BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran
nafas bagian bawah. Penyakit ini dapat menyerang anak-
anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit
ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan beberapa
komplikasi bahkan kematian.
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari
penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia adalah peradangan
yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk
bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berbeda
didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis (Wong,
2008).
Menurut WHO (2008), insidens pneumonia anak-
balita di negara berkembang adalah 151,8 juta kasus
pneumonia/ tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia
berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara
maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total
insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus
pneumonia anak-balita setiap tahun. Terdapat 15 negara
dengan insidens pneumonia anak-balita paling tinggi,
mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di
1
seluruh dunia. Lebih dari 2 setengahnya terdapat di 6
negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia.
Berdasarkan Kemenkes (2009), jumlah pneumonia
pada balita masih tetap tinggi. Pneumonia pada balita
bila tidak ditangani dengan benar maka dikhawatirkan
dapat menghambat upaya mencapai target MDGs menurunkan
angka kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu
dilakukan upaya pencegahan pneumonia pada bayi dan
balita dengan perbaikan gizi dan imunisasi dan
meningkatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia.
Penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2010
sebesar 23% dengan jumlah kasus yang ditemukan
sebanyak 499.259 kasus.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik dalam
membuat laporan kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Pada Bayi “E” Usia 4 Bulan dengan Bronkopneumonia di
Ruang Anak RSUD Kota Tanjungpinang 11sampai 14
September 2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yaitu Bagaimana
penatalaksaanaan Asuhan Kebidanan pada bayi “E” usia 4
Bulan dengan bronkopneumonia di ruang anak RSUD kota
Tanjungpinang ?
2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksaanaan asuhan kebidanan
pada bayi “E” usia 4 Bulan dengan bronkopneumonia di
ruang anak RSUD kota Tanjungpinang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi bronchopneumonia
2. Menjelaskan etiologi bronchopneumonia
3. Mendeskripsikan fisiologi bronchopneumonia
4. Menjelaskan fatofisiologi bronchopneumonia
5. Menjelaskan macam-macam komplikasi bronchopneumonia
6. Mendeskripsikan prognosis bronchopneumonia
7. Menjelaskan manifestasi klinis dari bronchopneumonia
8. Menjelaskan macam-macam pemeriksaan penunjang
bronchopneumonia
9. Menjelaskan cara penatalaksanaan bronchopneumonia
10. Melaksanakan pentalaksanaan asuhan kebidanan pada
bronchopneumonia
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada
parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan
kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran
pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.
(Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala
panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan
dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan
produktif. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
Bronkopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia
yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur
dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2005)
Bronkopneumonia adalah bronkiolus terminal yang
tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobulus, disebut juga pneumonia lobaris (Wong, 2008).
4
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis
infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan
terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
2.2 Etiologi
Secara umun individu yang terserang
bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan
batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi
humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan
riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2005) antara lain:
1. Bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus, H.
Influenzae, Klebsiella.
2. Virus seperti Legionella pneumoniae
3.Jamur seperti Aspergillus spesies, Candida albicans
4.Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi
lambung ke dalam paru-paru
5.Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora
normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya
5
terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis
cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2004 dan
Sandra M. Nettina, 2005)
2.3 Fisiologi
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi terdiri atas saluran bagian atas,bagian
bawah dan paru.
1. Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari nafas
anterior yang memuat kelenjar sebaseus dengan di
tutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga
hidung.rongga hidung yang di lapisi selaput lendir
yang mngandung pembuluh darah.proses oksigenasi
diawali dengan penyaringan udara yang masuk
melalui hidung.kemudian dihangatkan sementara di
lembabkan (Sandra M. Nettina, 2005).
Faring,laring, merupakan pipa yang memiliki otot
memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang
terletak di belakang nasofaring di belakang mulut dan
di belakang faring.
Laring merupakan saluran pernafasan setelah
faring yang terjadi dari atas bagian dari tulang rawan
yang di ikat bersama ligamen dan membran,terdiri atas
2 lapisan yang bersambung di garis tengah
6
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang
bertugas menutup laring pada saat proses makanan.
