latihan 2 PKn kab. bima
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of latihan 2 PKn kab. bima
1
Latihan 2
Identifikasi berbagai identitas masyarakat yang
ada di wilayah kabupaten/kota anda berdasarkan 4
(empat) unsure pembentuk identitas nasional (suku
bangsa, agama, bahasa, dan kebudayaan), kemudian
jelaskan potensinya dalam upaya membangun integrasi
nasional!
Jawaban:
Identifikasi identitas masyarakat kabupaten bima
berdasarkan 4 (empat) unsure pembentuk identitas
nasional dan potensinya dalam upaya membangun
integritas nasional. Kabupaten Bima didiami oleh
penduduk yang berjenis kelamin Laki2 berjumlah 224454
jiwa, dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
226522 jiwa.
A. Identitas masyarakat kabupaten bima berdasarkan 4
(unsur) integritas nasional, yaitu:
a. Suku
Suku adalah golongan sosial yang khusus
bersifat askriptif (ada sejak lahir) yang sama
coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
Ada beberapa suku yang ada di wilayah
kabupaten Bima yaitu :
1. Suku donggo atau Orang Donggo
IIN SATYA NASTITIE1M013017
2
Orang Donggo dikenal sebagai penduduk asli
yang telah menghuni tanah Bima sejak lama.
Mereka sebagian besar menempati wilayah
pegunungan. Karena letaknya yang secara
geografis di atas ketinggian rata-rata tanah
Bima, kehidupan orang Donggo sangat jauh
berbeda dengan kehidupan yang dijalani
masyarakat Bima saat ini.
Masyarakat Donggo mendiami sebagian besar
wilayah kecamatan Donggo sekarang yang dikenal
dengan nama Dou Donggo Di, sebagian lagi
mendiami kecamatan Wawo Tengah (Wawo
pegunungan) seperti Teta, Tarlawi, Kuta,
Sambori, dan Kalodu yang dikenal dengan nama
Dou Donggo Ele. Pada awalnya, penduduk asli ini
tidak semuanya mendiami wilayah pegunungan.
Salah satu alasan mengapa mereka umumnya
mendiami wilayah pegunungan adalah karena
terdesak oleh pendatang-pendatang baru yang
menyebarkan budaya dan agama yang baru pula,
seperti: agama Islam, Kristen, Hindu, atau
Budha.
2. Suku mbojo atau Dou Mbojo
Dou Mbojo yang sekarang dikenal sadalah
para pendatang yang berasal dari daerah-daerah
IIN SATYA NASTITIE1M013017
3
sekitarnya seperti Makassar dan Bugis, yang
mendiami daerah-daerah pesisir Bima. Mereka
umumnya berbaur dengan masyarakat asli dan
bahkan menikahi wanita-wanita penduduk asli
Bima. Para pendatang ini datang pada sekitar
abad ke-15, baik yang datang karena faktor
ekonomi seperti berdagang maupun untuk
menyiarkan agama sebagai mubaliq. Mata
pencaharian mereka cukup bervariasi seperti
halnya bertani, berdagang, nelayan/pelaut, dan
sebagian lagi sebagai pejabat dan pegawai
pemerintah.
3. Suku arab dan melayu
Orang Arab dan Melayu Orang Melayu umumnya
berasal dari Minangkabau dan daerah-daerah lain
di Sumatera, baik sebagai pedagang maupun
sebagai mubaliq. Jumlah mereka termasuk
minoritas, yang pada awalnya menempati daerah
Bima pesisir Teluk Bima, Kampung Melayu dan
Benteng.
Terdorong oleh arus mobilitas penduduk yang
cukup cepat, sekarang sebagian besar mereka
telah membaur ke wilayah-wilayah pedalaman
bersama masyarakat Bima lainnya. Orang Arab pun
datang ke Bima sebagai pedagang dan mubaliq.
IIN SATYA NASTITIE1M013017
4
b. Agama
Pada kabupaten bima terdapat beberapa agama
yang dianut oleh masyarakat Bima, yaitu:
1. Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama
Islam yaitu sekitar 97,38%. Yang ditandai
dengan adanya sarana peribadatan di kabupaten
bimaa terdiri dari Masjid sebanyak 51 unit, dan
Langgar/Mushola 89 unit.
