Resume Askep CA Colon

23
Resume Askep CA Colon Wednesday, September 17th, 2014 - Askep Kanker Askep CA Colon Carsinoma Colon atau kanker colon adalah suatu kanker yang menyerang colon dan gejalanya seringkali tidak diketahui sampai tingkat yang parah. Kanker ini merupakan penyakit yang mematikan dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di Amerika Serikat setelah penyakit kanker paru-paru. Kanker pada colon kanan umumnya diderita wanita, sedangkan kanker pada rektum umumnya terjadi pada pria. Pertumbuhan tumor ini berlangsung secara perlahan dan menyebar dalam sejumlah metode. Kemungkinan tumor ini menyebar dari lapisan dalam di perut lalu menuju serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor melekat pada organ yang ada di sekitarnya dan meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa dan sistem sirkulasi dan bergerak menuju liver. Selain itukanker ini juga dapat melakukan metastase ke paru- paru atau tempat-tempat lain, seperti kelenjar adrenalin, ginjal, kulit, tulang, maupun ke otak. Sedangkan komplikasi biasanya terjadi karena adanya perkembangan dimana tumor berada atau melalui penyebaran metastase. Penanganan Askep CA Colon Belum diketahui secara pasti penyebab kanker colon. Namun sejumlah organisasi kanker di Amerika Serikat menyerukan langkah pencegahan yang tepat dengan diet untuk menekan peredaran kanker. Makanan yang mengandung zat-zat kimia dicurigai sebagai penyebab kanker pada usus besar. Begitu juga makanan yang banyak mengandung lemak, terutama lemak hewan dari daging merah diperkirakan menjadi penyebab timbulnya sekresi asam dan bakteri anaerob yang menyebabkan kanker dalam usus besar. Karena itu sebaiknya dihindari makanan pantangan, seperti daging merah, makanan berlemak terutama lemak dari hewan, karbohidrat yang disaring, maupun daging dan ikan goreng atau panggang.

description

nbvfhghhdgdhghj

Transcript of Resume Askep CA Colon

Resume Askep CA Colon

Wednesday, September 17th, 2014 - Askep Kanker

Askep CA Colon Carsinoma Colon atau kanker colon adalah suatu kanker yang menyerang colon dan gejalanya seringkali tidak diketahui sampai tingkat yang parah. Kanker ini merupakan penyakit yang mematikan dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di Amerika Serikat setelah penyakit kanker paru-paru. Kanker pada colon kanan umumnya diderita wanita, sedangkan kanker pada rektum umumnya terjadi pada pria.

Pertumbuhan tumor ini berlangsung secara perlahan dan menyebar dalam sejumlah metode. Kemungkinan tumor ini menyebar dari lapisan dalam di perut lalu menuju serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor melekat pada organ yang ada di sekitarnya dan meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa dan sistem sirkulasi dan bergerak menuju liver.

Selain itukanker ini juga dapat melakukan metastase ke paru-paru atau tempat-tempat lain, seperti kelenjar adrenalin, ginjal, kulit, tulang, maupun ke otak. Sedangkan komplikasi biasanya terjadi karena adanya perkembangan dimana tumor berada atau melalui penyebaran metastase.

Penanganan Askep CA ColonBelum diketahui secara pasti penyebab kanker colon. Namun sejumlah organisasi kanker di Amerika Serikat menyerukan langkah pencegahan yang tepat dengan diet untuk menekan peredaran kanker.

Makanan yang mengandung zat-zat kimia dicurigai sebagai penyebab kanker pada usus besar. Begitu juga makanan yang banyak mengandung lemak, terutama lemak hewan dari daging merah diperkirakan menjadi penyebab timbulnya sekresi asam dan bakteri anaerob yang menyebabkan kanker dalam usus besar. Karena itu sebaiknya dihindari makanan pantangan, seperti daging merah, makanan berlemak terutama lemak dari hewan, karbohidrat yang disaring, maupun daging dan ikan goreng atau panggang.

Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah banyak dapat mengurangi waktu peredaran kanker dalam usus besar. Juga disarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan. Sedangkan jenis makanan yang mesti dikonsumsi meliputi buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya craciferous vegetables dari golongan kubis, meminum air yang cukup, serta butir padi yang utuh.

Pasien dengan kanker colon mempunyai diagnosa Askep CA Colon meliputi risiko tinggi terhadap luka dan efek dari tumor hingga kemungkinan terjadinya metastase, ketidakefektifan koping individu hingga terjadinya gangguan konsep diri, nyeri maupun obstruksi tumor pada usus besar yang mungkin menekan organ lainnya, terjadinya gangguan pemeliharaan kesehatan ataupun kurangnya pengetahuan pasien.

Selain itu juga tidak efektifnya koping keluarga terutama ketakutan pasien terhadap kematian, terjadinya gangguan nutrisi, hingga timbulnya gangguan pada kehidupan seksual pasien. Askep CA Colon juga mencakup pendampingan saat dilakukannya terapi pembedahan terhadap pesien.

