Tutorial Eagle
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Tutorial Eagle
Tutorial Eagle
1. Membuat schematic baru
Buka eagle yang sudah diinstal, kemudian buat new
schematic dengan klik file – new –schematic - maka akan
muncul window baru tempat menggambar schematic
Berikut jendela baru
2. Menyusun schematic diatas editor
Langkah pertama adalah dengan memilih komponen yg
digunakan melalui tombol "ADD" . Jika ada komponen yg
digunakan sejenis dan berulang, hanya diperlukan
pemilihan sekali saja selanjutnya bisa dicopy paste di
editornya
Setelah klik ADD seperti gambar diatas, Maka akan muncul
window seperti berikut
Kemudian kita memilih komponen sesuai yang kita inginkan.
Kami contohkan memlihi mikrokontroler AT-Mega 8535.
Pertama kita cari “Atmel” kemudian pilih MEGA 8535 – P.
Harus diingat jangan sampai memilih, bentuk
mikrokontroller yang asli harus diperhatikan
Kemudian klik OK. Selanjutnya tinggal dilanjutkan lagi
untuk memilih komponen sesuai kebutuhan.
Setelah semua komponen diletakkan di editor maka
dilanjutkan dengan menghubungkan kaki kaki komponen
sesuai keinginan. Toolbar sebelah kiri sangat membantu
pengaturan schematic
Klik wire untuk menghubungkan antar komponen
Setelah semua komponen diletakkan dan disambungkan dengan
wire dalam editor, maka akan muncul seperti berikut (Kami
contohkan Sistem Minimun Atmega 8535)
3. Routing PCB
Setelah semua schematic disusun sesuai keinginan,
lanjutkan menuju ke PCB routing dengan perintah
File==>Switch to Board
Mulanya akan muncul PCB dengan kabel semrawut dan tanpa
grid/kotak seperti gambar dibawah. Pindahkan semua
komponen dengan :toolbal move + toolbar select + drag
mouse ke semua komponen + klik kanan + Move group, ke
dalam kotak PCB layout
Setelah itu susun komponen sesuai keinginan dan
selanjutnya bisa membuat layout PCB secara AUTO dengan
memilih tombol auto route dan memilih jumlah layer pcb yg
diinginkan.
Atau dengan mengatur sendiri tata letak komponen sesuai
estetika masing – masing individu :D
jika ingin kembali ke mode awal sebelum di routing maka
tinggal ikuti urutan ...pilih ripup + pilih select + drag
mouse ke komponen + klik kanan + pilih ripup group
4. Routing manual
Terkadang routing auto akan menghasilkan routing yg aneh2
dan ga masuk akal. Untuk itu perlu dilakukan routing
manual. Toolbar yg penting adalah "ROUTE", "RIPUP" ,
"VIA" dan "RATSNET" sesuai gambar dibawah . Untuk
meroutingkan PCB klik toolbar ROUTE dan klik antara kaki
komponen yg akan di sambung. Ukuran routing dapat dipilih
di toolbar sebelah atas ( "width"). Jika routing manual
tidak memungkinkan maka jurus VIA / Jumper dapat membantu
dengan membuat "AIRWAYS" yg nantinya akan disolder dengan
kabel pada bagian atas PCB
untuk mempercantik PCB dan menghemat waktu "ETCHING",
maka daerah2 yg kosong perlu diberikan suatu gambar
polygon. Pada umumnya polygon juga mewakili sinyal yg
common/dipake berulang di PCB, umumnya sih untuk
menghubungkan semua sinyal ground. Untuk membuatnya
gampang saja, dengan menggambar polygon disekitar
komponen dan menamakannya dengan nama signal yg akan
disambungkan. jika tidak diberi nama maka polygon akan
berdiri sendiri.
dan ketika tombol RATSNET ditekan maka PCB akan menjadi
terhubung seperti ini
tetapi permasalahannya antara polygon dan routing terlalu
mepet...jangan khawatir, kita atur saja jarak antar
routing melalui "DRC RULES"
Setelah itu bisa di print out:D
SISTEM MINIMUM
Apa itu sistem minimun?
