Translate Jurnal

download Translate Jurnal

of 12

description

jiwa

Transcript of Translate Jurnal

Promosi kesehatan mental mengacu pada langkah-langkah yang berkontribusi memaksimalkan kesehatan mental dan kesejahteraan individu dan masyarakat. Mentargetkan seluruh penduduk dan berfokus pada faktor penentu kesehatan mental yang berkontribusi meningkatkan pemberdayaan dan kemampuan untuk beradaptasi secara individu maupun komunitas.Promosi kesehatan mental mengacu untuk membangun individu, kondisi sosial dan lingkungan yang mendukung pengembangan optimal kesehatan mental.Sejak promosi kesehatan mental mentargetkan populasi global, juga dapat ditargetkan pada orang yang menderita gangguan mental serta mereka yang kesehatan mentalnya tidak terancam.5 Pencegahan gangguan mental berusaha untuk mengurangi prevalensi penyakit dengan mengatasi faktor-faktor risiko yang mengancam kesehatan mental individu sebelum masalah muncul. Ini termasuk tindakan pada faktor risiko yang terkait dengan gangguan mental dan kondisi patogen, dan upaya menargetkan kelompok orang berisiko mengembangkan masalah kesehatan mental. Pencegahan Universal mempengaruhi seluruh penduduk tanpa faktor kerentanan sedangkan tindakan selektif menargetkan individu atau sub-kelompok yang berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental karena karakteristik pribadi atau keluarga, sosial atau faktor lingkungan. Menargetkan individu yang berisiko, dengan tanda-tanda atau gejala yang cenderung mengalami gangguan mental meskipun orang-orang ini tidak memenuhi kriteria diagnostik. 5

Promosi kesehatan mental dan pencegahan berbeda dalam tujuan mereka masing-masing tetapi beberapa upaya mereka saling terkait. Promosi kesehatan mental umumnya merupakan pendekatan global, di mana kegiatan pencegahan gangguan mental disertakan. 5

Meningkatkan kesehatan mental dari populasi memerlukan pengenalan identifikasi kasus dan penilaian skrining. Penilaian ini, jika mengarah ke suatu diagnosis, memungkinkan intervensi dini untuk mencegah komplikasi atau memperburuk kondisi. Tujuan skrining adalah untuk mengidentifikasi individu tanpa gejala pada populasi sasaran yang berada di tahap awal penyakit. Ini dapat dilakukan secara sistematis, selama pemeriksaan rutin tahunan atau secara oportunistik. Efisiensi penyaringan tergantung pada ketersediaan alat valid, penggunaan yang tepat dari alat ini, dan kemampuan pelayanan kesehatan primer untuk menanggapi peningkatan permintaan untuk evaluasi dan pengobatan diagnostik. 5

Model konseptual yang diadopsi menggabungkan unsur-unsur pencegahan model Albee dan unsur-unsur promosi model MacDonald dan O'Hara. Menargetkan seluruh penduduk, dan memberikan perhatian khusus kepada individu yang dianggap berisiko lebih besar terkena gangguan mental. Hal ini didasarkan pada pendekatan promosi kesehatan mental yang mengintegrasikan elemen pencegahan. Seperti MacDonald dan O'Hara, bahwa meningkatkan kesehatan mental dari populasi umum melibatkan satu set penentu sosial, meningkatkan faktor perlindungan dan mengurangi dampak negatif dari faktor risiko yang terkait dengan gangguan mental. Model ini memiliki 10 kategori faktor yang harus diatasi untuk meningkatkan kesehatan mental dan mencegah gangguan mental pada populasi umum.5Model ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kesehatan mental dengan melakukan pencegahan melalui faktor kategori positif - sumber dasar pribadi, harga diri, dan dukungan sosial - harus ditingkatkan, dan efek dari kategori faktor negatif - faktor organic negatif, stres dan ketidaksetaraan sosial-ekonomi harus berkurang. Hal ini juga menempatkan penekanan pada pentingnya menangani empat faktor kategori lain lebih khusus berkaitan dengan promosi kesehatan. Terdiri dari memperkuat pengaruh positif dari lingkungan yang mendukung dan inklusi sosial, sekaligus mengurangi pengaruh negatif dari lingkungan yang tidak mendukung dan pengucilan sosial. 5Seperti pada model yang dikembangkan oleh MacDonald dan O'Hara, model yang diadopsi hadir dalam perspektif ekologi, dan menjadi pengingat bahwa kesehatan mental dan upaya untuk mempromosikan dan untuk mencegah gangguan tidak hanya mengandalkan pada faktor individu dan lingkungan tetapi juga pada interaksi keduanya. Model ini didasarkan pada pendekatan perkembangan, dengan kata lain, bahwa pematangan dan pengembangan merupakan hasil dari interaksi dari semua faktor individu dan lingkungan. 5Gambar 1. Model Konseptual5

