Refleksi Kasus GNA.docx

14

Click here to load reader

Transcript of Refleksi Kasus GNA.docx

Page 1: Refleksi Kasus GNA.docx

PENDAHULUAN

Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan proliferasi sel

glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan mekanisme imunologis yang

menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada

anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling sering infeksi

streptokokus beta hemolitikus grup A. Dari perkembangan teknik biopsi ginjal per-kutan,

pemeriksaan dengan mikroskop elektron dan imunofluoresen serta pemeriksaan serologis,

glomerulonefritis akut pasca streptokokus telah diketahui sebagai salah satu contoh dari penyakit

kompleks imun. Penyakit ini merupakan contoh klasik sindroma nefritik akut dengan awitan

gross hematuria, edema, hipertensi dan insufisiensi ginjal akut. Walaupun penyakit ini dapat

sembuh sendiri dengan kesembuhan yang sempurna, pada sebagian kecil kasus dapat terjadi

gagal ginjal akut sehingga memerlukan pemantauan.

KASUS

Anak laki-laki berumur 5 tahun beralamat di Jalan Tombolotutu, Palu datang ke RSUD

Undata pada tanggal 25 januari 2013 pukul 20.30 WITA dengan keluhan panas sejak 3 hari yang

lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu, panas dirasakan naik-turun.

Panas meningkat utamanya pada malam hari. Jika panas tinggi pasien menggigil, juga kadang

disertai dengan berkeringat, panas turun dengan pemberian obat tetapi tidak lama kemudian

panas naik lagi. Pasien juga mengeluhkan wajahnya bengkak sejak 5 hari yang lalu, terutama

Page 2: Refleksi Kasus GNA.docx

pada bagian kelopak mata setiap bangun tidur. Pasien tidak mengeluhkan bengkak pada kedua

kaki, tangan dan perut.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien sebulan yang lalu pernah

menderita panas disertai dengan bentol-bentol (berisi air) pada badan dan kini sudah sembuh.

Tidak ada riwayat bengkak sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama seperti pasien.

Riwayat Kelahiran

Pasien lahir cukup bulan, dengan persalinan spontan di Rumah sakit, ditolong oleh bidan.

BBL 3100 gram PBL 49 cm, Ibu pasien mengaku tidak ada kesulitan dan komplikasi saat

melahirkan.

Riwayat Imunisasi

Pasien telah imunisasi BCG, Hepatitis B, Polio, DPT dan Campak. Kesan imunisasi

lengkap.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit berat

Tingkat kesadaran : Composmentis

Status gizi : Gizi baik

Tinggi badan : 118 cm

Berat badan : 23 kg

Tanda vital

Tekanan darah : 140/110 mmHg Nadi : 86 x/menit

Page 3: Refleksi Kasus GNA.docx

Respirasi : 22 x/menit

Suhu : 37,5 oC

Page 4: Refleksi Kasus GNA.docx

Kepala-leher

Wajah tampak bengkak

Palpebra tampak edem

Konjungtiva kanan dan kiri pucat;

Sklera tidak ikterik;

Mata tidak cowong;

Bibir pucat;

Mukosa mulut tidak kering;

Lidah tidak kotor;

Tonsil T1/T1;

Faring tenang/tidak hiperemis;

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening;

Thoraks

Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris;

Tidak tampak retraksi dinding dada;

Batas paru-paru normal, batas jantung normal;

Suara napas bronkovesikuler, tidak terdengar wheezing, tidak terdengar rhonki;

Bunyi jantung 1 dan 2 murni regular, tidak terdengar bising jantung.

