Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia (Makalah PKN)
Transcript of Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia (Makalah PKN)
Makalah PKN
KETAHANAN NASIONAL SEBAGAIGEOSTRATEGI INDONESIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
Deni Suryanda 1206103020071Sabar Ibnu Muarif 1206103020073Mauliza Rizki 1206103020077Cut Rita Zahara 1206103020093Andry Yuwanda 1206103020098
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS SYIAH KUALAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DARUSSALAM BANDA ACEH
i
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan (PKN). Shalawat dan salam kami junjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan makna bagi
kehidupan di dunia ini.
Penulisan makalah ini merupakan perwujudan dari hasil
pemahaman kami berdasarkan dari beberapa sumber bacaan yang
telah kami baca dan kami telah berusaha menyajikan isi makalah
sesuai yang diharapkan oleh dosen pembimbing. Makalah ini kami
susun dengan judul “Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi
Indonesia”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, ini disebabkan karena terbatasnya ilmu yang kami
miliki. Untuk itu masukan dari berbagai pihak sangat kami
harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
ii
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dapat berguna
dan memberikan banyak manfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi para pembaca untuk memperluas wawasan.
Banda Aceh, 23 Mei 2014
Kelompok 8
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I : Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
iii
Bab II : Pembahasan 3
A. Pengertian Ketahanan Nasional 3
B. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia 4
1. Sejarah lahirnya ketahanan Negara 4
2. Ketahanan nasional dalam GBHN 4
C. Unsur-Unsur Ketahanan Nasional 5
1. Gatra dalam ketahanan nasional 5
2. Penjelasan atas tiap gatra dalam ketahanan nasional 7
D. Pembelaan Negara 10
1. Makna bela negara 11
2. Peraturan perundang-undangan tentang bela negara 11
3. Keikutsertaan warga Negara dalam bela Negara 11
E. Indonesia dan Perdamaian Dunia 13
1. Pengertian perdamaian dunia 13
2. Mewujudkan perdamaian dunia 13
3. Partisipasi Indonesia bagi perdamaian dunia 16
Bab III : Penutup 20
Kesimpulan 20
Lampiran 22
Daftar Pustaka 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
iv
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensi dan
mewujudkan cita-citanya perlu memiliki pemahaman mengenai
geopolitik dan geostrategi. Geopolitik adalah cara mencapai
tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis.
Sedangkan geostrategi adalah salah satu cara atau pendekatan
dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-
cita proklamasi dan tujuan nasional.
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa
baik pada masa lampau, kini, manapun mendatang. Geostrategi
menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang telah
menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah
negara sebagai ruang hidup nasional untuk menentukan
kebijakan, sarana dan sasaran perwujudan kepentingan dan
tujuan nasional melalui pembangunan sehingga bangsa itu tetap
eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya
dan Hankam.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para
penyelenggara negara agar dalam hidup berbangsa dan negara
dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan upaya
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Geostrataegi Indonesia pada dasarnyanya adalah strategi
nasional bangsa Indonesia dalam memanfaatkan wilayah negara
republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna merancang
arahan tentang kebijakan, sarana dan sasaran pembangunan untuk
mencapai kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.
v
Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi
”Ketahanan Nasional”. Ketahanan nasional sebagai geostrategi
bangsa Indonesia memiliki pengertian bahwa konsep ketahanan
nasional merupakan pendekatan yang digunakan bangsa Indonesia
dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai cita-cita
dan tujuan nasionalnya. Ketahanan nasional sebagai suatu
pendekatan merupakan salah satu pengertian dan konsepsi
ketahanan nasional itu sendiri.
B.RUMUSAN MASALAH
Ada pun rumusan masalah yang kami dapatkan setelah
membaca latar belakangnya, yaitu :
a. Apakah yang di maksud dengan ketahanan nasional ?
b. Bagaimana sejarah lahirnya ketahanan nasional ?
c. Unsur-unsur apa saja yang termasuk ke dalam ketahanan
nasional ?
d. Bagaimana makna pembelaan Negara, apakah sudah di
terapkan oleh warga
Negara Indonesia ?
e. Apakah Indonesia ikut serta dalam perdamaian dunia ?