Sistem minimum adalah suatu rangkaian yang memungkinkan
sebuah mikrokontroller dapat bekerja. Tanpa adanya
rangkaian ini sebuah mikrokontroller hanyalah barang
kosong yang hanya bisa dipandang. Oleh karena itu
keberadaanya sangatlah PENTING!!
Setiap mikrokontroller mempunyai spesifikasi sismin yang
berbeda2, namun pada mikrokontroller AVR yang sering kita
pakai, hampir sama semuanya, tinggal kita menyesuaikan
port yang tersedia saja. Dalam merancang robot KRPAI,
sebelumnya kita perlu memperkirakan jumlah input dan
output untuk robot tersebut berapa (berapa jumlah
sensor,motor,dll.) jumlah input dan output itu tadi akan
membantu kita menentukan mikrokontroller yang akan kita
pakai. Misalnya kita memerlukan banyak port kita bisa
menggunakan ATMEGA128, atau ada cara lain untuk mengatasi
keperluan tersebut, yaitu dengan komunikasi mikro secara
serial.
Pada KRPAI 2013, Tim Al – Ghozaly menggunakan ATMEGA 128
buatan creative vision.
ATMEga 128 merupakan mikrokontroller keluarga AVR dengan
jumlah pin mencapai 64 pin
Kelebihan Sistem minimun ATMEGA128 buatan creative vision
1. Tidak perlu repot membuat sendiri sismin
2. Port yang tersedia banyak
3. Sudah siap pakai
Kekurangan
1. Jika ada salah satu bagian yang rusak, akan
merepotkan kita untuk memperbaikinya.
2. Untuk space dalam robot, sangat sulit untuk
menyesuaikan kondisi dalam robot, karena bukan
buatan kita sendiri.
Solusi
Lebih baik membuat sistem minimum sendiri, karena
dengan membuat sendiri kita bisa menentukan sendiri
ukuran sistem minimum dengan menyesuaikan space dalam
robot, jika ada kerusakan kita akan lebih mudah
memperbaikinya, menambha ketrampilan kita dalam membuat
elektronika.
Saran kami, gunakan atmega 32, selain memori yang
lebih besar dari atmega 16. Untuk mengoptimalkan
kelemahan dalam jumlah port, lebih baik gunakan serial
komunikasin 2 mikro.
Berikut gambar sistem minimun ATMEGA 16,32 dan 8535
Sensor Cahaya
Sensor garis sering digunakan pada robot line follower
(line tracking) yang berfungsi mendeteksi warna garis
hitam dan putih. Sensor ini biasa dibuat dari LED sebagai
pemancar cahaya lalu LDR ataupun photodioda sebagai
sensor. Dengan memanfaatkan sifat pemantulan cahaya yang
berbeda dari berbagai macam warna dan diaplikasikan pada
rangkaian pembagi tegangan akan bisa dibedakan warna
hitam dan putih. Output dari sensor garis nantinya
dihubungkan ke komparator atau langsung ke mikrokontroler
yang mempunyai fitur adc.
Sedangkan pada robot KRPAI, sensor garis digunakan untuk
mendeteksi jika akan memasuki sebuah ruangan atau
mendeteksi lingkaran tempat lilin berada.
Prinsip Kerja Sensor Garis
Sifat Pemantulan cahaya yang berbeda dari warna.
LED Pada sensor garis berfungsi sebagai pengirim cahaya
ke garis untuk dipantulkan lalu dibaca sensor (photodioda
ataupun LDR). Sifat pemantulan cahaya yang berbeda dari
berbagai macam warna digunakan dalam hal ini. Ketika LED
memancarkan cahaya ke bidang berwarna putih, cahaya akan
dipantulkan hampir semuanya oleh bidang berwarna putih
tersebut. Sebaliknya, ketika LED memancarkan cahaya ke bidang
berwarna gelap atau hitam, maka cahaya akan banyak diserap
oleh bidang gelap tersebut, sehingga cahaya yang sampai ke
sensor (photodioda atau LDR) sedikit. Karena perbedaan cahaya
yang diterima oleh sensor akan menyebabkan hambatan yang
berbeda pula di dalam sensor maka prinsip ini yang digunakan
untuk membedakan pembacaan garis. Gambar dibawah ini adalah
ilustrasi mekanisme pemantulan cahaya sensor garis.
