SK 4 TENTIR

63
SK 4 : ENAMEL, DENTIN, PULPA, POSTERIOR, RADIOLOGI, AMALGAM, BASIS (+JARINGAN PERIODONTAL?) ENAMEL Sifat fisik: Enamel Berwarna putih pada awal erupsi, namun lama kelamaan akan berwarna kekuningan karena terdapat dentin dibawahnya. Struktur enamel bersifat paling keras diantara lapisan gigi yang laiinya karena enamel merupakan jaringan ikat yang termineralisasi oleh kalsium hidroksiapatit. Secara radiografis, enamel tampak paling radiopaque diantara lapisan gigi lainnya. Ketebalannya pada daerah insisial/oklusal (daerah kunyah) ±2.5 mm dan semakin tipis saat mendekati cervical line Sifat kimia / komposisi : Terdiri dari 96% material anorganik, 1% material organic, dan 3 % air o kandungan anorganik enamel terdiri dari kristal hidroksiapatit (bagian dari cystolline calcium phosphate) (ca 10 (po 4 )6(oh) 2 ) yang berbentuk kristal heksagonal. Kristal hidroksiapatit terdapat pada tulang, dentin dan sementum jumlahnya sedikit. Sehingga enamel menjadi lapisan gigi yang paling kuat. o Kandungan organic enamel terdiri dari protein(58%) , ikatan lipida (42%), karotin Protein pada enamel disebut amelogenin. Amelogenin berbeda dengan kolagen. Kolagen tidak mempunyai hidroksiprolin, sedangkan amelogenin mengandung asam-asam amino yang terdiri dari hidroksiprolin, asam glutamate dan asam aspartat Ikatan lipida pada enamel terdiri dari sejumlah kecil kolesterol dan fosfolipid Mineral lain yang terdapat pada enamel (dlm jumlah sedikit) = o Carbonate o Magnesium o Potassium o Fluoride Sifat mekanik : Kekuatan tarik enamel adalah ± 100 kg/cm2 Tahanan kompresi enamel sebesar 2100-3500 kg/cm2. Tahanan kompresi enamel adalah daya tahan enamel terhadap perubahan bentuk akibat adanya gangguan2 seperti pengunyahan Modulus young pada enamel besar, sehingga menyebabkan enamel men jadi bersifat brittle (mudah retak). Elastisitas enamel yang rendah dikarenakan banyaknya bahan anorganik dan sedikitnya mineral pada enamel lebih dikit, jika dibandingkan dengan dentin. Sifat thermal : Sifat transport o Panas yang datang diteruskan oleh enamel ke dentin dengan cara konduksi o Ketidakseimbangan difusi suhu antara dentin dan enamel bisa menyebabkan regangan termal gigi yang dapat membuat gigi menjadi fraktur/pecah dan bercelah /retak Sifat ekspansi suhu

description

tentir banget

Transcript of SK 4 TENTIR

Page 1: SK 4 TENTIR

SK 4 : ENAMEL, DENTIN, PULPA, POSTERIOR, RADIOLOGI, AMALGAM,

BASIS (+JARINGAN PERIODONTAL?)

ENAMEL

Sifat fisik:

Enamel Berwarna putih pada awal erupsi, namun lama kelamaan akan berwarna

kekuningan karena terdapat dentin dibawahnya.

Struktur enamel bersifat paling keras diantara lapisan gigi yang laiinya karena enamel

merupakan jaringan ikat yang termineralisasi oleh kalsium hidroksiapatit.

Secara radiografis, enamel tampak paling radiopaque diantara lapisan gigi lainnya.

Ketebalannya pada daerah insisial/oklusal (daerah kunyah) ±2.5 mm dan semakin tipis

saat mendekati cervical line

Sifat kimia / komposisi :

Terdiri dari 96% material anorganik, 1% material organic, dan 3 % air

o kandungan anorganik enamel terdiri dari kristal hidroksiapatit (bagian dari cystolline

calcium phosphate) (ca10(po4)6(oh)2) yang berbentuk kristal heksagonal. Kristal

hidroksiapatit terdapat pada tulang, dentin dan sementum jumlahnya sedikit.

Sehingga enamel menjadi lapisan gigi yang paling kuat.

o Kandungan organic enamel terdiri dari protein(58%) , ikatan lipida (42%), karotin

Protein pada enamel disebut amelogenin. Amelogenin berbeda dengan kolagen.

Kolagen tidak mempunyai hidroksiprolin, sedangkan amelogenin mengandung

asam-asam amino yang terdiri dari hidroksiprolin, asam glutamate dan asam

aspartat

Ikatan lipida pada enamel terdiri dari sejumlah kecil kolesterol dan fosfolipid

Mineral lain yang terdapat pada enamel (dlm jumlah sedikit) =

o Carbonate

o Magnesium

o Potassium

o Fluoride

Sifat mekanik :

Kekuatan tarik enamel adalah ± 100 kg/cm2

Tahanan kompresi enamel sebesar 2100-3500 kg/cm2. Tahanan kompresi enamel adalah

daya tahan enamel terhadap perubahan bentuk akibat adanya gangguan2 seperti

pengunyahan

Modulus young pada enamel besar, sehingga menyebabkan enamel men jadi bersifat

brittle (mudah retak). Elastisitas enamel yang rendah dikarenakan banyaknya bahan

anorganik dan sedikitnya mineral pada enamel lebih dikit, jika dibandingkan dengan

dentin.

Sifat thermal :

Sifat transport

o Panas yang datang diteruskan oleh enamel ke dentin dengan cara konduksi

o Ketidakseimbangan difusi suhu antara dentin dan enamel bisa menyebabkan regangan

termal gigi yang dapat membuat gigi menjadi fraktur/pecah dan bercelah /retak

Sifat ekspansi suhu

Page 2: SK 4 TENTIR

Sifat ini sangat penting untuk bahan restorasi yang ditumpatkan ke enamel. Dilakukan agar

tidak ada celah diantara enamel dan bahan restorasi yang ditumpatkan.

Sifat listrik :

Enamel bersifat Dielektrik / isolator dimana enamel tidak menghantarkan listrik

Sifat lainnya :

Avaskular, tidak berpembuluh

Tidak mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dan tetap tumbuh

Fungsi :

Memberikan permukaan yang keras pada gigi untuk mengunyah dan berbicara

Melindungi mahkota gigi dan dentin

Proses pembentukan :

Enamel terbentuk melalui tahapan sebagai berikut.

Aposisi Matriks Enamel

Proses pembentukan matriks enamel disebut sebagai amelogenesis yang terjadi selama tahap

aposisi dalam pembentukan gigi. Matriks enamel sendiri diproduksi oleh sel-sel ameloblas

dimana setiap selnya memiliki diameter 4 mikrometer, panjang 40 mikrometer, dan

heksagonal pada cross section. Sel-sel ameloblas merupakan sel yang berbentuk kolumnar

dan berdiferensiasi di daerah mahkota gigi selama tahap aposisi. Ameloblas tidak

berdiferensiasi pada bagian akar gigi sehingga bagian tersebut tidak dilapisi oleh enamel.

Matriks enamel disekresikan melalui prosesus Tomes, yaitu suatu permukaan sekretori yang

berfungsi sebagai pemandu dalam menyekresikan matriks enamel. Matriks enamel

merupakan produk dari ektoderm karena ameloblas berasal dari inner enamel epithelium

(IEE) dari enamel organ yang berasal dari lapisan ektoderm embrio. Pada awalnya, matriks

enamel mengandung protein, karbohidrat, dan sedikit kristal hidroksiapatit.

Maturasi Matriks Enamel

Selama tahap maturasi matriks enamel, ameloblas secara aktif memompa banyak kristal

hidroksiapatit ke matriks dan secara bersamaan menarik material organik yang terkandung di

dalamnya. Maturasi terjadi secara bertahap seperti pada aposisi matriks. Pada awalnya,

bagian yang termineralisasi terlebih dahulu adalah daerah insisal/oklusal, kemudian

mineralisasi akan berlanjut pada permukaan luar enamel dan terus mengarah ke arah CEJ.

Setelah ameloblas selesai mengalami aposisi dan maturasi enamel, ameloblas akan menjadi

bagian dari epitel enamel tereduksi (REE). Karena REE ini akan hilang saat erupsi gigi,

maka ameloblas juga akan hilang. Karena itu enamel tidak bisa diperbarui apabila mengalami

kerusakan. Meskipun begitu, mineralisasi enamel masih akan terjadi setelah erupsi gigi. Hal

ini terjadi akibat deposisi mineral seperti fluorida & kalsium dari saliva ke daerah pada

enamel yang kurang termineralisasi.

Page 3: SK 4 TENTIR

Struktur mikroskopik enamel :

1. Enamel Rods/Prisma enamel

Enamel rods atau prisma enamel merupakan struktur dasar enamel yang terbentuk dari kristal

hidroksiapatit yang tersusun memanjang mulai dari dentinoenamel

junction (DEJ) hingga ke permukaan gigi. Arah dari enamel rod ini

merupakan suatu garis yang berbentuk spiral atau melengkung

seperti huruf ”S” yang meningkatkan elastisitas enamel secara

keseluruhan. Secara umum, arah enamel rod membentuk sudut 80o-

100o dengan DEJ. Penampang lintang dari enamel rod berbentuk

heksagonal tidak sempurna. Diantara enamel-enamel rod yang

berdekatan, terdapat suatu jaringan yang disebut sebagai interrod.

2. Garis Retzius

Garis retzius merupakan garis pertumbuhan incremental yang menunjukkan garis

pertumbuhan enamel. Secara longitudional, garis retzius terlihat seperti pita-pita gelap yang

merefleksikan gambaran pertumbuhan enamel secara berurutan. Pada potongan melintang

dari enamel, garis ini terlihat seperti cincin konsentris yang serupa dengan lingkaran usia

pada pohon.

Page 4: SK 4 TENTIR

3. Imbrication Lines dan Grooves of Perikymata

Terdapat di permukaan non-mastikatori dari beberapa gigi pada rongga mulut. Biasanya,

imbrication lines dan perikymata akan hilang seiring dengan pemakaian fungsional gigi,

kecuali pada daerah cervical region yang terlindungi dari beberapa gigi, terutama gigi

permanen insisivus

sentral rahang atas,

kaninus, dan premolar

pertama.

4. Garis Neonatal

Garis ini menandakan stress atau trauma yang dialami oleh ameloblas selama kelahiran

seseorang, serta menggambarkan sensitivitas ameloblas. Secara mikroskopis, garis neonatal

yang menggelap menandai batas antara enamel matriks yang terbentuk sebelum kelahiran dan

sesudah kelahiran. Garis ini dapat ditemukan di semua gigi primer dan di cusp yang lebih

besar dari gigi molar satu permanen.

Keterangan gambar:

D = Dentin

E = Enamel

DEJ = Dentinoenamel Junction

NNL = Neonatal Line

5. Enamel Spindles

Enamel spindle berasal dari odontoblass yang melintasi membran basal sebelum

termineralisasi menjadi DEJ sehingga tubulus dentin menjadi terjebak selama aposisi dari

enamel matriks, dan enamel menjadi menjadi termineralisasi di sekelilingnya. Enamel spindle

terutama terlihat pada bagian bawah cusp dan ujung insisal pada gigi.

Page 5: SK 4 TENTIR

6. Enamel Tufts

Enamel tufts memiliki dasar yang dekat dengan DEJ. Disebut sebagai enamel tuft karena

memiliki struktur yang mirip seperti rumput. Enamel tuft memanjang kurang lebih 1/3 hingga

½ ketebalan dari matriks enamel dan juga menggambarkan daerah yang kurang

termineralisasi. Struktur ini terbentuk selama perkembangan prosesus Tomes dan selama

elaborasi dari inisiasi enamel dari enamel rod.

7. Enamel Lamellae

Enamel lamellae adalah lembaran protein vertikal dari matriks enamel yang sebagian

terkalsifikas. Lamellae merupakan perpanjangan dari DEJ di dekat servikal gigi hingga ke

permukaan oklusal. Enamel lamellae memiliki bentuk yang lebih sempit dan lebih panjang

dari enamel tufts.

Keterangan Gambar:

A: Enamel lamellae

B: Enamel tufts

C: Enamel spindle

8. Enamel Crack

Enamel crack merupakan retak yang disebabkan masalah perkembangan atau trauma.

Berbeda dengan enamel lamellae yang merupakan retak yang meluas sampai ke dentin,

enamel crack merupakan retak yang tidak melebihi dentinoenamel junction (DEJ). Enamel

crack ini dapat muncul karena tidak sempurnanya proses klasifikasi. Enamel crack tidak

mengandung zat organik di dalamnya.

9. Bands of Hunter-Schreger

Page 6: SK 4 TENTIR

Bands of Hunter-Schreger adalah fenomena optik yang disebabkan oleh perubahan arah dari

rod. Struktur ini paling jelas terlihat dari potongan longitudional. Bands of Hunter-Schreger

ini terlihat seperti pita gelap-terang yang memanjang dari DEJ hingga permukaan enamel.

Gangguan pada enamel

1) Hipoplasia enamel

Hipoplasia enamel merupakan gangguan pada gigi yang ditandai

dengan tidak lengkapnya / tidak sempurnanya enamel. Hal

tersebut terjadi karena adanya gangguan pada saat pembentukan

matriks enamael.