Abdomen

Perut tampak cembung, tidak distensi;

Peristaltik (+) kesan normal

Tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran limfa

Perut teraba keras, nyeri tekan (+), Shifting dullness (+)

Page 5: Refleksi Kasus GNA.docx

Ekstremitas

Akral teraba hangat

Rumple leed test (-)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah lengkap

RBC : 2,93 x 1012/L ()

MCV : 77,5 fl (n)

RDW : 12,9 % (n)

HCT : 22,7 % ()

PLT : 221 x 109/L (n)

WBC : 8,9 x 109/L (n)

HGB : 8,3 g/dL ()

MCH : 28,4 pg (n)

MCHC : 36,6 g/dL (n)

LYM : 2,6 x 109/L ()

GRAN : 5,3 x 109/L ()

Pemeriksaan urinalisis

Protein : (+)

Glukosa : (-)

Sedimen leukosit : 2/lpb

Sedimen eritrosit : 6/lpb

Sedimen epitel : (+)

Sedimen kristal : (-)

Diagnosis kerja

Glomerulonefritis akut + susp. Demam dengue

Diagnosis Banding

Sindroma nefrotik

Page 6: Refleksi Kasus GNA.docx

Terapi

IVFD NaCl 0,9% 10 tpm

Inj. Dexamethasone 1 ampul i.v

Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam i.v

Inj. Ketorolac 1 ampul (½ ampul i.v, ½ ampul drips)

Page 7: Refleksi Kasus GNA.docx

FOLLOW UP

26 Jan 2013 27 Jan 2013 28 Jan 2013 29 Jan 2013S Panas (+)

Bengkak pada wajah, mata, perut & punggung kaki

Panas (-)Bengkak pada wajah, mata & perut

Panas (-)Bengkak pada wajah utamnya mata

Tidak ada keluhan

O BB: 23 kgTD : 140/100 mmHgN : 88 x/menitP : 20 x/menitS :36,9oCMata : pucat +/+ , edema palpebra (+)Abdomen : Shifting dullness (+), lingkar perut = 63 cmEkstremitas : edema tungkai ±/±Output Urin : 1500 ml

BB: 22 kgTD : 130/90 mmHgN : 86 x/menitP : 25 x/menitS :36,3oCMata : pucat +/+ , edema palpebra (+)Abdomen : Shifting dullness (+), lingkar perut = 62 cmEkstremitas : edema tungkai -/-Output Urin : 1700 ml

BB: 21 kgTD : 130/90 mmHgN : 96 x/menitP : 31 x/menitS :37,3oCMata : pucat +/+ , edema palpebra (±)Abdomen : Shifting dullness (+), lingkar perut = 60 cmEkstremitas : edema tungkai -/-Output Urin : 1400 ml

BB: 20 kgTD : 120/80 mmHgN : 82 x/menitP : 28 x/menitS :36,8oCMata : pucat +/+ , edema palpebra (-)Abdomen : Shifting dullness (+), lingkar perut = 60 cmEkstremitas : edema tungkai -/-Output Urin : 1100 ml

A GNA GNA GNA GNAP Diet rendah garam,

tinggi proteinObat : IVFD RL 10 tpmFurosemid2 x 20mg i.vCaptopril 3 x 6,25 mgCeftriaxone 2x600 mg i.v

Diet rendah garam, tinggi proteinObat : IVFD RL 10 tpmFurosemid2 x 20mg i.vCaptopril 3 x 6,25 mgCeftriaxone 2x600 mg i.v

Diet rendah garam, tinggi proteinObat : IVFD RL 10 tpmFurosemid2 x 20mg i.vCaptopril 3 x 6,25 mgCeftriaxone 2x600 mg i.v

Diet rendah garam, tinggi proteinObat : Furosemid2 x 20mg i.vCaptopril 3 x 6,25 mgCeftriaxone 2x600 mg i.v

Page 8: Refleksi Kasus GNA.docx

DISKUSI

Pasien datang dengan keluhan panas, bengkak pada mata. Bengkak atau edema adalah

penimbunan cairan yang berlebihan di antara sel-sel tubuh atau dalam berbagai rongga tubuh

yang disebabkan oleh perpindahan cairan ekstrasel ke kompartemen cairan interstitial.

Edema berdasarkan lokasi dibagi menjadi edema terlokalisir dan generalisata. Pada

edema terlokalisir, disebut efusi bila terdapat cairan pada sebuah rongga, asites bila cairan

terdapat pada rongga peritoneum.

