ISI BUKU KERAGAAN
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of ISI BUKU KERAGAAN
1
I
PENDAHULUAN
1.1. Ayam Petelur
Ayam di Indonesia tentunya tidak asing lagi, sejak
zaman kerajaan Hindu di Indonesia. Banyak masyarakat
yang telah mengenal ayam petelur, karena ayam ini
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Telur
merupakan hasil dari siklus reproduksi ayam betina atau
bagi unggas betina pada umumya dalam proses
menghasilkan keturunan, namun pada ayam petelur,
khususnya ayam petelur untuk diambil telurnya. Ayam
petelur tersebut di Indonesia mulai dikenal menjelang
perang dunia II.
Ayam yang dipelihara oleh masyarakat Indonesia
dalam memproduksi telur masih kalah dengan ayam petelur
yang didatangkan dari luar negeri. Ayam dalam negeri atau
sering kita kenal dengan sebutan ayam kampung atau ayam
buras, kemampuan bertelur berkisar 46 butir per tahun,
sedangkan ayam petelur kemampuan bertelurnya mencapai
180 butir per tahun. Seiring dengan permintaan pasar yang
ada di dalam negeri akan kebutuhan telur dan
perkembangan teknologi persilangan sehingga ayam
petelur dalam negeri sudah dapat menyamai ayam petelur
2
dari luar negeri yang berkemampuan produksi telur jauh
lebih tinggi dari ayam buras. Ayam petelur yang sekarang
kita kenal adalah strain ayam yang mampu bertelur
sebanyak 300 butir lebih per tahunnya. Ayam-ayam itu
pada dasarnya ayam ras yang merupakan ayam hasil
perkawinan silang (silang dalam maupun silang luar) antara
bangsa berbagai bangsa ayam hutan. Ayam hutan merah
(Galus-galus bankiva), ayam hutan ceton (Galus lafayetti),
ayam hutan abu-abu (Galus soneratti), dan ayam hutan
hijau (Galus varius, Galus javanicus), (Zainal Abidin,
2003). Akibat perbedaan kemampuan memproduksi telur,
maka tata laksana pemeliharaannya ayam petelur jauh
berbeda dengan pemeliharaan ayam buras.
Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa
yang dipelihara khusus untukdiambil telurnya. Asal mula
ayam petelur adalah dari ayam hutan yang
telahdidomestikasi dan diseleksi sehingga bertelur cukup
banyak. Arah seleksi ayamhutan ditujukan pada produksi
yang banyak. Namun, karena ayam hutan tadidapat diambil
telur dan dagingnya maka arah dari seleksi tadi mulai
spesifik.
Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging
dikenal dengan broiler,sedangkan untuk produksi telur
dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksijuga
3
diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal
ayam petelur putihdan ayam petelur cokelat.
Ayam petelur adalah ayam yang sangat efisien
untuk menghasilkan telur dan mulai bertelur umur ± 5
bulan dengan jumlah telur sekitar 250--300 butir per ekor
per tahun. Bobot telur ayam ras rata-rata 57,9 g dan ratarata
produksi telur hen day 70%.Menurut Sudarmono (2003)
ayam ras petelur mempunyai sifat-sifat unggul yaitu
sebagai berikut :
a) Laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pada
umur 4,5-5,0 bulan telah mencapai kedewasaan
kelamin dan bobot badan antara 1,6 kg-1,7 kg, pada
waktu itu sebagian dari kelompok ayam tersebut telah
berproduksi. Adapun ayam kampung pada umur yang
sama, bobot badannya baru mencpai sekitar 0,8 kg
kedewasaan kelamin ayam kampung baru dicapai pada
umur 7-8 bulan.
b) Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi
yaitu antara 250-280 butir/tahun, dengan bobot telur
antara 50-60 g/butir. Sedangkan produksi ayam
kampung hanya berkisar antara 30-40 g/butir
c) Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan
ransum pakan sangat baik dan berkorelasi positif.
4
Konversi terhadap penggunaan ransum cukup bagus
yaitu setiap 2,2 kg -2,5 kg ransum dapat menghasilkan
1 kg telur. Dalam hal ini, ayam kampung tidak
memiliki korelasi positif dalam memanfatkan ransum
yang baik dan mahal. Oleh karena itu, ayam kampung
lebih ekonomis bila diberi pakan yang murah.
d) Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, bisa
berlangsung 13-14 bulan, atau hingga ayam berumur
19-29 bulan, walaupun ayam ras hanya mengalami satu
periode bertelur, akan tetapi periode bertelurnya
tersebut berlangsung sangat panjang dan produktif. Hal
ini disebabkan karena tidak adanya periode mengeram
pada ayam ras petelur tersebut. Sedangkan ayam
kampung mengalami periode bertelur berkali-kali,
namun satu periode bertelurnya berlangsung sangat
pendek, yaitu sekitar 15 hari .periode bertelur ayam
kampung terputus-putus, karena ayam kampung
memiliki sfat atau periode mengeram.
