Tugas pkn (gabby)

31
KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA “TRAGEDI TRISAKTI”

Transcript of Tugas pkn (gabby)

KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

“TRAGEDI TRISAKTI”

 

KATA PENGANTAR

 

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

 

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha

bijaksana yang telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada

hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam semoga

tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya

degan suri tauladan-Nya yang

baik

.                                                              

                                                               

                 

Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan

anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat

menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan

tentang  KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA  , semua ini

dirangkum dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap

permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan

akurat .

Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang

merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan dibahas

dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan masuk pada inti

pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah

ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan

tentang  KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA  Akhirnya, kami

penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu proses pembuatan makalah ini.

 Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna

untuk menjadi lebih sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan

saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada saya demi

memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini

bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

 

 

Lamongan, 31 Desember 2013

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri

setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai

akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak jarang menimbulkan

gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada

dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan

pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu

lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami

kemajuan dalam bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya.

Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang

komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring

dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering

terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun makalah

yang berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di

Indonesia”,untuk memberikan informasi tentang apa itu

pelanggaran HAM.

 

C.    RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi

Manusia” , maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

1.     Apa pengertian pelanggaran HAM ?

2.     Apa saja macam-macam pelanggaran HAM?

3.     Apa contoh pelanggaran HAM di Indonesia?

4.     Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM?

 

 

B.     TUJUAN PERMASALAHAN

Tujuan dari mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi

manusia di Indonesia yaitu:

1.    Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.

2.    Untuk mengetahui macam-macam pelanggaran HAM.

3.    Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia.

4.    Upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.   PENGERTIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

 

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud

dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah  setiap perbuatan

seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik

disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara

hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak

asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh

undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak

akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar

berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM,

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau

kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau

kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak

didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh

penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme

hukum yang berlaku.

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan

pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun

oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak

asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan

alasan rasional yang menjadi pijakanya.

 

B.   MACAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

 

Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

  Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

1.    Pembunuhan masal (genosida)

Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan

maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau

sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara

melakukan tindakan kekerasan (UUD No.26/2000 Tentang

Pengadilan HAM).

 

2.    Kejahatan Kemanusiaan

Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan

berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap

penduduk sipil seperti pengusiran penduduk secara paksa,

pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.

  Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

1.        Pemukulan

2.        Penganiayaan

3.        Pencemaran nama baik

4.        Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

5.        Menghilangkan nyawa orang lain

 

 

C.      CONTOH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

 

Tragedi Trisakti sulut api reformasi 1998

 

LIMA belas tahun yang lalu, enam mahasiswa Universitas

Trisakti tewas tertembus peluru polisi. Mereka menjadi martir

saat melakukan aksi demonstrasi menolak pemilihan kembali

Soeharto sebagai Presiden, pada 12 Mei 1998 silam. Kematian

pejuang pro demokrasi itu, dengan cepat menyebar dan membakar

amarah rakyat.

Peristiwa itu terjadi saat ribuan mahasiswa menggelar

longmarch dari kampus Trisakti di Grogol, menuju Gedung

DPR/MPR di Slipi Jakarta. Namun, baru sampai depan kampus,

mereka sudah dihadang ratusan polisi bersenjata lengkap dengan

posisi siap menembak. Meski dihadapkan dengan moncong sejata,

pemuda-pemudi pemberani ini tak gentar.

Mereka tetap melangsungkan aksi demonstrasi dengan

menggelar mimbar bebas di jalan selama berjam-jam. Polisi yang

kesal kemudian menyuruh mahasiswa masuk, sambil mengancam akan

menembak jika mereka tak mendengar.

Mahasiswa pun setuju untuk kembali ke dalam kampus dengan

damai. Namun, saat akan masuk ke dalam kampus, mereka mendapat

provokasi hingga berujung pada bentrokan fisik. Suasana

berubah menjadi chaos, dan terdengar suara rentetan tembakan

ke arah massa pro demokrasi itu.

Enam orang dinyatakan tewas dalam peristiwa penembakan

itu. Sementara 16 orang mahasiswa lainnya, termasuk pelajar,

dan masyarakat yang ikut dalam aksi mengalami luka parah.

Mereka dipukuli, diinjak, dan menjadi korban penembakan brutal

polisi.

Para mahasiswa yang tewas tertembak dalam tragedi

Trisakti adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur

1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi 96), Heri Heriyanto

(Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin 95), Hendriawan

(Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen 96), Vero (Fakultas

Ekonomi 96), dan Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil 95).

