latihan 2 PKn kab. bima

13
1 Latihan 2 Identifikasi berbagai identitas masyarakat yang ada di wilayah kabupaten/kota anda berdasarkan 4 (empat) unsure pembentuk identitas nasional (suku bangsa, agama, bahasa, dan kebudayaan), kemudian jelaskan potensinya dalam upaya membangun integrasi nasional! Jawaban: Identifikasi identitas masyarakat kabupaten bima berdasarkan 4 (empat) unsure pembentuk identitas nasional dan potensinya dalam upaya membangun integritas nasional. Kabupaten Bima didiami oleh penduduk yang berjenis kelamin Laki2 berjumlah 224454 jiwa, dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 226522 jiwa. A. Identitas masyarakat kabupaten bima berdasarkan 4 (unsur) integritas nasional, yaitu: a. Suku Suku adalah golongan sosial yang khusus bersifat askriptif (ada sejak lahir) yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Ada beberapa suku yang ada di wilayah kabupaten Bima yaitu : 1. Suku donggo atau Orang Donggo IIN SATYA NASTITI E1M013017

Transcript of latihan 2 PKn kab. bima

1

Latihan 2

Identifikasi berbagai identitas masyarakat yang

ada di wilayah kabupaten/kota anda berdasarkan 4

(empat) unsure pembentuk identitas nasional (suku

bangsa, agama, bahasa, dan kebudayaan), kemudian

jelaskan potensinya dalam upaya membangun integrasi

nasional!

Jawaban:

Identifikasi identitas masyarakat kabupaten bima

berdasarkan 4 (empat) unsure pembentuk identitas

nasional dan potensinya dalam upaya membangun

integritas nasional. Kabupaten Bima didiami oleh

penduduk yang berjenis kelamin Laki2 berjumlah 224454

jiwa, dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak

226522 jiwa.

A. Identitas masyarakat kabupaten bima berdasarkan 4

(unsur) integritas nasional, yaitu:

a. Suku

Suku adalah golongan sosial yang khusus

bersifat askriptif (ada sejak lahir) yang sama

coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.

Ada beberapa suku yang ada di wilayah

kabupaten Bima yaitu :

1. Suku donggo atau Orang Donggo

IIN SATYA NASTITIE1M013017

2

Orang Donggo dikenal sebagai penduduk asli

yang telah menghuni tanah Bima sejak lama.

Mereka sebagian besar menempati wilayah

pegunungan. Karena letaknya yang secara

geografis di atas ketinggian rata-rata tanah

Bima, kehidupan orang Donggo sangat jauh

berbeda dengan kehidupan yang dijalani

masyarakat Bima saat ini.

Masyarakat Donggo mendiami sebagian besar

wilayah kecamatan Donggo sekarang yang dikenal

dengan nama Dou Donggo Di, sebagian lagi

mendiami kecamatan Wawo Tengah (Wawo

pegunungan) seperti Teta, Tarlawi, Kuta,

Sambori, dan Kalodu yang dikenal dengan nama

Dou Donggo Ele. Pada awalnya, penduduk asli ini

tidak semuanya mendiami wilayah pegunungan.

Salah satu alasan mengapa mereka umumnya

mendiami wilayah pegunungan adalah karena

terdesak oleh pendatang-pendatang baru yang

menyebarkan budaya dan agama yang baru pula,

seperti: agama Islam, Kristen, Hindu, atau

Budha.

2. Suku mbojo atau Dou Mbojo

Dou Mbojo yang sekarang dikenal sadalah

para pendatang yang berasal dari daerah-daerah

IIN SATYA NASTITIE1M013017

3

sekitarnya seperti Makassar dan Bugis, yang

mendiami daerah-daerah pesisir Bima. Mereka

umumnya berbaur dengan masyarakat asli dan

bahkan menikahi wanita-wanita penduduk asli

Bima. Para pendatang ini datang pada sekitar

abad ke-15, baik yang datang karena faktor

ekonomi seperti berdagang maupun untuk

menyiarkan agama sebagai mubaliq. Mata

pencaharian mereka cukup bervariasi seperti

halnya bertani, berdagang, nelayan/pelaut, dan

sebagian lagi sebagai pejabat dan pegawai

pemerintah.

3. Suku arab dan melayu

Orang Arab dan Melayu Orang Melayu umumnya

berasal dari Minangkabau dan daerah-daerah lain

di Sumatera, baik sebagai pedagang maupun

sebagai mubaliq. Jumlah mereka termasuk

minoritas, yang pada awalnya menempati daerah

Bima pesisir Teluk Bima, Kampung Melayu dan

Benteng.