Menurut Sudarmono (2003), ayam tipe sedang
memiliki ciri-ciri:
1) ukuran badan lebih besar dan lebih kokoh daripada
ayam tipe ringan, serta berperilaku tenang,
5
2) timbangan badan lebih berat daripada ayam tipe ringan
karena jumlah daging dan lemaknya lebih banyak,
3) otot-otot kaki dan dada lebih tebal, dan
4) produksi telur cukup tinggi dengan kulit telur tebal
dan berwarna cokelat.
Rasyaf (2005) menyatakan ayam petelur tipe medium
disebut juga ayam tipedwiguna atau ayam petelur cokelat
yang memiliki berat badan antara ayam tiperingan dan
ayam tipe berat. Ayam dwiguna selain dimanfaatkan
sebagai ayampetelur juga dimanfaatkan sebagai ayam
pedaging bila sudah memasuki masaafkir.
1.2. Jenis-jenis Ayam Petelur
Strain adalah klasifikasi ayam berbasarkan garis
keturunan tertentu melaluipersilangan dari berbagai kelas,
bangsa, atau varietas sehingga ayam tersebutmemiliki
bentuk, sifat, dan tipe produksi tertentu sesuai dengan
tujuan produksi. Jenis-jenis strain ayam petelur di
Indonesia sangat beragamsebagai contoh:
Strain Isa White memiliki warna bulu putih dan
menghasilkan telur berwarna putih, mulai berproduksi
pada umur 18-19 minggu; rata-rata berat telur 63,1
g,bobot badan 1,775 g.
6
Strain Isa Brown memiliki bulu cokelat kemerahan,
mulai berproduksi umur 18-19 minggu rata-rata berat
telur 62,9 g dan bobot badannya 2,015 g.
Ayam ras Strain CP 909 memiliki bulu berwarna
cokelat kemerahan serta termasuk ayam petelur tipe
medium. Berat tubuh saat awal produksi sekitar 1,5 kg
dengan hen day 5% dan pada saat akhir produksi 1,9-
2,0 kg. Konsumsi ransum saat produksi 110-120
g/ekor/hari dengan konversi ransum 2,1-2,2 kg
ransum.
7
II
PENILAIAN (JUDGING) AYAM PETELUR
Perlu untuk diingat, bahwa tidak semua ayam dalam
satu flock akan bertelur pada tingkat yang sama. Beberapa
ayam munkin tidak akan bertelur, sementara yang lain
mungkin dapat berproduksi lebih awal dari sebagian besar
kawanan. Secara ekonomi, akan sangat membantu untuk
menemukan ayam tersebut dan megeluarkannya dari
kawanan (flock). Untuk melakukannya memerlukan
kemampuan untuk menilai persistensi dan intensitas
bertelur dari setiap ayam. Persistensi bertelur dapat
diartikan dengan jumlah telur yang dihasilkan selama
periode waktu tertentu. Intensitas bertelur mengacu pada
tingkat produksi telur saat ini.
Pemilihan/ seleksi ayam petelur dapat dilakukan
dengan cara fisual, pengamatan fisik dan produktivitasnya.
Pemilihan tersebut dapat dilaksanakan dengan pengamatan-
pengamatan pada bentuk fisik ayam ; misalnya : bentuk
tubuh, warna kaki, tingkah laku ayam, keadaan vent dan
sebagainya. Bentuk tubuh ayam yang lebar dan dalam,
panjang, bagian perut belakang ( vent ) membulat dan
berbentuk besar dan lunak merupakan cirri-ciri ayam yang
8
produktivitasnya tinggi. Selain itu ciri-ciri ayam yang
produktivitasnya tinggi misalnya tingkah laku yang selalu
aktif, paruh pendek dan kuat, jengger yang merah dan
cerah, pertumbuhan yang normal selama pemeliharaan dan
sebagainya.
2.1. Persistensi Bertelur
Ketika menempatkan ayam pada kelas tertentu untuk
masa akhir produksi, kriteria pertama untuk dievaluasi
adalah persistensi bertelur, yaitu jumlah telur ayam telah
dihasilkan selama periode waktu tertentu. Persistensi awam
ditentukan oleh pigmentasi kulit dan molting, namun
pigmentasi adalah kriteria pertama yang digunakan untuk
menempatkan kelas ayam.