Diadopsi dari effective interventions in mental health promotion and mental disorder prevention5

Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa51. Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan mental2. Intervensi untuk promosi kesehatan mental dan mencegah gangguan mental di tempat kerja3. Intervensi untuk mendukung pemberi perawatan4. Intervensi untuk mendukung pengembangan masyarakat5. Intervensi untuk mempromosikan aktivitas fisik6. Skrining dan intervensi untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga7. skrining sistematis untuk depresi dan intervensi dengan orang dewasa

Pengetahuan kesehatan mental mengacu pada "pengetahuan dan keyakinan tentang gangguan mental yang membantu mengenali, manajemen dan pencegahan. Pengetahuan kesehatan mental penting khususnya di kalangan orang dewasa muda, mungkin karena fakta bahwa gejala pertama dari gangguan mental umumnya muncul sebelum usia 26 dan keterlambatan dalam pengobatan meningkatkan risiko yang lebih serius. Kurangnya pengetahuan dan sikap negatif tentang gangguan mental juga dapat menghalangi pelaksanaan langkah-langkah promosi dan pencegahan serta kemampuan masyarakat untuk mengenali dan merespon secara cepat dan memadai terhadap kebutuhan bantuan pada mereka yang menderita gangguan mental. Juga menyebabkan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap penderita gangguan mental. 5

Menurut hasil studi Australia, Eropa dan Amerika, pengetahuan kesehatan mental di kalangan masyarakat kurang dalam beberapa hal. Sebagai contoh, dalam studi oleh Jorm dkk. (1997), dua sketsa klinis dipresentasikan kepada lebih dari 2000 orang Australia. Hanya 39% dari sampel mampu mengidentifikasi depresi pada sketsa tersebut. Sebuah studi serupa di Swiss memberikan hasil yang sama. Ketidakmampuan untuk mengenali gejala-gejala gangguan mental, baik dalam diri sendiri dan orang lain, dapat berkontribusi pada keterlambatan dalam pengobatan dan, dalam beberapa kasus, menyebabkan mencari bantuan yang tidak tepat. 5

Selain itu, pengetahuan kesehatan mental pada remaja pria lebih rendah dibandingkan remaja wanita. Penelitian oleh Cotton et al. (2006) dari remaja Australia antara usia 12 dan 25 tahun telah menunjukkan bahwa remaja pria tidak hanya kurang memiliki kemampuan untuk mengenali gejala yang berhubungan dengan depresi tetapi mereka juga lebih cenderung untuk memilih alkohol sebagai pengobatan. 5

Dua pendekatan utama yang digunakan untuk intervensi di tempat kerja: pendekatan individu dan pendekatan organisasi. Tujuan utama dari pendekatan individu untuk meningkatkan kemampuan individu untuk beradaptasi dengan situasi dan mengelola stres mereka dengan baik. Pendekatan organisasi bertujuan untuk mengurangi faktor patogen dan meningkatkan faktor perlindungan yang berkaitan dengan organisasi. Secara khusus, termasuk intervensi untuk memodifikasi organisasi kerja dan metode komunikasi, meningkatkan dukungan antara rekan-rekan, dan menerapkan pendekatan partisipatif untuk pengambilan keputusan. 5

Stres kerja diakui sebagai sumber potensial masalah yang mengekspresikan diri melalui berbagai gejala dan penyakit dikelompokkan bersama seperti tekanan psikologis, kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat psikotropika, dan penyakit kardiovaskular. Setiap masalah yang terkait dengan stres di tempat kerja merupakan biaya yang cukup besar bagi masyarakat, karena absensi, hilangnya produktivitas dan biaya kesehatan. 5 Banyak faktor psikososial berkaitan dengan stres di tempat kerja. Faktor-faktor ini adalah: kontrol (otonomi, partisipasi, penggunaan keterampilan dan pengembangan), beban kerja (kuantitas, kompleksitas, kendala waktu), peran (konflik, ambiguitas), hubungan dengan orang lain (dukungan sosial, gangguan, pengakuan), prospek karir (promosi, penurunan pangkat), iklim organisasi dan budaya (komunikasi, struktur hirarkis); dan interaksi antara kerja dan kehidupan pribadi seseorang. 5

