tentir neurorehabilitasi

download tentir neurorehabilitasi

of 7

description

Rangkuman singkat mengenai rehabilitasi terkait kondisi-kondisi neurologis.

Transcript of tentir neurorehabilitasi

NEUROREHABILITASI

Rehabilitasi adalah segala tindakan yang ditujukan untuk mengurang dampak impairment, disabilitas dan handikap agar penyandang impairment, disabilitas dan handikap mencapai integrasi sosial.Impairmen: kerusakan organ.

Diabilitas : dampak dari kerusakan organ, adanya gangguan motorik.

Handikap: adanya gangguan integrasi sosial

Contoh : orang yang terkena stroke. Organ yang terkena adalah hemisfer kiri dengan gangguan pembuluh darah. Dampaknya adalah hemifarese kanan.

Impairmen: iskemik cerebri kiri

Disabilitas: hemifarese kanan

Handicap: tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, seperti yang dulunya pekerja aktif sekarang tidak dapat bekerja.

Rehabilitasi tidak hanya melatih penyandang disabilitas, namun mengubah lingkungan dan masyarakat untuk memfasilitasi integrasi sosial bagi penyandang disabilitas. Keluarga dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan implementasi pelayanan rehabilitasi.

Contoh : ada keluarga penderita disabilitas, tidak mungkin dia dapat tinggal di kamar lantai dua dengan tangga karena akan menghambat aktivitasnya, maka dicari lingkungan yang tepat yang dapat mendukung seperti kamar diletakkan di lantai satu, kamar mandi menggunakan shower, dan lantai tidak berserakan barang-barang sehingga akan mempermudah aktivitasnya. Falsafah Rehabilitasi Medik1. Meningkatkan kemampuan fungsional seseorang berdasarkan potensi yang dimiliki seseorang.

Contoh : orang yang terkena stroke dan tangannya tidak bisa melakukan aktivitas professional seperti menulis. Maka dilakukan upaya rehabilitasi dengan dioptimalkan fungsinya. Upaya rehabilitasi dilakukan dengan meningkatkan lingkup gerak sendi, range of motion diaktifkan dan otot dilatih agar dapat digerakan. Namun pemeriksaan fisik harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa mampu akan dapat diperbaiki dan yang terpenting adalah harus mengetahui perkembangan fisiologis.

2. Segala upaya untuk mengatasi impairmen, disabilitas dan handikap semaksimal mungkin, sesuai potensi yang masih ada pada seseorang Contoh : Steven Howkins, seorang penyandang diabilitas, namun potensi yang dimiliki yakni fasilitas lingkungan dan otak semuanya sangat optimal serta mendukung. Dia tetap dapat melakukan aktivitas dengan menggunakan kursi roda dan menciptakan komputer. Intinya adalah kecerdasan tidak selalu kognitif tetapi bisa potensi yang lain. Hak hidup orang diasbilitas sama dengan orang sehat, potensinya harus tetap digali agar menajdi orang berprestasi.

Filosofi Kesehatan

Dalam sistem kesehatan nasional dikenal upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Bentuk rehabilitasi bisa saja rehabilitasi kuratif, rehabilitasi promotif serta rehabilitasi preventif.

Pelayanan Rehabilitasi

1. Institutional Based Rehabilitation / IBR ( petugas didatangi pasien. Contoh: rumah sakit

2. Outreached Services ( institusi mendatangi masyarakat. Contoh: fasilitas panti dan posyandu

3. Community Based Rehabilitation / CBR ( adanya keterlibatan masyarakat/ keluragaRehabilitasi Medis adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan fisik, psikis, edukasional, sosial, avokasional, vokasional, semaksimal mungkin, sesuai potensi yang dimiliki, impairmen dan lingkungannya.