Ayam memiliki kulit berwarna kuning, seperti
Leghorns, kehilangan pigmen dari kulit mereka merupakan
karakteristik penting untuk menentukan persistensi ayam
tersebut. Pada pullet yang sedang tumbuh, pigmen kuning
disimpan di kulit, paruh, shank, dan kaki. Setelah pullet
mulai bertelur, pigmen dalam pakan digunakan untuk
warna kuning pada kuning telur dan bukan lagi pada area
kulit berpigmen.
9
Gambar 1. Bagian-bagian tubuh ayam.
Pigmen dipindahkan dari bagian-bagian tubuh yang
berbeda dan digunakan untuk produksi telur dimulai dari
vent, mata, cuping telinga, paruh (sudut mulut ke ujung),
bagian bawah kaki, shank (depan, belakang, dan sisi), dan
akhirnya hock dan atas jari-jari kaki, terutama apabila
pigmen yang berasal dari pakan tidak mencukupi.
10
Setelah ayam berhenti bertelur, pigmen dalam pakan
akan disimpan kembali ke bagian-bagian tubuh tadi dengan
urutan yang sama seperti urutan kehilangan pigmen.
Gambar 2. Perbandingan warna kulit sekitar area vent
pada ayam dengan produksi rendah (kiri)
dan produksi tinggi (kanan).
Seperti dikatakan sebelumnya, bahwa bagian pertama
yang kehilangan pigmen adalah vent. Seekor ayam yang
telah melewati masa produksi yang tinggi, hanya memiliki
sangat sedikit bahkan tidak ada pigmen kuning di sekitar
vent-nya. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2, ayam di
sebelah kiri memiliki pigmen kuning yang tersisa di vent.
Ventdari ayam di sebelah kanan telah berwarna putih,
menunjukkan ia telah bertelur lebih banyak dan karena itu
persistensinya lebih baik.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3, tidak ada
pigmen kuning pada lingkar mata, cuping telinga, atau
paruh ayam yang telah berproduksi. Pigmen kuning muncul
11
pada ayam petelur yang berproduksi rendah. Selain
perbedaan dalam pigmentasi, jengger ayam petelur
produksi rendah lebih kecil dan pucat. Kepala juga terlalu
panjang sebanding dengan kedalaman.
Gambar 3. Perbandingan warna kuning lingkar mata,
cuping telinga, dan paruh pada ayam
dengan produksi rendah (kiri) dan produksi
tinggi (kanan).
Intensitas pigmen kuning menurun pada bagian shank
dan kaki apabila produksi telur meningkat (lihat Gambar
4). Ayam di sebelah kiri memiliki banyak pigmen kuning
yang tersisa di shank, kaki, dan bagian atas jari kaki, ayam
tersebut memproduksi telur lebih sedikit dibandingkan dua
ayam lainnya.
12
Gambar 4. Perbandingan warna shank dan kaki ayam
mulai dari produksi rendah (kiri) hingga
produksi tinggi (kanan).
2.2. Intensitas Bertelur
Jika dua ayam pada suatu kelas memiliki pigmentasi
yang sama (persistensi yang sama) maka pasangan ini
dibandingkan berdasarkan intensitas bertelur. Intensitas
bertelut menunjukkan seberapa baik ayam berproduksi
pada saat ini. Seekor ayam mungkin dapat bertelur sangat
banyak dalam periode tertentu (ayam lebih persisten),
namun tidak bertelur saat ini (intensitas bertelur kurang)
Intensitas bertelur ditentukan oleh kualitas
penanganan, kapasitas perut, dan molting. Jadi setelah
membandingkan tingkat pigmentasi, faktor berikutnya yang
perlu dipertimbangkan adalah kualitas penanganan.
Kualitas penanganan mengacu pada jumlah lemak di
daerah perut. Tidak seperti sapi, yang menempatkan
kelebihan energi ransum mereka sebagai lemak antara serat
13
otot untuk menghasilkan efek marbling daging sapi,
depositlemak unggas di bawah kulit dan di daerah perut
yang disebut sebagai bantalan lemak (pad fat) (lihat
Gambar 5).
Gambar 5. Deposisi lemak pada ayam, termasuk
lemak abdominal.
Seekorayam menggunakan energi dalam pakan yang
dimakan untuk menghasilkan telur. Jika tidak bertelur,
ayam tidak memerlukan banyak energi dan banyak energi
dari pakan dimakan disimpan sebagai lemak. Oleh karena
itu, jumlah lemak di perut dapat dijadikan indikator yang
baik dari tingkat produktifitasayam dalam bertelur.