Selain mahasiswa, Samsul Bahri, siswa STM juga tewas. Dia

terkena peluru tajam pada bagian perutnya hingga terburai, dan

langsung dilarikan ke rumah sakit untuk operasi. Sayang, nyawa

pelajar pemberani ini tak tertolong.

Pada saat yang sama, di kampus Atmajaya, massa mahasiswa

yang tergabung dalam Forum Kota (Forkot) tengah melakukan aksi

mimbar bebas di dalam kampus. Saat mendengar rekannya tewas

tertembus timah panas, mereka berencana bergabung dengan

mahasiswa Trisakti. Namun, baru sampai depan kampus, mereka

dihadang polisi.

Pasca peristiwa itu, amuk massa terjadi dimana-mana,

hingga 15 Mei 1998. Ribuan gedung, toko, dan rumah

dihancurkan. Bahkan ada yang dibakar oleh massa. Sasaran

kemarahan massa saat itu dialihkan kepada etnis China. Tidak

hanya menjarah, massa juga membunuh, dan memperkosa para

wanita keturunan etnis minoritas itu.

Situasi benar-benar tidak terkendali. Mahasiswa ada yang

coba menenangkan, namun gagal. Sedang aparat kepolisian, dan

tentara yang berjaga-jaga di lokasi saat itu, hanya menonton

dari kejauhan. Alhasil, ribuan orang menjadi korban. Ada yang

tewas dalam bentrok, hilang diculik, hingga terpanggang api

saat melakukan penjarahan.

Berdasarkan data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF),

pelaku kerusuhan pada 13-15 Mei 1998 dibagi menjadi dua

golongan. Terdiri dari massa pasif (massa pendatang) yang

karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif, dan kedua

kelompok provokator.

Para provokator ini, umumnya bukan dari wilayah setempat.

Secara fisik, mereka tampak terlatih, dan sebagian memakai

seragam sekolah seadanya (tidak lengkap). Bahkan mereka tidak

ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi setelah gedung

atau barang terbakar. Belum diketahui siapa provokator ini.

Mereka juga membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk

keperluan merusak dan membakar, seperti jenis logam

pendongkel, bahan bakar cair, kendaraan, bom molotov, dan

sebagainya.

Kelompok inilah yang menggerakkan massa dengan memancing

keributan, memberikan tanda-tanda tertentu pada sasaran,

melakukan perusakan awal, pembakaran, dan mendorong aksi

penjarahan. Kelompok ini datang dari luar, dan bukan penduduk

setempat. Jumlah mereka hanya belasan, tetapi sangat terlatih.

Kelompok ini mempunyai kemampuan ahli dan terbiasa

menggunakan alat untuk kekerasan. Mereka juga memiliki

mobilitas yang tinggi dan kerja yang sistematis. Dalam

aksinya, mereka kerap menggunakan sarana transportasi, seperti

motor, mobil/Jeep, dan alat komunikasi (HT/HP).

Pada umumnya, kelompok ini sulit dikenali walaupun di

beberapa kasus dilakukan oleh kelompok dari organisasi pemuda

(contoh di Medan, ditemukan keterlibatan langsung Pemuda

Pancasila). TGPF juga menemukan fakta adanya keterlibatan

anggota aparat keamanan dalam kerusuhan di Jakarta, Medan, dan

Solo.

Dalam kesimpulannya, TGPF menyatakan, kerusuhan Mei

bersifat saling terkait antar-lokasi, dengan model yang mirip

provokator. Skala kerusuhan ini sangat besar dan terdapat

keseragaman waktu. Lebih jauh, kerusuhan terjadi secara

berurutan, dan sistematis.

Tim juga menemukan, dugaan adanya faktor kesengajaan yang

mengandung unsur penumpangan situasi. Dimana para provokator

diduga sengaja menciptakan kerusuhan, sebagai bagian dari

pertarungan politik di tingkat elite.

Kesimpulan itu merupakan penegasan bahwa terdapat

keterlibatan banyak pihak, mulai dari preman lokal, organisasi

politik dan massa, hingga adanya keterlibatan sejumlah anggota

dan unsur di dalam ABRI yang ada di luar kendali dalam

kerusuhan itu.