Hipoplasia enamel mengakibatkan gigi bersifat lebih sensitive

dan perubahan warna pada enamel menjadi tampak keputih-putihan, kuning coklat, dan

permukaan yang terlihat kasar. Hipoplasia enamel mampu terjadi pada gigi sulung

maupun tetap. Hipoplasia enamel terjadi karena beberapa faktor yaitu : Keturunan

,Trauma , ,Infeksi pada masa kehamilan / saat bayi,Radiasi dan Defisiensi gigi

2) Amelogenesis imperfekta

Amelogenesis imperfekta adalah kelainan yang terjadi pada saat amelogenesis

a. Hipoplastik

Suatu keadaan dimana kurangnya enamel yang normal sehingga warna gigi tampak

pucat, coklat kekuningan, dan berlubang. Jika dilihat secara radiografis, gigi tampak

tidak memiliki enamel.

b. Hipomatur

Suatu keadaan dimana gigi memiliki banyak enamel tetapi enamelnya bersifat lunak

dan kurang mineral. Cara mengujinya adalah dengan menekankan sonde kea rah

enamel gigi tersebut. Oleh sebab itu, enamel menjadi lebih mudah patah, tampak

berkapur dan timbul perubahan warna.

c. Hipokalsifikasi enamel

Suatu keadaan dimana gigi menjadi lebih lunak dan kurang terkalsifikasi. Hal itu

disebabkan karena memiliki konsistensi kapur sehingga gigi menjadi rentan terhadap

karies. Jumlah enamel yang terbentuk normal hanya kurang kalsifikasi saja. Keadaan

tersebut diakibatkan oleh karena ada gangguan pada saat maturasi ameloblast. Jika

dilihat secara kasat mata, gigi berwarna kuning kecoklatan karena dentin pada bagian

bawah enamel terlihat. Keadaan ini dapat terjadi pada gigi primer maupun permanen

DENTIN

Sifat fisik

Berwarna putih kekuningan, dimana berwana lebih kuning dari enamel

Lebih radiolucent dari enamel , namun lebih radiopaque dari pulpa

Dentin lebih lunak dari enamel , namun lebih keras daripada pulpa

Merupakan bagian terbesar gigi

Sifat mekanik

Konstanta elastic dentin (e) bergantung pada orientasi tubuli dentin dan tidak dipengaruhi

umur, seks, jenis gigi, maupun lokasi dalam gigi

Page 7: SK 4 TENTIR

Kekuatan tarik 250 kg/cm2

Kekerasan dentin dpt diukur dengan knoop hardness tester dan vickers microhardness

Sifat kimia

Berat = 70% mineral, 20 %matriks organic, 10 % air

Volume = 50 % mineral, 30 % organic, 20 % air

Matriks organic = Kalsium karbonat, fluoride, magnesium, seng dan mineral lain,

kolagen, elastin, glikoprotein, lipid enamel gigi, osteokalsin, dan vitamin K.

Bagian terbesar matriks organik = kolagen tipe 1, dan disusun terutama oleh kalsium

hidroksiapatit

Secara umum, terdiri dari 70% zat anorganik, dan 20%organik, 10 % air

Sifat listrik

Dielektrik / isolator tidak menghantarkan listrik tapi mentransmisiskan listrik

Sifat lainnya

Bisa memperbaiki diri

Fungsi

Melidungi gigi dari sakit gigi karena jika tidak ada bisa terkena saraf gigi secara langsung

Proses pembentukan :

a. Aposisi Matriks Dentin

Pada tahap aposisi odontogenesis terjadi proses dentinogenesis yaitu proses pembentukan

predentin yang nantinya akan menjadi dentin. Predentin dibentuk dari odontoblas dari

outer enamel epithelium (OEE).

b. Maturasi Dentin

Setelah aposisi, terjadi proses maturasi, yaitu mineralisasi predentin. Terjadi dalam dua

tahap yaitu :

- Kristal calcium hidroxyapatite menyatu dan meluas membentuk globules di

kolagen predentin.

- Terbentuk area mineralisasi baru yang membentuk globules di bagian yang

telah termineralisasi.

Area pembentukan Kristal baru ini meluas namun tidak menyatu atau berfusi dengan

sempurna. Fusi yang tidak sempurna ini menyebabkan perbedaan warnapada gambaran

mikroskopik. Area yang mengalami primary dan secondary mineralization (fusi Kristal

sempurna) Nampak berwarna lebih terang dan membentuk bundar, disebit globular

dentin. Sedangkan area yang hanya mengalami primary mineralization (fusi tidak

sempurna) nampak berwarna lebih gelap, disebut interglobular dentin.

Page 8: SK 4 TENTIR

Komponen dentin

Dentin terdiri dari tubulus dentin yang merupakan komponen utamanya, bentuknya

memanjang dari DEJ hingga akar ke dinding luar pulpa

o Tubulus dentin didaerah dej punya diameter lebih besar dan kerapatan yang lebih

rendah dibanding daerah perbatasan pulpa

o Tepian tubulus = peritubuler dentin , subtansi diantara tubuli = intertubuler

Didalam tubulus dentin terdapat :

o Dentinal fluid (cairan jaringan yang ada disekeliling membran sel odontoblas yng

diteruskan ke pulpa)) dentinal fluid berfungsi sebagai pemberi makan dentin,

menghindari rangsangan-rangsangan dari permukaan gigi ke daerah pulpa.

Rangsangan ( mekanis, kimia, panas, produk bakteri) yang mengenai ujung

odontoblas akan diantarkan ke pulpa dan menimbulkan rasa sakit

o Odontoblastic process = pemanjangan seluler di dalam tubulus dentin (yang

mnyambungkan 1 dengan yang lain tubulus dentin) dan masih menempel dengan

badan sel odontoblas di dalam pulpa

Page 9: SK 4 TENTIR

o Aferen / sensori akson terkumpul dengan odontoblastic process di beberapa tubulus

dentin

proses rasa sakit yang

dibawa dentinal fluid dan

odontoblastic proses

Tipe-tipe dentin

Tipe Lokasi Deskripsi

Peritubular dentin Dinding dari tubulus dentin Terkalsifikasi sempurna

Intertubular dentin Diantara tubulus dentin Terkalsifikasi sempura

Mantle dentin Lapisan dentin paling luar > dentin yang pertama kali

terbentuk

> serta kolagen tegak lurus

dej

Circumpulpal dentin Lapisan disekitar bagian luar

pulpa

>terbentuk abis mantle dentin

terbentuk

> serat kolagen sejajar dej

Primary dentin > terbentuk sebelum foramen

apical terbentuk

> terbentuk saat masih dalam

kandungan

> terbentuk cepat dan lebih

termineralisasi dibanding

secondary

> punya banyak peritubular

Secondary dentin >terbentuk setelah foramen

apical terbentuk

> terbentuk karena ada

pacuan2 yang dialami oleh

odontoblast, mis :

rangsangan mekanis, kimia,

karies

Terbentuk secara lambat,

kurang termineralisasi

dibanding primer

Tertier dentin Terbentuk akibat luka

biasanya karena perawatan

endodotik (rangangan pada

odontoblast)

Pola yang tidak beraturan

dari tubulus

Page 10: SK 4 TENTIR

Bagian-bagian yang nampak dalam gambaran mikroskopik :

1. Imbrications line of von ebner : garis inkrementalyang berwarna gelap dan dapat

disamakan dengan garis incremental(tumbuh) retzius

2. Contour lines of owen

Beberapa imbricatin line yang salnig berdekatan sehingga menyebabkan adanya

perbedaan warna selain itu hal tersebut juga

menunjukan gangguan metabolisme

Page 11: SK 4 TENTIR

Von ebner

Owen

3. Tomes’ granular layer

Paling sering ditemukan di tepi dentin dibawah sementum akar , berdekatan dengan DEJ

Kelainan pada dentin

1) Dysplasia dentin

Kelainan pada dentin yang melibatkan sirkum pulpa dentin dan morfologi akar sehingga

dentin terlihat lebih pendek. Hal itu disebabkan oleh herediter autosomal dominan.

Dysplasia dentin dibedakan menjadi 2;

o Tipe 1 (dysplasia dentin radikuler)

Gigi normal namun tidak ada pembentukan akar namun ada batu pulpa besar dan ada

penyumbatan pulpa total dari gigi sulung sebelum erupsi gigi. Biasanya gigi menjadi

goyang. Radiolusensi perapikal multiple

o Tipe 2 (dysplasia dentin coronal)

Saluran pulpa menyempit dan berbentuk bunga widuri yang seringkali ditempati o/

dentikel2

2) Dentinogenesis imperfekta

Merupakan Kelainan genetic karena ada gangguan pada tahap histodiferensiasi yang

mempengaruhi struktur gigi. Ukuran gigi normal , namun terdapat pengerutan di bagian

servikal gigi dan akar gigi terlihat rampng dan pendek. Gigi berwarna abu2 / kecoklatan

PULPA

Komponen

Bahan dasar pulpa 75% air dan 25% bahan organic

Page 12: SK 4 TENTIR

Di dalam pulpa terdapat odontoblas, sel fibroblast dimana kolagen merupakan

bagian yang paling banyak, substansi interseluler, saraf, pembuluh darah (sering

ditemukan histiosit), dan pembuluh limfatik. Semuanya masuk ke pulpa melalui sum2

tulang yang termasuk dalam sistem fagosit mononuclear, jika terjadi peradangan

maka sel ini akan bersifat makrofag

Odontoblas

Sel yang berbentuk silindris. Sel ini menghasilkan kolagen (khusu tipe i) dan

proteoglikans. Berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 2, yaitu :

Pada daerah lateral : sel lebih pendek, kuboid, nukelus ditengah

Pada daerah apical : sel lebih kuboid kearah squamoid, nukelus bervariasi dari

ovoid ke bulat, dan berkromofilik tinggi

Fibroblast

Sel yang paling banyak terdapat di mahkota gigi. Bentuknya berupa sel-sel gepeng

dengan inti bulat. Sel ini tersebar di pulpa terutama di vena darah. Sel ini berfungsi :

Membentuk dan mempertahankan matriks pulpa dengan cara menghasilkan

kolagen tipe 1 dan 3

Menghilangkan kelebihan kolagen dalam pulpa dengan cara resorpsi serat2

kolagen oleh lisosom

Mensintesis dan mensekresikan komponen non kolage matrisk ekstraselular

Mempertahankan kapastas dan rangsangan untuk membelah dan berdiferensiasi

menjadi sel dewasa lainnya

Sel mesenkim

Adalah sel yang belum tediferensiasi, terdapat banyak pada lapisan cell-rich zone

Immunocompetent

Terdiri dari sel-sel imun dan biasanya diawali dengan peradangan / inflamasi

Histiosit (makrofag yang berkelana) dan makrofag

Merupakan sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi dan banyak terdapat di

pembuluh darah. Sel histiosit datang dari sel monosit g bermigrasi ke vena.

Bertugas menghilangkan bakteri asing dalam tubuh

Leukosit polimorfonuklear

Yang paling umum pd reaksi peradangan pulpa adalha sel neutrofil ,namun

kadang-kadang eosinofil dan basofil juga ada

Sel mast

Merupakan sel basofil yang masuk kejaringan dan biasanya ada pada

gangguan/iritasi yang hebat.sel mast ini menghasilkan histamine yang paling

ampuh untuk menghilangkan inflamasi.

Reserve cells

Merupakan sel cadangan dari sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi untuk

mengatasi kekurangan sel fibroblast ataupun odontoblast. Jumlah selnya mensedikit

seiring bertambahnya usia

Unsur serat

serat yang paling utama digunakan adalah kolagen tipe I dan III. Unsure serat lebih

dominan di akar bagian radikular dibanding di mahkota. Serat akan bertambah banyak

Page 13: SK 4 TENTIR

seiring bertambahnya usia. Pada jaringan pulpa unsure serat yang sering dipakai

adalah serat argirofil/reticular, didalamnya banyak terdapat komponen karbohidrat.

Unsure serat yang terdapat di daerah odontoblas disebut serat von-koff.

Substansi dasar

Subsyansi dasar didominasi oleh proteoglikan dan fibrinekin dan bersifat elektrolusen,

tidak berstruktur dan terletak interseluler.

Bagian-bagian pulpa

Terdapat 2 bagian pulpa , yaitu :

Bagian mahkota, yaitu yang terdapat di mahkota gigi dan terdapat pulp horn

Bagian radikuler (pulp canal), berlokasi di apical, dibagi menjadi 2 :

o Foramen apical

Yaitu tempat komunikasi dengan periodontal ligament dan tempat keluar masuk saraf,

pembuluh darah,dan limfatik

o Kanal aksesoris

Yaitu pulpa yang berada di sebelah lateral akar

Lapisan-lapisan pulpa

1) Lapisan odontoblas / peripheral pulp zone

Merupakan lapisan terluar dinding pulpa yang dapat membentuk dentik sekunder dan

tersier. Lapisan ini mengandung badan sel odontoblas, dan badan sel dari akson aferen

yang berasal dari tubulus dentin.

2) Lapisan subodontoblas / zona cell-free (zone of weil)

Lapisan ini berbatasan dengan lapisan odontoblas dengan struktur berupa ruang bebas sel.

lapisan ini mengandung pembuluh darah kapiler dan serabut saraf yang tidak bermielin

serta menembus lapisan odontoblas. Didalam lapisan ini terdapat banyak serat kolagen

dan lapisan ini tidak dapat membuat dentin sekunder dan tersier.

3) Zone cell rich

Lapisan ini memiliki banyak sel dibanding lapisan

subodontoblas

4) Pulpal core (inti pulpa) / central pulp zone

Pulpa core dikelilingi oleh cell-rich zone dan

mengandung kumpulan sel dengan letak terdalam.