Gambar 6. Lokasi vent, tulang pubik dan sternum
(keel) pada ayam.
14
Gambar 7. Ketebalan kulit pada area abdominal.
Ayam dengan produksi telur tinggi
(kiri) memiliki kulit yang lebih tipis dan
lentur daripada ayam dengan produksi
rendah (kanan).
Untuk mengevaluasi kualitas penanganan, perlu
diketahui lokasi tulang pubis dan sternum (keel) pada area
abdominal (lihat Gambar 6). Ambil sejumput kulit tepat di
bawah tulang pubis, dan gulung dengan lembut antara ibu
jari dan jari untuk mengevaluasi ketebalanya (lihat Gambar
7). Jika ayam dalam masa produksi, energi ransumnya
digunakan untuk produksi telur dan ayam tidak akan
memiliki banyak lemak di perut. Jika ayam tidak bertelur,
energi disimpan dalam lapisan lemak di daerah perut.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 8, ayam dalam masa
produksi akan memiliki kulit yang lebih tipis dan elastis di
daerah perut daripada ayam yang tidak sedang berproduksi.
Ukuran penilaian kedua intensitas ayam petelur adalah
kapasitas perut. Semakin besar kapasitas perut, semakin
baik tingkat produksi telur. Untuk mengevaluasi kapasitas
perut, data dilakukan dengan menempatkan jari diantara
15
tilang pubis (lihat Gambar 6 untuk melihat lokasi tulang
pubis). Kemudian hitung berapa jarak antara dua tulang
tersebut dengan satuan jari. Jarak tersebut disebut lebar
perut. Hitung jarak antara tulang pubis dengan sternum
(keel) dengan satuan jari. Jarak tersebut disebut kedalaman
perut. Kapasitas perut kemudian digambarkan sebagai lebar
dengan kedalaman perut.
Gambar 9 memberikan contoh kapasitas perut pada
dua ayam. Kapasitas perut dari ayampada gambar atas
adalah lebar dua jari dengan kedalaman dua jari. Ini adalah
contoh dari ayam petelur yang jelek.Kapasitas perut dari
ayam petelur pada foto bawah adalah lebar tiga jari dengan
kedalaman empat jari. Ini adalah contoh dari ayam petelur
yang baik.
Gambar 8. Kapasitas abdominal untuk ayam produksi
rendah (atas) dan produksi tinggi (bawah).
16
2.3. Molting
Molting adalah faktor lain yang digunakan untuk
mengevaluasi persistensi ayam petelur. Bulu pendek di
tengah sayap dikenal sebagai bulu aksial. 9 bulu di luar
bulu aksial adalah bulu primer (lihat Gambar 9).
Periksa 10 bulu primer ini untuk mengevaluasi status
moltingnya. Ayam yang sedang molting kehilangan bulu
primer, dimulai dengan bulu yang paling dekat dengan bulu
aksial dan bergerak ke luar. Bulu tua yang belum molted
akan rontok pada ujung dan mungkin kotor dan atau rusak.
Bulu baru biasanya halus dan bersih.
17
Gambar 9. Bulu axial dam primer pada sayap ayam
yang tidak sedang molting
Foto-foto di Gambar 10 menunjukkan dua ayam di
berbagai tingkat molting. Ayam di atas kehilangan satu
bulu primer - disebut sebagai molting satu-bulu. Ayam di
bawah memiliki empat bulu primer baru - disebut sebagai
molting empat bulu.
Ketika ayam molting, biasanya mereka tidak
berproduksi, tetapi beberapa ayam akan terus bertelur saat
molting. Biasanya, produksi akan menurun pasca molting.
19
III
KESIMPULAN
Ketika menempatkan kelas ayam dalam kontes
penjurian unggas, kriteria pertama untuk mengevaluasi
adalah tingkat pigmentasi, karena merupakan indikator
persistensi ayam.
Jika dua ayam memiliki pigmentasi yang sama,
penilaian selanjutnya atas dasar kualitas penanganan,
yang dapat dilihat dari perlemakan dan kapasitas
abdominal.
Ayam dengan persistensi tertinggi berada pada kelas
teratas, terlepas dari intensitas bertelurnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z, 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras
Petelur. Cetakan ke-1. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rasyaf, 2005. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras
Petelur. Kanisius, Yogyakarta.
Jacob Jacquie and Pescatore Tony. 2012.Kentucky 4-H Poultry: Evaluating Egg-Laying Hens.Cooperative Extension Service. University Of Kentucky College Of Agriculture, Lexington, Ky, 40546.