C.TUJUAN PENULISAN
Dalam pengembangan geostrategi di Indonesia terdapat
beberapa tujuan yang mendasarinya diantaranya :
a. Memahami maksud dari ketahanan nasional itu sendiri
seperti apa
vi
b. Mengetahui bagaimana sejarah lahirnya ketahanan
nasional
c. Mengetahui unsur-unsur kekuatan nasional menurut para
ahli
d. Memahami makna bentuk pembelaan Negara
e. Keikutsertaan dalam perdamaian dunia
f. Memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen
g. Memberikan pengetahuan bagi pembaca
D.MANFAAT PENULISAN
Ada pun manfaat penulisannya yang didapatkan adalah untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas baik kami maupun
pembaca sekalipun.
BAB II
PEMBAHASAN
KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA
A.Pengertian Ketahanan Nasional
vii
Adapun pengertian ketahanan nasional itu sendiri
merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi
segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Ketahanan
nasional berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan,
dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan
untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan
nasionalnya.
Terdapat pula tiga perspektif atau sudut pandang terhadap
konsepsi ketahanan nasional. Ketiga perspektif tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, perspektif ini
melihat ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran
atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode
atau cara dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya
dalam pembangunan negara.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional
merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang
berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan
penyelenggaraan bernegara. Sebagai doktrin dasar
nasional, konsep ketahanan nasional dimasukkan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) agar setiap
orang, masyarakat dan penyelenggara negara menerima dan
menjalankannya.
viii
Terdapat pula ciri dari ketahanan nasional yaitu untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan,
maka suatu negara perlu pertahanan menghadapi dan mengatasi
tantangan, ancaman dari luar maupun dari dalam negeri.
B.Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia
1. Sejarah Lahirnya Ketahanan NegaraGagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal
tahun 1960-an pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD yg
sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang
meluasnya pengaruh komunisme yg berasal dari Uni Sovyet dan
Cina dalam menguasai daerah-daerah Asia Tenggara, termasuk
Indonesia yang ditandai dengan G 30 S PKI. Berdasarkan
pengalaman tersebut, maka SSKAD mulai memikirkan suatu rencana
dalam meningkatkan keamanan di Indonesia. Pada tahun 1968,
pemikiran yang ada di SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas
(Lembaga Pertahanan Nasional). Tantangan dan ancaman terhadap
bangsa harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan bangsa yg
dimanifestasikan dalam bentuk tameng yang terdiri dari unsur-
unsur ideologi, ekonomi, social, dan militer. Dalam pemikiran
Lemhanas tahun 1968 telah ada kemajuan konseptual berupa
ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yg
berupa ideologi, politik, ekonomi, social, dan militer. Pada
tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan nasional yg menjadi
pertanda ditinggalkannya konsep kekuatan, walaupun di
ketahanan nasional sendiri memakai konsep kekuatan. Konsepsi
ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisiix
dinamis satu bangsa yg mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi atau
mengatasi tantangan, ancaman, dan hambatan dari luar maupun
dalam yang dapat menghancurkan kelangsungan hidup bangsa dan
Negara.
2. Ketahanan Nasional Dalam GBHN
Konsepsi ketahanan nasional pertama kali dimasukkan dalam
GBHN 1973 yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan
ketahanan nasional tahun dalam GBHN 1973 adalah sama dengan
rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari Lemhanas. Konsep
ketahanan nasional berikut perumusan yang demikian berlanjut
pada GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988.
Dalam GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai
konsep ketahanan nasional. Ketahanan nasional dirumuskan
sebagai kondisi dinamis yg merupakan integrasi dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara. perumusan ketahanan
nasional pada GBHN 1993 berlanjut pada GBHN 1998. Konsepsi
ketahanan nasional pada GBHN 1998 adalah rumusan yg terakhir.
Dari rumusan GBHN 1998 dapat disimpulkan bahwa ketahanan
nasional mempunyai 3 makna, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagao metode pendekatan
sebagaimana tercermin dalam rumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana
tercermin dari rumusan kedua.
3. Ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional
sebagaimana tercermin dari rumusan ketiga.
x
Pada wujud pertama, yaitu ketahanan nasional sebagai
pendekatan dimaksudkan konsepsi ketahanan nasional digunakan
sebagai strategi atau cara dalam melaksanakan pembangunan.
Pada wujud kedua, yaitu ketahanan nasional sebagai
kondisi yang dimaksud adalah kondisi yg dinamis yg merupakan
integrasi dari tiap aspek kehidupan bangsa dan negara .
Adapun pada wujud ketiga,yaitu ketahanan nasional sebagai
donkrin dasar nasional menggambarkan kondisi ideal dari bidang
pembangunan.
C.Unsur-Unsur Ketahanan Nasional
1. Gatra dalam Ketahanan Nasional
Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi
kekuatan/ketahanan nasional suatu Negara terdiri atas beberapa
aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara.
a. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou
Unsur ketahanan nasional negara terbagi menjadi beberapa
faktor, yaitu
Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan
sumber daya alam.
Faktor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan
industri, militer, demografi, karakter nasional, modal
nasional, moral nasional, dan kualitas diplomasi.
b. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray
xi
Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua
faktor, yaitu
Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan
industry, dan militer.
Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral
nasional, dan kualitaS kepemimpinan.
c. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins
Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah,
sumberdaya, penduduk, teknologi, idiologi, moral, dan
kepemimpinan.
d. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra
Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu
Alamiah terdiri atas geografi, sumberdaya, dan
penduduk.
Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur
politik, budaya dan moral nasional.
Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijakan
kepemimpinan.
e. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan
Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak
geografi, wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk,
watak nasional, dan sifat pemerintahan.
f. Unsur kekuatan nasional menurut Cline
xii
Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara
potensi demografi dan geografi, kemampuan ekonomi,
militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.
g. Unsur kekuatan nasional model Indonesia
Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan
dengan gatra dalam ketahanan nasional Indonesia.
Pemikiran tentang gatra dalam ketahanan nasional
dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur
kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagatra
yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri
atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri
atas idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan.
Bila dibandingkan perumusan unsur-unsur kekuatan
nasional/ketahanan nasional di atas, pada hakikatnya dapat
dilihat adanya persamaan. Unsur-unsur demikian dianggap
mempengaruhi Negara dalam mengembangkan kekuatan nasionalnya
untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
bersangkutan. Pertanyaan dasarnya adalah dalam kondisi apa
atau bagaimana unsur-unsur tersebut dapat dikatakan mendukung
kekuatan nasional suatu negara. Bila mana suatu unsur justru
dapat melemahkan kekuatan nasional suatu negara?
Pertanyaan demikian dapat diperinci dan diperjelas.
Misalnya, penduduk yang bagaimanakah yang mampu mendukung
kekuatan nasional suatu negara, wilayah atau geografi yang
xiii
seperti apa dapat mengembangkan kekuatan sebuah bangsa, dan
seterusnya. Jawaban eksploratif atas pertanyaan tersebut
sampai pada kesimpulan bahwa pada hakikatnya ketahanan
nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat
diketahui melalui pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu
kurun waktu tertentu. Hasil pengamatan yang mendalam itu akan
menggambarkan tingkat ketahanan nasional. Apakah ketahanan
nasional Indonesia kuat/meningkat atau lemah/menurun. Lemah
atau turunnya tingkat ketahanan nasional akan menurun
kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman yang terjadi. Apakah
pengamatan tersebut kita lakukan pada sejumlah gatra yang ada
pada tingkat wilayah atau regional maka akan menghasilkan
kondisi ketahanan regional.
2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional
a. Unsur atau Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan
nasional negara yang bersangkutan, faktor yang berkaitan
dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut.
Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan,
etos kerja, dan kepribadian.
Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk,
pertumbuhan, persebaran; perataan dan perimbangan
penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan unsur
penduduk adalah faktor moral nasional dan karakter
nasional. Moral nasional menunjukan pada dukungan rakyat
secara penuh terhadap negaranya kita menghadapi ancaman.
xiv
Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus yang
dimiliki suatu bangsa sehingga bias dibedakan dengan
bangsa lain. Moral dan karakter nasional mempengaruhi
ketahanan suatu bangsa.
b. Unsur atau Gatra Wilayah
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara.