Marine dkk. (2007) melakukan tinjauan intervensi sistematis (individu dan organisasi) berkontribusi terhadap pengurangan stres pada lingkungan kerja profesional kesehatan. Para penulis melaporkan bahwa, secara umum, efek yang diperoleh dengan pendekatan individu dan organisasi muncul enam bulan sampai dua tahun setelah intervensi. Selain itu, menurut tinjauan sistematis oleh Michie et al. pada faktor-faktor dan intervensi untuk mencegah masalah kesehatan mental dan ketidakhadiran di tempat kerja, pendekatan organisasi dapat mengurangi masalah psikologis antara karyawan. Pendekatan yang paling efektif adalah mereka dengan tujuan meningkatkan: 1) dukungan / bantuan dan umpan balik manajer diberikan kepada karyawan, 2) partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dan 3) komunikasi dalam organisasi. 5

Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah intervensi dengan tujuan mencegah kelelahan dan meningkatkan kesehatan mental pengasuh informal yang telah dikembangkan dan diuji. Intervensi ini berupa: bantuan dasar, pendidikan, kelompok pendukung, manajemen stres, pelatihan, terapi individu dan kelompok. Mereka dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan tujuan mereka: 1) orang-orang dengan tujuan mengurangi beban pengasuh; dan 2) mereka dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan pengasuh individu dan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi situasi mereka. 5

Penelitian menunjukkan bahwa pengasuh informal yang yang peduli untuk individu yang sudah lanjut usia dan / atau sakit memiliki peningkatan risiko menderita masalah kesehatan fisik dan mental, isolasi, perasaan tidak berdaya, dan masalah keuangan. Pengasuh yang merawat orang dengan demensia mengalami tekanan psikologis lebih besar daripada pengasuh lainnya dan orang dewasa pada umumnya. Beban dan ancaman terhadap kesehatan mental dari orang-orang yang peduli untuk individu penderita skizofrenia sangat tinggi. Meskipun beberapa pengasuh mendapat manfaat dari peran kepedulian mereka, banyak yang merasa perlunya dukungan psikologis dan dasar. 5

Tujuan dari dukungan pengembangan masyarakat adalah untuk membantu individu dan masyarakat meningkatkan rasa kontrol atas kesehatan mereka sendiri dan cara untuk memperbaikinya. Pengembangan masyarakat telah didefinisikan sebagai proses kerjasama sukarela, saling mendukung, dan membangun hubungan sosial antara warga dan lembaga masyarakat setempat. Langkah ini secara khusus bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan seluruh penduduk, dan membangun dan memelihara kepercayaan dan hubungan timbal balik antara warga, masyarakat sipil, dan pemeran pembangunan daerah secara langsung menangani faktor penentu sosial dari kesehatan. 5

Sebuah studi oleh Lorant dkk. (2003) memberikan beberapa petunjuk dalam hal ketidaksetaraan sosial-ekonomi dan hubungan mereka dengan depresi. Menurut hasil meta-analisis mereka, orang yang hidup dalam konteks sosial ekonomi kurang memiliki risiko sedikit lebih tinggi mengalami episode pertama dari depresi dan ada risiko moderat yang menjadi persisten. Dalam nada yang sama, dalam tinjauan sistematis mereka tentang hubungan antara posisi sosial dan gangguan mental, Fryers, Melzer dan Jenkins (2003) mempertahankan bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang rendah, tanpa pekerjaan, dan dengan pendapatan rendah lebih berisiko menderita gangguan mental, seperti kecemasan dan depresi. 5

Leventhal dan Brooks-Gunn (2003) meneliti dampak dari proyek masyarakat dengan tujuan membangun hubungan antara tempat tinggal dan kesehatan mental. Keluarga yang tinggal di perumahan bersubsidi di lingkungan yang sangat miskin dalam lingkungan yang kurang beruntung. Penelitian ini membandingkan hasil indikator kesehatan mental yang diperoleh antara tiga kelompok keluarga: satu kelompok yang tetap di perumahan di lingkungan yang sangat miskin dan dua kelompok yang direlokasi ke lingkungan yang sedikit lebih baik. Hasil uji coba terkontrol secara acak ini menunjukkan bahwa keluarga yang direlokasi ke lingkungan sedikit lebih baik memiliki gejala distres lebih sedikit daripada yang tinggal di lingkungan yang sangat dirugikan. Meskipun tidak adanya hasil yang jelas, para ahli tetap setuju bahwa investasi yang lebih besar diperlukan dalam modal sosial dan pendekatan dukungan pengembangan masyarakat. 5