Bentuknya akan lebih terlihat seiring

bertambhanya usia

Page 14: SK 4 TENTIR

Sifat-sifat

1) Persyarafan pulpa

Merupakan serat saraf sensorik dan trigeminus. Ada yang bermielin dan tidak bermielin

o Bermielin = rangsangan cepat. Namun pada bagian perfier tidak bermielin.

o Tidak bermielien = lambat meneriam nyeri spesifik karena rangsangan termal, kimia,

listrik

2) Sistem peredaran darah pulpa

Vitalitas pulpa tidak ditemukan oleh sarafnya tapi oleh sirkulasi darahnya

3) Tekanan pulpa

Tekanan pulpa menunjuka aliran darah yang masuk dan keluar pulpa dan biasanya sesuai

dengan ritmik jantung. Tekanan pulp rata2 = 25 mmhg. Tekanan pulpa dipengaruhi oleh:

o obat2an vasoaktif, yang dapat mengaur aliran darah sistemik pulpa dipengaruhi oeh

obat2 an vasoaktif

o Suhu tubuh , jika turun : tekana pulpa juga turun sedangkan jika tekanan pulpa naik

maka akan terasa sakit gigi

Proses pembentukan

Pulpa orang muda dibentuk dari jaringan Ikat pulpa yang longgar dengan bentuk yang seperti

gel. Proses pembentukannya dibedakan menjadi 3 bagian akar, yaitu :

Pada bagian perifer, terdapat pembentuk odontoblas yang mengubah bentuk rongga pulpa

Pada saluran akar pulpa, bentuk odontoblas jadi kubus/prisma

Pada bagian apical , tidak ditemukan odontoblas

Fungsi

1. Fungsi formasi : fungsi terpenting dari pulpa yaitu berfungsi dalam pembentukan dentin

2. Fungsi nutrisi : pulpa memiliki saraf, pembuluh darah, dsb yang memiliki nutrisi yng

banyak, dan nutrisi tersebut akan disalurkan ke dentin melalui odontoblastic process

3. Fungsi sensory : di dalam pulpa terdapat saraf sensorik dan motorik yang memberi rasa

sakit

4. Fungsi proteksi/ defensive

melindungi saraf dari luka dengan membentuk dentin sekunder dan tersier dan

produksi sel2 darah putih yang ada di pulpa

sel mesenkim yang ada di pula berdiferensiasi menjadi sel fibroblast dan kemudian

membentuk serat2, substansi intersel, odontoblas hingga dentin

5. Fungsi reparasi

jika terjadi kerusakan, sel pulpa akan membentuk sel yang mirip odontoblas dan

kemudian akan membentuk jaringan yang menggantikan dentin yang rusak yaitu dentin

sekunder dan tersier. Akhirnya, jaringan diperbaiki

Kelainan pulpa

1) Pulp stone / batu pulpa (dentikel)

Page 15: SK 4 TENTIR

Adalah material2 termineralisasi yang biasanya ditemukan didalam jaringan

lunak.Biasanya pada gigi yang berubah secara patologik, namun gigi normal juga dapat

terkena. Pulp stone dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu ::

Berdasarkan letak :

Dentikel bebas = dentikel yang dikelilingi jar. Pulpa

Dentikel celat = dentikel yang bersatu dengan dinding kamar pulpa

Dentikel tertanam = yang dikelilingi oleh dentin

Berdasarkan strukturnya :

True denticles : Mirip dentin karena mempunyai tubuli dentin dan sel odontblast

Selalu ditemukan di apical foramen

False denticles : Keterbalikan dari true denticles

Diffuse calsification : Kalsifikasi dari pulp stone yang tidak biasa

Alur perkembangannya mengikuti lingkaran serat/blood vessels

Bersifat amorf, tidak pnya struktur spesifik berakhir menjadi

hyaline di jar pulpa

Terletak di daerah root canal

Sensasi pulpa

Sensasi pulpa memberikan Rasa sakitnya tumpul artinya tidak tajam, berdenyut agak

lama dan merupakan cirri-ciri yang keterbalikan dari dentin

2) Hyperemia pulpa

Menyebakan Aliran darah di rongga pulpa dan pelebaran pembuluh darah sebagai reaksi

adanya iritasi thdp pulpa. Bersifat reversible dan dapat disembuhkan jika dihilangkan

rangsangannya. Nyeri spontan seperti orang setelah makan manis/dingin ketika sudah

tidak makan lagi maka rasa sakit itu hilang

3) Pulpitis

Merupakan Radang pada jaringan pulpa . Dibedakan jadi 2 :

Akut:Rasa nyeri terus menerus, hilang-timbul

Nyeri timbul karena perubahan suhu (dingin) dan makan makanan yang asam/manis

dan

masuk ke kavitas gigi

Sifat nyerinya : tajam, spontan, menetap , menjalar hingga ke arah pelipis, sinus

maksila, telinga

Kronik, dibagi 2:

Ulseratif ada di ulkus di permukaan jar pulpa pada daerah pulpa yang terbuka

Hiperplastik / pulpitis granulomatosa / polip pulpa/ pulpitis hipertrofi ada bejolan

granulomatosa keluar dari kamar pulpa , polip berwarna merah dan mudah berdarah

4) Nekrosis pulpa

Merupakan Kematian jaringan pulpa akibat sistem pertahana pulpa yang sudha tidak bisa

menahan besarnya rangsangan sehingga banyak sel pulpa yang mati di ruang pulpa akibatnya

berkurangnya fungsi pulpa . Penyebabnya adalah kelanjutan dari radang pulpa akiat akries

dan degenerasi/perubahan

Page 16: SK 4 TENTIR

DENTAL ANATOMY

Morfologi Gigi Posterior Atas

Premolar -1 dan Premolar -2 Maxilla

PREMOLAR MAXILLA

Memiliki 2 akar (Buccal dan Lingual cusp seimbang)

P1 mirip P2

Ciri-ciri premolar-1 dan premolar-2 maxilla

PREMOLAR -1 MAXILLA PREMOLAR-2 MAXILLA

Aspek Buccal Permukaan cukup bulat dan

tampak mirip dengan caninus

rahang atas.

Tip memisahkan bagian oklusal

menjadi mesial ridge, yang lurus

dan panjang, dengan distal ridge

yang pendek dan cembung.

Bagian 1/3 apikal lebih langsing

dengan aspeknya lebih runcing

Mesial cusp slope lebih panjang

dari distal cusp slope

Outline crown keseluruhan

berbentuk pentagonal

Mesio-occlusal slope lebih

panjang dan lurus dibanding disto-

occlusal slope

Buccal cusp tip condong ke distal

Terdapat buccal ridge

Mesio occlusal slope lebih pendek

dari disto occlusal slope

Outline crown pentagonal

Buccal cusp tidak sepanjang dan

seruncing premolar I rahang atas

Buccal cusp tip condong ke mesial

Ukuran mesio-

distal

Paling lebar diantara premolar lain Tidak selebar p-1 RA

Outline mesial Menonjol (membulat) dan konkaf Tidak begitu menonjol ( membulat )

Outline distal Agak membulat Agak membulat

Buccal-cusp Tinggi, tajam, dan terletak lebih kearah

distal

Tidak sepanjang dan setajam p-1 RA

Aspek Lingual Permukaan lingual membulat di

segala aspek.

Terlihat 2 cusp karena lingual cusp

lebih kecil dari buccal cusp

Lingual cusp tip condong ke mesial

Lingual cusp panjang, menyebabkan

mahkota menjadi lebih panjang dilihat dari

aspek lingual

Lingual cusp tip condong ke mesial

Profil Bukal Terlihat Tidak terlihat

Lingual cusp Lebih pendek dan tidak setajam buccal

cusp

Relatif lebih panjang dan tinggi sehingga

permukaan oklusal kurang tampak

Page 17: SK 4 TENTIR

Slope Mesio-occlusal slope lebih pendek

dibanding disto occlusal slope

Tidak begitu jelas perbedaannya

Aspek Mesial jarak ujung cusp ke ujung cusp lebih

panjang dari setengah lebar mahkota

Outline trapesium

Mesial concavity tidak ada

Kontak area dan marginal ridge lebih ke

servikal

Outline trapezium

Perbandingan

cusp

Buccal cusp tip lebih panjang daripada

lingual cusp tip

Kedua cusp (buccal cusp & lingual cusp)

hampir sama tinggi

Mesial

Developmental

Depression

Ada Tidak ada

Mesial Marginal

Groove

Terkadang ada Tidak ada

CEJ Lebih cembung daripada distal Lebih cembung daripada distal

Aspek Distal Terlihat developmental depression

Garis servikal tidak begitu

melengkung

Kontak area sedikit lebih luas

Kontak area dan mesial ridge lebih ke

servikal

Aspek occlusal Sudut pada mesio-buccal dan

disto-buccal tajam, hampir 90º,

sedangkan sudut disto-palatal dan

mesio-palatal agak membulat

Supplemental groove-nya sedikit

Bucco-lingual lebih besar dari

mesio-distal

Palatal cusp tip tidak condong ke

mesial

Memiliki lebih banyak supplemental

groove

Mesial dan distal pit berjarak lebih

dekat

Outline Heksagonal dan mengecil ke arah palatal Heksagonal yang lebih bulat dan lebih besar

Central groove Panjang, Lebih dekat ke lingual Pendek

Mesial Marginal

Ridge

Terdapat mesial marginal developmental

groove

Tidak ada mesial marginal ridge

Perbandingan

Cusp

Buccal cusp lebih besar dari lingual cusp Perbandingan tidak terlalu beda

Premolar 1 Maxilla

Page 18: SK 4 TENTIR

Premolar 2 Maxilla

Molar Maxilla

MOLAR MAXILLA

Akar 3 ( 2 akar pada bagian buccal dan 1 akar

pada bagian palatal)

Pola groove M1 dan M2 hampir mirip

Penentuan kiri atau kanan, dapat dilihat dari

kecondongan arah cusp pada sisi buccal

Ciri-ciri molar-1, molar-2, dan molar-3 maxilla

MOLAR-1 MAXILLA MOLAR-2 MAXILLA

Aspek Buccal Outline mahkota berbentuk

trapezoid

4 cusp terlihat (cusp ke-5 tidak

terlihat)

Outline distal berbentuk konveks

Outline occluso-cervical nya lebih

pendek dan mesio-distal nya lebih

miring dibandingkan dengan M1

maxilla

Buccal groove lebih ke arah distal

Distobucco cusp sangat kecil

Mahkota lebih sempit dari arah

BUCCAL OCCLUSAL DISTAL MESIAL LINGUAL

Page 19: SK 4 TENTIR

mesiodistal dan occlusal

Lingual cusp Karena mesio dan disto-lingual cusp

tingginya sama, maka tip mesio-

lingual cusp dapat terlihat diantaranya

Tidak terlihat lingual cusp

Buccal-cusp Mesio-buccal lebih lebar dan tip

distobuccal lebih tajam (tinggi sama)

Mesio-buccal cusp lebih lebar dan tip

disto-buccal lebih tajam ( mesial cusp

lebih tinggi dibandingkan dengan distal

cusp)

Aspek Lingual Terdapat cusp ke-5 yaitu cusp of

Carabelli

Ketiga akar terlihat

Tidak ada cusp ke-5

Lingual cusp Mesiolingual cusp merupakan cusp

yang paling besar diantara cusp-cusp

yang ada di gigi molar 1 rahang atas.

Akan terlihat cusp ke-5 yang

menempel di mesiolingual cusp.

Disto-lingual cusp < dan pendek

daripada M1 maxilla

Buccal cusp Hanya disto-buccal tip saja yang dapat

terlihat

Mesio dan disto-buccal tip dapat terlihat

Aspek Mesial Ukuran buccolingual cervical

lebih besar daripada buccolingual

oklusal.

Hanya akan dapat melihat 2 akar

saja yaitu: akar mesiobuccal dan

akar lingual.

Cervical line membengkok ke

oklusal

Outline lingual dari mesiolingual

cusp yang berjalan dari cusp ke-5

sampai ke ujungnya, terletak

lingual dari bifurkasi akar

Distal marginal ridge tajam ke

arah cervical

Permukaan outline mahkota distal

umumnya konveks

Ukuran buccolingual cervical jauh lebih

besar daripada buccolingual oklusal.

Distal cusp Tidak dapat terlihat Tidak dapat terlihat

Aspek Distal Sebagian permukaan oklusal nya

terlihat

Semua akar terlihat

Cervical line hampir lurus dari

arah buccal-lingual

Disto-buccal cusp lebih kecil daripada

M1 maxilla

Mesio-buccal cusp dapat terlihat

Mesio-lingual cusp tidak terlihat

Disto-lingual cusp hanya terlihat sedikit

bagian oklusal nya

Page 20: SK 4 TENTIR

Aspek occlusal Sudut mesiobuccal dan

distolingual nya lebih tajam daripada

sudut distobuccal dan mesiolingualnya.

Terdapat tubercle yang dapat

berupa cusp, pit, atau groove pada

mesiopalatal

Mirip dengan M1 maxilla

Ukuran mesiodistal mahkota <

daripada M1 maxilla

Outline Rhomboid atau jajaran genjang Rhomboidal atau heart-shaped

Groove tipe H H (tapi agak melengkung)

Perbandingan

Cusp

Cusp mesio-lingual adalah cusp

terbesar

Cusp disto-lingual kecil

Cusp carabelli adalah cusp terkecil

Cusp mesio-lingual adalah cusp terbesar

Cusp disto-lingual sangat kecil

Tidak ada cusp carbelli

Molar 1 Maxilla

Molar 2 Maxilla

MOLAR 3 MAXILLA

Aspek Buccal Mahkota lebih pendek cervico-occlusal dan lebih sempit mesio-distal

Akar menjadi satu sebagai satu akar besar dan lebih pendek cervico-

apikal

BUCCAL OCCLUSAL DISTAL MESIAL LINGUAL

Page 21: SK 4 TENTIR

Bagian mesial akar membengkok ke distal

Aspek Lingual Hanya ada satu cusp lingual

Tidak ada groove lingual

Aspek Mesial Akar menjadi satu dan runcing

Bifurkasi terletak pada bagian 1/3 apikal

Aspek Distal Sebagian permukaan bukal dan oklusal terlihat

Ukuran dari cervical line sampai ke marginal ridge pendek

Aspek Occlusal Sebagian besar outline berbentuk heart shape

Terdapat 4 cusp

Terdapat banyak supplemental groove

Terdapat dengan jelas oblique ridge, central fossa, distal fossa dan

lingual developmental groove

Molar 3 Maxilla

Morfologi Gigi Posterior Bawah

Premolar (P1 memiliki 2 cusp, sedangkan P2 memiliki 2 atau 3 cusp.)

Premolar Satu (P1)

P1 bawah memiliki bentuk yang mirip dengan kaninus bawah dan P2 bawah.

Kesamaan P1 bawah dengan kaninus bawah:

Cusp bukalnya panjang

Ukuran buccolingualnya mirip

Permukaan oklusal meruncing secara lingual ke arah servikal

BUCCAL OCCLUSAL DISTAL MESIAL LINGUAL

Page 22: SK 4 TENTIR

Mesiobuccal cusp ridge lebih pendek dari distobuccal cusp ridge.

Outline dari aspek oklusal keduanya mirip.

Sementara itu, kesamaan P1 bawah dengan P2 bawah adalah:

Outline mahkota dan akar keduanya dari aspek bukal hampir mirip

Area kontak di sisi mesial maupun distal hampir dalam level yang sama

Kelengkungan garis servikal distal dan mesial mirip

Memiliki lebih dari 1 cusp

Premolar Dua (P2)

Buccal cusp tidak sejelas pada P1 bawah. Akarnya lebih besar dari P1 bawah. Ada dua tipe

P2 bawah, yaitu yang memiliki 3 cusp dan 2 cusp, namun yang lebih sering ditemukan adalah

yang memiliki 3 cusp. P2 bawah yang memiliki 2 cusp biasanya terlihat lebih membulat pada

aspek oklusalnya.

