o gula darah puasa dan 2 jam post prandial
o A1c
o Profil lipid pada keadaan puasa
o Albuminuria
o Keton, sedimen dan protein dalam urin
o Elektrokardiogram
o Foto sinar x data
RESUME
Sejak 5 tahun sebelum pemeriksaan dilakukan pasien
mengaku pertama kali merasakan BAK terutama pada malam
hari sering ±4x/semalam, nafsu makan yang meningkat,
rasa haus yang meningkat, kemudia pasien memeriksakan
diri dan didiagnosa dengan penyakit gula dengan saran
pengobatan rutin dan kontrol. 1 tahun yang lalu pasien
merasakan keluhan semakin menganggu tidur dan
aktifitas, bertambah berat hingga 1,5bulan yang lalu
pasien datang kembali kontrol saat dilakukan
pemeriksaan pasien mengaku tidak rutin konsumsi obat
maupun kontrol, keluhan yang dialami pasien tidak hanya
BAK yang meningkat, makan yang bertambah dan rasa haus
yang bertambah namun disertai adanya penurunan berat
badan dari 80 kg menjadi 60 kg, timbul luka pada kaki
kanan yaitu pada jari manis kaki dengan luka terbuka,
basah, dan berbau, kemudian luka pada telapak kaki
kanan dengan jenis luka yang sama, pasien tidak
mengetahui kapan luka pertama kali muncul dikarenakn
sudah lama mengeluhkan kaki yang awalnya kesemutan
menjadi baal tidak merasakan benda dan nyeri pada luka.
Semanjak timbul luka tersebut pasien mengaku menjadi
sering demam, demam terus menerus terkadang disertai
mengigil, mual namun tidak muntah, nafas yang cepat dan
jantung berdebar apabila demam melanda. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/70 mmHg. Nadi 88
x/ menit, RR 20x/menit, dengan suhu axila 37,9 celcius.
Diagnosa kerja
Sepsis dengan ulkus diabetikum
Rencana penatalaksanaan
1. edukasi
2. kebutuhan gizi
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi.
Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi.
Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted-Daily Intake)
Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat
diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai
bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak
tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
daging berlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
Protein
Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan,
udang,cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg
atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Serat
Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes
dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah,
dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena
mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik
untuk kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
Pemanis alternatif
Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis
tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula
alkohol dan fruktosa.
Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,
mannitol,
sorbitol dan xylitol.
Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes
karena efek samping pada lemak darah.
Pemanis tak berkaloriyang masih dapat digunakan antara lain
aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose,dan
neotame.
Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake / ADI)
Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada
beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
badan, dll.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :
Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria.
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria
sebesar 30 kal/ kg BB.
Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori
dikurangi 5% untuk dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi
10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%, di
atas usia 70 tahun.
Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
- Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan
intensitasaktivitas fisik.
- Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan
pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas
ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan
aktivitas sangat berat.
Berat Badan
- Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada
tingkat kegemukan
- Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan BB.
- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang
diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk
wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di
atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),siang
(30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan. Untuk
meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan
dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang diabetes
yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan
dengan penyakit penyertanya.
3. Farmakologis
Klasifikasi Ulkus DM
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, lesi
pada kaki harus dinilai berdasarkan sistem klasifikasi
yang dapat membantu dalam keputusan terapi dan
menentukan prognosis penyembuhan atau risiko amputasi.
Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menilai gradasi
lesi, salah satunya yang banyak dianut adalah
klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas
Classification System. Sistem klasifikasi ini menilai lesi
bukan hanya faktor dalamnya lesi, tetapi juga menilai
ada tidaknya faktor infeksi dan iskemia. Lesi semakin
berat dan semakin besar risiko dilakukan amputasi bila
sifat lesi semakin ke bawah dan ke arah kanan (tabel
3).
Status Infeksi
Infeksi merupakan ancaman utama amputasi pada penderita
kaki diabetik. Infeksi superfisial di kulit apabila
tidak segera di atas dapat berkembang menembus jaringan
di bawah kulit, seperti otot, tendon, sendi dan tulang,
atau bahkan menjadi infeksi sistemik. Tidak semua ulkus
mengalami infeksi. Adanya infeksi perlu dicurigai
apabila dijumpai peradangan lokal, cairan purulen,
sinus atau krepitasi. Menegakkan adanya infeksi pada
penderita DM tidaklah mudah. Respons inflamasi pada
penderita DM menurun karena adanya penurunan fungsi
lekosit, gangguan neuropati dan vaskular. Demam,
menggigil dan lekositosis tidak dijumpai pada 2/3
pasien dengan infeksi yang mengancam tungkai.Menentukan
ada/tidak infeksi dan derajat infeksi merupakan hal
penting dalam perawatan ulkus DM. Elemen kunci dalam
klasifikasi klinis infeksi ulkus DM disingkat menjami
PEDIS (perfusion, extent/size, depth/tissue loss, infection,
and sensation).