 

 

 

 

 

 

D.  UPAYAH PENYESLESAIAN DALAM PELANGGARAN HAM

Penyelesaian kasus trisakti nasibnya kurang lebih sama

dengan reformasi, yaitu mati suri. Bertahun-tahun sudah kasus

trisakti terjadi, tapi para pelaku tidak pernah terungkap

dengan terang benderang, sehingga mereka tak pernah dibawa ke

meja hijau.

Padahal Komnas HAM menengarai adanya pelanggaran HAM berat

pada penangan demonstrasi mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998.

Salah satu indikasi sulitnya membongkar kasus ini adalah

keterlibatan orang-orang penting (berkuasa) pada saat itu atau

bahkan sampai saat ini sehingga ada banyak kepentingan yang

menghalang-halangi penuntasa kasus ini.

Tahun demi tahun terus bergulir. Pemerintah (presiden) pun

telah beberapa kali berganti, namun penyelesaian kasus

trisakti tidak tahu rimbanya. Komnas HAM menyatakan bahwa

mereka telah menyerahkan laporan penyalidikan kasus itu sejak

6 Januari 2005 kepada Kejaksaan Agung. Namun sampai saat ini

tidak ada tindak lanjut yang jelas yang dapat diketahui

masyarakat terutama keluarga korban.

Untuk itu diperlukan keseriusan, kejujuran, dan kebranian

berbagai pihak untuk menuntaskan kasus ini. Presiden serta

menkopolhukam dan kementrian hukum dan HAM yang ada dibawahnya

harus bertindak. DPR memberikan pengawasan dan meningkatkan

pemerintah, Kejaksaan Agung harus mengambil langkah strtegis.

Demikian juga keberadaan Komnas HAM dan pihak lainnya untuk

sama-sama mencari solusi penyelesaiann kasus ini. Tanpa itu

semua, sepertinya kita masih harus menunngu bagaimana akhir

dari tragedy Trisakti.

Namun ada beberapa cara lagi yang menurut saya bisa dilakukan untuk

mengatasi kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisakti ini.  

    Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan

seksama apa yang terjadi saat itu, siapa yang menembaki mahasiswa

itu dan mengapa mereka harus ditembaki. Komnas HAM harus segera

menuntaskannya agar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap

pemerintahnya tidak hilang akibat janji-janji kosong mengenai

tindakan lanjut dari tragedi di Trisakti.

    Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus mendukung

penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung Komnas HAM dalam

investigasi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

dalam investigasi. Parapejabat tinggi militer pun harus

mendisiplinkan mereka yang saat itu bertugas “menjaga ketertiban

massa”, karena ternyata mereka membunuh empat mahasiswa dengan

peluru bermesiu, bukan peluru karet. Dan suatu hal yang tidak biasa

menertibkan massa dengan peluru karet.

    Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk

mengadili dengan adil tiap mereka yang bertanggung jawab akan aksi

kekerasan dan penembakan yang terjadi. Jangan sampai keputusan yang

diambil tidak sebanding denagn perbuatan mereka.

    Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak sanggup

melakukan penegakan HAM di Indonesia, masyarakat kita harus meminta

lembaga yang lebih tinggi lagi, yaitu PBB, untuk mengambil alih

kasus ini sebelum kasus ini kadaluarsa dan ditutup sehingga

mengecewakan masyarakat Indonesia.

    Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu cara

untuk mengatasi terulangnya kejadian ini adalah pembenahan akan jiwa

pemerintah agar menghargai hak-hak asasi dari warga Indonesia,

melalui mengusahakn secara maksimal agar hak mereka untuk hidup

dijunjung tinggi, begitu pula hak asasi lain seperti hak mereka

untuk memperoleh penghidupan yang layak, perekonomian yang baik,

kebebasab individu diakui sesuai nilai Pancasila yangberkembang

dalam masyarakat. Maka pemerintah Indonesia harus memperbaiki hidup

bangsa ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.     KESIMPULAN

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia

sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan

agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat

bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh

perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM

baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu

instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam

pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses

pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana

terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

 

B.     SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan

memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa

menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan

pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan

dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita

Bookmark the permalink.

Makalah Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di IndonesiaAug 23 by luishalianysp

KATA PENGANTAR

 

 

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telangmelimpah kan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Budaya Barat di Kecamatan Tambun Selatan”dengan baik penulisanmakalah ini untuk memenuhi tugas pelajaran menulis di SMA Negeri 2 Tambun Selatan.