Masjid ini adalah masjid Penaraga, karena
letaknya di Kelurahan Penaraga Kota Bima,
tepatnya di Jalan Soekarno–Hatta.
2. memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 0,89%,
3. beragama Kristen Katholik sebesar 0,62% dan
4. Hindu/Budha sekitar 1,11%. Yang ditandai dengan
adanya Pura/Wihara 3 unit sebagai sarana
peribadahan.
5. Kepercayaan asli orang Bima disebut pare no
bongi, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek
moyang yang masih dipercayai oleh masyarakat
Bima sekarang khususnya yang berada di desa-
desa.
IIN SATYA NASTITIE1M013017
5
c.Bahasa
Ada beberapa bahasa yang digunakan oleh
masyarakat bima, yaitu:
1. Bahasa Bima
Bahasa Bima terdiri atas berbagai dialek,
yaitu: dialek Bima, Bima Donggo dan Sangiang.
Bahasa ini membedakan bahasa halus dan kasar.
Bahasa yang mereka pakai ini termasuk kelompok
Melayu Polynesia. Dalam dialek bahasanya,
mereka sering menggunakan huruf hidup dalam
akhiran katanya, jarang menggunakan huruf
hidup. Misalnya kata “jangang” diucapkan
menjadi “janga” dalam bahasa Indonesia “ Ayam”.
2. Bahasa Jawa kuno kadang-kadang masih digunakan
sebagai bahasa halus di Bima.
Asal usulnya bahasa :
Suku ini menggunakan Bahasa Bima atau
Nggahi Mbojo. Menurut sejarahnya, suku Bima
mempunyai 7 pemimpin di setiap daerah yang
disebut Ncuhi. Pada masa pemberontakan di
Majapahit, salah satu dari Pandawa Lima, Bima,
melarikan diri ke Bima melalui jalur selatan
agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan
langsung diangkat oleh para Ncuhi sebagai Raja
Bima pertama. Namun Sang Bima langsung
IIN SATYA NASTITIE1M013017
6
mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau
kembali lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya
untuk memerintah di Kerajaan Bima.
3. Bahasa asli Bima, yang saat ini masih hidup dan
berkembang di kalangan masyarakat Sambori.
d. Kebudayaan
Indonesia memiliki banyak suku yang
beragam menyebabkan bermacam budaya atau
kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia yang
berbeda. Contohnya kebudayaan atau kebiasaan
orang Jawa berbeda dengan kebudayaan orang Bima
bahkan di kabupaten Bima sendiri kebudayaan
atau adat setiap desa ada yang berbeda.
Beberapa kebudaayan yang ada di kabupaten Bima,
yaitu:
1. Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut
“Pacoa Jara”
Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut
“Pacoa Jara” tampaknya makin marak di Bima.
Paling tidak pacuan kuda diselenggarakan 2 kali
setahun, yaitu pada hari-hari besar seperti
Hari Proklamasi (Agustus) dan Hari Pemuda
(Oktober). Acara ini diselenggarakan di Panda.
IIN SATYA NASTITIE1M013017
7
2. Terdapat beberapa tarian khas bima, antara lain:
a. Tarian khas buja kadanda.
"Buja Kadanda": tarian ini konon di lakoni oleh
para prajurit kerajaan kesultanan Bima pada
masa itu, tarian ini mengadu keperkasaan dan
ketangkasan para prajurit kerajaan sedangkan
alat pemukul adalah rotan dan di bantu dengan
perisai yang terbuat dari kulit kerbau.
b. Tarian kalero yang berasal dari daerah Donggo
lama.
Kalero adalah tarian dan nyanyian yang
berisi ratapan, pujian, pengharapan dan
penghormatan terhadap arwah.
c. Tarian Wura bongi monca
Wura Bongi Monca adalah sebuah tradisi
Bima NTB yang masih ada saat ini. Tradisi dari
IIN SATYA NASTITIE1M013017
8
leluhur yang dikatakan memberi berkah dalam
kehidupan.
3. Upacara U’a Pua
Upacara U’a Pua merupakan sebuah tradisi
masyarakat bima yang dipengaruhi oleh ajaran
Islam. Upacara U’a Pua dilaksanakan bersamaan
dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang
juga dirangkai dengan penampilan atraksi Seni
Budaya masyarakat Suku Mbojo (Bima) yang
berlangsung selama 7 hari.Prosesi U’a Pua diawali
dengan Pawai dari Istana Bima yang diikuti oleh
semua Laskar Kesultanan, Keluarga Istana, Group
Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari
Lenggo yang dilengkapi dengan Upacara Ua Pua.