Hal yang terkait dengan wilayah negara meliputi:
Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara
kepulawan atau negara kontinental.
Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas
dan negara dengan wilayah yang sempit (kecil).
Posisi geografis, astronomi dan geologis negara.
Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan
ada wilayah yang unhabitable.
c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam
Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam
sebagai elemen ketahanan nasional, meliputi:
Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan
mencakup sumber daya alam hewani, nabati dan tambang.
Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam.
Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa
depan dan lingkungan hidup.
Kontrol sumber daya alam.
d. Unsur atau gatra di Bidang Idiologi
Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena
idiologi bagi suatu bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu
xv
Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat
yang bersangkutan, artinya nilai-nilai yang terkandung
dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju
secara bersama.
Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang
bersangkutan, artinya masyarakat yang banyak dan beragam
itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama
dan menjadikannya bersatu.
e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik
Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi
kekuatan nasional suatu negara. Penyelenggara bernegara dapat
ditinjau dari beberapa aspek, seperti
Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi
atau nondemokrasi.
Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem
presidensiil atau parlementer.
Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau
kerajaan.
Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan
atau negara serikat.
f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan
kekuatan nasional negara yang bersangkutan terlebih di era
global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara.
Kemajuan pusat di bidang ekonomi tertentu saja menjadikan
xvi
negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan dunia.
Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka
mendukung kekuatan ekonomi bangsanya. Sistem ekonomi secara
garis besar dikelompokan menjadi dua macam yaitu sistem
ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Suatu negara
dapat pula mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap sebagai
cerminan dari nilai dan idiologi bangsa yang bersangkutan.
Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem ekonomi Pancasila
yang bercorak kekeluargaan.
g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan
nasional suatu negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang
homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa
yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya.
Contohnya, bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan
bangsa Israel atau bangsa Jepang yang relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat
penting sehingga dapat memperkuat kekuatan nasionalnya.
Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi
kebijakan, yaitu “assimilationist policy” dan “bhinneka tunggal ika policy”
(Winarno, 2002). Strategi pertama dengan cara penghapusan
sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil yang berbeda
menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua dengan cara
penciptaan kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan
lokal, Tidak dapat ditentukan strategi mana yang paling benar.
Negara dapat pula melakukan kombinasi dari keduanya. Kesalahan
xvii
dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke
perpecahan bahkan perang saudara. Misal, perpecahan etnis di
Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di
Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri
Lanka.
h. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok
terutama dalam menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh
karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di tangan
tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan
salah satu fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan
negara sebagai bentuk dari hak dan kewajiban warga negara
dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat menggunakan cara
yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan politik pertahanan
yang dianut oleh negara. Politik pertahanan negara disesuaikan
dengan nilai filosofis bangsa, kepentingan nasional dan
konteks zamannya.
Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur
Astagrata yang meliputi unsur-unsur (1) geografi, (2) kekayaan
alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamana. Unsur
xviii
(1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan disebut
Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.
Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian
holistik, dimana terdapat saling hubungan antara gatra dalam
keseluruhan kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas Pancasila
dalam kehidupan nasional Indonesai tersebut terintegrasi dan
dalam integrasinya dengan Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur
tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional Indonesia,
apabila ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan
disalahsatu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain
dan memengaruhi kondisi secara keseluruhan. Ketahanan Nasional
Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang integrative
dari kondisi dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek
kehidupan.
D.Pembelaan Negara
Apakah bela negara itu? Bela Negara adalah kewajiban
dasar manusia. Juga kehormatan bagi tiap warga negara yang
penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban kepada
Negara dan bangsa
Memang banyak devinisi yang membuat pengertian tentang
arti bela Negara namun pengertian yang pasti Bela Negara
adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
xix
Arti dari bela negara itu sendiri adalah Warga Negara
Indonesia (WNI) yang memiliki tekad, sikap dan perilaku yang
dijiwai cinta NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
rela berkorban demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.