Infeksi dikatagorikan sebagai derajat 1 (tanpa
infeksi), derajat 2 (infeksi ringan: melibatkan
jaringan kulit dan subkutis), derajat 3 (infeksi
sedang: terjadi selulitis luas atau infeksi lebih
dalam) dan derajat 4 (infeksi berat: dijumpai adanya
sepsis). Secara praktis derajat infeksi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu infeksi yang tidak mengancam
kaki/non–limb-threatening infections (derajat 1 dan 2), dan
infeksi yang mengancam kaki/limb-threatening infections
(derajat 3 dan 4).
Pada ulkus kaki terinfeksi dan kaki diabetik terinfeksi
(tanpa ulkus) harus dilakukan kultur dan sensitifitas
kuman. Metode yang dipilih dalam melakukan kultur
adalah aspirasi pus/cairan. Namun standar kultur adalah
dari debridemen jaringan nekrotik. Kuman pada infeksi
kaki diabetik bersifat polimikrobial. Staphylococcus dan
Streptococcus merupakan patogen dominan.
Hampir 2/3 pasien dengan ulkus kaki diabetik memberikan
komplikasi osteomielitis. Osteomielitis yang tidak
terdeteksi akan mempersulit penyembuhan ulkus. Oleh
sebab itu setiap terjadi ulkus perlu dipikirkan
kemungkinan adanya osteomielitis. Diagnosis
osteomielitis tidak mudah ditegakkan. Secara klinis
bila ulkus sudah berlangsung >2 minggu, ulkus luas dan
dalam serta lokasi ulkus pada tulang yang menonjol
harus dicurigai adanya osteomielitis. Spesifisitas dan
sensitivitas pemeriksaan rontgen tulang hanya 66% dan
60%, terlebih bila pemeriksaan dilakukan sebelum 10–21
hari gambaran kelainan tulang belum jelas. Seandainya
terjadi gangguan tulang hal ini masih sering sulit
dibedakan antara gambaran osteomielitis atau artropati
neuropati. Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan karena
di samping dapat mendeteksi adanya osteomielitis juga
dapat memberikan informasi adanya osteolisis, fraktur
dan dislokasi gas gangren, deformitas kaki. Uji probe to
bone menggunakan probe logam steril dapat membantu
menegakkan osteomielitis karena memiliki nilai prediksi
positif sebesar 89%. Untuk lebih memastikan
osteomielitis pemeriksaan MRI sangat membantu
karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih
dari 90%. Namun diagnosis pasti osteomielitis tetap
didasarkan pada pemeriksaan kultur tulang.
Penatalaksanaan Keperawatan Ulkus Kaki Diabetik
Penatalaksanaan ulkus diabetik dilakukan secara
komprehensif melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid,
menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga
luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi,
debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif,
profilaktik, kuratif atau emergensi.
Penyakit DM melibatkan sistem multi organ yang akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Hipertensi,
hiperglikemia,hiperkolesterolemia, gangguan
kardiovaskular (stroke, penyakit jantung koroner),
gangguan fungsi ginjal, dan sebagainya harus
dikendalikan.
Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting
pada kasus ulkus diabetika. Debridemen dapat didefinisikan
sebagai upaya pembersihkan benda asing dan jaringan
nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih
didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,
fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah
dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan
garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing
(kompres).
Ada beberapa pilihan dalam tindakan debridemen, yaitu
- debridemen mekanik, enzimatik, autolitik, biologik,
debridement bedah.
- Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka
cairan fisiolofis, ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam
rangka untuk membersihkan jaringan nekrotik.
- Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian
enzim eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim
tersebut akan menghancurkan residu residu protein.
Contohnya, kolagenasi
akan melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis
debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan
fibrinolisin.
Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila
seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag
dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan
melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat
hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan kondisi
lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak
sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta
memacu proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang
disterilkan sering digunakan untuk debridemen biologi.
Belatung menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan
jaringan nekrotik.
Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling
cepat dan efisien. Tujuan debridemen bedah adalah untuk :
1. mengevakuasi bakteri kontaminasi,
2. mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
3. Menghilangkan jaringan kalus,
4. mengurangi risiko infeksi lokal.
Mengurangi beban tekanan (off loading)
Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban
yang besar. Pada penderita DM yang mengalami neuropati
permukaan plantar kaki mudah mengalami luka atau luka
menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun
iritasi kronis sepatu yang digunakan.
Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini
tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik
adalah mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off
loading).
Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat
mempercepat kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering
digunakan adalah: mengurangi kecepatan saat berjalan kaki,
istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker,
total contact cast, walker, sepatu boot ambulatory.Total contact cast
merupakan metode off loading yang paling efektif dibandingkan
metode yang lain. Berdasarkan penelitian
Amstrong TCC dapat mengurangi tekanan pada luka secara
signifikan dan memberikian kesembuhan antara 73%-100%.
TCC dirancang mengikuti bentuk kaki dan tungkai, dan
dirancang agar tekanan plantar kaki terdistribusi secara
merata. Telapak kaki bagian tengah diganjal dengan karet
sehingga memberikan permukaan rata dengan telapak kaki sisi
depan dan belakang (tumit).
Tehnik Dressing pada luka Diabetikum
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan
metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan
lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat
dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak
lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan
permeabel terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu
komponen penting
dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah
bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga
dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dressing yang
akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat,
ada
tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya. Ada
beberapa jenis dressing yang sering dipakai dalam perawatan
luka, seperti:
hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam, kompres anti mikroba,
dan sebagainya.
Ovington memberikan pedoman dalam memilih dressing yang tepat
dalam menjaga keseimbangan kelembaban luka:
- Kompres harus mampu memberikan lingkungan luka yang lembab
- Gunakan penilaian klinis dalam memilih kompres untuk luka
luka tertentu yang akan diobati
- Kompres yang digunakan mampu untuk menjaga tepi luka tetap
kering selama sambil tetap mempertahankan luka bersifat lembab
- Kompres yang dipilih dapat mengendalikan eksudat dan tidak
menyebabkan maserasi pada luka
- Kompres yang dipilih bersifat mudah digunakan dan yang
bersifat tidak sering diganti
- Dalam menggunakan dressing, kompres dapat menjangkau rongga
luka sehingga dapat meminimalisasi invasi bakteri.
- Semua kompres yang digunakan harus dipantau secara tepat.
Pengendalian Infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur
kuman.
Namun sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia
antibiotika harus segera diberikan secara empiris pada kaki
diabetik yang terinfeksi. Antibiotika yang disarankan pada
kaki diabetik terinfeksi. Pada ulkus diabetika ringan/sedang
antibiotika yang diberikan di fokuskan pada patogen gram
positif. Pada ulkus terinfeksi
yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat
polimikrobial (mencakup bakteri gram positif berbentuk coccus,
gram negatif berbentuk batang, dan bakteri anaerob)
antibiotika harus bersifat broadspectrum, diberikan secara
injeksi. Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening infection
dapat diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti:
ampicillin/sulbactam, ticarcillin/clavulanate, piperacillin/
tazobactam, Cefotaxime atau ceftazidime + clindamycin,
fluoroquinolone + clindamycin. Sementara pada infeksi berat yang
bersifat life threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif
antibiotika seperti berikut: ampicillin/sulbactam +aztreonam,
piperacillin/tazobactam + vancomycin, vancomycin + metronbidazole+ceftazidime,
imipenem/cilastatin atau fluoroquinolone + vancomycin + metronidazole. Pada
infeksi berat pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu
atau lebih.
Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih
lama dan sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di
samping pemberian antibiotika juga harus dilakukan reseksi
bedah. Antibiotika diberikan secara empiris, melalui
parenteral
selama 6 minggu dan kemudain dievaluasi kembali melalui foto
radiologi. Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi
sampai bersih pemberian antibiotika dapat dipersingkat,
biasanya memerlukan waktu 2 minggu.
Daftar Pustaka
http://www.Jurnal -medica.com/images/publication_.pdf
Scheffler NM, 2004 Nov-Dec, Innovative treatment of adiabetic ulcer: a case study. ): 111-2 (journal article -case )
Stolle LB;at all, 2004 Feb; The metabolism of the diabeticfoot. (journal article) ISSN: 0001-6470 PMID: 15022818CINAHL AN: 2009394327