2. Saluran pernafasan bawah terdiri dari
Trakea sebagai batang tengkorak,memiliki panjang
kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai
kira-kira ketingian vertebrata torakalis kelima.
Bronkus merupakan bentuk percabaan/kelanjutan dari
trachea yang terdari atas percabangan kanan dan
kiri. Bronchiolus merupakan saluran percabangan
setelah bronkus.
3. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernafasan.paru
terletak dalam rongga toraks setinggi tulang
selangka sampai tulang diafragma.
2.4 Patofisiologi
Bakteri, virus atau jamur masuk ke dalam paru-
paru melalui saluran pernafasan secara percikan
(droplet).
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Kapiler melebar dan kongesti, serta di dalam alveolus
terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak,
beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan
tidak mengandung udara, merah dan pada perabaan
7
seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan florin,
leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan
kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium hepatisi kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat
kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh
fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat
terjadi fotositosis pneumococcus.
4. Stadium resolusi (4-11 hari)
Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah
dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak,
fibrin direabsorbsi dan menghilang (Sujono Riyadi &
Sukarmin, 2009).
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema,
otitis media akut, mungkin juga komplikasi lain yang
dekat seperti atelektosis, emfisema, atau komplikasi
jauh seperti meningitis, komplikasi tidak terjadi bila
diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 2005).
2.6 Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang
dari 1%. Bila pasien disertai Malnutrisi Energi
8
Protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka
mortalitasnya masih tinggi (Ngastiyah, 2005).
2.7 Manifestasi klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu
infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama
beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk
produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan
otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. Kadang-
kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah
beberapa hari mula–mula kering dan kemudian menjadi
produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari
luas daerah auskultasi yang terkena.
Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring
halus atau sedang. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu mungkin
pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan
pada auskultasi terdengar mengeras. (Sujono Riyadi &
Sukarmin, 2009). Terdengar adanya krekels di atas paru
yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M.
Nettina, 2005).
9
2.8 Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa dapat digunakan
cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan
terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2005)
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari
batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status
oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M.
Nettina, 2005)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi
untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M.
Nettina, 2005)
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali
dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.
10
Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah
jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M,
Nettina, 2005)
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut (Sujono Riyadi &
Sukarmin, 2009).
a. Terapi
1) Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/Kg
BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg
BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian
obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan
penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1
jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
2) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian
oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukusa 5 % dan Nacl 0,9 % dalam
11
perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10
mEq/500ml/botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis
metabilisme akibat kurang makan dan hipoksia, maka
dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa
gas darah arteri.
4) Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik pada penderita yang sudah mengalami
perbaikan sesak nafas.
5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiakan
inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin.
Selain bertujuan mempermudah pengeluaran dahak juga
dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
Terapi inhalasi merupakan istilah yang menekankan
pada berbagai terapi yang melibatkan perubahan
komposisi, volume, atau tekanan gas yang diinspirasi.
Terapi ini terutama mencangkup peningkatan konsentrasi
oksigen pada gas yang diinspirasi (terapi oksigen),
peningkatan uap air yang terkandung di dalam gas
inspirasi (terapi humidifikasi), penambah partikel
udara dengan zat lain yang bermanfaat (terapi
aerosol), dan pemakaian berbagai alat untuk
mengendalikan atau membantu pernafasan (ventilasi
buatan, tekanan jalan nafas positif) (Wong, 2008).
12
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi
(hirupan) ke dalam saluran respiratori (IDAI, 2008).
Terapi inhalasi yaitu merupakan obat cair yang
mengandung larutan dalam udara (Ringel Edward, 2012).