Dari gambar diatas Rbottom biasanya diganti dengan
photodioda. Untuk memperoleh range warna putih dan warna hitam
yang cukup besar, sebaiknya gunakan Rtop sebesar 10k atau 22k.
Sehingga jika menggunakan ADC 8 bit, range warna putih bisa
mencapai <100 dan warna hitam 255. Sehingga dengan perbedaan
yang jauh itulah robot tidak akan bingung jika mendeteksi
sebuah warna berbeda.
Rangkaian ini juga yang dipakai pada robot beroda KRPAI 2013.
Sound aktivasi
Sound aktivasi digunakan untuk mengaktifkan robot KRPAI,
dengan sebuah suara berdasarkan frekuensi yang telah diatur.
Hal ini sesuai regulasi dari KRN 2013.
Sound aktivasi menggunakan LM567 Tone decoder, IC ini mudah
dijumpai di pasaran.
Berikut konfigurasi pin LM 567
Sedangkan rangkaiannya sebagai berikut
Untuk mengatur frekuensinya kita bisa mengatur dengan merubah
C1 sesuai dengan rumus
Sebelumnya kita harus mengatur trimpot R1 sebesar 2,4k.
Setelah itu baru kita menghitung besar C1.
Untuk pemancar kita bisa menggunakan aplikasi di android, atau
dengan membuat dengan IC 555 yang diatur agar mempunyai
frekuensi sama dengan receiver ini.
Driver motor
Aktuator dalam robotika adalah suatu komponen yang sangat
penting, salah satu aktuator yang sering dipakai adalah motor
dc. Dalam penggunaan motor dc yang diperlukan adalah
pengontrolan arah dan pengontrolan kecepatan putar motor dc
tersebut.
Solusi untuk pengontrolan arah putar motor dc adalah
dengan menggunakan driver motor dc berupa h-bridge. Berikut
sedikit penjelasan mengenai h-bridge.
Kenapa disebut H-bridge?? Karena H-bridge adalah hasil
representasi grafis dari rangkaian nya yang menyerupai huruf
H. H-bridge sendiri terdiri dari 4 switch.
Pengaturan yang dilakukan dalam H-bridge adalah
pengaturan switch untuk mengatur polaritas yang diterima
oleh motor dc sehingga arah putar motor dapat berubah.
Seperti yang diilustrasikan gambar berikut
Terlihat ketika S1 dan s4 dalam keadaan on lalu s3 dan s2
off maka terminal motor akan mendapatkan polaritas (+) lalu
motor akan bergerak forward dan sebaliknya jika s1 dan s4
dalam keadaan off lalu s3 dan s2 on maka terminal motor akan
mendapatkan polaritas (-) sehingga motor akan bergerak
reverse.
Dalam implementasinya h-bridge tidak hanya bisa
mengontrol maju atau mundur ada pula fitur brakes, bahkan
untuk h-bridge berbentuk ic sudah bisa mengontrol kecepatan
putar motor dc tersebut.
Beberapa perancangan h-bridge untuk driver motor dc
adalah
1. Menggunakan Relay DC.
2. Menggunakan Transistor.
3. Kombinasi Relay dan Transistor.
4. Menggunakan IC seperti L298, L293d atau EMS 30A.
Pada KRPAI 2013, driver motor yang digunakan adalah EMS 30 A.
EMS (Embedded Module Series) 30 A H-Bridge merupakan driver H-Bridge berbasis
VNH3SP30 yang didisain untuk mengendalikan arah putar motor dengan
arus kontinu hingga 30 A pada tegangan 5,5 Volt sampai 36 Volt (IC
VNH2SP30 hanya sampai 16V). EMS 30 A dilengkapi dengan rangkaian
sensor arus beban yang dapat digunakan sebagai umpan balik ke
pengendali. Modul ini dapat mengendalikan beban-beban induktif
seperti misalnya motor DC, motor stepper, koil relay, selenoida, dan
beban-beban lainnya.
Dimensi : 7,4 cm (p) x 6,1 cm (l) x 1,9 cm (t)