Translate
-
Upload
ahmad-fajril-haq -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of Translate
Perbandingan Persepsi Nyeri Anestesi Gigi Intraoral Dengan Jarum Ukuran 26 dan 30 Pada Anak-Anak usia 6-12 Tahun
ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan secara in-vivo persepsi rasa sakit anak-anak untuk anestesi lokal (AL) dengan menggunakan jarum ukuran 26 dan 30 dengan usia, jenis kelamin, dan kunjungan yang berbeda. Tiga puluh anak-anak (16 laki-laki dan 14 perempuan) yang menjalani prosedur gigi rutin dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Anak-anak dibagi menjadi dua kelompok: Grup A: 12 anak usia 6-8 tahun Grup B: 18 anak-anak berusia 9-12 tahun. Informed consent diperoleh dari orang tua. Parameter perilaku obyektif dan subyektif dievaluasi dengan analisis t-test dan analisis Chi-squared, dan signifikansi ideal pada P <0,05. Skor nyeri rata-rata untuk jarum ukuran 26 diperolehsebesar 2.80 sedangkan untuk skor nyeri untuk jarum ukuran 30 sebesar 2.37. Perbedaan rata-rata ditemukansignifikan secara statistik (P = 0,001). Rata-rata nyeri pasien yang menerima AL pada kunjungan pertama dengan jarum ukuran 30 ditemukan sebesar 2,00, sedangkan untuk kunjungan kedua sebesar 2.61. Perbedaan nyeri rata-rata ditemukan signifikan secara statistik (P = 0,01). Tidak ada perbedaan signifikan berkaitan dengan usia dan jenis kelamin. Rasa sakit akibat penetrasi injeksi mungkin dapat diatasi dengan menggunakan jarum yang lebih tipismeskipun terdapat perbedaanpersepsi nyeri. Selama kunjungan anak ke dokter gigiyang pertama, penggunaan armamentarium yang sedikit menyebabkan rasa sakit akan membantu dalam mengurangi kecemasan dan perlahan-lahan mengurangi sensitifitas pasien.
PENDAHULUAN
Perilaku yang berhubungan dengan ketakutan telah lama dikenal sebagai
aspek yang paling sulit dari manajemen pasien dan bisa menjadi penghambat
untuk perawatan yang baik.[1] Di antara semua bentuk parah dari ketakutan,
ketakutanpada prosedur kedokteran gigi menduduki peringkat kesepuluh.[2 ]
Trypanophobia (ketakutan irrasional terhadap jarum suntik) tidak jarang terjadi
pada pasien dokter gigi.[3]Anestesi lokal (AL) adalah teknik utama pada kontrol
nyeri dalam kedokteran gigi. Injeksi kokain dengan epinefrin pada tahun 1885
oleh William Halsted,untuk pertama kalinyamemungkinkan prosedur bedah
dilakukan tanpa rasa sakit pada manusia yang sadar.[3]Pemberian AL tanpa rasa
sakit merupakan suatu keharusan, terutama bila digunakan untuk anak-anak
prasekolah.[4]Demi pengembangan ilmu pengetahuan, terdapat sedikitpenelitian
tentang pengaruh ukuran jarum terhadap persepsi nyeri saat injeksi anestesi gigi
lokal pada anak-anak. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi persepsi rasa sakit anak-anak dan merekam reaksi mereka, ketika
diberikan AL dengan jarum ukuran 26 dan 30.
BAHAN DAN METODE
Penelitian terbaru secara in-vivo telah dilakukan di Departemen Pedodontik
dan Preventive DentistryRumah Sakit Pendidikan Kedokteran Gigi Universitas
Rajah Muthiah, untuk membandingkan secara in-vivo persepsi nyeri anak-anak
terhadap AL menggunakan jarum berukuran 26 dan 30. Tiga puluh anak-anak (16
laki-laki dan 14 perempuan) yang memenuhi kriteria inklusi dipilih untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Sebelumnya dilakukan penilaian perilaku pra
operasi menggunakan skala Frankl et al.[6] Anak-anak dibagi menjadi dua
kelompok:
Grup A: 12 anak usia 6-8 tahun (usia sekolah dasar)
Grup B: 18 anak usia 9-12 tahun (usia sekolah menengah).
