Isi makalah Bronkopneumonia

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini dapat menyerang anak- anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian. Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berbeda didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis (Wong, 2008). Menurut WHO (2008), insidens pneumonia anak- balita di negara berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia anak-balita setiap tahun. Terdapat 15 negara dengan insidens pneumonia anak-balita paling tinggi, mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di 1

Transcript of Isi makalah Bronkopneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran

nafas bagian bawah. Penyakit ini dapat menyerang anak-

anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit

ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan beberapa

komplikasi bahkan kematian.

Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari

penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia adalah peradangan

yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang

tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk

bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berbeda

didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis (Wong,

2008).

Menurut WHO (2008), insidens pneumonia anak-

balita di negara berkembang adalah 151,8 juta kasus

pneumonia/ tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia

berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara

maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total

insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus

pneumonia anak-balita setiap tahun. Terdapat 15 negara

dengan insidens pneumonia anak-balita paling tinggi,

mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di

1

seluruh dunia. Lebih dari 2 setengahnya terdapat di 6

negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia.

Berdasarkan Kemenkes (2009), jumlah pneumonia

pada balita masih tetap tinggi. Pneumonia pada balita

bila tidak ditangani dengan benar maka dikhawatirkan

dapat menghambat upaya mencapai target MDGs menurunkan

angka kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu

dilakukan upaya pencegahan pneumonia pada bayi dan

balita dengan perbaikan gizi dan imunisasi dan

meningkatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia.

Penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2010

sebesar 23% dengan jumlah kasus yang ditemukan

sebanyak 499.259 kasus.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik dalam

membuat laporan kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan

Pada Bayi “E” Usia 4 Bulan dengan Bronkopneumonia di

Ruang Anak RSUD Kota Tanjungpinang 11sampai 14

September 2014”.

            

1.2 Rumusan Masalah

  Rumusan masalah yaitu Bagaimana

penatalaksaanaan Asuhan Kebidanan pada bayi “E” usia 4

Bulan dengan bronkopneumonia di ruang anak RSUD kota

Tanjungpinang ?

2

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksaanaan asuhan kebidanan

pada bayi “E” usia 4 Bulan dengan bronkopneumonia di

ruang anak RSUD kota Tanjungpinang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan definisi bronchopneumonia

2. Menjelaskan etiologi bronchopneumonia

3. Mendeskripsikan fisiologi bronchopneumonia

4. Menjelaskan fatofisiologi bronchopneumonia

5. Menjelaskan macam-macam komplikasi bronchopneumonia

6. Mendeskripsikan prognosis bronchopneumonia

7. Menjelaskan manifestasi klinis dari bronchopneumonia

8. Menjelaskan macam-macam pemeriksaan penunjang

bronchopneumonia

9. Menjelaskan cara penatalaksanaan bronchopneumonia

10. Melaksanakan pentalaksanaan asuhan kebidanan pada

bronchopneumonia

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1  Definisi

Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada

parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan

kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru

melalui cara penyebaran langsung melalui saluran

pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.

(Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).

Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada

parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala

panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan

dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan

produktif. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).

Bronkopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia

yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur

dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam

bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di

sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2005)

Bronkopneumonia adalah bronkiolus terminal yang

tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang

terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat

lobulus, disebut juga pneumonia lobaris (Wong, 2008).

4

Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis

infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan

terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2.2  Etiologi

Secara umun individu yang terserang

bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan

mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi

organisme patogen. Orang  yang normal dan sehat

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ

pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan

batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang

menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi

humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus,

bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan

riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2005) antara lain:

1.   Bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus, H.

Influenzae, Klebsiella.

2.  Virus seperti Legionella pneumoniae

3.Jamur seperti Aspergillus spesies, Candida albicans

4.Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi

lambung ke dalam paru-paru

5.Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora

normal yang terjadi pada pasien yang daya  tahannya

5

terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang

terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis

cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2004 dan

Sandra M. Nettina, 2005)

2.3  Fisiologi

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan

oksigenasi terdiri atas saluran bagian atas,bagian

bawah dan paru.

1.  Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari nafas

anterior yang memuat kelenjar sebaseus dengan di

tutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga

hidung.rongga hidung yang di lapisi selaput lendir

yang mngandung pembuluh darah.proses oksigenasi

diawali dengan penyaringan  udara yang masuk

melalui hidung.kemudian dihangatkan sementara di

lembabkan (Sandra M. Nettina, 2005).