Empat mekanisme dasar yang terjadi pada edema :

1. Peningkatan tekanan hidrostatik (mis. gagal jantung kongestif)

2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah (mis. radang akut)

3. Penurunan tekanan osmotik (mis. hipoalbuminemia)

4. Obstruksi limfatik (mis. mastektomi dengan pengangkatan kelenjar getah bening)

Penambahan berat badan secara cepat yang terjadi pada edema , bila penambahan 2% =

kelebihan ringan , penambahan 5% = kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan berat. Pada

pasien penambahan berat badan 3 kg dari 20 kg, sekitar 15%, yang berarti terjadi kelebihan

cairan berat.

Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan pasien mengalami infeksi pada kulit 1 bulan

sebelum timbulnya edema. Hal terswebut dapat menunjukkan suatu infeksi streptokokus

sebelumnya.

Page 9: Refleksi Kasus GNA.docx

Keluhan yang pertama timbul pada pasien adalah edema pada area periorbital. Muncul tiba-

tiba, biasanya pada pagi hari saat bangun tidur. Menunjukkan sudah adanya manifestasi edema

akibat ekstravasasi cairan ke ekstra sel. Yang kemudian edema berlanjut pada perut (asites).

Keluhan selanjutnya adalah adanya BAK yang berwarna keruh kemerahan.

Patofisiologi terjadinya beberapa keluhan pada pasien adalah :

Penegakkan diagnosis Glomerulonefritis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi

Streptokokus β hemolitikus grup A sebelumnya yang dikonfirmasi dengan kultur positif. Namun

pada pasien ini tidak dilakukan pengambilan kultur.

Diagnosa banding pada pasien ini adalah Sindrom Nefrotik. Namun pada sindroma nefrotik

edema yang terjadi generalisata, serta tidak ada riwayat infeksi streptokokus sebelumnya.

Aktivitas vasodepresor meningkat

Proliferasi dan kerusakan glomerulus

vasospasme GFR menurunKerusakan kapiler

generalisata

Aldosteron meningkat

Retensi Na+

Retensi H2O

Edema

Albuminuria hematuria (silinder)

ECF meningkat

Hipertensi

Page 10: Refleksi Kasus GNA.docx

Pada pasien ini, gejala yang sangat mencolok adalah adanya hipertensi yang mencapai

140/100 mmHg. Pada awalnya diterapi dengan obat antihipertensi captopril dengan dosis 3 x

6,25 mg, dan untuk mengurangi edema yang terjadi diberikan furosemid dengan dosis 3 x 20 mg

dan diberikan antibiotik ceftriaxone. Dosis ceftriaxone yang diberikan adalah 2 x 600 mg secara

i.v. Terjadinya hipertensi dapat dijelaskan, sebagai berikut:

Adanya penurunan aliran darah intrarenal

Penurunan GFR

Aparatus juxta glomerulus terangsang untuk mensekresi renin

Merubah angiotensinogen menjai angiotensin I

Angiotensin I dirubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzym

Angiotensin II menimbulkan Merangsang korteks adrenal

vasokonstriksi pada pembuluh darah tepi Sekresi aldosteron

Hipertensi peningkatan retensi Na

Glomerulonetritis akut adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau

virus tertentu. Yang bersifat akut spesifik, sembuh sendiri. Timbul akibat susulan dari infeksi

faring atau kulit oleh strain nefritogenik streptococcus haemoliticus grup A.

Glomerulonefritis Akut adalah kumpulan manifestasi klinis akibat perubahan struktur dan

faal dari peradangan akut glomerulus. Sindrom ini ditandai dengan timbulnya oedem yang

timbul mendadak, hipertensi, hematuri, oliguri, LFG menurun, insuffisiensi ginjal. Prognosis

GNA pada anak sembuh dengan sempurna.

Page 11: Refleksi Kasus GNA.docx

REFERENSI

Noer MS. Glomerulonefritis. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Buku ajar

nefrologi anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002. h. 345-53.

Lumbanbatu SM. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak. Sari Pediatri 2003;

3:58-63.

Bhimmma R. Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis. Cited in:

URL:http://emedicine.medscape.om/article/980685-overview.