Kriteria Inklusi
Dalam penelitian ini kriteria inklusi adalah, anak-anak dengan kebutuhan
perawatan di dua kuadran yang berbeda baik pada rahang atas atau rahang bawah,
anak-anak dengan beberapa gigi sulung yang dipertahankan, gigi
nonsimtomatikyang memerlukan ekstraksi atau terapi pulpa dan gigi
asimtomatik/sisa akar yang membutuhkan ekstraksi. Kriteria lain adalah anak-anak
yang sehat tanpa perawatan gigi sebelumnya, membutuhkan minimal dua janji
prosedur klinis untuk operasi yang sama di kedua sisi rahang yang sama didahului
dengan suntikan bius lokal, tidak ada kondisi kedaruratan. Kriteria berikutnya adalah
anak-anak yang menunjukkan perilaku positif atau sangat positif selama evaluasi
pretreatment (peringkat 3 atau 4 dalam skala Frankl), dan tidak satupun dari mereka
yang membutuhkan premedikasi sebelum perawatan gigi.
Kriteria Eksklusi
Anak-anak dengan kebutuhan perawatan darurat seperti abses, selulitis dan
infeksi spasia, anak-anak dengan pengalaman masa lalu yang menyakitkan, anak-
anak/orang tua tidak bersedia untuk berpartisipasi dan yang dikategorikan negatif atau
pasti negatif dalam perilaku pra prosedur menurut penilaian Frankl tidak dimasukkan
sebagai objek penelitian.
Semua orang tua diberitahu tentang perawatan dan prosedur perawatan, dan
menerima informed consent sebelum prosedur. Daerah insersi dikeringkan dengan
gulungan kapas. Diberikan dua semprotan aerosol topikal lidokain 15% dan setelah 2
menit AL diberikan. Euphemism seperti "menidurkan gigi" digunakan untuk
menggambarkan injeksi pada semua anak-anak. Digunakan pengalihan perhatiandan
teknik perilaku manajemen konvensional nonfarmakologi. Sebuah desain Crossover
acak digunakan. Setiap anak bertindak sebagai one’s own control saat menerima
setiap perlakuan di sisi berlawanan dari lengkungan yang sama. Setiap pasien secara
acak menerima injeksi dengan jarum ukuran 26 atau 30 untuk kunjungan pertama,
sedangkaninjeksi dengan jarum lainnya diberikan pada kunjungan kedua. [5] Penilaian
skala digunakan untuk evaluasi obyektif dan subyektif.
Evaluasi Obyektif
Selama injeksi AL (lidokain 2% - 1:100000 epinefrin) skala perilaku Nyeri (1995)
[7]Taddio et al. yang telah dimodifikasi digunakan untuk menilai tanda-tanda nyeri
obyektif dan reaksi dari anak-anak. Skala terdiri dari berikut sebagai parameter sakit:
menangis, tampilan wajah (menyipitkan mata), gerakan lengan, gerakan kaki dan
gerakan tubuh. Semua dicatat dengan ada atau tidak ada. Hanya dua dari empat ekspresi
wajah menurut Craig yang paling jelas seperti menonjolkan alis dan menyipitkan mata,[8]
karena selama injeksi, mulut terbuka dan hidung biasanya sebagian tertutup oleh tangan
operator. Nilai skala Taddio yang telah dicatat dan kemudian dianalisis. Salah satu asisten
yang tidak tahuukuranjarum suntik yang digunakan mencatat prosedur lengkap dalam
perekam video. Semua suntikan diberikan oleh operator yang sama yang tidak terkait
penelitian. Teknik injeksi ditentukan oleh pilihan acak. Untuk memastikan kecepatan
injeksi konstan, operator dilatih untuk memberikan dengan kecepatan 1 ml/2 menit.