Sosial : mampu bergaul dengan orang lain, baik interprofresi maupun seprofresiAvokasional & Vokasional : kegiatan yang profesional maupun tidak professional. Tim Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit di Indonesia secara standar terdiri dari Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik

Psikolog

Fisioterapis ( untuk latihan gerakan motorik kasar Terapis wicara ( contohnya untuk orang terkena stroke dan membutuhkan latihan berbicara Okupasi terapis ( untuk latihan terapi halus seperti korrdinasi keseimbangan Orthotis- prosthetis (alat bantu/protese/brace) ( alat bantu, alat pengganti tubuh Petugas social ( penghubung antara kasus medis dan nonmedis Perawat Disabilitas akibat gangguan neurologis akan sering ditemui dalam praktek sehari-hari seperti anak yang telat duduk, nyeri pinggang dan leher serta bells palsy. Biasanya lesi pada sistem saraf memberikan dampak yang menganggu aktivitas sehari-hari secara fungsional dan menurunkan kualitas hidup penderita. Pemulihan akibat lesi pada sistem saraf masih tetap merupakan masalah karena pemulihan sistem saraf tergantung umur, gizi, letak lesi (perifer, sentral atau campuran), faktor fisiologi dan penyakit penyerta. Pemulihan fungsional secara bertahap atau progresif dapat terjadi pada beberapa pasien tapi pada pasien lain tidak. Maka dari itu sebagai dokter kita harus tahu waktu perkembangan fisiologis dan fungsional agar integritas dapat tercapai. Program rehabilitasi bagi pasien dengan gangguan neurologis juga perlu disusun secara realistis dengan memperhatikan proses alami pemulihan neurologis dan prinsip perjalanan penyakit yang mendasarinya. Pemahaman mengenai hal ini juga perlu untuk membantu menentukan perbaikan fungsional dan dapat memberikan informasi mengenai prognosis serta besarnya aspek biaya Pada gambar ini dr. Syarif ngejelasin kayak gini: Teori rehabilitasi menggunakan neuron-neuron yang masih utuh dengan sprouting pembuluh darah baru. Jika sudah infark karena iskemik, sudah tidak bisa diapa-apakan tapi kita masih bisa menggunakan sel-sel sekitarnya yang masih aktif untuk distimulasi dengan aktivitas maupun dengan obat. Contoh : orang stroke, infark serebri kiri sehingga tangan kanan lumpuh, diberikan stimulasi dengan latihan yang akan merangsang sprouting pembuluh darah baru pada sekitar iskemik daerah motorik yang terkena lesi sehingga akan mampu menghasilkan gerakan-gerakan yang dapat membantu aktivitas sehari-hari kembali. Daerah yang mengalami infark karena kematian jaringan sudah tidak dapat diapa-apakan lagi, namun kita dapat mengoptimalkan fungsionalnya sebab pembuluh darah yang lain masih aktif dan berfungsi dengan baik. Infark yang sudah terjadi jangan sampai melabar ataupun timbul infark di tempat yang lain. Diagnosis Neurologis untuk Proses RehabilitasiDiagnosis neuron untuk rehabilitasi berbeda dengan diagnosis yang lain yakni ada diagnosis fungsional dan klinis. Contoh : diagnosis klinis : cerebral palsydiagnosis fungsional : hemifarese spastic di plegi.

Diagnosis neurolis spesifik didasarkan pada pemikiran bahwa patologi otak menentukan manifestasi klinis dan proses pemulihannya. Menentukan tipe, lokasi, atau beratnya kerusakan merupakan langkah utama untuk memahami masalah klinis pasien. Jadi harus tau diagnosis lesi, diagnosis etiologi, diagnosis topical.

Contoh: diagnosis etiologi: orang dengan delay development ( anak-anak ga bias jalan

Diagnosis topical: infark serebri kiri

Diagnosis tipe: spastic plegik

Diagnosis fungsional: hemifarese spastic di plegi.