Faring,laring, merupakan pipa yang memiliki otot

memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang

terletak di belakang nasofaring di belakang mulut dan

di belakang faring.

Laring merupakan saluran pernafasan setelah

faring yang terjadi dari atas bagian dari tulang rawan

yang di ikat bersama ligamen dan membran,terdiri atas

2 lapisan yang bersambung di garis tengah

6

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang

bertugas menutup laring pada saat proses makanan.

2.  Saluran pernafasan bawah terdiri dari

Trakea sebagai batang tengkorak,memiliki panjang

kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai

kira-kira ketingian vertebrata torakalis kelima.

Bronkus merupakan bentuk percabaan/kelanjutan dari

trachea yang terdari atas percabangan kanan dan

kiri. Bronchiolus merupakan saluran percabangan

setelah bronkus.

3.  Paru

Merupakan organ utama dalam sistem pernafasan.paru

terletak dalam rongga toraks setinggi tulang

selangka sampai tulang diafragma.

 2.4 Patofisiologi

Bakteri, virus atau jamur masuk ke dalam paru-

paru melalui saluran pernafasan secara percikan

(droplet).

1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)

Kapiler melebar dan kongesti, serta di dalam alveolus

terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak,

beberapa neutrofil dan makrofag.

2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)

Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan

tidak mengandung udara, merah dan pada perabaan

7

seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan florin,

leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan

kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.

3. Stadium hepatisi kelabu (3-8 hari)

Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat

kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh

fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat

terjadi fotositosis pneumococcus.

4. Stadium resolusi (4-11 hari)

Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah

dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak,

fibrin direabsorbsi dan menghilang (Sujono Riyadi &

Sukarmin, 2009).

2.5  Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema,

otitis media akut, mungkin juga komplikasi lain yang

dekat seperti atelektosis, emfisema, atau komplikasi

jauh seperti meningitis, komplikasi tidak terjadi bila

diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 2005).

2.6  Prognosis

Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan

adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang

dari 1%. Bila pasien disertai Malnutrisi Energi

8

Protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka

mortalitasnya masih tinggi (Ngastiyah, 2005).

2.7 Manifestasi klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu

infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama

beberapa hari. Pada tahap awal, penderita

bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas

seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk

produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan

otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. Kadang-

kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak

ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah

beberapa hari mula–mula kering dan kemudian menjadi

produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari

luas daerah auskultasi yang terkena.

Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada

auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring

halus atau sedang. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu mungkin

pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan

pada auskultasi terdengar mengeras. (Sujono Riyadi &

Sukarmin, 2009). Terdengar adanya krekels di atas paru

yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi

(pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M.

Nettina, 2005).

9

2.8  Pemeriksaan penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa dapat digunakan

cara:

1.  Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan

terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah

neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2005)

b. Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari

batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk

pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes

sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.

c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status

oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M.

Nettina, 2005)

d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi

untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M.

Nettina, 2005)

2.  Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali

dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.

10

Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada

infeksi stafilokokus dan haemofilus.

b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah

jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M,

Nettina, 2005)

2.9  Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Menurut (Sujono Riyadi &

Sukarmin, 2009).

a. Terapi

1) Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/Kg

BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg

BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai

spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini

diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian

obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan

penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1

jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.

2)   Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian

oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan

campuran glukusa 5 % dan Nacl 0,9 % dalam

11

perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10

mEq/500ml/botol infus.

3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis

metabilisme akibat kurang makan dan hipoksia, maka

dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa

gas darah arteri.

4) Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastrik pada penderita yang sudah mengalami

perbaikan sesak nafas.

5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiakan

inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk

memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian

terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin.

Selain bertujuan mempermudah pengeluaran dahak juga

dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.

Terapi inhalasi merupakan istilah yang menekankan

pada berbagai terapi yang melibatkan perubahan

komposisi, volume, atau tekanan gas yang diinspirasi.

Terapi ini terutama mencangkup peningkatan konsentrasi

oksigen pada gas yang diinspirasi (terapi oksigen),

peningkatan uap air yang terkandung di dalam gas

inspirasi (terapi humidifikasi), penambah partikel

udara dengan zat lain yang bermanfaat (terapi

aerosol), dan pemakaian berbagai alat untuk

mengendalikan atau membantu pernafasan (ventilasi

buatan, tekanan jalan nafas positif) (Wong, 2008).