Aspek Bukal P1 dan P2 bawah

P1 P2

Mahkotanya lebih cembung daripada

premolar atas

Buccal cusp lebih pendek dari P1

Enamel mahkotanya halus dengan tidak

ada developmental groove dan sedikit

developmental line

Mesiobuccal dan distobuccal cusp ridge-nya

lebih membulat dari P1

Mahkotanya hampir simetris bilateral Area kontak mesial dan distalnya terletak

lebih tinggi dari area kontak P1

Mahkotanya berbentuk sedikit trapezoid Akarnya lebih lebar secara mesiodistal dari

P1 serta lebih panjang

Punya buccal ridge Apeks akarnya lebih tumpul

Mesial cusp ridge lebih rendah dari distal

cusp ridge

*In other respects, this tooth is quite similar

to P1 from this aspect*

Area kontak mesial dan distal berada pada

level yang hampir sama

Area kontaknya agak lebih ke atas dari

pertengahan garis servikal ke cusp tip.

Ukuran mesiodistal pada kontak area >

garis servikal

Kelengkungan garis servikalnya sangat

dangkal

Outline mesialnya lurus atau sedikit

konkaf dari garis servikal hingga area

kontak mesial

Outline distalnya sedikit cekung dari garis

Page 23: SK 4 TENTIR

servikal hingga area kontak distal

Distal slope biasanya menunjukkan

konkafitas

Buccal cusp tip terletak agak mesial

Akarnya lebih pendek 3-4 mm dari

kaninus bawah

P1 aspek Bukal.

P2 Aspek

Bukal.

Aspek Lingual

P1 P2

Secara mesiodistal, mahkotanya lebih sempit

dibanding aspek bukal

Permukaan mahkotanya halus dan bulat

Lingual lobe berkembang sangat baik hingga

membentuk (beberapa) cusp.

Mahkota dan akarnya meruncing dari

permukaan bukal ke lingual

Mesiolingual cusp lebih besar dan panjang

daripada distolingual cusp. Terdapat groove

di antara mesiolingual cusp dan distolingual

cusp

Permukaan oklusal melandai secara lingual

ke arah servikal dan berakhir pada lingual

cusp yang pendek.

Pada P2 yang hanya punya satu lingual cusp,

tidak memiliki groove tapi memiliki

distolingual developmental depression yang

merupakan pertemuan lingual cusp ridge

dengan distal marginal ridge.

Bagian servikal mahkotanya sempit dan

konveks

Akarnya lebih lebar dibanding akar aspek

bukal dan berbentuk cembung

Lingual cusp selalu lebih kecil dari buccal

cusp

Secara keseluruhan, ukurannya lebih besar

dari P1 bawah

Lingual cusp biasanya menunjukkan cusp tip

yang tajam

Memiliki mesiolingual developmental groove

yang merupakan garis demarkasi antara lobus

mesiobuccal dan lingual lobe dan memanjang

ke mesial fossa pada permukaan oklusal

Akarnya sempit, halus, konveks, dan

Page 24: SK 4 TENTIR

memiliki ridge yang sempit

Seringkali ada developmental groove di sisi

mesial yang terlihat bersama developmental

depression pada akar.

P1 Aspek Lingual.

P2 Aspek Lingual.

Aspek Mesial

P1 P2 (dibanding P1)

Outline mahkota secara keseluruhan

berbentuk seperti jajar genjang (karakteristik

fundamental gigi posterior RB)

Secara labiolingual, mahkota dan akar lebih

lebar

Buccal cusp tip terletak hampir tepat di garis

tengah akar atau agak ke bukal

Buccal cusp tidak tepat di garis tengah akar

dan biasanya lebih pendek

Outline bukal mahkota melengkung dari

garis servikal hingga buccal cusp tip dengan

puncak kelengkungan dekat sepertiga middle

mahkota (letak puncak kelengkungan ini

adalah karakteristik gigi posterior RB)

Lobus lingualnya berkembang lebih baik

Kelengkungan pada outline lingual lebih

kecil dari outline bukal dan berakhir di

lingual cusp tip dengan puncak kelengkungan

mendekati sepertiga middle mahkota

Permukaan oklusal yang terlihat tidak terlalu

banyak

Garis servikal melengkung ke arah oklusal,

namun bisa juga lurus

Tidak ada mesiolingual developmental

groove yang terlihat pada mahkota

Akarnya punya outline bukal yang

melengkung dan outline lingualnya lurus

Akarnya lebih panjang dan kadang-kadang

sedikit konveks

Apeksnya cenderung tajam Apeksnya lebih tumpul

Permukaan akarnya halus dan flat dari buccal

margin hingga ke tengah.

Developmental groove dangkal biasanya

muncul di permukaan akar

Developmental groove yang sangat dalam

akan berakhir menjadi bifurkasi pada

sepertiga apikal

Page 25: SK 4 TENTIR

P1 Aspek Mesial.

P2 Aspek Mesial.

Aspek Distal

P1 P2

Distal marginal ridge lebih tinggi daripada

mesial distal ridge dan tidak ada lingual slope

yang ekstrim

Permukaannya mirip dengan permukaan dari

aspek mesial P2 bawah

Tidak ada developmental groove pada distal

marginal ridge

Lebih banyak permukaan oklusal yang

terlihat dibanding dari aspek mesial P2

bawah karena distal marginal ridge lebih

pendek dari mesial marginal ridge

Permukaan distal mahkota berbentuk

konveks halus

Mahkotanya terlihat miring ke arah distal

sumbu akar (merupakan ciri-ciri gigi

posterior)

Di bawah garis servikal ada sedikit

kecekungan yang memanjang secara

labiolingual

Area kontak distal lebih lebar dari mesial

Kelengkungan garis servikal distal dan

mesial hampir sama

Permukaan akar lebih konveks daripada

permukaan akar mesial serta ditemukan juga

developmental depression (ditemukan juga

developmental groove yang dalam, tapi

jarang)

P1 Aspek Distal.

P2 Aspek Distal.

Page 26: SK 4 TENTIR

Aspek Oklusal

Premolar Satu Bawah

Permukaan bukal lebih banyak terlihat dibanding permukaan lingual

Secara kasar, berbentuk seperti diamond atau mungkin sirkular

Buccal ridge terlihat menonjol

Mesiobuccal dan distobuccal line angles membulat

Area kontak distal terlihat lebih luas daripada mesial

Mahkotanya berbentuk condong ke arah lingual sehingga seperti membentuk segitiga

yang sisi-sisinya terdiri dari: buccal cusp ridge (sebagai basis), marginal ridge, dan lobus

lingual (sebagai point-nya)

Fossa mesial cenderung berbentuk linear yang kemudian akan membentuk mesiolingual

developmental groove ketika melewati permukaan mesiolingual

Fossa distal cenderung berbentuk sirkular dan terkadang punya distal developmental

groove yang berbentuk sabit serta distal developmental pit.

Premolar Dua Bawah

Tipe dengan 3 cusp terlihat lebih kotak dari lingual ke buccal cusp ridge, sedangkan yang

tipe dengan 2 cusp terlihat lebih bulat.

Pada tipe dengan 3 cusp, buccal cusp adalah yang terbesar, kemudian disusul oleh

mesiolingual cusp dan distolingual cusp yang terkecil. Tiap cusp memiliki triangular

ridge yang satu sama lain dipisahkan oleh developmental groove. Developmental groove

tersebut kemudian bersatu di central pit dan membentuk huruf Y. Developmental

tersebut adalah:

o Mesial developmental groove, arahnya ke mesiobuccal dan berakhir di mesial

triangular fossa.

o Distal developmental groove, arahnya ke distobuccal dan berakhir di distal triangular

fossa. Lebih pendek dari mesial developmental groove.

o Lingual development groove, memanjang ke arah lingual di antara dua lingual cusp

dan berakhir pada permukaan lingual mahkota.

Terkadang ada supplemental groove dan supplemental depression yang bercabang dari

developmental groove tersebut.

Tipe dengan 2 cusp memiliki mesiolingual dan distolingual line angles yang membulat.

Page 27: SK 4 TENTIR

Pada tipe dengan 2 cusp, terdapat central developmental groove yang seringnya

berbentuk sabit, tapi ada juga yang berbentuk lurus. Central developmental groove ini

berakhir pada mesial dan distal fossa yang berupa depresi sirkular, dan kadang-kadang

dari developmental groove ini ada percabangan supplemental groove dan supplemental

depression. Mesial & distal pit terkadang ditemukan di pusat mesial & distal fossa.

Kemudian, meskipun seringkali tidak terlihat pada gambar, P2 tipe 2 cusp biasanya

punya developmental depression yang melintasi distolingual cusp ridge.

MOLAR BAWAH

Ciri-ciri umum molar bawah adalah:

Molar bawah adalah gigi terbesar dari semua gigi bawah

Memiliki dua akar: satu distal dan satu mesial

Mahkotanya berbentuk quadrilateral dan lebih lebar secara mesiodistal daripada

buccolingual

Molar Satu (M1)

M1 adalah gigi terbesar dari seluruh gigi pada RB (rahang bawah)

Memiliki 5 cusp: 2 buccal, 2 lingual, dan 1 distal

Punya 2 akar: 1 distal dan 1 mesial

Akar mesial melengkung ke arah distal

Akar distal lebih membulat dan menunjuk ke arah distal serta sepertiga servikalnya lebar

Aspek Morfologi

Bukal

Outline mahkota secara keseluruhan berupa trapezoid

Outline mesial mahkotanya konkaf dari sepertiga

servikal hingga tepat sebelum kontak area mesial,

kemudian di kontak area tersebut outline-nya konveks

Outline distal mahkotanya lurus dari sepertiga mesial

hingga tepat sebelum kontak area distal, kemudian di

kontak area tersebut outline konveks

Dari aspek ini 5 cusps terlihat semua, karena lingual

cusp lebih tinggi dari buccal cusp

Ada mesiobuccal developmental groove (MDG) dan

distobucal developmental groove (DDG). MDG

memisahkan LBC dengan DBC. DDG lebih panjang

dari MDG. MDG terletak agak ke mesial dari bifurkasi

akar.

Buccal cusp-nya flat.

Distal cusp ridge lebih tajam daripada kedua buccal

cusps

Garis servikalnya teratur dan agak melengkung ke

arah bifurkasi akar

Permukaan bukal mahkota halus dan konveks pada

bagian cusp

Page 28: SK 4 TENTIR

Ada developmental depression dengan arah

mesiodistal sedikit di atas servikal ridge pada

permukaan buccal

Akar mesial melengkung ke arah mesial dari garis

servikal hingga sepertiga middle, kemudian

melengkung ke arah distal dari sepertiga middle

hingga apeks.

Apeks akar mesial berada segaris dengan MBC

Akar distal tidak se-melengkung akar mesial dan

axisnya mengarah ke distal dari serviks hingga apeks

Kedua akar punya developmental depression pada

bagian distal maupun mesialnya.

Pada permukaan bukal akar, ada developmental

depression yang memanjang dari bifurkasi ke arah

servikal (semakin ke servikal, semakin dangkal) dan

berakhir sedikit di atas garis servikal.

Lingual

Permukaan mahkotanya halus, spheroidal, serta

cembung kemudian semakin flat ketika mendekati

garis servikal

Terlihat 3 cusp: 2 lingual cusp dan sisi lingual distal

cusp. Buccal cusp tertutup seluruhnya karena lingual

cusp lebih tinggi daripada buccal cusp

Mesiolingual cusp lebih tinggi daripada distolingual

cusp, sehingga mesiolingual cusp tip lebih tinggi dari

distolingual cusp tip

Ada lingual developmental groove (LDG) yang

membatasi mesiolingual cusp dengan distolingual cusp

Outline mesial mahkotanya konveks dari garis servikal

hingga marginal ridge.

Outline distal mahkotanya lurus dari garis servikal

hingga tepat sebelum area kontak, kemudian menjadi

konveks pada area kontak. Outline konveks ini juga

menunjukkan distal cusp

Area kontak sisi mesial lebih tinggi daripada area

kontak distal

Pertemuan antara distolingual cusp ridge dari

distolingual cusp dengan distal marginal ridge

membentuk developmental groove dangkal.

Garis servikalnya tidak teratur dan cenderung

mengarah ke bifurkasi akar

Akarnya terlihat lebih panjang daripada jika dilihat

dari aspek bukal, hal ini karena lingual cusp tip dan

garis servikal yang tinggi serta ukuran mesiodistal

Page 29: SK 4 TENTIR

yang lebih kecil daripada akar aspek bukal.

Developmental depression pada akar dimulai dari

bifurkasi ke arah servikal hingga hilang seluruhnya

tepat sebelum garis servikal

Bifurcation groove pada akar terletak hampir segaris

dengan lingual developmental groove.

Mesial

.

Yang terlihat ada mesiobuccal cusp, mesiolingual

cusp, dan akar mesial

Pengukuran buccolingual mahkota dan akar dari aspek

mesial lebih besar daripada aspek distal

Permukaan mesial lebih lebar daripada distal dan

mesial cusps lebih tinggi daripada distal cusps,

sehingga cusps distal tidak terlihat dari aspek mesial

Outline buccal mahkotanya konveks tepat di atas garis

servikal, outlining buccal cervical ridge pada sepertiga

servikal mahkota. Di atas buccal cervical ridge, garis

outline menjadi kurang konveks, lurus, atau bahkan

konkaf

Outline lingual mahkotanya lurus dan condong ke arah

lingual, mulai dari sepertiga servikal hingga sepertiga

middle dan kemudian sedikit melengkung hingga

mesiolingual cusp tip

Mesial marginal ridge terletak sekitar 1 mm di bawah

level mesial ridge dari mesiobuccal dan mesiolingual

cusps

Garis servikal agak tidak beraturan dan arahnya

condong ke arah oklusal atau bisa dianggap lurus

secara buccolingual. Garis servikal lebih tinggi di

lingual daripada bukal (jadi garisnya seperti naik dari

bukal ke lingual)

Permukaan mahkota konveks pada lobus mesiolingual

dan mesiobuccal, di tengah-tengahnya flat atau bahkan

konkaf dari garis servikal hingga bagian tengah akar

mesial

Outline buccal dari akar mesial lurus dari garis

servikal hingga pertemuan antara sepertiga servikal

dengan middle, kemudian melengkung hingga apeks

Outline lingual dari akar mesial lurus dari garis

servikal hingga titik pertemuan sepertiga middle

dengan apikal, kemudian miring ke arah bukal

Permukaan mesial akar mesial konveks pada batas

bukal dan lingualnya dan di tengah-tengahnya ada

kecekungan yang luas yang memanjang dari garis

Page 30: SK 4 TENTIR

servikal hingga apeks

Tidak ada developmental depression yang dalam pada

permukaan mesial akar mesial

Perbedaan M1 dengan M2 bawah:

Mahkota dan akarnya lebih pendek

Pengukuran buccolingual mahkota dan akarnya

lebih besar

Lingual cusp lebih panjang daripada buccal cusp

Distal

Outlinenya mirip dengan outline aspek mesial

Akar distal lebih sempit secara buccolingual dibanding

akar mesial

Distal marginal ridge-nya pendek dan terbentuk oleh

distal cusp ridge dari distal cusp (DC) dan distolingual

cusp rige dari distolingual cusp (DLC)

Di antara cusp ridge DC dan DLC ada developmental

groove atau deppresion yang melintasi distal marginal

ridge

Terdapat distobuccal developmental groove

Permukaan distal konveks pada distal cusp dan

distolingual cusp, serta flat tepat di atas garis servikal.