Asisten menggunakan chronometer dan mencatat durasi infusi [Gambar. 1-3].
Gambar 1: Armamentarium yang digunakan
Gambar 2 Alat perekam dan penghitung watu yang digunakan
Gambar 3 Merekam tanda-tanda dan gejala nyeri obyektif
Evaluasi Subyektif
Segera setelah penyuntikan, anak-anak diminta untuk mengisi di “skala
penilaian nyeri Wong-Baker FACES” (FPS) untuk evaluasi subjektif persepsi
nyeri setelah penyuntikan [Gambar. 4]. Skala terdiri dari deretan enam wajah yang
menggambarkan berbagai pengalaman nyeri dengan reaksi wajah. Skala tersebut
adalah sebagai berikut: Wajah 0: Tidak ada nyeri sama sekali. Wajah 2: hanya
sedikit sakit. Wajah 4: sedikit lebih sakit. Wajah 6: lebih sakit lagi. Wajah 8:
Sangat sakit. Wajah 10: Rasa sakit yang buruk, meskipun anak tidak harus menangis
untuk memiliki rasa sakit terburuk ini. Anak diminta untuk memilih wajah yang
menggambarkan betapa sakit yang dia rasakan. Nilai di atas empat dianggap
menyakitkan.[9] Instruksi lisan diberikan kepada anak tentang bagaimana memanfaatkan
FPS tersebut. FPS mengukur ketidaknyamanan dan dimensi pengalaman rasa sakit anak.
[9] nilai untuk skala ini berkisar antara 0 dan 5, di mana 0 adalah "tidak sakit" dan 5 adalah
"sangat sakit." Parameter perilaku obyektif dan subyektif yang dicatatmasing-masing
oleh skala nyeri Taddeo dan FPS, dianalisis secara statistik dengan uji t-tes dan analisis
Chi-squared, dan signifikansi ditetapkan pada P <0,05.
Gambar 4: Mendata persepsi nyeri subjektif
HASIL
Rata-rata skor nyeri untuk jarum ukuran 26 diperoleh sebesar 2.80
sedangkan untuk skor nyeri pada jarum ukuran 30sebesar 2.37. Perbedaan rata-
rata ditemukan signifikan secara statistik (P = 0,001) [Tabel 1]. Dalam penelitian
ini, sebagian besar pasien melaporkan kedua ALbaik menggunakan jarum ukuran
26 dan 30 menjadi pengalaman non menyakitkan, yaitu 70% (21 dari 30) dan
93,3% (28 dari 30) masing-masing, yang dapat dilihat menggunakan Wong-
Baker FPS [Tabel 2]. Dalam parameter individu dan persentasenya pada
kelompok jarum ukuran 26 dan 30, sebagian besar parameter tidak terhitung
nyatapada kelompok jarum ukuran 30.
Tabel 1: Rata-rata dan SD untuk skor nyeri Taddeo dihubungkan dengan kelompok ukuran 26 ukuran 30
Tabel 2: Pengalaman Nyeri menggunakan skala Wong-Baker dalam persentase dihubungkan dengan kelompok dengan ukuran jarum yang berbeda
Rata-rata skor nyeri Taddeo untuk kelompok usia 6-8 tahun diperoleh
sebesar 3,00 dan skor nyeri rata-rata untuk kelompok usia 9-12 tahun sebesar 2,67