1. Makna Bela NegaraMembela negara merupakan kewajiban sebagai warga negara.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan diatur
dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti
pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum
bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga
yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga
negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh
bersenjata.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam bela negara adalah
cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin pada
Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban bagi bangsa
dan Negara
2. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela
Negara :
a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
b. Pasal 30 UUD 1945
Sampai saat ini undang-undang yang merupakan pelaksanaan
dari pasal 30 UUD 1945 tersebut adalah :
xx
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik
Indonesia
b. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
c. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
3. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara
Konsep Bela Negara dapat diuraikan secara fisik maupun
non-fisik.
a. Bela Negara secara Fisik
Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul bedil"
menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara
fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan
bela negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai
"segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik
Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta
berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara".
b. Bela Negara secara Nonfisik
Bela negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi,
misalnya dengan cara:
1. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai
perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak.
2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui
pengabdian yang tulus kepada masyarakat.
xxi
3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan
berkarya nyata (bukan retorika).
4. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap
hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak Azasi
Manusia.
5. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar
dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt
melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif
dalam melakukan bela negara secara non-fisik ini, maka
berbagai potensi konflik yang merupakan ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya
akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau
militerisme, seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk
membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia.
Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan
hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia.
Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari
luar maupun dalam negeri.
Beberapa contoh bela Negara misalnya melestarikan budaya,
belajar dengan rajin bagi para pelajar, taat akan hukum dan
aturan-aturan negara. Dan ada beberapa contoh bela negara
dalam kehidupan sehari-hari misalnya siskamling, menjaga
xxii
kebersihan, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahian
antar perorangan sampai dengan antar kelompok, meningkatkan
hasil pertanian sehingga dapat mencukupi ketersediaan pangan
daerah dan nasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat
meningkatkan hasil eksport, melestarikan budaya Indonesia dan
tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik nasional
maupun internasional.
E. Indonesia dan Perdamaian Dunia
1. Pengertian Perdamaian Dunia
Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua
pengertian. Pertama, perdamaian adalah kondisi tidak adanya
atau berkurangnya segala jenis kekerasan. Kedua, perdamaian
adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa
yang kita miliki ketika transformasi konflik yang kreatif
berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian selain
merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif
tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase
perkembangan) suatu konflik. Umumnya pemahaman tentang
kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang dilakukan secara
fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti
ini terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada
peniadaan atau perusakan fisik semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak
berhenti di situ. Perdamaian bukan sekedar soal ketiadaan
kekerasan atau pun situasi yang anti kekerasan. Lebih jauh
xxiii
dari itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian keadilan
dan kemajuan. Perdamaian dunia tidak akan dicapai bila tingkat
penyebaran penyakit, ketidakadilan, kemiskinan dan keadaan
putus harapan tidak diminimalisir. Perdamaian bukan soal
penggunaan metode kreatif non-kekerasan terhadap setiap bentuk
kekerasan, tapi semestinya dapat menciptakan sebuah situasi
yang seimbang dan harmoni, yang tidak berat sebelah bagi pihak
yang kuat tetapi sama-sama sederajat dan seimbang bagi semua
pihak. Jadi perdamaian dunia merupakan tiadanya kekerasan,
kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh dunia.
2. Mewujudkan Perdamaian Dunia
Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka
menyerukan peperangan, mungkin saja hati nuraninya telah mati.
Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi tentu akan
memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan
lebih memberikan harapan? Mengapa harus kita persulit?
Sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan, andai saja semua
orang dan seluruh Negara di dunia ini mau bersama-sama “saling
bergandengan tangan” dan berkomitmen untuk terus menyerukan
dan mewujudkan perdamaian dunia.
Sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa
mewujudkan sebuah perdamaian itu sulit. Paradigma bahwa
mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan terus membelenggu
fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala
upaya perdamaian itu sendiri. Penulis terkadang merasa miris,
mengapa begitu mudahnya kita serukan konflik dan peperangan?