Patofisiologi dari cedera otak dipengaruhi oleh dua komponen yang berbeda yaitu: 1. Konsekuensi segera yang terjadi akibat gangguan biomekanis atau patofisologis pada otak, yang sulit dipengaruhi oleh terapi Contoh : cedera otak lesi di batang otak, gangguan kesadaran (coma) ( tidak bisa direhabilitasi terkait jaringan utuh karena batang otak sudah cedera semua dan sudah tidak bisa diharapkan karena vitalitas ada disana (sangat sulit)

2. Komplikasi sekunder yang selanjutnya timbul akibat gangguan metabolis. Contoh : diabetes ( sehingga kaki tidak dapat merasakan sensasi, akibatnya jika misalkan diletakkan di air panas kaki akan melepuh karena pasien tidak dapat merasakan air yang panas tersebut malah dikira air hangat. Komplikasi sekunder terkait dengan potensi poemulihan sesuai interfensi medis atau bedah yang tepat. Yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan diagnosis dan parameter beratnya cedera: penyebaran, berat serta tipe patologi. Penyebaran lesi menentukan apakah kerusakan otak yang terjadi fokal, multifokal atau difus.

Fokal

: Hanya satu titik yang terkena misalnya pada region bahasa.

Multifocal : Pada beberapa titik. Pemulihan tergantung apakah lesi terjadi bersamaan atau pada waktu yang berbeda.Difus: Keruskan menyebar kemana-mana sehingga nantinya memafaatkan pembuluh darah yang masih baik. Akan ada gejala sisa akibat gejala yang terkena tadi. Unsur diagnostik dan prognosis yang menentukan beratnya kondisi adalah luas atau densitas dari patologi dan komponen struktur yang terkenaSindroma neurologis pada seorang pasien tergantung pada bagian mana dan berapa banyak sistem saraf yang tersebar tersebut terkena. Kedalaman lesi merujuk pada kedalaman bagian otak yang terkena, dari permukaan cortical sampai ke struktur subcortical ( bisa lihat dari pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan penunjang (MRI). Prinsip Penatalaksanaan Rehabilitasi

1. Sasaran atau tujuan asesmen rehabilitasi berbeda. Simptom dan gejala kritis harus diterjemahkan dalam gangguan fungsional apa yang dihadapi pasien.

2. Penatalaksanaan lebih difokuskan pada kemampuan fungsional penderita dibandingkan dengan defisit neurologis.

3. Rehabilitasi mempunyai konsep penatalaksanaan secara spiral, dimana asesmen pertama menentukan suatu program yang setiap kali direvisi sesuai dengan tahapan pemulihan atau perubahan yang terjadi.4. Rehabilitasi harus bekerjasama dalam tim secara multidisiplin

5. Rehabilitasi juga harus memperhatikan seluruh aspek di luar medis yang menjadi masalah penderita. Misalnya bagaimana pasien pergi ke toilet, baik cara maupun bagaimana memakai peralatan toilet secara aman.

Tidak semua gangguan pada pasien membutuhkan terapi karena mungkin symptom tidak menyebabkan disabilitas. Maka dari itu Harus memperhatikan kemampuan pemulihan yang akan terjadi dan mengenali tidak semua impairment dapat diperbaiki, sehingga ditekankan pada strategi kompensasi. Goal difokuskan pada keterampilan fungsional yang mempunyaia arti bagi pasien. Contoh : anak kecil 2 tahun ga bisa jalan dan ga bias ngomong. Yang harus diatasi pertama kali usahakan prioritas yang sangat berarti pada pasien terlebih dahulu.

Target fungsional : komunikasi, aktivitas sehri-hari dan mobilisasi ( Prioritas berdasarkan pada fungsiMenetapkan prognosis merupakan langkah penting. Untuk pasien rehabilitasi, sangat penting menghubungkan prognosis dengan outcome fungsional. Ada banyak hal yang perlu diperkirakan seperti sejauh mana pasien akan sembuh dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Prognosis juga tergantung pada ukuran dan dalamnya lesi, lesi yang lebih besar: lebih buruk outcomenya.

Neurorehabilitasi pada sistem saraf

a. Susunan saraf tepi

Dibedakan atas lokasi lesi. Jika lesi pada akson maka pemulihan bersifat reversibel, sedangkan jika pada nucleus horn maka pemulihan bersifat irreversibel.