pada pasien yang menerima AL dengan jarum ukuran 26. Namun perbedaan tidak
signifikan secara statistik dengan P = 0,29. Rata-rata skor nyeri Taddeo untuk
kelompok usia 6-8 tahun ditemukan 2.39 dan skor nyeri rata-rata untuk kelompok
usia 9-12 tahun ditemukan 2.33 pada pasien yang menerima AL dengan jarum ukuran
30. Namun, perbedaan rata-rata tidak signifikan secara statistik dengan P = 0,85.
Rata-rata nyeri pada pasien laki-laki menggunakan jarum ukuran 26
diperoleh sebesar 2,57, sedangkan rata-rata skor nyeri pada wanita menggunakan
jarum ukuran 26 sebesar 3,00, yang sedikit lebih tinggi, tapi tidak signifikan
secara statistik (P = 0,12). Rata-rata nyeri pada pasien laki-laki
menggunakanjarum ukuran 30 diperolehsebesar 2.21, sedangkan rata-rat skor
nyeri pada wanita menggunakan jarum ukuran 30 sebesar 2,50, sedikit lebih
tinggi, namun tidak signifikan secara statistik (P = 0,28).
Rata-rata untuk nyeri untuk anestesi blok saraf pada pasien yang menerima
AL dengan jarum ukuran 26 diperoleh sebesar 2.71, sedangkan skor nyeri rata-
rata untuk anestesi blok saraf pada pasien yang menerima ALdengan jarum
ukuran 30sebesar 2.21. Ada sedikit perbedaan, tetapi secara statistik tidak
signifikan (P = 0,104) [Tabel 3]. Rata-rata untuk nyeri anestesi infiltrasi dengan
jarum ukuran 26 diperoleh sebesar 2.93 sedangkan skor nyeri rata-rata untuk
anestesi infiltrasi dengan jarum ukuran 30sebesar 2.43 dan perbedaan ini
signifikan secara statistik (P = 0,05) [Tabel 4]
Tabel 3: Rata-rata dan SD dari skor nyeri Taddeo untuk blok saraf dan hubungannya dengan kelompok ukuran jarum yang digunakan
Tabel 4: Rata-rata dan SD dari skor nyeri Taddeo untuk infiltrasi dan hubungannya dengan kelompok ukuran jarum yang digunakan
Rata-rata nyeri di kunjungan pertama untuk pasien yang menerima AL
dengan jarum ukuran 30diperoleh sebesar 2.00, sedangkan untuk kunjungan
kedua diperoleh sebesar 2.61. Perbedaan rata-rata ditemukan signifikan secara
statistik (P = 0,01) [Tabel 5]. Rata-rata nyeri di kunjungan pertama untuk pasien
yang menerima AL dengan jarum ukuran26 diperoleh sebesar 2,89, sedangkan
untuk kunjungan kedua sebesar 2,50. Namun perbedaan rata-rata nyeriditemukan
tidak signifikan secara statistik (P = 0,127) [Tabel 6].
Tabel 5: Rata-rata dan SD dari skor nyeri Taddeo di kunjungan pertama dan kedua kelompok jarum ukuran 30
Tabel 6: Rata-rata dan SD dari skor nyeri Taddeo di kunjungan pertama dan kedua kelompok jarum ukuran 26
Diskusi
Skor nyeri rata-rata untuk jarum ukuran 26diperoleh sebesar 2.80
sedangkan skor nyeri untuk jarum ukuran 30 sebesar 2.37. Perbedaan rata-rata
ditemukan signifikan secara statistik (P = 0,001). Hal ini mungkin disebabkan
karena fakta bahwa jarum ukuran 30 secara signifikan memerlukan lebih sedikit
tenaga (69 mN) dibandingkan jarum ukuran 27 (139 mN).[10] Dalam analisis
parameter individu, 13,4% (4 dari 30 suntikan) anak menangis saat menerima
anestesi dengan jarum ukuran 26 dan 3,4% (1 dari 30 suntikan) ketika menerima
anestesi dengan jarum ukuran 30, yang sesuai dengan penelitian sebelumnya. [5]
Dalam penelitian ini sebagian besar pasien melaporkan kedua AL,baik
menggunakan jarum ukuran 26 dan 30merupakan pengalaman tidak menyakitkan,
yaitu masing-masing sebesar 70% (21 dari 30) dan 93,3% (28 dari 30) dengan
menggunakan Wong-Baker FPS. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa
padahubungan dokter gigi-anak yang baik, anak mungkin ingin memuaskan
dokter gigi yang merawatnya. Selain itu, anestesidiberikan dengan sangat lambat,
anak-anak tidak melihat jarum, dan digunakan teknik manajemen perilaku
konvensional non farmakologi seperti penguatan positif dan pengalihan perhatian.