Terdorong oleh arus mobilitas penduduk yang

cukup cepat, sekarang sebagian besar mereka

telah membaur ke wilayah-wilayah pedalaman

bersama masyarakat Bima lainnya. Orang Arab pun

datang ke Bima sebagai pedagang dan mubaliq.

IIN SATYA NASTITIE1M013017

4

b. Agama

Pada kabupaten bima terdapat beberapa agama

yang dianut oleh masyarakat Bima, yaitu:

1. Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama

Islam yaitu sekitar 97,38%. Yang ditandai

dengan adanya sarana peribadatan di kabupaten

bimaa terdiri dari Masjid sebanyak 51 unit, dan

Langgar/Mushola 89 unit.

Masjid ini adalah masjid Penaraga, karena

letaknya di Kelurahan Penaraga Kota Bima,

tepatnya di Jalan Soekarno–Hatta.

2. memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 0,89%,

3. beragama Kristen Katholik sebesar 0,62% dan

4. Hindu/Budha sekitar 1,11%. Yang ditandai dengan

adanya Pura/Wihara 3 unit sebagai sarana

peribadahan.

5. Kepercayaan asli orang Bima disebut pare no

bongi, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek

moyang yang masih dipercayai oleh masyarakat

Bima sekarang khususnya yang berada di desa-

desa.

IIN SATYA NASTITIE1M013017

5

c.Bahasa

Ada beberapa bahasa yang digunakan oleh

masyarakat bima, yaitu:

1. Bahasa Bima

Bahasa Bima terdiri atas berbagai dialek,

yaitu: dialek Bima, Bima Donggo dan Sangiang.

Bahasa ini membedakan bahasa halus dan kasar.

Bahasa yang mereka pakai ini termasuk kelompok

Melayu Polynesia. Dalam dialek bahasanya,

mereka sering menggunakan huruf hidup dalam

akhiran katanya, jarang menggunakan huruf

hidup. Misalnya kata “jangang” diucapkan

menjadi “janga” dalam bahasa Indonesia “ Ayam”.

2. Bahasa Jawa kuno kadang-kadang masih digunakan

sebagai bahasa halus di Bima.

Asal usulnya bahasa :

Suku ini menggunakan Bahasa Bima atau

Nggahi Mbojo. Menurut sejarahnya, suku Bima

mempunyai 7 pemimpin di setiap daerah yang

disebut Ncuhi. Pada masa pemberontakan di

Majapahit, salah satu dari Pandawa Lima, Bima,

melarikan diri ke Bima melalui jalur selatan

agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan

langsung diangkat oleh para Ncuhi sebagai Raja

Bima pertama. Namun Sang Bima langsung

IIN SATYA NASTITIE1M013017

6

mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau

kembali lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya

untuk memerintah di Kerajaan Bima.

3. Bahasa asli Bima, yang saat ini masih hidup dan

berkembang di kalangan masyarakat Sambori.

d. Kebudayaan

Indonesia memiliki banyak suku yang

beragam menyebabkan bermacam budaya atau

kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia yang

berbeda. Contohnya kebudayaan atau kebiasaan

orang Jawa berbeda dengan kebudayaan orang Bima

bahkan di kabupaten Bima sendiri kebudayaan

atau adat setiap desa ada yang berbeda.

Beberapa kebudaayan yang ada di kabupaten Bima,

yaitu:

1. Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut

“Pacoa Jara”

Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut

“Pacoa Jara” tampaknya makin marak di Bima.

Paling tidak pacuan kuda diselenggarakan 2 kali

setahun, yaitu pada hari-hari besar seperti

Hari Proklamasi (Agustus) dan Hari Pemuda

(Oktober). Acara ini diselenggarakan di Panda.

IIN SATYA NASTITIE1M013017

7

2. Terdapat beberapa tarian khas bima, antara lain:

a. Tarian khas buja kadanda.

"Buja Kadanda": tarian ini konon di lakoni oleh

para prajurit kerajaan kesultanan Bima pada

masa itu, tarian ini mengadu keperkasaan dan

ketangkasan para prajurit kerajaan sedangkan

alat pemukul adalah rotan dan di bantu dengan

perisai yang terbuat dari kulit kerbau.

b. Tarian kalero yang berasal dari daerah Donggo

lama.

Kalero adalah tarian dan nyanyian yang

berisi ratapan, pujian, pengharapan dan

penghormatan terhadap arwah.

c. Tarian Wura bongi monca

Wura Bongi Monca adalah sebuah tradisi

Bima NTB yang masih ada saat ini. Tradisi dari

IIN SATYA NASTITIE1M013017

8

leluhur yang dikatakan memberi berkah dalam

kehidupan.