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “E” DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ANAK RSUD KOTA TANJUNGPINANG
11-13 SEPTEMBER 2014
Tanggal : 11-09-2014 Jam : 15.10 WIB
Tanggal MRS : 06-09-2014 Ruang Rawat: Kamar 8
Pasien datang tanggal 6 September 2014 kiriman
Puskesmas Kota Tanjungpinang dalam kondisi lemah,
panas tinggi 40,4°C, dan batuk. Ibu pasien mengatakan
anaknya demam tinggi sejak 2 hari yang lalu dan sudah
berobat ke dokter spesialis anak. Pada tanggal 11
September sudah terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menit.
3.1 DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Bayi : Bayi “E”
Umur : 4 bulan
JK : Perempuan
Tgl/pukul lahir : 08 Mei 2014/ 20:25 WIB
Nama Ibu : Ny. “E” Nama Ayah : Tn “A”
Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun
14
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa:
Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan :
SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kapas No.2, Kampung Baru
B. RIWAYAT ANTENATAL
P2A0H2 Usia kehamilan : 39 minggu
Pemeriksaan kehamilan : Rutin setiap
bulan
Penyakit yang menyertai kehamilan : Tidak ada
Kebiasaan waktu hamil : Tidak ada
Komplikasi ibu dan janin : Tidak ada
C. RIWAYAT INTRANATAL
Jenis persalinan : Normal
Penolong persalinan : Dokter
Tempat persalinan : Klinik Bersalin
Komplikasi Persalinan : Tidak ada
Ketuban Pecah : Spontan
Keadaan bayi saat lahir : Merintih, warna kulit
kemerahan,dan gerakannya aktif.
D. KEADAAN BAYI
BB/PB : 3000gr/48cm
15
A/S : Tidak dilakukan
Caput sucedneum: Tidak ada
Cephal hematoma: Tidak ada
Cacat bawaan : Tidak ada
Resusitasi : Rangsangan : iya
Penghisapan lender : iya
Ambubag : Tidak ada
Intubasi indotrakeal : Tidak ada
O2 : Ada
3.2 DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : sedang RR : 72x/menit
N : 164x/menit S : 38,70C
Antropometri
BB :4600 gr LD : 33 cm
PB : 50 cm LILA : 15 cm
LK : 35 cm
2. Pemerisaan Fisik
a. Kepala
UUK : Datar/normal Caput Succedenum : Tidak ada
UUB : Datar/normal Cephal Hematoma : Tidak ada
Bentuk : Simetris Moulage : Tidak
ada
b. Mata
16
Bentuk : Simetris Konjungtiva : Merah
muda
Tanda Infeksi : Tidak ada Sklera : Tidak
kuning
c. Hidung
Bentuk :Simetris Pernafasan : cuping
hidung
Lubang : 2 lubang kanan/kiri
d. Mulut
Bentuk : Simetris R. Rooting
: ada (+)
Bibir : Pucat, kering R. Sucking :
ada (+)
Langit-langit : Tidak ada kelainan Gusi :
Kemerahan
Lidah : Tidak ada bintik putih Sekret : Tidak
kuning
e. Telinga
Bentuk : Simetris Dauk :
ada
Pengeluaran : Tidak ada Lekak
: ada
f. Leher
Pembengkakan dan Pembesaran Kelenjar : Tidak ada
Reflek Tonic neck : ada (+)
g. Dada
17
Bentuk : Simetris Bunyi nafas
: Ronchi
Putting susu : Tenggelam/simetris Retraksi :
Ada
Bunyi jantung : Teratur
h. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan : aktif R. Graps : ada (+)
Jumlah jari : lengkap
i. Abdomen
Bentuk : simetris
Tali pusat: menonjol
Penonjolan sekitar talpus : ada saat menangis
Perdarahan talpus : tidak ada
k. Tungkai
Gerakan : aktif R. walking and stapping :
ada (+)
Jumlah jari : lengkap R. babinsky
: ada (+)
l. Punggung
Benjoan/cekungan : Tidak ada
R. gallant : ada (+)
m. Anus : berlubang
n. Kulit
Warna : kemerahan
Pembengkakan : tidak ada
18
Bercak hitam : tidak ada
Lanugo : ada dipunggung dan bahu
Tanda lahir : tidak ada
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hasil Laboratorium
Hb : 12,4 gr% Trombosit :329.000 mm3
Leukosit : 11.500 mm3 PVC : 38 v%
Eritrosit : 4,8 jt/mm3 Gol. Darah : O
Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menit
3.3 ASSESMENT
Diagnosa : Bayi “E” usia 4 bulan dengan
bronkopneumonia
Masalah : Peningkatan suhu tubuh
Kebutuhan : Terapi antibiotik
Pemenuhan kebutuhan cairan
Kompres seluruh tubuh
Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia akut,
meningitis, emfisema
Tindakan Segera : Kolaborasi dengan Dokter Spesialis
Anak
Melanjutkan Infus D5-1/4NS 8
tetes/menit
19
Menginjeksi cefoferazone
1x200mg
Menginjeksi Ceftriaxone
1x200mg
Memberikan Paracetamol syrup3x
2ml
Memberikan Ambroxol 3x
1/5 tablet
3.4 PLANNING
1. Memberitahukan keluarga mengenai keadaan bayinya saat
ini bahwa keadaan bayinya kurang baik, nadi
112x/menit, suhu 380C, nafas 72x/menit, berat badan
bayi yaitu 5000 gram. Keluarga mengerti.