[5]Penting diketahui bahwa suntikan lambat dapat juga digunakan untuk
meningkatkan kenyamanan pasien selama pemberian AL[16]. Keuntungan lain dari
jarum ukuran besar termasuk kecilnya kemungkinan jarum mengalami kerusakan
atau kebengkokan dan sedikitnya tekanan yang diperlukan untuk aspirasi.[12]
Perbedaan nyeri rata-rata tidak signifikan secara statistik dalam kelompok
usia yang berbeda. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. [5] Sedikit
perbedaan antara kelompok usia mungkin disebabkan oleh alasan berikut: Pasien
yang lebih tua lebih cenderung lebih menggunakan pemecahan masalah dan
menunjukkan strategi bertahan dibandingkan peserta yang lebih muda.[13] juga
dengan peningkatan usia, toleransi terhadap rasa sakit pada kulit meningkat dan
toleransi terhadap rasa sakit yang dalam menurun.[14]Anak yang lebih muda
bereaksi lebih buruk terhadap perawatan gigi. Cemas, respon nonkooperatif pada
kunjungan pertama sangat umum meningkat pada anak-anak kecil dan berkurang
frekuensinya sesuai usia anak. [15]
Skor nyeri rata-rata sedikit lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki,
tetapi tidak signifikan secara statistik. Sedikit perbedaan mungkin disebabkan
anak-anak yang cenderung mencari dukungan emosional lebih mungkin untuk
menunjukkan toleransi sakit yang lebih rendah, mungkin karena kebiasaan
perilaku mengekspresikan nyeri yang lebih intens. Perempuan lebih cenderung
mencari dukungan emosional sebagai strategi bertahan dibandingkan dengan laki-
laki. [13] Hal ini juga bisa menunjukkan bahwa perempuan tahu benar, bahwa
mereka memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah dalam menghadapi nyeri.[7]
Hal ini mungkin juga didukung oleh fakta perempuan mungkin telah lebih dulu
takut sebelum menjalani perawatan gigi dibandingkan laki-laki.[17]
Rata-rata skor nyeri untuk penyuntikan infiltrasipada pasien yang
menerima AL dengan jarum ukuran 26 sebesar 2.93, sedangkanpada pasien yang
menerima AL dengan jarum ukuran 30 ditemukan 2.43. Perbedaan rata-rata ini
signifikan secara statistik (P = 0,05). Rata-rata nyeri untuk penyuntikan blok saraf
pada pasien yang menerima AL dengan jarum ukuran 26 sebesar 2.71, sedangkan
pada pasien yang menerima AL dengan jarum ukuran 30 sebesar 2.21.Terdapat
sedikit perbedaan tetapi tidak signifikan secara statistik (P = 0,104). Hal ini
mungkin disebabkan karena fakta bahwa anak-anak tidak berpikir bahwa injeksiblok
sarafinferior sangat melukai,[22] dan ini mungkin juga disebabkan oleh jaringanyang
dilewati jarum yang berbedapada teknik yang berbeda[5] danjuga daerah yang
diinjeksi di rongga mulut mungkin memiliki hubungan langsung dengan rasa sakit
dan rasatidaknyaman [11]. Mukosa mulut dan ligamen periodontal memiliki banyak
ujung saraf bebas, sedangkan daerah submukosa memiliki lebih sedikit.[18]
Rata-rata skor nyeri pada kunjungan pertama untuk pasien yang menerima
AL dengan jarum ukuran 26 diperoleh sebesar 2,89, sedangkan untuk kunjungan
kedua sebesar 2,50. Perbedaan nyeri rata-rata ditemukan tidak signifikan secara
statistik (P = 0,127). Rata-rata skor nyeri di kunjungan pertama untuk pasien yang
menerima AL dengan jarum ukuran30 diperolehsebesar 2,00, sedangkan untuk