12

Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi

(hirupan) ke dalam saluran respiratori (IDAI, 2008).

Terapi inhalasi yaitu merupakan obat cair yang

mengandung larutan dalam udara (Ringel Edward, 2012).

13

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “E” DENGAN BRONKOPNEUMONIA

DI RUANG ANAK RSUD KOTA TANJUNGPINANG

11-13 SEPTEMBER 2014

Tanggal   : 11-09-2014 Jam : 15.10 WIB

Tanggal MRS : 06-09-2014 Ruang Rawat: Kamar 8

Pasien datang tanggal 6 September 2014 kiriman

Puskesmas Kota Tanjungpinang dalam kondisi lemah,

panas tinggi 40,4°C, dan batuk. Ibu pasien mengatakan

anaknya demam tinggi sejak 2 hari yang lalu dan sudah

berobat ke dokter spesialis anak. Pada tanggal 11

September sudah terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menit.

3.1 DATA SUBJEKTIF

A. IDENTITAS PASIEN

Nama Bayi : Bayi “E”

Umur : 4 bulan

JK : Perempuan

Tgl/pukul lahir : 08 Mei 2014/ 20:25 WIB

Nama Ibu : Ny. “E” Nama Ayah : Tn “A”

Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun

14

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa:

Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan :

SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Kapas No.2, Kampung Baru

B. RIWAYAT ANTENATAL

P2A0H2 Usia kehamilan : 39 minggu

Pemeriksaan kehamilan : Rutin setiap

bulan

Penyakit yang menyertai kehamilan : Tidak ada

Kebiasaan waktu hamil : Tidak ada

Komplikasi ibu dan janin : Tidak ada

C. RIWAYAT INTRANATAL

Jenis persalinan : Normal

Penolong persalinan : Dokter

Tempat persalinan : Klinik Bersalin

Komplikasi Persalinan : Tidak ada

Ketuban Pecah : Spontan

Keadaan bayi saat lahir : Merintih, warna kulit

kemerahan,dan gerakannya aktif.

D. KEADAAN BAYI

BB/PB : 3000gr/48cm

15

A/S : Tidak dilakukan

Caput sucedneum: Tidak ada

Cephal hematoma: Tidak ada

Cacat bawaan : Tidak ada

Resusitasi : Rangsangan : iya

Penghisapan lender : iya

Ambubag : Tidak ada

Intubasi indotrakeal : Tidak ada

O2 : Ada

3.2 DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : sedang RR : 72x/menit

N : 164x/menit S : 38,70C

Antropometri

BB :4600 gr LD : 33 cm

PB : 50 cm LILA : 15 cm

LK : 35 cm

2. Pemerisaan Fisik

a. Kepala

UUK : Datar/normal Caput Succedenum : Tidak ada

UUB : Datar/normal Cephal Hematoma : Tidak ada

Bentuk : Simetris Moulage : Tidak

ada

b. Mata

16

Bentuk : Simetris Konjungtiva : Merah

muda

Tanda Infeksi : Tidak ada Sklera : Tidak

kuning

c. Hidung

Bentuk :Simetris Pernafasan : cuping

hidung

Lubang : 2 lubang kanan/kiri

d. Mulut

Bentuk : Simetris R. Rooting

: ada (+)

Bibir : Pucat, kering R. Sucking :

ada (+)

Langit-langit : Tidak ada kelainan Gusi :

Kemerahan

Lidah : Tidak ada bintik putih Sekret : Tidak

kuning

e. Telinga

Bentuk : Simetris Dauk :

ada

Pengeluaran : Tidak ada Lekak

: ada

f. Leher

Pembengkakan dan Pembesaran Kelenjar : Tidak ada

Reflek Tonic neck : ada (+)

g. Dada

17

Bentuk : Simetris Bunyi nafas

: Ronchi

Putting susu : Tenggelam/simetris Retraksi :

Ada

Bunyi jantung : Teratur

h. Bahu, lengan dan tangan

Gerakan : aktif R. Graps : ada (+)

Jumlah jari : lengkap

i. Abdomen

Bentuk : simetris

Tali pusat: menonjol

Penonjolan sekitar talpus : ada saat menangis

Perdarahan talpus : tidak ada

k. Tungkai

Gerakan : aktif R. walking and stapping :

ada (+)