2. Memberi panjelasan pada keluarga mengenai masalah yang
dihadapi bayinya kini adalah bronkopneumonia yaitu
penyakit saluran pernapasan dan radang paru karena
adanya infeksi sehingga dapat menyebabkan peningkatan
suhu tubuh. Hal ini jika tidak cepat ditangani akan
dapat menimbulkan bronkopneumonia akut, meningitis,
emfisema dan lain-lain. Keluarga mengerti.
3. Menganjurkan pada keluarga pasien untuk kompres
seluruh tubuh bayinya jika suhu tubuh meningkat yaitu
lebih dari 37,20C. Keluarga mengerti.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pemenuhan pola nutrisi
yang baik yaitu dengan memberikan ASI secara on demand
20
atau memberikan makanan pengganti ASI secara teratur
untuk menjaga ketahanan tubuh bayi agar tetap sehat
serta penting dalam peningkatan berat badan bayi.
Keluarga mengerti.
5. Memberi terapi obat- obatan pada bayi yaitu :
a. Cefoferazone 1 x 200mg
b. Ceftriaxone 1x 200mg
c. Paracetamol 3 x 2ml
d. Ambroxol 3 x 1/5 tablet
Terlaksana
6. Memantau IVFD Dex 10 % 8 tetes/menit.
Terlaksana
7. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur suhu,
nadi, dan pernapasannya. Terlaksana
21
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Bayi Ny. S No. MR :
058185
Diagnosis Medis : bronchopneumonia Ruang Rawat
: Kamar 8
Tanggal/Pukul
SOAP
22
11-09-201421:00 WIB
21.10 WIB
21.20 WIB
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batukO : KU : sedang TTV : N : 142x/menit S : 38,1°C RR : 68 x/menit (cuping hidung) BB : 5000 gram Konjungtiva : tidak pucat Bunyi nafas : ronchi Dada : retraksi Minum : susu formula BAB : Tidak ada BAK : Ada Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan
dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Terapi antibiotik Pemenuhankebutuhan cairan
Kompres seluruh tubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia
akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : -
P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya
yaitu nadi, 142x/menit, suhu 38,1OC,pernapasan 68x/menit, berat badan 5000
23
21.30 WIB22.10 WIB
22.30 WIB
12-09-201408:00 WIB
08.30 WIB
gram. Ibu mengerti2. Menjaga personal hygiene yaitu
mengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana
3. Mengompres seluruh tubuh pasien denganair hangat. Terlaksana
4. Memberikan obat panas dan batuk.Terlaksana
5. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit.Terlaksana
6. Melakukan pemantauan TTV bayi denganmengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batuk
O : KU : sedang TTV : N : 128x/menit S : 38°C RR : 62x/menit (cuping hidung) BB : 4800 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi Dada : retraksi Minum : Susu formula BAB : Ada, mencret BAK : Ada Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan
dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh
24
08.40 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
13.30 WIB
13.40 WIB
13.50 WIB
14:00 WIB
14.30 WIB
Kebutuhan : Terapi antibiotik Pemenuhankebutuhan cairan
Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia
akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : Kolaborasi dengan dr. S Sp.A.