Dalam studi epidemiologi, aktivitas fisik secara teratur dikaitkan dengan keadaan kesejahteraan, baik harga diri, penilaian yang lebih positif dari kesehatan fisik dan mental seseorang, dan insiden lebih rendah dari masalah kesehatan mental. Hal ini juga terkait, terutama di kalangan orang dewasa muda, dengan risiko perilaku berkurang seperti penyalahgunaan obat dan alkohol dan perilaku kekerasan. 5

Menurut Stathopoulou dkk. (2006), salah satu hipotesis yang paling populer menunjukkan bahwa aktivitas fisik melindungi individu dari gangguan mental dengan bertindak pada metabolisme, neurotransmitter (ex .: serotonin, opioid endogen), dan regulasi tidur. Hipotesis kedua menunjukkan bahwa aktivitas fisik menghasilkan efek psikososial yang positif dengan mempromosikan pengembangan perasaan keberhasilan diri dan harga diri, ketika mengganggu pikiran negatif yang terkait dengan reaksi fisik karena stres. 5

Biddle (2000) yang melakukan tinjauan literatur menyatakan bahwa, dalam pandangannya, mungkin ada asosiasi moderat antara aktivitas fisik dan indeks tertentu kesejahteraan subjektif. Dia melaporkan bahwa hasil dari studi eksperimental ia menganalisis konfirmasi keberadaan efek positif moderat aktivitas fisik pada suasana hati, terutama ketika orang-orang yang terlibat dalam fokus aktivitas fisik untuk meningkatkan tujuan pribadi mereka. 5

kekerasan dalam rumah tangga ditandai dengan serangkaian aksi berulang yang sering terjadi dalam kurva menaik, yaitu meningkatnya kekerasan. Jenis kekerasan termasuk kekerasan psikologis, verbal, fisik dan seksual. Kekerasan dalam rumah tangga bukan hasil dari hilangnya kontrol; sebaliknya, itu adalah cara yang dipilih mendominasi orang lain dan menegaskan otoritas atas dia. 5Kekerasan dalam rumah tangga dapat menghasilkan efek jangka pendek dan jangka panjang, seperti masalah fisik (sakit kronis, gangguan usus) atau alam psikologis (stres, depresi, stres pasca-trauma, bunuh diri dan penyalahgunaan zat). Efek berbahaya ini dapat bertahan lama setelah kekerasan telah berakhir. Kekerasan dalam rumah tangga juga dapat dikaitkan dengan pembunuhan dan bunuh diri. Faktor risiko tertentu, seperti rendah diri, depresi dan kecemasan atau kepribadian anti-sosial, meningkatkan risiko menjadi korban atau agresor. Faktor-faktor lain termasuk obat dan penyalahgunaan alkohol dan memiliki riwayat kekerasan fisik atau seksual. 5

Depresi dikenal sebagai gangguan mental dengan risiko tinggi kekambuhan, terutama bila timbul gejala sisa yang, dan itu sering menjadi kronis. 5Depresi biasanya dapat mengakibatkan cacat fungsional yang signifikan, masalah kesehatan fisik, dan dampak negatif pada kualitas hidup. Selain itu, meningkatkan risiko kematian dini oleh bunuh diri, kecelakaan atau komplikasi akibat penyalahgunaan zat. 5 Namun, faktor perlindungan tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seorang individu mampu berkembang meskipun dihadapkan dengan kesulitan. Faktor-faktor ini adalah: kecerdasan, kompetensi sosial, dan kualitas lingkungan keluarga. Skrining dan intervensi yang efektif harus memberikan kontribusi terhadap perkembangan faktor-faktor dalam individu dan atau lingkungan hidup nya. 5