Resume Askep Tumor Mammae

Wednesday, September 17th, 2014 - Askep Tumor

Askep Tumor Mammae - Tumor mammae atau kanker payudara pada wanita saat ini menduduki tempat tertinggi nomor dua setelah tumor serviks uteri. Kasus tumor ini jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun dan kurva insiden bergerak sejak usia 30 tahun dengan angka tertinggi terjadi pada pada usia 45 hingga 66 tahun.

Penyakit tumor atau carcinoma disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga tidak terkendali dan tumbuh menjadi benjolan tumor (cancer). Karena dikhawatirkan akan berkembang dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat, maka tumor ini harus diambil dan dibuang, Memang tidak ada satupun pnyebab khusus terjadinya tumor ini, namun terdapat sejumlah faktor genetik, hormonal maupun pengaruh lingkiungan yang mendorong terjadinya kanker payudara tersebut.

Diagnosis Askep Tumor MammaeSelama ini tidak mudah mengenali ataupun menemukan gejalanya secara dini. Tanda-tanda atau gejala sebagai indikasi kanker payudara umumnya ditemukan jika sudah teraba secara kasat oleh penderita itu sendiri. Gejala ini diantaranya berupa :

Adanya massa utuh atau kenyal pada kuadran atas dan bagian dalam dan di bawah lengan dengan bentuk yang tidak beraturan dan tidak dapat digerakkan atau terfiksasi. Adanya rasa nyeri pada daerah massa Timbulnya lekukan ke dalam atau dimping yang terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper. Juga terjadinya tarikan dan retraksi pada area mammae. Gejala ini bisa dirasakan dengan meraba kulit di sekitar area mammae dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan. Terjadinya edema dengan Peaut doramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk) Adanya pengelupasan papilla mammae. Terjadinya kerusakan dan retraksi pada area puting susu serta keluarnya cairan secara spontan yang kadang disertai dengan darah. Adanya lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

Penanganan Askep Tumor MammaePenanganan askep Tumor Mammae secara medis dari pasien dengan kanker mamae ada dua macam, yaitu secara kuratif (dengan pembedahan) maupun secara paliatif (non pembedahan)

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

II. PENYEBABHipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan

Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

III. PATOFISIOLOGIMekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

IV. TANDA DAN GEJALATanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Foto dada dan CT scan

VI. PENGKAJIAN1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

3. Integritas Ego

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

4. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

6. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen

8. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis

9. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural

10. Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

VII. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8)1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c). Penurunan berat badan

d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok

f). Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 umur

c). Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan

d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a). Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b). Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai

obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita(2).

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

1) Dosis obat pertama dinaikan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard

Intervensi keperawatan :

a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

e. Catat edema umum

f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi

h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher

j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan

k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Hasil yang diharapkan :

Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD

Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat

Intervensi keperawatan :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan

b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

c. Batasi aktivitas

d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin

e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan

f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

Hasil yang diharapkan :

Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur

b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia

c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan

d. Amati adanya hipotensi mendadak

e. Ukur masukan dan pengeluaran

f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan

g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan

Hasil yang diharapkan :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

Haluaran urin 30 ml/ menit

Tanda-tanda vital stabil

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri

Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur

b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik

d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter

e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.

f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil

g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat

h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan

i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol

j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Hasil yang diharapkan :

Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini

Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

DEFINISIAIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

II. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2. Orang yang ketagian obat intravena

3. Partner seks dari penderita AIDS

4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

IV. Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

- ELISA

- Western blot

- P24 antigen test

- Kultur HIV

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

- Hematokrit.

- LED

- CD4 limfosit

- Rasio CD4/CD limfosit

- Serum mikroglobulin B2

- Hemoglobulin

Asuhan KeperawatanI. Pengkajian.

3. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.

4. Penampilan umum : pucat, kelaparan.

5. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

6. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

7. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

8. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.

9. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.

10. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

11. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

12. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

13. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

14. Gu : lesi atau eksudat pada genital,

15. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

II. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

III. Perencanaan keperawatan.

Diagnosa KeperawatanPerencanaan Keperawatan

Tujuan dan criteria hasilIntervensiRasional

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan diniMencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.Mencegah bertambahnya infeksiMeyakinkan diagnosis akurat dan pengobatanMempertahankan kadar darah yang terapeutik

Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan iniMencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hariMengurangi kebutuhan energiEkstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.2. Monitor BB, intake dan ouput3. Atur antiemetik sesuai order4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulutMenentukan data dasarMengurangi muntahMeyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang, 1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.2. Auskultasi bunyi usus3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc osideMendeteksi adanya darah dalam fesesHipermotiliti mumnya dengan diareMengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinalUntuk menghilangkan distensi

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebasMenghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.