Garis servikalnya condong ke arah akar

Apeks terlihat lebih runcing daripada apeks pada

aspek mesial

Oklusal

Bentuknya quadrilateral dengan pengukuran

mesiodistal lebih besar daripada buccolingual

Mahkotanya converges pada area kontak ke arah

lingual

Mesiobuccal cusp lebih besar dari kedua lingual cusp.

Mesiolingual dan distolingual cusp hampir sama besar.

Distobuccal cusp lebih kecil dari mesiobuccal cusp

maupun lingual cusp. Distal cusp adalah yang terkecil.

Kadang-kadang M1 hanya punya 4 cusp: distobuccal

cusp-nya menyatu dengan distal cusp dan tidak ada

distobuccal developmental groove di antaranya

Fossa major: central fossa yang bentuknya sirkular

dan terletak di tengah permukaan oklusal di antara

buccal cusp ridges dan lingual cusp ridges.

Fossa minor: mesial triangular fossa (terletak di

sebalah distal dari mesial marginal ridge) dan distal

triangular fossa (terletak di sebelah mesial dari distal

marginal ridge)

Page 31: SK 4 TENTIR

Molar Dua Bawah (M2)

Secara dimensional, M2 bawah lebih besar daripada M1 bawah, namun bentuknya

kadang tidak begitu. Tidak jarang ditemukan M2 bawah yang mahkotanya lebih besar

daripada M1 bawah.

Memiliki 4 cusp: mesiobuccal cusp, distobuccal cusp, mesiolingual cusp, dan

distolingual cusp. Distobuccal cusp-nya lebih besar daripada yang ada di M1 bawah.

Punya 2 akar: akar mesial dan akar distal. Secara buccolingual, akar M2 bawah tidak

selebar M1 bawah dan jarak antara kedua akarnya lebih sempit.

Tabel berikut menunjukkan ciri-ciri morfologis pada M2 bawah dengan pembandingan

terhadap M1 bawah:

Aspek Morfologi

Bukal

Mahkotanya lebih pendek secara cervico-occlusal dan

lebih sempit secara mesiodistal dibanding M1 bawah

Secara keseluruhan dari aspek ini, akar dan mahkota

terlihat lebih panjang daripada M1 bawah, namun hal

ini tidak selalu

Ada buccal developmental groove yang membagi

mesiobuccal dan distobuccal cusps

Mesiobuccal dan distobuccal cusps kedua hampir

Developmental groove yang ada: central

developmental groove, mesiobuccal developmental

groove, distobuccal developmental groove, dan lingual

developmental groove.

Ada supplemental groove yang bercabang dari

developmental groove dan berada dalam batas-batas

cusp ridge

Seluruh developmental groove bertemu pada pusat

central fossa dan membentuk central pit

Central development groove (CDG) ke arah mesial

akan berujung pada mesial fossa. Selain itu CDG ke

arah mesial juga bercabang menjadi buccal dan lingual

supplemental groove yang kemudian saling bertemu di

mesial pit

CDG ke arah distal berujung pada distal fossa yang

kurang jelas dibanding mesial fossa. CDG ke arah

distal juga bisa bercabang menjadi buccal dan mesial

supplemental groove, namun hal ini tidaklah sering

Kadang-kadang ada supplemental groove yang

melintasi mesial maupun distal marginal ridge ke arah

lingual area kontak

Page 32: SK 4 TENTIR

sama lebar mesiodistal-nya

Garis servikalnya condong ke arah bifurkasi akar

dengan tajam

Akarnya bisa lebih pendek dari M1 bawah dan

keduanya terlihat lebih dekat atau bahkan bersatu

(fused)

Akarnya membengkok ke arah distal dan bengkoknya

lebih terlihat jelas (dan tajam) daripada M1 bawah

Lingual

Akar dan mahkotanya converge ke arah lingual,

namun tidak sejelas pada M1 bawah

Outline pada distal dan mesial yang menunjukkan area

kontak lebih terlihat pada aspek ini dibanding dari

aspek bukal.

Area kontak distal maupun mesial, terutama distal,

terletak lebih rendah daripada M1 bawah

Mesial

Cervical ridge pada bagian bukal tidak terlalu jelas

terlihat

Permukaan oklusal terlihat lebih sempit daripada M1

bawah

Garis servikal tidak terlalu melengkung, agak lurus

dan regular

Akar mesial melancip ke arah apikal

Jika terlihat, akar distal terlihat condong ke arah bukal

(pada M1 bawah, ke arah lingual)

Distal

Mirip dengan aspek distal M1 bawah hanya saja tidak

ada distal cusp dan distobuccal developmental groove

Area kontak ada di tengah secara buccolingual dan di

tengah garis servikal dengan marginal ridge

Oklusal

Bentuk keseluruhannya rectangular

Lobus distobuccal sama berkembangnya dengan lobus

mesiobuccal

Tidak ada distobuccal developmental groove

Buccal dan lingual developmental groove serta central

developmental groove membagi permukaan oklusal

mahkota menjadi 4 bagian yang hampir sama besar

Cusp slope tidak sehalus pada M1 bawah karena pada

M2 bawah banyak terdapat supplemental groove yang

bercabang keluar dari developmental groove

Pada banyak kasus, lobus mesiobuccal-nya menonjol

Page 33: SK 4 TENTIR

ke arah servikal (distobuccal, mesiolingual, dan

distolingual tidak menonjol)

Outline distalnya lebih melengkung dan membentuk

semisirkuler, sedangkan outline mesialnya lebih kotak

Distobuccal cusp ridge terletak lebih bukal daripada

mesiobuccal cusp ridge

Berdasarkan topologi yang dikembangkan Gregory

and Hellman dan Hellman, ada 2 tipe pola fissure pada

M2 bawah: tipe Y dan tipe +. Kriteria yang

membedakan tipe Y dan tipe + adalah apakah

metaconid (mesiolingual cusp) dan hypoconid

(distobuccal cusp) berkontak atau tidak. Jika iya, maka

masuk dalam tipe Y, sedangkan jika tidak, maka

masuk dalam tipe +.

Molar Tiga Bawah (M3)

Jika berkembang dengan baik, bentuknya lebih menyerupai M2 bawah dibanding M1

bawah.

Tidak jarang ditemukan ukurannya lebih kecil, atau bahkan lebih besar dari ukuran normal

dan akarnya terlalu kecil dan tidak berkembang dengan baik.

M3 bawah seringkali mengalami impaksi sebagain atau seluruhnya, hal ini sebagian besar

dikarenakan space yang tidak mencukupi pada lengkung rahang untuk M3 ini tumbuh.

Erupsi parsial dari M3 bawah ini dapat berakibat periodontal defect pada permukaan distal

M2 bawah dan seringkali me-resorpsi permukaan akar distal M2 bawah.

Aspek Morfologi

Bukal

Pada M3 yang normal dengan oklusi yang baik,

terdapat 4 cusps dan dari aspek ini lingual cusps-

nya tidak terlihat, hanya buccal cusps yang terlihat

Buccal cusps-nya pendek dan membulat

Ada dua akar: mesial dan distal

Akar M3 biasanya tidak berkembang dengan baik,

lebih pendek daripada akar M1 maupun M2 dan

Page 34: SK 4 TENTIR

lebih melengkung ke arah distal

Akarnya terpisah dengan adanya bifurkasi, namun

tidak jarang juga kedua akarnya berfusi

Lingual

Tidak terlalu jauh berbeda dengan aspek bukal

Dalam keadaan normal, bentuknya mirip dengan

M2 kecuali ukuran dan pertumbuhan akarnya

Mesial

Mirip dengan M2 bawah kecuali dalam dimensinya

Akarnya lebih pendek daripada M2 bawah,

menyempit mulai dari serviks hingga apeks

Apeksnya lebih tajam daripada M2 bawah

Distal

Mirip dengan M2 bawah kecuali ukurannya

Pada spesimen yang oversize, bagian mahkotanya

terlihat lebih spheroidal di atas garis servikal

Akar distal terlihat lebih kecil dalam hal panjang

maupun secara buccolingual dibanding bagian

mahkotanya

Oklusal

Pada M3 bawah yang perkembangannya baik,

cukup mirip dengan M2 bawah

Outline-nya cenderung membulat dan pengukuran

buccolingual-nya lebih besar di bagian distal

daripada mesial

ANATOMI RUANG PULPA

PREMOLAR MAKSILA

Premolar Maxilla

Page 35: SK 4 TENTIR

Premolar Mandibula

Aspek Premolar 1 Premolar 2

Aspek Premolar 1 Premolar 2

Umum Berakar dua :

o 2 pulp horns (bukal lebih tinggi dari lingual)

o 2 pulp canal ( satu pulp canal/akar)

Mesiodistal Dari sisi buccal, saluran pulpa tampak

lebih menyempit daripada buccolingual

Saluran terlihat sempit

Terlihat mirip seperti P1 maxila

Cervical Cross Dari oklusal, saluran pulpa terlihat

seperti ginjal

Berbentuk seperti cerutu

Buccolingual Dari distal, lebar dan bentuk saluran

pulpanya mengikuti mahkota dan

terdapat 2 tanduk pulpa

Rongga lebar dan memiliki 2 tanduk

pulpa

Saluran pulpa terlihat paling

menyempit pada foramen apikal,

terkadang memiliki saluran pulpa yang

bercabang- cabang

Terlihat 2 tanduk pulpa/pulp horn

yang besarnya hampir sama.

Page 36: SK 4 TENTIR

Mesiodistal - Bentuk pulp horn menonjol

- Bentuknya seperti P1 mandibula hanya

lebih besar

- Terlihat satu pulp canal

Cervical Cross - ukuran mahkota dan akar gigi premolar

rahang bawah bervariasi, dan rongga

pulpa bervariasi secara proporsional.

- pulp cavity bisa bulat atau

segitigatergantung bentuk luar akar

- Mengikuti bentuk akar (bias rectangular

atau triangular)

- Pulp cavity mengikuti outline gigi,

kecuali jika ada multiple canal

Buccolingual - Memiliki satu pulp canal, tapi memiliki

dua atau 3 pulp canal juga

memungkinkan.

- Pulp chamber biasanya besar

- Pulp horn dari lingual cusp lebih kecil,

sedangkan buccal cusp lebih menonjol

- Terdapat 2 pulp horn, pada tipe 2 cusp,

yang hampir sama tinggi

- Pulp chamber terlihat lebih besar

- Pada tipe 3 cusp terdapat 3 pulp horns

Molar Maxilla

Aspek Molar 1 Molar 2 Molar 3

Buccolingual Akar distobuccal lebih lurus

dan kecil dan menampilakan

Akar buccal lebih lurus dan

dekat daripada molar 1

Secara umum:

Mahkotanya biasanya lebih

Page 37: SK 4 TENTIR

lebih sedikit variasi bentuk

Tanduk pulpa ada 2.

Pulp horns biasanya menonjol

Pulp chamber sedikit kotak

saat terlihat dari aspek mesial

gigi

Ruang pulpa lebar di cervical.

Outline mahkota berbentuk

trapezoid.

Biasanya memiliki 3 akar dan

3 canal

Root canal dari mesiobuccal

akar yang lebar adalah yang

terlebar di level midroot dan

melancip ke diameter di apikal

foramen yang baik.

Akar palatal biasanya memiliki

dimensi terbesar diikuti oleh

mesiobuccal dan distobuucal.

Saluran akar buccolingual

lebih besar dari mesiodistal.

Akar mesiobuccal tidak

sekompleks molar 1

Pulp chamber sedikit persegi

panjang (kecuali pulp horns)

Pulp canal menyempit ke

apikal sampai sebelum

foramen apikal

triangular atau bulat

daripada quadilateral

Akar lebih pendek, lebih

melengkung dan memiliki

kecendrungan akar untuk

bergabung lebih besar.

Pulp chamber akan

memiliki lebih sedikit

dentin sekunder daripada

kedua molar yang lain.

Mesiodistal Ruang pulpa lebih sempit dan

meruncing.

Tanduk pulpa sesuai dengan

mahkota.

Pulp chumber (ruang pulpa)

mesiobuccal lebih jelas dari

distobuccal.

Ada 2 kanal (saluran):

mesiobuccal dan distobuccal

atau 3 kanal: 2 mesiobuccal

dan 1 distobuccal.

Terlihat akar distobuccal

Akar mesiobuccal memiliki

kecendrungan yang lebih

melengkung dan saluran dari

akar distobuccal

Pulp horns di mesiobuccal

biasanya sedikit lebih besar

Mesiodistalnya mirip dengan

molar 1

Akar bukalnya tidak terpisah

terlalu jauh daripada di molar

1 dan akar bukalnya memiliki

kecendrungan lebih besar

untuk bergabung

Pulp horn mesiobuccal

biasanya lebih besar dari pulp

horn distobuccal

Pulp chamber jauh lebih kecil

dari arah buccolingual

Pulp chamber berbentuk

kotak jika dilihat dari aspek

buccal

Page 38: SK 4 TENTIR

dari pulp horn di distobuccal

Pulp chamber dari dilihat dari

aspek buccal terlihat sedikit

kotak

Pembatasan / dermakasi dari

canal akar lebih sedikit di arah

mesiodistal

Dilihat dari aspek bukal atau

lingual kanal akar terlihat lebih

kecil

Apikal foramen sering muncul

di tip dari akar tetpi apikal

foramen dapat juga muncul di

aspek mesial atau distal akar

Cervical

cross

Cervical outline :

rhombooidal.

Outline ruang pulpa berbentuk

segitiga.

Akar dan kanal pulpa tidak

menyebar.