Penulisan makalah ini tidak dapat di selesaikan dengan baik tanpa semangat,dukungan,dan bantuan di berbagai pihak,oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Asep Setia Sudjatmiko, S.Pd, M.M. selaku guru pengajar yang telah memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepadakami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik;

2. Ari Aryani Darsono, S.Pd. selaku wali kelas yang telah memberikan masukan ini dengan baik

3. H.Sujadi,M.Pd. selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini;

4. Guru-guru SMA Negeri 2 Tambun Selatan terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada kami  ;

 

Semoga atas segala bantuan yang diberikan akan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

makalah ini jauh dari sempurna untuk itu, penulis mengharapkankritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

 

Tambun Selatan, Februari 2014

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………             i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………            ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….           iii

1. Latar Belakang………………………………………………………………………..      12. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….      13. Tujuan Penelitian……………………………………………………………………..      14. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………….      15. Landasan Teori…………………………………………………………………………      26. Pembahasan……………………………………………………………………………      57. Kesimpulan………………………………………………………………………………      98. Saran………………………………………………………………………………………      9

9. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..     10

 

 

1. Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaranHAM seorang individu terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

 

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul“Contoh Kasus Pelanggaran Hak asai Manusia di Indonesia”,untukmemberikan informasi tentang apa itu pelanggaran HAM.

 

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah  di atas, maka permasalahandapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apa Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia ?2.   Apa sajafaktor – faktor penyebab pelanggaran Hak Asasi

Manusia?3. Apa contoh dari kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia ?

 

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

1. mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia

di Indonesia.

2. mendeskripsikan contoh – contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah ada di Indonesia.

 

1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap para penduduk di Indonesia, khususnya memajukan penduduk di Indonesia menjadi modern khususnya yang berhubungan dengan perkembangan zaman agar tidak melanggar HakAsasi Manusia.

 

2. Mamfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kasus – kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia dan pemahaman tentang pengaruh pelanggaran Hak Asasi Manusia.

 

1. Landasan Teori

 

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat padadiri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. Sedangkan hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalahmerupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangandengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,

melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusiamenjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

 

Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia Menurut Pasal 1 Ayat 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasimanusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Pada tingkatan operasional, berbagai perencanaan program nasional telah dicanangkan untuk menanganimasalah pelanggaran HAM pada anak antara lain penghapusan bentuk-bentuk terburuk pekerja anak, penghapusan perdagangan perempuan dan anak, penghapusan eksploitasi seksual komersial pada anak, penanganan terhadap anak jalanan. Namun berbagai peraturan perundang-undangan yang ada terhadap anak itu belum dapat memberikan jaminan bagi peningkatan kualitas anak Indonesia. Banyaknya faktor yang menghambat implementasi peraturan perundang-undangan di lapangan menunjukkan bahwa masalah pembinaan kualiatas anak merupakan masalah yang kompleks.

 

Faktor yang menghambat pengimplementasian ketentuan tersebut dapat bersifat internal maupun eksternal. Untuk dapat mengentaskan anak-anak dari kondisi demikian, yang perlu dilakukan pertama-tama adalah: kenali masalah yang terdapat didalam lingkungan terdekat anak, yaitu keluarga.

 

Fungsi perlindungan atau proteksi kepada anak merupakan salah satu fungsi yang penting karena dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan dalam keluarga. Bila fungsi ini dapatdikembangkan dengan baik, keluarga akan menjadi tempat perlindungan yang aman secara lahiriah dan batin bagi seluruh

anggotanya. Namun, selain fungsi perlindungan keluarga juga memiliki fungsi ekonomi. Fungsi itu menjadi pendukung kemampuan kemandirian keluarga dan anggotanya dalam batas-batas ekonomi masyarakat, bangsa, dan negara dimana keluarga itu hidup. Apabila dikembangkan dengan baik fungsi ini dapat memberikan kepada setiap keluarga kemampuan untuk mandiri dalam bidang ekonominya, sehingga mereka dapat memilih bentuk dan arahan sesuai kesanggupannya.

 

Dengan berkembangnya waktu, fenomena pekerja anak banyak berkaitan erat dengan dengan alasan ekonomi keluarga (kemiskinan) dan kesempatan memperoleh pendidikan. Pendapatan orangtua yang sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa mereka untuk bekerja. Di lain pihak,biaya pendidikan di Indonesia yang masih tinggi telah pula ikut memperkecil kesempatan untuk mengikuti pendidikan.