kunjungan kedua sebesar 2.61. Perbedaan nyeri rata-rata ini signifikan secara statistik
(P = 0,01).Pola perubahan respon nyeri antar kunjungan ke dokter gigi menunjukkan
bahwa efek dari pengalaman kedokteran gigimerupakan sesuatu yang kompleks dan
bahwa periode perkembangan sensitisasiyang mengawali,pada akhirnya diadaptasi
anak menjadi prosedur perawatan yang menakutkan.[15]Ketepatan laporan
pengalaman nyeripasien di masa lalu mungkin dicurigai, dan kecemasan kedokteran
gigi mungkin lama untuk dihilangkan karena “perbedaan antara harapan dan
pengalaman nyeri yang terasa” pada satu kunjungan mungkin tidak ingat secara
akurat oleh pasien dengan kecemasan di kunjungan berikutnya.[19]
Perbedaan pada kunjungan pertama dan kedua juga mungkin beralasan
mengingat pasien muda membawa karakteristik internal pengalaman awal kedokteran
gigi, yang mungkin dapat membantu atau menghambat adaptasinya terhadap
strestersebut. Karakteristik perkembangan dan kepribadian tertentu mungkin
mempengaruhi pasien gigi muda dan mendistorsi persepsi tingkat ancaman ini,
dan tidak mungkin menafsirkan jumlah ketidaknyamanan yang benar-benar
dialami.[20] Anak-anak yang menerima jarum ukuran 26 (skor nyerirata-rata 2.89)
pada kunjungan pertama menunjukkan skor nyeri yang bahkan lebih besarpada
kunjungan kedua dibandingkandengan jarum 30 (nyeri skor rata-rata 2,61).
Sedangkan anak-anak yang menerima jarum ukuran 30 pada kunjungan pertama
(nyeri skor rata-rata 2,00) menunjukkan skor nyeri yang lebih kecil dari jarum
ukuran 26 (nyeri skor rata-rata 2,50). Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa faktor
psikologis dan pengalaman nyeri awal sebagai komponen rasa sakit. Banyak
faktor seperti kecemasan, ketakutan, kepercayaan, kontrol yang dirasakan atas
stimulus yang menyakitkan, interpretasi stimulasi yang menyakitkan, dan
kepribadian mempengaruhi rasa sakit. [21] Oleh karena itu, skor nyeri di kelompok
ukuran jarum yang berbeda tidak dapat semata-mata disebabkan oleh stimulus
yang diinduksi sendiri. Namun faktor utama dalam setiap injeksi adalah faktor
manusia. Senantiasa diulang-ulang bahwa pasien dan operator harus disiapkan
secara psikologis, peralatan steril, obat anestesi yang baru, aspirasi yang
dilakukan, dan deposisi lembut, lambat, dan hati-hati. [21]
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi nyeri danrasa tidak nyaman
pada AL kedokteran gigiyang dirasakan lebih kecil, bila diberikan dengan jarum
ukuran 30daripada dengan jarum ukuran 26. Rasa sakit akibat penetrasi injeksi
dapat dikendalikan dengan menggunakan jarum yang lebih kecil, namun laju
deposisi AL harus sepelan mungkin untuk menghindari rasa sakit. Selama
kunjungan gigi pertama anak, penggunaan armamentariumyang sedikit
menimbulkan rasa sakit seperti jarum yang lebih kecil akan membantu dalam
mengurangi kecemasan dan sensitifitas pasien perlahan-lahan. Namun jarum yang
berukuran lebih kecil perlu diuji untuk sifat-sifat lain seperti kebengkokan,
tegangan tarik selama penggunaan dengan sistem AL lambat sebagaimana
“Computer Controlled Local Anesthetic Delivery System.”
1. Milgrom P, Coldwell SE, Getz T, Weinstein P, Ramsay DS. Four dimensions of fear of dental
injections. J Am DentAssoc 1997;128:756-66.