Tanduk pulpa distolingual

lebih kecil.

Mesiobuccal punya sudut

lancip sedangkan distobuccal

punya sudut tumpul.

Kanal gigi membentuk pola

segitiga

Sudut mesiobuccal lebih

lancip dan sudut distobuccal

lebih tumpul

Lubang canal mesiobuccal

terletak lebih ke aspek buccal

dan mesial dari pulp chamber

Page 39: SK 4 TENTIR

Mirdroot

Cross

Akar palatal biasanya akar

terbesar yang punya outline

bulat

Canal palatal dan akar

distobuccal adalah oval hingga

bulat.

Akar palatal dapat menjadi

akar tiga yang terbesar

Akar mesiobuccal dapat

memiliki dimensi

buccolingual yang lebih besar

tetapi memiliki dimensi

mesiodistal yang lebih tajam

Canal distobuccal adalah akar

terkecil dari tiga

Molar Mandibula

Aspek Molar 1 Molar 2 Molar 3

Buccolingua

l

ruang besar pulp yang

dapat meluas ke dalam

pembentukan akar

akar mesial biasanya

memiliki kanal akar

yang lebih complicated

karna kehadiran 2

kanal.

Akar distal biasanya

memiliki satu kanal

besar, tetapi dua kanal

juga sering muncul

Pulp chamber nya

kotak atau persegi

panjang

Satu atau kedua kanal

dapat melengkung

secara signifikan tapi

bisa juga hanya sedikit

atau bahkan lurus

Diameter canal mesial

biasanya sangat kecil

dan terlihat sedikit lacip

Pulp chamber dan pulp

canal lebih complex dari

molar 1

pulp horns biasanya

agak menonjol

pulp chamber di akar

mesial dibatasi dengan

baik oleh 2 kanal

pulp chamber dapat

berbentuk kotak atau

persegi panjang

kebanyakan canal

muncul di akhir akar

mesial secara terpisah

apical foramen biasanya

berlokasi di ujung akar

memiliki banyak variasi

bantuk

memiliki 2-3 kanal

memiliki pulp horns

yang menonjol

akar mesial memiliki

pulp chamber yang

kotak

akar mesial biasanya

memiiliki 2 kanal

akar distal memiliki

pulp chamber yang

sangat besar

pulp canal sangat besar

pulp chamber kotak

atau persegi panjang

dan berukuran sangat

kecil

Page 40: SK 4 TENTIR

Akar distal biasanya

memiliki 1 pulp

chamber besar, yang

melebar di dimensi

buccolingual

Mesiodistal Memiliki beberapa

variasi pul chamber

Kanal dan akar vesial

menunjukan curvature

Akar distal lebih lurus

dan lebih pendek dari

mesial, tetapi kanalnya

terlihat berukuran sama

jika dilahat dari aspek

buccal

Akarnya lebih lurus dan

berlekatan

Pulp horns biasanya

menonjol

Pulp chamber berbentuk

persegi panjang

Curvature di canal

mesial dapat sangat

terlihat atau sedang atau

bisa juga lurus

Apical foramen ada di

ujung akar

Kanal distal sekilas

melengkung atau lurus &

lebih besar dari mesial

Kanal distal murunng ke

apex

Pulp chamber biasanya

kotak dan persegi

panjang dari aspek

buccal

Beberapa gigi hanya

menunjukkan satu akar

dengan satu atau dua

kanal. Jika hanya satu

kanal yang ada maka

kanal akan sangat besar.

Jika multiakar makan

kanal akan jauh lebih

kecil

Cervical

cross

Membentuk

quadrilateral

Outline lebih segitiga Outline bisa persegi

panjang atau segitiga

Page 41: SK 4 TENTIR

Outline pulp chamber

biasanya mengikuti

akar

Pulp chamber juga lebih

segitiga

Midroot Menunjukkan bentuk

kanal akar

Akar distal biasanya

lebih bulat dari mesial

Akar mesial berbentuk

seperti ginjal dengan 2

kanal terpisah

Kanal distal

menunjukkan

developmental

depression atau

concavity pada aspek

mesial akar

Secara buccolingual akar

mesial sangat luas, tetapi

secara mesiodistal

sempit

Canal dapat secara total

terpisah

Akar distal lebih bulat

dari akar mesial karena

outline akar biasanya

oval

Biasanya akar distal

memiliki satu kanal

Akar mesial berbentuk

oval hingga huruf

delapan

Akar distal oval atau

berbentuk seperti ginjal

MATERIAL AMALGAM DAN BASIS

AMALGAM

Amalgam merupakan alloy yang mengandung merkuri sebagai salah satu komponennya.

Karena merkuri cair pada suhu ruangan (39oC), merkuri bisa dipadukan dengan logam padat

yang mengandung perak, timah, dan tembaga yang dominan. Perpaduan ini melalui suatu

proses yang disebut alamagamasi

Komponen

Perak

Memutihkan alloy, menurunkan creep, meningkatkan strength, meningkatkan setting

expansion, dan meningkatkan resistensi terhadap tarnish.

Timah

Page 42: SK 4 TENTIR

Mengurangi strength dan hardness, mengendalikan reaksi antara perak dan merkuri

(tanpa timah reaksi akan terlalu cepat terjadi dan settong tidak dapat ditoleransi,

meningkatkan kontraksi, dan mengurangi resistensi terhadap tarnish dan korosi.

Tembaga

Meningkatkan kekuatan dan kekerasan dari amalgam serta meningkatkan ekspansi

saat pengerasan.

o Low-copper alloys <5% tembaga

26% timah

70% perak

γ2-containing

Setting lambat

Lemah

Mudah korosi

o High-copper alloys 13%-30% tembaga

28%-31% timah

41%-61% perak

γ2-free

Sifat fisik lebih baik, creep dan korosi berkurang, lebih

kaku.

Seng

Menyebabkan ekspansi yang tertunda bila campuran amalgam terkontaminasi oleh

cairan selama proses manipulasinya, dalam jumlah kecil tidak dapat mempengaruhi

reaksi pengerasan dan sifat-sifat amalgam, sebagai pembersih atau deoxidizer

sehingga mencegah oksidasi.

o Zinc-containing alloys >0.01% seng

o Non-zinc alloys <0.01% seng

Merkuri, untuk memberikan reaksi yang lebih cepat

Emas, untuk mengubah resistensi terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam

Indium, untuk mengubah resistensi terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam

Palladium, untuk mengeraskan dan memutihkan alloy, serta mengubah resistensi

terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam

Platinum, untuk mengeraskan alloy dan mengubah resistensi terhadap korosi dan

sifat-sifat fisik amalgam

Selenium, untuk mengubah resistensi terhadap korosi dan sifat-sifat fisik amalgam

Sifat

Compressive strength

Merupakan sifat terbaik yang dimiliki amalgam. Amalgam kuat terhadap kompresi tetapi

lemah terhadap tarikan dan shear sehingga kavitas harus memadai, yaitu dapat

memaksimalkan compressive stresses dan meminimalkan tension atau shear stresses.

Apabila diberi tekanan yang besar secara cepat, amalgam tidak menunjukkan deformasi

atau elongasi yang signifikan tetapi bersifat brittle.

Tensile strength

Page 43: SK 4 TENTIR

Merupakan sebagian kecil dari compressive strength, oleh karena itu, pembuatan kavitas

harus didisain untuk mengurangi tensile stresses yang terjadi akibat kekuatan saat

menggigit.

Elastic modulus

Modulus elastik dari amalgam berkisar antara 40-60 GPa. Sebagai perbandingan,

modulus elastik dari resin komposit adalah 5-20 GPa, GIC 3-5 GPa, dentin 18 GPa, dan

Enamel 82,5 GPa.

Thermal Expansion

Koefisien linear ekspansi termal dari amalgam adalah 25 mm/mm/oCx10

-6, lebih tinggi

jika dibandingkan dengan GIC (10-11 mm/mm/oCx10

-6) dan struktur gigi (11.4

mm/mm/oCx10

-6) serta lebih rendah jika dibandingkan dengan resin komposit (30-60

mm/mm/oCx10

-6). Semakin besar koefisien linear ekspansi termal, semakin besar

perubahan dimensi dengan adanya perubahan suhu.

Creep

Creep merupakan deformasi permanen yang progresif dari amalgam yang sudah setting.

Low copper amalgam menunjukkan nilai creep tinggi yang lebih besar dari 2.5% yang

dapat dikaitkan secara klinis dengan fraktur margin yang lebih besar. High copper

amalgam menunjukkan nilai creep kurang dari 0.2%.

Dimensional change

Amalgam mengalami kontraksi ringan dalam waktu 20 menit. Setelah itu terjadi ekspansi

amalgam sampai dengan 24 jam. Amalgam yang mengandung zinc dapat menunjukkan

delayed expansion selama 3-5 hari setelah penempatan mencapai lebih dari 400 µm/cm.

Hal tersebut disebabkan oleh contaminasi air yang mengakibatkan reaksi elektrolit antara

air dan zinc. Gas hidrogen akan terbentuk di dalam amalgam dan menyebabkan ekspansi

keluar kavitas, meningkatkan kebocoran marginal dan nyeri.

Tarnish dan corrosion

Tarnish dan korosi lebih banyak terjadi pada amalgam dengan permukaan yang kasar

dibandingkan dengan amalgam dengan permukaan yang halus. Amalgam yang dipolis

Page 44: SK 4 TENTIR

dengan baik akan membatasi masalah tersebut. Korosi yang berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan porositas, penurunan integritas marginal, berkurangnya

kekuatan, dan pelepasan produk-produk logam dalam lingkungan rongga mulut.

Manipulasi

Disain kavitas

Harus dilakukan eliminasi jaringan karies karena amalgam memiliki resistansi yang terbatas

terhadap margin penetrasi bakteri dan tidak memiliki bioaktivitas. Karena tidak adanya

adhesi, pengangkatan enamel yang tidak didukung dentin perlu. Sudut tepi amalgam harus

minimal 70o untuk mengurangi potensi fraktur.

Mixing the amalgam (trituration)

Triturasi memiliki tujuan untuk membasahi seluruh permukaan alloy dengan merkuri. Efek

dari triturasi bergantung pada kecepatan, waktu, dan gaya. Triturasi dilakukan dengan

menggunakan perangkat mekanik yaitu amalgamator. Perangkat ini menggerakkan kapsul

bolak-balik pada kecepatan yang tinggi dan mencampur amalgam kurang dari 20 detik.

Amalgamator umumnya memiliki pengatur waktu dan mungkin memiliki kontrol

kecepatan. Kecepatan dan waktu harus dipilih secara hati-hati sesuai dengan petunjuk

pabrik dan penilaian klinis dari praktisi. Karena triturasi memiliki efek yang signifikan

terhadap sifat dan keberhasilan klinis dari amalgam, triturasi yang tepat merupakan hal

yang penting. Amalgam yang dicampur dengan baik harus tetap utuh saat dijatuhkan tetapi

harus sedikit rata dan mempertahankan permukaan yang mengkilap. Undertrituration atau

overtrituration akan menyebabkan amalgam memiliki sifat fisik yang rendah dan dapat

mengakibatkan kegagalan dalam restorasi. Undertriturated amalgam terlihat kusam dan

rapuh, compressive dan tensile strength yang buruk, kering, porositas tinggi, permukaan

kasar, korosi tinggi, dan hancur bila dijatuhkan dari ketinggian 30cm. Overtrituration

amalgam akan panas dan pekat, menempel pada kapsul, memiliki strength, creep, dan

korosi yang buruk, mengkilap basah, lembek, dan resistan terhadap kondensasi.

Page 45: SK 4 TENTIR

Condensation

Setelah triturasi, amalgam harus segera dikondensasikan kedalam kavitas sebelum amalgam

mengalami setting. Penundaan kondensasi dapat mengurangi kekuatan atau meningkatkan

creep. Tujuan dari kondensasi adalah menyesuaikan amalgam ke dinding kavitas dan

margin, mengurangi kelebihan merkuri, dan membangun sifat fisik yang maksimal.

Kondensasi dapat dilakukan dengan menggunakan hand condensers (lebih umum) atau

mechanichal condensers. Instrumen dengan permukaan halus dan rata yang dapat

menghasilkan gaya proporsional, per satuan luas, dan menekan lapisan bersama. Plugger

dengan diameter permukaan yang lebih kecil menghasilkan tekanan yang lebih baik.

Carving and finishing

Carving dapat dimulai 2-3 menit setelah mixing dan harus selesai saat amalgam sudah keras

(5-10 menit) tergantung dari jenis amalgam yang digunakan. Carving yang dilakukan

setelah amalgam mengalami setting dapat mengakibatkan fraktur pada amalgam atau

margin. Finishing dan polishing amalgam umumnya dilakukan setidaknya 24 jam setelah

penempatan. Finishing dan polishing amalgam yang dilakukan dengan benar memudahkan

untuk dijaga tetap bersih dan mengalami korosi lebih sedikit. Polishing dilakukan dengan

beberapa langkah. Umumnya, permukaan amalgam dibentuk menggunakan green stones,

finishing burs, atau abrasive disk. Margin amalgam diperiksa dan dibentuk hingga halus

dan sebangun/sama dengan gigi. Langkah selanjutnya adalah menghaluskan permukaan

alloy. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan polishing agents seperti batu apung atau

silux maupun rubber abrasive points. Langkah terakhir adalah menempatkan kilau pada

permukaan dengan menggunakan abrasive paste atau rubber abrasive points. Polishing

harus selalu dilakukan secara basah (menggunakan air) karena polishing kering dapat

membuat amalgam dan gigi menjadi terlalu panas. Panas tersebut dapat merusak pulpa

gigi dan merusak permukaan amalgam.

Aplikasi

Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas kelas I, kelas II, dan kelas V dimana faktor

estetis bukanlah suatu hal yang penting

Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk menempatkan mahkota

Dipergunakan dalam pembuatan die

Page 46: SK 4 TENTIR

Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde

Dilihat dari segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup baik pada

jaringan di rongga mulut terutama email dari gigi tersebut

BASIS

Bahan material yang seringkali digunakan sebagai basis kedokteran gigi adalah semen.

Berdasarkan fungsinya, basis dibagi menjadi dua jenis yaitu, high-strength bases dan low-

strength bases.

High-strength Bases

Basis ini digunakan sebagai bahan penunjang restorasi dan sebagai thermal protection pada

pulpa. Semen yang tergolong high-strength bases antara lain semen glass ionomer (GIC),

hybrid ionomer, produk polymer-reinforced zinc oxide-eugenol, semen zinc phosphate

dan semen zinc polycarboxylate.