 

Perbenturan kepentingan antara kedua fungsi inilah yang kadangmenimbulkan dilema bagi keluarga yag kehidupan ekonominya kurang membahagiakan. Di satu sisi, keluarga harus mampu memberikan perlindungan kepada anggotanya, termasuk anak-anak.Namun di sisi lain, adanya fungsi ekonomi juga telah menuntut para anggotanya untuk ikut memberikan sumbangan agar kebutuhanhidup keluarga dapat terpenuhi, yaitu dengan bekerja. Karena itu tidak heran jika kemudian muncul fenomena pekerja anak.

 

Fenomena pekerja anak di Indonesia pada awalnya banyak berkaitan dengan tradisi atau budaya membantu orangtua, yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia pada umunya. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa anak dilatih untuk bekerja. Pertama, sebagian orangtua masih beranggapan bahwa memberi pekerjaan kepada anak-anak merupakan upaya proses pembelajaran agar anak mengerti arti tanggung jawab. Kedua, tindakan itu juga dapat melatih dan memperkenalkan anakkepada dunia kerja. Ketiga, untuk membantu meringankan beban kerja keluarganya.

 

Bahkan lebih parah lagi, saat ini fenomena pekerja anak masih ditambah dengan munculnya fenomena anak jalanan di kota-kota besar, yang makin menambah kompleksnya permasalahan. Jika kitamenyusuri jalan-jalan di sekitar Jakarta, dengan mudah kita akan mendapatkan anak-anak usia sekolah yang mengamen atau sekedar meminta-minta di lampu merah. Tidak jarang pula kita menemukan mereka di dalam bis-bis kota. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan ‘anak jalanan’. Entah sebutan itu cocokatau tidak untuk mereka. Sebagaimana anak-anak lain, anak jalanan juga menginginkan hidup normal. Mereka anak kita juga yang membutuhkan tempat untuk tinggal, rasa aman, nyaman, dan ingin diterima oleh masyarakat.

 

Fenomena anak jalanan merupakan ekses lingkaran setan kemiskinan bangsa Indonesia. Kendala yang dihadapi mobilitas anak-anak itu cukup tinggi. Anak-anak yang dibimbing di rumah singgah, setelah keluar, kadang kembali menjadi anak-anak jalanan. Sebab, kebutuhan ekonomi tidak terelakkan. Sayangnya,perhatian kepada anak-anak terkesan digelar pada momen-momen tertentu saja. mereka yang hidup di jalanan sebagai, pengamen,pedagang asongan, pengemis, dan pelacur. Paru-paru mereka tidak hanya menghirup kerasnya udara yang mengandung timbal dan karbon monoksida tapi juga menghisap asap kekerasan purba langsung dari akarnya.

 

Secara, struktural negara bisa disalahkan sebagai penyebab buruknya kondisi anak-anak di negeri ini. Karena negara sebagai pemegang kekuasaan membuat kebijakan yang sering tak berpihak pada masyarakat bawah. Kebijakan itu menyebabkan orang miskin yang makin terbelenggu dan tidak berdaya. Kemiskinan menjadi satu faktor pemicu terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) pada anak. Anak dalam keluarga miskin mengalami subordinasi ganda, yaitu ada supremasi dari yang kaya dan orang dewasa. Hak anak bisa dilanggar karena dia anak-anak dan miskin.

 

Menyalahkan negara sebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab tak secara otomatis membawa kehidupan anak menjadi lebihbaik. Kita semua, tanpa disadari, telah menjadi orang dewasa, para orang tua yang merangkap sebagai eksekutor bagi anak-anakkita sendiri. Algojo yang menghukum anak secara tidak proporsional. Hukuman yang menghabiskan seluruh energi kehidupan dan masa depan anak-anak dalam bayang-bayang trauma jalanan, dan debu peperangan.

 

1. Pembahasan

 

1. Pengertian pelanggaran Hak Asasi manusia

 

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud denganpelanggaran hak asasi manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hakasasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

 

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggarankemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi

negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu laintanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

 

2. Faktor – faktor penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) disebabkan oleh faktor – faktor berikut :

1. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah:

o Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.

Sikan ini akan menyebaabkan seseorang untuk selalu mennuntutkan haknya, sementara kewajibabannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyi sikap seperti ini, akan menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapan melanggar hak orang lain

Rendahnya kesadaran HAM.

Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat seenaknya. Pelaku tidak mau tahu bahwa orang lain pun mempunyai hak asasi yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahuitu berakibat muncul perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak asasi manusia

Sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan diskriminasi kepada orang lain.