2. Aldosari AM. Dental fear among visitors of primary health care centres in Saudi Arabia.
Odontostomatol Trop 1999;13:97-9.
3. Malamed SF, Reed K, Poorsattar S. Needle breakage: Incidence and prevention. Dent Clin North Am
2010;54:745-56.
4. Tahmassebi JF, Nikolaou M, Duggal MS. A comparison of pain and anxiety associated with the
administration of maxillary local analgesia with Wand and conventional technique. Eur Arch Paediatr
Dent 2009;10:77-82.
5. Ram D, Hermida B L, Amir E. Reaction of children to dental injection with 27-or 30-gauge needles. Int
J Paediatr Dent 2007;17:383-7.
6. Frankl SN, Shiere FR, Fogels HR. Should the parent remain with the child in the dental operatory. J
Dent Child 1962;29:150-63.
7. Taddio A, Nulman I, Koren BS, Stevens B, Koren G. A revised measure of acute pain in infants. J Pain
Symptom Manage 1995;10:456-63.
8. Craig KD. The Facial Display of Pain: Measurement of Pain in Infants and Children. Seattle, WA:
IASP Press; 1998. p. 103-21.
9. Wong DL, Baker CM. Pain in children: Comparison of assessment scales. Pediatr Nurs 1988;14:9-17.
[PUBMED]
10. Lehtinen R. Penetration of 27-and 30-gauge dental needles. Int J Oral Surg 1983;12:444-5.
[PUBMED]
11. Meechan JG, Cole B, Welbury RR. The influence of two different dental local anaesthetic solutions on
the haemodynamic responses of children undergoing restorative dentistry: A randomised, single-blind,
split-mouth study. Br Dent J 2001;190:502-4.
12. Flanagan T, Wahl MJ, Schmitt MM, Wahl JA. Size doesn′t matter: Needle gauge and injection pain.
Gen Dent 2007;55:216-7.
13. Lu Q, Tsao JC, Myers CD, Kim SC, Zeltzer LK. Coping predictors of children′s laboratory-induced
pain tolerance, intensity, and unpleasantness. J Pain 2007;8:708-17.
14. Woodrow KM, Friedman GD, Siegelaub AB, Collen MF. Pain tolerance: Differences according to age,
sex and race. Psychosom Med 1972;34:548-56.[PUBMED]
15. Venham LL, Goldstein M, Gaulin-Kremer E, Peteros K, Cohan J, Fairbanks J. Effectiveness of a
distraction technique in managing young dental patients. Pediatr Dent 1981;3:7-11. [PUBMED]
16. Rollman GB, Abdel-Shaheed J, Gillespie JM, Jones KS. Does past pain influence current pain:
Biological and psychosocial models of sex differences. Eur J Pain 2004;8:427-33.
17. Locker D, Shapiro D, Liddell A. Negative dental experiences and their relationship to dental anxiety.
Community Dent Health 1996;13:86-92.
18. Kaufman E, Epstein JB, Naveh E, Gorsky M, Gross A, Cohen G. A survey of pain, pressure, and
discomfort induced by commonly used oral local anesthesia injections. Anesth Prog 2005;52:122-7.
19. Kent G. Memory of dental pain. Pain 1985;21:187-94. [PUBMED]
20. Venham LL, Murray P, Gaulin-Kremer E. Personality factors affecting the preschool child′s response to
dental stress. J Dent Res 1979;58:2, 46-51.
21. Nusstein J, Lee S, Reader A, Beck M, Weaver J. Injection pain and postinjection pain of the anterior
middle superior alveolar injection administered with the Wand or conventional syringe. Oral Surg Oral
Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2004;98:124-31.
22. Brownbill JW, Walker PO, Bourcy BD, Keenan KM. Comparison of inferior dental nerve block
injections in child patients using 30-gauge and 25-gauge short needles. Anesth Prog 1987;34:215-9.