Akson perifer terputus ( akson terjauh dari badan sel mengalami degenerasi ( sel schwann memfagosit debris & membentuk selubung regenerasi ( mengeluarkan zat-zat kimia untuk menginduksi regenerasi dan menuntun serat saraf mengalami regenerasi ke tujuannya yang benar ( berhasil ( dapat berfungsi dengan baik kembali

b. Susunan saraf pusat

Keterbatasan regenerasi susunan saraf pusat

1. Neuron bersifat paska mitotik jumlah stem sell sedikit.

2. Sel-sel gila seperti astrocyt dan oligodendrocytes bersifat inhibisi terhadap pertumbuhan axon

Pertumbuhan saraf di otak dan korda spinalis tampaknya dikontrol oleh keseimbangan halus antara protein-protein perangsang (penguat) pertumbuhan saraf dan penghambat pertumbuhan saraf. Hal ini juga disebabkan oleh adanya astrosit sebagai pembentuk jaringan parut pada sistem saraf pusat ketika terjadinya kerusakan. Satu oligondedroglia akan membungkus banyak akson sehingga ketika terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat, astrosit akan cepat membentuk jaringan parut sebelum faktor pertumbuhan dapat terinduski.

Neuroplastisitas pada sistem saraf pusat Neuroplastisitas adalah kemampuan struktur otak dan fungsinya yang terkait untuk tetap berkembang karena adanya suatu stimulasi. Stimulasi sensori yang diterima otak memodifikasi struktur dan fungsi bagian otak tertentu yang bersifat stabil, dimana terjadi modifikasi dari jaringan dendrit sel neuron maupun akson, sehingga timbul hubungan antar sel neuron yang lebih banyak. Plastisitas dapat terjadi melalui beberapa proses antara lain perubahan reseptor, collateral sprouting, unmasking of prexisting pathway, dll.

Pada proses pembelajaran neural terjadi modifikasi dalam kekuatan hubungan antar neuron (neural network) yang khas bagi tiap individu. Modifikasi hubungan antar neuron tergantung dari aktivitas impuls jaras sensasi atau sensory pathway dan sifat stimulasi sensasi.

Perencanaan program rehabilitasi sebaiknya memperhatikan hal berikut :

1. Diagnosis neurologis spesifik mengidentifikasi etiologi yang mendasari masalah yang menyebabkan impairment dan disabilitas.

2. Prognosis membentuk dasar untuk merencanakan goal & outcome fungsional, sehingga sasaran arahan dan strategi terapi yang realistis dapat ditentukan, begitu pula keterbatasan pemulihan dapat diperkirakan.

3. Melalui proses alami penyakit atau lesi yang menyebabkan gangguan, kita dapat memprediski lamanya perawatan di rumah sakit, terapi rawat jalan lanjutan dan kemungkinan modifikasi lingkungan yang sudah harus dipersiapkan. Kesimpulan:

Prinsip dasar perencanaan program rehabilitasi yang realistis dan putcome fungsional yang akan dicapai, dengan memperhatikan: Goal dan tujuan terapi harus konsisten dengan diagnosis neurologis spesifik dan kemampuan pemulihan yang diharapkan Program terapi harus mengenali pemulihan spontan yang terjadi sehingga menghindari terapi2 yang tidak perlu serta biaya yang terlalu mahal Tidak semua gangguan pada pasien memerlukan terapi karena mungkin simptom tersebut tidak menyebabkan disabilitas Goal terapi harus memperhatikan kemampuan pemulihan yang akan terjadi dan mengenali bahwa tidak semua impairment dapat diperbaiki, sehingga ditekankan pada strategi kompensasi Goal lebih difokuskan pada keterampilan fungsional yang jauh lebih mempunyai arti bagi pasien. Promosi

Prevensi

Diagnosis

Kuratif/treatment

Rehabilitasi

rehabilitasi