Sifat

Sifat-sifat penting yang dimiliki dari basis ini antara lain kuat, memiliki modulus elastisitas

yang sesuai dan memiliki konduktivitas panas yang rendah. Basis umumnya memiliki

kekuatan yang lebih besar dibanding dengan semen lainnya yang digunakan untuk retensi,

karena semen basis memiliki perbandingan powder dan liquid yang lebih besar. Pada

restorasi, kekuatan ini dibutuhkan untuk dapat menunjang kondensasi selama penggunaan

amalgam. Kemampuan basis unutuk meresistensi tekanan oklusal dan menunjang restorasi ini

ditentukan oleh modulus elastisitas yang dimiliki basis tersebut. Penunjang terbaik untuk

amalgam adalah semen zinc phosphate akibat modulus elastisitasnya yang paling tinggi

dibanding bahan lainnya.

Sebuah basis harus dapat memberikan perlindungan terhadap panas pada pulpa khususnya

pada restorasi logam yang mempunyai konduktivitas thermal yang tinggi apabila

dibandingkan dengan struktur gigi. Konduktivitas thermal yang dimiliki basis haruslah

memiliki kemiripan dengan yang dimiliki stuktur gigi, supaya pulpa pada gigi dapat

terlindungi. Perlindugan yang efektif apabila ketebalan basis sekurang-kurangnya 0,5 mm.

GIC digunakan sebagai basis komposit dan keramik gigi posterior. Kompomer dan hybrid

ionomer digunakan sebagai basis komposit tetapi tidak untuk keramik. Basis-basis ini

ditempatkan dengan menggunakan syringe.

Zinc Phosphate Cement

Semen zinc phosphate disebut juga tipe I merupakan semen berbahan dasar air yang

digunakan untuk penyemenan/cementacion. Semen zinc phosphate merupakan semen

tradisional yang sering digunakan pada restorasi. Namun saat ini semen zinc phosphate sudah

lebih terbatas penggunaannya. Akibat adanya asam yang ditimbulkan oleh semen ini, maka

diperlukan perlindungan terhadap pulpa saat semen ini ditempatkan pada gigi.

Bentuk dan komposisi:

1. Powder

Page 47: SK 4 TENTIR

Komposisi utama pada semen zinc phosphate powder adalah zinc oksida. Kadang magnesium

okaida, silicon dioksida, bismuth trioksida juga digunakan dalam skala kecil untuk mengubah

sifat dari semen ini. Magnesium oksida digunakan untuk mereduksi suhu pada proses

calcination/pengapuran. Silicon dioksida digunakan sebagai inactive filler pada powder dan

pada saat pembentukan asam pada proses pengapuran. Bismuth trioksida digunakan untuk

melembutkan semen terutama pada saat dimanipulasi, tapi dalam skala yang besar bias

memperpanjang setting time.

Bahan-bahan pada powder ini dipanaskan secara bersama-sama pada temperature 1000-1300 oC selama 4-8 jam atau lebih tergantung pada suhu sekitar. Hasil kalsinasi akan tergabung

dan kemudian akan lumat (pulverized) dan menjadi powder.

2. Liquid

Semen bentuk liquid ini dibentuk dari air dan asam phosphor. Bentuk liquid ini juga

terbentuk dengan menambahkan alumunium dan terkadang zinc atau komponennya. Semen

liquid mengandung sekitar 36% air seperti pada table 20-1. Netralisasi antara asam phosphor

oleh alumunium dan zinc mempengaruhi reaktifitas dari bahan liquid ini yang disebut dengan

buffering. Reaksi ini membantu meningkatkan kelembutan, dan keefektifan semen pada saat

dicampur (workable).

Sifat:

Beberapa sifat yang dimiliki semen zinc phosphate antara lain memiliki:

1. setting time yang cepat

2. sifat mekanik yang baik

3. ketebalan film yang rendah

4. kelarutan yang rendah

5. keasaman yang rendah

Compressive strength pada semen zinc phosphate mirip dengan compressive strength pada

GIC. Sedangkan sifat elastisitas pada semen ini bergantung pada perbandingan jumlah

powder dan liquid, adanya improper mixing (manipulasi yang kurang sesuai), pemaparan

premature terhadap cairan dalam rongga mulut. Kekuatan semen zinc phosphate berkembang

dengan cepat. Dalam waktu 1 jam, 2/3 dari kekuatan total sudah tercapai. Tensile strength

yang lebih rendah dibandingkan dengan compressive strength yang lebih tinggi mengindikasi

bahwa semen zinc phosphate bersifat brittle/rapuh.

Selain itu, ketebalan film semen zinc phosphate (max 2 mikro meter) dan kelarutan (max 0,2

% berat hilang dalam 24 jam) dapat diterima secara klinis. Tingkat keasaman atau pH dari

semen zinc phosphate tergolong rendah yaitu sebesar 4,2. Namun akan naik mencapai netral

setelah 48 jam. Keasaman awal bisa menyebabkan efek deleterious (merusak) pada pulpa

khususnya pula yang sudah traumatized/rusak sehingga direkomendasikan adanya pulp

protection. Retensi dari semen zinc phosphate disebabkan oleh mechanical interlocking

antara permukaan gigi dan restorasi.

Manipulasi:

Page 48: SK 4 TENTIR

1. Pada umumnya tidak dilakukan alat ukur untuk penimbangan powder dan cairan,

karena kekentalan yang diinginkan bisa bervariasi menurut kebutuhan klinisnya,

meskipun demikian harus diusahakan agar diperoleh perbandingan powder dengan

cairan yang konsisten untuk tujuan pemakaian tertentu. Harus dihindari adonan yang

terlalu encer karena selain mempengaruhi kekuatan semen juga mempunyai pH

rendah serta lebih mudah larut.

2. Pencampuran dimulai dengan mencampur sedikit powder ke dalam cairan dengan

menggunakan alas aduk yang dingin, karena alas aduk yang dingin akan

memperpanjang waktu kerja dan pengerasan. Powder ditambahkan ke cairan sedikit

demi sedikit dalam waktu 1-1,5 menit tergantung jenis produknya.

3. Kemudian diaduk dengan gerakan memutar menggunakan cement spattle.

4. Hasil akhir semen terlihat heterogen yang terdiri dari inti partikel zinc oksida yang

tidak bereaksi dikelilingi oleh lapisan zinc phosphat. Selama setting dapat terjadi :

a. Pengeluaran panas, karena reaksi bersifat eksotermis.

b. Pengerutan / kontraksi.

5. Semakin kental adonan maka semakin kuat hasil campuran. Maka untuk keperluan

cavity lining hendaknya digunakan adonan yang kental. Sedangkan untuk tujuan

penyemenan dibutuhkan adonan yang encer sehingga memungkinkan semen

mengalir sewaktu restorasi dipasangkan.

Aplikasi:

1. sebagai luting / perekat

2. sebagai basis

3. sebagai orthodontic bands

Low-strength Bases

Low-strength bases disebut juga liners. Low-strength bases memiliki kekuatan dan kekakuan

yang rendah. Basis ini berfungsi sebagai penghalang terhadap bahan kimia yang dapat

menyebabkan iritasi pada pulpa. Contoh dari basis ini antara lain semen kalsium hidroksida,

glass ionomer, zinc-oxide eugenol yang tidak termodifikasi. Semen kalsium hidroksida

digunakan untuk pulp capping baik secara langsung maupun dan tidak langsung dan

digunakan sebagai penghalang pada restorasi komposit. Semen ini memiliki sifat penghantar

panas yang rendah hanya saja ketebalan yang dimiliki kurang sesuai apabila digunakan untuk

thermal protection. Semen zinc-oxide eugenol yang tidak termodifikasi digunakan pada

kavitas yang dalam untuk menghambat penetrasi asam dan dan mereduksi kemungkinan

buruk yang dapat terjadi pada pulpa.

ANATOMI RADIOGRAFIS GIGI DAN JARINGAN PENYANGGA

GIGI

Komposisi gigi yang paling besar adalah dentin, dengan enamel di bagian mahkota dan lapisan tipis

sementum pada bagian akar.

Page 49: SK 4 TENTIR

Enamel terlihat paling radiopaque dibandingkan dengan jaringan lainnya karena enamel

memiliki kepadatan yang paling besar. Enamel memiliki 90% kandungan mineral, sehingga

menyebabkan peredaman foton x-ray yang paling besar. Tampilan radiografisnya terlihat

radiopaque seragam dan halus (tidak terlihat struktur mikroskopis).

Dentin mengandung 75% mineral, gambaran radiografis dentin kira-kira sebanding dengan

tulang. Secara radiografis, terlihat halus dan homogen, disebabkan oleh tampilan morfologis

yang seragam. Persimpangan antara dentin dan enamel terlihat berbeda yang memisahkan kedua

struktur tersebut

Cementum pada permukaan akar memiliki kandungan mineral sebesar 50%. Pada umumnya,

cementum tidak terlihat secara radiografis karena kontras antara cementum dan dentin yang

kecil dan tipisnya lapisan cementum.

Pulpa tersusun dari jaringan lunak dan terlihat radiolucent. Pada umumnya, pulpa dari sebuah

gigi yang sudah terbentuk sempurna terlihat dari pulp chamber hingga apex.

JARINGAN PENYOKONG

Lamina Dura

Page 50: SK 4 TENTIR

Gambaran radiografis gigi menunjukan bahwa tooth sockets dilapisi oleh lapisan padat

tulang yang terlihat radiopaque, disebut lamina dura. Ketebalan dan kepadatan atau densitas

lamina dura di gambaran radiografis bervariasi, tergantung dari besarnya occlussal stress

pada gigi tersebut. Pada gigi yang mempunyai oklusal berat, lamina dura terlihat lebih lebar

dan tebat dan tidak begitu tebal pada gigi yang tidak memiliki fungsi oklusi.

Alveolar Crest (puncak tulang alveolar)

Alveolar crest terlihat sebagai margin gingiva dari prosesus alveolar yang terlihat diantara

gigi-gigi dengan gambaran radiografis radiopaque. Dianggap normal apabila jaraknya tidak

lebih dari 1.5 mm dari CEJ gigi yang bersangkutan.

Periodontal Ligament Space

Page 51: SK 4 TENTIR

Ligamen periodontal terdiri dari kollagen, sehingga gambaran radiografisnya terlihat

sebagai space radiolucent diantara akar gigi dengan lamina dura. Rongga ini dimulai dari

alveolar crest, lalu meluas mengelillingi akar gigi diantara alveolar crest dan kembali ke

alveolar crest di sisi gigi yang berlawanan. Pada umumnya, PDL terlihat lebih tipis pada

tengah akar dan lebih tebal di dekat alveolar crest dan apex akar.

Penggambaran Radiografis Bahan Material Restorasi

Apabila dilihat secara radiografis, bahan restorasi logam seperti gold, crowns, foils, posts,

pins, atau silver amalgam merupakan daerah yang paling radiopaque. Mereka dapat

dibedakan dari bentuk dan ukurannya. Bahan restorasi synthetic yang digunakan di gigi

anterior, seperti porcelain, acrylics, dan composites terlihat radiolucent dan bisa

disalahartikan dengan penggambaran karies secara radiografis. Tetapi sekarang, pabrik

restorasi synthetic telah menggabungkan partikel-partikel radiopaque ke dalam bahan

synthetic tersebut agar gambaran radiographnya dapat dibedakan dari caries. Bahan

temporary, seperti zinc oxide, calcium hydroxide, zinc oxyphosphat cement, terlihat

radiopaque sejak terkontaminasi elemen-elemen logam. Porcelain jackets akan terlihat

radiopaque, agak ramping, dengan campuran bahan yang radiopaque maka terlihat sangat

jelas.

Page 52: SK 4 TENTIR

Selain itu, yang meningkatkan kesulitan mendektesi karies adalah bahan material berupa

resin, liners, cervical burnout and lesions of toothbrush abrasion. Biasanya dapat ditemukan

batas radiolusen antara bahan restorasi dan gigi. (Figure 5).

(A) Diagram illustrasi daerah radiopaque bentuk S yang disebabkan oleh ion tin dan zinc

yang dilepaskan pada dentin yang terdemineralisasi di bawah bahan restorasi amalgam dan

adanya reparative dentine

(B) Bitewing radiograph menunjukkan bayangan radiopaque berbentuk S (arrowed) in the

heavily restored lower teeth.

Interpretasi Radiografis Material Restoratif (sumber: Whites)

Material restoratif bervariasi dalam tampilan radiografisnya, bergantung dari ketebalan,

kepadatan, dan nomor atom. Berbagai bahan restoratif bisa dikenali pada radiografi intraoral.

Page 53: SK 4 TENTIR

Amalgam terlihat radiopaque

Emas (baik sebagai crown maupun sebagai inlay) radiopaque

Page 54: SK 4 TENTIR

Pin stainless stees radiopaque

Basis kalsium hidroksida yang diletakkan di kavitas yang dalam mungkin

radiolucent, tapi umumnya radiopaque

Page 55: SK 4 TENTIR

Gutta percha (material seperti karet yang digunakan untuk mengisi kanal gigi)

radiopaque

Silikat radiolucent

Page 56: SK 4 TENTIR

Porcelain radiolucent

Komposit radiopaque

JARINGAN PENYANGGA

Jaringan Penyangga/ Periodontium

Page 57: SK 4 TENTIR

Periodontium terdiri dari jaringan pendukung gigi lunak dan keras dan termasuk bagian-

bagian dari gigi dan tulang alveolar. Periodontium berfungsi untuk mendukung gigi dalam

hubungannya dengan tulang alveolar. Periodontium terdiri dari cementum, tulang alveolar,

ligamen periodontal, dan gingiva.

Cementum

Cementum adalah bagian dari periodontium

yang melekat gigi ke tulang alveolar dengan

penahan ligamen periodontal. Pada pasien

yang sehat, cementum tidak terlihat sebab

cementum tersebut melapisi keseluruhan

akar gigi. Cementum merupakan jaringan

keras yang tebal pada apeks gigi dan pada

area interradikular gigi berakar banyak (50-

200 mikrometer), dan paling tipis pada CEJ

di leher gigi (10-50 mikrometer). Cementum

tidak memiliki persarafan, ia menerima

nutrisi dengan caranya sendiri dari ligamen

periodontal sekitarnya. Cementum dewasa

terdiri dari 65% bahan inorganik, 23% bahan

organik, dan 12% air. Cementum dewasa

terutama terdiri dari calcium hydroxyapatite,

yang juga ditemukan dalam persentase lebih

besar pada enamel dan dentin, serta paling menyerupai komposisi tulang. Cementum

berwarna kuning kusam pucat, lebih terang dibanding dentin, namun lebih gelap dari enamel.