Sementara itu begitu sulit hanya untuk sebuah perdamaian yang
xxiv
mana demi kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang lebih
baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa Indonesia khususnya
dan seluruh Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.
Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti
perdamaian dunia akan benar-benar terwujudkan. Tentu yakin
saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan. Harus
ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara
di seluruh penjuru dunia. Selama ini memang sering ada upaya-
upaya diplomasi dan pertemuan antar Negara guna menciptakan
perdamaian dunia. Pada akhirnya yang dihasilkan seperti biasa
yaitu butir-butir kesepakatan atau semacam perjanjian bersama
yang selama ini belum banyak mampu merubah keadaan.
Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang
harus dilakukan demi mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:
a. Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)
Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya
tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan
percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui budaya tiap-
tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami
karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar
budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita
bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam
mewujudkan perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan
cara yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di
masyarakat Indonesia serta dunia.
b. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
xxv
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang
dimaksudkan terkait masalah kesejahteraan dan faktor-faktor
sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya
perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang
sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di
dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera
biasanya akan “tidak perduli” atas isu dan seruan perdamaian.
“Jangankan memikirkan perdamaian dunia, buat makan untuk hidup
sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang
kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan
perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan
Negara di dunia ini.
c. Melalui Pendekatan Politik
Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum
cukup efektif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya
campur tangan politik, dalam artian ada agenda politik yang
menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia.
Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang
memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju
pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya
untuk “melakukan sedikit penekanan” pada Negara-negara yang
saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan justru
membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan
mereka terus dibeli.
d. Melalui Pendekatan Religius (Agama)
xxvi
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti
menginginkan adanya perdamaian. Sebab saya kira tidak ada
agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun
peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang
diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap
kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki
kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di
masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama yang
dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat
harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.
Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah
menemukan masalah-masalah yang terjadi dan sering menimbulkan
masalah di tengah tengah masyarakat yang kurang memahami satu
dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi perdamaian dunia
adalah kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan
yang tidak semena-mena agar tidak terjadi kesalahpahaman dan
konflik atau keributan di tengah masyarakat.
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang
lain untuk bersatu dan berjuang demi mewujudkan perdamaian
dunia. Kita juga harus saling mengalah, tidak egois dan selalu
menghargai orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk
kepentingan kita sendiri tanpa memikirkan dampaknya terhadap
orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan terbentuk dengan
baik. Dari kebersamaan tersebut, akan menjadi awal mula bisa
terbentuknya perdamaian. Setelah terbentuknya kebersamaan juga
diiperlukan kesadaran. Maksud dari kesadaran itu adalah kita
dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita. Contohnya
dengan :
xxvii
Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib
mematuhi peraturan.
Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain
seperti suku, adat-istiadat, agama, ras, dan status
sosial.
Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri
Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin
hubungan sesama dengan baik, sehingga perdamaian dunia akan
cepat terwujud.
3. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia
Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan
perdamaian dunia antara lain ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD,
IMF, UNDP, IDA dan masih banyak yang lainnya, Indonesia juga
peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian
merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka
mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Disisi lain, konstelasi
perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan
bangsa negara Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja
menjadi harapan semua umat manusia termasuk bangsa Indonesia.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang termasuk lima besar
dunia, sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut memberikan
kontribusi nyata bagi perdamaian dunia. Peran serta Indonesia
dalam kancah pemeliharaan perdamaian dunia memang sudah bukan
hal yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade awal
kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk
xxviii
terlibat aktif melaksanakan ketertiban dunia melalui berbagai
misi perdamaian dibawah bendera Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi
perdamaian dunia telah mengalami transformasi yang signifikan
seiring dengan perkembangan lingkungan strategis serta
komitmen bangsa untuk lebih proaktif dalam menyikapi konflik
yang terjadi. Kiprah dan profesionalitas para pejuang
perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen Garuda maupun
civilian experts telah menjadi bukti nyata bahwa bangsa
Indonesia telah mendapatkan kepercayaan dalam mengemban misi
mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi apresiasi yang tinggi
terhadap civilian experts Indonesia yang saat ini bertugas di
misi PBB, tulisan ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah
TNI dalam keterlibatan dan dedikasinya memelihara perdamaian
dunia, serta roadmap menuju peacekeeper kelas dunia.
Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian
yang sulit bagi sebagian bangsa di berbagai kawasan.
Berakhirnya Perang Dunia II dan perang dingin yang ditandai
pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia
bebas dari konflik bersenjata. Perang besar antara kedua
negara raksasa – AS dengan US – memang tidak terjadi, namun
perang kecil dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di
wilayah Balkan, Baltik dan bekas Uni Sovyet, Afrika, Timur
Tengah, perang dan berbagai jenis konflik lain terus
berkecamuk.
Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian
sekaligus upaya yang serius diharapkan oleh banyak negara.
Oleh karena itulah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), sebagai
xxix
organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat
kelengkapan yang dinamakan Dewan Keamanan. Dewan Keamanan PBB
adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga
perdamaian dan keamanan antar negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk
pasukan perdamaian dalam rangka Operasi Pemeliharaan
Perdamaian (OPP). Beberapa contoh pasukan perdamaian tersebut,
sebagai berikut :
a. ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu
pasukan perdamaian PBB untuk perdamaian Vietnam
Selatan.
b. UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), yaitu
pasukan perdamaian PBB sebagai pengawas pertikaian
senjata.
c. UNEF (United Nations Emergency Force), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk Timur Tengah, Korea Utara, dan
Korsel.
d. UNFICYP (United Nations Peace Keeping Force in Cyprus), yaitu
pasukan perdamaian PBB untuk perdamaian di Cyprus.
e. UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and
Pakistan), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk perdamaian
India dan Pakistan.
f. UNOC (United Nastions Operations for Congo), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk Kongo.
g. UNTSO (United Nations Truce Supervision Organization In Palestine),
yaitu pasukan perdamaian PBB untuk Palestina.
h. UNCRO (United Nations Confidence Restorations Operation), yaitu
pasukan perdamaian PBB di Kroasia.
xxx
i. UNPROFOR (United Nations Protection Forces), yaitu pasukan
perdamaian PBB di Bosnia Herzegovina.
j. UNPREDEF (United Preventive Deployment Force), yaitu pasukan
perdamaian PBB di FYROM (Macedonia).
k. UNMIL (United Nations Mission in Liberia), yaitu pasukan
perdamaian PBB di Liberia.
Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya
pemeliharaan perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada
kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun peranannya baik
dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau
Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta
bangsa di bawah bendera PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam
upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan
perdamaian. Keikutsertaan Indonesia dalam operasi pemeliharaan
perdamaian sudah dimulai sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian
dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda atau Konga.
Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda Indonesia telah
diterjunkan keberbagai kawasan konflik bergabung dengan
pasukan perdamaian PBB.
Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8
Januari 1957. Adapun samapai sekarang ini Kontigen Garuda XIIA
terakhir kali diterjunkan ke Libanon sebagai bagian dari UNFIL
( Pasukan Perdamaian PBB di Libanon ) pada September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam
operasi pemeliharaan PBB, Indonesia tercatat sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini, Indonesia
xxxi
sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB, yaitu :
a. Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974.
b. Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996.
c. Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di
Dewan Keamanan ini merupakan cerminan pengakuan masyarakat
internasional terhadap peran dan sumbangan Indonesia selama
ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada
tingkat kawasan maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia
tersebut mencakup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia
di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957,
upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina
Selatan, dalam konteks ASEAN ikut serta menciptakan tatanan
kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta peran aktif
diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-
proliferi nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan
mengemban kepercayaan masyarakat internasional untuk
berpatisipasi menjadi Dewan Keamanan sebagai badan yang
efektif untuk menghadapi tantangan – tantangan global dibidang
perdamaian dan keamanan saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud
dari upaya dibidang diplomasi untuk melaksanakan amanat
Pembukaan UUD 1945 Alenia IV, yang memandatkan Indonesia untuk
turut serta secara aktif dalam upaya menciptakan ketertiban
xxxii
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pembentukan ketahan nasional di suatu bangsa
diperlukan geostrategi sebelumnya agar terwujudnya tujuan
nasional. Dan pengertian geostrategi itu sendiri adalah salah
satu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi
lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan
nasional. Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud
Konsepsi ”Ketahanan Nasional”. Konsepsi ketahanan nasional
Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional
melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang serasi dalam seluruh aspek kehidupan
secara utuh dan menyeluruh berlandaskan Pancasila, dan UUD
1945.