Kaplan 319-320Pencegahan PrimerTujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah onset penyakit atau gangguan, dengan demikian menurunkan insidensinya (rasio kasus baru terhadap populasi di dalam periode waktu tertentu). Tujuan tersebut dicapai dengan menghiIangkan agen penyebab, menurunkan faktor risiko, meningkatkan daya tahan host, dan mengganggu transmisi penyakit. Untuk beberapa gangguan fisik identifikasi dan modifikasi satu atau lebih faktor tersebut sangat mengubah perawatan kesehatan.Program pencegahan primer juga bertujuan menghilangkan agen penyebab stres dan menurunkan stres. Program tersebut termasuk perawatan prenatal dan penatal untuk menurunkan insidensi retardasi mental dan gangguan kognitif pada anak-anak (sebagai contohnya, memperbaiki nutrisi dan menghentikan alkohol dan zat lain selama kehamilan.6Pencegahan SekunderTujuan pencegahan sekunder didefinisikan sebagai identifikasi dini dan pengobatan segera terhadap penyakit atau gangguan, dengan tujuan menurunkan prevalensi (proporsi kasus yang ditemukan di dalam populasi yang berada dalam risiko dalam periode waktu tertentu ) gangguan dengan memperpendek durasinya. Intervensi krisis dan pendidikan masyarakat adalah komponen dan pencegahan sekunder . 6Pencegahan TersierTujuan pencegahan tersier adalah untuk menurunkan prevalensi defek dan kecacatan residual yang disebabkan oleh penyakit atau gangguan. Pada kasus gangguan mental, pencegahan tersier memungkinkan mereka dengan penyakit mental kronis untuk mencapai tingkat fungsional tertinggi yang dimungkinkan. Kecacatan yang berhubungan dengan penyakit mental kronis adalah masalah sosiaI, ekonomi, dan kesehatan masyarakat yang utama. Di Amerika Serikat kecacatan tersebut yang mengenai lebih dari 3 juta orang, adalah sangat menghabiskan biaya, dan menyebabkan penderitaan bagi orang yang terkena, keluarga, dan lingkungannya. 6Yang dimaksud dengan pencegahan tersier dalam ilmu kedokteran jiwa pencegahan adalah usaha untuk mengurangi cacat atau rendahnya fungsi peran yang diakibatkan gangguan jiwa. Sasaran utama usaha pencegahan tersier ini adalah para mantan penderita gangguan jiwa yang sudah menjalani perawatan dan mencapai tingkatan remisi tertentu. Apabila usaha ini berhasil, maka terjadi penurunan jumlah penderita gangguan jiwa yang menjadi cacat atau tergantung hidupnya pada keluarga atau tergantung hidupnya pada keluarga atau Iingkungan (dependent rate). Ada satu program dalam pencegahan tersier, yaitu rehabilitasi.6

Efektifitas kebijakan skrining sistematis merupakan sumber kontroversi. Di satu sisi, meta-analisis oleh Pignone dkk. (2002) yang dilakukan untuk Task Force Pencegahan AS, berdasarkan penelitian yang dilakukan antara tahun 1976 dan 2001, menunjukkan bahwa skrining sistematis untuk depresi di kalangan orang dewasa di populasi umum menggunakan kuesioner secara rutin diberikan mungkin lebih efektif dalam mengurangi efek dari depresi dibandingkan sederhana medis tindak lanjut, terutama ketika screening ini merupakan bagian integral dari program yang memberikan perawatan yang tepat dan tindak lanjut. Berdasarkan meta-analisis ini dan pada review sistematis pelengkap termasuk penelitian yang diterbitkan pada tahun 2001 dan 2002, Satuan Tugas Kanada pada Perawatan Kesehatan Preventif merekomendasikan skrining sistematis jika disertai dengan tindak lanjut (umpan balik mengenai depresi untuk dokter) dan efektif pengobatan (obat atau intervensi psikoterapi).

Skrining dan intervensi untuk mencegah kekerasan dalam rumah tanggaSejumlah penulis menyatakan bahwa ada bukti yang cukup untuk mendukung skrining sistematis kekerasan dalam rumah tangga di kalangan perempuan di layanan kesehatan primer. Namun, disarankan bahwa dokter mengawasi untuk tanda-tanda penganiayaan selama pemeriksaan mereka dan, jika memungkinkan, meminta wanita memberitahu jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Pedoman menganjurkan deteksi pada tanda kekerasan dalam rumah tangga dalam hal pencegahan oleh praktisi klinis, dan memberi bantuan untuk memastikan keselamatan korban.Skrining sistematis intervensi depresi dan efektifSatuan Tugas Kanada pada Pelayanan Kesehatan Preventif merekomendasikan orang dewasa skrining ketika diagnosis yang akurat, pengobatan yang efektif dan hati-hati tindak lanjut dapat disediakan.