Perkembangan Cementum

Cementum yang berasal dari dental sac akan membentuk akar setelah epitel selubung akar

Hertwig disintegrasi. Disintegrasi ini menyebabkan sel

dental sac yang tidak berdiferensiasi berkontak dengan

permukaan dentin akar, dan menginduksi sel ini menjadi

cementoblast. Cementoblast ini kemudian menyebar dan

meyelubungi area dentin akar dan menjalani

cementogenesis, meletakkan cementoid. Tidak seperti

ameloblast dan odontoblast yang tidak meninggalkan sel

tubuh dalam produk sekresi mereka, setelah tahap

aposisi, banyak cementoblast menjadi terperangkap oleh

cementum yang mereka hasilkan, menjadi cementocytes.

Ketika cementoid mencapai ketebalan yang dibutuhkan,

cementoid yang berada di sekitar cementocytes

mengalami kalsifikasi dan membentuk cementum.

Karena aposisi cementum berada di atas dentin, maka

terbentuk dentinocemental junction (DCJ).

Struktur Mikroskopik Cementum

Page 58: SK 4 TENTIR

Cementum terdiri dari matriks berserat mineral dan sel. Matriks fibrosa terdiri dari Sharpey’s

fibers dan intrinsic nonperiodontal fibers. Sharpey’s fiber adalah sebagian dari serat kolagen

dari ligamen periodontal yang setiap sebagian dimasukkan ke bagian luar dari sementum

pada 90 derajat, atau sudut kanan, ke permukaan cemental. Serat ini diatur untuk berfungsi

sebagai ligamen antara gigi dan tulang alveolar. Sedangkan, intrinsic nonperiodontal ligament

fibers adalah serat kolagen yang dibuat oleh cementoblast dan ditetapkan pada pola yang

tidak teratur.

Sel cementum terdiri dari cementoblast dan cemetocytes, dimana setiap cementocytes terletak

di lacuna (serupa dengan pola tulang). Lacuna ini memiliki kanalikuli/ kanal. Tidak seperti

pada tulang, kanal cementum tidak memiliki saraf dan tidak meradiasi keluar. Kanal-kanal ini

berorientasi pada ligamen periodontal dan mengandung proses cementocytic untuk berdifusi

nutrisi dari ligamen yang divaskularisasi.

Setelah aposisi cementum, cementoblast yang tidak menjadi terperangkap dalam sementum

berbaris di sepanjang permukaan cemental di ligamen periodontal . Cementoblasts ini dapat

membentuk lapisan cementum berikutnya jika gigi terluka.

Cementoenamel Junction

Studi baru dengan mikroskop elektron mengindikasi bahwa CEJ dapat menunjukkan semua

pola dalam rongga mulut individu, dan bahkan ada variasi ketika salah satu gigi ditelusuri.

Dalam beberapa kasus, cementum mungkin mengalami tumpang tindih dengan enamel di

CEJ. Biasanya, dokter awam sulit membedakan CEJ bila terdapat calculus di sekitarnya.

Selain itu, situasi lain CEJ yaitu sementum dan enamel mungkin bertemu ujung ke ujung dan

kesenjangan mungkin ada di antara sementum dan enamel.

Cementum Repair

Mirip dengan tulang, sementum mengalami penghapusan histologis dalam jaringan sebagai

akibat dari trauma. Penghapusan ini melibatkan resorpsi, atau penghapusan cementum oleh

odontoclast dan menghasilkan garis pembalikan (reversal lines). ketika bernoda, garis

pembalikan muncul sebagai garis berlekuk (scalloped lines). Sementum kurang mudah

diresorpsi daripada tulang, suatu pertimbangan penting selama pergerakan gigi ortodontik.

Perbaikan resorpsi traumatis melibatkan aposisi sementum oleh cementoblasts di ligamen

periodontal yang berdekatan. Aposisi sementum dikenal oleh lapisan pertumbuhannya, atau

garis penangkapan (arrest line), yang, ketika bernoda, terlihat seperti cincin pertumbuhan

lembut di bagian pohon. Reversal dan arrest line menonjol di cementum mengalami trauma

dari kekuatan oklusal atau pergerakan gigi ortodontik serta selama penanggalan gigi primer

dan erupsi gigi permanen. Namun, tidak seperti tulang, cementum tidak terus menjalani

renovasi atau perbaikan.

Tipe Cementum

Terdapat 2 tipe dasar cementum yang dibentuk oleh cementoblasts, yaitu acellular cemetum

(primary cementum) dan cellular cementum (secondary cementum)

Page 59: SK 4 TENTIR

Tulang Alveolar

Bagian anatomis tulang alveolar:

a. Prosessus alveolaris : bagian mandibula atau maxilla yang menjadi lokasi atau soket gigi

(alveolus). Alveolus untuk gigi terdapat di dalam prosessus alveolar.

b. Tulang alveolar : tulang yang membatasi alveolus dan berfungsi untuk mendukung dan

melindungi gigi.

c. Alveolar crest : bagian ujung paling sevikal dari alveolar bone proper yang terletak 1-2

mm lebih apical dari CEJ.

Tulang kortikal yang membatasi socket akar gigi (alveolus) disebut lamina dura.

Secara radiografik tulang ini tampak sebagai garis radiopak tipis yang mengelilingi akar gigi

dan ruang periodontal dengan tebal yang sama tanpa putus dan langsung berhubungan dengan

korteks tulang yang meliputi puncak tulang interdental. Karena itu disebut lamina dura.

Tulang alveolar berlubang-lubang karena saluran yang banyak, yaitu kanal Volkman yang

mengandung pembuluh darah pen-supply ligament periodontal. Karena itu tulang alveolar

disebut juga sebagai lempeng kribiformis (lapisan).

Permukaan luar prossesus alveolar dibatasi oleh tulang korteks. Tulang spongiosa atau

kanselosa ditemukan di antara lamina korteks dan tulang alveolar. Tebal korteks vestibular

(luar) dan korteks lingual (dalam) bervariasi pada lokasi yang berbeda. Umumnya lamina

korteks vestibular tipis pada daerah gigi anterior pada kedua rahang. Tulang spongiosa sering

tidak ditemukan di antara lamina korteks dan tulang alveolar. Di beberapa tempat, sebagian

tulang vestibular dapat tidak ada, menyebabkan akar hanya tertutup oleh jaringan lunak. Pada

maxilla, lamina vestibulum lebih tipis daripada lamina lingual di semua daerah. Pada

mandibula hubungan yang sama juga ditemukan di region insisal, kaninus, dan premolar,

tetapi lebih ke posterior lamina korteks vestibular lebih tebal daripada lamina korteks lingual.

Pertemuan antara lamina korteks prossesus alveolaris dan tulang alveolar disebut Krista

alveolar.

Page 60: SK 4 TENTIR

Periodontal Ligament (PDL)

Ligamen periodontal merupakan bagian dari periodontium yang melekatkan cementum

dengan tulang alveolar. PDL muncul sebagai jarak periodontal sebesar 0,4 – 1,5 mm secara

radiografi, dan merupakan area radiolusen antara radiopaque lamina dura dari tulang alveolar

Page 61: SK 4 TENTIR

dan radiopaque cementum. PDL adalah jaringan ikat fibrosa yang terorganisir juga

mempertahankan gingiva dalam hubungan yang tepat untuk gigi. PDL mengirimkan gaya

oklusal dari gigi ke tulang, memungkinkan untuk sejumlah kecil gerakan dan bertindak

sebagai shock absorber untuk struktur jaringan lunak di sekitar gigi, seperti saraf dan

pembuluh darah. PDL juga berpartisipasi dalam formasi dan resorpsi jaringan keras

periodontium. Selain itu, PDL mempunyai pembuluh darah yang memberikan nutrisi kepada

sel ligamen, sel sekitar cementum, dan tulang alveolar.

Komponen Ligamen Periodontal

PDL terdiri dari jaringan ikat seperti substansi interselular, sel, dan serat. PDL juga

mempunyai vascular supply, pembuluh limfa, dan nerve supply, yang memasuki foramen

apikal gigi untuk mensuplai pulpa. Saraf pada PDL terdiri dari sensorik (mengirim sensasi)

dan autonomic sympathetic (meregulasi pembuluh darah).

Sel Ligamen Periodontal

PDL memiliki sel darah dan sel endotel. Demikian seperti jaringan ikat, fibroblas adalah sel

yang paling umum di PDL. PDL juga mempunyai sel yang tidak terdapat pada jaringan ikat

lainnya, seperti garis s=cementoblasts sepanjang permukaan cemental. PDL di pinggiran

tulang alveolar yang tepat. Di samping itu, PDL memiliki osteoklas. Setiap jenis sel tertentu

dapat terbentuk sementum atau tulang atau bahkan resorp jaringan-jaringan masing-masing,

tergantung pada kebutuhan dari jaringan atau tuntutan dari lingkungan yang berdekatan.

Terdapat juga sel-sel mesenchymal tak terdiferensiasi, yang dapat berdiferensiasi menjadi

salah satu sel jika salah satu populasi sel yang terluka. Jadi PDL berfungsi sebagai

periosteum untuk sementum dan tulang alveolar yang berdekatan. Selain itu juga terdapat

ephitelial rests of Malassez yang terletak pada PDL dewasa setelah epitel selubung akar

Hertwig disintegrasi selama pembentukan akar.

Fiber Group of the

Periodontal Ligament

Page 62: SK 4 TENTIR

Ginggiva

Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi prosesus alveolaris dan terletak

mengililingi gigi pada leher gigi. Secara anatomi, gingival dibagi menjadi gingival bebas,

cekat dan later dental.

Morfologi gingiva

Tepi gingiva dan gingva cekat berwarna merah muda dan berlekuk-lekuk kecil dan

merata. Warna tersebut merupakan refleksi banyaknya suplai darah, derajat pigmentasi

epitel, dan derajat kretinisasi daerah ini.

Berbeda dengan warna gingiva cekat, mukosa alveolar berwarna merah, halus dan

mengkilat sehingga attached gingiva dapat dibedakan dari mukosa alveolar didekatnya

olegh suatu garis muko gingiva yang jelas.

Kontur gingiva bergantung pada bentuk gigi geligi

Gingiva cekat

Merupakan Gingiva yang melekat pada prosesus alveolaris berbatasan dengan margin

gingiva. Lebar gingiva cekat berbeda uintuk setiap daerah berlainan. (daerah maksila lebar

Gingiva sekat permukaan fasial sekitar 3,5-4,5 mm ; daerah mandibula 3.3-3.9 mm ; daerah

posterior (molar) lebar Gingiva cekat lebih kecil dibandingkan dengan daerah anterior,

sedangkan dengan daerah premolar maksila selebar 1.9 mm dan mandibula 1.8 mm)

Gingiva bebas

Gingiva yang terletak secara sirkuler di sekitar serviks gigi. Posisinya tidak melekata

langsung pada tulang alveolar, melainkan perpanjangan dari gingiva cekat

Gingiva interdental

Gingiva yang terdapat pada dua celah gigi yang saling bersebelahan (proksimal). Dalam

keadaan normal, gingiva interdental akan terlihat seperti piramid.

Terdapat pula yang disebut dengan sulcus gingiva yang merupakan sulkus yang terbentuk

diantara tepi gigi dan gingiva bebas. Di dasar sulcus gingiva terdapat perlekatan epitel pada

daerah sekitar CEJ.

Sulkus Gingiva berisi cairan yang berasal dari jaringan ikat Gingiva yang mempunyai fungsi

:

Membersihkan material dari sulkus Gingiva

Sebagai antibakteri (karena ada antibody dan berbagai jenis leukosit)

Meningkatkan daya lekat antara junctional epithelium dengan permukaan gigi karena

adanya protein yang bersifat lengket

Secara histologik Gingiva terdiri dari :

a. Epitel berlapis gepeng dengan permukaan sedikit berkeratin. Sel-selnya diganti secara

kontinu, cepat, yang berasal dari sel basal.

b. Lamina propria, terdiri dari jaringan ikat padat yang terdapat dibawah lapisan epitel.

Gingiva tidak mempunyai lapisan submukosa.

Epitel pada gingiva:

a. Epitel mukosa mulut

Page 63: SK 4 TENTIR

Merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk (keratin) dan parakeratin

tratum korneum mempunyai inti piknotik dan tidak mempunyai stratum granulosum).

b. Epitel sulkus

Epitel ini melapisi sulkus Gingiva dan merupakan sel epitel yang berkeratin yang

meluas dari batas koroner junction epithelium sampai ke puncak Gingiva.

c. Epitel perlekatan (junctional epithelium)

Perpanjangan yang lebih dalam dari sulcular epithelium yang terdiri dari epitel

gepeng tidak berkeratin yang dilekatkan pada email dan cementum dengan struktur

lamina. Bagian dari epithel gingiva yang melekat ke permukaan email gigi.

Pada Gingiva juga terdapat jaringan ikat. Sel-sel jaringan ikat Gingiva terutama adalah

fibroblast yang menghasilkan dan memelihara matriks jaringan ikat interseluler dimana

fibroblast ditmukan dalam jumlah yang banyak diantara berkas-berkas serat kolagen. Sel

mast terdapat pada jaringan ikat Gingiva , terutam dekat dengan pembuluh darah. Sel-sel ini

mengandung histamine dalam jaringan ikat, juga heparin, protease, dan substansi

metabolisme aktif lainnya.

Terdapat 3 sumber suplai darah untuk Gingiva :

1. Arteriol supraperiosteal yang berjalan sepanjang permukaan fasial dan lingual tulang

alveolar

2. Pembuluh dari ligament periodontal yang menuju Gingiva beranastomosis dengan kapiler

ligament periodontal, kapiler darah krevis dan berjalan sepanjang Krista alveolaris

3. Jaringan Gingiva dipersarafi oleh serat saraf yang berasal adri ligament periodontal yang

berjalan ke lingual, buakl, dan labial. Didalam jaringan Gingiva inipun ditemukan ujung-

ujung saraf (reseptor) yang tidak spesifik, reseptor tipe meissner dan reseptor tipe Kraus.

***GOODLUCK***