Kemudian rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional
dalam GBHN adanya tiga wujud ketahanan nasional, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan
sebagaimana tercermin dari rumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana
tercermin dari rumusan kedua.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional
sebagaimana tercermin dari rumusan ketiga.
Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi
kekuatan/ketahanan nasional suatu Negara terdiri atas beberapa
xxxiv
aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara, seperti :
1. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou
terbagi menjadi dua factor, yaitu factor tetap dan
factor berubah.
2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray terbagi
menjadi dua factor, yaitu tangible factors dan intangible
factors.
3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer dan Perkins.
4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra
terbagi menjadi tiga, yaitu alamiah, social, dan lain-
lain.
5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan.
6. Unsur kekuatan nasional menurut Cline.
7. Unsur kekuatan nasional menurut model Indonesia terbagi
menjadi dua, yaitu Trigatra dan Pancagatra.
Unsur-Unsur demikian dianggap mempengaruhi Negara dalam
mengembangkan kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan Negara yang bersangkutan.
Dan dalam ketahanan nasional suatu Negara terdapat suatu
hubungan dengan pembelaan Negara. Kegiatan pembelaan Negara
pada dasarnya merupakan usaha dari warga Negara untuk
mewujudkan ketahanan nasional. Dan ini di wajibkan pada warga
Negara sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 27 ayat 3 UUD
1945 yang berbunyi “Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan Negara”.
xxxv
Tak hanya masalah itu, Indonesia pun ikut peran aktif di
dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian dunia
dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan
kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai
pengamat militer, staf militer atau Kontingen Satgas operasi
pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah bendera
PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia
adalah dengan menjadi anggota pasukan perdamaian sudah dimulai
sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal
dengan nama Kontigen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967
sampai saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan keberbagai
kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di
Dewan Keamanan ini merupakan cerminan pengakuan masyarakat
internasional terhadap peran dan sumbangan Indonesia selama
ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada
tingkat kawasan maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia
tersebut mencakup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia
di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957,
upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina
Selatan, dalam konteks ASEAN ikut serta menciptakan tatanan
kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta peran aktif
diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-
proliferi nuklir.
xxxvi
LAMPIRAN
Ideologi, liberalisme, komunisme
Gerakan Komunis (G 30 S/PKI )
DI/TII
Hankam (Pertahanan dan Keamanan)
Kasus lepasnya Tim-Tim ( dis integrasi bangsa )
Ligitan Sipadan ( Malasyia di Indonesia )
Gerakan Aceh Merdeka/GAM
Terorisme/fanatisme agama/ekstrimis
Kasus Madura vs Kalimantan
Kasus Poso
Pasal 27 ayat 3 UUD 1945Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upayapembelaan negara.
Pasal 30 UUD 19451. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan nasional.2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksananakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semestaoleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,sebagai kekuatan pendukung.
3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negarabertugas mempertahankan, melindungi, dan memeliharakeutuhan dan kedaulatan negara.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negarayang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
xxxvii
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, sertamenegakkan hukum.
5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenanganTentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara RepublikIndonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syaratkeikutsertaan warga negara dalam usaha mempertahankan dankeamanan negara, serta hal-hal yang terkait denganpertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarsono. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia.
Winarno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://palasnetwork.blogspot.com/2010/12/ketahanan-nasional-
sebagai-geostrategi.html
http://guildanjing.wordpress.com/2013/06/10/ketahanan-
nasional-sebagai-geostrategi-indonesia/
http://udhermansyah.blogspot.com/2013/06/makalah-ketahanan-
nasional-sebagai.html
xxxviii