Jumlah jari : lengkap R. babinsky

: ada (+)

l. Punggung

Benjoan/cekungan : Tidak ada

R. gallant : ada (+)

m. Anus : berlubang

n. Kulit

Warna : kemerahan

Pembengkakan : tidak ada

18

Bercak hitam : tidak ada

Lanugo : ada dipunggung dan bahu

Tanda lahir : tidak ada

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Hasil Laboratorium

Hb : 12,4 gr% Trombosit :329.000 mm3

Leukosit : 11.500 mm3 PVC : 38 v%

Eritrosit : 4,8 jt/mm3 Gol. Darah : O

Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menit

3.3 ASSESMENT

Diagnosa : Bayi “E” usia 4 bulan dengan

bronkopneumonia

Masalah : Peningkatan suhu tubuh

Kebutuhan : Terapi antibiotik

                      Pemenuhan kebutuhan cairan

Kompres seluruh tubuh

Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia akut,

meningitis, emfisema

Tindakan Segera : Kolaborasi dengan Dokter Spesialis

Anak

Melanjutkan Infus D5-1/4NS 8

tetes/menit

19

Menginjeksi cefoferazone

1x200mg       

Menginjeksi Ceftriaxone

1x200mg

Memberikan Paracetamol syrup3x

2ml    

Memberikan Ambroxol 3x

1/5 tablet

3.4 PLANNING

1. Memberitahukan keluarga mengenai keadaan bayinya saat

ini bahwa keadaan bayinya kurang baik, nadi

112x/menit, suhu 380C, nafas 72x/menit, berat badan

bayi yaitu 5000 gram. Keluarga mengerti.

2. Memberi panjelasan pada keluarga mengenai masalah yang

dihadapi bayinya kini adalah bronkopneumonia yaitu

penyakit saluran pernapasan dan radang paru karena

adanya infeksi sehingga dapat menyebabkan peningkatan

suhu tubuh. Hal ini jika tidak cepat ditangani akan

dapat menimbulkan bronkopneumonia akut, meningitis,

emfisema dan lain-lain. Keluarga mengerti.

3. Menganjurkan pada keluarga pasien untuk kompres

seluruh tubuh bayinya jika suhu tubuh meningkat yaitu

lebih dari 37,20C. Keluarga mengerti.

4. Memberikan pendidikan kesehatan pemenuhan pola nutrisi

yang baik yaitu dengan memberikan ASI secara on demand

20

atau memberikan makanan pengganti ASI secara teratur

untuk menjaga ketahanan tubuh bayi agar tetap sehat

serta penting dalam peningkatan berat badan bayi.

Keluarga mengerti.

5. Memberi terapi obat- obatan pada bayi yaitu :

a. Cefoferazone 1 x 200mg

b. Ceftriaxone 1x 200mg

c. Paracetamol 3 x 2ml

d. Ambroxol 3 x 1/5 tablet

Terlaksana

6. Memantau IVFD Dex 10 % 8 tetes/menit.

Terlaksana

7. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur suhu,

nadi, dan pernapasannya. Terlaksana

21

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Bayi Ny. S No. MR :

058185         

Diagnosis Medis  : bronchopneumonia Ruang Rawat

: Kamar 8

Tanggal/Pukul

SOAP

22

11-09-201421:00 WIB

21.10 WIB

21.20 WIB

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batukO : KU : sedang TTV : N : 142x/menit S : 38,1°C RR : 68 x/menit (cuping hidung) BB : 5000 gram Konjungtiva : tidak pucat Bunyi nafas : ronchi Dada : retraksi Minum : susu formula BAB : Tidak ada BAK : Ada Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan

dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Terapi antibiotik              Pemenuhankebutuhan cairan