3. Upacara U’a Pua

Upacara U’a Pua merupakan sebuah tradisi

masyarakat bima yang dipengaruhi oleh ajaran

Islam. Upacara U’a Pua dilaksanakan bersamaan

dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang

juga dirangkai dengan penampilan atraksi Seni

Budaya masyarakat Suku Mbojo (Bima) yang

berlangsung selama 7 hari.Prosesi U’a Pua diawali

dengan Pawai dari Istana Bima yang diikuti oleh

semua Laskar Kesultanan, Keluarga Istana, Group

Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari

Lenggo yang dilengkapi dengan Upacara Ua Pua.

Selama proses pawai berlangsung Group Kesenian

terus memainkan Genda Mbojo, Silu dan Genda

Lenggo. Ketika memasuki Istana, Penunggang Kuda

menari dengan suka ria (Jara Sara’u), Sere, Soka

dan lain-lain sampai Ketua Rombongan bertemu

dengan Sultan yang diiringi dengan Penari Lenggo.

IIN SATYA NASTITIE1M013017

9

Pada sa’at itu diserahkan ”Sere Pua” dan Al-

Qur’an kepada Sultan.

4. Pakaian adat dan cara berpakaian:

a. Rimpu

Merupakan budaya berpakaian wanita Bima yaitu

dengan menggunakan 2 buah kain sebagai

pakaian. Rimpu terdiri dari 2 jenis, yaitu:

jenis pertama memperlihatkan seluruh wajah,

rinpu jenis ini dinamakan rimpu colo, rimpu ini

pada umumnya digunakan oleh kaum wanita tua.

Sedangkan, jenis kedua adalah rimpu yang

hanya memperlihatkan mata saja. Rimpu yang

zaman dulu digunakan oleh para gadis,

dinamakan rimpu mpida.

b. Baju bodo (baju khas suku mbojo atau bima)

IIN SATYA NASTITIE1M013017

10

c.Baju khas suku donggo

5. Bangunan bersejarah dan merupakan tempat

rekreasi, antara lain:

a. Asi mbojo

Museum Asi Mbojo (Asi dalam bahasa Bima

berarti Istana) merupakan bekas istana

Kesultanan Bima. Bangunannya merupakan

perpaduan antara arsitektur Mbojo dan Belanda.

Dengan berakhirnya masa kesultanan pada tahun

IIN SATYA NASTITIE1M013017

11

1952, kemegahan istana ini juga mulai sirna.

Pada tahun 1980 di saat pemerintahan Bupati

H.Oemarharoen B.Sc istana yang hampir runtuh

ini segera diperbaiki dan dipugar. Oleh

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kemudian

dijadikan Benda Cagar Budaya.

6. Antraksi musik

a. Mpa’a Gantao

Mpa’a Gantao adalah salah salah satu

jenis kesenian musik rakyat yang telah tumbuh

sejak zaman kesultanan Bima. Atraksi keseniaan

ini diperkirakan ada sejak masa pemerintahan

Sultan Abdul Khair Sirajuddin( 1648-

1685).Atraksi kesenian ini cukup popular bagi

masyarakat Bima, karena hingga saat ini masih

tetap eksis dan dipertunjukkan dalam berbagai

acara dan hajatan baik di lingkup Pemerintah

Daerah maupun masyarakat. Biasanya Gantao

dipertunjukkan pada acara hajatan pernikahan

maupun sunatan.

7. Prosesi Adat pernikahan

IIN SATYA NASTITIE1M013017

12

a. Peta Kapanca

Peta Kapanca Adalah Tradisi upacara

Perkawinan yang dilakukan oleh mempelai wanita

untuk mempersiapkan diri menjadi Ratu yang

akan mengakhiri masa lajangnya.

B. Potensi identitas nasional di kabupaten Bima dalam

membangun integrasi nasional.

Integrasi nasional adalah usaha dan proses

mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada

suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan

keselarasan secara nasional. Seperti yang kita

ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat

besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di

satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi

bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam

Indonesia secara bijak atau mengelola budaya

budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat,

namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal

IIN SATYA NASTITIE1M013017

13

ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang

melimpah itu akan menghasilkan karakter atau

manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat

mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu diperlukan hal-hal berikut

agar integrasi nasional atau semboyan Indonesia

”Bhinneka Tunggal Ika” artinya berbeda-beda tetap satu

jua, sebagai berikut:

a. Saling mempelajari budaya satu sama lain agar

mengerti perbedaan yang ada.

b. Toleransi budaya harus dijunjung tinggi yaitu

memahami setiap budaya yang ada.

c. Menghargai budaya lain yaitu tidak mengangap

rendah budaya dari suku lain demi terciptanya

persaudaraan.

d. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa

sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan,

agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di

kalangan rakyat Indonesia

IIN SATYA NASTITIE1M013017