- Lanjutkan IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menit
- Injeksi cefoferazone 1x 200mg
- Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg
- Paracetamol syrup 3x 2ml
- Ambroxol 3x 1/5 tablet
P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya
yaitu nadi, 128x/menit, suhu 38OC,pernapasan 62x/menit, berat badan 4800gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana
3. Menginjeksikan cefoferazone 1x200mg dan Ceftriaxone 1x 200mg.Terlaksana
4. Memberikan obat panas dan batuk.Terlaksana
5. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit.
25
14.50 WIB
15.00 WIB15.30 WIB
16.00 WIB
18.00 WIB
21:00 WIB
Terlaksana6. Melakukan penimbangan berat badan bayi
yaitu 4800 gram. Terlaksana7. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan
mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batuk sudah berkurang
O : KU : sedang TTV : N : 125x/menit S : 38,4°C RR : 62 x/menit (cuping hidung) BB : 4800 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi Minum : Susu formula BAB : Ada BAK : Ada Terpasang IVFD D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan
dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Terapi antibiotik Pemenuhankebutuhan cairan Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia
26
21.10 WIB
21.20 WIB
21.30 WIB21.50 WIB
22.00 WIB22.10 WIB
13-09-201408:00 WIB
akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : -
P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya
yaitu nadi, 125x/menit, suhu 38,4OC,pernapasan 62x/menit, berat badan 4800gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana
3. Mengompres seluruh tubuh pasien denganair hangat. Terlaksana
4. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit.Terlaksana
5. Melakukan pemantauan TTV bayi denganmengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demamO : KU : sedang TTV : N : 129x/menit S : 37,8°C RR : 57x/menit BB : 4800 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi Minum : susu formula BAB : Tidak ada
27
08.30 WIB
08.50 WIB
09.30 WIB
10.00 WIB
13.30 WIB13.40 WIB13.50 WIB
14:00 WIB
BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa: Bayi Ny. “E” usia 4 bulan
dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhancairan
Kompres seluruh tubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia
akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : -
P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya
yaitu nadi, 129x/menit, suhu 37,8OC,pernapasan 57x/menit, berat badan 4800gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana
3. Memberikan obat panas. Terlaksana4. Mengompres seluruh tubuh pasien dengan
air hangat. Terlaksana 5. Memantau infuse D5-1/4NS. Terlaksana6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan
mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan batukO : KU : sedang TTV : N : 116x/menit
28
14.30 WIB
15.00 WIB
15.30 WIB
21:00 WIB
S : 38,7°C RR : 56x/menit BB : 4900 gram Konjungtiva : tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi Minum : susu formula BAB : Ada BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan
dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Terapi antibiotik Pemenuhankebutuhan cairan
Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia
akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : Kolaborasi dengan dr. S Sp.A.
- Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit
- Injeksi cefoferazone 1x 200mg
- Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg
- Paracetamol syrup 3x 2ml
29
21.10 WIB
21. 30 WIB21.40 WIB
21.50 WIB
22.00 WIB22.10 WIB
P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya
yaitu nadi, 116x/menit, suhu 38,7OC,pernapasan 56x/menit, berat badan 4900gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana
3. Menginjeksikan cefoferazone 1x200mg dan Ceftriaxone 1x 200mg.Terlaksana
4. Memberikan obat panas. Terlaksana5. Melakukan penimbangan berat badan bayi
yaitu 4900 gram. Terlaksana6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan
mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana
S : Ibu pasien mengatakan demam anaknya sudah berkurang
O : KU : sedang TTV : N : 130x/menit S : 37,6°C RR : 58x/menit BB : 4900 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : ronchi berkurang Dada : tidak ada retraksi BAB : Tidak ada BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit
30
A : Diagnosa: Bayi Ny. “E” usia 4 bulan dengan bronchopneumonia
Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhancairan Kompres seluruhtubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia
akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : -
P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya
yaitu nadi, 130x/menit, suhu 37,6OC,pernapasan 58x/menit, berat badan 4900gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitumengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana
3. Melakukan pemantauan TTV bayi denganmengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam, O : KU : sedang TTV : N : 129x/menit S : 37,8°C RR : 57x/menit BB : 4900 gram Konjungtiva : Tidak pucat Bunyi nafas : bersih Dada : tidak ada
31
retraksi Minum : Susu formula BAB : Tidak ada BAK : Ada Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menitA : Diagnosa: Bayi Ny. “E” usia 4 bulan
dengan bronchopneumonia Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhancairan
Kompres seluruh tubuh Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia
akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : -
P : 1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya
yaitu nadi, 129x/menit, suhu 37,8OC,pernapasan 57x/menit, berat badan 4900gram. Ibu mengerti
2. Memberikan obat panas. Terlaksana3. Menjaga personal hygiene yaitu
mengganti pempers yang terkena BAB danBAK. Terlaksana
4. Mengompres seluruh tubuh pasien denganair hangat. Terlaksana
5. Memantau infuse D5-1/4NS. Terlaksana6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan
mengukur suhu, nadi dan pernapasannya.Terlaksana
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala
panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan
dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan
produktif. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
Berdasarkan teori diatas maka bayi ”E” usia 4
bulan dapat dikatakan menderita bronkopneumonia yang
ditandai dengan panas tubuh yang tinggi, nafas cepat,
serta batuk kering.
Untuk dapat menegakkan diagnosa dapat digunakan
cara pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah.
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra
M. Nettina, 2005)
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi “E”
usia 4 bulan di ruang anak RSUD kota
33
Tanjungpinang maka dapat dinyatakan bahwa bayi “E”
usia 4 bulan menderita bronkopneumonia didasarkan
dengan hasil laboratorium yaitu leukosit 11.500 mm3,
melebihi batas normal yaitu 5000 – 10.000 mm3.
Pemberian terapi serta pemberian KIE yang jelas
diharapkan bisa dimengerti oleh keluarga pasien dan
bisa melaksanakan semua yang telah dianjurkan sehingga
masalah dapat teratasi. Pada bayi “E” telah dilakukan
analisa data maka tidak ada kesenjangan dengan teori
dan praktek. Dengan demikian penulis memberikan asuhan
kebidanan dengan melakukan pemantauan tanda-tanda
vital yaitu pengukuran suhu, nadi, dan pernafasan
serta melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak dalam terapinya sehingga diharapkan masalah yang
terjadi dapat teratasi.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala
panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan
34
dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan
produktif. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh
virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia.
Pada kasus asuhan kebidanan pada pada bayi “E”
usia 4 bulan di ruang anak RSUD kota
Tanjungpinang maka dapat dinyatakan bahwa bayi “E”
menderita bronkopneumonia. Ibu pasien mengeluh anaknya
demam tinggi disertai batuk. Diberi terapi Infus D5-
1/4NS 8 tetes/menit, Injeksi cefoferazone 1x 200 mg,
Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg, Paracetamol syrup 3x
2ml, Ambroxol 3x 1/5 tablet jika ada batuk.
4.2 Saran
Dengan adanya laporan tentang bronkopneumonia ini
diharapkan pada tenaga kesehatan dapat menyesuaikan
tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan
bronkopneumonia. Pada keluarga pasien setelah pulang
ke rumah dapat memantau perkembangan bayinya, terutama
penambahan berat badan bayinya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika: Jakarta
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC: Jakarta
Nettina, S.M. 2005. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC:
Jakarta
Wong, D.L. 2008. Perawatan Pediatrik. EGC: Jakarta
Sujono, R & S, 2009. Asuhan Keperawatan pada
Anak. Edisi pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta
Surasmi, A. 2004. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC: Jakarta
Suriadi, Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Sagung
Seto: Jakarta
36