Kompres seluruh tubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia

akut, meningitis, emfisema

Tindakan Segera : -

P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya

yaitu nadi, 142x/menit, suhu 38,1OC,pernapasan 68x/menit, berat badan 5000

23

21.30 WIB22.10 WIB

22.30 WIB

12-09-201408:00 WIB

08.30 WIB

gram. Ibu mengerti2. Menjaga personal hygiene yaitu

mengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana

3. Mengompres seluruh tubuh pasien denganair hangat. Terlaksana

4. Memberikan obat panas dan batuk.Terlaksana

5. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit.Terlaksana

6. Melakukan pemantauan TTV bayi denganmengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batuk

O : KU : sedang TTV : N : 128x/menit S : 38°C RR : 62x/menit (cuping hidung) BB : 4800 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi Dada : retraksi Minum : Susu formula BAB : Ada, mencret BAK : Ada Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan

dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh

24

08.40 WIB

09.00 WIB

10.00 WIB

13.30 WIB

13.40 WIB

13.50 WIB

14:00 WIB

14.30 WIB

Kebutuhan : Terapi antibiotik                   Pemenuhankebutuhan cairan

Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia

akut, meningitis, emfisema

Tindakan Segera : Kolaborasi dengan dr. S Sp.A.

- Lanjutkan IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menit

- Injeksi cefoferazone 1x 200mg       

- Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg

- Paracetamol syrup 3x 2ml    

- Ambroxol 3x 1/5 tablet

P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya

yaitu nadi, 128x/menit, suhu 38OC,pernapasan 62x/menit, berat badan 4800gram. Ibu mengerti

2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana

3. Menginjeksikan cefoferazone 1x200mg dan Ceftriaxone 1x 200mg.Terlaksana

4. Memberikan obat panas dan batuk.Terlaksana

5. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit.

25

14.50 WIB

15.00 WIB15.30 WIB

16.00 WIB

18.00 WIB

21:00 WIB

Terlaksana6. Melakukan penimbangan berat badan bayi

yaitu 4800 gram. Terlaksana7. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan

mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batuk sudah berkurang

O : KU : sedang TTV : N : 125x/menit S : 38,4°C RR : 62 x/menit (cuping hidung) BB : 4800 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi Minum : Susu formula BAB : Ada BAK : Ada Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan

dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Terapi antibiotik Pemenuhankebutuhan cairan Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia

26

21.10 WIB

21.20 WIB

21.30 WIB21.50 WIB

22.00 WIB22.10 WIB

13-09-201408:00 WIB

akut, meningitis, emfisema

Tindakan Segera : -

P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya

yaitu nadi, 125x/menit, suhu 38,4OC,pernapasan 62x/menit, berat badan 4800gram. Ibu mengerti

2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana

3. Mengompres seluruh tubuh pasien denganair hangat. Terlaksana

4. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit.Terlaksana

5. Melakukan pemantauan TTV bayi denganmengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demamO : KU : sedang TTV : N : 129x/menit S : 37,8°C RR : 57x/menit BB : 4800 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi Minum : susu formula BAB : Tidak ada

27

08.30 WIB

08.50 WIB

09.30 WIB

10.00 WIB

13.30 WIB13.40 WIB13.50 WIB

14:00 WIB

BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa: Bayi Ny. “E” usia 4 bulan

dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhancairan

Kompres seluruh tubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia

akut, meningitis, emfisema

Tindakan Segera : -

P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya

yaitu nadi, 129x/menit, suhu 37,8OC,pernapasan 57x/menit, berat badan 4800gram. Ibu mengerti

2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana

3. Memberikan obat panas. Terlaksana4. Mengompres seluruh tubuh pasien dengan

air hangat. Terlaksana 5. Memantau infuse D5-1/4NS. Terlaksana6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan

mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batukO : KU : sedang TTV : N : 116x/menit

28

14.30 WIB

15.00 WIB

15.30 WIB

21:00 WIB

S : 38,7°C RR : 56x/menit BB : 4900 gram Konjungtiva : tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi Minum : susu formula BAB : Ada BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan

dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Terapi antibiotik                  Pemenuhankebutuhan cairan

Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia

akut, meningitis, emfisema

Tindakan Segera : Kolaborasi dengan dr. S Sp.A.

- Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit

- Injeksi cefoferazone 1x 200mg       

- Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg

- Paracetamol syrup 3x 2ml    

29

21.10 WIB

21. 30 WIB21.40 WIB

21.50 WIB

22.00 WIB22.10 WIB

P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya

yaitu nadi, 116x/menit, suhu 38,7OC,pernapasan 56x/menit, berat badan 4900gram. Ibu mengerti

2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana

3. Menginjeksikan cefoferazone 1x200mg dan Ceftriaxone 1x 200mg.Terlaksana

4. Memberikan obat panas. Terlaksana5. Melakukan penimbangan berat badan bayi

yaitu 4900 gram. Terlaksana6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan

mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana

S : Ibu pasien mengatakan demam anaknya sudah berkurang

O : KU : sedang TTV : N : 130x/menit S : 37,6°C RR : 58x/menit BB : 4900 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi BAB : Tidak ada BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit

30

A : Diagnosa: Bayi Ny. “E” usia 4 bulan dengan bronchopneumonia

Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhancairan Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia

akut, meningitis, emfisema

Tindakan Segera : -

P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya

yaitu nadi, 130x/menit, suhu 37,6OC,pernapasan 58x/menit, berat badan 4900gram. Ibu mengerti

2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana

3. Melakukan pemantauan TTV bayi denganmengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam, O : KU : sedang TTV : N : 129x/menit S : 37,8°C RR : 57x/menit BB : 4900 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : bersih Dada : tidak ada

31

retraksi Minum : Susu formula BAB : Tidak ada BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa: Bayi Ny. “E” usia 4 bulan

dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhancairan

Kompres seluruh tubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia

akut, meningitis, emfisema

Tindakan Segera : -

P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya

yaitu nadi, 129x/menit, suhu 37,8OC,pernapasan 57x/menit, berat badan 4900gram. Ibu mengerti

2. Memberikan obat panas. Terlaksana3. Menjaga personal hygiene yaitu

mengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana

4. Mengompres seluruh tubuh pasien denganair hangat. Terlaksana

5. Memantau infuse D5-1/4NS. Terlaksana6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan

mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana

32

BAB IV

PEMBAHASAN

Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada

parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala

panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan

dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan

produktif. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).

Berdasarkan teori diatas maka bayi ”E” usia 4

bulan dapat dikatakan menderita bronkopneumonia yang

ditandai dengan panas tubuh yang tinggi, nafas cepat,

serta batuk kering.

Untuk dapat menegakkan diagnosa dapat digunakan

cara pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah.

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra

M. Nettina, 2005)

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi “E”

usia 4 bulan di ruang anak RSUD kota

33

Tanjungpinang maka dapat dinyatakan bahwa bayi “E”

usia 4 bulan menderita bronkopneumonia didasarkan

dengan hasil laboratorium yaitu leukosit 11.500 mm3,

melebihi batas normal yaitu 5000 – 10.000 mm3.

Pemberian terapi serta pemberian KIE yang jelas

diharapkan bisa dimengerti oleh keluarga pasien dan

bisa melaksanakan semua yang telah dianjurkan sehingga

masalah dapat teratasi. Pada bayi “E” telah dilakukan

analisa data maka tidak ada kesenjangan dengan teori

dan praktek. Dengan demikian penulis memberikan asuhan

kebidanan dengan melakukan pemantauan tanda-tanda

vital yaitu pengukuran suhu, nadi, dan pernafasan

serta melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis

anak dalam terapinya sehingga diharapkan masalah yang

terjadi dapat teratasi.

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada

parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala

panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan

34

dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan

produktif. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh

virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,

mikoplasma, dan riketsia.

Pada kasus asuhan kebidanan pada pada bayi “E”

usia 4 bulan di ruang anak RSUD kota

Tanjungpinang maka dapat dinyatakan bahwa bayi “E”

menderita bronkopneumonia. Ibu pasien mengeluh anaknya

demam tinggi disertai batuk. Diberi terapi Infus D5-

1/4NS 8 tetes/menit, Injeksi cefoferazone 1x 200 mg,

Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg, Paracetamol syrup 3x

2ml, Ambroxol 3x 1/5 tablet jika ada batuk.

4.2 Saran

Dengan adanya laporan tentang bronkopneumonia ini

diharapkan pada tenaga kesehatan dapat menyesuaikan

tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan

bronkopneumonia. Pada keluarga pasien setelah pulang

ke rumah dapat memantau perkembangan bayinya, terutama

penambahan berat badan bayinya.

35

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk

Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika: Jakarta

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC: Jakarta

Nettina, S.M. 2005. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC:

Jakarta

Wong, D.L. 2008. Perawatan Pediatrik. EGC: Jakarta

Sujono, R & S, 2009. Asuhan Keperawatan pada

Anak. Edisi pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta

Surasmi, A. 2004. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC: Jakarta

Suriadi, Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Sagung

Seto: Jakarta

36