 

1. Faktor eksternal, yaitu faktor – faktor di luar diri manusia yang mendorong seorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, diantaranya sebagai berikut:

o Penyalahgunaan kekuasaan

Di Masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk – bentuk kekuasaan lain yang terdapat di masyarakat.

Ketidaktegasan aparat penegak huku,

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran HAM, tentu saja akan mendorong timbulya pelanggaran HAM lainnya.

Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan.

Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan yang mencolok didalam kehidupan masyarakat.

3. Contoh – contoh kasus pelanggaran HAM

Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturanperundangan – undangan mengenai HAM, namun pelanggaran HAM tetap selalu ada baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun olej masyarkat sendiri.

 

Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia :

 

1. Kasus Trisakti dan Semanggi

 

 

Kasus pelanggaran HAM Trisakti dan Semanggi ini erat berkaitandengan gerakan reformasi pada 1998 lalu. Dipicu oleh krisis

ekonomi pada tahun 1997 dan tindakan KKN pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, maka terjadilah gerakan reformasi besar-besaran yang dipelopori oleh mahasiswa. Para mahasiswa pun melakukan demo yang berujung pada bentrok fisik dengan aparat. Hal inilah yang akhirnya menyebabakan tewasnya 4 mahasiswa dari Universitas Trisakti akibat tembakan peluru aparat. Sedangkan tragedi Semanggi terjadi 6 bulan kemudian pada 13 November 1998 yang menewaskan 5 mahasiswa. Dua peristiwa ini memicu kerusuhan di seluruh wilayah Indonesia. Kerusuhan dan kekerasan pun terjadi di mana-mana dan menewaskan ribuan warga. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 ini pun dicatat sebagai salah satu tahun kelam sejarah bangsa Indonesia.

 

 

 

2. Kasus Marsinah

 

Kasus pelanggaran HAM Marsinah terjadi pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Kasus ini berawal dari unjuk rasa dan pemogokan yangdilakukan buruh PT.CPS. Marsinah dan 12 buruh lain menuntut kepada perusahaan untuk mencabut status PHK pada mereka. Namunberselang 5 hari kemudian, Marsinah ditemukan tewas di hutan Wilangan, kota Nganjuk dalam keadaan yang mengenaskan.

 

 

3. Kasus Bom Bali

 

Kasus Bom Bali juga menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM terbesar di Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada 12 November 2002, di mana terjadi peledakan bom oleh kelompok teroris di daerah Legian Kuta, Bali. Total ada 202 orang yang meninggal dunia, baik dari warga lokal maupun turis asing mancanegara

yang sedang berlibur. Akibat peristiwa ini, terjadi kepanikan di seluruh Indonesia akan bahaya teroris yang terus berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya.

 

 

4. Kasus Pembunuhan Munir

 

Kasus pembunuhan Munir merupakan salah satu pelanggaran HAM diIndonesia yang kasusnya belum terselesaikan hingga akhirnya ditutup. Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia adalah seorang aktivis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Ia meninggal pada tanggal 7 September 2004 didalam pesawat Garuda Indonesia dalam perjalanan menuju kota Amsterdam di Belanda. Banyak yang menganggap bahwa Munir meninggal karena dibunuh atau diracuni oleh suatu kelompok tertentu. Sayangnya hingga kini kasus kematian Munir ini belumjelas dan kasusnya sendiri akhirnya ditutup.

 

 

5. Peristiwa Tanjung Priok

 

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia lain pernah terjadi di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan karena adanya upaya pemindahan makam keramat Mbah Priok untuk kepentingan lain. Hal ini lalu mengakibatkan bentrok antara warga dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka.

 

1. Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

 

1. Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fuad Mahfuddin. (2014, 18 Maret). Makalah Pelanggaran Ham. Diperoleh 23 Agustus 2014, dari http://fuadmahfuddin13.wordpress.com/2014/03/18/makalah-pelanggaran-ham/

Hanya Sekedar Blog. (2:54 AM). Hak Asasi Manusia. Diperoleh 23 Agustus 2014, dari http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/05/hak-asasi-manusia.html

Cepat Lambat. (2013, Oktober). Contoh Kasus Pelanggaran Ham Indonesia. Diperoleh 23 Agustus 2014, dari http://cepatlambat.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-pelanggaran-ham-indonesia.html

Lentera Kecil. (2013, 1 November). Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet. Diperoleh 23 Agustus 2014, dari http://cepatlambat.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-pelanggaran-ham-indonesia.html

Halimi, Muh dan Dadang Sumdawa. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.