Selama proses pawai berlangsung Group Kesenian
terus memainkan Genda Mbojo, Silu dan Genda
Lenggo. Ketika memasuki Istana, Penunggang Kuda
menari dengan suka ria (Jara Sara’u), Sere, Soka
dan lain-lain sampai Ketua Rombongan bertemu
dengan Sultan yang diiringi dengan Penari Lenggo.
IIN SATYA NASTITIE1M013017
9
Pada sa’at itu diserahkan ”Sere Pua” dan Al-
Qur’an kepada Sultan.
4. Pakaian adat dan cara berpakaian:
a. Rimpu
Merupakan budaya berpakaian wanita Bima yaitu
dengan menggunakan 2 buah kain sebagai
pakaian. Rimpu terdiri dari 2 jenis, yaitu:
jenis pertama memperlihatkan seluruh wajah,
rinpu jenis ini dinamakan rimpu colo, rimpu ini
pada umumnya digunakan oleh kaum wanita tua.
Sedangkan, jenis kedua adalah rimpu yang
hanya memperlihatkan mata saja. Rimpu yang
zaman dulu digunakan oleh para gadis,
dinamakan rimpu mpida.
b. Baju bodo (baju khas suku mbojo atau bima)
IIN SATYA NASTITIE1M013017
10
c.Baju khas suku donggo
5. Bangunan bersejarah dan merupakan tempat
rekreasi, antara lain:
a. Asi mbojo
Museum Asi Mbojo (Asi dalam bahasa Bima
berarti Istana) merupakan bekas istana
Kesultanan Bima. Bangunannya merupakan
perpaduan antara arsitektur Mbojo dan Belanda.
Dengan berakhirnya masa kesultanan pada tahun
IIN SATYA NASTITIE1M013017
11
1952, kemegahan istana ini juga mulai sirna.
Pada tahun 1980 di saat pemerintahan Bupati
H.Oemarharoen B.Sc istana yang hampir runtuh
ini segera diperbaiki dan dipugar. Oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kemudian
dijadikan Benda Cagar Budaya.
6. Antraksi musik
a. Mpa’a Gantao
Mpa’a Gantao adalah salah salah satu
jenis kesenian musik rakyat yang telah tumbuh
sejak zaman kesultanan Bima. Atraksi keseniaan
ini diperkirakan ada sejak masa pemerintahan
Sultan Abdul Khair Sirajuddin( 1648-
1685).Atraksi kesenian ini cukup popular bagi
masyarakat Bima, karena hingga saat ini masih
tetap eksis dan dipertunjukkan dalam berbagai
acara dan hajatan baik di lingkup Pemerintah
Daerah maupun masyarakat. Biasanya Gantao
dipertunjukkan pada acara hajatan pernikahan
maupun sunatan.
7. Prosesi Adat pernikahan
IIN SATYA NASTITIE1M013017
12
a. Peta Kapanca
Peta Kapanca Adalah Tradisi upacara
Perkawinan yang dilakukan oleh mempelai wanita
untuk mempersiapkan diri menjadi Ratu yang
akan mengakhiri masa lajangnya.
B. Potensi identitas nasional di kabupaten Bima dalam
membangun integrasi nasional.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses
mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada
suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan
keselarasan secara nasional. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat
besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di
satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam
Indonesia secara bijak atau mengelola budaya
budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat,
namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal
IIN SATYA NASTITIE1M013017
13
ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang
melimpah itu akan menghasilkan karakter atau
manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu diperlukan hal-hal berikut
agar integrasi nasional atau semboyan Indonesia
”Bhinneka Tunggal Ika” artinya berbeda-beda tetap satu
jua, sebagai berikut:
a. Saling mempelajari budaya satu sama lain agar
mengerti perbedaan yang ada.
b. Toleransi budaya harus dijunjung tinggi yaitu
memahami setiap budaya yang ada.
c. Menghargai budaya lain yaitu tidak mengangap
rendah budaya dari suku lain demi terciptanya
persaudaraan.
d. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa
sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan,
agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di
kalangan rakyat Indonesia
IIN SATYA NASTITIE1M013017